Download - Modul 8_TA
MODUL PERKULIAHAN
ECONOMIC CONSEQUENCES AND
POSITIVE ACCOUNTING THEORY
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi Dan Bisnis Magister Akuntansi 08 Dr. Istianingsih
Abstract Kompetensi
Motivasi kinerja manajer yang bertanggung jawab, yaitu menyediakan informasi untuk mengevaluasi kepengurusan manajer, adalah sama pentingnya dengan peran akuntansi keuangan sebagai penyediaan informasi yang berguna untuk investor. Dengan demikian, bahwa akuntan memahami dan menghargai kepentingan manajemen dalam pelaporan
Konsekuensi ekonomi menyulitkan pengaturan standar akuntansi, yang memerlukan keseimbangan halus pertimbangan akuntansi dan politik. Badan pengaturan standar telah merespon dengan membawa konstituen yang berbeda dengan mengeluarkan
keuangan, mengingat interaksi yang luas antara manajer, akuntan, dan auditor
draft paparan yang memberikan semua pihak berkepentingan untuk mengomentari standar yang diusulkan
ECONOMIC CONSEQUENCES AND POSITIVE ACCOUNTING THEORY
ORGANISASI DIGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT :
8.1. PENDAHULUANMotivasi kinerja manajer yang bertanggung jawab, yaitu menyediakan informasi
untuk mengevaluasi kepengurusan manajer, adalah sama pentingnya dengan peran
akuntansi keuangan sebagai penyediaan informasi yang berguna untuk investor. Dengan
demikian, bahwa akuntan memahami dan menghargai kepentingan manajemen dalam
pelaporan keuangan, mengingat interaksi yang luas antara manajer, akuntan, dan auditor.
Namun demikian, manajemen adalah konstituen akuntansi, dan mampu membela
kepentingan sendiri. Tapi karena perannya dalam pelaporan keuangan, sebagian besar, "di
luar" kerangka konseptual, kepentingan harus dimasukkan ke dalam standar akuntansi
melalui proses hukum atau melalui proses resolusi konflik. Dalam bab ini, dipelajari
bagaimana konflik itu berhasil, yang disebut sebagai peran kepengurusan pelaporan
keuangan. Peran pengawasan pelaporan keuangan melibatkan pemikiran baru yang
berbeda dari keputusan investor berbasis pasar efisien.
‘13 2 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
Dalam bab ini dibahas tentang konsep konsekuensi ekonomi sebagai akibat
pemilihan dari kebijakan akuntansi yang tentunya akan mempengaruhi nilai perusahaan
terlepas dari implikasi teori pasar efisien.
8.2. MUNCULNYA KONSEKUENSI EKONOMI (THE RISE OF ECONOMIC CONSEQUENCES)
Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menegaskan bahwa pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi/memberi dampak pada nilai perubahan.
Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi tentang pilihan kebijakan akuntansi
penting karena:
1. Konsep tersebut menarik dalam kebenarannya. Banyak kejadian-kejadian menarik
dalam penerapan akuntansi berasal dari konsekuensi ekonomi.
2. Saran bahwa kebijakan akuntansi tidak penting bertentangan dengan pengalaman
akuntan. Banyak akuntansi keuangan berfokus pada diskusi dan argumen tentang
kebijakan akuntansi mana yang harus dipakai dalam kondisi yang berbeda. Konsep
konsekuensi ekonomi konsisten dengan pengalaman dunia nyata.
3. Adanya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan tentang mengapa mereka ada.
Hal ini muncul dari kontrak yang disetujui oleh perusahaan, khususnya kontrak
kompensasi eksekutif dan kontrak hutang. Dengan melihat bahwa masalah kebijakan
akuntansi, kebijakan tertentu yang digunakan oleh perusahaan, waktu dan sifat
perubahan dalam pada kebijakan tersebut dapat menjadi sumber informasi penting bagi
investor meskipun implikasi pasar efisien.
Salah satu akun yang paling persuasif dari konsekuensi ekonomi ada dalam artikel
Stepen Zeff (1978) dengan judul "The Rise of Economic Consequences". Pertanyaan dasar
yang muncul masih relevan hingga kini. Zef mendefinisikan konsekuensi ekononomi sebagai
"dampak laporan akuntansi pada perilaku pembuatan keputusan pada bisnis, pemerintah
dan kreditor". Esensi dari definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi dapat
mempengaruhi keputusan riil yang dibuat oleh manajer (atau pihak lain), daripada secara
sederhana mencerminkan hasil dari keputusan tersebut. Zeff mendokumentasikan beberapa
contoh di mana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah berusaha untuk mempengaruhi
atau telah mempengaruhi standar akuntansi yang dibuat oleh Accounting Principle Board
(pendahulu FASB) dan pendahulunya The Committee on Accounting Procedure.
"Intervensi pihak ketiga" ini, seperti yang disebut oleh Zeff, memperumit penyusunan
standar akuntansi. Jika kebijakan akuntansi tidak penting, pemilihan kebijakan tersebut akan
‘13 3 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
dilakukan secara ketat antara badan pembuat standar akuntansi, dan auditor yang tugasnya
mengimplementasikan standar, karena mereka adalah bagian utama yang terlibat dalam
pemilihan kebijakan akuntansi. Jika hanya bagian ini yang terlibat, model akuntansi yang
sederhana, berdasarkan konsep yang diketahui seperti pencocokan biaya dan pendapatan,
realisasi, dan konservatisme, dapat diterapkan dengan tak ada satupun, selain bagian yang
terlibat, akan peduli kebijakan spesifik apa yang digunakan. Dengan kata lain, pilihan
kebijakan akuntansi akan netral pada dampaknya.
Sebagai contoh argumen konsekuensi ekonomi, Zeff membahas upaya perusahaan-
perusahaan AS untuk mengimplementasikan akuntansi pengganti biaya selama 1947-1948,
periode inflasi tinggi. Di sini, konstituen pihak ketiga yang melakukan intervensi adalah
manajemen, seperti skeptisisme tentang akuntansi nilai wajar, berpendapat dalam
mendukung amortisasi biaya penggantian untuk meningkatkan argumen pajak yang lebih
rendah dan kenaikan upah yang lebih rendah, dan untuk melawan persepsi publik tentang
profitabilitas yang berlebihan. Argumen pasar yang efisien akan intervensi tidak perlu karena
pasar akan melihat melalui laba bersih tinggi yang dilaporkan dengan amortisasi biaya
historis selama inflasi. Jika demikian, seharusnya tidak perlu untuk mengingatkan pengguna
mengadopsi amortisasi biaya penggantian. Sangat menarik untuk dicatat bahwa CAP
merebut posisinya pada tahun 1948 dan menegaskan kembali akuntansi biaya historis.
Zeff menguraikan respon dari lembaga yang menetapkan standar tersebut sebagai
intervensi. Salah satu respon untuk memperluas representasi di lembaga yang menetapkan
standar sendiri, misalnya, Yayasan Akuntansi Keuangan (organisasi yang mengawasi
FASB) tidak hanya mencakup akuntan profesional tetapi juga anggota dari manajemen,
industri sekuritas, dan akademisi. Juga, penggunaan draft eksposur standar baru yang
diusulkan sebagai perangkat untuk memungkinkan berbagai konstituen mengomentari
perubahan kebijakan akuntansi yang diusulkan.
Zeff mengatakan bahwa lembaga yang menetapkan standar menghadapi dilema.
Untuk mempertahankan kredibilitas dengan akuntan, mereka perlu menetapkan kebijakan
akuntansi yang sesuai dengan model akuntansi keuangan dan konsep tradisional
pencocokan dan realisasi (ingat bahwa Zeff menggambarkan praktek sebelum penekanan
meningkat pada perspektif pengukuran). Namun, seperti dilihat di Bagian 2.5, seperti biaya
berbasis konsep jarang menyebabkan pilihan kebijakan akuntansi yang unik. Karena laba
bersih tidak ada sebagai konstruksi ekonomi di bawah kondisi non-ideal, tidak ada teori yang
jelas mengatur kebijakan akuntansi yang harus digunakan, selain persyaratan jelas bahwa
beberapa trade-off antara relevansi dan keandalan diperlukan. Singkatnya, lembaga yang
menetapkan standar harus beroperasi tidak hanya dalam domain akuntansi teori, tetapi juga
dalam ranah politik. Zeff menjelaskan, tanpa teori untuk memandu pilihan kebijakan
akuntansi perlu "tindakan penyeimbangan halus.", Dimana harus ditemukan beberapa cara
‘13 4 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
untuk mencapai konsensus tentang kebijakan akuntansi. Dalam pengaturan demokratis,
berarti keterlibatan dalam ranah politik.
Meskipun implikasi teori pasar yang efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan
akuntansi yang memiliki konsekuensi ekonomi bagi konstituen berbagai pengguna laporan
keuangan, bahkan jika kebijakan ini tidak secara langsung mempengaruhi arus kas
perusahaan. Selain itu, konstituen yang berbeda dapat memilih kebijakan akuntansi yang
berbeda. Secara khusus, kebijakan yang disukai manajemen mungkin bertentangan dengan
pihak yang memberikan informasi kepada investor.
Konsekuensi ekonomi menyulitkan pengaturan standar akuntansi, yang memerlukan
keseimbangan halus pertimbangan akuntansi dan politik. Badan pengaturan standar telah
merespon dengan membawa konstituen yang berbeda dengan mengeluarkan draft paparan
yang memberikan semua pihak berkepentingan untuk mengomentari standar yang
diusulkan.
8.3. OPSI SAHAM KARYAWAN (EMPLOYEE STOCK OPTIONS / ESOs)Dua bidang di mana konsekuensi ekonomi sangat jelas, yaitu :
1. Akuntansi untuk opsi saham yang diberikan kepada manajemen dan, dalam beberapa
kasus, kepada karyawan lainnya, memberi mereka hak untuk membeli saham
perusahaan selama beberapa periode waktu (Employee Stock Options).
2. Eksplorasi minyak dan gas
Akuntansi untuk ESO di Amerika Serikat didasarkan pada Opini 25 Accounting
Principles Board (APB 25) tahun 1972. Standar ini mengharuskan perusahaan
mengeluarkan ESO yang dicatat sebesar biaya yaitu selisih antara nilai pasar saham pada
tanggal opsi dihibahkan kepada karyawan (tanggal hibah) dan harga exercise atau strike.
Perbedaan ini disebut nilai instrinsik opsi. Sebagian besar perusahaan memberikan ESO
dengan menentukan harga exercise sama dengan nilai pasar tanggal pemberian
kompensasi, sehingga nilai intrinsik adalah nol. Akibatnya, tidak ada beban kompensasi
ESO perlu dicatat. Sebagai contoh, jika saham tersebut memiliki nilai pasar sebesar $10
pada tanggal pemberian kompensasi, penetapan harga pelaksanaan (exercise price) $10
memicu adanya pengakuan beban, sedangkan penetapan harga pelaksanaan $8
menimbulkan beban sebesar $ 2 per ESO.
Penerbitan APB 25 diakui secara luas sebagai dasar akuntansi yang memadai. Jika
tidak ada nilai intrinsik, pilihan penggunaan nilai wajar pada tanggal pemberian, karena
harga saham tersebut dapat meningkat selama jangka waktu berakhir (tanggal
kadaluwarsa) dari opsi. Jadi kegagalan untuk mencatat beban lebih rendah dari biaya
‘13 5 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
kompensasi perusahaan dan laba bersih terlalu tinggi. Selain itu, kurangnya komparabilitas
laba di seluruh hasil perusahaan, karena perusahaan-perusahaan yang berbeda memiliki
proporsi yang berbeda pilihan dalam paket total kompensasi. Masalah-masalah ini
memburuk sebagai akibat dari peningkatan dramatis dalam penggunaan kompensasi ESO
sejak 1972, terutama untuk usaha kecil, start-up dan perusahaan berteknologi tinggi. Juga
selama periode ini, kompensasi eksekutif berada di bawah pengawasan politik, karena
jumlah kompensasi yang tinggi diterima eksekutif puncak. Perusahaan termotivasi atas
penghargaan jumlah kompensasi ESO yang berlebihan sejak kompensasi tersebut "bebas".
Penggunaan nilai wajar ESO ke beban membantu investor untuk melihat biaya nyata
perusahaan dari komponen kompensasi. Pada bulan Februari 1992, tagihan diperkenalkan
ke Kongres AS membutuhkan ESO harus dihargai dan dibebankan.
Salah satu alasan mengapa APB tidak memerlukan akuntansi nilai wajar untuk ESO
karena sulitnya menetapkan nilai tersebut. Situasi ini agak berubah dengan munculnya
formula Black/Scholes harga opsi (lihat bagian 7.3.3). Namun, aspek- aspek beberapa ESO
tidak ditangkap oleh Black/Scholes. Contoh, diasumsikan bahwa pilihan dapat
diperdagangkan secara bebas, sedangkan ESO cenderung tidak dapat dialihkan dan tidak
dapat dilaksanakan sampai tanggal vesting, biasanya satu tahun atau lebih setelah mereka
diberikan. Jika karyawan meninggalkan perusahaan sebelum vesting, opsi dibatalkan atau,
jika diexercise, mungkin ada pembatasan pada karyawan, kemampuan untuk menjual
saham yang diperoleh. Selain itu, Black/Scholes mengasumsikan bahwa opsi tidak dapat
dieksekusi sebelum berakhir (pilihan Eropa), sedangkan ESO pilihan Amerika (dapat
dilaksanakan sebelum kadaluwarsa). Namun demikian, hal itu memberikan dasar yang
memadai bagi Black/Scholes untuk mengestimasi nilai wajar ESO.
Akibatnya, pada bulan Juni 1993, FASB mengeluarkan draf eksposur standar baru
yang diusulkan. Paparan draft tersebut mengusulkan agar perusahaan mencatat beban
kompensasi berdasarkan nilai wajar yang dapat ditentukan oleh Black/Scholes atau formula
harga opsi lainnya, dengan menyesuaikan kemungkinan pensiun karyawan sebelum vesting
dan kemungkinan exercise awal.
Serangkaian pertanyaan terkait dengan kemampuan Black/Scholes secara akurat
dan terpercaya mengukur nilai ESO adil. Untuk melihat masalah ini, pertama-tama perlu
dipertimbangkan biaya perusahaan dari ESO karena, tidak seperti sebagian besar biaya,
ESO tidak memerlukan uang tunai dan biaya ditanggung oleh pemegang saham
perusahaan. Dengan demikian, jika suatu ESO dilaksanakan dengan harga, $ 10 ketika
nilai pasar saham adalah $ 30, biaya ex post untuk perusahaan dan pemegang sahamnya
adalah $ 20. Nilai $20 disebut biaya ex post setelah ESO dilaksanakan. Bahwa $ 20
sebagai biaya kesempatan karena, dengan mengakui kepemilikan baru $10, perusahaan
‘13 6 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
memiliki kesempatan untuk mengeluarkan saham tersebut pada harga pasar $ 30. Artinya,
kesempatan $ 20 mengukur dilusi dari kepentingan para pemegang saham yang ada.
Nilai wajar dari ESO pada tanggal pemberian, maka biaya ex ante perusahaan,
adalah nilai sekarang yang diharapkan dari biaya ex post. Relevansi beban meningkat,
karena dividen per saham di masa depan akan dikurangi dengan dividen yang dicairkan
atas sejumlah besar saham. Penurunan pendapatan dari pembebanan ESO untuk
mengantisipasi dividen yang lebih rendah, sehingga membantu investor untuk lebih
memprediksi arus kas masa depan dari investasi mereka.
Beban ESO sangat sulit diukur secara andal. Seperti disebutkan, karyawan dapat
melaksanakan opsi setelah vesting sampai kadaluwarsa. Biaya ex post perusahaan
tergantung pada perbedaan antara nilai pasar saham dan harga pelaksanaan pada waktu
itu. Dibutuhkan strategi yang optimal bagi karyawan untuk mengetahui nilai wajar ESO.
Strategi ini dimodelkan oleh Huddart (1994). Huddart menunjukkan bahwa strategi
karyawan membutuhkan pengetahuan tentang proses menghasilkan saham masa depan,
kekayaan karyawan dan fungsi utilitas (khususnya tingkat keengganan rsiko), apakah
karyawan akan menjual saham yang diakuisisi dan jika dijual, alternatif investasi apa yang
tersedia.
Dengan membuat beberapa asumsi penyederhanaan (termasuk tidak ada dividen, tidak ada
motivasi), Huddart menunjukkan bahwa Black/ Scholes formula, dengan asumsi Eso
diadakan untuk tanggal kadaluwarsa, tidak melebihkan nilai wajar ESO pada tanggal
pemberian kompensasi. Ada tiga karakteristik pilihan:
1. Return yang diharapkan (expected return) dari pemegang opsi melebihi hasil yang
diharapkan dari saham tersebut. Hal ini karena opsi tidak bisa bernilai kurang dari nol,
tetapi harga saham bisa jatuh di bawah harga exercise opsi tersebut. Akibatnya,
seorang karyawan risiko-netral biasanya tidak meng-exercise ESO sebelum jatuh tempo.
2. The 'potential upside "dari opsi Amerika (kecenderungan untuk meningkatkan nilai)
meningkat pada saat jatuh tempo waktu. Semakin lama waktu, semakin besar
kemungkinan bahwa selama interval harga saham tersebut akan take off, membuat opsi
lebih berharga. Exercise awal mengorbankan beberapa potensi upside
3. Jika opsi adalah 'deep-in-money, "yaitu, nilai saham tersebut melebihi harga
pelaksanaan, himpunan hadiah dari memegang opsi dan probabilitas mirip dengan
hadiah dan probabilitas dari memegang saham tersebut. Hal ini karena untuk deep-in-
the-money opsi harga saham jatuh di bawah harga pelaksanaan yang rendah.
Kemudian, setiap realisasi harga saham menginduksi realisasi serupa nilai opsi.
Akibatnya, jika karyawan diharuskan untuk memegang saham yang diperoleh, mungkin
juga memegang opsi hingga jatuh tempo. Payoffs adalah sama karena nilai waktu dari
‘13 7 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
uang, membayar harga pelaksanaan pada saat kadaluwarsa mendominasi pembayaran
segera.
Pertanyaannya kemudian, apakah ada situasi di mana karyawan akan melaksanakan
opsi awal? Huddart mengidentifikasikan dua hal:
1. Jika ESO hanya sedikit membutuhkan uang (resiko besar hadiah nol), waktu jatuh tempo
pendek (pengorbanan sedikit potensi upside), dan karyawan diharuskan untuk
memegang saham yang diperoleh, menghindari risiko bisa memicu exercise awal.
Karena ada risiko besar dari nol kembali, karyawan risk averse merasa bahwa
pengurangan risiko melaksanakan opsi sekarang daripada terus menahannya
melampaui pengembalian yang diharapkan lebih rendah dari memegang saham.
2. Keadaan kedua terjadi ketika ESO tersebut tidak membutuhkan uang, waktu untuk
kadaluwarsa pendek, dan karyawan dapat memegang saham yang diperoleh atau
menjualnya dan menginvestasikan dana di aset tanpa risiko. Jika karyawan tersebut
cukup menolak risiko, aset tanpa risiko banyak diminati karena pilihan tersebut
memberikan hadiah dan probabilitas yang serupa dengan ESO.
Penelitian selanjutnya cenderung untuk mengkonfirmasi kecenderungan Black /Scholes
ke posting yang melebihkan biaya ex post ESO. Hall dan Murphy (2002), dengan
menggunakan pendekatan yang berbeda dari Huddart, juga menunjukkan kemungkinan
besar exercise awal, dan menunjukkan bahwa secara signifikan mengurangi biaya ESO
perusahaan di bawah Black / Scholes. Analisis mereka juga menunjukkan variabilitas yang
cukup besar dalam keputusan karyawan.
Huddart menunjukkan, penggunaan waktu yang diharapkan untuk exercise yang
berlebihan mengurangi biaya ESO, tapi tidak menghapuskan biaya tersebut, seperti juga
ditunjukkan oleh Hemmer, Matsunaga, dan Shelvin (1994) (HMS). Dalam metode studi
empiris, Marquardt (2002) meneliti akurasi Black / Scholes formula berdasarkan waktu yang
diharapkan untuk meng-exercise.
Pada Desember 1994, FASB mengumumkan bahwa ia mengdrop draf eksposur,
dengan alasan bahwa hal itu tidak memiliki dukungan yang cukup. Sebaliknya, FASB
merubah menjadi tambahan disclosure. Dalam PSAK 123 yang dikeluarkan pada tahun
1995, mendesak perusahaan untuk menggunakan pendekatan nilai wajar yang disarankan
dalam draf eksposur, tetapi membiarkan APB 25 menggunakan pendekatan nilai intrinsik
yang disediakan perusahaan memberikan pengungkapan tambahan beban ESO. Hal ini
ditentukan oleh amortisasi selama periode vesting nilai wajar Eso yang diberikan
berdasarkan waktu diharapkan untuk exercise.
‘13 8 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
Pada awal 2000-an, skandal pelaporan keuangan seperti Enron dan WorldCom
menyebabkan tekanan baru untuk biaya ESO. Dalam retrospeksi, tampaknya bahwa
manipulasi harga saham oleh perusahaan ini dan lainnya sering didorong oleh taktik
eksekutif senior untuk meningkatkan nilai-nilai ESO mereka. Salah satu taktik adalah pompa
dan dump, dimana manajer akan mengambil tindakan untuk meningkatkan nilai saham
sesaat sebelum exercise opsi, kemudian menjual saham sebelum harga saham jatuh
kembali (terkadang dengan cara menyamarkan transaksi) dan hasil investasi sekuritas
kurang berisiko.
Efek gabungan dari pelanggaran yang diuraikan di atas, ditambah peningkatan
kemampuan Akuntan kepada kompleksitas model seperti exercise awal, memungkinkan
pembuat standar untuk mengatasi oposisi. PSAK 123R, efektif pada tahun 2005 (sekarang
ASC 718-10-30), membutuhkan pembebanan dari ex ante biaya ESO, seperti halnya IFRS 2
dari IASB. Standar ini diterapkan meskipun peningkatan oleh banyak manajer membawa
konsekuensi ekonomi dan kekhawatiran kehandalan mirip dengan yang diungkapkan pada
draf eksposur 1993.
Suatu konsekuensi ekonomi dari pembebanan ESO telah mengurangi penggunaan
ESO sebagai alat kompensasi. Misalnya, Ahli Ekonomi (2006) mengutip perkiraan seorang
bankir investasi dengan nilai wajar opsi yang diberikan oleh 500 perusahaan top AS turun
dari $ 104 milyar pada 2000 menjadi $30 milyar pada tahun 2005. Sedangkan, dalam kasus
ini, pembuat standar akhirnya "memenangkan" dan menyimpulkan bahwa akuntansi untuk
ESO merupakan ilustrasi utama argumen Zeff dimana campur tangan pihak ketiga sangat
mempersulit pengaturan standar akuntansi. Intensitas argumen konsekuensi ekonomi
manajemen sangat penting mengingat bahwa pembebanan ESO tidak langsung
mempengaruhi arus kas operasi.
Theory in Practice 8.1Pada tanggal 20 Juli 2006, SEC mengumumkan dakwaan pidana dan perdata untuk
penipuan sekuritas yang terhutang dengan mantan CEO, wakil presiden Sumber Daya
Manusia, dan CFO Brocade Communications Systems, Inc, sebuah pengembang California
berbasis produk penyimpanan jaringan data.
Ini adalah tuduhan pertama yang dihasilkan dari penyelidikan SEC dari berbagai
perusahaan untuk waktu keterlambatan penghargaan ESO. Para terdakwa, diduga,
memperlambat penghargaan ESO karyawan pada waktu ketika harga saham perusahaan
lebih rendah dari tanggal nyata dari penghargaan, sehingga berunding manfaat langsung
pada penerima dengan menurunkan harga pelaksanaan. Akibatnya, ESO diterbitkan tunai.
Dalam APB 25, yang berlaku pada saat itu, beban harus dicatat dalam opsi uang, tapi ini
disamarkan dengan backdating.
‘13 9 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
Pada tahun 2005, untuk mengantisipasi tuduhan SEC yang akan datang, Brocade
mengeluarkan laporan keuangan direvisi untuk 1999-2004 inklusif untuk mengoreksi laba
APB 25 yang terlalu dilaporkan lebih. Ini meningkatkan biaya kompensasi dan penurunan
laba yang dilaporkan dengan total $285 juta. Pada bulan Juli 2006 perusahaan
mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan bahwa eksekutif yang terlibat tidak lagi
dengan perusahaan dan provisi pelaporan sebesar $7 juta untuk penyelesaian kewajiban
sendiri akibat dari tindakan mantan eksekutif. Pada bulan Mei 2007 media keuangan
melaporkan bahwa Brocade setuju untuk membayar $ 7 juta penalti untuk menyelesaikan
tuduhan SEC.
Pada bulan Agustus 2007, Brocade mantan CEO dinyatakan bersalah oleh juri di
San Francisco atas tuduhan konspirasi dan penipuan bagi investor menyesatkan. Dia
dijatuhi hukuman 21 bulan penjara dan diperintahkan untuk membayar denda sebesar $ 15
juta. Namun, vonis itu kemudian dibuang di banding, dengan alasan bahwa jaksa telah salah
mengatakan kepada juri bahwa departemen keuangan Brocade tidak menyadari backdating
tersebut. Pengadilan mencatat, bagaimanapun, bahwa kasus penuntutan itu "relatif kuat"
dan memerintahkan sidang baru.
Bartov dan Mohanram (2004) menguji sampel dari 1.218 perusahaan di AS dengan
exercise ESO yang besar oleh eksekutif senior, selama 1992-2001. Mereka menemukan
penurunan yang signifikan dalam harga saham rata-rata abnormal dan pendapatan dalam
dua tahun setelah exercise tersebut, relatif terhadap sampel kontrol perusahaan serupa
tanpa exercise ESO yang besar. Mereka juga menunjukkan bukti pendapatan abnormal
besar meningkatkan akrual dalam dua tahun sebelum exercise. Para peneliti menyimpulkan
bahwa manajer senior dalam sampel uji mereka menyadari profitabilitas memburuk, dan
dipompa dengan pendapatan dan harga saham untuk menunda kesadaran pasar atas
kemerosotan tersebut. Mereka kemudian melaksanakan ESO dan membuang saham yang
diperoleh segera untuk memaksimalkan penerimaan kas mereka. Pendapatan yang lebih
rendah dan harga saham dalam dua tahun setelah exercise didorong oleh pembalikan
akrual sebelum kesadaran pasar terlambat terhadap profitabilitas yang menurun.
Program Opsi Saham dari Sisi Teori Keagenan
Inti teori keagenan adalah adanya konflik kepentingan antara agen dan prinsipal dan
biaya keagenan yang muncul akibat konflik tersebut dapat menurunkan nilai perusahaan.
Konflik keagenan muncul dari perbedaan kepentingan antara dua pihak yang terlibat kontrak
dalam organisasi, yaitu antara prinsipal dengan agen. Program kompensasi eksekutif
‘13 10 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
merupakan salah satu bentuk kontrak keagenan antara perusahaan dengan para
eksekutifnya sebagai usaha penyejajaran kepentingan masing-masing. Ide penyejajaran
kepentingan ini muncul untuk mempersempit konflik yang muncul dalam hubungan
keagenan. Kontrak kompensasi yang dimaksud yaitu unsur-unsur kontrak menekankan
pada arah kontrak yang efisien sehingga mempengaruhi hubungan antara agen prinsipal
dengan asumsi sebagai berikut.
a. Kontrak berhubungan dengan orang, yaitu kepentingan pribadi (self interest),
rasionalitas terbatas manusia (bounded rationality), dan enggan risiko (risk averse).
b. Kontrak berhubungan dengan organisasi, yaitu adanya konflik kepentingan di antara
anggota organisasi (goal conflict among members).
c. Kontrak berhubungan dengan informasi. Informasi merupakan suatu komoditas.
Konflik keagenan dapat dikendalikan melalui pengupahan manajerial dengan struktur
kontrak kompensasi yang menyajikan insentif untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Struktur kompensasi terdiri atas empat bentuk, yaitu gaji pokok, bonus kinerja berlandaskan
ukuran akuntansi, skema program opsi saham (ESOP), dan program insentif jangka
panjang. Penggunaan program kompensasi berbasis ekuitas seperti ESOP muncul sebagai
sarana terbaik yang mendorong manajer untuk membuat keputusan yang memaksimalkan
nilai perusahaan. ESOP menjadikan eksekutif perusahaan sebagai pemilik sekaligus
pengelola. Secara psikologis sebagai pemilik-pengelola, eksekutif perusahaan akan
termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dengan melakukan kegiatan operasional yang
efektif dan efisien.
Program Opsi Saham dan Manajemen Laba
Sebagai suatu bentuk inovasi bisnis dan diaplikasi sebagai suatu kebijakan dalam
rangka menciptakan nilai perusahaan (firm values) program opsi saham memberikan
harapan. Alasannya adalah baik opsi saham maupun saham perusahaan yang dimiliki oleh
para eksekutif, memberikan insentif kepada mereka untuk menjalankan fungsi internal
monitoring. Namun, dalam pelaksanaannya khususnya pada perusahaan publik harga pasar
saham mendorong eksekutif berperilaku oportunistik melalui manajemen laba karena
mereka menyadari bahwa para investor menggunakan informasi laba sebagai salah satu
indikator untuk menilai perusahaan dalam hubungannya dengan prediksi harga pasar
saham. Ball dan Brown (1968) secara empiris membuktikan bahwa informasi laba
perusahaan ternyata ditanggapi positif oleh para investor di New York Stock Exchange.
‘13 11 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
Program ESOP menyerap waktu yang relatif panjang. Terdapat tiga tahapan aktivitas
yang berpotensi manajemen laba dalam pelaksanaan ESOP, yaitu tahap sebelum
pengumuman opsi saham, tahap menjelang hibah opsi saham, dan tahap menjelang opsi
jatuh tempo (realisasi saham). Ketiga tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berkut.
Dalam menyukseskan program ESOP, eksekutif perusahaan dihadapkan pada dua pilihan,
yaitu menerima opsi saham dengan harga pengambilan hak atas saham perusahaan yang
menguntungkan atau sebaliknya merugikan. Realitas menunjukkan bahwa orang
mengharapkan keuntungan, bukan kerugian. Oleh sebab itu, para eksekutif perusahaan
akan menempatkan pilihannya pada pilihan yang pertama, yaitu menerima opsi saham
dengan harga pengambilan hak atas saham perusahaan yang menguntungkan. Untuk
merealisasikan harapan tersebut, para eksekutif perusahaan mempengaruhi harga pasar
saham melalui informasi dengan melaporkan kinerja perusahaan yang menurun dari periode
sebelumnya menjelang pengumuman ESOP.
Bagi pasar modal, penurunan kinerja perusahaan merupakan bentuk berita buruk
dan sangat berpengaruh pada jumlah permintaan dan penawaran terhadap saham
perusahaan yang mengarah pada kelebihan penawaran dibandingkan dengan permintaan.
Kondisi tersebut akan menurunkan harga pasar saham perusahaan seperti yang diharapkan
oleh para eksekutif perusahaan. Pada saat harga saham perusahaan rendah itulah kontrak
ESOP disepakati. Dalam realitasnya program opsi saham melibatkan negosiasi khususnya
negosiasi yang terkait dengan harga yang harus dibayar pemegang opsi pada saat
pengambilan hak atas saham perusahaan dilakukan. Pada tahap menjelang hibah opsi
terdapat fenomena bahwa eksekutif perusahaan melakukan kembali manajemen laba
dengan cara menurunkan jumlah laba akuntansi yang dilaporkan. Tindakan tersebut mereka
ambil karena menjelang hibah terdapat fenomena bahwa perusahaan mengumumkan
tambahan jumlah opsi yang akan dihibahkan kepada para eksekutif perusahaan (tambahan
opsi) dengan harga yang berbeda dari harga yang telah disepakati sebelumnya.
Di Indonesia telah dilakukan investigasi mengenai fenomena tersebut dan hasilnya
menunjukkan bahwa eksekutif perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara
menurunkan jumlah laba akuntansi yang dilaporkan menjelang hibah opsi saham walau
kondisi tersebut akan merugikan prinsipal. Pada tahap setelah pengumuman maupun tahap
setelah hibah, terdapat fenomena bahwa eksekutif perusahaan melakukan manajemen laba
dengan cara meningkatkan jumlah laba akuntansi yang dilaporkan. Tujuannya adalah
meningkatkan harga pasar saham perusahaan yang berdampak pada peningkatan potensi
kepemilikannya atau peningkatan nilai intrinsik opsi saham.
‘13 12 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
Tersedianya waktu yang relatif panjang dalam pelaksanaan ESOP menunjukkan
bahwa prinsipal telah mengikat para eksekutifnya untuk meningkatkan kinerjanya dalam
waktu yang relatif lebih panjang dibandingkan dengan program kepemilikan saham
perusahaan lainnya, seperti bonus saham. Dalam program bonus saham jumlah saham
yang diterima oleh para eksekutif perusahaan akan dipegang dalam waktu yang relatif
pendek karena mereka memiliki insentif untuk segera menjualnya. Gambaran tersebut
menunjukkan bahwa jika akan digunakan sebagai alat motivasi untuk meningkatkan kinerja,
kepemilikan saham perusahaan oleh para eksekutif melalui program bonus saham tidak
sebaik ESOP. Tahapan-tahapan yang terdapat dalam ESOP memberikan peluang kepada
para eksekutif perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya dalam jangka waktu yang relatif
lebih lama dengan alasan kepemilikan.
Kepemilikan saham oleh para pelaksana perusahaan atau pemilik pelaksana akan
menyejajarkan kepentingannya dengan kepentingan para pemegang saham atau outside
equity holder. Kinerja perusahaan berhubungan dengan persentase modal para eksekutif
serta persentase kompensasinya yang berbasis ekuitas. Manfaat riil yang dinikmati para
eksekutif perusahaan, yaitu mereka dapat membeli/menguasai saham perusahaan dengan
harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar saham tersebut pada saat
opsi jatuh tempo.
Program Opsi Saham dan Teori Akuntansi Positif
Investigasi manajemen laba yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan
menjelang pengambilan hak atas saham perusahaan (opsi jatuh tempo) di samping
dipayungi oleh teori keagenan juga dapat dijelaskan melalui teori akuntansi positif (Watt dan
Zimmerman, 1986) khususnya hipotesis program bonus yang sudah didukung oleh banyak
hasil penelitian, seperti Healy (1985) dan Holthousen et al. (1995). Dalam pelaksanaan
program opsi saham, para eksekutif perusahaan yang memiliki program meningkatkan nilai
kepemilikan lebih cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba
periode mendatang ke periode berjalan. Pemilihan tersebut dilakukan karena alasan
peningkatan nilai kepemilikan.
Manajemen laba yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan dengan cara
menaikkan jumlah laba akuntansi yang dilaporkan menjelang opsi jatuh tempo belum
memberikan dampak finansial secara langsung yang dapat dinikmati oleh para eksekutif
perusahaan. Namun, jika manajemen laba tersebut direspons oleh pasar modal yang
ditandai dengan adanya peningkatan harga pasar saham perusahaan di atas harga kontrak
yang tertera dalam opsi saham setelah informasi diumumkan, maka itu berarti bahwa para
eksekutif perusahaan memiliki ekspektasi keuntungan sebesar perbedaan positif antara
‘13 13 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
harga pasar saham setelah saham perusahaan dimiliki dengan harga yang disepakati dalam
kontrak opsi. Peningkatan nilai kepemilikan inilah yang menjadi fokus manajemen laba
menjelang opsi saham jatuh tempo dalam pelaksanaan program ESOP.
Dalam pelaksanaan program opsi saham, para eksekutif perusahaan yang memiliki
program untuk mendapatkan harga beli saham perusahaan yang relatif rendah lebih
cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba periode berjalan ke
periode mendatang. Pemilihan tersebut dilakukan karena para eksekutif perusahaan
memiliki insentif untuk mempengaruhi harga pasar saham perusahaan agar menurun, baik
menjelang peristiwa pengumuman ESOP maupun menjelang peristiwa hibah opsi saham.
Manajemen laba yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan dengan cara menurunkan
jumlah laba akuntansi yang dilaporkan menjelang peristiwa pengumuman dan menjelang
peristiwa hibah opsi saham memiliki tujuan untuk mendapatkan harga kontrak saham
perusahaan yang relatif rendah dibandingkan dengan rata-rata harga saham perusahaan
yang bersangkutan pada saat opsi jatuh tempo. Kedua bentuk hipotesis yang sama pada
kedua peristiwa tersebut melengkapi hipotesis-hipotesis manajemen laba dalam hubungan
keagenan seperti yang telah dipaparkan oleh Watt dan Zimmerman (1986).
8.4. REAKSI BURSA SAHAM TERHADAP METODE AKUNTANSI SUCCESSFUL-EFFORTS DALAM INDUSTRI MINYAK DAN GAS
Dua contoh sebelumnya berfokus pada reaksi pemerintah dan manajemen pada
kebijakan akuntansi. Di sini akan dilihat reaksi investor. Dalam teori pasar efisien yang
dibahas dalam bab 4, seharusnya tak ada pengaruh pada harga saham perusahaan yang
timbul dari perubahan kebijakan akuntansi jika perubahan kebijakan akuntansi tidak
mempengaruhi arus kas. Konsekuensinya, jika harga saham yang diobservasi mengikuti
perubahan dalam kebijakan akuntansi yang tidak memiliki pengaruh pada arus kas,
observasi seperti itu akan menimbulkan pertanyaan tentang teori pasar efisien atau
menguatkan argumen konsekuensi ekonomi. Hal tersebut sama sekali tidak dapat menjamin
bahwa reaksi harga saham akan diobservasi.
Ulasan ini berdasarkan pada artikel Lev, "The Impact of Accounting Regulation on
the Stock Market; The Case of Oil and Gas Companies 1979). Penelitian Lev berkonsentrasi
pada SFAS 19 yang dikeluarkan pada tahun 1977. Laporan tersebut meminta bahwa semua
perusahaan oli dan gas US menghitung biaya explorasinya dengan menggunakan metode
Successful-Efforts (SE). Artikel Lev masih relevan hingga saat ini karena hal ini
meninggalkan salah satu dari sedikit penelitian untuk mendokumentasikan respon pasar
pada perubahan kebijakan akuntansi yang tidak memiliki dampak pada arus kas.
‘13 14 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
Seperti yang dibahas oleh Lev, salah satu kemungkinannya adalah karena inefisiensi
pasar sekuritas. Namun, dalam pandangan banyak penelitian empiris, yang hasilnya
konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas, penjelasan ini agaknya tidak mungkin. Alasan
lain yang dapat disarankan adalah bahwa manajer perusahan yang menggunakan metode
Full Costing dapat menghadapi kesulitan meningkatkan modal atau dapat mengurangi
aktivitas explorasinya, sesekali mereka dipaksa untuk menggunakan SE. Selain itu,
pengurangan dalam pendapatan bersih yang dilaporkan dan ekuitas pemegang saham yang
mengikuti hubungan pada penggantian SE dapat mempengaruhi bonus-bonus manajemen
dan rasio perjanjian hutang. Pasar dapat bereaksi pada respon manajer disfungsional yang
mungkin terjadi pada masalah seperti ini. Namun demikian, sementara kita tidak mengetahui
alasannya, hasil penelitian Lev menyarankan bahwa pasar bereaksi pada kejadian
akuntansi yang tidak memiliki implikasi arus kas. Hal ini adalah fakta bahwa perubahan
kebijakan akuntansi yang dimandatkan dapat memiliki dampak harga sekuritas, menguatkan
argumen konsekuensi ekonomi.
8.5. HUBUNGAN ANTARA TEORI PASAR EFISIEN DAN KONSEKUENSI EKONOMIPada poin ini, kita akan melihat anomali lain. Teori pasar efisien memprediksi tak ada
reaksi harga sekuritas pada perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempengaruhi
profitabilitas yang mendasari dan arus kas. Jika tidak ada reaksi harga sekuritas
(implikasikan tak ada perubahan dalam biaya modal perusahaan), hal ini tidak jelas
mengapa manajemen dan pemerintah harus memperhatikan secara khusus tentang
kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Dengan kata lain, teori pasar efisien
mengimplikasikan pentingnya pengungkapan penuh termasuk pengungkapan kebijakan
akuntansi. Namun, sekali pengungkapan penuh atas kebijakan akuntansi dibuat, pasar akan
menginterpretasikan nilai sekuritas perusahaan yang berhubungan dengan kebijakan yang
digunakan dan tidak akan dipermainkan oleh beragam pendapatan bersih yang dilaporkan
yang timbul dari kabijakan akuntansi yang berbeda.
Dalam dua bidang pilihan kebijakan akuntansi diatas, kita telah melihat bahwa tiga
anggota dari pengguna laporan keuangan - manajemen, pemerintah dan investor - memang
bereaksi pada perubahan dokumen dalam kebijakan akuntansi. Keunggulan reaksi
manajemen agaknya mengejutkan meskipun melibatkan permohonan pada otoritas
pemerintahan untuk mengintervensi kepentingannya. Berbagai reaksi ini diringkas dalam
konsep konsekuensi ekonomi yaitu pilihan kebijakan akuntansi dapat menjadi masalah
meskipun tidak berdampak pada arus kas. Jadi kebijakan akuntansi memiliki potensi untuk
mempengaruhi keputusan riil manajemen termasuk keputusan untuk mengintervensi baik
untuk mengikuti ataupun menentang standar akuntansi yang diusulkan. Aspek "kibasan ekor
‘13 15 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
anjing" pada konsekuensi ekonomi ini lebih mengejutkan karena banyak fakta mengajurkan
bahwa perubahan utama sekuritas digambarkan dengan oleh teori pasar sekuritas efisien.
8.6. POSITIVE ACCOUNTING THEORY (TEORI AKUNTANSI POSITIF) & CREATIVE ACCOUNTINGMengapa konsekuensi ekonomi itu ada, bisa dijelaskan dengan teori akuntansi positif.
Istilah “positif” mengacu pada suatu teori yang dapat membuat prediksi yang baik dari
kejadian-kejadian dunia nyata.
Teori akuntansi positif adalah berhubungan dengan prediksi yaitu suatu tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan dan bagaimana perusahaan akan merespon untuk mengajukan standar akuntansi yang baru.
Sebagai contoh penerapan dari teori akuntansi positif adalah dapatkah kita
memprediksi perusahaan minyak dan gas itu akan menggunakan metode akuntansi
Successful Efforts untuk biaya eksplorasi atau menggunakan metode akuntansi Full Cost.
Teori akuntansi positif memberikan pandangan bagaimana perusahaan mengorganisasi
perusahaannya dengan efisien juga untuk memaksimalkan prospek kelangsungan hidup
perusahaan mereka. Banyak bentuk efisiensi organisasi untuk suatu perusahaan pada
umumnya tergantung pada faktor-faktor seperti lingkungan, hukum dan institusi, teknologi,
dan tingkat persaingan dalam industrinya.
Perusahaan dipandang sebagai suatu kontrak antara pegawai termasuk manajernya,
supplier, penyedia modal yang merupakan pusat dari operasi perusahaan. Perusahaan akan
meminimalkan bermacam-macam biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak seperti
biaya negosiasi, monitoring kinerja kontrak, renegosiasi kembali dan biaya yang diharapkan
dari kebangkrutan dan kegagalan lainnya. Banyak kontrak-kontrak ini melibatkan variabel-
variabel akuntansi.
Teori akuntansi positif menjelaskan mengapa perusahaan memilih kebijakan akuntansi
sebagai bagian dari permasalahan yang mendalam dari meminimalkan biaya kontrak dan
untuk mencapai efisiensi corporate governance. Sebagai contoh, Mian dan Smith (1990)
mempelajari pilihan kebijakan akuntansi apakah akan bergabung dengan perusahaan anak.
Jika ada ketergantungan antara perusahaan induk dan anak dan lebih efisien, maka lebih
baik digabung laporan keuangannya (disiapkan laporan keuangan konsolidasinya). Akan
lebih efisien jika kinerja manajer menggunakan pengukuran laporan keuangan konsolidasi
daripada laporan perusahaan anak karena adanya ketergantungan yang tinggi. Biaya untuk
menyiapkan laporan keuangan konsolidasi lebih rendah untuk tujuan monitoring intern dan
‘13 16 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
juga untuk pelaporan ekstern. Mian dan Smith memberikan kejadian empiris yang konsisten
dengan prediksi ini.
Pemberian fleksibilitas manajemen dalam memilih suatu kumpulan kebijakan
akuntansi dengan membuka kemungkinan perilaku oportunistik. Manajer akan memilih
kebijakan akuntansi yang sesuai dengan tujuan mereka. Teori akuntansi positif menganggap
bahwa manajer secara rasional (seperti investor) akan memilih kebijakan akuntansi yang
menurut mereka baik. Manajer perusahaan yang aktif melakukan eksplorasi minyak akan
memilih metode Full Cost daripada Successful Effort untuk meratakan laba dan
meningkatkan present value aliran bonus mereka meskipun laba yang tinggi akan
berdampak pada pajak yang tinggi.
Teori normative adalah apa yang seharusnya terjadi. Apakah teori normative akan
mempunyai daya prediksi yang baik tergantung pada sejauhmana individu secara nyata
membuat keputusan sesuai dengan teori yang digambarkan. Tidak seperti teori positif, teori
normative tidak mengharuskan kriteria mempunyai kemampuan prediksi. Kedua pendekatan
tersebut saling melengkapi satu sama lain.
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan
kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan
akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori
akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah
untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi. Teori akuntansi positif
merupakan studi lanjut dari teori akuntansi normatif karena kegagalan normatif dalam
menjelaskan fenomena praktik yang terjadi secara nyata. Teori akuntansi positif mempunyai
peranan dangat penting dalam perkembangan teori akuntansi. Teori akuntansi positif dapat
memberikan pedoman bagi para pembuat kebijakan akuntansi dalam menentukan
konsekuensi dari kebijakan tersebut. Teori akuntansi positif berkembang seiring kebutuhan
untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik akuntansi yang ada dalam masyarakat
sedangkan akuntansi normatif lebih menjelaskan praktik akuntansi yang seharusnya
berlaku.
Pendekatan positif melihat pada “mengapa” praktik akuntansi dan/atau teori
akuntansi berkembang sebagaimana adanya dengan tujuan untuk menjelaskan dan/atau
meramalkan peristiwa akuntansi. Karenanya, pendekatan positif berusaha untuk
menentukan berbagai faktor yang mungkin memengaruhi faktor rasional dalam bidang
akuntansi. Pada dasarnya ia berusaha untuk menentukan suatu teori yang menjelaskan
fenomena yang diamati.
Teori yang dikemukakan Friedman (1953) ini merupakan sekumpulan proposisi
(penjelasan sifat dan realita) yang terdiri dari konstruk yang didifinisikan secara luas dan
‘13 17 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
menghubungkan berbagai unsur yang terdapat dalam proposisi tersebut. Teori ekonomi
positif, menurut Friedman (1953) pada hakekatnya terbebas dari ikatan pelbagai aspek etika
—sebagaimana dikemukakan Keynes. Dia lebih mengacu ke istilah “apa adanya” (what it is)
daripada ke istilah “seharusnya demikian” (it should be). Dengan demIkian, fungsinya harus
dinilai berdasarkan ketepatan (precision), bidang kajian (scope), dan kesesuaian peramalan
berdasarkan pada pengalaman.
Organisasi bisnis merupakan sebuah pertemuan dari berbagai macam kontrak
kepentingan (nexus of contract) sehingga di dalam proses akuntansi ada dimensi politis
yang terlibat didalamnya. Dimensi politis tersebut adalah sebuah kenyataan bahwa ada
pihak-pihak yang berkepentingan dan cukup mempunyai kekuatan untuk menggunakan
pengaruhnya ke dalam organisasi tersebut. Sehingga dalam pemahaman mengenai
‘creative accounting’ ini bukan berarti akuntan yang memanfaatkan pemahaman akuntansi
tersebut, tetapi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan kekuatan untuk
menggunakan ‘creative accounting’ tersebut, seperti manajer, akuntan, pemerintah, asosiasi
industri dan sebagainya.
Teori Akuntansi Positif berkembang seiring kebutuhan untuk menjelaskan dan
memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada di dalam masyarakat seperti yang
dikatakan oleh Watts dan Zimmerman [1986] dibandingkan dengan akuntansi normatif yang
lebih menjelaskan praktek-praktek akuntansi yang seharusnya (should be) berlaku. Dalam
pemilihan kebijakan akuntansi misalnya akan membawa dampak ekonomi terhadap
pemilihan kebijakan akuntansi tersebut kepada penggunanya yang sering disebut oleh Zeff
[1978] sebagai economic consequences.
Dalam mengisi ruang teori akuntansi positif maka ‘creative accounting’ sebagai salah
satu tema menarik yang juga perlu diperhatikan oleh akuntan (dan juga penyusun standar
akuntansi). Creative accounting menurut Amat, Blake dan Dowd [1999] adalah sebuah
proses dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan
akuntansi (termasuk didalamnya standar, teknik dsb.) dan menggunakannya untuk
memanipulasi pelaporan keuangan. Manajer dalam bereaksi terhadap pelaporan keuangan
menurut Watt dan Zimmerman [1986] digolongkan menjadi tiga buah hipotesis, yaitu bonus-
plan hyphotesis, debt-covenant hyphotesis dan political cost hyphotesis.
Creative accounting bukan merupakan suatu hal baru, dan untuk melakukannya
membutuhkan biaya yang relative mahal. Creative accounting ini dipicu oleh adanya
tekanan bahwa badan usaha merasa harus berada dalam posisi profit untuk menarik
investor dan sumber daya. Tetapi hal ini lebih mengarah pada penipuan atau kecurangan
‘13 18 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
pada praktik akuntansi. Apakah ini berarti bahwa creative accounting merupakan hal ilegal
atau dapat dibenarkan.
‘Creative accounting’ dapat dikatakan sebagai sebuah praktek akuntansi yang buruk,
karena cenderung mereduksi reliabilitas informasi keuangan. Karena manajer memiliki
asimetri informasi, yang bagi pihak di luar perusahaan sangat sulit diketahui, maka
memaksimalkan keuntungan dengan ‘creative accounting’ akan selalu ada. Masalah
sebenarnya adalah tidak diberikannya pengungkapan yang transparan secara menyeluruh
tentang proses pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan kebijakan akuntansi
(accounting policy). Akibatnya, laporan keuangan dianggap masih memiliki keterbatasan
mendasar sehingga belum memadai untuk digunbakan dalam proses pengambilan
keputusan.
Merujuk agency theory, laporan keuangan dipersiapkan oleh manajemen sebagai
pertanggungjawaban mereka kepada principal. Karena manajemen terlibat secara langsung
dalam kegiatan usaha perusahaan maka manajemen memilikiasimetri informasi dengan
melaporkan segala sesuatu yang memaksimumkan utilitasnya. ‘Creative accounting’ sangat
mungkin dilakukan oleh manajemen, karena manajemen dengan asimetri informasi yang
dimilikinya akan leluasa untuk memilih alternatif metode akuntansi. Manajemen akan
memilih metode akuntansi tertentu jika terdapat insentif dan motivasi untuk melakukannya.
Cara yang paling sering digunakan adalah dengan merekayasa laba (earning management),
karena laba seringkali menjadi fokus perhatian para pihak eksternal yang berkepentingan.
Berbagai macam pola yang dilakukan dalam rangka ‘creative accounting’ menurut
Scott [1997] sebagai berikut:
1. Taking Bath, atau disebut juga ‘big bath’. Pola ini dapat terjadi selama ada tekanan
organisasional pada saat pergantian manajemen baru yaitu dengan mengakui
adanya kegagalan atau defisit dikarenakan manajemen lama dan manajemen baru
ingin menghindari kegagalan tersebut. Teknik ini juga dapat mengakui adanya biaya-
biaya pada periode mendatang dan kerugian periode berjalan ketika keadaan buruk
yang tidak menguntungkan yang tidak bisa dihindari pada periode berjalan.
Konsekuensinya, manajemen melakukan ‘pembersihan diri’ dengan membebankan
perkiraan-perkiraan biaya mendatang dan melakukan ‘clear the decks’. Akibatnya
laba periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.
2. Income minimization. Cara ini mirip dengan ‘taking bath’ tetapi kurang ekstrem. Pola
ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar
tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek political-
cost). Kebijakan yang diambil dapat berupa write-off atas barang modal dan aktiva
tak berwujud, pembebanan biaya iklan, biaya riset dan pengembangan, metode
‘13 19 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
successfull-efforts untuk perusahaan minyak bumi dan sebagainya. Penghapusan
tersebut dilakukan bila dengan teknik yang lain masih menunjukkan hasil operasi
yang kelihatan masih menarik minat pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari
penghapusan ini adalah untuk mencapai suatu tingkat return on assets yang
dikehendaki.
3. Income maximization. Maksimalisasi laba dimaksudkan untuk memperoleh bonus
yang lebih besar, dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah batas atas yang
ditetapkan.
4. Income smoothing. Perataan laba merupakan cara yang paling populer dan sering
dilakukan. Perusahaan-perusahaan melakukannya untuk mengurangi volatilitas laba
bersih. Perusahaan mungkin juga meratakan laba bersihnya untuk pelaporan
eksternal dengan maksud sebagai penyampaian informasi internal perusahaan
kepada pasar dalam meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan.
5. Timing revenue and expense recognition. Teknik ini dapat dilakukan dengan
membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan saat atau timing suatu transaksi
seperti adanya pengakuan yang prematus atas penjualan.
8.7. CREATIVE ACCOUNTING DAN ETIKA‘Creative accounting’ mempunyai banyak konsekuensi. Dalam perspektif ekonomi,
‘creative accounting’ dipengaruhi oleh kerangka ekonomi yang bertujuan untuk self-interset.
Hal ini mungkin sah-sah saja dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
akuntansi berterima umum. Namun pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah ‘creative
accounting’ memang sesuatu yang benar untuk dilakukan? Apakah maksud dan tujuan
‘creative accounting’ sehingga moral judgment-nya tergantung kepada tujuan ‘creative
accounting’ itu sendiri. Persepsi ini harus diluruskan agar tidak menjadikan bahwa ‘creative
accounting’ menjadi hal yang pro dan kontra.
Dalam pandangan orang awam ‘creative accounting’ dianggap tidak etis, bahkan
merupakan bentuk dari manipulasi informasi sehingga menyesatkan perhatiannya. Tetapi
dalam pandangan teori akuntansi positif, sepanjang ‘creative accounting’ tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum, tidak ada masalah yang harus
dipersoalkan. Asalkan tidak ada asimetri informasi antara pelaku ‘creative accounting’ dan
pengguna informasi keuangan. Perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour)
para manajer terjadi akibat adanya asimetri informasi dalam penyajian laporan keuangan
tidak terlepas dari pertimbangan konsekuensi ekonomi. Perhatian kita mungkin diarahkan
‘13 20 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
bagaimana mendorong keterbukaan informasi secara lebih luas sehingga inside information
bukanlah sesuatu yang ‘tabu’ untuk diumumkan kepada khalayak.
Dalam kerangka keterbukaan yang menyeluruh sebenarnya ‘creative accounting’
tidak akan berpengaruh kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap organisasi
sebab semua pihak akan mempunyai informasi yang sama dan tidak ada asimetri informasi
lagi. Sekali lagi, pentingnya mendorong keterbukaan dalam rangka good governance akan
membawa dampak kepada ketersediaannya informasi sehingga akan mengeliminasi dan
mengurangi dampak ‘creative accounting’. Untuk itu keputusan pelaksanaan “creative
accunting” dalam mengelola laporan keuangan perusahaan tentu harus benar-benar
dipikirkan dengan mendalam, karena tentu akan berpengaruh terhadap kredibititas
perusahaan itu sendiri.
Bagaimana kita bisa mengetahui dan mencegah terjadinya creative accounting
tersebut? Dibawah ini ada beberapa metode dan cara untuk kita bisa mengetahui adanya
creative accounting dan cara mencegahnya. Fraudulent financial reporting di suatu
perusahaan merupakan hal yang akan berpengaruh besar terhadap semua pihak yang
mendasarkan keputusannya atas informasi dalam laporan keuangan (financial statement)
tersebut. Oleh karena itu akuntan publik harus bisa menccegah dan mendeteksi lebih dini
agar tidak terjadi fraud. Untuk mengetahui adanya fraud, biasanya ditunjukkan oleh
timbulnya gejala-gejala (symptoms) berupa red flag (fraud indicators), misalnya perilaku
tidak etis manajemen. Red flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan
(fraud) yang terjadi.
Hasil penelitian Wilopo (2006) membuktikan serta mendukung hipotesis yang
menyatakan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan
akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan kefektifan pengendalian internal, ketaatan
aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Hasil
penelitian Wilopo tersebut juga menunjukkan bahwa dalam upaya menghilangkan perilaku
tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi memerlukan usaha yang
menyeluruh, tidak secara partial. Menurut Wilopo, upaya menghilangkan perilaku tidak etis
manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi, antara lain:
1. Mengefektifkan pengendalian internal, termasuk penegakan hukum
2. Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian
3. Pelaksanaan good governance
4. Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan
mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan, negara dan masyarakat.
‘13 21 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
The National Commission On Fraudulent Financial Reporting (The Treadway Commission)
merekomendasikan 4 (empat) tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
fraudulent financial reporting, yaitu :
1. Membentuk lingkungan organisasi yang memberikan kontribusi terhadap integritas
proses pelaporan keuangan(financial reporting)
2. Mengidentifikasi dan memahami faktor- faktor yang mengarah ke fraudulent financial
reporting
3. Menilai resiko fraudulent financial reporting di dalam perusahaan
4. Mendisain dan mengimplementasikan internal control yang memadaiuntuk financial
reporting.
Beberapa atribut yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya risiko terdapat fraudulent
financial reporting di perusahaan, antara lain:
1. Terdapat kelemahan dalam pengendalian intern (internal control).
2. Perusahaan tidak memiliki komite audit.
3. Terdapat hubungan kekeluargaan (family relationship) antara manajemen (Director)
dengan karyawan perusahaan.
Klasifikasi dari Creative Accounting Practices menurut Mulfrod & Comiskey, terdiri dari:
1. Pengakuan pendapatan fiktif (recognizing Premature or Ficticious Revenue).
2. Kapitalisasi yang agresif dan Kebijakan amortisasi yang terlalu lebar (Aggressive
Capitalization & Extended Amortization Policies).
3. Pelaporan keliru atas Aktiva & Utang (Misreported Assets and Liabilities).
4. Perekayasaan Laporan Laba Rugi (Creative with the Income Statement).
5. Timbul masalah atas pelaporan Arus Kas (Problems with Cash-flow Reporting).
8.8. TIGA HIPOTESIS DARI TEORI AKUNTANSI POSITIFDengan formula dari Watts dan Zimmerman (1986) ada 3 hipotesis dalam teori
akuntansi positif :
1. Bonus Plan HyphotesisHealy [1985] dalam Scott [1997] menyatakan bahwa manajer seringkali berperilaku
seiring dengan bonus yang akan diberikan. Jika bonus yang diberikan tergantung pada laba
yang akan dihasilkan, maka manajer akan melakukan ‘creative accounting’ dengan
menaikkan laba atau mengurangi laba yang akan dilaporkan. Pemilik biasanya menetapkan
batas bawah laba yang paling minim agar mendapatkan bonus. Dari pola bonus ini manajer
akan menaikkan labanya hingga ke atas batas minimal tadi. Tetapi jika pemilik perusahaan
membuat batas atas untuk mendapatkan bonus, maka manajer akan berusaha
‘13 22 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
mengurangkan laba sampai batas atas tadi dan mentransfer laba saat ini ke periode yang
akan datang. Hal ini dia lakukan karena jika laba melewati batas atas tersebut manajer
sudah tidak mendapatkan insentif tambahan atas upayanya memperoleh laba di atas batas
yang ditetapkan oleh pemilik perusahaan. Formula bonus yang digunakan Healy didasarkan
pada asumsi bahwa perusahaan terdiri atas manajer yang menghindari resiko (risk averse)
sehingga manajer akan memilih discretionary accrual untuk:
1. menurunkan earning ketika earning sebelum keputusan accrual lebih kecil dari bogey
(batas bawah) atau melebihi cap (batas atas)
2. menaikkan earning ketika earning sebelum keputusan accrual melebihi bogey tetapi
tidak melebihi cap.
Implikasi yang dikemukakan oleh Healy adalah bahwa manajer akan berperilaku oportunistik
menghadapi intertemporal choice. Jadi jika perusahaan merencanakan bonus berdasarkan
net income, maka perusahaan tersebut akan memilih prosedur akuntansi yang menggeser
pelaporan earnings masa datang ke periode sekarang.
2. Debt-covenant hyphotesisPenelitian dalam bidang teori akuntansi positif juga menjelaskan praktek akuntansi
mengenai bagaimana manajer menyikapi perjanjian hutang. Manajer dalam menyikapi
adanya pelanggaran atas perjanjian hutang yang telah jatuh tempo, akan berupaya
menghindarinya dengan memilih kebijakan-kebijakan akuntansi yang menguntungkan
dirinya. Fields, Lys dan Vincent [2001] mengemukakan ada dua kejadian dalam pemilihan
kebijakan akuntansi, yaitu pada saat diadakannya perjanjian hutang dan pada saat jatuh
temponya hutang. Kontrak hutang jangka panjang (debt covenant) merupakan perjanjian
untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan
kreditur, seperti pembagian deviden yang berlebihan, atau membiarkan ekuitas berada di
bawah tingkat yang telah ditentukan.
Semakin cenderung suatu perusahaan untuk melanggar perjanjian hutang maka
manajer akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat mentransfer laba periode
mendatang ke periode berjalan karena hal tersebut dapat mengurangi resiko ‘default’.
Sweeney [1994] dalam Scott [1997] menyatakan perilaku ‘memindahkan’ laba tersebut
dilakukan oleh perusahaan bermasalah yang terancam kebangkrutan dan ini merupakan
strategi untuk bertahan hidup. Jadi perusahaan cenderung untuk menurunkan rasio
utang/ekuitas dengan cara meningkatkan laba sekarang dengan menggeser dari laba-laba
periode berikutnya. Motivasi perusahaan melakukan ini adalah untuk menghindari
kedekatan terhadap kovenan utang dan untuk mendapatkan suku bunga pinjaman yang
‘13 23 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
lebih rendah, karena semakin rendah rasio/ekuitas semakin rendah risiko kebangkrutan
perusahaan.
3. Political-cost hyphotesisDalam pandangan teori agensi (agency theory), perusahaan besar akan
mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar
melakukannya sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Perusahaan
besar menghadapi biaya politis yang lebih besar karena merupakan entitas yang banyak
disorot oleh publik secara umum. Para karyawan berkepentingan melihat kenaikan laba
sebagai acuan untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui kenaikan gaji. Pemerintah
melihat kenaikan laba perusahaan sebagai obyek pajak yang akan ditagihkan. Sehingga
pilihan yang dihadapi oleh organisasi adalah dengan cara bagaimana lewat proses
akuntansi agar laba dapat ditampilkan lebih rendah. Hal ini yang seringkali disebut dengan
political cost hyphoyesis [Watts dan Zimmerman: 1986].
Jadi perusahaan cenderung untuk menurunkan laba sekarang dengan menggeser ke
laba-laba periode berikutnya. Motivasi perusahaan melakukan ini misalnya untuk
menghindari tekanan politik seperti tuduhan monopoli dengan menunjukkan laba
perusahaan tidak berlebihan seperti yang dicurigai, melobi ke konggres untuk melindungi
industri dari barang impor yang menyebabkan keuntungan industri merosot, menghindari
tuntutan serikat kerja dengan menunjukkan bahwa laba perusahaan menurun dan lain
sebagainya. Perusahaan dapat menurunkan laba dengan merubah metode atau prosedur
akuntansi.
Tiga hipotesis di atas akan memberikan arah pengujian empiris suatu prediksi.
Manajer dengan bonus plan diperkirakan akan memilih kebijakan akuntansi yang kurang
konservatif kalau dibandingkan dengan manajer tanpa bonus plan. Manajer tersebut akan
menolak standar akuntansi yang mengakibatkan pelaporan earnings perusahaannya yang
lebih rendah, karena akan mengakibatkan bonus yang diterima juga rendah. Untuk hipotesis
kovenan utang, juga akan terjadi jika manajer dihadapkan pada rasio utang/modal yang
tinggi akan memilih kebijakan akuntansi yang kurang konservatif karena resiko
kebangkrutannya juga tinggi. Pada political cost hypothesis, manajer perusahaan besar
lebih suaka memilih kebijakan akuntansi yang lebih konservatif dibanding manajer
perusahaan kecil. Perusahaan besar juga cenderung tidak menolak standar baru yang
melaporkan income yang lebih rendah. Hipotesis ini juga ditafsirkan dalam pandangan
efisiensi kontrak. Manajer cenderung menolak kebijakan akuntansi yang dapat
meningkatkan volatilitas earning.
‘13 24 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
8.9. PENELITIAN EMPIRIS TEORI AKUNTANSI POSITIF
Berikut adalah penelitian-penelitian empiris yang berkaitan dengan teori akuntansi positif
:
1. Dalam penelitian Lev (1979) sama sekali tidak merekomendasikan bagaimana
perusahaan dan investor harus bereaksi terhadap SFAS 19, tetapi memberi gambaran
bagaimana kemungkinan reaksi manajer dan investor terhadap perubahan kebijakan
akuntansi dari Full Cost ke Successful Efforts. Penelitian tersebut dapat membantu
memberikan gambaran tentang mengapa perusahaan memilih standar yang berbeda,
mengapa manajer menolak perubahan standar dan mengapa investor bereaksi dengan
adanya perubahan standar yang mengakibatkan perubahan net income.
2. Penelitian Healy (1985) yang menemukan bukti bahwa manajer dengan bonus plan akan
cenderung memilih kebijakan accrual untuk memaksimalkan bonus yang dia terima.
3. Penelitian Sweeney (1994) melaporkan pengujian hipotesis kovenan utang. Dia
mempelajari 130 perusahaan manufaktur di Amerika Serikat yang melakukan
pelanggaran pertama kali terhadap kovenan utang selama periode 1980 – 1939, dan
sebagai sampel kontrol sebanyak 130 perusahaan yang mempunyai ukuran dan jenis
industri yang sama yang tidak melakukan pelanggaran kovenan utang. Hasil penelitian
tersebut antara lain adalah:
a. Pelanggaran sering terjadi bersangkutan dengan maintenance of working capital dan
pemegang saham dan untuk utang/modal dan rasio interest coverage jarang terjadi,
banyak perusahaan yang mengungkapkan biaya yang ditanggung karena
pelanggaran kovenan yaitu kenaikan security, pembatasan pinjaman, dan tingginya
tingkat suku bunga,
b. Dalam periode 8 tahun pertama, mulai tahun kelima sebelum pelanggaran perjanjian
perusahaan lebih sering melakukan perubahan kebijakan akuntansi dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak melakukan pelanggaran sebagai sampel kontrolnya.
Sebagai contoh, perubahan peningkatan income termasuk perubahan dalam asumsi
rencana pensiun, batas pensiun, adopsi metode persediaan dari LIFO, dan likuidasi
dengan metode LIFO inventory layers,
c. Perusahaan bisa melakukan manipulasi net income yang dilaporkan pada waktu
adopsi standar akuntansi yang baru. Dia menemukan terdapat kecenderungan untuk
perusahaan yang menerapkan lebih awal standar yang mengakibatkan kenaikan
income dan akan menunda standar yang mengakibatkan penurunan income.
Perusahaan yang dijadikan sampel kontrol tidak berperilaku demikian.
‘13 25 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
d. Dari 130 sampel perusahaan yang melakukan pelanggaran, hanya 53 perusahaan
secara nyata mengubah kebijakan akuntansi selama periode 8 tahun tersebut.
Sisanya sebanyak 77 perusahaan tidak melakukan perubahan meningkatkan
income. Hal ini bisa memberikan suatu pertanyaan untuk generalisasi bentuk
oportunistik dari hipotesis kovenan utang,
e. Untuk menyelidiki mengapa ada perusahaan yang melakukan perubahan dan yang
sebagian tidak, maka Sweeney mengidentifikasi perusahaan yang mempunyai
fleksibilitas akuntansi dan biaya default yang rendah dan ternyata perusahaan
tersebut cenderung tidak melakukan perubahan kebijakan akuntansi.
4. Penelitian Jones (1991) menemukan kejadian dari perilaku yang diprediksi. Studi ini
meneliti perusahaan yang melaporkan net income yang lebih rendah selama
penyelidikan import relief. Pemberian keringanan bagi perusahaan merupakan bagian
dari keputusan politis. Manajer akan cenderung memilih kebijakan akuntansi yang
melaporkan income lebih kecil dan cenderung memilih kebijakan akuntansi yang bersifat
accrual yang dikenal discretionary accrual. Jones memeriksa apakah perusahaan yang
menggunakan discretionary accruals untuk melaporkan earningsnya lebih rendah. Dia
mengumpulkan sampel sebanyak 23 perusahaan dari 5 industri yang termasuk
didalamnya 6 penyelidikan import relief dengan International Trade Commission (ITC)
selama periode 1980 – 1985.
8.10. PEMISAHAN OPORTUNISTIK DAN EFISIENSI KONTRAK VERSI TEORI AKUNTANSI POSITIF
Tiga hipotesis yang dinyatakan diatas adalah suatu bentuk oportunistik, mereka
mengasumsikan bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan
harapan mereka. Hipotesis ini juga dinyatakan sebagai suatu bentuk efisiensi, yang
mengasumsikan bahwa sistem pengendalian internal termasuk monitoring direktur utama,
keterbatasan kesempatan, dan motivasi manajer untuk memilih kebijakan akuntansi yang
meminimalkan biaya kontrak. Konsekuensinya, sulit untuk memberitahu apakah perusahaan
dalam memilih kebijakan akuntansinya mempertimbangkan oportunistik atau efisiensi.
Hasil penelitian Sweeney mendukung kedua versi teori akuntansi positif tetapi
gambaran secara detail analisis khusus perusahaan diperlukan untuk bagian dari dua versi
tersebut. Penelitiannya Dechow (1994) berhubungan dengan dua versi teori akuntansi
positif. Dia menemukan bahwa net income berhubungan signifikan dengan return daripada
aliran kas. Ketika accrual secara relatif luas, maka net income seharusnya berhubungan
‘13 26 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
signifikan dengan return saham, secara relativ aliran kas lalu ketika perusahaan dalam
keadaan steady state (aliran kas dan net income akan sama). Temuan empirisnya
menambah dukungan untuk efisiensi kontrak.
Studi oleh Subramanyam (1996) juga mendukung efisiensi kontrak. Manajer yang
memilih discretionary accruals akan mempunyai kemampuan meningkatkan earnings untuk
memprediksi kinerja perusahaan di masa yang akan datang dan akan meningkatkan
persistensi earnings. Dia juga menemukan bahwa harga saham merespon secara positif
earnings manajemen dari sifat ini.
8.11. TEORI AKUNTANSI NORMATIF VS TEORI AKUNTANSI POSITIF
Teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subjektif, sehingga tidak
dapat diterima begitu saja dan harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori
yang kuat. Dalam praktik, para profesional dalam bidang akuntansi telah menyadari
sepenuhnya bahwa teori akuntansi positif lebih cendrung diterapkan dibanding teori
akuntansi normatif. Teori akuntansi positif memiliki ciri pemecahan masalah yang
disesuaikan dengan realitas praktek akuntansi. Pendekatan yang digunakan dalam teori
akuntansi positif adalah pendekatan ekonomi dan perilaku.
Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi praktik akuntansi. Salah satu contoh dalam penggunaan teori positif adalah
hipotesa mengenai program pemberian bonus. Hipotesa ini menunjukkan bahwa
manajemen yang remunerasinya didasarkan pada bonus, akan berusaha memaksimalisasi
bonusnya melalui penggunaan metode akuntansi yang dapat menaikkan laba dan pada
akhirnya memperbesar bonus. Teori ini akan dapat menjelaskan atau memprediksi prilaku
manajemen dalam hal program pemberian bonus. Pandangan sains akan menghasilkan
teori akuntansi positif dan pandangan tekhnologi akan menghsilkan teori akuntansi
normative. Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang berbeda-beda yang ingin dicapai atau
dihasilkan oleh teori akuntansi.
Penjelasan positif berisi pernyataan tentang sesuatu (kejadian, tindakan atau
perbuatan) seperti apa adanya sesuai dengan fakta atau apa yang terjadi atas dasar
pengamatan empiris. Penjelasan positif diarahkan untuk memberikan jawaban apakah
sesuatu pernyataan itu benar atau salah atas dasar kriteria ilmiah. Penjelasan normativ
berisi pernyataan dan penalaran untuk menilai apakah sesuatu itu baik atau buruk atau
relevan atau tak relevan dalam kaitannya dengan kebijakan ekonomi atau sosial tertentu.
Penjelasan normativ diarahkan untuk mendukung atau menghasilkan kebijakan politik
sehingga bersifat pembuatan kebijakan.
‘13 27 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
Sasaran teori akuntansi positif adalah menghasilkan penjelasan tentang apa
nyatanya terjadi secara objektif tanpa dilandasi oleh pertimbangan nilai. Teori akuntansi
positif mengajukan proposisi atau hipotesis bahwa perusahaan manufakturan FIFO
sedangkan perusahaan perdagangan cendrung memilih LIFO. Teori akuntansi positif
berusaha menentukan apakah hipotesis tersebut benar atau salah dengan menggunakan
metode ilmiah atas dasar pengamatan data yang nyatanya terjadi. Bila hipotesis terbukti,
penjelasan dijelaskan dalam bentuk pernyataan misalnya bahwa perusahaan yang memilih
FIFO adalah perusahaan manufakturan. Karena tujuan teori positif adalah untuk
mendeskripsi (membuat pertimbangan nilai) apakah metode FIFO lebih baik atau lebih
bermanfaat dari metode LIFO.
Di lain pihak, sasaran teori akuntansi normatif adalah menjelaskan penjelasan atau
penalaran mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik tau lebih efektif dari pada
perlakuan akuntansi alternative karena tujuan akuntansi tertentu harus dicapai. Hasil akhir
teori akuntansi normative adalah suatu pernyataan atau proposal yang menganjurkan
tindakan tertentu. Misalnya, teori akuntansi akan menghasilkan pernyataan yang berbunyi
bahwa asset tetap harus dinilai dan dicantumkan dalam neraca atas dasar kos historis. Teori
akuntansi positif dan normative timbul karena perbedaan sasaran teori dan bidang masalah
yang menjadi perhatian masing-masing teori. Bila dikaitkan dengan dikotomi sains dan
tekhnologi, teori akuntansi positif lebih erat kaitannya dengan akuntansi sebagai sains
sedangkan teori akuntansi normative lebih erat kaitannya dengan akuntansi sebagai
teknologi.
8.12. KESIMPULAN
Teori akuntansi positif berusaha untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan
akuntansi perusahaan. Berdasar perspektif teori akuntansi positif, tidak sulit untuk
mengetahui mengapa kebijakan akuntansi dapat mempunyai konsekuensi ekonomis. Dari
perspektif efisiensi, seperangkat kebijakan yang tersedia mempengaruhi fleksibilitas
perusahaan. Dari perspektif opportunistics, kemampuan manajemen untuk memilih
kebijakan akuntansi untuk keuntungan diri sendiri dapar terpengaruh. Perubahan dalam
seperangkat kebijakan yang tersedia akan bermasalah bagi manajer. Sehingga, kita
mengharapkan manajemen untuk bereaksi dan banyak kebijakan baru yang berpengaruh
dengan keberadaan kontrak dan/atau mengurangi pilihan kebijakan akuntansi.
Teori positif berkembang karena ketidakpuasan terhadap teori normatif yaitu:
1. Ketidakmampuan normatif untuk menguji secara empiris,
‘13 28 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
2. Normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individu dari
pada kemakmuran secara luas,
3. Normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya
ekonomi secara optimal di pasar modal.
Teori positif mulai berkembang sekitar tahun 1960-an yang dipelopori oleh Watt &
Zimmerman menitik beratkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku dengan munculnya
hipotesis pasar efisien dan teori agensi. Hipotesa yang digunakan oleh Watt & Zimmerman
ada 3, yaitu :
1. Perencanaan bonus
2. Perjanjian hutang
3. Biaya proses politik.
Teori positif lebih mengacu pada penelitian empiris yang memaksimalkan keuntungan (baik
investor, manajer maupun masyarakat luas) dalam memilih metode akuntansi yang ada.
Teori Positif dikritik oleh beberapa peneliti yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok,
yaitu :
a. Kritik terhadap filosofi, positif menganut bahwa peneliti berada di luar area penelitian
serta memakasimalkan utilitynya. Hal ini tidak mungkin terjadi karena peneliti selalu
berada pada area yang ditelitinya dan maksimalitas utility tidak mungkin dicapai
hanya sebatas pada kepuasan (Hebert Simons).
b. Kritik terhadap metodologi, teori positif menganut pendekatan bahwa maksimalisasi
keuntungan dapat diperoleh melalui harga keseimbangan pasar. Hal ini tidak
mungkin karena penelitian dengan harga keseimbangan pasar sangat sedikit
pengaruhnya terhadap kontribusi penelitian akuntansi.
c. Kritik terhadap penelitian dengan pendekatan ekonomi, yaitu pemaksimalisasi
individu yang tidak mungkin atau tidak mudah untuk menghitungnya.
‘13 29 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id
Daftar PustakaSuwardjono. 2006. Teori akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi 3.
Yogyakarta: BPFE._ SWD2. Scott, William R. 2006. Financial Accounting Theory. 4th. Edition. Prentice Hall. _SCOTTTambahan: 1. Financial Accounting Standards Board (FASB): Satement of Financial
Accounting Concept. Meliputi SFAC No. 1, 2, 3, 6,dan 7.
‘13 30 Teori Akuntansi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Istianingsih http://www.mercubuana.ac.id