mnajemen pmilihan bibit domba ekor gemuk ekor tipis utk produksi dging mlalui seleksi1

10
MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT TERNAK DOMBA POTONG EKOR GEMUK (DEG) DAN DOMBA EKOR TIPIS (DET )DI INDONESIA UNTUK SIFAT PRODUKSI DAGING MELALUI PENDEKATAN SELEKSI Oleh Mohammad RIfky Febianto D1E011090 Kelas A LABORATORIUM TERNAK POTONG DAN KERJA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2013

Upload: roni-arto-kapida

Post on 18-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Peternak domba harus membuat keputusan ketika memilih ternak bibit karena ternak tersebut akan menentukan performa generasi berikutnya. Seleksi merupakan metode untuk meningkatkan mutu genetik. Pada dasarnya seleksi adalah menentukan ternak mana yang akan dipilih sebagai tetua, berapa sering menjadi tetua dan berapa lama menjadi tetua. Umumnya produsen domba memilih ternak bibit berdasarkan pada penampilan luar yang disebut sebagai fenotip.

TRANSCRIPT

  • P a g e | 1

    MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

    MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT TERNAK DOMBA POTONG EKOR

    GEMUK (DEG) DAN DOMBA EKOR TIPIS (DET )DI INDONESIA UNTUK SIFAT PRODUKSI DAGING MELALUI PENDEKATAN SELEKSI

    Oleh

    Mohammad RIfky Febianto

    D1E011090 Kelas A

    LABORATORIUM TERNAK POTONG DAN KERJA FAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

    2013

  • P a g e | 2

    I. PENDAHULUAN

    Peternak domba harus membuat keputusan ketika memilih ternak

    bibit karena ternak tersebut akan menentukan performa generasi

    berikutnya. Seleksi merupakan metode untuk meningkatkan mutu genetik.

    Pada dasarnya seleksi adalah menentukan ternak mana yang akan dipilih

    sebagai tetua, berapa sering menjadi tetua dan berapa lama menjadi

    tetua. Umumnya produsen domba memilih ternak bibit berdasarkan pada

    penampilan luar yang disebut sebagai fenotip. Kendati demikian, fenotip

    merupakan pencerminan dari pengaruh genetik dan lingkungan dimana

    ternak tersebut hidup dan beraktivitas serta tidak menggambarkan secara

    akurat keunggulan genetik yang sebenarnya.

    Catatan performa (rekording) ternak individu merupakan perangkat

    yang dapat diandalkan untuk digunakan saat melakukan seleksi dan

    memutuskan pengafkiran dalam rangka peningkatan genetik populasi.

    Proses dapat dicapai lebih cepat jika keputusan pengafkiran berdasarkan

    pada informasi yang objektif dan rekording yang benar. Peningkatan mutu

    genetik dapat diperkirakan dalam populasi juga tergantung pada berapa

    banyak sifat yang dipertimbangkan produsen dalam program seleksi.

    Apabila hanya satu sifat yang diseleksi, proses dapat dicapai lebih cepat

    daripada kombinasi dua atau lebih sifat yang diseleksi secara simultan

    atau bersamaan.

    Peternakan domba di Indonesia, terutama peternakan domba

    komersial, lebih menekankan pada pentingnya sifat ekonomi dimana

    berkontribusi lebih baik terhadap produksi, efisiensi dan keuntungan. Pada

    negara Indonesia, khususnya di Jawa, ada dua bangsa domba yang

    terkenal yaitu domba ekor gemuk (DEG) di Jawa Timur dan domba ekor

    tipis (DET) di Jawa Barat. DEG maupun DET termasuk bangsa domba

    prolifik, khususnya jika ditinjau dari masalah litter size. Rataan litter

    size kedua bangsa domba tersebut cukup tinggi dan sanggup melahirkan

    anak kembar pada setiap kelahiran per domba induk, sehingga

    pembahasan makalah ini akan ditekankan pada manajemen seleksinya.

  • P a g e | 3

    II. ISI

    2.1 Perangkat Seleksi

    Meskel (2007) menyatakan beberapa perangkat yang dapat

    membantu produsen domba mencapai tujuannya dalam peningkatan mutu

    genetik dan keuntungan dalam produksi daging atau pemasaran domba

    hidup adalah sebagai berikut:

    Mempunyai sistim identifikasi yang khas pada individu ternak dalam

    populasi;

    Membuat sistim pencatatan (rekording) performa dan silsilah;

    Mengumpulkan data yang relevan pada pembibitan, reproduksi,

    produksi, pertumbuhan, kualitas karkas, dan lain lain;

    Mengidentifikasi pejantan dan induk yang produksinya unggul

    berdasarkan penilaian rekordingnya;

    Menaksir potensi pertumbuhan cempe bedasarkan pada pengukuran

    pertambahan bobot badan dengan menimbang secara berkala (pada

    waktu waktu tertentu); dan

    Mencatat morbiditas dan mortalitas

    2.2 Sifat yang dipertimbangkan saat pemilihan bibit ternak

    1) Pertumbuhan

    Bobot lahir

    Bobot sapih (bobot 90 hari)

    Bobot 6 bulan

    Bobot setahun

    Pertambahan bobot badan harian (PBBH) sebelum sapih

    Pertambahan bobot badan harian (PBBH) setelah sapih

    Efisiensi pakan

    Konformasi badan

    2) Reproduksi

    Angka konsepsi

    Jumlah cempe sekelahiran per induk dikawinkan dan kelahirannya

  • P a g e | 4

    Jumlah cempe disapih per induk

    Persentase kelahiran

    Persentase penyapihan

    Litter size dan bobot

    Fertilitas dan masalah kelahiran

    Berat induk saat penyapihan

    3) Bagian dan kualitas karkas

    Persentase karkas

    Area loin (tulang mata rusuk)

    Ketebalan lemak di seluruh tulang mata rusuk

    Rasio daging, tulang atau

    Persentase konformasi karkas dan perdagingan

    4) Kesehatan

    Tingkat morbiditas dan mortalitas

    Toleransi atau ketahanan terhadap parasit

    Daya tahan terhadap penyakit

    2.3 Manajemen jenis ternak dan catatan performa

    Terdapat jenis catatan dan sistim catatan pemeliharaan yang

    beragam. Kendati demikian, sistim catatan pemeliharaan telah

    memberikan cara yang sederhana dan akurat untuk catatan pemeliharaan

    populasi. Catatan performa dapat di miliki pada kartu cetakan, pada buku

    atau dalam bentuk elektronik. Beberapa jenis catatan manajemen

    pemeliharaan dan performa paling penting pada usaha produksi domba

    meliputi:

    Data silsilah;

    Data produksi dan reproduksi;

    Data pembibitan;

    Data kesehatan; dan

    Data keuangan;

  • P a g e | 5

    Sistim catatan manajemen pemeliharaan dan performa ternak yang

    benar dan dapat diandalkan akan membantu produsen untuk memilih bibit

    unggul dan pengganti; mengidentifikasi induk dan pejantan berproduksi

    tinggi; mengindentifikasi dan mengafkir ternak yang tidak produktif;

    mengamati dan mendokumentasikan proses menuju tujuan seleksi;

    membuat perubahan manajemen berdasarkan analisis ekonomi usaha

    dan; meningkatkan nilai ternak yang dipasarkan dengan menyediakan

    pembeli yang mapan beserta data produksi yang relevan.

    2.4 Seleksi dan pengafkiran domba

    Pada usaha produksi domba dan terutama yang ditargetkan pada

    produksi daging domba dan ekspor domba hidup untuk ternak potong,

    terdapat pertimbangan penting diatas yang difokuskan saat memilih bibit

    domba. Hal tersebut meliputi:

    Pertumbuhan yang tinggi;

    Jumlah sekelahiran yang singkat (menghasilkan 3 cempe dalam

    dua tahun);

    Konformasi tubuh yang baik (perototan baik, ukuran tubuh yang

    besar, pergelangan kaki dan kaki yang kuat; dan

    Adaptasi yang baik terutama pada lingkungan produksi (daya tahan

    atau toleransi terhadap penyakit dan parasit).

    Umumnya, hal tersebut dapat diyakini bahwa seleksi yang sistimatis

    terhadap sifat yang dijelaskan diatas dapat meningkatkan efisiensi

    produksi induk domba (kg sapih cempe per induk domba yang dikawinkan

    per tahun) dan keuntungan dari peternakan. Pengafkiran dilakukan

    berdasarkan berbagai alasan dan prosesnya dapat menjadi rumit. Jika

    catatan yang dimiliki benar, hal tersebut dapat menjadi perangkat dasar

    utama dimana produsen membuat keputusan pengafkiran.

  • P a g e | 6

    2.5 Seleksi dan pengakiran pejantan

    Ada yang mengatakan bahwa pejantan setengah dari populasi. Hal

    tersebut benar, karena penjantan dapat mengawini beberapa betina

    sehingga menghasilkan keturunan pada setiap periode perkawinan saat

    induk yang sebagian besar beranak dua atau tiga per setiap kelahiran.

    Produsen harus menggunakan pejantan diatas rata rata sebagai bibit

    agar usaha ternak potong dombanya sukses. Pejantan bibit harus

    mempunyai sifat perdagingan yang baik untuk produksi daging.

    Pertimbangan lebih lanjut dalam seleksi pejantan akan menentukan

    kualitas dan performa pertumbuhan keturunan dan kualitas cempe betina

    yang dipelihara sebagai pengganti induk.

    2.5.1 Penilaian eksterior

    Penilaian eksterior merupakan metode seleksi dimana produsen

    mengamati ternak secara eksterior dan menilai individu yang mendekati

    sifat yang diinginkan, dalam hal ini adalah produksi daging. Hal tersebut

    dapat di selesaikan melalui penilaian sifat konformasi dan perototan

    ternak. Walaupun mudah diterapkan, produsen perlu memberlakukan

    metode yang sistimatis pada penilaian eksterior dalam mengevaluasi dan

    membandingkan sifat terhadap ternak yang berbeda. Umumnya peternak

    menggunakan penilaian eksterior dan percaya akan membuat banyak

    kemajuan dalam produksi domba melalui metode tersebut. Kekurangan

    utama pada penilaian eksterior adalah jenis dan penampilan luar

    berkorelasi rendah dengan beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi

    dan produktivitas. Kendati demikian, mutu dan harga pasar terhadap

    domba hidup sebagian besar ditentukan oleh penilaian eksterior.

    2.5.2 Performa

    Seleksi performa didasarkan atas indikator yang dapat diukur atau

    respon yang dapat diamati seperti tingkat pertumbuhan yang diukur

    melalui bobot lahir dan berbagai tahap pertumbuhan. Keunggulan seleksi

    performa dibandingkan dengan penilaian eksterior adalah rendahnya

    kemungkinan penilaian subjektif atau penebakan yang lebih menekankan

    pada penempatan sifat ekonomi yang penting. Apabila produsen gagal

  • P a g e | 7

    dalam mempertimbangkan sifat performa melalui proses seleksi,

    Populasinya tidak akan mencapai tingkat produksi tertinggi sesuai yang di

    rencanakan. Memiliki catatan produksi pada pejantan dan induk akan

    membuat produsen dapat memilih dan mengafkir secara akurat serta

    objektif.

    2.5.3 Silsilah

    Seleksi silsilah dapat terlaksana ketika ternak dipilih beserta dengan

    garis keturunan, terutama dari keturunan tetua jantan. Garis keturunan

    merupakan bentuk rekayasa inbreeding yang menggunakan seleksi

    silsilah dengan memusatkan pada keunggulan genetik tetua. Kendati

    demikian, dalam bentuk apapun umumnya merugikan dan harus dihindari.

    Penggunaan silsilah dalam seleksi dapat menjadi sebuah keputusan

    sehingga meminimalisir penggunaan pejantan yang sangat berkerabat

    atau perkawinan ternak yang sangat berkerabat.

    2.6 Seleksi dan pengafkiran induk

    Seleksi dan pengafkiran pada induk domba ekor gemuk (DEG) dan

    domba ekor tipis (DET) untuk produksi adalah berdasarkan pada sasaran

    sifat yang mempunyai arti ekonomi penting dan biasa disebut sebagai

    pembibitan objektif. Umumnya domba yang yang dipelihara di Indonesia

    digunakan untuk produksi daging, maka sasaran pemuliabiakan adalah

    untuk meningkatkan produksi daging yang merupakan produk dari jumlah

    anak domba yang dilahirkan dan pertumbuhan badan.

    Program peningkatan kualitas genetik dengan cara seleksi harus

    dibedakan antara karakter dalam pembibitan objektif dengan karakter

    yang digunakan dalam kriteria seleksi. Karakter dalam kriteria seleksi

    dapat sama atau berbeda dengan karakter dalam pembibitan objektif.

    Tetapi yang utama adalah karakter tersebut harus mudah diukur dan,

    ditimbang serta mempunyai korelasi dengan karakter pembibitan objektif.

    Kriteria evaluasi yang digunakan sebaiknya adalah total produksi

    dengan kemampuan menghasilkan daging per induk dikawinkan yang

    merupakan produk dari kecepatan pertumbuhan dan performa reproduksi.

  • P a g e | 8

    Kedua hal tersebut (kecepatan pertumbuhan dan performans reproduksi)

    harus diperhatikan karena jika kedua kriteria ini hanya diperhatikan salah

    satu saja maka hasil kriteria evaluasi akan sangat menyesatkan dan pada

    akhirnya ternak yang diseleksi tidak dapat mencapai sasaran yang

    direncanakan.

    Murtidjo (1992) menyatakan bahwa kriteria seleksi yang mempunyai

    korelasi yang tinggi terhadap pembibitan objektif pada DEG dan DET

    adalah derajat ovulasi. Derajat ovulasi ini berkorelasi tinggi dengan jumlah

    anak yang dilahirkan (litter size) per induk yang dikawinkan, hal tersebut

    dapat dibuktikan melalui rataan angka ovulasi yang disajikan pada tabel 1.

    Derajat ovulasi merupakan jumlah sel telur yang dibuahi untuk setiap

    estrus. Seleksi tersebut dapat dilakukan dengan menghitung corpolutea

    pada indung telur dengan menggunakan alat yang disebut laporoscopy,

    sehingga seleksi dapat dilakukan lebih dini tanpa menunggu induk

    tersebut melahirkan anaknya. Pada cara yang demikian, rata rata

    interval generasi dapat dipersingkat dan akibatnya respon terhadap

    seleksi dapat ditingkatkan. Hal tersebut merupakan jalan pintas untuk

    mempercepat terbentuknya bibit unggul domba dan sekaligus

    penghematan dana.

    Tabel 1. Rataan Angka Ovulasi DEG dan DET pada Beberapa Kelompok

    Usia

    Bangsa domba Usia (tahun) Rataan Angka Ovulasi

    Domba Ekor Gemuk 1,2 1,46

    2,5 2,19

    Domba EKor Tipis 1,2 1,64

    2,5 2,27

    Sumber: Bradford, dkk. 1984: Meyer, 1985; Mongomery, dkk, 1985 dalam

    Murtidjo, 1992

  • P a g e | 9

    III. KESIMPULAN

    Berdasarkan isi diatas dapat disimpulkan bahwa perangkat yang

    digunakan untuk manajemen pemilihan bibit berdasarkan pendekatan

    seleksi adalah rekording dengan mempertimbangkan sifat yang dimiliki

    dalam pemilihan bibit domba yang diikuti dengan keputusan pengafkiran

    yang tepat sehingga sifat genetik dari domba dapat ditingkatkan (dalam

    hal ini adalah produksi daging).

    Keputusan pengafkiran dan seleksi dilakukan baik pada pejantan

    maupun induk. Pada pejantan seleksi dan pengafkiran berdasarkan pada

    penilaian eksterior, silsilah dan performa. Pada betina seleksi dan

    pengafkiran didasarkan pada derajat ovulasi dari induk domba setiap

    estrus menggunakan alat laporoscopy, hal tersebut karena derajat ovulasi

    mempunyai korelasi yang sangat tinggi terhadap jumlah anak yang

    dilahirkan (litter size).

  • P a g e | 10

    DAFTAR PUSTAKA

    Meskel, Tefera Gebre. 2007. Selecting Breeding Stock for Sheep Production. Technical bulletin Note No.4.Ethiopia Sheep and Goat Productivity Improvement Program.

    Murtidjo, Bambang Agus. Memelihara Domba. Kanisius: Yogyakarta.