modul
DESCRIPTION
sipilTRANSCRIPT
MODUL IX
TOTAL QUALITY MANAGEMENT
NAMA DOSEN : NURUL DIENA NOVANIA, ST
I. Pengertian Total Quality Management
Total Quality Management dapat didefinisikan dari tiga kata yang membentuknya,
yaitu Total (keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/tingkat keunggulan barang atau
jasa), Management (tindakan, seni, cara manghandel, pengendalian, pengamatan).
Dari tiga kata tersebut TQM dapat diartikan ; Sistem management yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction) dengan kegiatan
yang diupayakan sekali benar (right first time), melalui perbaikan berkesinambungan
(Continous Improvement) & motivasi karyawan.
Definisi lain menyatakan bahwa, TQM adalah sistem manajemen yang
mengangkat kualitas sebagai strategi menuju pencapaian keunggulan bersaing yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh (total) anggota
organisasi.
Fandy Tjipto 1996 mendefinikan bahwa TQM adalah suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mecoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus menerus atas produk , jasa, manusia, proses &
lingkungannya.
II. Prinsip-prinsip TQM
Prinsip-prinsip dalam TQM harus bersumber dari atas kebawah & beroperasi dari
bawah ke atas bila diinginkan berjalan secara efektif, ini bisa dicapai bila organisasi
menganut sistem Desentralisasi
Gambar 9.1 Struktur Pelaksanaan TQM
KEPEMIMPINAN
Produk
OutputTIM
TQM
III. Skema cakupan TQM dalam suatu organisasi
Pendekatan Desentralisasi berbeda secara radikal dari pendekatan sentralisasi,
bahkan merupakan kebalikannya. Stuktur Desentralisasi berdasarkan tim bukan
fungsi, fokus supervisi dipusatkan pada output bukan input. Kesadaran penyelesaain
pekerjaan berada pada tim, bukan pada pekerjaan masing-masing orang. Orientasi
ini mempengaruhi setiap aspek operasional & interaksi sistem manajement bukan
hanya struktur tetapi juga aspek dari karakteristik organisasi, budaya, iklim kerja.
Pendekatan ini memperhitungkan sepenuhnya aspek semangat manusia & sistem
manusia.
Pada banyak perusahan di Jepang, kegiatan pengendalian mutu ini selalu
dilaksanakan tidak saja dalam hal yang bersifat teknis ataupun pada bidang
manufacktur saja, akan tetapi juga dilaksanakan dalam bidang bisnis, administrasi,
pengendalian dan bidang-bidang lainnya.
Setiap anggota atau karyawan perusahaan, mulai dari pucuk pimpinan hingga
buruh pabrik dilibatkan dengan kegiatan-kegiatan mutu tersebut. Para buruh tersebut
melaksanakan kegiatan pengendalian mutu tersebut secara berkelompok yang
dikenal dengan nama “Gugus Kendali Mutu (GKM) atau QCC (Quality Control Cycle).
Mereka berintekrasi secara aktif baik dengan rekan-rekan dalam lingkungannya
maupun dengan pihak-pihak yang berada diluar perusahaan guna mencari manfaat
bersama.
Dale H. Besterfield, 1995 menyatakan bahwa untuk dapat berhasil dengan
baik penerapan sistem TQM harus berpedoman pada enam prinsip dasar yang
menjadi acuannya. Keenam prinsip dasar tersebut adalah :
1. kesediaan manajement dalam melibatkan seluruh pendukung organisasi
2. Fokus pada pelanggan internal dan eksternal.
3. Melibatkan dan mengunakanan secara efektif seluruh kekuatan organisasi.
4. Perbaikan secara terus menerus atas bisnis dan proses produksi.
5. Melakukan pemasok sebagai teman (patner).
6. Menetapkan keberhasilan kinerja proses.
Sedangkan Bil Creech, 1995 mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai
empat prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya, yaitu :
Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan berorientasi
pada kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap
proses dan produk.
Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam
memberlakukan karyawan, mengikutsertakannya, dan memberikan inspirasi.
Program TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang
memberikan wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga
antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama bisa jadi kenyataan.
Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip,
kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.
Culture Communication
Commitment
Gambar 9.2 Inti TQM (Sumber : WWW.dti.gov.uk.quality/tqm)
Inti dari TQM adalah bagaimana memberikan kepuasan kepada Customer, baik itu
mutu pelayanan dan mutu produk. Semuanya bisa tercapai jika process, system dan
people saling terintegrasi satu sama lain. Dan semuanya itu dibarengi oleh
commitment tarhadap pencapaian perbaikan mutu serta mengkomunikasikan tujuan
semua lini. Pencapaian ini juga akan sangat dipengaruhi oleh budaya kerja
perusahaan.
IV. Manfaat TQM
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan TQM khususnya bagi
pelanggan, perusahaan maupun bagi staf dan karyawan. Manfaat tersebut
System Process
CostumerSupplierCostumerSupplier
PeoplePeople
didasarkan pada sistem kerja dari program TQM yang berlandaskan pada
perbaikan berkesinambungan atau berkelanjutan. Hal ini akan mengurangi
berbagai bentuk pemborosan dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Kedua
faktor itu pada akhirnya akan meningkatkan profit atau keuntungan.
Manfaat TQM bagi perusahaan adalah :
Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan.
Staf lebih termotivasi.
Produktifitas meningkat.
Biaya turun (cost reduction)
Produk cacat berkurang.
Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
Membantu terciptanya teamwork
membuat perusahaan lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan.
Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah.
Manfaat TQM bagi customer/ pelanggan adalah ;
Pelanggan lebih diperhatikan
Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk ataupun
pelayanan.
Kepuasan pelanggan terjamin
Gambar 9.3 Diagram manfaat TQM dalam perusahaan
V. Pengendalian Kualitas Dengan Sistem PDCA
Kepuasan pelanggan terpenuhiMengurangi pemborosan & kesalahan
Perbaikan berkesinambungan
Meningkatkan keuntungan
Menaikan penjualanMengurangi biaya
Program TQM
Konsep PDCA merupakan pedoman bagi setiap manajer untuk proses perbaikan
kualias (quality improvement) secara terus menerus tanpa henti tetapi meningkat
ke keadaan yang lebih baik
Gambar 9.4 Siklus Pelaksanaan Perbaikan Terus Menerus dalam perusahaan
1. Mencari permasalahan.
2. Mencari penyebab permasalahan
3. Meneliti penyebab masalah yang dominan
4. Membuat rencana perbaikan
5. Melaksakan tindakan perbaikan
6. Meneliti hasil tindakan perbaikan
7. Standarisasi
8. Membuat rencana berikutnya
8
7
65
4
3
21
Gambar 9.5 Relationship Between Control and Improvement Under P-D-C-A
Cycle
Dari berbagai macam manfaat implementasi TQM tersebut, tidak berarti bahwa
setiap implementasi program TQM perusahaan pasti akan memperoleh manfaat seperti
itu. Banyak perusahaan yang gagal memperoleh manfaat dalam implementasi program
TQM, padahal mereka telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Kegagalan tersebut
disebabkan beberapa faktor berikut yaitu :
Management puncak tidak melihat suatu alasan untuk berubah.
Managemen puncak tidak memperhatikan dan tidak mengikutsertakan karyawan
Manajemen puncak tidak bertanggung jawab terhadap program TQM dan
penerapannya didelegasikan pada pihak lain
Manajemen dan karyawan tidak sepakat pada apa yang terjadi
Perusahaan kehilangan minat pada program TQM setelah enam bulan sebagai
akibat kurangnya komitmen
Tujuan yang tidak jelas dan tidak ada target atau pengukuran kinerja sehingga
kemajuan tidak bisa diukur.
VI. Implementasi TQM
Jika perusahaan telah memutuskan untuk mengimplementasikan program TQM,
maka perencanaanya harus dilakukan oleh manajemen puncak dan informasikan
kepada seluruh karyawan. Pimpinan puncak harus menetapkan tujaun (goal) yang
Corrective Action
Plan Do
Improvement
Follow-up
Actioncheck
harus dicapai dari implementasi program TQM, seperti apa yang harus diubah ?,
apakah tujuannya ingin berberdayakan karyawan ?, apakah ingin meningkatkan
loyalitas pelanggan ?. Tujuan yang diterapkan secara jelas menunjukan bahwa
pimpinan mengetahui apa yang dicari dan ini menjadi dasar untuk dapat
mengorganisasikan program TQM mencapai tujannya.
Agar implementasi program TQM berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
diperlukan persyaratan sebagai berikut :
Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari manajemen puncak.
Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM.
Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Memilih koordinator (fasilitator) program TQM.
Melakukan bechmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM.
Merumuskan nilai (value), visi (vision) dan misi (mission)
Mempersiapkan mental untuk mengahadapi berbagai bentuk hambatan.
Merencanakan investasi program TQM
Mengambil pelajaran dari kegagalan program TQM.
Keberhasilan TQM dalam berbagai bentuk implementasinya telah diakui oleh
pelaku bisnis di dunia maupun oleh para akademisi terkemuka, menunjukan suatu
bukti bahwa TQM merupakan salah satu sistem manajemen kualitas yang dapat
diandalkan untuk meningkatkan daya saing sampai saat ini. Jepang sebagai contoh
negara yang berhasil memanfaatkan TQM walaupun Jepang bukan yang
menemukan gaya TQM. Keberhasilan Jepang tersebut tentu saja dilandasi oleh
komitmen dan keterlibatan secara penuh dari seluruh karyawan dalam
penerapannya, tidak setengah-setengah dan bersifat kemanusiaan, yaitu
mengikutsertakan, memberi inspirasi dan memberlakukan karyawan secara
manusiawi dalam mencapai kualitas.
Memang diakui bahwa tidak semua perusahaan maupun organisasi yang
menerapkan TQM sekarang ini dapat bekerja dengan baik dan bahkan beberapa
perusahaan sama sekali tidak dapat menghasilkan perbaikan kinerja yang memadai,
dengan kata lain telah gagal dalam penerapannya. Kegagalan penerapan TQM ini
telah membuat banyak kritik yang dilontarkan orang terhadap TQM.
Kegagalan TQM dalam penerapannya tidaklah berarti TQM salah dalam
konsep dan telah kehilangn kegunaannya. Penerapan TQM yang menyimpang dari
prinsip-prinsipnya dan tidak lengkap, mengakibatkan perbaikan kualitas dan
produktifitas lebih kecil jika dibandingkan dengan keberhasilan perusahaan yang
menerapkannya secara menyeluruh dan sesuai dengan prinsip TQM. Untuk
menghindari kegagalan dalam penerapan TQM, perusahaan harus mendalami dan
memahami bagaimana struktur program TQM harus dibuat. []