model pemanfaatan lahan pulau moti, kota ternate, maluku

14
415 Jurnal Biologi Indonesia 6 (3): 415-428 (2010) Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku: Suatu Analisis Tata Ruang Berbasis Vegetasi Roemantyo Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Jl. Raya Jakarta – Bogor, Km 46, Cibinong Science Centre, Cibinong. Email: [email protected] ABSTRACT Land Use Model of Moti Island, Ternate, Moluccas: A Vegetation Based Spatial Design Analysis. The Moti Island was dominated by mountain areas and humitropepts soil type which have high organic matter and low subsoil base saturated values. Geologically, it is a volcanic rock with andesite composition includes lava, breccias and tuffs volcanic. Combined with high rainfall, width of island (24.6 km2) and very steep mountain (950 m asl.) the island has become fragile when not well managed. Compared to the other district, the productivity of this area was low because the natural resources have not been well developed yet. The shortage of biodiversity data of Moti Island has become major obstacles in developing Moti Island. This research was conducted to develop land use models as basic knowledge for spatial design analyses of Moti Island. Detail discussion on developing Digital Elevation Model of land use and slope area based on vegetation data was presented in this paper. Key words: Moti, land use, digital elevation model (DEM), spatial designing analyses PENDAHULUAN Pulau Moti merupakan salah satu dari gugusan sederetan pulau-pulau kecil kepulauan Halmahera yang terletak di sebelah barat pulau besar Halmahera. Pulau-pulau tersebut antara lain adalah pulau Ternate, Tidore, Mare, Moti, Makian, serta pulau-pulau lain yang terletak di sebelah selatannya. Secara administratif pemerintahan, pulau Moti masuk di dalam Kota Ternate. Luas pulau Moti sekitar 24,6 km2 dan tergolong telah dihuni sejak lama seperti pulau lain di dalam wilayah Kota Ternate yaitu pulau Ternate, Hiri, Mayau, Tifure. Sedangkan pulau lain yang ukurannya lebih kecil seperti pulau Maka, Mano dan Gurida statusnya tidak dihuni (Kantor Statistik Kota Ternate, 2008) . Secara geografis pulau ini membentang pada koordinat 127, 38 – 127, 44 derajat bujur timur dan 0,43 – 0,48 derajat lintang utara yang dibatasi laut Maluku di sebelah utara, barat dan selatan dan selat Halmahera di sebelah timur. Jarak pulau ini dengan ibukota Kota Ternate sekitar 29 km yang hanya dapat dicapai dengan kapal selama kurang lebih 1 – 2 jam pelayaran. Penduduk kawasan pulau Moti ini umumnya merupakan penduduk asli dengan jumlah populasi kira-kira 4797

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

415

Jurnal Biologi Indonesia 6 (3): 415-428 (2010)

Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku: SuatuAnalisis Tata Ruang Berbasis Vegetasi

Roemantyo

Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Jl. Raya Jakarta – Bogor, Km 46, CibinongScience Centre, Cibinong. Email: [email protected]

ABSTRACT

Land Use Model of Moti Island, Ternate, Moluccas: A Vegetation Based Spatial Design Analysis.The Moti Island was dominated by mountain areas and humitropepts soil type which havehigh organic matter and low subsoil base saturated values. Geologically, it is a volcanic rockwith andesite composition includes lava, breccias and tuffs volcanic. Combined with highrainfall, width of island (24.6 km2) and very steep mountain (950 m asl.) the island has becomefragile when not well managed. Compared to the other district, the productivity of this area waslow because the natural resources have not been well developed yet. The shortage ofbiodiversity data of Moti Island has become major obstacles in developing Moti Island. Thisresearch was conducted to develop land use models as basic knowledge for spatial designanalyses of Moti Island. Detail discussion on developing Digital Elevation Model of land useand slope area based on vegetation data was presented in this paper.

Key words: Moti, land use, digital elevation model (DEM), spatial designing analyses

PENDAHULUAN

Pulau Moti merupakan salah satudari gugusan sederetan pulau-pulau kecilkepulauan Halmahera yang terletak disebelah barat pulau besar Halmahera.Pulau-pulau tersebut antara lain adalahpulau Ternate, Tidore, Mare, Moti,Makian, serta pulau-pulau lain yangterletak di sebelah selatannya. Secaraadministratif pemerintahan, pulau Motimasuk di dalam Kota Ternate. Luas pulauMoti sekitar 24,6 km2 dan tergolong telahdihuni sejak lama seperti pulau lain didalam wilayah Kota Ternate yaitu pulauTernate, Hiri, Mayau, Tifure. Sedangkan

pulau lain yang ukurannya lebih kecilseperti pulau Maka, Mano dan Guridastatusnya tidak dihuni (Kantor StatistikKota Ternate, 2008). Secara geografispulau ini membentang pada koordinat 127,38 – 127, 44 derajat bujur timur dan 0,43– 0,48 derajat lintang utara yang dibatasilaut Maluku di sebelah utara, barat danselatan dan selat Halmahera di sebelahtimur. Jarak pulau ini dengan ibukotaKota Ternate sekitar 29 km yang hanyadapat dicapai dengan kapal selamakurang lebih 1 – 2 jam pelayaran.

Penduduk kawasan pulau Moti iniumumnya merupakan penduduk aslidengan jumlah populasi kira-kira 4797

Page 2: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

416

Roemantyo

jiwa pada tahun 2007 (Kantor StatistikKota Ternate 2008) yang jikadibandingkan dengan seluruh pendudukyang ada di 4 kecamatan Kota Ternateadalah yang paling kecil jumlahnya (2– 3 %). Jika menggunakan perkiraanpertambahan jumlah penduduk Indo-nesia dengan pertumbuhan rata-rata1,1 % (Badan Pusat Statistik RepublikIndonesia 2009), maka pada tahun 2010ini jumlah penduduk pulau Moti akanmencapai angka kira-kira lebih dari5000 jiwa. Penduduk ini tersebar diseluruh kawasan pulau terutama disekitar kawasan pantai dengan matapencaharian sebagian besar sebagainelayan dan petani kebun pala dancengkeh. Secara administratif pulauMoti berada di wilayah kecamatanMoti dengan 6 kelurahan, yaituMotikota, Figur, Tadenas. Tafaga,Tafamutu, dan Takofi sesuai denganPeraturan Daerah (PERDA) Nomor 10Tahun 2001 tentang pembentukanKecamatan Moti.

Kawasan ini tampak belumtereksplorasi dengan baik sumberdayaalamnya, meskipun potensi kawasan inisecara tradisional telah dikembangkanseperti pada sektor perkebunan,pertanian lahan kering dan perikanan.Belum tertatanya dengan baikpemanfaatkan lahan kawasan sertaterbatasnya data sumberdaya alamkawasan ini menjadi salah satu kendalauntuk pengembangan wilayah inisehingga produktifitasnya kawasan inimasih rendah hingga saat ini. Sebagaipulau yang berukuran sedang (24.6km2), pulau Moti memiliki sumber dayaalam yang cukup untuk mendukung

pembangunannya. Untuk maksudtersebut penggunaannya harus ditatasehingga dapat mendukung secaramandiri kebutuhan masyarakatsetempat dengan aman dan berke-lanjutan. Dengan demikian produkti-vitasnya dapat lebih ditingkatkandengan tanpa mengganggu kualitassistem ekologi setempat. Ketergan-tungan akan pangan yang mengakibat-kan biaya hidup tinggi dapat dihindarkansehingga produk yang dihasilkan olehmasyarakat setempat selain untukmenunjang kehidupan juga dapatdisisihkan sebagian untuk meningkat-kan kualitas sumber daya masyarakatsetempat baik dari segi ekonomi, tingkatsosial dan pengetahuan melaluipendidikan yang lebih baik. Penelitianini dilakukan untuk mendapatkan datadasar sebagai modal pembuatan modelpemanfaatan lahan untuk kawasanpulau Moti ini. Model yang diperolehakan di analisis secara spasial untukmendapatkan tata ruang yang cocokberbasis pada data vegetasi, sehinggakawasan ini dapat lebih diberdayakansecara aman dan berkelanjutan.

BAHAN DAN CARA KERJA

Bahan yang diperlukan adalahpeta-peta yang meliputi peta digital rupabumi dan topografi 1: 250.000(Bakosurtanal 1999), AMS sheet NA52 1944 1: 1.000.000 (US ArmyTophographic Command 1970), petatutupan lahan, peta status lahan dansistem lahan 1 : 250.000 (Re PPProt1989), peta geologi 1: 1.000.000(Clarke, 1989), citra satelit topografi

Page 3: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

417

Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate,

(SRTM) dan citra satelit Ikonos Juni,2006. Data sekunder lain dikumpulkandari Badan Pusat Statistik (2009) untukdata kependudukan, pertanian,perikanan, dan perkebunan, serta datacurah hujan yang dikumpulkan dariStasiun Meteorologi Baabulah Ternate(Kantor Statistik Ternate 2008) dandata iklim tahunan dari Agro-ClimaticMap of Maluku and Irian Jaya 1 :4.500.000 (Oldeman dkk 1980).

Data primer dikumpulkan dilapangan dengan cara mengambilcuplikan tentang pola penggunaan lahanyang ada untuk dicatat posisi koordinat,ketinggian serta pemanfaatannyalahannya dengan menggunakan GPS.Berdasarkan data lapangan tersebutkemudian hasil cuplikan dipetakan padacitra ikonos dengan memperhitungkanfaktor perubahan fisik pemanfaatankawasan dan tutupan lahan (vegetasi).Hal ini diperlukan mengingat adaperbedaan waktu antara pengambilandata di lapangan dan data Citra Ikonos.Catatan perubahan fisik merupakandata baru sehingga perubahan-perubahan yang terjadi dapat dipantaudengan membandingkan kondisisebelumnya pada citra Ikonos.Selanjutnya data peta (spasial) dan datapenggunaan lahan dan perubahannyasebagai data tekstual dianalisis untukmendapatkan peta tata ruang kawasan.Proses penentuan pengabungan dataspasial dan tekstual dapat dilihat padabagan alir seperti pada Gambar 1.

Analisis terhadap kawasan lindung,penyangga, dan pemanfaatan ataubudidaya tanaman tahunan dilakukanterhadap hasil digitasi pemanfaatan

lahan dan interpretasi akhir. Denganmenggunakan parameter fisikkemiringan lereng, jenis tanah menurutkepekaannya terhadap erosi dan curahhujan harian rata-rata kemudiandianalisis status penggunaan lahannya.Penetapan penggunaan satuan lahankemudian mengikuti metode dan kriteriayang digunakan oleh Balai RehabilitasiLahan dan Konservasi Tanah,Departemen Kehutanan dan PeraturanPemerintah Republik Indonesia No. 26Tahun 2008 tentang Rencana TataRuang Nasional (Asdak 2002 danDepartemen Pekerjaan Umum 2008.).Satuan lahan dengan skor lebih dari 175diklasifikasikan sebagai kawasanlindung. Satuan lahan dengan skorantara 125 dan 174 diklasifikasikansebagai kawasan penyangga. Satuanlahan dengan skor kurang atau samadengan 124 diklasifikasi dengankawasan budidaya tanaman tahunanseperti perkebunan, tanaman industri.Sedangkan satuan lahan dengankriteria seperti dalam penetapankawasan budidaya tahunan sertaterletak di tanah milik, tanah adat dantanah negara diklasifikasikan sebagaikawasan tanaman budidaya semusim.Penentuan penggunaan lahan jugamempertimbangkan hal-hal khusus lainseperti yang diatur dalam PeraturanPemerintah No. 26 Tahun 2008 pasal55.

Koreksi geometrik dilakukandengan menggunakan perangkat lunakErdas Imagine 9.1 dimana peta rupabumi (Bakosurtanal 1999) dipakaisebagai referensi. Sedangkan citraSRTM diolah dengan menggunakan

Page 4: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

418

Roemantyo

Gambar 1: Bagan alir kerja analisis Tata Ruang pulau Moti

perangkat lunak Global Mapper9 untukmendapatkan data topografi denganbeda ketinggian 5 m. Analisis dataspasial dan tektual selanjutnyamenggunakan perangkat lunakArcView 3.3 untuk mendapatkan nilaisudut dan arah kelerengan lahan.Sedangkan perangkat lunak Microsoftaccess digunakan untuk memudahkanproses query dan pengelompokkan danpenggabungan data spasial dantekstual.

HASIL

Kondisi fisiografi kawasan P. MotiDari citra SRTM (Shuttle Radar

Topographic Mission), tampak denganjelas bahwa pulau Moti merupakankawasan dengan permukaan yang

bergunung-gunung dan berbatu.Kawasan yang tertinggi pulau inimencapai ketinggian sekitar 930 – 950m dpl yaitu terletak di puncak gunungTuanane (lihat Gambar 2). Secaraumum pulau Moti ini merupakan bagiandari lingkup lempeng bergerak bumiaktif yang dimulai dari KepulauanFilipina, Sangihe Talaud dan Minahasayang dikelilingi oleh lengkung Sulawesidan Pulau Sangihe di mana keduanyaberkarakter vulkanis (Clarke 1989).

Umumnya lahannya memiliki tipetanah humitropepta dengankarakteristik agak lapuk dan kaya akanbahan organik, sedikit berkapur dengantingkat kejenuhan basa tanah bawahbernilai rendah. Sedangkan di dataranyang lebih rendah bercampur dengantanah liat dan abu vulkanis. Di kawasan

Page 5: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

419

Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate,

dataran lebih tinggi sering dipenuhidengan bebatuan vulkanis (andesit)dengan ukuran yang cukup besar dilereng-lereng maupun di bagianlembahnya berupa pecahan-pecahanyang lebih kecil bercampur dengantanah liat dan kapur (RePPProt 1989).Air tanah sangat dalam dan langkaterutama di kawasan pegunungan ataudataran yang lebih tinggi, namun didataran yang lebih rendah air cukupdangkal dan mudah diperoleh. Dari dataiklim, kawasan ini tergolong dalamkawasan yang mempunyai curah hujan

Gambar 2: Citra Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM)

yang cukup tinggi, dimana hampirselama 3-4 bulan penuh kawasan inicukup lembab (Oldeman dkk. 1980).Jumlah hari hujan dan curah hujandapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.

Meskipun data curah hujan dan harihujan diambil dari Stasiun MeteorologiBaabulah di pulau Ternate yangberjarak 29 km, namun dari petaIsohyat, pulau Moti masih masukdalam tipe yang sama (Oldeman, dkk.,1980). Dari histogram hari hujan dancurah hujan dapat diperoleh gambaransecara umum bahwa sebagian

Page 6: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

420

Roemantyo

kawasan pulau Moti ini tergolong cukuptinggi intesitas dan curah hujannya.Hampir di sepanjang tahun ada hujandan curah hujan dengan intensitas hujantinggi tampak terjadi pada bulanNopember hingga Januari dan sekitarbulan Juni. Sedang pada bulan Pebruarihingga Mei curah hujan danintensitasnya sedang.

Gambar 3 : Histogram hari hujan tiap bulan dari tahun 2003 – 2007. Sumber: StasiunMeteorologi Baabulah Ternate (Kantor Statistik Ternate, 2008)

Gambar 4: Histogram curah hujan bulanan dari tahun 2003 – 2007. Sumber: StasiunMeteorologi Baabulah Ternate (Kantor Statistik Ternate, 2008)

VegetasiDari peta tutupan lahan dan status

lahan yang dipublikasikan tahun 1989oleh Direktorat Jendral PenyiapanPemukiman, Departemen Transmigrasi(RePPProt 1989), sebagian besarkawasan pulau Moti diklasifikasikansebagai kawasan yang ditutupi olehhutan. Hutan tersebut tumbuh pada

Page 7: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

421

Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate,

lahan pegunungan berkapur danbelukar dengan status sebagai hutanlindung di bagian tengah pulau danhutan produksi yang dapat dikonversidi bagian dekat dengan perkampungan.Sedangkan data dari Dinas Pertaniandan Kehutanan Kota Ternate (KantorStatistik Kota Ternate 2008)menyebutkan bahwa kawasanhutannya hanya meliputi luas 6937,32hektar (kira-kira 9% dari luas pulau)sebagian besar (4914,7 hektar) masihdigolongkan sebagai hutan lindung yangtumbuh di atas batu kapur dan sebagianyang lain (2022,62 hektar) merupakanhutan yang dapat dikonversi terutamadi dataran rendah dekat pantai.Pembagian dan batas hutan lindung danhutan yang dapat dikonversi dilapangan masih kurang jelas, mengingatsebagian besar kawasan telah di milikidan ditanami penduduk. Bagian puncakgunung dan lereng-lereng curam sajayang tampak sebagian masih utuhvegetasinya dengan jenis-jenis pohonhutan yang berukuran besar. Jikadibandingkan dengan data peta tutupanlahan dan status lahan (RePPProt,1989), tampaknya telah terjadi konversihutan lindung menjadi lahan budidayapertanian dan perkebuan atau areapenggunaan lain (APL). Observasilapangan dan interpretasi citra Ikonos2006 menunjukkan bahwa hutandengan densitas tinggi (primer) masihtampak tersisa di puncak-puncakgunung dan lembah lembah yangcuram. Sedangkan kawasan yangrelatif datar dan dataran rendah sudahberupa kebun/ladang, semak danbelukar. Selanjutnya interpretasi citra

Ikonos dengan mengacu pada cuplikanpengamatan langsung di lapanganmenunjukkan bahwa kebun pala dancengkih sudah merambah sampai padadaerah-daerah yang beresiko tinggiterhadap bencana tanah longsor (lihatGambar 4). Dari citra Ikonos tampakpula lahan-lahan baru yang dibukauntuk ditanami dengan tanamanperkebunan seperti pala, cengkih dankakao. Sedangkan di dataran rendahumumnya ditanami dengan kelapa,beberapa jenis buah-buahan dan jenis-jenis tanaman pangan penghasilkarbohidrat seperti ubi kayu, ubi jalardan pisang.

Jika ditinjau dari pemanfaatannyatampak sebagian besar kawasan pulautelah digunakan sebagai ladangpertanian lahan kering, kebun pala(Myristica fragans) dan cengkih(Syzygium aromaticum). Di beberapatempat kedua jenis pohon tersebutsudah tumbuh besar dengan diameterpohon lebih dari 40 cm. Memang secaraalami pala dan cengkih merupakantumbuhan asli kawasan ini (Backer danBakhuizen van den Brink 1968),sehingga tidak mengherankan jikakedua jenis ini cukup mendominasi dikawasan ini. Identifikasi terhadap citraSatelit Ikonos menunjukkan bahwaindeks vegetasi cukup tinggi, karenahampir seluruh pulau Moti tertutupdengan tetumbuhan (lihat Gambar 4),baik yang tumbuh liar maupun yangditanam (Utaminingrum 2010). Namunjika dilihat dari data statistik,produktifitas hasil pertanian danperkebunan kawasan ini masih sangatrendah. Tidak banyak komoditi

Page 8: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

422

Roemantyo

pertanian dan perkebunan yangdiusahakan di sini. Kalaupundiusahakan, produksinya masih lebihrendah jika dibandingkan dengandaerah lain di Kota Ternate (KantorStatistik Kota Ternate, 2008). Beberapajenis tanaman pangan yang ditanam disini antara lain jagung (Zea mays), ubikayu (Manihot utilissima), ubi jalar(Ipoemoea batatas). Sedang tanamanperkebunan yang ditanam antara lainkelapa (Cocos nucifera), pala(Myristica fragans), cengkih(Syzygium aromaticum) dan kakao(Theobroma cacao). SedangkanRePPProt, (1989) telah mengidentifikasilahan-lahan yang memiliki kesesuaianuntuk dikembangkan sebagai lahanproduktif di dataran rendah kurang dari450 m dpl sebagai ladang atau lahanpertanian lahan kering. Pada saat ituvegetasi yang teridentifikasi adalahpadang rumput, belukar, dan dibeberapa tempat tanpa vegetasi,sehingga kawasan ini dapat denganmudah dikonversi untuk tanamanpertanian

Pemanfaatan LahanInterpretasi pemanfaatan lahan

dengan citra Ikonos dan data cuplikanlapangan selain mendapatkan nilaiindeks vegetasi juga diperolehgambaran tentang pemanfaatan lahan.Kawasan yang berhasil diidentifikasiberjumlah 5085 titik pemanfaatan lahanyang kemudian dikelompokkan dalam5 golongan besar, yaitu: (1)pemanfaatan lahan untuk hutansebanyak 1449 tit ik lokasi, (2)pemanfaatan lahan untuk kebun 3447

titik lokasi, (3) pemanfaatan lahanuntuk usaha perikanan 1 lokasi, (4)fasilitas umum dan pemukiman 88 lokasidan (5) lahan yang tidak dimanfaatkan(lahan terbuka) 100 lokasi.

1. Pemanfaatan lahan untuk hutanKawasan ini merupakan hutan

lindung, maupun kawasan hutan lainyang terdapat mulai dari pantai hinggapuncak gunung. Di daerah pantaiterdapat hutan mangrove dan hutanpantai. Hutan mangrove terdapat di 39lokasi sedangkan hutan pantai ada di6 lokasi. Di daratan terdapat semakbelukar, hutan sekunder dan hutanprimer. Semak, semak belukar danhutan sekunder biasanya terletak didataran yang lebih rendah, sedangkanhutan primer umumnya terletak dipuncak-puncak gunung atau dilereng-lerang yang terjal. Semak belukarbiasanya terdapat dari ketinggian 5 –700 m dpl., sedangkan hutan sekunderditemukan pada ketinggian 50 – 875 mdpl. Hutan-hutan primer ditemukanpada ketinggian 195 – 930 m dpl.

2. Pemanfaatan lahan untuk kebunPada saat pegamatan tercatat ada

beberapa jenis tanaman keras kebunyang diusahakan di pulau Moti, yaitucengkih, durian (Durio zibethinus),kakao, kelapa, kenari (Canarium sp.),pala, dan jeruk (Citrus sp.).Kemungkinan tanaman kenari yang adaberasal dari tumbuhan liar, namunkarena bijinya memiliki nilai ekonomi,maka jenis ini kemudian dipelihara.Selain tanaman keras ada beberapajenis tanaman yang berumur pendek

Page 9: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

423

Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate,

yang diusahakan antara lain pisang(Musa acuminata × balbisiana) dansingkong. Selain itu masih ada beberapajenis tumbuhan liar yang kemudiandimanfaatkan sebagai sumber panganyaitu sagu (Metroxylon sagu) yangbanyak tumbuh di tempat-tempat yangsedikit berair dan lembab. Pemanfaatanlahan untuk kebun dapat ditemukanmulai dari pinggir pantai hinggaketinggian 770 m dpl.

3. Pemanfaatan lahan untuk usahaperikanan

Usaha perikanan lebih banyakdilakukan oleh nelayan di laut, namuntercatat ada usaha baru yaitu denganpembukan kolam untuk pemancingan diMoti Kota.

Gambar 4: Tampilan indeks vegetasi pada Citra Satelit Ikonos 2006

4. Pemanfaatan lahan untuk fasilitasumum dan pemukiman

Pemukiman dan fasilitas umummeliputi kawasan perkampungan,sarana jalan, bagunan/gedungpemerintah dan sekolah, tempat mataair, sarana dan tempat ibadah , makamdan sarana olah raga. Fasilitas umumdan pemukiman ini umumnya terletakdi dataran rendah di dekat pantai.

5. Lahan yang tidak dimanfaatkan(lahan terbuka).

Lahan terbuka disini adalah lahanyang tidak atau belum dimanfaatkan.Lahan-lahan terbuka di kelurahanMotikota umumnya terletak dariketinggian 45 hingga 520 m dpl.Sedangkan di kelurahan lain seperti

Page 10: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

424

Roemantyo

Tadenas, Tafaga, Tafamutu, Figur danTakofi terletak pada ketinggian kurangdari 130 m dpl. Lahan terbuka dikelurahan Tadenas, Tafaga, Tafamutu,Figur dan Takofi cenderung untukdipersiapkan sebagai kebun atauladang. Sedangkan di Motikota lebihsering merupakan lahan yangditerlantarkan atau lahan yangdisiapkan untuk dibangun gedung.

Jika dibandingkan diantara statuspemanfaatan lahan yang ditemukanselama survai lapangan, maka lahanuntuk kebun adalah yang paling banyakditemukan yaitu mencapai 67,8 %,kemudian diikuti dengan lahan untukhutan (28,50 %), lahan terbuka tidakatau belum dimanfaatkan (1,96 %),fasilitas umum (1,73%) dan perikanan(0.01%). Analisis terhadap hasil digitasipemanfaatan lahan yang ditumpangsusunkan pada peta model elevasi(DEM = Digital Elevation Model)diperoleh gambaran pemanfaatan lahansecara 3 dimensi seperti pada Gambar6.

Dari peta Model Elevasi Digital,tampak jelas bahwa usaha tani untukperkebunan tanaman keras sudahmasuk ke dalam kawasan hutan hinggasampai pada ketinggian 700 m dpl.Kawasan yang banyak dipakai sebagaikebun umumnya berada di sebelahtimur, yaitu antara kelurahan Motikotadan Tadenas. Kebun di keduakelurahan ini lebih beragamdibandingkan dengan 4 kelurahan laindimana beberapa jenis tanaman industriselain kelapa, pala dan cengkih ditanamdan dikembangkan jenis lain antara lainseperti durian, jeruk, kenari, dan kakao.

Selain itu beberapa jenis tanamanpalawija juga tercatat di tanam dikawasan ini seperti jagung, kacangtanah, singkong, ubi jalar dan vanilimeskipun jumlahnya tidak begitubanyak. Pengembangan kolamperikanan sudah mulai tampak,meskipun masih dalam taraf untukpemancingan. Usaha ini ditemukan dikelurahan Motikota.

Pada peta model kelerenganpemanfaatan lahan (lihat Gambar 7)tampak bahwa kawasan hutanumumnya merupakan kawasan yangberelereng lebih dari 40 %. Kawasantersebut meliputi hampir suluruhpuncak bukit dan beberapa punggungbukit di kelurahan Tafaga, Takofi, Figurdan Tafamutu. Sedangkan di kawasankelurahan Motikota dan Tadenas sudutkelerengan pada umumnya kurang dari40 %

PEMBAHASAN

Dari data yang terkumpul,kawasan pulau Moti tergolong sebagaikawasan bergunung vulkanis darilempeng bergerak bumi aktif.Banyaknya batuan andesit yang besardan pecahan-pecahan batuan yanglebih kecil karena mudah lapuk danbercampur dengan tanah liat dan kapurmengakibatkan kawasan ini sangatpeka terhadap erosi atau lepasnyabatuan (Clarke 1989). Kekayaan tanahakan unsur hara yang bercampurdengan abu vulkanis, menjadikan lahankawasan ini cukup subur, sehinggamemudahkan jenis-jenis tetumbuhancepat mengalami permudaan.

Page 11: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

425

Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate,

Ditunjang dengan curah hujan yangrelatif cukup tinggi, serta keadaan yangcukup lembab selama 3 – 4 bulan(Oldeman, dkk., 1980) maka beberapajenis pohon dapat tumbuh dengan baik,meskipun lahannya cukup berpori dansulit untuk mendapatkan air tanahterutama di kawasan pegunungan.Tampaknya faktor-faktor kesuburantanah dan iklim tersebut mendorongmasyarakat untuk terus merambahkawasan hutan lindung untuk ditanamidengan jenis-jenis pohon penghasildevisa negara seperti cengkeh, pala,kenari dan kakao. Pada saat penyiapanlahan dengan pembukaan lahan hutan

Gambar 6: Peta Model Elevasi Digital (DEM – Digital Elevation Model) PemanfaatanLahan Pulau Moti

(semak belukar, hutan sekunder,maupun di hutan-hutan primer ditebanghabis) maka ancaman terhadap erosisangat tinggi. Hal ini mengingat dikawasan pegunungan biasanyamerupakan kawasan dengan sudutkelerengan lebih dari 40 %. Jikavegetasi telah dibuka maka dengancurah hujan yang tinggi dapatmenyebabkan banjir bandang karena airhujan akan langsung turun ke dataranyang lebih rendah tanpa adatetumbuhan yang menghambat. Dalamjangka waktu yang lama, jika terdapattanah-tanah yang terbuka makakemampuan lahan untuk menahan dan

Page 12: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

426

Roemantyo

menyimpan air akan berkurang danterganggu. Dengan demikian fungsihidrologi kawasan ini dalammengkoservasi air menurun denganakibat air tanah untuk keperluanmasyarakat menjadi terbatas.

Mengacu pada Peraturan Peme-rintah Nomor 26 tahun 2008 tentangRencana Tata Ruang WilayahNasional, dengan memperhitungkancriteria kawasan lindung, sebagianbesar kawasan hutan di pulau Moti inimemiliki nilai skor diatas 175. Karenaitu maka kawasan tersebut harussegera dibatasi penggunaannya, selainuntuk mengurangi ancaman terhadapbencana alam tanah longsor, banjir

bandang, juga untuk konservasi airtanah bagi pulau Moti. Dari ModelElevasi Digital (DEM) sudutkelerengan bukit Pulau Moti, dapatdiperoleh gambaran awal kawasanmana saja yang harus segera dibatasipenggunaannya. Demikian pula melaluipeta tersebut dapat dengan mudahdiidentifikasi kawasan mana saja yangcocok dan aman digunakan untuk usahapertanian dan perkebunan. Dari warnalagenda pada peta tersebut (lihatGambar 7), kawasan aman untuk usahabudidaya diindikasikan dengan spotwarna hijau dengan skor sama denganatau lebih kecil dari 124. Sedangkanspot warna warna kuning merupakan

Gambar 7: Peta Model Elevasi Digital (DEM) Sudut Kelerengan Bukit Pulau Moti

Page 13: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

427

Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate,

kawasan penyangga dengan skorantara 125 dan 174. Sedangkankawasan yang berwarna jingga hinggakemerah-merahan menunjukkankawasan tersebut kurang aman untukdijadikan kawasan budidaya denganskor di atas 175. Karena itu kawasanini harus ditetapkan sebagai kawasanlindung.

Dari peta-peta yang dihasilkanpada penelitian ini, terutama peta ModelElevasi Digital (DEM – DigitalElevation Model) Pemanfaatan LahanPulau Moti dan peta Model ElevasiDigital (DEM) Sudut Kelerengan BukitPulau Moti, maka penyusunan modeltata ruang untuk pegembangankawasan dapat dilakukan dengan lebihmudah.

KESIMPULAN

Pemanfaatan lahan di kawasanpulau Moti perlu ditata dengan baikuntuk mengurangi resiko bencana alamtanah longsor, banjir bandang pada saathujan, krisis air dimasa yang akandatang. Kawasan hutan perludipertahankan keberadaaannya,terutama yang terletak di ketinggian diatas 600 m dpl. dan memiliki tingkatkelerengan lebih dari 40 %. Kemudiankawasan ini ditetapkan sebagaikawasan lindung. Selain sebagai daerahuntuk menangkap air hujan, hutan inijuga diperlukan sebagai sumber bibitdan plasma nutfah beberapa jenistanaman perkebunan yang ditanam olehmasyarakat setempat seperti kenari,pala dan cengkih. Pada beberapatempat di kawasan pengunungan pada

ketinggian di atas 600 m dpl. dengantingkat kelerengan lebih dari 40% dantelah terlanjur diusahakan olehpenduduk dengan menanami kenari,cengkeh dan pala, disarankan untuktidak dipanen. Hal ini dimaksudkan agarketiga jenis pohon tersebut tumbuhmeliar kembali untuk kemudian menjadistok bibit maupun plasma bagipengembangan jenis tumbuhan di masayang akan datang.

Tingkat kerusakan hutan danekosistem kawasan pulau Moti masihdapat dihambat lajunya, yaitu denganmembangun model pengembangankawasan dengan membuat rencanatata ruang yang lebih rinci. Data awaltelah terkumpul berupa peta-petamodel elevasi digital penggunaan lahandan kelerengan bukit yang berbasisvegetasi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasihkepada Pusat Penelitian Biologi – LIPIsehingga penulis memperolehkesempatan melakuan penelitian inihingga selesai. Disamping itu kepadasdr Hetty I.P. Utaminigrum S.Kom.yang telah banyak membantu penulisdalam mengumpulkan data lapangandan memproses digitalisasi peta.Pengambilan dala lapangan dibiayaioleh DIPA Puslit Biologi-LIPI danIPTEKDA LIPI.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2002. Hidrologi danPengelolaan Daerah Aliran

Page 14: Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku

428

Roemantyo

Sungai. Gajah Mada UniversityPress. Cetakan Kedua. 618halaman.

Backer C. A and R.C. Bakhuizen vanden Brink, 1968. Flora of JavaI. N.V.P. Noordhoff, Groningen,Netherlands.

Badan Pusat Statistik, 2009. StatistikIndonesia 2009. Badan PusatStatistik, Republik Indonesia.

Bakosurtanal, 1999. Peta Rupa BumiDigital, Tata Guna Lahan,Status Lahan dan Topografi.Skala 1: 250.000. Bakosurtanal.

Clarke, M.C.G. 1989, Geological Mapof Indonesia: With Emphasis onLithology. Atlas of The LandsResources of Indonesia. ANational Review. Ministry ofTransmigration, DirectorateGeneral of Settlements Prepara-tion. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 2008.Peraturan Pemerintah Repu-blik Indonesia Nomor 26 Tahun2008 Tentang Rencana TataRuang Wilayah Nasional .Departemen Pekerjaan Umum,Direktorat Jendral PenataanRuang. Jakarta.

Kantor Statistik Kota Ternate, 2008.Data Curah Hujan Harian danHari hujan di Stasiun Meteoro-logi Babullah. Kantor StatistikTernate, Kota Ternate.

Oldeman, L.R., R. Irsal, and Muladi.1980. Agroclimatic Map ofMaluku and Irian Jaya.CentralResearch Institute for Agricul-ture, Indonesia.

Space Imaging 2006, IKONOS, LevelStandard Geometrically Corrected,GeoEye, 6/6/2006.

Re PPProt, 1989. Review of Phase IResults, Java and Bali. LandResources Departement, Over-seas Development AdministrationUnited Kingdom and DirektoratJendral Bina Program. Direk-torat Jendral Penyiapan Pemu-kiman, Depatemen Transmigrasi.Jakarta.

US Army Tophographic Command.1970. Map of Ternate. Departe-men of Defense, United State ofAmerica, Washington DC. 1302Edition 4 TPC.

Utaminingrum HIP. 2010. Pengumpu-lan dan Pengolahan Data TutupanLahan Pulau Moti, Ternate.Laporan Perjalanan Penelitian diPulau Moti, Maluku Utara, PusatPenelitian Biologi LIPI, 2010

Memasukkan: Juni 2010Diterima: Agustus 2010