modul 12 stabilitas lereng lanjutan

18
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 1 2 MODUL 12 Stabilitas lereng (lanjutan) 6. Penanggulangan Longsor Yang dimaksud dengan penanggulangan longsoran adalah adalah tindakan yang bersifat pencegahan dan tindakan korektif. Tindakan pencegahan dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya longsor, sedangkan tindakan korektif dilakukan setelah longsor terjadi. Menurut umur kestabilannya, tindakan korektif dikategorikan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu penanggulangan darurat dan penanggulangan permanen. 6.1.Pencegahan Pencegahan adalah tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan yang lebih parah pada daerah-daerah yang berpotensi longsor. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: Menghindari penambahan gaya pada bagian atas lereng, misalnya tidak melakukan penimbunan dan pembuatan bangunan di atas lereng. Menghindari pemotongan/penggalian pada kaki lereng. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II

Upload: ulanzaronyx-masrho-lumban-gaol

Post on 25-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

Program Studi Teknik SipilFakultas Teknik Sipil dan PerencanaanUniversitas Mercu Buana 12

MODUL 12

Stabilitas lereng (lanjutan)

6. Penanggulangan Longsor

Yang dimaksud dengan penanggulangan longsoran adalah adalah tindakan yang bersifat

pencegahan dan tindakan korektif. Tindakan pencegahan dimaksudkan untuk menghindari

kemungkinan terjadinya longsor, sedangkan tindakan korektif dilakukan setelah longsor

terjadi. Menurut umur kestabilannya, tindakan korektif dikategorikan menjadi 2 (dua)

kelompok, yaitu penanggulangan darurat dan penanggulangan permanen.

6.1.Pencegahan

Pencegahan adalah tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kerusakan-

kerusakan yang lebih parah pada daerah-daerah yang berpotensi longsor. Tindakan

pencegahan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

Menghindari penambahan gaya pada bagian atas lereng, misalnya tidak melakukan

penimbunan dan pembuatan bangunan di atas lereng.

Menghindari pemotongan/penggalian pada kaki lereng.

Mencegah terjadinya penggerusan sungai yang berakibat terganggunya

kemantapan lereng.

Mengeringkan genangan air pada bagian atas lereng.

Menutup cekungan-cekungan yang berpotensi menimbulkan genangan air.

Penghijauan pada lereng yang gundul.

Mengendalikan air permukaan pada lereng sehingga tidak terjadi erosi yang

menimbulkan alur dalam.

Penggunaan bangunan penambat, misalnya tiang pancang, tembok penahan,

bored pile, bronjong, dan lain-lain.

Pengaturan tata guna lahan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 2: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

6.2.Penanggulangan Darurat

Penanggulangan darurat adalah tindakan korektif yang sifatnya sementara dan umumnya

dilakukan sebelum penanggulangan permanen dilaksanakan. Penanggulangan darurat

dapat dilaksanakan dengan tindakan-tindakan sebagai berikut:

Mencegah masuknya air permukaan ke dalam area longsoran dengan cara

membuat saluran terbuka.

Mengeringkan genangan air yang berada pada bagian atas longsoran.

Mengalirkan genangan air dan mata air yang tertimbun maupun yang terbuka.

Menutup rekahan dengan tanah liat.

Membuat beban kontra (counter weight) pada kaki longsoran, misalnya dengan

bronjong ataupun karung yang berisi tanah.

Pelebaran ke arah tebing.

Pemotongan bagian kepala longsoran.

6.3.Penanggulangan Permanen

Penanggulangan permanen memerlukan waktu untuk penyelidikan, analisis, dan

perencanaan yang matang. Metode penanggulangan longsoran dibedakan menjadi 3 (tiga)

kategori, yaitu:

a. Mengurangi gaya-gaya yang menimbulkan gerakan tanah dengan cara:

Mengubah geometri lereng

Mengendalikan air permukaan

b. Menambah gaya-gaya yang menahan gerakan tanah dengan cara:

Mengendalikan air rembesan

Penambatan

Beban kontra (counter weight)

c. Jika kedua metode di atas tidak dapat mengatasi longsoran yang terjadi maka

dilakukan penanggulangan dengan tindakan lain, misalnya:

Stabilisasi

Relokasi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 3: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

Bangunan silang

Bangunan bahan ringan

7.Pemilihan Tipe Penanggulangan

Pemilihan tipe penanggulangan gerakan tanah disesuaikan dengan tipe gerakan, faktor

penyebab, dan kemungkinan untuk dapat dikerjakan (work ability). Pemilihan tipe

penanggulangan juga harus memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan

pelaksanaan, yaitu tingkat kepentingan, aspek sosial, dan ketersediaan material di sekitar

lokasi longsoran.

7.1.Mengubah Geometri Lereng

Pengubahan geometri lereng dapat dilakukan dengan pemotongan dan penimbunan (cut

and fill). Bagian yang dipotong disesuaikan dengan geometri daerah longsoran, sedangkan

penimbunan dilakukan di kaki lereng. Pemotongan geometri terdiri dari:

Pemotongan kepala (bagian atas) lereng.

Pelandaian.

Penanggaan.

Pemotongan habis.

Pengupasan tebing.

Pengupasan lereng.

Pada prinsipnya pemotongan lereng bertujuan untuk mengurangi tegangan. Jadi

pemotongan harus dilakukan pada bagian yang banyak menimbulkan tegangan

tangensial.

Tebing yang rawan longsor dan memiliki sudut kemiringan lebih besar dari sudut geser

dalam tanahnya sebaiknya dilandaikan sampai mencapai sudut lereng yang aman, yaitu

mendekati sudut geser dalam tanahnya.

Penetapan metode ini perlu mempertimbangkan mekanisme longsoran yang terjadi.

Pemotongan tidak efektif untuk tipe longsoran berantai yang gerakannya dimulai dari

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 4: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

bagian kaki lereng. Cara pemotongan juga tidak disarankan untuk gerakan tanah tipe

aliran, kecuali disertai dengan tata salir yang memadai.

Mengubah geometri lereng dengan cara penimbunan dilakukan dengan memberikan

beban berupa timbunan pada area kaki lereng yang berfungsi untuk menambah momen

perlawanan. Penanggulangan ini hanya cocok untuk longsoran rotasi tunggal yang massa

tanahnya relatif utuh di mana bidang rotasinya terletak di dalam area longsoran.

Pemilihan metode penimbunan diperkenankan dengan memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

Timbunan tidak mengganggu kemantapan lereng di bawahnya

Timbunan tidak mengganggu drainase permukaan dan tidak membentuk cekungan

yang memungkinkan terjadinya genangan air.

Timbunan terletak di antara bidang netral dan ujung kaki longsoran.

Metode pengubahan geometri harus memperhatikan keberadaan bangunan di sekitar

lokasi longsoran. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

Pemotongan kepala longsoran tidak diperkenankan jika terdapat bangunan di

dekatnya.

Pelandaian dapat dilakukan jika bangunan terletak di kaki longsoran.

Pemotongan seluruhnya hanya boleh dilakukan bila bangunan terletak di ujung kaki

longsoran.

Penanggan umumnya dapat dilakukan jika bangunan berada di dekat kepala, di

tengah, maupun di kaki longsoran.

Penimbunan tidak diperkenankan bila bangunan terletak pada kaki longsoran.

7.2.Mengendalikan Air Permukaan

Mengendalikan air permukaan merupakan langkah awal dari setiap rencana

penanggulangan longsoran. Pengendalian air permukaan ini bertujuan untuk mengurangi

berat massa tanah yang bergerak dan menambah kekuatan material pembentuk lereng.

Dua hal yang harus diperhatikan adalah air permukaan yang akan mengalir pada

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 5: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

permukaan lereng dan yang akan meresap ke dalam tanah. Air permukaan harus dicegah

agar tidak mengalir menuju area longsoran, sedangkan mata air, rembesan, dan genangan

di area longsoran harus dialirkan ke luar.

Mengendalikan air permukaan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Menanam Tumbuhan

Penanaman tumbuhan dimaksudkan untuk mencegah erosi tanah permukaan.

b. Tata Salir

Tata salir/saluran permukaan sebaiknya dibuat pada bagian luar longsoran dan

mengelilingi longsoran sehingga mencegah air limpasan yang datang dari tempat yang

lebih tinggi mengalir masuk ke area longsoran.

Jika terpaksa membuat saluran terbuka di badan longsoran, maka harus diperhatikan hal-

hal berikut:

Dasar saluran harus kedap air dan memiliki kemiringan yang cukup sehingga air

bisa mengalir dengan cepat dan tidak meresap ke badan longsoran.

Dimensi saluran juga harus diperhitungkan terhadap debit dan kecepatan aliran

yang dikehendaki.

c. Menutup Rekahan

Penutupan rekahan dapat memperbaiki kondisi pengaliran air permukaan pada lereng.

Penutupan rekahan mencegah masuknya air permukaan sehingga tidak menimbulkan

tekanan hidrostatis dan tidak membuat tanah yang bergerak menjadi lembek.

d. Perbaikan Permukaan Lereng

Perbaikan permukaan lereng dapat dilakukan dengan meratakan permukaannya,

misalanya dengan memotong gundukan dan menutup cekungan sehingga dapat

mempercepat aliran air limpasan dan mengurangi terjadinya resapan. Metode ini bisa

dikombinasikan dengan metode lain.

7.3.Mengendalikan Air Rembesan (Drainase Bawah Permukaan)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 6: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

Mengeringkan atau menurunkan muka air tanah dengan mengendalikan air tanah

merupakan usaha yang sulit dan membutuhkan penyelidikan yang cermat.

Metode pengendalian air rembesan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

a. Sumur Dalam

Digunakan untuk menanggulangi longsoran yang bidang longsornya relatif dalam dan

efektif digunakan pada daerah longsoran yang bermaterial lulus air. Cara ini dinilai cukup

mahal karena harus melakukan pemompaan secara terus-menerus.

b. Penyalir Tegak (Saluran Tegak)

Metode ini dilakukan dengan cara mengalirkan air tanah sementara ke lapisan lulus air di

bawahnya, sehingga menurunkan tekanan hidrostatik. Efektifitas dari metode ini

tergantung pada kondisi air tanah dan perlapisannya.

c. Penyalir Mendatar (Saluran Mendatar)

Penyalir mendatar dibuat untuk mengalirkan air atau menurunkan muka air tanah pada

daerah longsoran. Metode ini dapat digunakan pada longsoran besar yang bidang

longsornya dalam dengan membuat lubang setengah mendatar hingga mencapai sumber

airnya. Air dialirkan melalui pipa dengan diameter 5 cm atau lebih yang berlubang-lubang

pada dindingnya.

Penempatan pipa penyalir tergantung pada jenis material yang akan diturunkan muka air

tanahnya. Untuk material berbutir halus jarak antar pipa 3-8 meter, sedangkan untuk

material kasar berjarak 8–15 meter. Efektifitas cara ini tergantung dari permeabilitas tanah

yang mempengaruhi banyaknya air yang bisa dialirkan keluar.

d. Pelantar

Pelantar sangat efektif untuk menurunkan muka air tanah di daerah longsoran yang besar,

tapi pengerjaannya sangat sulit dan mahal. Cara ini lebih banyak dipakai pada lapisan

batu, karena umumnya memerlukan penyangga yang lebih sedikit dibandingkan bila

dilakukan pada tanah. Agar berfungsi maksimal, pelantar digali di bawah bidang longsor.

Kemudian dari atas dibuat lubang yang berhubungan dengan pelantar untuk mempercepat

aliran air dalam material yang longsor.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 7: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

e. Sumur Pelega

Sumur pelega efektif untuk menanggulangi longsoran berskala kecil yang disebabkan oleh

rembesan. Sumur tersebut dibuat dengan menggali kaki longsoran, dan galian ini harus

segera diisi dengan batu. Hal ini untuk menjaga agar tidak kehilangan gaya penahan yang

dapat mengakibatkan longsoran yang lebih besar.

f. Penyalir Parit Pencegat (Saluran Pemotong)

Penyalir parit pencegat dibuat untuk memotong aliran air tanah yang masuk ke dalam

longsoran. Parit ini dibuat di bagian atas mahkota longsoran sampai ke lapisan kedap air,

sehingga aliran air tanah tercegat oleh parit tersebut. Pada dasar galian dipasang pipa

dengan dinding berlubang untuk mengalirkan air tanah. Pipa ini kemudian ditimbun dengan

material yang bisa berfungsi sebagai penyalir filter. Cara ini dapat dilakukan bila

kedalaman lapisan kedap air tidak lebih dari 5 meter. Efektifitas cara ini tergantung pada

kondisi air tanah dan perlapisannya.

g. Penyalir Liput

Penyalir liput dipasang di antara lereng alam dan timbunan yang sebaiknya dilakukan

pengupasan pada lereng alam sampai tanah keras. Sebelum penyalir liput dipasang,

material berbutir dari penyalir ini dihamparkan menutupi seluruh lereng yang akan

ditimbun. Air yang mengalir melalui penyalir liput ini ditampung pada penyalir terbuka yang

digali di bawah timbunan.

h. Elektro Osmosis

Elektro osmosis merupakan salah satu cara penanggulangan longsoran khususnya pada

lanau dan lempung kelanauan. Cara ini jarang digunakan karena relatif mahal dan tidak

menyelesaikan masalah dengan tuntas bila proses elektro osmosis tidak berjalan dengan

baik.

Metode ini dilakukan dengan cara menempatkan 2 (dua) elektroda sampai pada

kedalaman lapisan jenuh air yang akan dikeringkan, kemudian arus listrik searah dialirkan.

Arus listrik terimbas menyebabkan air pori mengalir dari anoda ke katoda. Elektroda diatur

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 8: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

agar tekanan air menjauhi lereng yang berfungsi mengurangi kadar air dan tekanan air pori

sehingga meningkatkan kemantapan lereng.

7.4.Penambatan

Metode penambatan ini terbagi dalam 2 (dua) kategori, yaitu penambatan tanah dan

penambatan batuan.

Penambatan tanah terdiri dari:

Tembok penahan

Sumuran

Tiang pancang

Turap baja

Bored pile

Sedangkan penambatan batuan terdiri dari:

Tumpuan beton

Baut batuan

Pengikat beton

Jangkar kabel

Jala kawat

Tembok penahan batu

Beton semprot

Dinding tipis

Penjelasan dari metode penambatan adalah sebagai berikut.

a. Tembok Penahan

Tembok penahan dibuat dari pasangan batu, beton, atau beton bertulang. Keberhasilan

tembok penahan tergantung dari kemampuan menahan geseran dan stabilitas terhadap

guling. Selain untuk menahan gerakan tanah, juga berfungsi melindungi bangunan dari

runtuhan. Tembok penahan harus diberi fasilitas drainase dan pipa salir sehingga tidak

terjadi tekanan hidrostatis yang besar.

b. Sumuran

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 9: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

Cincin-cincin (gorong-gorong) beton pracetak dengan diameter 0,1 - 2,0 meter dimasukkan

ke dalam sumuran yang digali dengan kedalaman melebihi bidang longsoran. Kemudian

gorong-gorong diisi dengan beton tumbuk, beton cyclop, atau material berbutir tergantung

dari kekuatan geser yang dikehendaki.

Pelaksanaan penanggulangan dengan metode ini sebaiknya dilakukan pada musim

kemarau, pada saat tidak terjadi gerakan. Cara ini bisa dilakukan sampai dengan

kedalaman 15 meter.

c. Tiang Pancang

Tiang pancang cocok digunakan untuk pencegahan maupun penanggulangan longsoran

yang bidang longsornya tidak terlalu dalam, namun tidak cocok untuk jenis tanah yang

sensitif karena getaran yang terjadi pada saat pemancangan dapat mencairkan massa

tanah. Efektifitasnya juga tergantung pada kemampuannya menembus lapisan tanah.

Pada umumnya semua metode tiang tidak cocok untuk gerakan tanah tipe aliran, karena

tanahnya bersifat lembek dan dapat lolos melalui sela-sela tiang.

d. Bored Pile

Penjelasan mengenai penanggulangan longsoran dengan konstruksi bored pile akan

disajikan dalam sub bab 2.5.

e. Turap Baja

Untuk lapisan keras disarankan menggunakan tiang baja terbuka pada ujung-ujungnya.

Turap baja tidak efektif untuk menahan massa longsoran yang besar, karena modulus

perlawanannya yang kecil. Namun masalah ini dapat diatasi dengan pemasangan ganda.

Sedangkan tiang baja yang berbentuk pipa dapat diisi beton atau komposit beton dengan

baja profil untuk memperbesar modulus perlawanannya.

f. Tumpuan Beton

Tumpuan beton digunakan untuk menyangga batuan yang menggantung akibat tererosi

atau pelapukan.

g. Baut Batuan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 10: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

Baut batuan dipasang untuk memperkuat massa batu yang terbentuk oleh adanya

diskontinuitas kekar dan retakan agar lereng menjadi stabil.

h. Pengikat Beton

Umumnya dikombinasikan dengan baut batuan agar mengurangi penggunaan baut

batuan.

i. Jangkar Kabel

Metode ini dilakukan bila massa batuan yang bergerak berukuran besar.

j. Jala Kawat

Dipasang pada bagian kaki lereng untuk menjaga agar runtuhan batuan bisa ditahan di

satu tempat.

k. Tembok Penahan Batu

Dipasang pada bagian kaki lereng untuk menahan fragmen batuan yang runtuh dari atas.

l. Beton Semprot

Digunakan untuk memperkuat permukaan batu yang bersifat kekar, meluruh, atau batuan

lapuk.

m. Dinding tipis

Beberapa jenis batuan seperti serpih atau batuan lempung sangat mudah lapuk bila

tersingkap (terbuka). Untuk melindungi batuan tersebut, maka dipasang dinding tipis dari

batu bata, batu, atau beton pada permukaannya.

7.5.Beban Kontra (Counter Weight)

a. Bronjong

Bronjong adalah bangunan berupa anyaman kawat yang diisi dengan batu belah. Struktur

bangunannya berbentuk persegi dengan ukuran sekitar (2 x 1 x 0,5) m³ yang disusun

secara bertangga.

Keuntungan penggunaan bronjong antara lain sebagai berikut:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 11: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

Bronjong adalah struktur yang tidak kaku sehingga dapat menahan gerak vertikal

maupun horisontal.

Bila runtuh masih bisa dimanfaatkan lagi.

Bersifat lulus air sehingga tidak menyebabkan terjadinya genangan air permukaan.

Pelaksanannya mudah.

Material mudah didapat.

Biayanya relatif lebih ekonomis.

Bronjong umumnya dipasang di kaki lereng yang juga berfungsi mencegah penggerusan.

Keberhasilan penggunaan bronjong sangat tergantung dari kemampuannya dalam

menahan geseran pada tanah di bawah alasnya. Oleh karena itu bronjong harus

diletakkan dengan mantap di bawah bidang longsoran.

Bronjong efektif bila digunakan untuk longsoran dangkal, namun tidak efektif untuk

longsoran berantai (multiple slide).

b. Tanah Bertulang

Tanah bertulang berfungsi menambah tahanan geser. Konstruksi ini terdiri dari timbunan

tanah berbutir yang diberi tulangan berupa pelat-pelat baja strip dan panel untuk menahan

material berbutir. Bangunan ini pada umumnya ditempatkan di ujung kaki lereng dan

dipasang pada dasar yang kuat di bawah bidang longsoran.

c. Dinding Penopang Isian Batu

Cara penanggulangan ini dilakukan dengan penimbunan pada bagian kaki longsoran

dengan material berbutir kasar yang dipadatkan dan berfungsi menambah tahanan geser.

Penanggulangan ini bisa digunakan untuk longsoran rotasi maupun translasi.

Dalam pemilihan metode ini harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Tidak mengganggu kemantapan lereng di bawahnya.

Alas isian batu harus diletakkan di bawah bidang longsoran sedalam 1,5 – 3,0

meter.

7.6.Tindakan Lain

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 12: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

Tindakan ini diambil bila penanggulangan dengan metode-metode yang telah diuraikan di

atas tidak bisa diterapkan. Tindakan ini meliputi penggunaan bahan ringan, penggantian

material, stabilisasi, bangunan silang, dan relokasi.

a. Penggunaan Bahan Ringan

Penanggulangan dengan metode ini dilakukan dengan mengganti material yang longsor

dengan bahan yang lebih ringan untuk mengurangi gaya dorong. Cara ini hanya

digunakan pada longsoran rotasi yang berskala kecil. Bahan ringan yang umum digunakan

adalah batu apung, abu sekam, polisterin, serbuk gergaji, dan lain-lain.

b. Penggantian Material

Penanggulangan ini dilakukan dengan cara mengganti material yang longsor dengan

material berbutir yang mempunyai kuat geser lebih tinggi atau dengan memadatkan

kembali material yang ada secara berlapis. Cara ini hanya digunakan untuk longsoran

rotasi tunggal yang berskala kecil. Cara ini bertujuan menambah tahanan sepanjang

bidang longsoran dan sekaligus sebagai drainase bila menggunakan material berbutir.

Dalam pemilihan metode ini, harus diperhatikan:

Hanya digunakan untuk longsoran pada lereng yang tidak terlalu terjal.

Harus ada ikatan antara material pengganti dengan bagian yang mantap di bawah

bidang longsoran.

c. Stabilisasi

Stabilisasi bertujuan meningkatkan kuat geser dari material longsor. Proses stabilisasi

lereng bisa dilakukan secara menyeluruh, pada bagiankaki, atau berupa tiang-tiang.

Stabilisasi dilakukan dengan cara grouting atau injeksi melalui retakan, celah-celah, atau

lubang-lubang buatan. Material yang digunakan untuk stabilisasi antara lain kapur dan

semen yang efektif pada material berbutir kasar.

Keberhasilan metode ini tergantung dari peningkatan kuat geser material, terutama

sepanjang bidang longsorannya. Stabilisasi kurang efektif dan sulit pelaksanaannya bila

dilakukan pada tanah lempung.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 13: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

Pemilihan metode ini harus mempertimabangkan hal-hal berikut ini:

Letak/kedalaman bidang longsoran

Gradasi material yang distabilisasi

Adanya lapisan rembes air yang harus dikeringkan atau diberi drainase agar tidak

menimbulkan tekanan hidrostatik.

Stabilisasi lebih efektif dilakukan pada musim kemarau, saat longsoran relatif diam.

d. Bangunan Silang

Bangunan silang adalah jembatan atau talang yang dibuat melintasi lokasi longsoran. Cara

ini jarang dilakukan karena relatif mahal.

Penggunaan bangunan silang harus mempertimbangkan hal-hal berikut:

Pennggulangan ini hanya efektif untuk longsoran yang kecil dan lereng dengan

kecuraman lebih dari 2 : 1.

Jika menggunakan pilar di tengah-tengah area longsoran harus dibuat sedemikian

rupa sehingga aman.

e. Relokasi

Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan bangunan, misalnya jalan, saluran, atau

pemukiman ke tempat lain yang lebih aman.

Penanggulangan ini merupakan pilihan terakhir yang dapat diambil jika cara-cara lain tidak

bisa diterapkan.

Pemilihan metode ini harus memperhatikan hal-hal berikut:

Lokasi yang baru harus relatif lebih aman dan tidak akan menimbulkan masalah

baru dari sudut kemiringan, drainase, dan lain-lain.

Lokasi yang baru tidak menimbulkan dampak sosial yang buruk bagi masyarakat.

Hanya boleh dilakukan bila cara-cara yang lain tidak memungkinkan untuk

dilaksanakan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II

Page 14: Modul 12 Stabilitas Lereng Lanjutan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MTMEKANIKA TANAH II