mitos kehamilan dan kelahiran

3
Mitos Kehamilan Dan Kelahiran Marapu adalah sebuah agama atau kepercayaan lokal yang dianut oleh masyarakat di Pulau Sumba. Lebih dari setengah penduduk Sumba memeluk agama ini. Agama ini memiliki kepercayaan pemujaan kepada nenek moyang dan leluhur. Pemeluk agama Marapu percaya bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan bahwa setelah akhir zaman mereka akan hidup kekal di dunia roh, yaitu di surga Marapu yang dikenal sebagai Prai Marapu. Ngilu katiu adalah angin yang bertiup dan arah udik, karena dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan binatang ternak. Untuk mencegah penyakit yang dibawa oleh angin itu, orang sumba timur menyelipkan runa kamala pau (daun mangga) pada atap di sekeliling rumah mereka. Setiap sakit mereka slalu pergi ke tau mapingu (orang pintar) untuk berobat supaya penyakitnya di sembuhkan.

Upload: anrat

Post on 12-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

IDK

TRANSCRIPT

Mitos

Kehamilan Dan Kelahiran

Marapu adalah sebuah agama atau kepercayaan lokal yang dianut oleh masyarakat di

Pulau Sumba. Lebih dari setengah penduduk Sumba memeluk agama ini. Agama ini memiliki

kepercayaan pemujaan kepada nenek moyang dan leluhur. Pemeluk agama Marapu percaya

bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan bahwa setelah akhir zaman mereka akan

hidup kekal di dunia roh, yaitu di surga Marapu yang dikenal sebagai Prai Marapu.

Ngilu katiu adalah angin yang bertiup dan arah udik, karena dapat menimbulkan

penyakit pada manusia dan binatang ternak. Untuk mencegah penyakit yang dibawa oleh

angin itu, orang sumba timur menyelipkan runa kamala pau (daun mangga) pada atap di

sekeliling rumah mereka. Setiap sakit mereka slalu pergi ke tau mapingu (orang pintar) untuk

berobat supaya penyakitnya di sembuhkan.

Pada saat sekitar kelahiran seorang bayi, ada beberapa peristiwa penting yang harus

mendapat perhatian orang tua dan kaum kerabatnya. Misalnya pada bulan keempat masa

kehamilan, diadakan upacara Pamandungu pelungu (meneguhkan tumpuan) dengan

mempersembahkan pahapa, kewadaku dan mangejingu kepada para marapu dan Ndiawa

Tumbu — Ndiawa Dedi (Dewa Tumbuh dan Lahir) agar kandungan luput dari mara bahaya.

Selain itu untuk mencegah adanya kekuatan-kekuatan gaib yang bersifat jahat, seorang

wanita yang sedang hamil selalu menyelipkan sebilah pisau bertuah di pinggangnya. Selama

kehamilan suami-istri harus mentaati beberapa pantangan makanan dan perbuatan agar

nantinya tidak menyulitkan kelahiran dan tidak menimbulkan cacat kepada anak yang akan

lahir.

Bila saat kelahiran telah tiba dilakukanlah upacara Hamayangu dengan persembahan

pahapa, kawadaku dan mangejingu untuk menyambut tamu yang baru datang dari alam gaib.

Menurut anggapan orang Sumba, ana rara (bayi) yang akan lahir adalah makhluk gaib yang

datang dari alam gaib dengan tena (perahu). Oleh karena itu , untuk melancarkan

kelahirannya, segala dosa orang tuanya harus diakui dan segala kelalaian dalam memenuhi

kewajiban terhadap para marapu harus dinyatakan. Setelah bayi dilahirkan tali pusatnya di

potong lalu di sumbur dengan pahapa (siri) oleh tau mapingu. Kemudian dimandikan dan

diberi nama melalui upacara Dekangu tamu, dilakukan lagi upacara Hamayangu baha kaheli

untuk membersihkan segala kekotoran dan menghaturkan terima kasih kepada para marapu.

Ketika bayi sudah berumur empat hari dilakukan upacara Kikiru (cukur). Kemudian

rambut dan tali pusar si bayi disimpan dalam kahipatu untuk turut dikuburkan bila dia

meninggal di kemudian hari. Apabila sudah berumur delapan hari dilakukan upacara

Hangguru, yaitu upacara penyambutan si bayi di tengah kaum kerabatnya. Pada masa inilah

ia mulai menginjak tanah dan turut mandi di sungai. Upacara-upacara tersebut selalu disertai

dengan persembahan pahapa, kawadaku dan mangejingu. Khususnya persembahan

mangejingu pada upacara Hangguru, harus disediakan seekor babi yang seIuruh tubuhnya

berwarna hitam (wei mitingu).