modul 1- pengenalan istilah falakiyah

8
Oleh: M. Ma’rifat Iman KH. Dosen Fakultas Agama Islam Unversitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) PENGENALAN ISTILAH FALAKIYAH 1 Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan pengenalan istilah-istilah falakiyah ? Jawaban : Untuk menjawab pertanyaan singkat di atas, tetapi mempunyai jawaban yang luas dan panjang, tentunya perlu diuraikan dan dijelaskan dengan mengetahui hal-hal di bawah ini sebagai berikut : 1. Pengenalan Ilmu Falak, Ilmu Hisab dan Rukyatul Hilal 2. Pentingnya mempelajari Ilmu Falak dan Hisab Rukyat 3. Peranan Ilmu Falak dan Hisab Rukyat 4. Kegunaan Ilmu Falak dan Hisab Rukyat 5. Pengenalan bola dunia 6. Pengenalan pembagian waktu 7. Pengenalan istilah matahari yang digunakan 8. Pengenalan istilah bulan yang digunakan 9. Pengenalan interpolasi dan membuat sisipan data 1. Pengenalan Ilmu Falak, Ilmu Hisab dan Rukyatul Hilal a. Ilmu Falak Kata ) اـهفـهـكal-falak) artinya beredar, peredaran, atau peredaran bintang-bintang, sebagaimana Firman Allah “wa kullu fi falak yasbahun” (dan masing-masing beredar pada garis 1 Lihat Sriyatin Shadiq Al Falaky, Pengantar Ilmu Falak dan Hisab Rukyat I , Surabaya: Yayasan Al Falakiyah, 2000. MODUL 1 PENGENALAN ISTILAH FALAKIYAH

Upload: adhemulyana

Post on 25-Nov-2015

102 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Modul Ilmu Falak

TRANSCRIPT

  • Oleh:

    M. Marifat Iman KH. Dosen Fakultas Agama Islam

    Unversitas Muhammadiyah

    Prof. Dr. Hamka

    (UHAMKA)

    PENGENALAN ISTILAH

    FALAKIYAH1

    Pertanyaan :

    Apa yang dimaksud dengan pengenalan istilah-istilah falakiyah ?

    Jawaban :

    Untuk menjawab pertanyaan singkat di atas, tetapi mempunyai jawaban

    yang luas dan panjang, tentunya perlu diuraikan dan dijelaskan dengan

    mengetahui hal-hal di bawah ini sebagai berikut :

    1. Pengenalan Ilmu Falak, Ilmu Hisab dan Rukyatul Hilal

    2. Pentingnya mempelajari Ilmu Falak dan Hisab Rukyat

    3. Peranan Ilmu Falak dan Hisab Rukyat

    4. Kegunaan Ilmu Falak dan Hisab Rukyat

    5. Pengenalan bola dunia

    6. Pengenalan pembagian waktu

    7. Pengenalan istilah matahari yang digunakan

    8. Pengenalan istilah bulan yang digunakan

    9. Pengenalan interpolasi dan membuat sisipan data

    1. Pengenalan Ilmu Falak, Ilmu Hisab dan Rukyatul Hilal

    a. Ilmu Falak

    Kata ) al-falak) artinya beredar, peredaran, atau peredaran bintang-bintang, sebagaimana Firman Allah wa kullu fi falak yasbahun (dan masing-masing beredar pada garis

    1 Lihat Sriyatin Shadiq Al Falaky, Pengantar Ilmu Falak dan Hisab Rukyat I,

    Surabaya: Yayasan Al Falakiyah, 2000.

    MODUL 1

    PENGENALAN

    ISTILAH

    FALAKIYAH

  • edarnya QS. Yasin [36] : 40). Peredaran bintang-bintang, lintasan

    benda-benda langit, atau disebut orbit. Ilmu Falak : Suatu ilmu

    pengetahuan yang mempelajari dan membahas tentang peredaran

    dan lintasan benda-benda langit, seperti matahari, bulan, bintang,

    dan benda-benda langit lainnya. Dalam istilah umum disebut

    Astronomy, atau dalam istilah bahasa Inggris disebut dengan

    Practical Astronomy.

    b. Ilmu Hisab

    Kata (al-hisab) artinya hitungan, perhitungan, sebagaimana dalam Firman Allah litalamu dada al-sinin wa al-hisab (agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu) QS. Yunus [10]:5. Ilmu Falak juga disebut Ilmu Hisab,

    karena kegiatan yang menonjol dari ilmu ini ialah

    memperhitungkan posisi dan kedudukan benda-benda langit. Ilmu

    Hisab : Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas

    tentang seluk beluk perhitungan peredaran kedudukan benda-

    benda langit. Ilmu falak atau ilmu hisab disebut juga ilmu faraidh.

    Dalam istilah bahasa Inggris disebut dengan Arithmatic.

    c. Ruyat al-Hilal

    Kata : ruyah (rukyat) : melihat. Dalam kamus Munjid halaman 243, kata : al ruyat : : al nadhar bi al ain au bi al aql = melihat dengan mata, atau melihat dengan akal. Atau : al ruyat : : al nadhar bi al ain au bi al aql = melihat dengan mata, atau melihat dengan akal, atau dengan hati.

    Jadi kata : ruyah, maknanya melihat dengan mata, atau melihat dengan akal, atau melihat dengan hati .

    Kata : ruyah dalam penggunaannya selalu dihubungkan dan disambung dengan kata hilal. Sebagaimana

    disebutkan dalam salah satu teks sabda Nabi Muhammad Saw.

    : idza raitum al hilal

    Istilah-istilah : ruyah (rukyat) yang sudah dikenal di kalangan kaum muslimin, antara lain sebagai berikut :

    1). : rukyat al hilal : melihat hilal dengan mata, atau dengan teleskop pada saat matahari terbenam menjelang awal

    bulan qamariyah. Dalam istilah bahasa Inggris disebut

    Observation atau Observasi.

    2). : rukyat al hilal bi al fili, atau rukyatul hilal bil fili: Istilah ini sangat dikenal di kalangan umat Islam. Pengertiannya sama dengan rukyatul hilal

    3). : hadd imkan al rukyat : Batas kemungkinan hilal dapat dilihat

    4). : irtifau al hilal : ketinggian hilal, dalam istilah bahasa Inggris disebut Altitude.

    5. : istilahah al rukyat : hilal tidak dapat dilihat. 6). : imkan al rukyat : kemungkinan hilal dapat

    dilihat.

    7). : al qathu bi al rukyat : pasti hilal dapat dilihat.

    2. Pentingnya Mempelajari Ilmu Falak dan Hisab Rukyat

    Bagaimana hukum seseorang mempelajari ilmu falak?

    hukumnya adalah fardhu ain. Sedangkan bagi masyarakat hukumnya adalah fardhu kifayah.

    Pentingnya adalah untuk mengetahui arah dan waktu-waktu

    ibadah sbb :

    1. Dimana arah kiblat, ketika akan mengerjakan shalat. 2. Kapan waktu shalat yang lima dapat dikerjakan. 3. Kapan memulai dan mengakhiri ibadah puasa atau Idul Fitri 1

    Syawal.

    4. Kapan memulai menunaikan ibadah haji, wukuf di padang arafah, puasa sunah arafah, idul Adha, mabit, waktu melontar

    jumrah.

    5. Kapan mengerjakan shalat sunnah gerhana bulan dan matahari. 6. Kapan mengeluarkan zakat maal, dan lain-lain.

  • 3. Peranan Ilmu Falak dan Hisab Rukyat

    a. Tanpa Ilmu Falak, umat Islam akan kesulitan dalam penentuan

    arah kiblat. Dengan mengetahui ilmu tersebut, orang Islam

    dapat menentukan arah kiblat secara mudah, benar, tepat dan

    akurat. Baik dengan menggunakan alat kompas, theodolit, GPS

    dan bayang-bayang matahari. Mengetahui arah kiblat yang tepat

    menambah kenyakinan dalam beribadah.

    b. Tanpa Ilmu Falak, umat Islam akan kesulitan menentukan awal

    waktu shalat, apalagi kalau terjadi mendung dan hujan. Dengan

    mudah cukup menggunakan jadwal waktu shalat yang telah

    diprogram dibuat jadwal dan disesuaikan dimana tempat

    dipermukaan bumi ini.

    c. Tanpa Ilmu Falak, umat Islam akan kesulitan melakukan rukyatul

    hilal, dan menentukan awal bulan qamariyah khususnya awal

    Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Dimana daerah yang

    mengalami banyak awan, mendung dan curah hujan yang tinggi

    akan kesulitan menentukannya. Dengan Ilmu Hisab Hakiki

    Kontemporer, pelaksanaan rukyatul hilal dan penetapan awal

    bulan qamariyah akan mudah ditentukan dengan tetap dan

    akurat.

    d. Tanpa Ilmu Falak, umat Islam akan kesulitan melaksanakan

    shalat sunnah gerhana bulan dan matahari. Dengan Ilmu Hisab,

    gerhana dapat diperidiksikan jauh-jauh hari sampai tahun yang

    dikehendaki atau sampai habis umur kehidupan manusia.

    4. Kegunaan Ilmu Falak dan Hisab Rukyat

    a. Untuk menentukan arah kiblat dan bayang-bayang arah kiblat

    surau, mushalla, masjid, dan lapangan shalat Ied

    b. Untuk membuat jadwal waktu shalat di seluruh permukaan bumi

    c. Untuk melakukan rukyatul hilal awal bulan qamariyah

    d. Untuk penentuan penetapan awal bulan qamariyah teruma awal

    bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.

    e. Untuk membuat kalender Hijriyah dan Miladiyah.

    f. Untuk mengetahui peristiwa kelahiran, kematian dan peristiwa-

    peristiwa lainnya.

    g. Untuk menghitung khaul zakat maal.

    h. Untuk membuat terjadinya peristiwa gerhana bulan dan matahari

    i. Dengan mengetahui arah dan waktu-waktu ibadah secara mudah

    benar, tepat dan akurat, semuanya untuk menambah kenyakinan

    dalam beribadah, serta hanya litatmainna al-qulub dan

    litadabbur al ayatillah.

    5. Pengenalan Bola Dunia

    Earth, al-ardh dalam istilah bahasa Indonesia dikenal

    dengan bola dunia atau bumi. Di bawah diberikan gambar bola

    dunia, lintang dan bujur tempat : Depag [1981:257]

    6. Lintang dan Bujur Tempat

    Mengetahui lintang dan bujur tempat merupakan pokok

    dasar semua perhitungan arah kiblat, bayangan kiblat, awal waktu

    shalat, awal bulan dan gerhana. Lintang dan bujur tempat akan

    dijelaskan di bawah ini, sebagai berikut :

    a. Lintang pengamat/lintang tempat. Diukur dari equator (garis khatulistiwa) ke arah kutub utara bumi, disebut Lintang

    Utara (LU atau U) diberi tanda positif (+). Diukur dari equator

    (garis khatulistiwa) ke arah kutub selatan bumi, disebut Lintang

    Selatan (LS atau S) diberi tanda negatif (-).

    Nilai ordinatnya sebagai berikut:

    1). 0 pada equator (khatulistiwa) bumi

    2). + 23 30 pada garis balik Utara (LU atau U)

  • 3). + 90 pada kutub Utara (LU atau U)

    4). - 2330 pada garis balik Selatan (LS atau S)

    5). - 90 pada kutub Selatan (LS atau S)

    b. Meridian / bujur tempat. Diukur dari Greenwich di dekat London. Persisnya kota Greenwich atau Observatorium

    Greenwich terletak 97 km (20 mil) ke arah Tenggara dari kota

    London. Diukur dari Greenwich ke arah Timur untuk Bujur

    Timur (BT) dengan tanda (+), dan ke arah Barat untuk Bujur

    Barat (BB) dengan tanda (-). Bujur Timur (BT) = 0 s/d +180

    BT, dan Bujur Barat (BB) = 0 s/d 180 BB.

    c. Hubungan meridian/bujur tempat dengan waktu:

    1 putaran ditempuh 360 sama dengan 24 jam

    putaran ditempuh 180 sama dengan 12 jam

    putaran ditempuh 90 sama dengan 6 jam

    15 sama dengan 1 jam (60 menit)

    1 sama dengan 4 menit

    04 sama dengan 1 menit

    d. Time Zone (Zona Waktu)

    Zona waktu adalah waktu yang ditempuh dalam 1 kali putaran

    360 sama dengan waktu 24 jam. Setiap zone waktu setempat

    besarnya 15 atau 360 : 24 = 15 = 1 jam = 60 menit. Dengan

    demikian perbedaan setiap zone waktu besarnya 15 = 1 jam.

    Waktu lokal (Local Mean Time) adalah waktu yang sesuai

    dengan waktu bujur setempat. Misalnya : 105 (WIB) berbeda 7

    jam dari UT (waktu Greenwich). Jadi 105 : 15 = 7 WIB, 120

    : 15 = 8 WITA, 135 : 15 = 9 WIT.

    Gambar Peta Dunia dan Pembagian Waktu

    CONTOH APLIKASI GARIS TANGGAL INTERNASIONAL

    0O 30OBT30OBB 60O 90O 120O 150OBT 180O 150OBB 120O 90O 60O 30OBB

    GA

    RIS

    TA

    NG

    GA

    L IN

    TE

    RN

    AS

    ION

    AL

    10.00 WIB

    01-03-04

    105oT

    06.00 WS

    01-03-04

    45oT

    03.00 UT

    01-03-04

    Senin

    01-03-04

    Minggu

    29-02-04 21.0029-02-04

    90o B

    15.00

    00.00

    01-03-04

    Minggu

    29-02-04

    Senin

    01-03-04

    7. Pengenalan istilah Matahari yang digunakan2

    a. Ecliptic Longitude

    Ecliptic Longitude, Taqwim ( ) atau Thul al syams ( ), dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Bujur Astronomis. Data ini adalah jarak Matahari dari titik

    Aries (Vernal Equinox / ) diukur sepanjang lingkaran Eliptika. Jika nilai Bujur Astronomis Matahari sama dengan

    nilai Bujur Astronomis Bulan, maka terjadi ijtima. Data ini diperlukan antara lain dalam ijtima dan gerhana.

    2 Ephemeris Hisab Rukyat Tahun 1993, hlm

  • b. Ecliptic Latitude.

    Ecliptic Latitude, Ardl al Syams ( ), dalam istilah bahasa Indonesia sebagai dikenal dengan Lintang Astronomis.

    Data ini adalah jarak titik pusat Matahari dari Lingkaran

    Ekliptika. Sebetulnya Ekliptika itu sendiri adalah lingkaran

    yang ditempuh oleh gerak semu Matahari secara tahunan. Oleh

    karena itu Matahari selalu berada di Lingkaran Ekliptika.

    Namun oleh karena jalannya tidak rata persis, maka ada sedikit

    geseran. Keadaan seperti ini dapat kita lihat dari nilai Ecliptic

    Latitude yang selalu mendekati nol. Banyak sistem perhitungan

    yang mengabaikan nilai data ini sehingga istilah Ardl al Syams

    ( ) yang sebetulnya identik dengan Ecliptic Latitude, tidak dikenal. Data ini diperlukan antara lain untuk

    perhitungan gerhana.

    c. Apparent Right Ascension

    Apparent Right Aseension, al-Shu'ud al Mustaqim ( ) atau al Mathali' al-Baladiyah ( ), dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Asensio Rekta

    atau Panjatan Tegak. Data ini adalah adalah jarak Matahari dari

    titk Aries (Vernal Equinox Hamal / ) diukur sepanjang Lingkaran Equator. Data ini diperlukan dalam perhitungan

    ijtima, ketingian hilal dan gerhana.

    d. Apparent Declination

    Apparent declination of the sun, mail al syams ( ), dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Deklinasi

    Matahari yang terlihat (bukan matahari hakiki), atau lebih

    dikenal sebagai Deklinasi. Data ini adalah jarak Matahari dari

    Equator. Nilai Deklinasi positip berarti Matahari ada di sebelah

    Utara Equator, dengan tanda (+) dalam penulisanya tanda (+)

    tidak perlu ditulis. Sebaliknya Nilai Deklinasi negatif berarti

    Matahari ada di sebelah Selatan Equator, dengan tanda (-). Data

    ini diperlukan dalam penentuan bayang-bayang kiblat, waktu

    shalat, ijtima, ketinggian hilal, gerhana dan sebagainya.

    e. True Geosentric Distange

    True Geosentric Distance, dalam istilah bahasa Indonesia

    dikenal dengan Jarak Geosentric. Data ini menggambarkan

    jarak antara Bumi dan Matahari. Nilai pada data ini merupakan

    jarak rata-rata Bumi - Matahari sekitar 150 juta km. Oleh karena

    Bumi mengelilingi Matahari tidak tetap setiap saat,

    kadang-kadang dekat, kadang-kadang jauh, sedangkan jarak

    terjauh pada saat Bumi menempati titik Perigee ( ), sedangkan jarak terjauh pada saat bumi menempati titik terjauh.

    yaitu Apogee ( ). Data ini diperlukan dalam menghitung gerhana.

    f. Semi Diameter

    Semi Diameter, nisf al quthur ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Jari-jari. Data ini adalah jarak

    titik pusat Matahari dengan piringan luarnya. Data ini perlu

    diketahui untuk menghitung secara tepat saat matahari

    terbenam, matahari terbit, tinggi hilal dan sebagainya.

    g. True Obliquity

    True Obliquity, al mail al kully ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Kemiringan Ekliptika. Data

    ini adalah Kemiringan Ekliptika dari Equator. Data ini

    diperlukan untuk menghitung ijtima dan gerhana.

    h. Equation of Time

    Equation of Time, tadil al waqt / tadil al syams ( / ) dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai Perata Waktu. Data ini adalah selisih antara waktu kulminasi matahari

    hakiki dengan waktu kulminasi matahari rata-rata. Data ini

  • biasanya dinyatakan dengan huruf "e" kecil dan diperlukan

    dalam menghisab bayang-bayang kiblat, waktu shalat dan awal

    bulan.

    8. Pengenalan istilah Bulan yang digunakan3

    a. Apparent Longitude

    Apparent Longitude, Taqwim ( ) atau Thul al qamar ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Bujur Astronomis Bulan yang terlihat, atau lebih dikenal

    sebagai Bujur Astronomi Bulan. Data ini adalah jarak antara

    titik Aries (Vernal Equinox/Hamal/ ) diukur sepanjang Lingkaran Eliptika. Data ini diperlukan dalam menghitung

    ijtima dan gerhana.

    b. Apparent Latitude

    Apparent Latitude, ardl al qamar ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Lintang Astronomis Bulan

    yang terlihat, lebih dikenal sebagai Lintang Astronomis Bulan.

    Data ini adalah jarak antara bulan dengan lingkaran Ekliptika

    diukur sepanjang lingkaran Kutub Ekliptika. Nilai maksimum

    dari Lintang Astronomis Bulan adalah 5o 8 (lima derajat

    delapan menit). Nilai positip (+) berarti bulan berada di sebelah

    Utara Ekliptika, dan nilai negatif (-) berarti Bulan berada di

    sebelah Selatan Ekliptika. Jika pada saat ijtima nilai Lintang

    Astronornis Bulan sama atau hampir persis sama dengan nilai

    Lintang Astronomis Matahari, maka akan terjadi Gerhana

    Matahari. Data ini diperlukan dalam menghitung ijtima dan

    gerhana.

    c. Apparent Right Ascention

    Apparent Right Aseension, Al shu'ud al Mustawqim ( ) atau al Mathali'u al Baladiyah ( )

    3 Ibid

    dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Asensio Rekta

    dari bulan yang terlihat, atau lebih kenal dengan Panjatan

    Tegak. Data ini adalah jarak titik pusat bulan dari titik Aries

    diukur sepanjang lingkaran Equator. Data ini diperlukan antara

    lain dalam perhitungan ijtima, ketinggian hilal dan gerhana.

    d. Apparent Declination

    Apparent declination, mail al qamar ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Deklinasi Bulan. Data ini

    adalah jarak Bulan dari Equator. Nilai Deklinasi positip (+) jika

    Bulan disebelah utara Equator, dan negatif (-) jika di sebelah

    selatan equator. Data ini diperlukan dalam perhitungan

    ketinggian hilal dan gerhana.

    e. Horizontal Parallax

    Parallax, ikhtilaf al mandhar ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Benda Lihat. Data ini adalah

    sudut antara garis yang ditarik dari benda langit ketitik pusat

    bumi dan garis yang ditarik dari benda langit ke mata si

    pengamat. Sedangkan Horizontal Parallax adalah Parallaks dari

    Bulan yang sedang berada persis di garis ufuq. Nilai parallaks

    berubah-ubah tergantung kepada jarak benda langit itu dari

    garis ufuq. Semakin mendekati titik Zenith ( ) nilai parallax suatu benda langit semakin kecil. Benda langit yang

    sedang berposisi pada titik Zenith, nilai parallax adalah nol;

    sedangkan benda langit yang sedang berposisi pada garis ufuq,

    nilai Parallaxnya paling besar. Disamping itu Parallax

    tergantung pula kepada jarak benda langit tersebut dari mata si

    pengamat (Bumi). Semakin jauh suatu benda langit nilai

    Paralaxnya semakin kecil. Nilai Parallax Matahari sangat kecil -

    bahkan dapat diabaikan - sebab jarak Matahari - Bulan

    sangatlah jauh, berbeda dengan jarak Bulan - Bumi. Nilai

    Horizontal Parallax ini diperlukan untuk melakukan koreksi

    perhitungan ketinggian hilal, dari ketinggian hakiki menjadi

    ketinggian Mar'i (visible altitude)

  • f. Semi Diameter

    Semi Diameter, nisf al quthur ( ) dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan Jari-jari. Data ini adalah jarak

    sudut antara titik pusat Bulan dengan piringan luarnya. Nilai

    Semi Diameter Bulan adalah tertinggi sekitar 15 (lima belas menit) sebab piringan bulatan Bulan penuh adalah sekitar 30 (1/2 derajat). Data ini diperlukan untuk melakukan perhitungan

    ketinggian piringan atas (upper limb) hilal, sebab semua data

    bulan adalah data titik pusatnya.

    g. Angle Bright Limb

    Angle Bright Limb, dalam istilah bahasa Indonesia dikenal

    dengan Sudut Kemiringan hilal. Data ini adalah sudut

    kemiringan piringan hilal yang memancarkan sinar sebagai

    akibat arah posisi hilal dari Matahari. Sudut ini diukur dari garis

    yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik Zenith (

    ) ke garis yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik pusat Matahari dengan arah sesuai dengan

    perputaran jarum jam.

    h. Fraction Illum

    Fraction Illum adalah singkatan dari Fraction Illumination.

    Yang dimaksudkan adalah besarnya piringan Bulan yang

    menerima sinar Matahari dan menghadap ke Bumi, maka

    bentuknya akan berupa bulatan penuh. Dalam keadaan seperti ini nilai Fraction Illum (besarnya Bulan) adalah satu, yaitu

    persis pada saat puncaknya Bulan Purnama (full moon /

    ). Sedangkan jika Bumi, Bulan dan Matahari sedang persis berada pada satu garis lurus, maka akan terjadi Gerhana

    Matahari Total. Dalam keadaan seperti ini nilai Fraction

    Illumination Bulan adalah nol. Setelah Bulan Purnama, nilai

    Fraction Illumination akan semakin mengecil sampai pada nilai

    yang paling kecil, yaitu pada saat ijtima dan setelah itu nilai

    Fraction Illumination ini akan kembali membesar sampai

    mencapai nilai satu, pada saat Bulan Purnama. Dengan

    demikian, data Fraction Illumination ini dapat dijadikan

    pedoman untuk menghitung kapan terjadinya ijtima

    (conjunction / ) dan kapan bulan purnama (full moon, istiqbal / ), demikian pula saat first quarter ( tarbiawal / ) dan last quarter ( tarbi tsani / ) dari bulan dapat dihitung, yaitu dengan mencari nilai Fraction illum

    sebesar setengah (0,5). Data ini diperlukan untuk membantu

    pelaksanaan Rukyatul hilal sekaligus melakukan

    pengecekannya mengenai besarnya hilal.

    9. Penggunaan interpolasi atau mencari sisipan data

    a. Data Matahari dan bulan

    Data Matahari dan Bulan tersebut di atas disajikan

    berdasarkan waktu Greenwich/ Greenwich Mean Time (GMT).

    Untuk mengubah GMT menjadi waktu-waktu daerah di Indonesia,

    digunakan rumus-rumus sebagai berikut :

    a. Waktu Indonesia Barat (WIB) = GMT + 7 jam

    b. Waktu Indonesia Tengah (WITA) = GMT + 8 jam

    c. Waktu Indonesia Timur (WIT) = GMT + 9 jam

    Atau sebaliknya :

    a. GMT = WIB - 7 jam

    b. GMT = WITA - 8 jam

    c. GMT = WIT - 9 jam

    Untuk mencari data Matahari dan Bulan bagi wilayah Indonesia,

    waktu-waktu daerah di Indonesia terlebih dahulu harus diubah

    menjadi GMT

    Contoh:

    Mencari Deklinasi Matahari dan Bulan pada pukul 18.00 WIB

    tanggal 7 Mei 1993

    Langkah 1

  • Mengubah WIB menjadi GMT, dengan rumus :

    GMT = WIB - 7 jam, maka

    GMT = 18.00 WIB - 7 jam = 11.00 GMT. Jadi jam 18.00

    WIB = jam 11.00 GMT

    Langkah 2

    Mencari data Deklinasi Matahari dan Bulan dalam Buku Ephemeris

    Hisab Rukyat pada jam 11.00 GMT. tanggal 7 Mei 1993 hasilnya :

    Deklinasi Matahari jam 11. 00 GMT = 1652'57"

    Deklinasi Bulan jam 11.00 GMT = - 2143'32"

    b. Membuat Penyisipan Data/Interpolasi

    Oleh karena data Malahari dan Bulan dalam buku Ephemeris

    atau Almanak atau al-Falakiyah ini disajikan pada setiap jam, maka

    untuk memperoleh data pada pecahan jam, diperlukan

    langkah-langkah penyisipan/interpolasi.

    Rumus: Interpolasi = A (A B ) x C / 14

    Contoh:

    Mencari Deklinasi Bulan pada pukul 18:10:12.45 WIB pada tanggal

    7 Mei 1993

    Langkah 1:

    Mengubah WIB menjadi GMT dengan rumus:

    GMT = WIB 7 jam GMT = 18:10:12.45 WIB 7 jam = 11:10:12.45 GMT

    Langkah 2 :

    Data yang diketahui jam 11:10:12.45 GMT (pedoman jam 11.00,

    sedangkan selebihnya 0:10:12.45 sebagai nilai C). Interpolasi yang

    dilakukan antara jam 11.00 dan jam 12.00, berarti berjalan/selisih 1

    jam sebagai nilai 1.

    4 Sriyatin Shadiq, Hisab Awal Bulan

    Mencari Deklinasi Bulan sebagai berikut :

    Jam 11.00 GMT = - 2143'32" (sebagai nilai A)

    Jam 12.00 GMT = - 2146'51" (sebagai nilai B)

    Jadi :

    Interpolasi = A ( A B ) x C / I - 2143'32" (- 2143'32" - -2146'51") x 010'12.45" / 1 = - 2144'05.85", maka hasilnya = - 21 44' 05.85".