modul 1- pengenalan istilah falakiyah
DESCRIPTION
Modul Ilmu FalakTRANSCRIPT
-
Oleh:
M. Marifat Iman KH. Dosen Fakultas Agama Islam
Unversitas Muhammadiyah
Prof. Dr. Hamka
(UHAMKA)
PENGENALAN ISTILAH
FALAKIYAH1
Pertanyaan :
Apa yang dimaksud dengan pengenalan istilah-istilah falakiyah ?
Jawaban :
Untuk menjawab pertanyaan singkat di atas, tetapi mempunyai jawaban
yang luas dan panjang, tentunya perlu diuraikan dan dijelaskan dengan
mengetahui hal-hal di bawah ini sebagai berikut :
1. Pengenalan Ilmu Falak, Ilmu Hisab dan Rukyatul Hilal
2. Pentingnya mempelajari Ilmu Falak dan Hisab Rukyat
3. Peranan Ilmu Falak dan Hisab Rukyat
4. Kegunaan Ilmu Falak dan Hisab Rukyat
5. Pengenalan bola dunia
6. Pengenalan pembagian waktu
7. Pengenalan istilah matahari yang digunakan
8. Pengenalan istilah bulan yang digunakan
9. Pengenalan interpolasi dan membuat sisipan data
1. Pengenalan Ilmu Falak, Ilmu Hisab dan Rukyatul Hilal
a. Ilmu Falak
Kata ) al-falak) artinya beredar, peredaran, atau peredaran bintang-bintang, sebagaimana Firman Allah wa kullu fi falak yasbahun (dan masing-masing beredar pada garis
1 Lihat Sriyatin Shadiq Al Falaky, Pengantar Ilmu Falak dan Hisab Rukyat I,
Surabaya: Yayasan Al Falakiyah, 2000.
MODUL 1
PENGENALAN
ISTILAH
FALAKIYAH
-
edarnya QS. Yasin [36] : 40). Peredaran bintang-bintang, lintasan
benda-benda langit, atau disebut orbit. Ilmu Falak : Suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari dan membahas tentang peredaran
dan lintasan benda-benda langit, seperti matahari, bulan, bintang,
dan benda-benda langit lainnya. Dalam istilah umum disebut
Astronomy, atau dalam istilah bahasa Inggris disebut dengan
Practical Astronomy.
b. Ilmu Hisab
Kata (al-hisab) artinya hitungan, perhitungan, sebagaimana dalam Firman Allah litalamu dada al-sinin wa al-hisab (agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu) QS. Yunus [10]:5. Ilmu Falak juga disebut Ilmu Hisab,
karena kegiatan yang menonjol dari ilmu ini ialah
memperhitungkan posisi dan kedudukan benda-benda langit. Ilmu
Hisab : Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas
tentang seluk beluk perhitungan peredaran kedudukan benda-
benda langit. Ilmu falak atau ilmu hisab disebut juga ilmu faraidh.
Dalam istilah bahasa Inggris disebut dengan Arithmatic.
c. Ruyat al-Hilal
Kata : ruyah (rukyat) : melihat. Dalam kamus Munjid halaman 243, kata : al ruyat : : al nadhar bi al ain au bi al aql = melihat dengan mata, atau melihat dengan akal. Atau : al ruyat : : al nadhar bi al ain au bi al aql = melihat dengan mata, atau melihat dengan akal, atau dengan hati.
Jadi kata : ruyah, maknanya melihat dengan mata, atau melihat dengan akal, atau melihat dengan hati .
Kata : ruyah dalam penggunaannya selalu dihubungkan dan disambung dengan kata hilal. Sebagaimana
disebutkan dalam salah satu teks sabda Nabi Muhammad Saw.
: idza raitum al hilal
Istilah-istilah : ruyah (rukyat) yang sudah dikenal di kalangan kaum muslimin, antara lain sebagai berikut :
1). : rukyat al hilal : melihat hilal dengan mata, atau dengan teleskop pada saat matahari terbenam menjelang awal
bulan qamariyah. Dalam istilah bahasa Inggris disebut
Observation atau Observasi.
2). : rukyat al hilal bi al fili, atau rukyatul hilal bil fili: Istilah ini sangat dikenal di kalangan umat Islam. Pengertiannya sama dengan rukyatul hilal
3). : hadd imkan al rukyat : Batas kemungkinan hilal dapat dilihat
4). : irtifau al hilal : ketinggian hilal, dalam istilah bahasa Inggris disebut Altitude.
5. : istilahah al rukyat : hilal tidak dapat dilihat. 6). : imkan al rukyat : kemungkinan hilal dapat
dilihat.
7). : al qathu bi al rukyat : pasti hilal dapat dilihat.
2. Pentingnya Mempelajari Ilmu Falak dan Hisab Rukyat
Bagaimana hukum seseorang mempelajari ilmu falak?
hukumnya adalah fardhu ain. Sedangkan bagi masyarakat hukumnya adalah fardhu kifayah.
Pentingnya adalah untuk mengetahui arah dan waktu-waktu
ibadah sbb :
1. Dimana arah kiblat, ketika akan mengerjakan shalat. 2. Kapan waktu shalat yang lima dapat dikerjakan. 3. Kapan memulai dan mengakhiri ibadah puasa atau Idul Fitri 1
Syawal.
4. Kapan memulai menunaikan ibadah haji, wukuf di padang arafah, puasa sunah arafah, idul Adha, mabit, waktu melontar
jumrah.
5. Kapan mengerjakan shalat sunnah gerhana bulan dan matahari. 6. Kapan mengeluarkan zakat maal, dan lain-lain.
-
3. Peranan Ilmu Falak dan Hisab Rukyat
a. Tanpa Ilmu Falak, umat Islam akan kesulitan dalam penentuan
arah kiblat. Dengan mengetahui ilmu tersebut, orang Islam
dapat menentukan arah kiblat secara mudah, benar, tepat dan
akurat. Baik dengan menggunakan alat kompas, theodolit, GPS
dan bayang-bayang matahari. Mengetahui arah kiblat yang tepat
menambah kenyakinan dalam beribadah.
b. Tanpa Ilmu Falak, umat Islam akan kesulitan menentukan awal
waktu shalat, apalagi kalau terjadi mendung dan hujan. Dengan
mudah cukup menggunakan jadwal waktu shalat yang telah
diprogram dibuat jadwal dan disesuaikan dimana tempat
dipermukaan bumi ini.
c. Tanpa Ilmu Falak, umat Islam akan kesulitan melakukan rukyatul
hilal, dan menentukan awal bulan qamariyah khususnya awal
Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Dimana daerah yang
mengalami banyak awan, mendung dan curah hujan yang tinggi
akan kesulitan menentukannya. Dengan Ilmu Hisab Hakiki
Kontemporer, pelaksanaan rukyatul hilal dan penetapan awal
bulan qamariyah akan mudah ditentukan dengan tetap dan
akurat.
d. Tanpa Ilmu Falak, umat Islam akan kesulitan melaksanakan
shalat sunnah gerhana bulan dan matahari. Dengan Ilmu Hisab,
gerhana dapat diperidiksikan jauh-jauh hari sampai tahun yang
dikehendaki atau sampai habis umur kehidupan manusia.
4. Kegunaan Ilmu Falak dan Hisab Rukyat
a. Untuk menentukan arah kiblat dan bayang-bayang arah kiblat
surau, mushalla, masjid, dan lapangan shalat Ied
b. Untuk membuat jadwal waktu shalat di seluruh permukaan bumi
c. Untuk melakukan rukyatul hilal awal bulan qamariyah
d. Untuk penentuan penetapan awal bulan qamariyah teruma awal
bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.
e. Untuk membuat kalender Hijriyah dan Miladiyah.
f. Untuk mengetahui peristiwa kelahiran, kematian dan peristiwa-
peristiwa lainnya.
g. Untuk menghitung khaul zakat maal.
h. Untuk membuat terjadinya peristiwa gerhana bulan dan matahari
i. Dengan mengetahui arah dan waktu-waktu ibadah secara mudah
benar, tepat dan akurat, semuanya untuk menambah kenyakinan
dalam beribadah, serta hanya litatmainna al-qulub dan
litadabbur al ayatillah.
5. Pengenalan Bola Dunia
Earth, al-ardh dalam istilah bahasa Indonesia dikenal
dengan bola dunia atau bumi. Di bawah diberikan gambar bola
dunia, lintang dan bujur tempat : Depag [1981:257]
6. Lintang dan Bujur Tempat
Mengetahui lintang dan bujur tempat merupakan pokok
dasar semua perhitungan arah kiblat, bayangan kiblat, awal waktu
shalat, awal bulan dan gerhana. Lintang dan bujur tempat akan
dijelaskan di bawah ini, sebagai berikut :
a. Lintang pengamat/lintang tempat. Diukur dari equator (garis khatulistiwa) ke arah kutub utara bumi, disebut Lintang
Utara (LU atau U) diberi tanda positif (+). Diukur dari equator
(garis khatulistiwa) ke arah kutub selatan bumi, disebut Lintang
Selatan (LS atau S) diberi tanda negatif (-).
Nilai ordinatnya sebagai berikut:
1). 0 pada equator (khatulistiwa) bumi
2). + 23 30 pada garis balik Utara (LU atau U)
-
3). + 90 pada kutub Utara (LU atau U)
4). - 2330 pada garis balik Selatan (LS atau S)
5). - 90 pada kutub Selatan (LS atau S)
b. Meridian / bujur tempat. Diukur dari Greenwich di dekat London. Persisnya kota Greenwich atau Observatorium
Greenwich terletak 97 km (20 mil) ke arah Tenggara dari kota
London. Diukur dari Greenwich ke arah Timur untuk Bujur
Timur (BT) dengan tanda (+), dan ke arah Barat untuk Bujur
Barat (BB) dengan tanda (-). Bujur Timur (BT) = 0 s/d +180
BT, dan Bujur Barat (BB) = 0 s/d 180 BB.
c. Hubungan meridian/bujur tempat dengan waktu:
1 putaran ditempuh 360 sama dengan 24 jam
putaran ditempuh 180 sama dengan 12 jam
putaran ditempuh 90 sama dengan 6 jam
15 sama dengan 1 jam (60 menit)
1 sama dengan 4 menit
04 sama dengan 1 menit
d. Time Zone (Zona Waktu)
Zona waktu adalah waktu yang ditempuh dalam 1 kali putaran
360 sama dengan waktu 24 jam. Setiap zone waktu setempat
besarnya 15 atau 360 : 24 = 15 = 1 jam = 60 menit. Dengan
demikian perbedaan setiap zone waktu besarnya 15 = 1 jam.
Waktu lokal (Local Mean Time) adalah waktu yang sesuai
dengan waktu bujur setempat. Misalnya : 105 (WIB) berbeda 7
jam dari UT (waktu Greenwich). Jadi 105 : 15 = 7 WIB, 120
: 15 = 8 WITA, 135 : 15 = 9 WIT.
Gambar Peta Dunia dan Pembagian Waktu
CONTOH APLIKASI GARIS TANGGAL INTERNASIONAL
0O 30OBT30OBB 60O 90O 120O 150OBT 180O 150OBB 120O 90O 60O 30OBB
GA
RIS
TA
NG
GA
L IN
TE
RN
AS
ION
AL
10.00 WIB
01-03-04
105oT
06.00 WS
01-03-04
45oT
03.00 UT
01-03-04
Senin
01-03-04
Minggu
29-02-04 21.0029-02-04
90o B
15.00
00.00
01-03-04
Minggu
29-02-04
Senin
01-03-04
7. Pengenalan istilah Matahari yang digunakan2
a. Ecliptic Longitude
Ecliptic Longitude, Taqwim ( ) atau Thul al syams ( ), dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Bujur Astronomis. Data ini adalah jarak Matahari dari titik
Aries (Vernal Equinox / ) diukur sepanjang lingkaran Eliptika. Jika nilai Bujur Astronomis Matahari sama dengan
nilai Bujur Astronomis Bulan, maka terjadi ijtima. Data ini diperlukan antara lain dalam ijtima dan gerhana.
2 Ephemeris Hisab Rukyat Tahun 1993, hlm
-
b. Ecliptic Latitude.
Ecliptic Latitude, Ardl al Syams ( ), dalam istilah bahasa Indonesia sebagai dikenal dengan Lintang Astronomis.
Data ini adalah jarak titik pusat Matahari dari Lingkaran
Ekliptika. Sebetulnya Ekliptika itu sendiri adalah lingkaran
yang ditempuh oleh gerak semu Matahari secara tahunan. Oleh
karena itu Matahari selalu berada di Lingkaran Ekliptika.
Namun oleh karena jalannya tidak rata persis, maka ada sedikit
geseran. Keadaan seperti ini dapat kita lihat dari nilai Ecliptic
Latitude yang selalu mendekati nol. Banyak sistem perhitungan
yang mengabaikan nilai data ini sehingga istilah Ardl al Syams
( ) yang sebetulnya identik dengan Ecliptic Latitude, tidak dikenal. Data ini diperlukan antara lain untuk
perhitungan gerhana.
c. Apparent Right Ascension
Apparent Right Aseension, al-Shu'ud al Mustaqim ( ) atau al Mathali' al-Baladiyah ( ), dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Asensio Rekta
atau Panjatan Tegak. Data ini adalah adalah jarak Matahari dari
titk Aries (Vernal Equinox Hamal / ) diukur sepanjang Lingkaran Equator. Data ini diperlukan dalam perhitungan
ijtima, ketingian hilal dan gerhana.
d. Apparent Declination
Apparent declination of the sun, mail al syams ( ), dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Deklinasi
Matahari yang terlihat (bukan matahari hakiki), atau lebih
dikenal sebagai Deklinasi. Data ini adalah jarak Matahari dari
Equator. Nilai Deklinasi positip berarti Matahari ada di sebelah
Utara Equator, dengan tanda (+) dalam penulisanya tanda (+)
tidak perlu ditulis. Sebaliknya Nilai Deklinasi negatif berarti
Matahari ada di sebelah Selatan Equator, dengan tanda (-). Data
ini diperlukan dalam penentuan bayang-bayang kiblat, waktu
shalat, ijtima, ketinggian hilal, gerhana dan sebagainya.
e. True Geosentric Distange
True Geosentric Distance, dalam istilah bahasa Indonesia
dikenal dengan Jarak Geosentric. Data ini menggambarkan
jarak antara Bumi dan Matahari. Nilai pada data ini merupakan
jarak rata-rata Bumi - Matahari sekitar 150 juta km. Oleh karena
Bumi mengelilingi Matahari tidak tetap setiap saat,
kadang-kadang dekat, kadang-kadang jauh, sedangkan jarak
terjauh pada saat Bumi menempati titik Perigee ( ), sedangkan jarak terjauh pada saat bumi menempati titik terjauh.
yaitu Apogee ( ). Data ini diperlukan dalam menghitung gerhana.
f. Semi Diameter
Semi Diameter, nisf al quthur ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Jari-jari. Data ini adalah jarak
titik pusat Matahari dengan piringan luarnya. Data ini perlu
diketahui untuk menghitung secara tepat saat matahari
terbenam, matahari terbit, tinggi hilal dan sebagainya.
g. True Obliquity
True Obliquity, al mail al kully ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Kemiringan Ekliptika. Data
ini adalah Kemiringan Ekliptika dari Equator. Data ini
diperlukan untuk menghitung ijtima dan gerhana.
h. Equation of Time
Equation of Time, tadil al waqt / tadil al syams ( / ) dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai Perata Waktu. Data ini adalah selisih antara waktu kulminasi matahari
hakiki dengan waktu kulminasi matahari rata-rata. Data ini
-
biasanya dinyatakan dengan huruf "e" kecil dan diperlukan
dalam menghisab bayang-bayang kiblat, waktu shalat dan awal
bulan.
8. Pengenalan istilah Bulan yang digunakan3
a. Apparent Longitude
Apparent Longitude, Taqwim ( ) atau Thul al qamar ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Bujur Astronomis Bulan yang terlihat, atau lebih dikenal
sebagai Bujur Astronomi Bulan. Data ini adalah jarak antara
titik Aries (Vernal Equinox/Hamal/ ) diukur sepanjang Lingkaran Eliptika. Data ini diperlukan dalam menghitung
ijtima dan gerhana.
b. Apparent Latitude
Apparent Latitude, ardl al qamar ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Lintang Astronomis Bulan
yang terlihat, lebih dikenal sebagai Lintang Astronomis Bulan.
Data ini adalah jarak antara bulan dengan lingkaran Ekliptika
diukur sepanjang lingkaran Kutub Ekliptika. Nilai maksimum
dari Lintang Astronomis Bulan adalah 5o 8 (lima derajat
delapan menit). Nilai positip (+) berarti bulan berada di sebelah
Utara Ekliptika, dan nilai negatif (-) berarti Bulan berada di
sebelah Selatan Ekliptika. Jika pada saat ijtima nilai Lintang
Astronornis Bulan sama atau hampir persis sama dengan nilai
Lintang Astronomis Matahari, maka akan terjadi Gerhana
Matahari. Data ini diperlukan dalam menghitung ijtima dan
gerhana.
c. Apparent Right Ascention
Apparent Right Aseension, Al shu'ud al Mustawqim ( ) atau al Mathali'u al Baladiyah ( )
3 Ibid
dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Asensio Rekta
dari bulan yang terlihat, atau lebih kenal dengan Panjatan
Tegak. Data ini adalah jarak titik pusat bulan dari titik Aries
diukur sepanjang lingkaran Equator. Data ini diperlukan antara
lain dalam perhitungan ijtima, ketinggian hilal dan gerhana.
d. Apparent Declination
Apparent declination, mail al qamar ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Deklinasi Bulan. Data ini
adalah jarak Bulan dari Equator. Nilai Deklinasi positip (+) jika
Bulan disebelah utara Equator, dan negatif (-) jika di sebelah
selatan equator. Data ini diperlukan dalam perhitungan
ketinggian hilal dan gerhana.
e. Horizontal Parallax
Parallax, ikhtilaf al mandhar ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Benda Lihat. Data ini adalah
sudut antara garis yang ditarik dari benda langit ketitik pusat
bumi dan garis yang ditarik dari benda langit ke mata si
pengamat. Sedangkan Horizontal Parallax adalah Parallaks dari
Bulan yang sedang berada persis di garis ufuq. Nilai parallaks
berubah-ubah tergantung kepada jarak benda langit itu dari
garis ufuq. Semakin mendekati titik Zenith ( ) nilai parallax suatu benda langit semakin kecil. Benda langit yang
sedang berposisi pada titik Zenith, nilai parallax adalah nol;
sedangkan benda langit yang sedang berposisi pada garis ufuq,
nilai Parallaxnya paling besar. Disamping itu Parallax
tergantung pula kepada jarak benda langit tersebut dari mata si
pengamat (Bumi). Semakin jauh suatu benda langit nilai
Paralaxnya semakin kecil. Nilai Parallax Matahari sangat kecil -
bahkan dapat diabaikan - sebab jarak Matahari - Bulan
sangatlah jauh, berbeda dengan jarak Bulan - Bumi. Nilai
Horizontal Parallax ini diperlukan untuk melakukan koreksi
perhitungan ketinggian hilal, dari ketinggian hakiki menjadi
ketinggian Mar'i (visible altitude)
-
f. Semi Diameter
Semi Diameter, nisf al quthur ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Jari-jari. Data ini adalah jarak
sudut antara titik pusat Bulan dengan piringan luarnya. Nilai
Semi Diameter Bulan adalah tertinggi sekitar 15 (lima belas menit) sebab piringan bulatan Bulan penuh adalah sekitar 30 (1/2 derajat). Data ini diperlukan untuk melakukan perhitungan
ketinggian piringan atas (upper limb) hilal, sebab semua data
bulan adalah data titik pusatnya.
g. Angle Bright Limb
Angle Bright Limb, dalam istilah bahasa Indonesia dikenal
dengan Sudut Kemiringan hilal. Data ini adalah sudut
kemiringan piringan hilal yang memancarkan sinar sebagai
akibat arah posisi hilal dari Matahari. Sudut ini diukur dari garis
yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik Zenith (
) ke garis yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik pusat Matahari dengan arah sesuai dengan
perputaran jarum jam.
h. Fraction Illum
Fraction Illum adalah singkatan dari Fraction Illumination.
Yang dimaksudkan adalah besarnya piringan Bulan yang
menerima sinar Matahari dan menghadap ke Bumi, maka
bentuknya akan berupa bulatan penuh. Dalam keadaan seperti ini nilai Fraction Illum (besarnya Bulan) adalah satu, yaitu
persis pada saat puncaknya Bulan Purnama (full moon /
). Sedangkan jika Bumi, Bulan dan Matahari sedang persis berada pada satu garis lurus, maka akan terjadi Gerhana
Matahari Total. Dalam keadaan seperti ini nilai Fraction
Illumination Bulan adalah nol. Setelah Bulan Purnama, nilai
Fraction Illumination akan semakin mengecil sampai pada nilai
yang paling kecil, yaitu pada saat ijtima dan setelah itu nilai
Fraction Illumination ini akan kembali membesar sampai
mencapai nilai satu, pada saat Bulan Purnama. Dengan
demikian, data Fraction Illumination ini dapat dijadikan
pedoman untuk menghitung kapan terjadinya ijtima
(conjunction / ) dan kapan bulan purnama (full moon, istiqbal / ), demikian pula saat first quarter ( tarbiawal / ) dan last quarter ( tarbi tsani / ) dari bulan dapat dihitung, yaitu dengan mencari nilai Fraction illum
sebesar setengah (0,5). Data ini diperlukan untuk membantu
pelaksanaan Rukyatul hilal sekaligus melakukan
pengecekannya mengenai besarnya hilal.
9. Penggunaan interpolasi atau mencari sisipan data
a. Data Matahari dan bulan
Data Matahari dan Bulan tersebut di atas disajikan
berdasarkan waktu Greenwich/ Greenwich Mean Time (GMT).
Untuk mengubah GMT menjadi waktu-waktu daerah di Indonesia,
digunakan rumus-rumus sebagai berikut :
a. Waktu Indonesia Barat (WIB) = GMT + 7 jam
b. Waktu Indonesia Tengah (WITA) = GMT + 8 jam
c. Waktu Indonesia Timur (WIT) = GMT + 9 jam
Atau sebaliknya :
a. GMT = WIB - 7 jam
b. GMT = WITA - 8 jam
c. GMT = WIT - 9 jam
Untuk mencari data Matahari dan Bulan bagi wilayah Indonesia,
waktu-waktu daerah di Indonesia terlebih dahulu harus diubah
menjadi GMT
Contoh:
Mencari Deklinasi Matahari dan Bulan pada pukul 18.00 WIB
tanggal 7 Mei 1993
Langkah 1
-
Mengubah WIB menjadi GMT, dengan rumus :
GMT = WIB - 7 jam, maka
GMT = 18.00 WIB - 7 jam = 11.00 GMT. Jadi jam 18.00
WIB = jam 11.00 GMT
Langkah 2
Mencari data Deklinasi Matahari dan Bulan dalam Buku Ephemeris
Hisab Rukyat pada jam 11.00 GMT. tanggal 7 Mei 1993 hasilnya :
Deklinasi Matahari jam 11. 00 GMT = 1652'57"
Deklinasi Bulan jam 11.00 GMT = - 2143'32"
b. Membuat Penyisipan Data/Interpolasi
Oleh karena data Malahari dan Bulan dalam buku Ephemeris
atau Almanak atau al-Falakiyah ini disajikan pada setiap jam, maka
untuk memperoleh data pada pecahan jam, diperlukan
langkah-langkah penyisipan/interpolasi.
Rumus: Interpolasi = A (A B ) x C / 14
Contoh:
Mencari Deklinasi Bulan pada pukul 18:10:12.45 WIB pada tanggal
7 Mei 1993
Langkah 1:
Mengubah WIB menjadi GMT dengan rumus:
GMT = WIB 7 jam GMT = 18:10:12.45 WIB 7 jam = 11:10:12.45 GMT
Langkah 2 :
Data yang diketahui jam 11:10:12.45 GMT (pedoman jam 11.00,
sedangkan selebihnya 0:10:12.45 sebagai nilai C). Interpolasi yang
dilakukan antara jam 11.00 dan jam 12.00, berarti berjalan/selisih 1
jam sebagai nilai 1.
4 Sriyatin Shadiq, Hisab Awal Bulan
Mencari Deklinasi Bulan sebagai berikut :
Jam 11.00 GMT = - 2143'32" (sebagai nilai A)
Jam 12.00 GMT = - 2146'51" (sebagai nilai B)
Jadi :
Interpolasi = A ( A B ) x C / I - 2143'32" (- 2143'32" - -2146'51") x 010'12.45" / 1 = - 2144'05.85", maka hasilnya = - 21 44' 05.85".