model penafsiran al qur’an
TRANSCRIPT
Pengertian Model-Model Tafsir dalam Al-Qur’an
Istilah “Model” dalam bahasa Indonesia bermakna pola,
contoh dan ragam/corak dari suatu yang akan dibuat
atau dihasilkan.
Definisi yang lain dari Model adalah abstraksi dari sistem
sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana
serta mempunyai tingkat presentase yang bersifat
menyeluruh.
Atau Model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya
memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari
kehidupan sebenarnya.
Pengertian Model-Model Tafsir dalam Al-Qur’an
Adapun pengertian Tafsir adalah penjelasan mengenai
pengertian suatu kata, dan penjelasan itu dapat bersifat
hakiki (menurut makna kata itu sendiri), tetapi dapat pula
bersifat majazi (tidak menurut makna katanya), namun
masih dalam kerangka maksudnya.
Sedangkan tafsir menurut al-Kilabi, tafsir adalah
menjelaskan al-Qur’an, menerangkan maknanya, dan
menjelaskan apa yang dikehendaki nash, isyarat, atau
tujuan-Nya.
Jadi pengertian model-model tafsir adalah ragam/corak
dan abstraksi dalam menjelaskan al-Qur’an,
menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang
dikehendaki nash, isyarat, atau tujuannya
Model-Model Tafsir dalam Al-Qur’an
M. Quraish Shihab, mengatakan bahwa model / corakpenafsiran yang dikenal selama ini, antara lain :
Tafsir sufistik Tafsir Fiqih
Tafsir Falsafi
Tafsir Al Farabi
Tafsir Ikhwan As Shafa
Tafsir Ibnu sina
Tafsir Ilmi’
Tafsir Adabi-Ijtimai’I
Tafsir sufi atau yang lebih dikenal denganistilah tafsir Isyari, secara etomologis berasaldari asal kata asyara-yusyiru-isyaratan yangberarti memberi isyarat atau petunjuk.
Jadi kata “Isyari” berfungsi sebagai keterangan
sifat bagi lafal “tafsir”
Dengan demikian “tafsir Isyari” berarti: sebuahpenafsiran al-Qur’an yang berangkat dariisyarat atau petunjuk. Artinya penafsirandiberikan sesuai dengan isyarat atau petunjukyang diterima oleh mufassirnya melalui ilham..
Tafsir Fiqih
Setelah Rasulullah SAW wafat, para fuqaha’
dari kalangan sahabat mengendalikan
ummat di bawah kepemimpinan
Kulafau’rasyidin. Jika terdapat persoalan-
persoalan baru yang belum pernah terjadi
sebelumya, maka al-Qur’an merupakan
tempat kembali mereka menginstinbathkan
hukum-hukum syara’nya.
Tafsir Falsafi
Pendekatan ini dapat membantu memahami Al-Qur’an dalam upaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenal sesuatu yang berada dibalik objek formalnya.
Para ulama tidak seluruhnya sepakat dengan penjelasan filsafat, bahkan di antara mereka terjadi perbedaan dalam penerimaannya. Adapun yang diperdebatkan dalam pemakaian filsafat adalah nilai kebenaran
dan cara penelusuruannya..
Tafsir Al Farabi
Al-Farabi adalah roh pengerak tradisi filsafat. Ia wafat pada tahun 339 H sebagaimana dalam kitabnya Fushush al Hikam dari sebagian ayat dan hakikat dalam Al-Qur’an. Tafsirnya termasuk dalam kategori tafsir falsafy.
Tafsir Ikhwan As Shafa
Penjelasan terhadap Al-Qur’an seperti di atas dapat kita temukan dalam ikhwan al Shafa yang meskipun tidak diketahui secara tepat kapan penulisannya, akan tetapi dapat dilacak dari hubungannya dengan sekte batiniyah Ismailiyah. Sebagian dari penjelasannya yang terkenal adalah permasalahan surga dan neraka. Bahwa sesunguhnya Surga adalah alam aflak, sedangkan neraka adalah alam di bawah falak bulan, yaitu alam dunia.
Ibnu Sina digambarkan seperti seseorang muslim yang di tangan kanannya terdapat Al Qur’an dan di tangan kirinya terdapat ilmu filsafat, sehingga ia sanggup memadukan dengan jernih antara agama dan filsafat. Ia mengsikronkan antara nash-nash Al-Quran dengan pandangan-pandangan filsafat yang keduanya berada saling berdialektika.
Pandangan Ibnu Sina terhadap Al-Qur’an dan Filsafat adalah memahami pandangan filsafat dalam Al-Qur’an dan menjelaskan Al-Qur’an dengan filsafat. Adapun metodologi yang digunakan Ibnu Sina yaitu menjelaskan makna hakikat agama dengan pemikiran filsafat. Hal ini didasarkan bahwa sesungguhnya Al-Qur’an adalah tak terkecuali dengan beberapa ketentuan yang ketentuan itu oleh Nabi Muhammad saw terpancang pada makna hakikat yang terkandung.
Tafsir Ilmi’
Al-Qur’an mendorong pula pengembangan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an mendorong ummat Islam untuk memerdekakan akal dari belenggu keraguan, melepaskan belenggu-belenggu berfikir, dan mendorongnya untuk mengamati fenomena alam. Allah telah mendorong kita untuk mengamati ayat-ayat kauniah, di samping ayat-ayat Qur’aniah. Jadi pendekatan ini menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan feneomena-fenomena alam
Tafsir Adabi-Ijtimai’I
Madrasah Tafsir Adab Ijtimai”I berupaya menyingkap keindahan Al-Qur’an dan mukjizat-mukjizatnya : menjelaskan makna dan maksudnya, memperlihatkan aturan-aturan Al-Qur’an tentang kemasyarakatan, dan mengatasi persoalan yang dihadapi ummat Islam secara khusus dan permasalahan ummat lainnya secara umum. Semua itu dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an yang menuntun jalan bagi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jadi corak penafsiran tafsir adab ijtimai’ berorientasi pada sastra budaya kemasyarakatan