mioma uteri1
DESCRIPTION
mioma uteriTRANSCRIPT
MIOMA UTERI
Mioma uteri adalah tumor uteri yang paling sering terjadi dengan insidensi 20-40%
pada wanita selama masa reproduktifnya. Mioma uteri merupakan tumor monoklonal dari sel
otot halus uterus dan terdiri dari sejumlah besar matriks ekstraselular yang mengandung
kolagen, fibronektin dan proteoglikan.
Epidemiologi dan Faktor Risiko
Ras dan usia
Pada wanita Afrika-Amerika insidensi mioma uteri sebesar 60% pada usia 35 tahun
dan meningkat menjadi >80% pada usia 50%. Sedangkan pada wanita ras kaukasia
menunjukkan insidensi sebesar 40% pada usia 35 tahun dan mencapai 70% pada usia
50 tahun.
Menarke dini
Risiko mioma uteri meningkat dengan usia menarke yang terlalu dini. Menarke dini
juga merupakan faktor risiko dari kondisi hormonal lainnya seperti kanker payudara
dan endometrium.
Asupan alkohol dan kafein
Terdapat bukti terbaru menunjukkan hubungan antara asupan alkohol dan kafein
dengan risiko mioma uteri, terutama dengan bukti yang dikumpulkan dari Black
Women’s Health Study. Peminum saat ini memiliki risiko yang jauh lebih tinggi
daripada wanita yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol, dan tampaknya ada respon
dosis untuk durasi konsumsi alkohol dan jumlah minuman per hari. Berkaitan dengan
kafein, pada wanita 35 tahun, kategori tertinggi kopi berkafein (≥3 cangkir / hari) dan
asupan kafein (≥500 mg / hari) keduanya dikaitkan dengan peningkatan risiko mioma.
Patogenesis
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum diketahui. Stimulasi
estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini didukung oleh
adanya mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah
pada usia menopause. Ichimura mengtakan bahwa hormone ovarium dipercaya menstimulasi
pertumbuhan mioma karena adanya peningkatan insidennya setelah menarke. Pada
kehamilan, pertumbuhan tumor ini makin besar, tetapi menurun setelah menopause.
1
Perempuan nulipara mempunyai resiko yang tinggi untuk terjadinya mioma uteri, sedangkan
perempuan multipara mempunyai resiko relatif menurun untuk terjadinya mioma uteri.
Pukka dkk melaporkan bahwa jaringan mioma uteri lebih banyak mengandung
reseptor estrogen jika dibandingkan dengan miometrium normal. Pertumbuhan mioma uteri
bervariasi pada setiap individu, bahkan diantara nodul mioma pada uterus yang sama.
Perbedaan ini berkaitan dengan jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesterone. Meyer
dan De Snoo mengemukakan pathogenesis mioma uteri dengan teori cell nest genitoblas.
Pendapat ini diperkuat lebih lanjut oleh hasil penelitian Miller dan Lipschutz yang
mengatakan bahwa terjadinya mioma uteri bergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat
pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus-menerus oleh estrogen.
Patologi Anatomi
Menurut letaknya, mioma dapat dibagi:
Mioma submukosum, berada dibawah endometrium dan menonjol kedalam rongga
uterus.
Mioma intramural, mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium.
Mioma subserosum, apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa.
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan
melalui saluran serviks (myom geburt). Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua
lapisan ligamentum latum menjadi mioma uteri intraligamenter.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darahnya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga
perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang
disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
Menurut perkiraan frekuensi mioma uteri dalam kehamilan dan persalinan berkisar
sekitar 1%, banyak mioma kecil yang tidak dikenal. Dalam banyak kasus kombinasi mioma
dengan kehamilan tidak mempunyai arti apa-apa. Di pihak lain, kombinasi itu dapat
menyebabkan komplikasi obstetric yang besar artinya. Hal itu bergantung pada besar dan
lokasinya.
2
Perubahan Sekunder
1. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar
atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok
serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari
mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe
sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar
dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu : terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya
gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam dapur pada sarang
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.
5. Degenerasi merah : perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas.
6. Degererasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi kistik
Gejala dan Tanda
Separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena
tumor ini tidak mengganggu. Gejala sangat tergantung pada tempat mioma ini berada,
besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Perdarahan abnormal. Ganggguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah
hipermenore, menoragia, dan juga metroragia. Faktor yang menjadi penyebab
perdarahan ini antara lain :
Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium
Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik
Rasa nyeri. Rasa nyeri bukan gejala khas tapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada
3
pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenore.
Gejala dan tanda penekanan. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma
uteri. Penekanan pada kandung kemih akan meyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensi urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada
pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai
dan nyeri panggul.
Diagnosis
Penderita sering mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian
bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya
terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma
subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus.
Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan
dengan pemeriksaan dengan uterus sonde. Mioma submukosum kadang-kala dapat teraba
dengan jari yang masuk ke dalam kanalis servikalis, dan terasanya benjolan pada permukaan
kavum uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan
klinis.
Pengaruh Mioma Uteri Terhadap Kehamilan
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangakan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh
kerana distorsi rongga uterus. Selain dari potensi mioma untuk menyebabkan infertilitas dan
abortus, kehamilan itu sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri seperti:
1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama kerana pengaruh estrogen yang
kadarnya meningkat.
2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas.
3. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai tetapi dapat juga mengalami torsi dengan
gejala dan tanda sindrom abdomen akut.
Penatalaksanaan Mioma Uteri
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma
uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma
4
itu masih kecil dan tidak menimbulakan gangguan. Walaupun demikian mioma uteri
memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan.
Penanganan mioma uteri menurut usia,paritas,lokasi dan ukuran tumor terbagi kepada:
1. Terapi medisinal (hormonal)
Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis memberikan
hasil yang baik memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis
adalah mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium.
Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi
vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi
hormonal yang lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan mengurangi
gejala pendarahan tetapi tidak mengurangi ukuran mioma uteri.
2. Terapi pembedahan
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of obstetricians
and Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah
Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
Sangkaan adanya keganasan
Pertumbuhan mioma pada masa menopause
Infertilitas kerana ganggaun pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba
Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu
Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi atau histerektomi.
a) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma sahaja tanpa pengangkatan
uterus.Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan funsi
reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan
misalnya pada mioma submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila
miomektomi ini dikerjakan kerana keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan
terjadi kehamilan adalah 30-50%.
Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun
dengan laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk
mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan
pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin
timbul pada pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada
5
miomektomi secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan
mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien, disamping masa penyembuhan paska operasi
lebih lama, sekitar 4-6 minggu.
Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang
terletak pada kavum uteri.Keunggulan tehnik ini adalah masa penyembuhan paska operasi
sekitar 2 hari. Komplikasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul perlukaan pada
dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan.
Miomamektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma yang
bertangkai diluar kavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma
subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat dengan tehnik ini.
Keunggulan laparoskopi adalah masa penyembuhan paska operasi sekitar 2-7 hari. Resiko
yang terjadi pada pembedahan ini termasuk perlengketan, trauma terhadap organ sekitar
seperti usus, ovarium,rektum serta perdarahan.
Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan prosedur standar bagi
wanita dengan mioma uteri yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya.
b) Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih.
Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Histerektomi
dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada
traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.
Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal (laparotomi), vaginal dan
pada beberapa kasus dilakukan laparoskopi. Histerektomi perabdominal dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu total abdominal hysterectomy (TAH) dan subtotal abdominal
histerectomy (STAH). Masing-masing prosedur ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
STAH dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang
banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan
STAH kita meninggalkan serviks, di mana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat
terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber
timbulnya sekret vagina dan perdaraahn paska operasi di mana keadaan ini tidak terjadi pada
pasien yang menjalani STAH.
Histerektomi juga dapat dilakukan pervaginanm, dimana tindakan operasi tidak
melalui insisi pada abdomen. Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya
merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat
minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Maka
6
histerektomi pervaginam tidak terlihat parut bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari
segi kosmetik. Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi lebih minimal
dan masa penyembuhan lebih cepat dibandng histerektomi abdominal.
Histerektomi laparoskopi ada bermacam-macam tehnik. Tetapi yang dijelaskan hanya
2 iaitu; histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi (Laparoscopically assisted vaginal
histerectomy / LAVH) dan classic intrafascial serrated edged macromorcellated
hysterectomy (CISH) tanpa colpotomy. Pada LAVH dilakukan dengan cara memisahkan
adneksa dari dinding pelvik dengan memotong mesosalfing kearah ligamentum kardinale
dibagian bawah, pemisahan pembuluh darah uterina dilakukan dari vagina.
CISH pula merupakan modifikasi dari STAH, di mana lapisan dalam dari serviks dan
uterus direseksi menggunakan morselator. Dengan prosedur ini diharapkan dapat
mempertahankan integritas lantai pelvik dan mempertahankan aliran darah pada pelvik untuk
mencegah terjadinya prolapsus. Keunggulan CISH adalah mengurangi resiko trauma pada
ureter dan kandung kemih, perdarahan yang lebih minimal,waktu operasi yang lebih cepat,
resiko infeksi yang lebih minimal dan masa penyembuhan yang cepat. Jadi terapi mioma uteri
yang terbaik adalah melakukan histerektomi. Dari berbagai pendekatan, prosedur
histerektomi laparoskopi memiliki kelebihan kerana masa penyembuhan yang singkat dan
angka morbiditas yang rendah dibanding prosedur histerektomi abdominal.
Komplikasi
Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6 % dari seluruh mioma;
serta merupakan 50-75% dari semua sarcoma uteri. Keganasan umumnya baru ditemukan
pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus
apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindom abdomen akut. Jika torsi
terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan
suatu keadaan di mana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
7
Daftar pustaka
Anwar M, Baziad A, & Prajitno Prabowo. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirahardjo
Khan AT, dkk. 2014. Uterine fibroids: current perspectives. Available from :
https://www.dovepress.com/uterine-fibroids-current-perspectives-peer-reviewed-article-
IJWH
Prawirorahardjo S. 2001. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo
8