model sistem dinamik untuk meningkatkan rasio … · 2020. 4. 26. · “model sistem dinamik untuk...

167
i TUGAS AKHIR – KS141501 MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK MENINGKATKAN RASIO PEMENUHAN DAN EFISIENSI PADA MANAJEMEN RANTAI PASOK BIODIESEL NASIONAL DYNAMIC MODELLING SYSTEMS TO INCREASE EFFICIENCY AND FULFILLMENT RATIO OF BIODIESEL SUPPLY CHAIN MANAGEMENT IN INDONESIA ASHMA HANIFAH SHALIHAH NRP 5213 100 076 Dosen Pembimbing Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D. DEPARTMEN SISTEM INFORMASI Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    TUGAS AKHIR – KS141501

    MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK MENINGKATKAN RASIO PEMENUHAN DAN EFISIENSI PADA MANAJEMEN RANTAI PASOK BIODIESEL NASIONAL

    DYNAMIC MODELLING SYSTEMS TO INCREASE EFFICIENCY AND FULFILLMENT RATIO OF BIODIESEL SUPPLY CHAIN MANAGEMENT IN INDONESIA

    ASHMA HANIFAH SHALIHAH NRP 5213 100 076

    Dosen Pembimbing Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D. DEPARTMEN SISTEM INFORMASI Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017

  • ii

    TUGAS AKHIR – KS141501

    MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK

    MENINGKATKAN RASIO PEMENUHAN DAN

    EFISIENSI PADA MANAJEMEN RANTAI PASOK

    BIODIESEL NASIONAL

    ASHMA HANIFAH SHALIHAH

    NRP 5213 100 076

    Dosen Pembimbing

    Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D.

    JURUSAN SISTEM INFORMASI

    Fakultas Teknologi Informasi

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember

    Surabaya 2017

  • UNDERGRADUATE THESES – KS141501

    DYNAMIC MODELLING SYSTEMS TO INCREASE

    EFFICIENCY AND FULFILLMENT RATIO OF

    BIODIESEL SUPPLY CHAIN MANAGEMENT IN

    INDONESIA

    ASHMA HANIFAH SHALIHAH

    NRP 5213 100 076

    Supervisor

    Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D.

    INFORMATION SYSTEMS DEPARTMENT

    Information Technology Faculty

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember

    Surabaya 2017

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK

    MENINGKATKAN RASIO PEMENUHAN DAN

    EFISIENSI PADA MANAJEMEN RANTAI PASOK

    BIODIESEL NASIONAL

    TUGAS AKHIR

    Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

    pada

    Jurusan Sistem Informasi

    Fakultas Teknologi Informasi

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember

    Oleh:

    ASHMA HANIFAH SHALIHAH

    NRP. 5213100076

    Surabaya, 22 Juni 2017

    KETUA

    JURUSAN SISTEM INFORMASI

    Dr. Ir. Aris Tjahyanto, M.Kom

    NIP. 196503101991021001

  • iv

    LEMBAR PERSETUJUAN

    MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK

    MENINGKATKAN RASIO PEMENUHAN DAN

    EFISIENSI PADA MANAJEMEN RANTAI PASOK

    BIODIESEL NASIONAL

    TUGAS AKHIR

    Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

    pada

    Jurusan Sistem Informasi

    Fakultas Teknologi Informasi

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember

    Oleh:

    ASHMA HANIFAH SHALIHAH

    NRP. 5213100076

    Disetujui Tim Penguji : Tanggal Ujian: 22 Juni 2017

    Periode Wisuda : September 2017

    Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D. (Pembimbing I)

    Mahendrawathi ER, S.T., M.Sc., Ph.D (Penguji I)

    Rully Agus Hendrawan, S.Kom, M.Eng. (Penguji II)

  • v

    MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK

    MENINGKATKAN RASIO PEMENUHAN DAN

    EFISIENSI PADA MANAJEMEN RANTAI PASOK

    BIODIESEL NASIONAL

    Nama Mahasiswa : Ashma Hanifah Shalihah

    NRP : 5213100076

    Jurusan : Sistem Informasi FTIF-ITS

    Pembimbing I : Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D

    ABSTRAK

    Permasalahan energi dan lingkungan telah menjadi isu global

    diseluruh dunia, termasuk di Indonesia. Meningkatnya standar

    hidup mengakibatkan adanya peningkatan terhadap

    kebutuhan energi nasional yang khususnya didominasi oleh

    sektor transportasi. Untuk membatasi penggunaan BBM di

    Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk

    menggunakan bahan bakar alternatif, yaitu biodiesel sebagai

    bahan campuran terhadap BBM. Saat ini, kondisi

    pemanfaatan biodiesel dalam negeri masih sangat kecil dan

    memiliki peluang untuk dioptimalkan. Hal ini ditunjukkan oleh

    rendahnya realisasi pemanfaatan biodiesel yang masih

    dibawah angka target mandatori. Salah satu hambatan yang

    dialami, adalah adanya kendala dalam pasokan bahan baku

    biodiesel, yaitu kelapa sawit. Biaya logistik juga menjadi

    penghambat ketersediaan dan keterjangkauan Bahan Bakar

    Nabati (BBN) tersebut, sehingga kini daya saing industri BBN

    masih dikalahkan oleh BBM. Dengan kondisi seperti itu,

    dibutuhkan manajemen rantai pasok yang lebih efektif dan

  • vi

    efisien dengan fokus memenuhi ketersediaan biodiesel yang

    terjangkau, serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang

    dapat mempengaruhinya. Penelitian ini akan menggunakan

    metode pemodelan dengan tehnik simulasi sebagai sarana

    berbasis untuk memahami sistem dalam manajemen rantai

    pasok, dan mengambil studi kasus industri biodiesel secara

    global. Pemodelan dibuat dengan tiga tahapan utama. Tahap

    pertama adalah analisis model sistem. Tahap kedua adalah

    pembuatan diagram kausatik, dan tahap ketiga adalah

    mensimulasikan kondisi eksisting rantai pasok beserta

    rancangan skenarionya hingga tahun 2032. Hasil dari

    penelitian ini, dari skenario model yang dilakukan

    pengembangan model rantai pasok biodiesel mampu

    meningkatkan rasio pemenuhan sebesar 13% dan mengurangi

    persentase atau efisiensi biaya logistik sebesar 15,7%.

    Kata kunci : biodiesel, model, manajemen rantai pasok,

    simulasi, sistem dinamik, rasio pemenuhan,

    efisien.

  • vii

    DYNAMIC MODELLING SYSTEMS TO

    INCREASE EFFICIENCY AND FULFILLMENT

    RATE OF BIODIESEL SUPPLY CHAIN

    MANAGEMENT IN INDONESIA

    Student Name : Ashma Hanifah Shalihah

    NRP : 5213100076

    Major : Information Systems FTIF-ITS

    Supervisor I : Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D

    ABSTRACT

    Energy and environmental issues have become a global issue

    around the world, including in Indonesia. living standards

    rise, resulting in increased national energy demand is mainly

    dominated by the transport sector. To limit the use of fuel in

    Indonesia, the government has issued a policy for the use of

    alternative fuels, ie biodiesel as the fuel mixture. Currently,

    the use of biodiesel in the country is still very small and have a

    chance to be optimized. This is demonstrated by the low

    realization of the use of biodiesel is still below the required

    target figure. One such constraints, are constraints in the

    supply of biodiesel raw materials, namely oil palm. Logistics

    costs also become an obstacle to the availability and

    affordability of Biofuel (BBN), so now the competitiveness of

    the biofuel industry is still defeated by BBM. With such

    conditions, it takes supply chain management more effective

    and efficient with a focus on meeting the affordable

    availability of biodiesel, and to determine the factors that can

    influence it.

  • viii

    This study used modeling method with simulation technique as

    a tool to understand system in supply chain management of

    biodiesel’s development, globally. Modeling is done with three

    main stages. The first stage is the analysis of the system model.

    The second stage is the creation of the causatic diagram, and

    the third step is to simulate the conditions of the existing

    supply chain trying to try scenarios until 2032. The results of

    this study, from the model scenario, the development of

    biodiesel supply chain model can increase the fulfillment ratio

    by 13% and reduce the logistics cost by 15.7%.

    Keywords : biodiesel (biofuel), model, supply chain

    management, simulation, dynamic systems,

    fulfillment rate, efficient.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi

    kekuatan dan hikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penulisan skripsi yang berjudul

    “Model Sistem Dinamik untuk Meningkatkan Rasio

    Pemenuhan dan Efisiensi Pada Manajemen Rantai Pasok

    Biodiesel Nasional”.

    Skripsi ini merupakan tugas akhir akademik sebagai salah satu

    syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Departemen

    Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut

    Teknologi Sepuluh Nopember. Penulis menyadari bahwa

    dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

    berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik

    dan tepat waktu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

    ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Allah SWT yang senantiasa melimpahkan berkah dan

    rahmat-Nya dalam setiap nafas dan langkah penulis

    hingga saat ini, serta shalawat serta salam juga penulis

    curahkan kepada Nabiyurrahmah, Muhammad SAW.

    2. Bapak Ir. Aris Tjahyanto, M.Kom. selaku Ketua Jurusan

    Sistem Informasi ITS Surabaya.

    3. Ibu Erma Suryani., S.T., M.T., Ph.D. selaku dosen

    pembimbing Tugas Akhir sekaligus dosen wali penulis

    yang dengan kesabarannya, memberikan motivasi serta

    dan banyak pengetahuan serta pemahaman baru bagi

    penulis, sehingga penulis dapat mengusahakan hasil yang

    terbaik selama mengerjakan Tugas Akhir ini.

    4. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu menjadi

    semangat bagi penulis untuk melakukan yang terbaik, dan

  • x

    selalu mendoakan penulis sedari kecil hingga lulus

    sekarang.

    5. Kawan – Kawan Lab Sistem Enterprise (SE) yang selalu

    menjadi rekan senasib dan seperjuangan.

    6. Penghuni Lab ADDI yang telah mempersilakan penulis

    bernaung dan mencari inspirasi dalam mengerjakan Tugas

    Akhir ini.

    7. Seluruh teman – teman, Keluarga BELTRANIS (SI 2013)

    yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dan

    telah memberikan banyak cerita selama penulis melakukan

    studi.

    8. Mas dan Mbak serta adik – adik jurusan Sistem Informasi

    yang dan seluruh civitas akademika Jurusan Sistem

    Informasi ITS dan seluruh pihak yang telah membantu

    penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dan

    telah memberikan dukungan sehingga Tugas Akhir ini

    dapat terselesaikan dengan baik.

    Semoga tulisan ini bermanfaat bagi orang yang membaca, bagi

    penelitian dan pengembangan penelitian lainnya. Penulis

    menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan

    karena kesempurnaan sejatinya hanya milik Allah SWT, maka

    saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat

    diharapkan demi perbaikan selanjutnya.

    Jakarta, 30 Juni 2017

    Penulis

  • xi

    DAFTAR ISI

    Lembar Pengesahan ................................................................. ii

    Lembar Persetujuan ................................................................. iv

    Abstrak ..................................................................................... v

    Abstract .................................................................................. vii

    Kata Pengantar ........................................................................ ix

    Daftar Isi.................................................................................. xi

    Daftar Gambar ........................................................................ xv

    Daftar Tabel .......................................................................... xix

    BAB 1 PENDAHULUAN .................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ....................................................... 7

    1.3 Batasan Masalah .......................................................... 7

    1.4 Tujuan Penelitian ......................................................... 8

    1.5 Manfaat Penulisan ....................................................... 8

    1.6 Relevansi ..................................................................... 9

    BAB 2 Tinjauan Pustaka .................................................... 11

    2.1 Landasan Teori .......................................................... 11

    2.1.1 Manajemen Rantai Pasok ............................... 11 2.1.2 Manajemen Logistik ....................................... 12 2.1.3 Rantai Pasok yang Efektif dan Efisien ........... 13 2.1.4 Konsep Model dan Simulasi Sistem Dinamik 15 2.1.5 Simulasi Dalam Rantai Pasok ........................ 17 2.1.6 Proses Bisnis Rantai Pasok Biodiesel ............ 18

  • xii

    2.2 Penelitian Sebelumnya...............................................24

    BAB 3 Metodologi Penelitian.............................................29

    3.1 Tahapan Pelaksanaan Tugas Akhir ............................30

    3.1.1 Identifikasi Kondisi dan Permasalahan ..........30 3.1.2 Studi Literatur .................................................30 3.1.3 Pengumpulan Data ..........................................30 3.1.4 Penyusunan Model .........................................31 3.1.5 Formulasi Model.............................................32 3.1.6 Pengujian Model .............................................33 3.1.7 Penyusunan Skenario dan Analisis Hasil Simulasi .....................................................................35 3.1.8 Kesimpulan dan Saran ....................................36

    BAB 4 MODEL DAN IMPLEMENTASI ..........................37

    4.1 Analisa Sistem ...........................................................37

    4.1.1 Pengumpulan Data ..........................................37 4.1.2 Analisa Variabel .............................................38

    4.2 Membuat Model Kausatik .........................................41

    4.3 Membuat Model Matematis (flow diagram) ..............51

    4.3.1 Sub-model Population ....................................54 4.3.2 Sub-model Demand.........................................55 4.3.3 Sub-model Biodiesel Production ....................57 4.3.4 Sub-model Biodiesel Inventory .......................62 4.3.5 Sub-model Biodiesel Cost ...............................65 4.3.6 Sub-model Biodiesel Logistic Cost .................66 4.3.7 Sub-model Biodiesel Price in Consumen ........70

    4.4 Verifikasi ...................................................................72

    4.5 Validasi ......................................................................76

    4.5.1 Populasi Penduduk Indonesia .........................77 4.5.2 Permintaan Biodiesel yang Dikonsumsi .........79 4.5.3 Produksi Biodiesel ..........................................81

  • xiii

    4.5.4 Produktivitas Lahan ........................................ 83 4.6 Analisis Hasil Base Model ........................................ 85

    4.6.1 Analisis Populasi ............................................ 85 4.6.2 Analisis Permintaan Biodiesel........................ 86 4.6.3 Analisis Luas Area Lahan Kebun Sawit ......... 87 4.6.4 Analisis Produksi Biodiesel ........................... 88 4.6.5 Analisis Stok dan Rasio Pemenuhan Biodiesel 89 4.6.6 Analisis Biaya Logistik Biodiesel .................. 92

    BAB 5 PEMBENTUKAN SKENARIO DAN ANALISIS

    HASIL 93

    5.1 Rancangan Skenario .................................................. 93

    5.1.1 Skenario Meningkatkan Nilai Rendemen (OER) 95 5.1.2 Skenario Ekstensifikasi Lahan ....................... 98 5.1.3 Skenario Mengurangi Aktor Distribusi ........ 101

    5.2 Implementasi Skenario ............................................ 106

    5.2.1 Hasil Skenario 1: Meningkatkan Nilai Rendemen ................................................................ 106 5.2.2 Hasil Skenario 2: Ekstensifikasi Lahan ........ 108 5.2.3 Hasil Skenario 3: Meminimalisir Alur Distribusi ................................................................. 110

    5.3 Analisis Hasil Implementasi Skenario ..................... 114

    5.3.1 Produksi Biodiesel ........................................ 115 5.3.2 Rasio Pemenuhan Biodiesel ......................... 117 5.3.3 Harga Biodiesel di Tingkat Konsumen ........ 119

    5.4 Resume Skenario ..................................................... 120

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................ 125

    6.1 Kesimpulan .............................................................. 125

    6.2 Saran ........................................................................ 127

  • xiv

    DAFTAR PUSTAKA ...........................................................129

    LAMPIRAN A .....................................................................135

    LAMPIRAN B..........................................................................1

    LAMPIRAN C..........................................................................2

    BIODATA PENULIS ...............................................................5

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Riset Laboratorium Sistem Enterprise ................ 10

    Gambar 2.1 Tahapan Rantai Pasok [13] ................................. 18

    Gambar 2.2 Diagram Proses Produksi Biodiesel [14] ............ 22

    Gambar 2.3 General framework of the Biodiesel’s Supply

    Chain [15] .............................................................................. 23

    Gambar 2.4 Pola Distribusi Terhadap BBN Pertamina [16] .. 24

    Gambar 3.1 Metodologi Penelitian ........................................ 29

    Gambar 3.2 Diagram CLD Rantai Pasok Biodiesel ............... 32

    Gambar 4.1 Diagram Kausatik ............................................... 43

    Gambar 4.2 Variabel yang Mempengaruhi Biodiesel in

    Demand .................................................................................. 44

    Gambar 4.3 Variabel yang Dipengaruhi Biodiesel in Demand

    ................................................................................................ 45

    Gambar 4.4 Variabel yang Mempengaruhi Biodiesel

    Production .............................................................................. 46

    Gambar 4.5 Variabel yang Dipengaruhi Biodiesel Production

    ................................................................................................ 47

    Gambar 4.6 Variabel yang Mempengaruhi Biodiesel Demand

    Fulfillment Ratio .................................................................... 48

    Gambar 4.7 Variabel yang Mempengaruhi Biodiesel Stocks 48

    Gambar 4.8 Variabel yang Dipengaruhi Biodiesel Stocks ..... 49

    Gambar 4.9 Variabel yang Mempengaruhi Price in Consumen

    ................................................................................................ 50

    Gambar 4.10 Variabel yang Mempengaruhi Biodiesel Logistic

    Cost ........................................................................................ 50

    Gambar 4.11 Diagram Stock and Flow Rantai Pasok Biodiesel

    ................................................................................................ 53

    Gambar 4.12 Sub-model Populasi .......................................... 54

    Gambar 4.13 Sub-Model Biodiesel in Demand ..................... 56

  • xvi

    Gambar 4.14 Sub-Model Biodiesel Production ......................58

    Gambar 4.15 Sub-Model Biodiesel Inventory ........................63

    Gambar 4.16 Sub-Model Biodiesel Unit Cost ........................65

    Gambar 4.17 Alur Distribusi Bahan Bakar Biodiesel ............69

    Gambar 4.18 Sub-Model Biodiesel Logistic Cost ..................69

    Gambar 4.19 Sub-Model Biodiesel Price in Consumen .........71

    Gambar 4.20 Pengaturan lama waktu simulasi.......................74

    Gambar 4.21 Toolbar untuk menjalankan hasil model ..........74

    Gambar 4.22 Pesan error yang ditampilkan oleh aplikasi .....75

    Gambar 4.23 Pesan ketika running model berhasil dilakukan

    ................................................................................................75

    Gambar 4.24 Verifikasi model ...............................................76

    Gambar 4.25 Perbandingan Data Historis dan Data Model

    Populasi ..................................................................................79

    Gambar 4.26 Perbandingan Data Historis dan Data Model

    Permintaan ..............................................................................81

    Gambar 4.28 Perbandingan Data Historis dan Data Model

    Produksi ..................................................................................83

    Gambar 4.29 Perbandingan Data Historis dan Data Model

    Produktivitas ...........................................................................85

    Gambar 4.30 Hasil Model dari Populasi ................................86

    Gambar 4.31 Hasil Model dari Demand .................................87

    Gambar 4.32 Hasil Model dari Luas Lahan ...........................88

    Gambar 4.33 Hasil Model dari Produksi ................................89

    Gambar 4.34 Hasil Model dari Inventori ................................90

    Gambar 4.35 Hasil Model dari Rasio Pemenuhan..................91

    Gambar 4.36 Hasil Model dari Biaya Logistik .......................92

    Gambar 5.2 Sub-Model Skenario Produksi Biodiesel ..........100

    Gambar 5.3 Alur Distribusi Biodiesel ..................................103

    Gambar 5.4 Sub-Model Skenario 3 A ..................................103

    Adapun berikut adalah bentuk pemodelan yang ditampilkan

    pada Gambar 5.5 ketika akan melakukan skenario 3 B dengan

  • xvii

    menyatukan biaya logistik (transportasi) dari petani ke pabrik.

    .............................................................................................. 105

    Gambar 5.6 Sub-Model Skenario 3 B .................................. 105

    Gambar 5.7 Produksi Biodiesel Skenario 1 Meningkatkan

    Nilai OER ............................................................................. 107

    Gambar 5.8 Rasio Pemenuhan Biodiesel Skenario 1

    Meningkatkan Nilai OER ..................................................... 108

    Gambar 5.11 Produksi Biodiesel Skenario Ekstensifikasi ... 109

    Gambar 5.12 Rasio Pemenuhan Biodiesel Skenario

    Ekstensifikasi ....................................................................... 110

    Gambar 5.13 Harga Biodiesel di Tingkat Konsumen Skenario

    3 A ........................................................................................ 111

    Gambar 5.14 Biaya Logistik Biodiesel Skenario 3 A .......... 112

    Gambar 5.15 Harga Biodiesel di Tingkat Konsumen Skenario

    3 B ........................................................................................ 113

    Gambar 5.16 Biaya Logistik Biodiesel Skenario 3 B .......... 114

    Gambar 5.17 Perbandingan Skenario Produksi Biodiesel .... 115

    Gambar 5.18 Perbandingan Skenario Rasio Pemenuhan

    Biodiesel ............................................................................... 117

    Gambar 5.19 Perbandingan Skenario Harga Biodiesel ........ 119

  • xviii

    Halaman ini sengaja dikosongkan.

  • xix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Pentahapan kewajiban minimal pemanfaatan

    biodiesel campuran BBM [3] ................................................... 3

    Tabel 2.1 Indikator Performa Rantai Pasok ........................... 13

    Tabel 2.2 Pihak-pihak yang terlibat dalam Supply Chain

    Biodiesel ................................................................................. 19

    Tabel 4.1 Variabel yang Digunakan ....................................... 39

    Tabel 4.2 Persamaan Sub-Model Population ......................... 55

    Tabel 4.3 Persamaan Sub-Model Demand ............................. 57

    Tabel 4.4 Persamaan Sub-Model Biodiesel Production ......... 60

    Tabel 4.5 Persamaan Sub-Model Biodiesel Inventory ........... 63

    Tabel 4.6 Persamaan Sub-Model Biodiesel Cost ................... 65

    Tabel 4.7 Struktur Cash-Cost Biodiesel ................................. 67

    Tabel 4.8 Persamaan Sub-Model Biodiesel Price in Consumen

    ................................................................................................ 71

    Tabel 4.9 Data Historis dan Data Simulasi Populasi Penduduk

    Indonesia ................................................................................ 77

    Tabel 4.10 Validasi Populasi .................................................. 78

    Tabel 4.11 Data Historis dan Data Simulasi Jumlah

    Permintaan Biodiesel ............................................................. 79

    Tabel 4.12 Validasi Jumlah Permintaan ................................. 80

    Tabel 4.15 Data Historis dan Data Simulasi Jumlah Produksi

    Biodiesel ................................................................................. 81

    Tabel 4.16 Validasi Produksi ................................................. 82

    Tabel 4.17 Data Historis dan Data Simulasi Produktivtas ..... 83

    Tabel 4.18 Validasi Harga ...................................................... 84

    Tabel 5.1 Rancangan Skenario ............................................... 94

    Tabel 5.2 Pembagian Fraksi Kelapa Sawit ............................. 96

    Tabel 5.3 Persamaan Skenario Meningkatkan Nilai OER ..... 97

    Tabel 5.4 Dampak Skenario Peningkatan Nilai OER ............ 97

  • xx

    Tabel 5.7 Persamaan Skenario Ekstensifikasi Lahan ...........100

    Tabel 5.8 Dampak Skenario Ekstensifikasi Lahan ...............101

    Tabel 5.9 Dampak Skenario Meminimalisir Alur Distribusi 106

    Tabel 5.10 Perbandingan Hasil Skenario Produksi Biodiesel

    ..............................................................................................116

    Tabel 5.11 Perbandingan Rasio Pemenuhan Biodiesel ........118

    Tabel 5.12 Perbandingan Harga Biodiesel di Tingkat

    Konsumen .............................................................................120

    Tabel 5.13 Resume Skenario ................................................121

  • 1

    BAB 1 PENDAHULUAN

    Pada bab ini berisi hal-hal yang melatar belakangi

    dilakukannya penelitian, rumusan dan batasan permasalahan

    yang dikerjakan dalam penelitian. Pada bab ini juga dijelaskan

    tujuan dan manfaat dilakukannya penelitian terhadap

    perkembangan solusi dari permasalahan yang diangkat serta

    metodologi dan sistematika penulisan yang digunakan dalam

    pelaporan tugas akhir ini.

    1.1 Latar Belakang

    Berdasarkan buku statistik ekonomi dan energi Indonesia

    (tahun 2012), terdapat penurunan jumlah cadangan minyak

    yang dimiliki Indonesia. Pada tahun 1985 tercatat jumlah

    cadangan minyak sekitar 9,2 milyar barrel, kemudian jumlah

    tersebut turun pada tahun 2000 menjadi 5,1 milyar barrel, dan

    pada tahun 2012 berkurang menjadi 3,74 milyar barrel.

    Sedangkan produksi minyak mentah di Indonesia juga

    menurun setiap harinya. Semenjak tahun 1998, tercatat

    produksi minyak mentah yang mencapai angka 1,52 juta barrel

    perhari (bph), dan terus menurun hingga tahun 2005 yang

    mencapai jumlah produksi sekitar 1,07 juta bph [1].

    Kondisi penggunaan minyak bumi di Indonesia patut menjadi

    kekhawatiran bagi seluruh masyarakat pengguna energi bumi.

    Cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia diperkirakan

    tidak akan bertahan selama 25 tahun. Ketergantungan terhadap

    bahan bakar fosil tersebut setidaknya menyebabkan adanya

    tiga ancaman serius, yaitu (1) menipisnya cadangan minyak

    bumi, (2) kenaikan harga akibat laju permintaan yang lebih

    besar dari produksi minyak, dan (3) polusi gas rumah kaca

    (terutama CO2) akibat pembakaran bahan bakar fosil [2].

  • 2

    Di samping cadangan yang terus menipis, kebutuhan energi

    nasional juga akan terus mengalami peningkatan. Seiring

    dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk, pada

    kurun waktu tahun 2000 – 2035, kebutuhan energi Indonesia

    diperkirakan akan mengalami peningkatan sekitar 4,8 persen

    per tahun. PT Pertamina (Persero) dalam keterangan

    tertulisnya mengutip Kebijakan Energi Nasional (KEN)

    menyatakan, pada tahun 2025 diperkirakan total kebutuhan

    energi akan naik menjadi 2,41 miliar SBM (setara barel

    minyak) atau meningkat 84% dari total kebutuhan energi

    nasional pada tahun 2013 yang mencapai 1,31 miliar SBM [1].

    Meningkatnya kebutuhan energi Indonesia tersebut

    berimplikasi pada meningkatnya urgensi konversi dan

    diversifikasi energi. Untuk itu, diperlukan suatu usaha

    diversifikasi sumber energi yang ramah lingkungan dengan

    memproduksi energi terbaharu (renewable energy) yang dapat

    menjamin pasokan kebutuhan energi nasional. Selain itu,

    penghematan pemakaian minyak bumi sebagai sumber energi

    tak terbaharukan (non-renewable energy) juga harus dilakukan

    oleh semua pihak. Dalam situasi seperti ini, alternatif sumber

    energi terbaharukan perlu dipertimbangkan, salah satunya

    adalah biodiesel yang telah menjadi perhatian serius

    pemerintah selama ini.

    Biodiesel adalah salah satu bahan bakar alternatif yang

    prospektif untuk digunakan, dikarenakan sumbernya yang

    berasal dari minyak tumbuhan yang diolah dengan

    memanfaatkan alkohol sehingga berpotensi untuk

    menggantikan solar karena kemiripan karakteristiknya.

    Biodiesel dapat digunakan sebagai pengganti minyak solar

    karena keduanya mempunyai sifat fisik dan kimia yang hampir

    sama. Selain itu, biodiesel memiliki keunggulan berupa jenis

  • 3

    bahan bakar yang dapat diperbaharui (renewable), mudah

    untuk diproses, mudah terurai secara alami, dan tidak

    menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan sekitar.

    Keunggulan lainnya dari pemakaian biodiesel sebagai bahan

    bakar adalah nilai emisi yang rendah jika dibandingkan

    dengan minyak diesel yang dihasilkan dari energi fosil. Selain

    itu jika subsidi untuk bahan bakar minyak dihapuskan, maka

    harga ekonomis biodiesel dapat bersaing dengan minyak diesel

    [3].

    Seiring dengan tren penggunaan bahan bakar nabati yang

    semakin meningkat, sejak tahun 2006, PT Pertamina pun telah

    menetapkan sebuah produk bahan bakar bernama biosolar.

    Bahan pembuat biosolar ini merupakan solar yang dicampur

    dengan 5% biodiesel atau lebih dikenal dengan istilah B5 (5%

    biodiesel dicampur dengan 95% solar). Pemerintah terus

    menempatkan peran strategis biodiesel melalui Peraturan

    Menteri ESDM No. 25 tahun 2013, mulai Januari 2014

    persentase campuran biodiesel ditetapkan menjadi 10% dan

    akan terus ditingkatkan menjadi 25% pada Januari 2025

    seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 Pentahapan

    kewajiban minimal pemanfaatan biodiesel campuran BBM .

    Tabel 1.1 Pentahapan kewajiban minimal pemanfaatan biodiesel

    campuran BBM [3]

    Jenis Sektor 2013 2014 2015 2016 2020 2025 Keterangan

    Rumah

    Tangga - - - - - -

    Saat ini

    tidak

    ditentukan

  • 4

    Transportasi

    PSO 10% 10% 10% 20% 20% 25%

    Terhadap

    kebutuhan

    total

    Transportasi

    Non PSO 3% 10% 10% 20% 20% 25%

    Terhadap

    kebutuhan

    total

    Industri dan

    Komersial 5% 10% 10% 20% 20% 25%

    Terhadap

    kebutuhan

    total

    Pembangkit

    Listrik 7,5% 20% 25% 30% 30% 30%

    Terhadap

    kebutuhan

    total

    Pemanfaatan sumberdaya nabati di Indonesia membutuhkan

    sebuah pendekatan yang memerhatikan para pemangku

    kepentingan. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa

    Indonesia masih belum mampu mengembangkan dan

    memanfaatkan potensi bahan bakar nabati yang ada secara

    maksimal. Realisasi pemanfaatan biodiesel pada tahun 2009

    hanya sebesar 15,4% dari target mandatori. Pada tahun 2010

    realisasi biodiesel menjadi 20,7% terhadap target mandatori

    kemudian terus meningkat menjadi 27,7% terhadap target

    mandatori. Dari segi pengembangan industri biofuel nasional,

    menurut Ketua Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi)

    sampai dengan tahun 2008, terdapat penurunan jumlah

    produsen biofuel sebesar 70%. Para produsen memutuskan

    menutup usahanya, karena salah satu permasalahannya adalah

    adanya ketidakpastian pasokan Bahan Bakar Nabati (BBN)

    [2]. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perkebunan Indonesia

  • 5

    (GPPI) juga memaparkan adanya permasalahan infrastruktur

    yang kurang baik, sehingga biaya logistik menjadi salah satu

    penghambat dalam hilirisasi rantai pasok biodiesel [4].

    Isu biodiesel ini memunculkan adanya kebutuhan untuk

    membangun model rantai pasok bioenergi. Pemanfaatan

    sumberdaya nabati serta pengolahan bahan baku hingga

    menjadi biodiesel, membutuhkan pengelolaan yang

    terintegrasi. Semua aliran –mulai dari bahan, informasi, dan

    uang– melibatkan berbagai pihak seperti konsumen biodiesel,

    pengolah biodiesel, dan juga Pertamina (sebagai BUMN yang

    menangani pengelolaan minyak dan gas bumi di Indonesia).

    Masing-masing pihak tersebut memiliki peran dan

    kepentingan yang berbeda-beda. Hal ini yang memunculkan

    permasalahan bagaimana supply chain biodiesel diterapkan

    dengan mempertimbangkan berbagai kepentingan dan pihak-

    pihak yang terkait. Manajemen rantai pasok menjadi salah satu

    pendekatan yang relevan untuk diterapkan karena aliran

    bahan, informasi, dan uang dapat dikelola secara terpadu di

    sepanjang rantai pasok. Banyaknya jumlah stakeholder yang

    terlibat, menunjukkan bahwa pelaksanaan pengembangan

    biodiesel membutuhkan penanganan yang komprehensif dari

    berbagai sudut pandang, lintas sektoral. Wujud dari

    manajemen rantai pasok ini sendiri, ialah terciptanya suatu

    sistem rantai pasok (supply chain) yang terdiri dari produsen

    tanaman sawit, kemudian pelaku pengolah minyak sawit

    (CPO), dan distributor hasil olahan produk yaitu biodiesel.

    Singkatnya, sistem rantai pasok ini menjadi jaringan untuk

    rantai pasok biodiesel dari pendistribusian sumber nabati dari

    pemasok hingga penjualan biodiesel di tangan retailer.

    Adapun hasil identifikasi kondisi dan permasalahan yang ada

    mengenai ketersediaan biodiesel dalam memenuhi target

  • 6

    pemenuhan kebutuhan bioenergi pada masyarakat menjadi

    persoalan atau fokus yang perlu diperhatikan. Di Indonesia,

    pemanfaatan biodiesel terkendala oleh dua masalah utama,

    dimana ketersediaan pasokan Bahan Bakar Nabati (BBN)

    biodiesel mengalami kondisi ketidakpastian dan membutuhkan

    biaya logistik yang cukup tinggi. Jika melihat komponen biaya

    dalam operasi suatu industri, biaya logistik merupakan

    komponen biaya terbesar kedua setelah pembelian bahan.

    Tingginya biaya logistik menunjukkan belum optimalnya

    pengelolaan fungsi distribusi fisik. Hal ini pula yang menjadi

    salah satu kendala dalam mengembangkan pemanfaatan Bahan

    Bakar Nabati biodiesel di Indonesia. Dampak langsung dari

    kedua masalah ini adalah BBN akan terus kalah bersaing

    dengan BBM di dunia industri energi, sehingga rencana

    diversifikasi energi tidak tercapai. Kedua masalah utama

    tersebut juga menjadi titik berat permasalahan dalam proses

    pengadaan biodiesel hingga ke tangan konsumen. Hal ini yang

    melandasi dibutuhkan adanya evaluasi dari segi efektivitas

    ketersediaan dan juga efisiensi biaya, agar bahan bakar ini

    dapat dengan mudah diperoleh, dimanfaatkan, serta terjangkau

    oleh masyarakat. Efektivitas dibutuhkan agar rasio pemenuhan

    permintaan akan ketersediaan biodiesel dapat tercukupi dan

    ditingkatkan, sedangkan efisiensi– selain dibutuhkan agar

    biaya dan proses yang dikeluarkan sebanding dengan

    penggunaan sumberdaya (input) yang digunakan – juga

    berpengaruh dalam menentukan seberapa mahal harga

    biodiesel ketika tiba di tangan konsumen akhir.

    Pada penelitian ini, solusi yang ditawarkan adalah dengan

    menggunakan pemodelan dan simulasi sebagai alat

    penyediaan dukungan untuk perencanaan, analisa, dan

    evaluasi sistem menggunakan model simulasi dinamik.

    Melalui model simulasi dinamik, analisis pada sistem dapat

  • 7

    dilakukan dengan mempertimbangkan data historis yang ada,

    serta merancang skenario yang diperkirakan dapat

    memperbaiki kondisi rantai pasok biodiesel saat ini.

    Diharapkan dengan hal tersebut, selain mampu mengatasi

    permasalahan yang ada dan dapat membantu pencapaian target

    mandatori dari pemerintah, dapat juga mengoptimalkan

    penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar terbaharukan.

    Akhir dari penulisan ini akan diperoleh usulan-usulan terkait

    ketersediaan energi (biodiesel) untuk meningkatkan rasio

    pemenuhan dan efisiensinya dalam manajemen rantai pasok.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, rumusan

    masalah dari penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan

    simulasi melalui pembuatan model rantai pasok biodiesel yang

    dapat meningkatkan rasio pemenuhan dan efisiensi dalam tiap

    prosesnya. Maka rumusan permasalahan terbagi menjadi 2

    fokus utama, yaitu:

    1. Bagaimana mengetahui faktor-faktor apa saja yang

    mempengaruhi rasio pemenuhan dan efisiensi manajemen

    rantai pasok?

    2. Bagaimana meningkatkan rasio pemenuhan dan efisiensi

    manajemen rantai pasok biodiesel dalam memenuhi

    ketersediaan biodiesel dengan melakukan pembuatan

    skenario kebijakan?

    1.3 Batasan Masalah

    Dari permasalahan yang disebutkan di atas, batasan masalah

    dalam tugas akhir ini berupa pengerjaan dan perancangan

    SCM dengan studi kasus biodiesel pada tugas akhir ini

    berdasar dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan

    industri biodiesel, dan pengumpulan data sekunder melalui

  • 8

    review dokumen hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan

    Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian ESDM Indonesia,

    terkait data komoditas sawit dan energi biofuel di Indonesia.

    1.4 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah

    dijelaskan sebelumnya, maka tujuan dari dilakukannya

    penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Merancang model rantai pasok yang dapat

    merepresentasikan kondisi aktual dari rantai pasok

    biodiesel saat ini.

    2. Mengembangkan skenario rantai pasok biodiesel untuk

    meningkatkan pemenuhan ketersediaan rantai pasok dan

    efisiensi biaya, melalui identifikasi faktor-faktor apa saja

    yang berpengaruh, dalam lingkup manajemen rantai pasok.

    1.5 Manfaat Penulisan

    Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut.

    1. Terciptanya alur model manajemen rantai pasok dengan

    menggunakan simulasi sistem dinamik yang

    merepresentasikan keadaan aslinya untuk mendukung

    ketersediaan biodiesel.

    2. Terciptanya skenario-skenario model yang dapat membantu

    untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada

    meningkatnya rasio pemenuhan dan efisiensi manajemen

    rantai pasok dalam pemenuhan ketersediaan biodiesel

    sehingga dapat meningkatkan daya saing produk bahan

    bakar nabati (BBN)

    3. Dapat membantu memberikan saran/keputusan/kebijakan

    dalam menyelesaikan permasalahan mengenai sistem

    logistik biodiesel untuk memenuhi ketersediaan bahan

  • 9

    bakar nabati dengan menggunakan manajemen rantai pasok

    yang efisien dan efektif, sehingga pertanyaan what-if yang

    tidak dapat dilakukan jika menggunakam metode lain

    dalam mencari solusi keputusan dari suatu permasalahan

    dapat terjawab.

    1.6 Relevansi

    Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

    kelulusan di Jurusan Sistem Informasi, Institut Teknologi

    Sepuluh Nopember. Laboratorium Sistem Enterprise (SE)

    Jurusan Sistem Informasi ITS Surabaya memiliki empat topik

    utama (dapat dilihat pada Gambar 1.1), yaitu customer

    relationship management (CRM), enterpirse resource

    planning (ERP), supply chain management (SCM), dan

    business process management (BPM). Tugas akhir yang

    dikerjakan penulis adalah tentang SCM yang termasuk salah

    satu topik utama dari riset laboratorium SE. Mata kuliah yang

    bersangkutan dengan topik ini adalah mata kuliah Simulasi

    Sistem dan Manajemen Rantai Pasok dan Hubungan

    Pelanggan.

  • 10

    Gambar 1.1 Riset Laboratorium Sistem Enterprise

  • 11

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab ini akan membahas mengenai penelitian sebelumnya

    yang berhubungan dengan tugas akhir, berikut dengan dasar

    teori dan studi pustaka lain yang menjadi acuan dalam

    pengerjaan tugas akhir.

    2.1 Landasan Teori

    Bagian ini menjelaskan tentang konsep dan prinsip dasar yang

    diperlukan penulis untuk memecahkan masalah penelitian, dan

    dasar–dasar teori untuk mendukung kajian yang akan

    dilakukan.

    2.1.1 Manajemen Rantai Pasok

    Istilah manajemen rantai pasok (supply chain management)

    pertama kali dikenalkan pada era 1980. Istilah tersebut

    dipopulerkan oleh para konsultan manajemen. Fungsinya

    adalah sebagai pendekatan manajemen persediaan yang

    berfokus pada pasokan bahan baku. Rantai pasok dapat

    diartikan sebagai sekumpulan atau serangkaian aktifitas yang

    terlibat dalam proses transformasi & distribusi barang mulai

    dari bahan baku awal hingga produk akhir jadi dan sampai ke

    tangan para konsumen. Supply chain juga merupakan bagian

    dari proses bisnis dan informasi yang menyediakan barang

    beserta jasa dari pemasok (supplier) bahan baku, pabrik dan

    distribusi ke konsumen-konsumen [5].

    Sementara Supply Chain Management (SCM) atau yang biasa

    disebut dengan manajemen rantai pasok, merupakan proses

    pengelolaan rencana, desain, dan kontrol dari alur/ arus

    informasi serta material selama proses supply chain yang ada

    bertemu dengan permintaan konsumen. SCM berguna untuk

  • 12

    mengefisiensikan alur rantai pasok yang ada dengan

    permintaan konsumen, baik pada saat ini maupun masa

    mendatang [6]. Adapun manfaat lain dari manajemen rantai

    pasok adalan untuk mengintegrasikan supplier, industri

    manufaktur, warehouse, jasa, pengecer, dan konsumen secara

    efisien [7]. Sehingga barang maupun jasa dapat terdistribusi

    dalam jumlah, waktu, serta lokasi yang tepat. Biaya yang

    dikeluarkan pun dapat diminimalisir untuk memenuhi

    kebutuhan konsumen.

    2.1.2 Manajemen Logistik

    Manajemen logistik merupakan bagian dari manajemen rantai

    pasok pada perencanaan, pengimplementasian dan

    mengendalikan efisiensi, efektivitas untuk memenuhi

    kebutuhan pelanggan. Kinerja logistik ditentukan oleh

    efisiensi logistik (mencapai output yang diharapkan dengan

    sumber daya minimum), efektivitas logistik (mencapai

    persentase tertinggi dari output yang diharapkan) dan

    kompetensi logistik (menjadi kompeten dengan memperoleh

    nilai komparatif yang terbaik dan bersih) [8]. Dibutuhkan

    keefektivan dan keefisiensian dalam manajemen logistik pada

    rantai pasok untuk mengintegrasikan kegiatan logistik pada

    produsen, distributor dan konsumen sehingga memungkinkan

    produsen sawit Indonesia menjadi kompetitif di pasar [7].

    Logistik merupakan komponen penting yang menghubungkan

    produksi dan pemasaran, sehingga mempengaruhi

    perekonomian nasional karena penambahan sumber daya.

    Meningkatnya kerja transportasi barang memiliki dampak

    langsung pada biaya logistik. Tingginya biaya logistik adalah

    salah satu faktor utama penghambat bahan bakar nabati dapat

    bersaing dengan bahan bakar minyak [4].

  • 13

    2.1.3 Rantai Pasok yang Efektif dan Efisien

    Pendekatan manajemen rantai pasok berkembang seiring

    dengan meningkatnya kebutuhan dunia usaha untuk menekan

    biaya secara menyeluruh. Karena ruang lingkupnya mengelola

    aliran barang maka konsep manajemen rantai pasok banyak

    bersinggungan dengan manajemen logistik [9]. Sehingga

    dibutuhkan indikator kinerja yang berhubungan antara

    peningkatan rasio pemenuhan dan efisiensi rantai pasok

    dengan aktor. Menurut J.D. Vorst, terdapat perbedaan pada

    indikator performa rantai pasok yang dibagi menjadi tiga

    tingkatan utama, yang ditampilkan pada Tabel 2.1 [5]. Namun,

    untuk pengerjaan tugas akhir kali ini fokus utama peningkatan

    rasio pemenuhan dan efisiensi manajemen rantai pasok berada

    pada level supply chain (rantai pasok) dengan indikator

    kinerjanya, yaitu ketersediaan produk dan memperhatikan

    biaya logistik dari produk yang dihasilkan (biodiesel).

    Tabel 2.1 Indikator Performa Rantai Pasok

    Tingkatan Indikator

    kinerja Penjelasan

    Supply chain Ketersediaan

    produk

    Kualitas produk

    Responsiveness

    Keandalan

    pengiriman

    Total biaya

    rantai pasok

    Selalu tersedia saat

    dibutuhkan

    Sisa umur hidup produk

    Waktu siklus pesan rantai

    pasok

    Waktu siklus pesan rantai

    pasok

    Jumlah seluruh biaya-

    biaya organisasi didalam

    rantai pasok

  • 14

    Tingkatan Indikator

    Kinerja Penjelasan

    Organisasi Tingkat

    persediaan

    Waktu

    throughput

    Responsiveness

    Keandalan

    pengiriman

    Total biaya

    organisasi

    Jumlah produk di

    penyimpanan

    Waktu yang dibutuhkan

    untuk mengerjakan rantai

    proses bisnis

    Waktu ancang dan

    fleksibilitas

    Persentase pengiriman

    tepat waktu dan jumlah

    yang tepat

    Jumlah biaya seluruh

    proses didalam organisasi

    Proses Waktu

    throughput

    Responsiveness

    Hasil proses

    Biaya proses

    Waktu yang dibutuhkan

    mengerjakan proses

    Fleksibilitas proses

    Luaran proses

    Biaya yang dikeluarkan

    saat proses bekerja

    Adapun tujuan dari peningkatan rasio pemenuhan dan efisiensi

    yang ingin dicapai penulis, mengacu pada penelitian Mulyadi,

    yang menyarankan bahwa penetapan rantai pasok yang efektif

    dan efisien untuk komoditi strategis atau kebutuhan dasar

    (seperti beras, gula, tepung terigu, garam, minyak goreng,

    semen, pupuk, obat-obatan, bahan bakar, dan LPG), adalah

    sebagai berikut [9]:

  • 15

    1. Mengefektifkan persediaan komoditas sehingga

    permintaan (biodiesel) dapat tercukupi, hal ini dapat

    ditinjau dari rasio pemenuhan yang berhasil dipenuhi;

    2. Mengefisiensikan distribusi dan pabrikasi dalam rangka

    mendapatkan komoditas tersebut dengan harga yang

    terjangkau.

    2.1.4 Konsep Model dan Simulasi Sistem Dinamik

    Model adalah representasi hasil dari dunia nyata. Pemodelan

    dibuat dalam gambaran yang sederhana, dengan melibatkan

    proses pemetaan masalah dari dunia nyata terhadap model

    pada dunia model, kemudian abstraksi (analisis dan optimasi

    model), serta memetakan solusi kembali pada sistem yang

    sebenarnya. Istilah lain dari model adalah tiruan dunia nyata

    yang dibuat virtual [10].

    Sementara simulasi berisi penggambaran detail sistem atau

    operasi yang sedang diteliti atau dipelajari. Sistem yang

    dimaksud adalah sekumpulan objek yang bekerjasama untuk

    tujuan yang sama, serta membentuk susunan tertentu dan

    memiliki sifat atau hubungan ketergantungan. Sistem dinamik

    adalah metodologi untuk mengabstraksikan suatu fenomena di

    dunia sebenarnya ke model yang lebih eksplisit. Model sistem

    dinamik dibentuk karena adanya hubungan sebab-akibat

    (causal) yang mempengaruhi struktur dalam sistem, baik

    secara langsung antar dua struktur, maupun akibat dari

    berbagai hubungan yang terjadi pada sejumlah struktur, hingga

    membentuk umpan-balik (causal loop).

    Kompleksnya suatu sistem karena banyaknya faktor yang

    mempengaruhi struktur dan perilaku dari suatu sistem ril akan

    menyebabkan terlibatnya banyak komponen sistem atau

    variabel-variabel yang bertanggung jawab atas mekanisme

  • 16

    kerja sistem yang bersangkutan. Pada gilirannya, penurunan

    formula matematis untuk setiap variabel sistem akan

    membutuhkan waktu yang banyak dan upaya yang berulang.

    Kendala ini dapat diatasi secara efisien dengan memanfaatkan

    bahasa simulasi (simulation languages) dan program

    komputer. Simulation languages adalah sekumpulan kode

    komputer yang mampu melaksanakan perhitungan dalam

    jumlah besar menuruti aturan-aturan simulasi yang telah

    ditentukan sebelumnya. Hampir sejalan dengan perkembangan

    sistem dinamik, sejumlah perangkat lunak yang menggunakan

    simulation language pun telah dikembangkan. Perangkat-

    perangkat lunak semacam ini memungkinkan seorang analis

    untuk membangun suatu model sistem dinamik secara efisien

    dan spesifik. Untuk dapat mensimulasikan, model sistem

    dinamik harus dibuat dalam bentuk diagram alir (flow

    diagram) yang dapat dimengerti oleh software komputer yang

    digunakan. Setiap software memiliki cara penggambaran flow

    diagram yang khas atau berbeda satu sama lain. Namun, tiga

    software yang paling umum digunakan adalah: Vensim,

    Powersim, dan Stella.

    Adapun persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkan

    menggunakan metodologi dinamika sistem adalah masalah

    yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Mempunyai sifat dinamis (berubah terhadap waktu)

    2. Struktur fenomenanya mengandung struktur umpan-balik

    (feedback structure), paling sedikit satu.

    Menurut Muhammadi dan Soesilo [11], menyatakan bahwa

    sistem dinamis memiliki tujuan, yaitu:

    1. Memahami (to understand) bagaimana cara kerja masing-

    masing unsur yang membangun sebuah sistem.

  • 17

    2. Mengoptimalkan (to optimize) hasil kerja sistem (setelah

    dipahami cara kerja masing-masing unsur sistem).

    3. Meramalkan (to predict) kinerja sistem dimasa yang akan

    datang berdasarkan hasil kerja yang optimal.

    2.1.5 Simulasi Dalam Rantai Pasok

    Sebelum mempertaruhkan eksperimen dengan sistem supply

    chain yang nyata, simulasi menjadi tools yang berguna untuk

    memahami jaringan rantai pasok yang terdiri dari fungsi

    pengadaan material, tranformasi dari raw material menjadi

    finished product, hingga distribusi dari produk sudah jadi

    tersebut. Supply chain simulation menyiratkan model rantai

    pasok operasional representatif dengan mengamati proses

    tertentu dalam rantai pasokan yang nyata.

    Penggunaan skenario untuk optimasi adalah salah satu metode

    tradisional untuk menangani kasus-kasus yang mengandung

    ketidakpastian. Supply chain simulation dapat menunjukkan

    bagaimana variabel-variabel penting dalam sistem saling

    berinteraksi. Hal ini juga dapat dimanfaatkan dalam

    melakukan percobaan dengan situasi atau rancangan skenario

    baru, dimana terdapat ketidakpastian berupa informasi, hingga

    decision rules yang ingin diterapkan [12]. Terdapat beberapa

    objektif dari penggunaan supply chain simulation secara

    umum, yaitu:

    1. Dapat mengenerate knowledge atau pengetahuan baru

    mengenai proses dan permasalahan pada supply chain.

    2. Dapat digunakan untuk megusulkan dan mensimulasikan

    skenario dalam rangka peningkatan (improvements) pada

    rantai pasok.

  • 18

    3. Dapat mereproduksi dan menguji alternatif berbasis

    keputusan yang berbeda.

    2.1.6 Proses Bisnis Rantai Pasok Biodiesel

    Jaringan rantai pasok terdiri dari banyak proses yang

    melibatkan berbagai pihak disepanjang rantai pasok biodiesel.

    Tahapan yang terjadi dalam sistem rantai pasok biodiesel

    terdiri dari produksi bahan baku (feedstock production),

    logistik bahan baku (feedstock logistic), produksi biodiesel

    (biofuels production), distribusi biodiesel (biofuels

    distribution) dan pengguna biodiesel (biofuels end use) yang

    dapat dilihat pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Tahapan Rantai Pasok [13]

    Tahapan identifikasi jaringan rantai pasok ini memiliki

    pengaruh dalam identifikasi pemangku kepentingan atau pihak

    mana saja yang terlibat dalam rantai pasok biodiesel yang

    dimulai dari pemasok sampai ke konsumen. Penentuan

    pemangku kepentingan bertujuan untuk menggambarkan

    secara sistematik hubungan yang saling mempengaruhi dalam

    pengelolaan aliran barang yang terjadi di sepanjang jaringan

    rantai pasok [1]. Identifikasi, analisis dan pendefinisian dari

    pemangku kepentingan dan kebutuhannya dapat dilihat pada

    Tabel 2.2.

  • 19

    Tabel 2.2 Pihak-pihak yang terlibat dalam Supply Chain Biodiesel

    No Pemangku

    Kepentingan Peran Kebutuhan

    1. Perusahaan

    Industri

    Biodiesel

    Melakukan proses

    pengolahan bahan

    baku menjadi

    biodiesel

    1. Ketersediaan pabrik dan

    fasilitas untuk

    melakukan

    proses

    produksi

    biodiesel

    sesuai dengan

    kapasitas

    produksi

    yang

    terpasang.

    2. Keuntungan semaksimal

    mungkin

    dengan biaya

    yang

    dikeluarkan

    seoptimal

    mungkin.

    2. Pertamina Mengelola

    biodiesel

    untuk

    dicampurkan

    dengan solar

    sesuai dengan

    persentase yang

    telah ditetapkan

    oleh pemerintah

    Ketersediaan

    tempat

    penyimpanan

    biodiesel dan

    teknologi

    untuk

    pencampuran

    biodiesel

    dengan solar.

  • 20

    3. Distribution

    center

    1. Melakukan

    pendistribusia

    n dan

    penjualan

    kepada

    retailer atau-

    pun

    perusahaan

    industri.

    2. Melakukan

    penyimpanan

    biodiesel

    murni

    sebelum di

    distribusikan

    kepada

    konsumen.

    Ketersediaan

    tempat

    penyimpanan

    (inventory)

    biodiesel

    4. Retailer Melakukan

    penjualan

    langsung

    baik biosolar yang

    didapat dari SPBU

    maupun biodiesel

    murni kepada

    konsumen

    Ketersediaan

    tempat

    penyimpanan

    dan penjualan

    biosolar

    maupun biodiesel

    murni sebelum

    dilakukan

    penjualan kepada

  • 21

    konsumen.

    5. Consumer Pengguna akhir

    dari biodiesel yang

    menggunakannya

    sebagai pemasok

    energi untuk

    aktivitas

    masyarakat

    maupun dunia

    industri.

    Terpenuhinya

    kebutuhan energi

    konsumen

    Gambar 2.1 telah menjelaskan tahapan-tahapan dalam rantai

    pasok biodiesel yang terdiri dari bahan baku (feedstock

    production), logistik bahan baku (feedstock logistics),

    produksi biodiesel (biodiesel production), distribusi biodiesel

    (biodiesel distribution) dan konsumen (biodisel endusel).

    Bahan baku utama yang digunakan dalam rantai pasok

    biodiesel adalah kelapa sawit. Pemasok kelapa sawit adalah

    produsen sawit yang memiliki lahan atau industri agribisnis

    berupa perkebunan sawit. Proses logistik terdiri dari aktivitas

    yang dibutuhkan dalam pengiriman bahan baku ke pabrik.

    Di dalam pabrik, sawit menjalani dua tahap proses kimiawi,

    yaitu proses esterifikasi dan transesterifikasi. Proses

    esterifikasi dilakukan hanya untuk minyak yang mengandung

    asam lemak bebas yang lebih dari dua persen. Tujuan dari

    proses ini adalah untuk menurunkan kadar asam lemak bebas

    dari minyak tersebut menjadi kurang dari satu persen dan

    mengurangi terbentuknya sabun saat proses transesterifikasi

    berlangsung yang menyulitkan proses pencucian serta

    memungkinkan hilangnya produk yang berguna. Filtrasi juga

    bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor

  • 22

    biodiesel yang terbentuk selama proses berlangsung, seperti

    karat (kerak besi) yang berasal dari dinding reactor atau

    dinding pipa atau kotoran dari bahan baku.

    Setelah tahap esterifikasi biasa diikuti dengan tahap

    transesterifikasi, yaitu tahap konversi dari trigliserida menjadi

    alkil ester melalui reaksi dengan alkohol dan menghasilkan

    produk sampingan yaitunya gliserol. Pada proses produksi

    biodiesel ini menghasilkan beberapa limbah hasil sampingan

    produk biodiesel seperti gliserol dan methanol yang dapat

    digunakan kembali sebagai bahan campuran minyak sawit

    untuk proses pembuatan biodiesel selanjutnya. Proses produksi

    biodiesel dapat digambarkan melalui diagram alir yang

    terdapat pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2 Diagram Proses Produksi Biodiesel [14]

    Sementara itu, ilustrasi untuk rantai pasok biodiesel secara

    keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 2.3. Dikarenakan

    biodiesel tergolong Bahan Bakar Nabati (BBN), maka sumber

    utama biodiesel berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan. Salah

    satu sumber yang paling umum digunakan berasal dari minyak

  • 23

    kelapa sawit yang diproduksi dari tanaman/ perkebunan kelapa

    sawit.

    Gambar 2.3 General framework of the Biodiesel’s Supply Chain [15]

    Hasil produksi kelapa sawit diolah untuk diekstrak minyaknya,

    dan menjalani proses pemurnian di refinery. Minyak sawit

    yang telah diolah harus menjalani proses pencampuran

    biodiesel (blending) dengan solar terlebih dahulu, sesuai

    dengan persentase yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan

    ketetapan Pertamina melalui pola distribusi dan kontrol

    kualitas yang dilakukan terhadap BBN Pertamina. Kemudian

    biosolar tersebut didistribusikan lagi menuju retailer, SPBU

    maupun konsumen industri yang membutuhkan, seperti yang

    diilustrasikan pada Gambar 2.4.

  • 24

    Gambar 2.4 Pola Distribusi Terhadap BBN Pertamina [16]

    Perlu diketahui bahwa pendistribusian BBN biodiesel dikelola

    oleh badan usaha minyak dan gas milik negara, yaitu

    Pertamina, sehingga biodiesel yang telah diolah akan

    menjalani proses distribusi layaknya ilustrasi pada Gambar

    2.4, namun saat ini tercetus pengembangan program blending

    manual oleh masing-masing pabrik agar mempermudah proses

    persediaan biodiesel.

    2.2 Penelitian Sebelumnya

    Terdapat beberapa penelitian yang memiliki topik serupa

    dengan penelitian ini, yaitu tentang simulasi dinamik, ataupun

    pemodelan mengenai biodiesel dalam berbagai konteks atau

    ruang lingkup. Namun, pada umumnya pemodelan baru

    diterapkan dalam konteks produksi dan distribusi kelapa sawit

    saja.

  • 25

    Lembito et al. melakukan penelitian dengan judul “Designing

    a Supply Chain System Dynamic Model for Palm Oil Agro-

    Industries” [17]. Model dinamis rantai pasok industri CPO

    yang disusun terdiri dari submodel produksi, permintaan dan

    suplai, serta pendapatan dan biaya. Model dinamis memasukan

    parameter biaya logistik yang terdiri dari biaya transportasi

    dan penyimpanan. Namun model tersebut belum memasukan

    potensi CPO untuk memenuhi kebutuhan biodiesel.

    Handoko et al. juga melakukan penelitian tentang permodelan

    sistem dinamik untuk ketercapaian kontribusi biodiesel dalam

    bauran energi Indonesia 2025 sesuai Peraturan Presiden No 5

    tahun 2006 [18]. Model sistem dinamis yang disusun terdiri

    dari lahan, pabrik refinery, pabrik biodiesel, dan penggunaan

    untuk minyak goreng dan biodiesel sebagai bahan bakar.

    Penelitian menggabungkan kemungkinan penyediaan biodisel

    dengan menggunakan bahan baku CPO dan minyak jarak

    pagar. Hasil penelitian menyebutkan pada kondisi mandat 5 %

    dan subsidi biodiesel Rp. 2000 per liter tidak akan mencapai

    target biodiesel pada tahun 2025 sebesar 10.22 juta Kl. Target

    kontribusi biodiesel dalam bauran energi Indonesia 2025

    sebesar 10.22 juta ton tersebut dapat dicapai dengan intervensi

    kebijakan-kebijakan yang meliputi 1) pencabutan subsidi

    solar, 2) perluasan implementasi kewajiban penggunaan

    campuran biodiesel ke solar di sektor transportasi non PSO,

    industri, dan pembangkit listrik sehingga mencapai target

    minimum campuran sebesar 10 %, 3) Pengenaan pajak

    lingkungan terhadap solar sebesar minimum 5 % sebagai

    tambahan atas pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan

    Pajak Bahan Bakar Kendaraan (PBBKB), 4) Subsidi biodisel

    minimum sebesar Rp. 2000 per liter. Penelitian memasukkan

    minyak jarak sebagai sumber bahan baku biodiesel, padahal

    dalam kenyataannya minyak jarak belum nyata berproduksi.

  • 26

    Penelitian juga hanya memasukkan minyak goreng sebagai

    alternatif penggunaan CPO, dan belum memasukan industri

    lain seperti oleokimia atau minyak kelapa sawit.

    Penelitian terkait produksi CPO juga pernah dilakukan,

    dengan judul “Pengembangan Model Sistem Dinamik untuk

    Analisis Peningkatan Produksi Turunan Crude Palm Oil” [19].

    Model yang dikembangkan penulis menggunakan metode

    sistem dinamik. Tujuan penelitan adalah untuk memecahkan

    permasalahan: bagaimana jumlah produksi minyak sawit yang

    diproses dapat meningkatkan pemanfaatan pengolahan produk

    minyak sawit derivatif. Hasil penelitian yang diperoleh adalah

    apabila penggunaan produk CPO dialokasikan 35% untuk

    diolah menjadi stearin, dan 5% dari stearin digunakan dalam

    sabun lokal maka hal tersebut dapat memenuhi kebutuhan

    sabun domestik hingga tahun 2015. Kelebihan dari penelitian

    ini adalah, penulis mempertimbangkan segala faktor yang

    berpengaruh dalam proses produksi CPO, mulai dari produksi

    sterin hingga produksi olein untuk berbagai produk turunan

    sawit. Penulis juga mempertimbangkan persentase ekspor dan

    impor sawit yang berpengaruh pada kapasitas atau jumlah

    produk sawit yang dihasilkan. Dengan adanya penelitian ini,

    analisa penggunaan minyak sawit untuk produk turunannya

    dapat diamati serta penggunaan untuk jangka waktu

    kedepannya dapat diprediksi.

    Kemudian, Zheng juga melakukan penelitian mengenai

    penyediaan bahan baku biofuel di Washington yang

    mengalami ketidakpastian harga [20]. Zheng memaparkan

    bahwa bahan bakar nabati, sebagai alternatif bahan bakar

    untuk transportasi, kini digunakan secara global. Hal ini

    merupakan keuntungan bagi negara pemasok, sehingga banyak

    dari mereka yang mencari cara efisien untuk merangsang

  • 27

    perkembangan biofuel di negara industri. Penelitian ini

    menggunakan model dalam memaksimumkan utilitas dalam

    memperkirakan keseimbangan penggunaan penyediaan

    tanaman (bahan baku) biofuel di Washington, dengan

    pertimbangan risiko harga. Metode dilanjutkan dengan

    memeriksa hasil statistik komparatif model, untuk digunakan

    dalam pengambilan keputusan sebagai implikasi bagi petani

    bahan baku biofuel di Washington. Hasil dari analisis model,

    didapat dari tiga potensi tanaman bahan baku biofuel, hanya

    satu yang dapat diimplikasikan di Washington.

    Dewi dan Fatimah juga melakukan penelitian mengenai

    dampak permintaan biodiesel dari kelapa sawit di pasar

    Malaysia [21]. Dalam penelitiannya, mereka menyatakan

    bahwa dalam beberapa tahun terakhir, dengan latar belakang

    kekhawatiran mengenai peningkatan kebutuhan pasokan

    energi serta kepedulian lingkungan, telah meningkatkan minat

    untuk sumber energi terbarukan. Hal ini telah mengakibatkan

    beberapa negara untuk mencari bioenergi alternatif yang

    mengarah pada peningkatan permintaan bioenergi berbasis

    bahan baku seperti kelapa dan minyak rapeseed (untuk

    biodiesel) dan gula tebu dan jagung (untuk etanol). Karena

    pentingnya peningkatan biodiesel di Malaysia dan di tempat

    lain, dampak dari permintaan baru telah menambahkan

    dimensi baru dalam pasar minyak khususnya kelapa sawit.

    Penelitian ini berusaha untuk menguji dampak dari permintaan

    biodiesel dengan keadaan pasar minyak sawit di Malaysia.

    Studi ini mencoba untuk mengintegrasikan dinamika ekonomi

    dan pendekatan pemodelan sistem untuk pasar minyak sawit di

    Malaysia. Dinamika sistem pada sisi lain memberikan

    alternatif dasar untuk menangani sistem umpan balik (multi-

    loop) yang ada dipasar yang kompleks seperti minyak kelapa.

    Simulasi menganalisis perilaku dari sistem komoditas dengan

  • 28

    mengidentifikasi hubungan sebab dan akibat dan umpan balik

    yang menciptakan dinamika dalam sistem. Keunikan dari

    penelitian ini adalah, elemen sistem yang dimasukkan dalam

    model ini cukup luas, seperti pasokan, domestik permintaan,

    permintaan ekspor, harga-harga dunia, domestik dan saham.

    Model secara umum mampu menangkap kompleksitas dan

    ketergantungan yang ada dalam sistem, dan dapat digunakan

    untuk mempelajari efek perubahan dari satu atau lebih

    variabel.

  • 29

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini akan menjelaskan tentang langkah-langkah pengerjaan

    tugas akhir dalam memodelkan dan mensimulasikan sistem

    rantai pasok biodiesel pada masa akan datang. Model

    disimulasikan sesuai dengan kondisi nyata yang berjalan

    kemudian digunakan untuk mengetahui apakah suplai yang

    dilakukan dapat mencukupi besarnya permintaan konsumen

    pada masa yang akan datang. Metodologi dari penelitian ini

    digambarkan pada Gambar 3.1.

    Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

  • 30

    3.1 Tahapan Pelaksanaan Tugas Akhir

    Pada bagian ini menjelaskan seluruh tahapan yang dilakukan

    selama penelitian berdasarkan metodologi yang digambarkan

    pada Gambar 3.1.

    3.1.1 Identifikasi Kondisi dan Permasalahan

    Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi mengenai

    kondisi dan gambaran umum permasalahan sistem, mulai dari

    permasalahan-permasalahan yang ada, proses distribusi pada

    setiap lini, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk memperoleh

    gambaran umum tugas akhir. Untuk mengetahui permasalahan

    yang sebenarnya, maka perlu mengumpulkan informasi secara

    aktual sesuai dengan kejadian lapangan dan semua gejala yang

    ditimbulkannya. Dalam tugas akhir ini permasalahan yang

    diungkapkan adalah pembuatan model dan simulasi untuk

    menciptakan model rantai pasok biodiesel yang efektif dan

    efisien dengan pemanfaatan berskala nasional.

    3.1.2 Studi Literatur

    Studi literatur dilakukan dengan mencari sumber-sumber

    pendukung. Sumber-sumber yang dimaksud dapat berupa

    jurnal tugas akhir, buku, electronic book yang membahas

    mengenai supply chain, sistem dinamik, dan energi biodiesel.

    Diharapkan dengan mengetahui dasar-dasar ilmu yang

    digunakan akan membantu memahami secara mendalam

    konsep dan teori untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

    3.1.3 Pengumpulan Data

    Setelah tahapan identifikasi perencanaan sistem, maka tahapan

    selanjutnya adalah pengumpulan data. Pengerjaan tugas akhir

    ini, membutuhkan beberapa data yang bersangkutan dalam

    permasalahan yang diambil. Untuk kasus rantai pasok

  • 31

    biodiesel nasional, diperlukan jenis data sekunder – dimana

    data yang diperoleh berasal dari sumber yang sudah tersedia

    sebelumnya. Beberapa data pokok yang digunakan, diambil

    dari hasil penelitian (survei) yang telah dilakukan oleh Badan

    Pusat Statistik. Data-data yang dikumpulkan terdiri dari data

    populasi, data luas lahan, data jumlah produksi, produktivitas

    dan lain sebagainya.

    Sedangkan, untuk pengembangan submodel, dibutuhkan data

    mikro seperti biaya tangki timbun, biaya outbound logistic,

    dan biaya transportasi (distribusi) darat. Pengumpulan data

    mikro tersebut akan dilakukan secara langsung dengan

    wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

    tanya jawab dengan pelaku usaha industri biodiesel, PT. XYZ

    mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian secara

    lisan.

    3.1.4 Penyusunan Model

    Tahap ini merupakan penyusunan model dengan software

    simulasi yaitu Vensana Simulation (Vensim). Model

    merepresentasikan semua variabel terkait dengan tugas akhir.

    Ketika data pendukung pengamatan di lapangan dan tujuan

    telah ditentukan, maka data dapat diolah dan dipelajari.

    Sehingga, dapat dirumuskan asumsi, kendala, sebab akibat

    dari suatu variabel dengan variabel yang lain, serta faktor lain

    yang berhubungan dengan pembuatan model [22]. Membuat

    model dilakukan dengan penggambaran Causal Loop Diagram

    (CLD). Model tersebut digunakan untuk menggambarkan

    bagaimana jalannya sistem yang akan dianalisa agar dapat

    membuat skenario lain dan dibuat dengan komponen-

    komponen antara lain: subyek yang terlibat dalam sistem,

    faktor-faktor yang mempengaruhi, dan obyek yang dikenai

    pekerjaan dan akibat dari jalannya sistem sehingga dapat

  • 32

    memudahkan untuk memahami kondisi saat ini. Oleh karena

    itu, dibutuhkan pula adanya analisis variabel yang dimasukkan

    dan dibuat menjadi diagram kausatik untuk mengetahui pola

    perilaku dan hubungan antar variabel yang sudah

    didefinisikan, sehingga dapat berguna untuk menyesuaikan

    model dengan perilaku kehidupan nyata. Adapun pembahasan

    analisis variabel dapat dilihat pada Tabel 4.1.

    Diagram kausatik berupa CLD menampilkan hubungan yang

    memiliki pengaruh baik positif maupun negatif pada sistem.

    Pengaruh positif ditandai dengan (+) dan pengaruh negatif

    ditandai dengan (-). Berikut merupakan diagram kausatik

    rantai pasok biodiesel yang ditunjukkan pada Gambar 3.2.

    Gambar 3.2 Diagram CLD Rantai Pasok Biodiesel

    3.1.5 Formulasi Model

    Setelah mengetahui kebutuhan sistem, dasar-dasar ilmu serta

    teknologi yang digunakan, maka langkah selanjutnya adalah

    melakukan formulasi model dari simulasi yang akan

    dilakukan. Tahapan ini merupakan pembuatan model

    matematis atau Flow Diagram dari base model sebelumnya

    yang telah dirumuskan melalui pembentukan keterkaitan antar

  • 33

    variabel yang menggambarkan sistem dan dinyatakan dalam

    formulasi (persamaan) berdasarkan data yang telah diolah

    sebagai kombinasi dari variabel peubah, dan sejumlah

    persamaan yang menunjukkan hubungan antar variabel-

    variabel tersebut. Model dikerjakan dengan bantuan tools

    software Ventana System (Vensim), dan formulasi model

    disesuaikan dengan jenis bahasa simulasi yang digunakan,

    yaitu bahasa dynamo.

    3.1.6 Pengujian Model

    Setelah pembuatan model, tahap selanjutnya adalah pengujian

    model. Pengujian model simulasi selalu mencakup dua

    tahapan penting, yaitu validasi dan verifikasi model. Pada fase

    verifikasi model dilakukan proses pengecekan terhadap model,

    apakah model yang sudah dibuat telah merefleksikan model

    konseptual dengan jelas dan terbebas dari error. Verifikasi

    model harus dilakukan terutama untuk menghindari terjadinya

    kesalahan logika yang mungkin timbul, sehingga memastikan

    model dapat memberikan solusi yang masuk akal. Verifikasi

    model juga mencegah terjadinya kesalahan umum, seperti

    cakupan variabel yang kurang penting sementara variabel lain

    yang signifikan justru terabaikan.

    Sedangkan validasi model, bertujuan untuk melihat apakah

    model sudah menggambarkan kondisi nyata atau tidak.

    Validasi model dilakukan setelah model simulasi diverifikasi.

    Pada tahap ini, proses pengujian model dilakukan. Suatu

    model dapat dikatakan valid ketika tidak memiliki perbedaan

    yang signifikan dengan sistem nyata yang diamati baik dari

    karakteristiknya maupun dari perilakunya. Pengujian yang

    akan digunakan untuk melakukan validasi adalah melalui

    metode behaviour validity test, yaitu fungsi yang digunakan

  • 34

    untuk memeriksa apakah model yang dibangun mampu

    menghasilkan tingkah laku (behaviour) output yang diterima.

    Menurut Barlas [23], dua cara yang dapat dilakukan untuk

    memvalidasi model simulasi adalah sebagai berikut:

    1. Perbandingan Rata – Rata (Mean Comparison)

    Dimana:

    = nilai rata-rata hasil simulasi

    = nilai rata-rata data

    Model valid apabila nilai E1 5%

    2. Perbandingan Variasi Amplitudo ( % Error Variance)

    Dimana:

    Ss = standard deviasi model

    Sa = standard deviasi data

    Model valid apabila nilai E2 30%

    Dari proses verifikasi dan validasi, model simulasi yang telah

    teruji keandalannya dapat dihasilkan. Model tersebut masih

    harus dianalisis melalui perbandingan hasil output skenario,

    sehingga pertanyaan yang diajukan diawal pembentukan

    model dapat terjawab.

  • 35

    3.1.7 Penyusunan Skenario dan Analisis Hasil Simulasi

    Dari tujuan tugas akhir dirancang skenario guna memberikan

    alternatif keputusan ideal. Pada tahap ini akan dilakukan

    perubahan kondisi terhadap variabel model sehingga akan

    dihasilkan output yang berbeda dengan model awal. Dari

    output yang berbeda tersebut nantinya dilakukan analisa

    pengaruh perubahan, apakah terjadi efek perbedaan secara

    signifikan atau tidak.

    Skenario dibuat untuk mengetahui kondisi yang paling ideal

    dari sistem. Penyusun skenario terhadap persebaran biodiesel

    dilakukan dengan mengubah nilai pada variabel-variabel yang

    berpengaruh terhadap performa sistem. Adapun

    pengembangan skenario dilakukan dengan memanfaatkan data

    untuk menciptakan berbagai kemungkinan. Pada sistem

    dinamik terdapat dua jenis skenario, yaitu:

    1. Skenario Parameter

    Skenario parameter dilakukan dengan mengubah nilai

    parameter model dan melihat dampaknya terhadap output

    model.

    2. Skenario Struktur

    Skenario Struktur dilakukan dengan mengubah struktur model,

    dengan menambahkan beberapa feedback loop, menambahkan

    parameter baru, dan mengubah struktur feedback loop. Hal ini

    bertujuan untuk membentuk rekomendasi struktur baru yang

    dapat memperbaiki kinerja sistem. Dari skenario-skenario

    yang telah dibuat dilakukan analisis dan pengkajian secara

    mendalam untuk mencari skenario yang ideal sebagai acuan

    pembuatan kebijakan. Hasil analisis dibuat mengacu pada

    tujuan tugas akhir.

  • 36

    3.1.8 Kesimpulan dan Saran

    Langkah selanjutnya adalah membuat kesimpulan dan saran.

    Langkah ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil tugas

    akhir sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan serta

    memberikan saran berupa pengembangan atau perbaikan tugas

    akhir selanjutnya. Kesimpulan dan saran dibuat untuk

    melengkapi penyususan dokumentasi tugas akhir, yang mana

    ditujukan agar seluruh langkah-langkah yang telah dilakukan

    dapat memberikan informasi yang berguna bagi yang

    membacanya. Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam

    pengerjaan tugas akhir. Tahapan ini mendokumentasikan

    seluruh tahapan yang dilakukan dan seluruh luaran dari setiap

    proses yang dijalani. Luaran dari proses ini adalah buku

    laporan tugas akhir yang disesuaikan dengan format yang

    sudah ditetapkan oleh Jurusan Sistem Informasi.

  • 37

    BAB 4 MODEL DAN IMPLEMENTASI

    Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pembuatan model yang

    sesuai dengan sistem nyata serta penjelasannya untuk

    memastikan kebenaran dari implementasi model. Selanjutnya

    dilakukan analisis terdadap model tersebut, sehingga dapat

    digunakan dalam menyelesaikan permasalahan di tugas akhir

    dengan menggunakan bantuan aplikasi Ventana System

    (Vensim).

    4.1 Analisa Sistem

    Pada tahapan ini, akan dilakukan penjabaran pokok

    permasalahan utama dan identifikasi faktor-faktor apa saja

    yang terlibat dalam permasalahan di tugas akhir ini. Sehingga

    dapat mengetahui gambaran jelas sistem yang akan dibuat.

    4.1.1 Pengumpulan Data

    Setelah tahapan identifikasi perencanaan sistem, maka tahapan

    selanjutnya adalah pengumpulan data. Pengerjaan tugas akhir

    ini, membutuhkan beberapa data yang bersangkutan dalam

    permasalahan yang diambil. Untuk kasus rantai pasok

    biodiesel nasional, diperlukan jenis data sekunder – dimana

    data yang diperoleh berasal dari sumber yang sudah tersedia

    sebelumnya. Beberapa data pokok yang digunakan, diambil

    dari hasil penelitian (survei) yang telah dilakukan oleh Badan

    Pusat Statistik. Data-data yang dikumpulkan terdiri dari data

    populasi, data luas lahan, data jumlah produksi, produktivitas

    dan lain sebagainya.

    Sedangkan, untuk pengembangan submodel, dibutuhkan data

    mikro seperti biaya tangki timbun, biaya outbound logistic,

    dan biaya transportasi (distribusi) darat. Pengumpulan data

  • 38

    mikro tersebut akan dilakukan secara langsung dengan

    wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

    tanya jawab dengan pelaku usaha industri biodiesel, PT. XYZ

    mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian secara

    lisan.

    4.1.2 Analisa Variabel

    Dari hasil pengumpulan data dan penggalian teori terhadap

    studi literatur yang ada, maka dibutuhkan analisa faktor-faktor

    apa saja yang saling berhubungan dan digunakan dalam

    pembuatan model simulasi sistem dinamik. Dari faktor-faktor

    yang dapat didefinisikan, kemudian akan diketahui variabel-

    variabel yang berpengaruh dalam permasalahan yang diambil

    di tugas akhir ini. Dari studi literatur yang dijalani, didapat

    beberapa variabel yang merupakan elemen penting dalam

    sebuah rantai pasok, diantaranya adalah

    1. demand

    2. production

    3. inventory

    4. cost

    5. fill rate

    Adapun pengerjaan tugas akhir ini, menggunakan beberapa

    variabel yang berpengaruh terhadap studi kasus, yaitu rantai

    pasok biodiesel. Dari kelima variabel yang telah disebut,

    terdapat kesamaan antara variabel yang digunakan dalam

    penelitian tugas akhir ini, dengan hasil dari penelusuran studi

    literatur. Penggunaan variabel pada pengerjaan tugas akhir ini

    merupakan pengembangan dari variabel hasil studi literatur,

    serta analisis penulis dalam menyesuaikan kebutuhan variabel

    terhadap kondisi eksis sistem rantai pasok biodiesel yang ada.

    Beberapa variabel signifikan terhadap rantai pasok biodiesel

  • 39

    yang dianalisis dan berperan untuk digunakan pada tugas akhir

    ini, ditunjukkan pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Variabel yang Digunakan

    Variabel Deskripsi Satuan

    Permintaan

    komoditas

    (Commodity

    in Demand)

    Menunjukkan jumlah

    komoditas CPO yang

    telah diolah menjadi

    biodiesel yang

    dibutuhkan oleh

    konsumen. Dengan

    menunjukkan rata-rata

    konsumsi per kapita

    dikalikan jumlah

    penduduk yang

    merupakan pengguna

    biodiesel.

    Ton

    Produksi

    (Production)

    Menunjukkan jumlah

    produksi dari hasil

    lahan yang digunakan

    untuk memproduksi

    CPO pertahunnya.

    Yang mana dengan

    mengetahui rata

    produktivitas dari

    lahan/ha-nya, maka

    hasil produksi bisa

    diketahui.

    Ton/ha

    Land area Menunjukkan jumlah

    luas lahan kebun sawit

    yang digunakan untuk

    Ha

  • 40

    memproduksi CPO

    pertahunnya.

    Stok

    (Commodity

    in Stocks)

    Menunjukkan jumlah

    stok biodiesel yang

    disimpan di gudang

    secara keseluruhan

    per-tahunnya.

    Komoditas yang

    disimpan, diperoleh

    dari badan pemerintah

    (Pertamina) yang

    didapat dari industri

    atau petani sawit

    Ton

    Cost Menunjukkan biaya

    yang harus

    dikeluarkan pada

    proses dari produksi

    hingga sampai ke

    tangan konsumen

    Rp/Kl

    Harga Menunjukkan jumlah

    harga yang ada di level

    konsumen

    (pemberhentian dari

    manajemen rantai

    pasok). Dikarenakan

    konsumen merupakan

    tempat terakhir,

    biasanya harganya

    berdampak mahal

    karena pada

    proses/alur

    distribusinya terdapat

    Rp/Kl

  • 41

    biaya-biaya lain yang

    masih dibutuhkan.

    Commodity

    in Demand

    Fulfillment

    Menunjukkan rasio

    pemenuhan akan

    kebutuhan komoditi

    biodiesel, apakah

    terpenuhi atau tidak,

    sehingga dapat

    memenuhi permintaan

    akan komoditas.

    Rasio pemenuhan

    ditunjukkan dengan

    perbandingan jumlah

    produk yang tersedia

    ketika diminta oleh

    konsumen, dengan

    mengetahui jumlah

    produksi komoditi

    yang dihasilkan dan

    jumlah permintaan

    komoditi yang

    diminta, maka akan

    diketahui apakah

    komoditi tersebut akan

    menjadi defisit atau

    surplus.

    -

    4.2 Membuat Model Kausatik

    Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui pola perilaku dan

    hubungan antar variabel yang ada pada simulasi, sehingga

    dapat berguna untuk menentukan kesesuaian model dengan

  • 42

    perilaku di kehidupan. Dalam pemodelan menggunakan sistem

    dinamik memiliki tahapan-tahapan dalam proses

    pembuatannya. Menggunakan metode Sistem Dinamik ini

    dilakukan untuk memodelkan proses ketersediaan bahan bakar

    nabati biodiesel saat ini (kondisi existing) di Indonesia.

    Kemudian dari model tersebut disimulasikan dengan data

    kondisi saat ini. Lalu dilakukan verifikasi dan validasi model

    dibandingkan dengan kondisi nyata. Selanjutnya terakhir,

    membuat skenario perubahan atau perbaikan manajemen

    rantai pasok yang diusulkan untuk dapat meningkatkan rasio

    pemenuhan dan efisiensinya. Hasil simulasi diharapkan dapat

    menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan berbagai

    sektor yang terlibat dalam rantai pasok BBN ini.

    Pembuatan diagram kausatik bertujuan untuk mengetahui pola

    perilaku dan hubungan antar variabel yang ada pada simulasi

    secara konseptual. Sehingga dapat berguna dalam menentukan

    kesesuaian model dengan perilaku di kehidupan. Diagram

    kausatik dibuat dengan cara menentukan variabel yang

    berpengaruh dalam sistem. Diagram ini menggambarkan

    hubungan berpengaruh positif (+) dan berpengaruh negatif (-)

    pada sistem. Kemudian digambarkan pula dalam sebuah

    Casual Loop Diagram (CLD).

    Dalam kasus yang diambil pada tugas akhir ini digambarkan

    dalam bentuk diagram kausatik dengan faktor-faktor utama

    yaitu ketersediaan biodiesel secara nasional. Kemudian

    ditentukan pula hal-hal yang dapat mempengaruhi proses

    manajemen rantai pasoknya, baik berpengaruh positif maupun

    negatif agar dapat memenuhi tujuan awal penelitian. Berikut

    adalah diagram kausatik yang terbentuk dari sistem, dapat

    dilihat pada Gambar 4.1 berikut:

  • 43

    Gambar 4.1 Diagram Kausatik

  • 44

    Dalam diagram kausatik pada Gambar 4.1 digambarkan

    beberapa sub model yang memiliki keterkaitan dan hubungan

    sebab akibat yang bersifat positif maupun negatif, berikut

    diantaranya :

    1. Biodiesel in Demand

    Demand adalah variabel yang menjelaskan mengenai

    jumlah biodiesel yang dibutuhkan untuk memenuhi

    permintaan masyarakat akan konsumsi energi tiap

    orangnya/ per-kapita. Berikut adalah variabel yang

    mempengaruhinya:

    Gambar 4.2 Variabel yang Mempengaruhi Biodiesel in Demand

    a. Biodiesel Production

    Variabel ini menjelaskan jumlah biodiesel yang dapat

    dihasilkan (diproduksi) per-hektar lahan sawit tiap

    tahunnya.

    b. Biodiesel Stocks

    Variabel ini menjelaskan jumlah biodiesel yang

    ditampung, dalam suatu tempat penyimpanan.

    Biasanya tempat penyimpanan biodiesel berupa tangki

    timbun layaknya jenis bahan bakar lainnya.

    c. Consumption of Biodiesel/ Capita

  • 45

    Variabel ini menjelaskan besarnya jumlah rata-rata

    tiap orang per-kapita dalam satu tahun mengkonsumsi

    (menggunakan) biodiesel sebagai bahan bakar nabati.

    d. Distribution to Industries

    Variabel ini menjelaskan apabila permintaan

    bertambah, dapat juga dikarenakan adanya

    pendistribusian biodiesel untuk keperluan industri.

    e. Distribution to Retailer

    Variabel ini menjelaskan apabila permintaan

    bertambah maka pendistribusian biodiesel ke retailer

    akan melanjutkan produk hingga menuju konsumen

    sebagai tujuan akhir dari pendistribusian biodiesel.

    Sehingga dapat membantu konsumen dalam

    menjangkau sumber energi ini.

    f. Population

    Variabel ini menjelaskan jumlah penduduk yang ada

    di suatu daerah untuk menentukan seberapa besar

    kebutuhan akan biodiesel tersebut dipenuhi.

    Dan berikut adalah variabel-variabel yang dipengaruhi

    adanya Biodiesel in Demand:

    Gambar 4.3 Variabel yang Dipengaruhi Biodiesel in Demand

    a. Biodiesel Demand Fulfillment Ratio

    Variabel yang menjelaskan rasio dari pemenuhan

    permintaan untuk kebutuhan konsumsi tiap jiwa

    per kapita, apakah sudah terpenuhi atau belum

    dengan total jumlah biodiesel yang diproduksi tiap

    tahunnya. Variabel ini menjadi salah satu

  • 46

    parameter penentu apakah suatu daerah sedang

    mengalami defisit atau surplus biodiesel.

    b. Price in Consumen

    Variabel yang menjelaskan besarnya harga

    biodiesel per liter di rantai distribusi akhir, yaitu

    konsumen. Harga di tingkat konsumen ini, salah

    satu pengaruhnya adalah permintaan (demand)

    biodiesel. Semakin tinggi permintaan, maka

    semakin tinggi harganya karena dibutukan

    produksi yang jauh lebih banyak pula.

    2. Biodiesel Production

    Production merupakan variabel yang menggambarkan

    banyaknya komoditas biodiesel yang dapat diproduksi atau

    dihasilkan dari lahan sawit per-hektar tiap tahunnya