model pengelolaan lingkungan binaan … · web viewmanfaat timbal balik antara manusis dan...

32
MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN BINAAN DESA WISATA BUNGA PADA KAWASAN EKOWISATA (Studi di Desa Sidomulyo, Kota Batu-Malang) Oman Sukmana 1 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji model pengelolaan lingkungan binaan desa wisata adat dan wisata bunga pada Kawasan Daerah Ekowisata Kota Batu, Malang. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif. Teknik pengumpulan data utama yang dilakukan adalah wawancara mendalam (indeepth interview), observasi, dan penggunaan skala. Lokasi penelitian dilakukan pada lingkungan desa Sidomulyo. Kota Batu, sebagai kawasan Desa wisata bunga. Subjek penelitian ditentukan secara purvosive, yaitu: (1) para pemimpin & tokoh masyarakat setempat; (2) warga masyarakat; dan (3) wisatawan. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Kepala Dinas Pariwisata kota Batu; (2) pemerhati lingkungan wisata, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) LSM peduli lingkungan. Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, maka selanjutnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) Sebesar 86,67% masyarakat Desa Sidomulyo memiliki sikap setuju dan mendukung terhadap pengembangan kawasan Desa Sidomulyo sebagai kawasan desa wisaata bunga; (2). Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan lingkungan Desa Sidomulyo sebagai kawasan desa wisata bunga, meliputi: a) Partisipasi dalam pemanfaatan lahan pertanian, halaman rumah dan areal lainnya sebagai lahan pertanian tanaman bunga hias; b) Penataan sepanjang jalan desa Sidomulyo sebagai areal pemasaran bunga; c) Pembangunan sarana dan prasarana, seperti akses jalan dan pasar bunga; dan d) Pengembangan kawasan/areal wisata bunga, tempat penginapan, dan fasilitas wisata bunga lainnya; (3) Konsep tentang desa wisata bunga diarahkan 1 Oman Sukmana, Drs., M.Si. adalah Staff Pengajar pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP – Universitas Muhammadiyah Malang. 1

Upload: duongnhi

Post on 13-Apr-2018

234 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN BINAAN DESA WISATA BUNGA PADA KAWASAN EKOWISATA

(Studi di Desa Sidomulyo, Kota Batu-Malang)

Oman Sukmana1

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji model pengelolaan lingkungan binaan desa wisata adat dan wisata bunga pada Kawasan Daerah Ekowisata Kota Batu, Malang. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif. Teknik pengumpulan data utama yang dilakukan adalah wawancara mendalam (indeepth interview), observasi, dan penggunaan skala. Lokasi penelitian dilakukan pada lingkungan desa Sidomulyo. Kota Batu, sebagai kawasan Desa wisata bunga. Subjek penelitian ditentukan secara purvosive, yaitu: (1) para pemimpin & tokoh masyarakat setempat; (2) warga masyarakat; dan (3) wisatawan. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Kepala Dinas Pariwisata kota Batu; (2) pemerhati lingkungan wisata, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) LSM peduli lingkungan. Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, maka selanjutnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) Sebesar 86,67% masyarakat Desa Sidomulyo memiliki sikap setuju dan mendukung terhadap pengembangan kawasan Desa Sidomulyo sebagai kawasan desa wisaata bunga; (2). Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan lingkungan Desa Sidomulyo sebagai kawasan desa wisata bunga, meliputi: a) Partisipasi dalam pemanfaatan lahan pertanian, halaman rumah dan areal lainnya sebagai lahan pertanian tanaman bunga hias; b) Penataan sepanjang jalan desa Sidomulyo sebagai areal pemasaran bunga; c) Pembangunan sarana dan prasarana, seperti akses jalan dan pasar bunga; dan d) Pengembangan kawasan/areal wisata bunga, tempat penginapan, dan fasilitas wisata bunga lainnya; (3) Konsep tentang desa wisata bunga diarahkan bahwa Desa Sidomulyo dan Desa Punten, diharapkan menjadi sentra produksi bunga, pasar bunga dan kawasan/lokasi wisata bunga; (4) Pengembangan kawasan desa wisata bunga, diarahkan pada daya tarik wisata yang meliputi: (a) Stand bunga di koridor jalan raya Sidomulyo; (b) Budidaya bunga di kawasan permukiman penduduk; dan (c) Budidaya bunga potong di Sidomulyo dan Gunungsari; (5) Model konsep pengelolaan lingkungan binaan desa wisata bunga pada kawasan daerah Ekowisata Kota Batu, khususnya di desa Sidomulyo, menerapkan prinsip partisipasi-kemitraan antara pemerintah dan masyarakat.; dan (6) Konsep hubungan antara masyarakat Desa Sidomulyo dengan lingkungannya, termasuk ke dalam konsep hubungan dimana individu dapat menggunakan lingkungannya; dan konsep hubungan dimana individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan lingkungannya. apabila dilihat dari hubungan simbiosis, maka bentuknya termasuk bentuk hubungan simbiosis mutualisme.

Kata Kunci: Pengelolaan Lingkungan, Desa Wisata Bunga.

1. PENDAHULUAN1 Oman Sukmana, Drs., M.Si. adalah Staff Pengajar pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP – Universitas Muhammadiyah Malang.

1

1.1. Latar Belakang Pembentukkan dan pengelolaan kawasan binaan desa wisata bunga di daerah wisata

Kota Batu, adalah merupakan contoh model konsep yang baik dalam pengelolaan

lingkungan yang dilakukan secara komprehensif dan terintegratif, serta dalam membangun

hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungannya. Pengelolaan lingkungan

hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi

kebijaksanaan dalam hal penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,

pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.

Kota Batu, adalah merupakan kawasan daerah tujuan wisata utama di Jawa Timur,

terutama jenis ekowisata. Dalam pengembangan daerah wisata kota Batu, pemerintah

membentuk lingkungan binaan, yaitu desa Sidomulyo yang dikelola sebagai desa wisata

bunga. Lingkungan desa wisata tersebut dikelola secara baik dan terencana sehingga

memiliki karakteristik yang unik sebagai suatu lingkungan binaan, yang memberikan nilai

manfaat bagi masyarakat setempat.

Pengelolaan lingkungan binaan desa wisata adat dan wisata bunga pada Kawasan

Daerah Ekowisata Kota Batu, Malang, adalah merupakan suatu model konsep pengelolaan

lingkungan yang baik, yang dapat memberikan dampak positif timbal-balik bagi

masyarakat dan lingkungan setempat. Pertanyaan dasar yang muncul adalah bagaimana

konsep dan proses pengelolaan lingkungan binaan tersebut dilakukan? Bagaimana manfaat

positifnya baik bagi masyarakat maupun lingkungan?, dan sebagainya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tentang mengapa dan bagaimana model dan

konsep pengelolaan lingkungan binaan desa wisata bunga pada Kawasan Daerah

Ekowisata Kota Batu, Malang. Dari hasil penelitian ini akan diperoleh informasi dasar

tentang konsep pengelolaan lingkungan yang baik, yang dapat dikembangkan di kawasan

daerah lainnya.

1.2. Rumusan Masalah

Untuk membatasi lingkup penelitian, maka masalah penelitian ini difokuskan pada

aspek-aspek berikut:

(1) Bagaimanakah sikap masyarakat tentang pengembangan dan pengelolaan kawasan

lingkungan desa wisata bunga?

2

(2) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan

lingkungan desa wisata bunga?

(3) Bagaimana konsep disain dan rekayasa lingkungan (pembentukan lingkungan) desa

wisata bunga?

(4) Bagaimanakan konsep kebijakan pemerintah dalam pengembangan kawasan

lingkungan binaan desa wisata bunga pada Kawasan Daerah Ekowisata Kota Batu,

Malang?

(5) Bagaimanakah rumusan model konsep pengelolaan lingkungan binaan desa wisata

bunga pada Kawasan Daerah Ekowisata Kota Batu, Malang?

(6) Bagaimana model konsep hubungan antara manusia dan lingkungan pada lingkungan

binaan desa wisata bunga?

1.3 Tujuan Penelitian

Target hasil (luaran) penelitian ini adalah berupa konsep dan informasi dasar

pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan binaan desa wisata bunga

pada kawasan daerah ekowisata. Secara terinci target luaran penelitian ini adalah untuk

memperoleh konsep dan informasi dasar tentang:

(1) Sikap masyarakat tentang pengembangan dan pengelolaan kawasan lingkungan desa

wisata bunga.

(2) Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan

lingkungan desa wisata bunga.

(3) Gambaran konsep disain dan rekayasa lingkungan (pembentukan lingkungan) desa

wisata bunga.

(4) Konsep kebijakan pemerintah dalam pengembangan kawasan lingkungan binaan desa

wisata bunga pada Kawasan Daerah Ekowisata Kota Batu, Malang.

(5) Rumusan model konsep pengelolaan lingkungan binaan dan wisata bunga pada

Kawasan Daerah Ekowisata Kota Batu, Malang.

(6) Konsep hubungan antara manusia dan lingkungan pada lingkungan binaan desa

wisata bunga.

2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Hubungan Antara Manusia dan Lingkungan

3

Manusia, seperti halnya semua makhluk hidup, berinteraksi dengan lingkungan

hidupnya. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, dan sebaliknya manusia

dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya (Sukmana, 2003). Menurut Soemarwoto (1997),

manusia tidak dapat berdiri sendiri di luar lingkungan hidupnya. Oleh karena itu

membicarakan manusia harus pula membicarakan lingkungan hidupnya. Manusia tanpa

lingkungan hidup adalah abstraksi belaka.

Berdasarkan pada pandangan Woodworth (dalam Gerungan, 1987; Sardjoe, 1994),

maka hubungan antara individu dan lingkungan dapat dikategorikan ke dalam 4 jenis,

yaitu:

(1) individu dapat bertentangan dengan lingkungannya; (2) individu dapat menggunakan

lingkungannya; (3) individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan lingkungannya; dan

(4) individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Menurut Walgito (1994), hubungan antara individu dengan lingkungannya, terutama

lingkungan sosial tidak hanya berlangsung searah dalam arti bahwa hanya lingkungan saja

yang mempunyai pengaruh terhadap individu, tetapi antara individu dengan lingkungan

terdapat hubungan yang saling timbal balik, yaitu lingkungan berpengaruh pada individu,

dan sebaliknya individu juga mempunyai pengaruh pada lingkungan. Selanjutnya Walgito

menjelaskan bahwa pola hubungan atau sikap individu terhadap lingkungannya dapat

dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu:

(1) Individu menolak lingkungannya

Yaitu bila individu tidak sesuai dengan keadaan lingkungannya. Dalam keadaan

demikian, individu dapat memberikan bentuk (perubahan) pada lingkungan sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh individu yang bersangkutan.

(2) Individu menerima lingkungann

Yaitu apabila keadaan lingkungan sesuai atau cocok dengan keadaan individu.

Dengan demikian individu akan menerima keadaan lingkungan tersebut.

(3) Individu bersikap netral atau status quo

Yaitu apabila individu tidak sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi individu tidak

mengambil langkah-langkah untuk merubah lingkungan. Dalam keadaan demikian,

maka individu bersifat pasif terhadap lingkungan.

4

Selanjutnya, Soekanto (1986) menyatakan bahwa model-model hubungan organisme

dalam suatu lingkungan hidup, baik disadari maupun tidak, dapat digolongkan menjadi:

(1) Hubungan simbiosis, yakni hubungan timbal-balik antara organisme-organisme hidup

yang berbeda spesiesnya. Bentuk-bentuk hubungan simbiosis adalah: (a) Parasistisme,

dimana satu fihak beruntung sedangkan fihak lain dirugikan; (b) Komensalisme,

dimana satu fihak mendapat keuntungan sedangkan figak lain tidak dirugikan; dan (c)

Mutualisme, di mana terjadi hubungan saling menguntungkan.

(2) Hubungan sosial yang merupakan hubungan timbal-balik antara organisme-organisme

hidup yang sama spesiesnya. Bentuk-bentuknya adalah antara lain: (a) Kompetesi;

dan (b) Kooperasi.

Dalam melihat bagaimana hubungan antara manusia dan lingkungan, nampaknya perlu

dikembangkan suatu konsep rekayasa lingkungan yang basisnya adalah kesadaran

manusia akan lingkungan dam pembentukan perilaku (modifikasi perilaku) manusia yang

ramah lingkungan.

2.2. Konsep tentang Pengelolaan Lingkungan

Menurut undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup, yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah

upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan

penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan

pengendalian lingkungan hidup. Selanjutnya, yang dimaksud dengan pelestarian fungsi

lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung

dan daya tampung lingkungan hidup. Daya dukung lingkungan hidup, yaitu kemampuan

lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya

(dalam Sukmana, 2003).

Secara umum lingkungan dapat dibedakan ke dalam dua jenis lingkungan (Sukmana,

2003), yaitu: (1) lingkungan fisik; dan (2) lingkungan non-fisik (sosial).

5

Lingkungan fisik adalah lingkungan yang berupa alam, dimana lingkungan alam yang

berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu manusia.

Lingkungan fisik dapat dibedakan menjadi lingkungan fisik alami dan buatan. Sedangkan

lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat dalam suatu komunitas tertentu dimana

diantara individu dalam masyarakat tersebut terjadi interaksi. Lingkungan sosial akan

memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku manusia.

Menurut Walgito (1994), lingkungan sosial dapat dibedakan menjadi: (a) lingkungan

sosial primer, dan (b) lingkungan sosial sekunder. Lingkungan sosial primer, yaitu

lingkungan sosial dimana terdapat hubungan yang erat antara individu satu dengan yang

lain, individu satu saling kenal dengan individu lain. Pengaruh lingkungan sosial primer

ini akan lebih mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial sekunder.

Sedangkan lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial di mana hubungan

individu satu dengan yang lain agak longgar, individu satu kurang mengenal dengan

individu yang lain. Namun demikian pengaruh lingkungan sosial, baik lingkungan sosial

primer maupun lingkungan sosial sekunder sangat besar terhadap keadaan individu

sebagai anggota masyarakat.

Sejalan dengan konsep diatas, Soekanto (1986) menyatakan apabila seseorang

membicarakan lingkungan hidup, maka biasanya yang dipikirkan adalah hal-hal atau apa-

apa yang berada di sekitar manusia, baik sebagai individu maupun dalam pergaulan hidup.

Lingkungan hidup tersebut biasanya dibedakan dalam kategori-kategori, sebagai berikut:

(1) lingkungan fisik, yakni semua benda mati yang ada di sekeliling manusia;

(2) lingkungan biologis, yaitu segala sesuatu di sekeliling manusia yang berupa organisme

yang hidup, di samping manusi itu sendiri; dan

(3) lingkungan sosial, yang terdiri dari orang-orang secara individual maupun kelompok

yang berada di sekitar manusia.

Berkaitan dengan konsepsi tentang lingkungan sosial, Purba (2002) menyatakan

bahwa manusia memerlukan lingkungan sosial yang serasi demi kelangsungan hidupnya.

Lingkungan sosial yang serasi itu bukan hanya dibutuhkan oleh seorang saja, tetapi juga

oleh seluruh orang di dalam kelompoknya. Untuk mewujudkan lingkungan sosial yang

serasi itu diperlukan lagi kerjasama kolektif di antara sesama anggota. Kerjasama itu

dimaksudkan untuk membuat dan melaksanakan aturan-aturan yang disepakati bersama

6

oleh warga sebagai mekanisme pengendalian perilaku sosial. Aturan-aturan itu, seringkali

terwujud dalam bentuk pranata atau norma-norma sosial yang harus dipatuhi oleh setiap

anggota kelompok (norma hukum).

Selanjutnya Purba (2002) merumuskan tentang konsep pengelolaan lingkungan sosial

sebagai suatu upaya atau serangkaian tindakan untuk perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian atau pengawasan, dan evaluasi yang bersifat komunikatif dengan

mempertimbangkan:

(a) ketahanan sosial (daya dukung dan daya tampung sosial setempat),

(b) keadaan ekosistemnya,

(c) tata ruang,

(d) kualitas sosial setempat (kualitas objektif dan subjektif),

(e) sumberdaya sosial (potensi) dan keterbatasan (pantangan) yang bersifat

kemasyarakatan (yang tampak dalam wujud pranata, pengetahuan lingkungan dan

etika lingkungannya),

(f) kesesuaian dengan azas, tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan hidup.

Menurut Soetaryono (dalam Purba, 2002), secara skematis komponen-komponen

interaktif lingkungan hidup dapat digambarkan ke dalam tiga aspek, yaitu:

(a) aspek alam (natural aspect),

(b) aspek sosial (social aspect), dan

(c) aspek binaan (man-made/build aspect).

Walaupun ada tiga aspek, namun dalam prakteknya masing-masing kategori tidak

dapat begitu saja dikaji secara parsial, karena ketiganya merupakan satu kesatuan integral

yang disebut ekosistem.

Sedangkan Sarwono (1995), menyebutkan ada dua jenis lingkungan dalam hubungan

antara manusi dengan kondisi fisik lingkungannya. Jenis pertama adalah lingkungan yang

sudah akrab dengan manusia yang bersangkutan. Bagi manusia, lingkungan yang akrab

memberi peluang yang lebih besar untuk tercapainya keadaan homeostatis

(keseimbangan). Dengan demikian lingkungan seperti ini cenderung dipertahankan. Jenis

kedua adalah lingkungan yang masih asing, dimana manusia terpaksa melakukan proses

penyesuaian diri. Menurut Gerungan (1996), bentuk penyesuaian diri bisa bersifat

alloplastis dimana individu mengubah dirinya agar sesuan dengan lingkungan, dan

7

penyesuaian diri yang bersifat autaplastis dimana individu mengubah lingkungan agar

sesuai dengan keadaan (keinginan) dirinya.

Berkenaan dengan sasaran pengelolaan lingkungan hidup, dalam undang-undang

nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, dijelaskan bahwa sasaran

pengelolaan lingkungan hidup adalah meliputi:

(1) Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan

lingkungan hidup.

(2) Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki

sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.

(3) Terjaminnya kepentingan generasi kini dan generasi masa depan.

(4) Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

(5) Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana.

(6) Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha

dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan

dalam pengelolaan lingkungan hidup.

3. METODOLOGI PENELITIANa. Disain Penelitian:

Penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian utama yang

digunakan adalah kualitatif, akan tetapi untuk melengkapi analisis data kualitatif, maka

akan ditampilkan dan diperkuat pula dengan data-data yang bersifat kuantitatif. Analisa

kualitatif yang digunakan adalah deskriptif-induktif, sedangkan data kuantitatif yang

digunakan adalah prosentase dalam bentuk tabulasi.

b. Penentuan Lokasi :

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive atau dipilih secara sengaja. Karakteristik

wilayah penelitian yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu suatu komunitas

lingkungan binaan. Lokasi penelitian ditentukan di desa Sidomulyo sebagai lingkungan

binaan desa wisata bunga, pada kawasan daerah ekowisata kota Batu, Malang. Kota Batu

8

sebagai kawasan ekowisata dan agrowisata banyak dikunjungi berbagai pihak untuk

melakukan studi banding.

c. Penentuan Subjek Penelitian:

Subjek penelitian ditentukan dan dipilih secara sengaja sesuai dengan karakteristik

penelitian, yaitu: (1) para pemimpin & tokoh masyarakat setempat; (2) warga masyarakat;

dan (3) wisatawan. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Kepala Dinas Pariwisata

kota Batu; (2) pemerhati lingkungan wisata, baik dari unsur masyarakat maupun

perguruan tinggi; dan (3) LSM peduli lingkungan.

d. Teknik Pengumpulan Data :

Dalam penelitian ini, secara garis besar proses pengumpulan data menggunakan 4

(empat) metode pokok yang saling berkaitan dan melengkapi, yaitu :

(1) Indeept Interview; eknik wawancara mendalam akan dilakukan baik terhadap subjek

maupun informan, yaitu: (1) para pemimpin & tokoh masyarakat setempat; (2) warga

masyarakat; dan (3) wisatawan. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Kepala

Dinas Pariwisata kota Batu; (2) pemerhati lingkungan wisata, baik dari unsur

masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) LSM peduli lingkungan. Hasil

wawancara akan direkam dengan menggunakan alat rekam Walkman (tape recorder).

(2) Observasi; Teknik obeservasi dilakukan terhadap fenomena yang terjadi di komunitas

lingkungan binaan, yaitu di desa Punten sebagai lingkungan binaan desa wisata adat,

dan di desa Sidomulyo sebagai lingkungan binaan desa wisata bunga, pada kawasan

daerah ekowisata kota Batu, Malang. Observasi akan difokuskan pada karakteristik

lingkungan komunitas. Data observasi akan didokumentasikan melalui alat rekam

Handycam.

e. Jadwal Penelitian:

Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, terhitung mulai bulan Juli

sampai bulan Nopember 2006.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN\

9

1. Sikap masyarakat tentang pengembangan dan pengelolaan kawasan lingkungan desa wisata bunga:

Hasil penelitian melalui penyebaran dengan menggunakan angket, diperoleh

keterangan bahwa secara umum masyarakat desa Sidomulyo mempunyai sikap yang

positif (setuju) terhadap program pemerintah yang menjadikan desa Sidomulyo sebagai

kawasan desa wisata bunga di kota Batu.

Tabel 1:Sikap Responden

Terhadap Program Desa Wisata Bunga

No. Sikap Responden Jumlah Persentase (%)

1. Setuju/Mendukung 13 86,672. Tidak Setuju/Tidak Mendukung 0 03. Tidak Tahu/Tidak Ada

Pendapat2 13,33

Jumlah 15 100 Sumber: Analisis Data Primer, tahun 2006

Data hasil wawancara mendalam (indepth interview) dengan bapak Riono, mantan

ketua Paguyuban Pedagang Tanaman Hias Sidomulyo (PPHTS) yang sekarang menjadi

sesepuh PPHTS, menyatakan bahwa masyarakat sebenarnya setuju dengan kebijakan

pemerintah kota Batu yang menjadikan desa Sidomulyo sebagai desa wisata bunga,

namun ada sebagian masyarakat yang masih khawatir kawasan desa wisata bungan ini

nantinya akan dikelola oleh pemilik modal sedangkan masyarakat terabaikan.

2. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan lingkungan desa wisata bunga:

Data hasil penelitian berkaitan dengan informasi tentang bentuk partisipasi

masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan lingkungan desa Sidomulyo

sebagai kawasan desa wisata bunga, dideskripsikan sebagai berikut:

a) Partisipasi masyarakat dalam mendukung program pengembangan desa Sidomulyo

sebagai desa wisata bunga melalui pemanfaatan lahan pertanian, halaman rumah dan

areal lainnya sebagai lahan pertanian tanaman bunga hias.

b) Penataan sepanjang jalan desa Sidomulyo sebagai areal pemasaran bunga.

10

c) Pembangunan sarana dan prasarana, seperti akses jalan dan pasar bunga.

d) Pengembangan kawasan/areal wisata bunga, tempat penginapan, dan fasilitas wisata

bunga lainnya.

Bentuk partisipasi masyarakat desa Sidomulyo dalam pengembangan dan pengelolaan

kawasan lingkungan desa Sidomulyo sebagai kawasan desa wisata bunga yang khusus

dilakukan oleh para pedagang bunga adalah dibentuknya kelompok yaitu: ”Paguyuban

Pedagang Tanaman Hias Sidomulyo” (PPHTS), yang anggotanya meliputi hampir 100

orang yang berprofesi sebagai pedagang tanaman hias (bunga) di desa Sidomulyo.

Sedangkan tujuan dan program yang dilaksanakan oleh ”Paguyuban Pedagang Tanaman

Hias Sidomulyo” (PPHTS), antara lain adalah:

(1) menjaga keindahan lingkungan desa Sidomulyo sebagai desa wisata bunga, dengan

penataan lingkungan kawasan bunga hias.

(2) melakukan upaya untuk menarik wisatawan, misalnya melalui kerjasama dengan

pemerintah secara rutin diadakan pameran bunga hias.

(3) Melaksanakan program/kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias, dalam rangka

meningkatkan pengetahuan pengelolaan tanaman hias.

(4) Melakukan penataan dan pengaturan tempat jualan bunga sehingga tetap tertata

dengan rapih, indah, asri, dan menarik wisatawan.

3. Konsep disain dan rekayasa lingkungan desa wisata bunga

Pemerintah kota Batu, membuat kebijakan yang menetapkan kawasan desa

Sidomulyo, kecamatan Batu, sebagai kawasan desa wisata bunga. Selain desa Sidomulyo,

terdapat desa lain di kecamatan Bumiaji yang juga dikembangkan sebagai desa wisata

bunga, yaitu desa Punten.

Konsep tentang desa wisata bunga diarahkan bahwa desa Sidomulyo dan desa Punten,

diharapkan menjadi sentra produksi bunga, pasar bunga dan kawasan/lokasi wisata bunga,

dimana para wisatawan bisa menikmati dan membeli berbagai macam bunga.

Konsep rancangan (disain) pengembangan desa Sidomulyo sebaga kawasan desa

wisata bunga meliputi:

1) Pembangunan pasar bunga ”Sekar Mulya” di desa Sidomulyo, sebagai sentra pasar

bunga di kota Batu.

11

2) Pada tahun 2006, diorientasikan pada penataan kawasan sepanjang jalan Sidomulyo

sebagai kawasan wisata dan pasar bunga.

3) Pada tahap berikutnya, penataan areal kawasan wisata dan pasar bungan akan

diperluas ke wilayah pemukiman penduduk.

4) Secara rutin akan diadakan program-program pendukung yang dapat menarik

wisatawan untuk datang ke kawasan desa wisata bunga, misalnya diadakan festival

mobil hias, pameran dan lomba bunga, dan sebagainya.

5) Secara terprogram dan bertahap akan dikembangkan ke arah penyediaan sarana

pendukung wisata bunga, seperti penyediaan tempat penginapan di lokasi rumah

warga, perkebunan wisata bunga dimana wisatawan bisa memetik bunga, tempat

pengembang-biakan tanaman hias, dan sebagainya.

6) Model pengelolaan lingkungan desa wisata bunga diarahkan pada partisipasi

(pelibatan) aktif seluruh warga masyarakat desa Sidomulyo dengan memanfaatkan

lahan pertanian untuk pengembangan tanaman hias (bunga) semaksimal mungkin.

Untuk mendukung hal ini, maka dibentuk peguyuban-paguyuban masyarakat

setempat, dengan arahan dan pembinaan dari pemerintah.

4. Konsep kebijakan pemerintah dalam pengembangan kawasan lingkungan binaan desa wisata bunga pada Kawasan Daerah Ekowisata Kota Batu:

Kota Batu memiliki panorama yang indah, sejuk dengan suhu udara minimal 14,90C

dan suhu maksimal 240C, serta mempunyai spesifikasi khusus yaitu dikelilingi gunung

Panderman, gunung Banyak, gunung Welirang, gunung Bokong, dengan potensi objek

dan daya tarik yang beraneka ragam., antara lain:

1) Taman rekreasi, meliputi: taman rekreasi alun-alun seribu satu bungan Kota Batu, Jawa

Timur Park, taman rekreasi Selecta, taman rekrasi Songgoriti, dan taman rekreasi Tirta

Nirwana.

2) Objek wisata alam, meliputi: pemandian air panas Cangar, pemandian air panas

Songgoriti, air terjun Coban Rais, air terjuan Coban Talun, bumi perkemahan Cangar,

bumi perkemahan Brantas.

3) Objek wisata sejarah, meliputi: candi Supo Songgoriti, patung Ganesha Torongrejo,

makam ritual Belanda Kuno, goa Jepang Cangar, dan goa Jepang Tlekung.

12

4) Objek wisata budaya, meliputi: patung apel kota Batu, home indurti kerajinan batik

kota Batu, home industri kerajinan Gerabah, home industri kerajinan Gong, home

industri kerajinan Onyx, pusat industri jamu Toga Materia Medika, dan pusat home

industri jamu Ragil-Asih.

5) Objek wisata minat khusus, meliputi: lasing olah raga paralayang gunung Banyak,

plaza kota Batu, dan arborium sumber Brantas.

6) Objek wisata Agro/Wisata Desa, meliputi: kusuma agro wisata, wisata desa bunga

Sidomulyo dan gunungsari, dan wisata agro apel Punten.

Menurut konsep Dinas Pariwisata, pengembangan kawasan kota Batu untuk

pengembangan wisata, dibagi menjadi 3 wilayah pengembangan, yaitu:

1) Wilayah utara, yang dikembangkan untuk pusat wisata agribisnis, dengan wilayah

pusatnya di Bumiaji.

2) Wilayah Tengah, yang dikembangkan untuk pusat pelayanan wisata, seperti hotel,

penginapan, restoran, dsb., dengan wilayah pusatnya di Ngaglek dan Sisir.

3) Wilayah Selatan, yang dikembangkan untuk pusat wisata home industri, dengan

wilayah pusatnya di Junrejo.

Khusus yang berkaitan dengan pengembangan desa wisata bunga, sebagaimana telah

dijelaskan diatas bahwa desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, memiliki potensi pertanian

yang cukup besar terutama pertanian tanaman bunga. Karena itu pemerintah kota Batu,

menetapkan kawasan desa Sidomulyo sebagai kawasan desa wisata bunga. Selain itu juga

di desa Sidomulyo terdapat pasar bunga ”Sekar Mulya” sebagai sentra pasar bunga di

Batu, yang telah diresmikan oleh Dirjen Binapendagri Depnakertrans. Dalam tahap awal,

pemerintah kota Batu sudah menyiapkan dana sebesar Rp 200 juta dari dana bantuan

Depnakertrans untuk melaksanakan proyek padat karya pasar bunga di Sidomulyo.

Selanjutnya guna mempercepat terwujudnya desa Sidomulyo sebagai kawasan wisata

bunga, pemerintah kota Batu akan menyiapkan anggaran sebesar Rp 2 Milyar dari dana

APBD kota Batu.

Pengembangan kawasan desa wisata bunga, diarahkan pada daya tarik wisata yang

meliputi:

1) Stand bunga di koridor jalan raya Sidomulyo;

2) Budidaya bunga di kawasan permukiman penduduk;

13

3) Budidaya bunga potong di Sidomulyo dan Gunungsari.

5. Rumusan model konsep pengelolaan lingkungan binaan desa wisata bunga pada Kawasan Daerah Ekowisata Kota Batu:

Pada prinsipnya, model konsep pengelolaan lingkungan binaan desa wisata bunga

pada kawasan daerah Ekowisata Kota Batu, khususnya di desa Sidomulyo, menerapkan

prinsip partisipasi-kemitraan antara pemerintah dan masyarakat. Dimana pemerintah

menetapkan suatu kebijakan pengembangan lingkungan, sementara masyarakat terlibat

secara aktif-partisipatif dalam proses pengelolaan lingkungan.

Dari hasil analisa terhadap data penelitian, maka secara diagramatis model konsep

pengelolaan lingkungan binaan desa wisata bunga pada kawasan daerah Ekowisata Kota

Batu, khususnya di desa Sidomulyo, digambarkan sebagai berikut:

Bagan 1:Model Konsep Pengelolaan

Lingkungan desa Wisata Bunga

Analisa Potensi & Daya Dukung Lingkungan Alam, Sosial & Budaya Kawasan Desa Sidomulyo

Kebijakan (Policy) PemerintahTentang Pengembangan & Pengelolaan Kawasan Lingkungan

melalui Penetapan Lingkungan Desa Sidomulyo sebagai Kawasan Desa Wisata Bunga

Program Tentang Pengembangan & Pengelolaan Kawasan Lingkungan Desa Sidomulyo sebagai

Kawasan Desa Wisata Bunga

Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan & Pemanfaatan Lingkungan Desa Sidomulyo sebagai

Kawasan Desa Wisata Bunga

Proses & Aktivitas Pengelolaan & Pemanfaatan Lingkungan Desa Sidomulyo

sebagai Kawasan Desa Wisata Bunga

Manfaat Timbal Balik Antara Manusis dan Lingkungan6. Model konsep hubungan antara manusia dan lingkungan pada lingkungan

binaan desa wisata bunga?

14

Untuk menjelaskan tentang model konsep hubungan antara manusia dan lingkungan

dalam proses pengelolaan lingkungan desa wisata bunga, maka peneliti mendasarkan

dasar analisis pada konsep hubungan manusia dan lingkungan darai beberapa konsep.

Pertama, berdasarkan pada pandangan Woodworth (dalam Gerungan, 1987; Sardjoe,

1994).Maka berdasarkan hasil data penelitian, analisis tentang model konsep hubungan

antara manusia dan lingkungan dalam proses pengelolaan lingkungan desa wisata bunga di

desa Sidomulyo, yakni hubungan antara masyarakat desa Sidomulyo dengan

lingkungannya, termasuk ke dalam konsep hubungan dimana individu dapat

menggunakan lingkungannya; dan konsep hubungan dimana individu dapat berpartisipasi

(ikut serta) dengan lingkungannya. Hal ini ditandai dengan, misalnya masyarakat

mendapatkan manfaat dari kondisi alam dan lingkungan desa Sidomulyo yang sangat

potensial untuk memberikan ruang bagi pengembangan kawasan desa wisata bunga, selain

itu masyarakat juga menyadari tentang pentingnya pengelolaan dan pemanfaatan

lingkungan dengan menjaga keindahan dan keasrian lingkungan, serta mengelola

lingkungan seperti lahan pertanian dan kawasan untuk dikembangkan sebagai sentra

produksi, pemasaran dan wisata bunga.

Kedua, mendasarkan pada konsep yang dikemukakan oleh Walgito (1994), maka

analisa terhadap hubungan antara masyarakat desa Sidomulyo dengan lingkungannya,

dalam pengembangkan lingkungan sebagai kawasan desa wisata bunga, apabila

mendasarkan pada konsep Walgito mengenai pola hubungan atau sikap individu terhadap

lingkungannya, maka pola hubungannya dapat dikategorikan ke dalam pola hubungan

dimana individu menerima lingkungan. Hal ini mengingat bahwa lingkungan desa

Sidomulyo, dengan karakteristik lingkungan alam dan lingkungan sosialnya memberikan

daya dukung bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Potensi lingkungan sangat positif

bagi pengembangan kehidupan masyarakat.

Ketiga, mendasarkan pada pandangan Soekanto (1986). Dilihat dari konsep Soekanto

ini, maka model hubungan antara masyarakat desa Sidomulyo dengan lingkungannya

apabila dilihat dari hubungan simbiosis, maka bentuknya termasuk bentuk hubungan

simbiosis mutalisme. Hal ini ditandai dengan adanya proses yang saling menguntungkan

antara masyarakat desa Sidomulyo dengan lingkungannya, dimana masyarakat dapat

memperoleh keuntungan dari pemanfaatan lingkungan yang dikembangkan mejadi

15

kawasan wisata bunga, sedangkan lingkungan juga dijaga kelestariannya dan dikelola

dengan baik, sehingga kualitas lingkungan tetap terjaga dengan baik. Sedangkan apabila

diliha dari bentuk hubungan sosial, maka bentuknya adalah hubungan sosial kooperasi

(kerjasama), dimana masyarakat secara sadar melakukan upaya secara bersama-sama

untuk mengelola dan memanfaatkan lingkungan seoptimal mungkin bagi kehidupan

masyarakat. Dibentuknya kelompok-kelompok sosial seperti Paguyuban Pedagang

Tanaman Hias Sidomulyo (PPHTS) adalah salah satu bentuk dari adanya hubungan sosial

kooperasi (kerjasama) dalam mengelola lingkungan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, maka selanjutnya dapat disimpulkan hal-

hal sebagai berikut:

1. Sebesar 86,67% masyarakat desa Sidomulyo memiliki sikap setuju dan mendukung

terhadap pengembangan kawasan desa Sidomulyo sebagai kawasan desa wisaata

bunga, namun demikian masih ada khehawatiran dari masyarakat terutama berkaitan

dengan takutnya kaum pemodal masuk ke dalam menguasai program ini dan

menguasai pemasaran bunga.

2. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan

lingkungan desa Sidomulyo sebagai kawasan desa wisata bunga, dideskripsikan

sebagai berikut: a) Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan lahan pertanian,

halaman rumah dan areal lainnya sebagai lahan pertanian tanaman bunga hias; b)

Penataan sepanjang jalan desa Sidomulyo sebagai areal pemasaran bunga; c)

Pembangunan sarana dan prasarana, seperti akses jalan dan pasar bunga; dan d)

Pengembangan kawasan/areal wisata bunga, tempat penginapan, dan fasilitas wisata

bunga lainnya.

3. Konsep tentang desa wisata bunga diarahkan bahwa desa Sidomulyo dan desa Punten,

diharapkan menjadi sentra produksi bunga, pasar bunga dan kawasan/lokasi wisata

bunga, dimana para wisatawan bisa menikmati dan membeli berbagai macam bunga.

4. Pengembangan kawasan desa wisata bunga, diarahkan pada daya tarik wisata yang

meliputi: (a) Stand bunga di koridor jalan raya Sidomulyo; (b) Budidaya bunga di

16

kawasan permukiman penduduk; dan (c) Budidaya bunga potong di Sidomulyo dan

Gunungsari.

5. Model konsep pengelolaan lingkungan binaan desa wisata bunga pada kawasan daerah

Ekowisata Kota Batu, khususnya di desa Sidomulyo, menerapkan prinsip partisipasi-

kemitraan antara pemerintah dan masyarakat. Dimana pemerintah menetapkan suatu

kebijakan pengembangan lingkungan, sementara masyarakat terlibat secara aktif-

partisipatif dalam proses pengelolaan lingkungan.

6. Konsep hubungan antara manusia dan lingkungan dalam proses pengelolaan

lingkungan desa wisata bunga di desa Sidomulyo, yakni hubungan antara masyarakat

desa Sidomulyo dengan lingkungannya, termasuk ke dalam konsep hubungan dimana

individu dapat menggunakan lingkungannya; dan konsep hubungan dimana individu

dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan lingkungannya. model hubungan antara

masyarakat desa Sidomulyo dengan lingkungannya apabila dilihat dari hubungan

simbiosis, maka bentuknya termasuk bentuk hubungan simbiosis mutalisme.

5.2 Saran1. Kebijakan pengembangan kawasan lingkungan desa Sidomulyo sebagai kawasan

lingkungan desa wisata bunga, telah memberikan manfaat timbal balik bagi manusi

dan lingkungan. Oleh karena itu program sangat baik dan perlu terus dikebangkan.

2. Pemerintah kota Batu perlu terus melakukan upaya sosialisasi tentang kebijakan

pengembangan kawasan lingkungan desa Sidomulyo sebagai kawasan lingkungan

desa wisata bunga kepada masyarakat, sehingga partisipasi masyarakat dalam

mendukung program ini semakin baik.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penting untuk dilakukan penelitian tentang konsep penataan

dan pengelolaan lingkungan pada kawasan Kota Batu sebagai Daerah Tujuan Wisata

(DTW) utama di Jawa Timur.

*****

DAFTAR PUSTAKA

17

Habib, A., & Sukmana, Oman. 2002. Model Interaksi Sosial dalam Lingkungan Bauran Etnis Arab-Jawa: Studi di Kampung Embong Arab, Kota Malang). Malang: Lemlit UMM.

Irwanto. 1998. Focus Group Discussion :Suatu Pengantar Praktis. Jakarta : Pusat kajian pembangunan masyarakat - Unika Atmajaya.

Moleong, Lexy J. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purba, Jonny. 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sanapiah Faisal. 2001. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sarwono, Sarlito, W. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia.

Singarimbun, Masri, & Sofian Effendi (ed.). 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES.

Sukmana, Oman. 2005. Pengaruh Kepadatan Sosial dan Persepsi tentang Lingkungan Sosial daerah Kumuh Perkotaan terhadap Perilaku Agresif Remaja. Jurnal Psikodinamik, Volume 7, No. 1 Januari 2005, ISSN 1411-3929. Malang: Fakultas Psikologi UMM.

Sukmana, Oman. 2003. Dasar-Dasar Psikologi Lingkungan. Malang: Bayu Media.

Soerjono Soekamto. 1986. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.

Soemarwoto, Otto. 1997. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Walgito, Bimo. 1994. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.

*****

LAMPIRAN:

18

BIODATA PENELITI

Identitas Pribadi:

Nama Oman Sukmana, Drs., M.Si.Nip. 132.001.833.Tempat/Tgl. Lahir Sumedang/ 09 Pebruari 1966Pangkat/Gol. Pembina/ IV-aJabatan Lektor KepalaJenis Kelamin Laki-LakiBidang Keahlian - Ilmu Kesejahteraan Sosial

- Psikologi Sosial

Pendidikan (S-1 ke atas) :No. Tempat Pendidikan Kota/Negara Tahun

LulusBidang Studi

1.

2.

S-1 FISIP UNPAD

S-2 PROGRAM PASCASARJANA UNPAD

Bandung/Indonesia

Bandung/Indonesia

1991

1997

Ilmu Kesejahteraan SosialPsikologi Sosial

Pengalaman Riset :No. Judul Riset Tahun1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pengaruh Modeling dan Reinforcement dari Kyai terhadap Tingkah Laku Prososial Santri (Penelitian DPP UMM)

Hubungan Antara Persepsi Mengenai Nilai-Nilai Sosial Kemasyarakatan dalam Islam dengan Prasangka Sosial (Penelitian DPP UMM)

Pengaruh Kepadatan Sosial dan Persepsi tentang Lingkungan Sosial Daerah Kumuh Perkotaan terhadap Perilaku Agresivitas Remaja (Penelitian DPP UMM)

Proses Asimilasi Sosial dalam Komunitas Masyarakat Bauran Etnis Arab-Jawa (Penelitian Dosen Muda/Dikti)

Model Interaksi Sosial dalam Masyarakat Lingkungan Bauran Etnis Arab-Jawa (Studi di kampung Embong Arab Kota Malang) (Penelitian Dasar/Dikti)

Profil dan Proses Pengelolaan Badan Pelayanan Sosial Panti

1998

1999

2000

2002

2002

2002

19

7.

8.

9.

10.

Asuhan Muhammadiyah (Studi pada Panti Asuhan Muhammadiyah di Lingkungan Daerah Muhammadiyah Kota Malang) (Penelitian Bidang Ilmu/DPP UMM)

Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Lingkungan Hutan Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Batu. (Penelitian P2U/DPP UMM)

Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan Institusi dan Modal Sosial Lokal(Studi pada masyarakat miskin pedesaan di wilayah kecamatan Pujon, Kabupaten Malang)(Penelitian PBI/DPP UMM)

Pola Mekanisme Efektif Program Penyaluran Kompensasi Subsidi BBM (PKPS-BBM) bagi Masyarakat Miskin Pedesaan (Studi terhadap pelaksanaan program BLT di wilayah kecamatan Ngajum, kabupaten Malang) (Penelitian P2U/DPP UMM)

Efektivitas Program Penyaluran Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM) Bidang Kesehatan bagi Masyarakat Miskin Pedesaan(Studi di Wialayah Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur)(Penelitian P2U/DPP UMM)

2004

2005

2005

2006

Publikasi :No. Karya Ilmiah1.2.3.4.

5.

6.

78..

9.

10.

Dasar-Dasar Psikologi Lingkungan (Buku, 1998).Etika Profesi Pekerjaan Sosial (Buku, 1999).Psikologi Sosial (Diktat Kuliah, 2001).Perilaku Beragama dalam Perspektif Psikologi Modern (Jurnal Ilmiah Bestari, 1997).Pengangguran dan Kesejahteraan Sosial (Jurnal Ilmiah Bestari No. 25 Thn XI, Januari-April, 1998)Reformasi dan Agenda Politik Indonesia (Jurnal Ilmiah Bestari No. 25 Thn XI, September-Desember 1998).Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial (Buku Ajar, tahun 2002).Kekeradan Masa dalam Persfektif Psikologi Kriminal (Jurnal Legality, Jurnal Ilmiah Hukum, Volume 10 nomor 2, September 2002-Januari 2003.Pengaruh Kepadatan Sosial dan Persepsi tentang Lingkungan Sosial daerah kumuh Perkotaan terhadap Perilaku Agresif Remaja (Jurnal Psikodinamik, Volume 7, No. 1, Januari 2005).Sosiologi dan Politik Ekonomi (2006, UMM Press).

20

11.

12.

13.

Model Interaksi Sosial dalam Masyarakat Lingkungan Bauran Etnis Arab-Jawa (Jurnal PUBLICA: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 2, nomro 1, Januari 2005.Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan Institusi dan Modal Sosial Lokal (Jurnsl HUMANITY: Jurnal Penelitian Sosial, Volume 1, Nomor 1, September 2005).Metode Pekerjaan Sosial (Penulisan Bahan Ajar Periode IX, Maret 2006: SK. Rektor Nomor: E.2.b/25/BAA-UMM/I/2006).

Malang, Maret 2005

Oman Sukmana, Drs., M.Si.

*****

21