mioma ku
TRANSCRIPT
BAB I
STATUS OBSTETRI
IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. Y
Umur : 28 Tahun
Agama` : Islam
Suku : Padang
Alamat : Bengkong Baru Blok E15
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama suami : Tn. Y
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Alamat : Bengkong Baru Blok E 15
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta
Masuk rumah sakit : 19 Juni 2012
Pukul : 09.00 WIB
No. RM : 020547
1
ANAMNESIS (Auto Anamnesa)
KELUHAN UTAMA :
Keluar lendir bercampur darah sejak jam 23.30
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Os datang di antar oleh suaminya ke UGD RSUD Embung Fatimah
dengan keluhan keluar lendir bercampur darah sejak pukul 23.30, Os juga
merasakan perutnya semakin mulas. Keluar air – air disangkal oleh Os. Os
mengaku hamilnya sudah cukup bulan.
Os mengatakan saat kehamilannya memasuki usia 4 bulan, os
memeriksakan kehamilannya ke dr.SpOG dan hasil dari USG yaitu terdapat
myoma yang berukuran 3 cm. Os mengeluh memang merasakan adanya benjolan
yang terasa keras di perut sebelah kanan bawah sebelum memeriksakan
kehamilannya. Dan benjolan itu terasa semakin membesar dengan bertambahnya
usia kehamilan. Os mengeluh saat usia kehamilannya memasuki 7 bln, Os sering
merasa susah ataupun sakit ketika buang air kecil, dan juga sering terasa kram di
perut bagian bawah menjalar ke pinggang. Selama hamil ini os menyangkal
terjadinya perdarahan berulang melalui jalan lahir.
Pada tanggal 16 Juni 2012 Os juga memeriksakan kehamilannya di Poli
KIA RSUD Embung Fatimah dengan dr. X. Sp,OG, hasilnya dokter di poli juga
menyatakan bahwa terdapat myoma di rahim Os dengan ukuran berkisar 6-7 cm.
Dan dokter menyarankan agar Os menjalani Operasi Secaria untuk kelahirannya.
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA :
Os tidak mempunyai riwayat sakit darah tinggi, kencing manis, asthma,
dan jantung
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :
Dikeluarga Os tidak ada yang mempunyai riwayat darah tinggi, kencing
manis, asthma dan jantung, dan tidak ada yang pernah menderita myom.
2
RIWAYAT ALERGI OBAT :
Tidak ada riwayat alergi obat, makanan dan cuaca
RIWAYAT HAID
Menarhe : 12 tahun
Lama haid : 7 hari
Siklus haid : 28 hari ( teratur )
Disertai rasa sakit : disertai rasa sakit
HPHT : 10 September 2011
RIWAYAT PERKAWINAN
Menikah 1 x dengan suami yang sekarang selama 2 tahun.
RIWAYAT OBSTETRIK
Os belum mempunyai anak
RIWAYAT OPERASI :
Sebelumnya os tidak pernah menjalani operasi
RIWAYAT KELUARGA BERENCANA :
Os belum pernah menggunakan KB
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS PRESENT :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Vital sign : Tekanan darah : 140/90 mmhg
3
Nadi : 86x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,0o C
Tinggi badan : 163 cm
Berat badan : 67 kg
Status gizi : Baik (Berdasarkan IMT = BB/ TB2 (m)
B. STATUS GENERALIS :
Kepala
Kulit : turgor kulit baik, kulit normal
Muka : cloasma gravidarum (-)
Mata : Konjungtiva anemis D/S, sklera ikterik (-) D/S, pupil
isokor, reflek cahaya (+) D/S.
Hidung : Septum berdeviasi (-), secret atau darah (-), mukosa
hiperemis (-), concha hypertrofi (-)
Telinga : aurikuler simetris, nyeri tekan tragus (-), membrane
tympani intake
Mulut : bibir sianosis (-), gusi berdarah (-), caries gigi (-), lidah
kotor (-), faring hiperemis (-), tonsil 1/1
Leher : benjolan (-), pembesaran KGB (-), JVP: 5+1 cmH2O
Toraks : simetris, diameter latero lateral : antero posterior 2:1
Mammae : areola mammae hyperpigmentasi (-), retraksi papila
mammae (-), benjolan (massa) di seluruh kuadran
mammae (-)
Paru-paru
4
Inspeksi : bentuk dan gerakan pernafasan simetris dextra = sinistra,
retraksi (-)
Palpasi : fremitus taktil simetri, massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler dextra = sinistra, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tak terlihatPalpasi : iktus kordis teraba di sela iga V Linea midclavicula
sinistraPerkusi : Batas jantung kanan :ICS IV Linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri :ICS V Linea Midclavicila sinistra
Batas jantung atas :ICS II Linea sternalis sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal sinistra
Ausklutasi : Bunyi Jantung 1 dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Lihat status Obstetri
Genitalia : Lihat Status Gynekology
Ekstremitas : tidak tampak edema, akral hangat pada keempat
ekstrimitas
STATUS OBSTETRI
PEMERIKSAAN LUAR
Abdomen :
Inspeksi : cembung, striae gravidarum (-), hiperpigmentasi di line
alba (-), sikatrik bekas luka operasi saesar (-)
Palpasi : TFU = 37 cm, teraba massa sebesar telur ayam di regio
abdominal dextra, konsistensi keras, i-mobile.
Leopold 1 : Teraba bulat lunak, kesan bokong
Leopold II : Kanan : Teraba datar, kesan punggung
Kiri :Teraba bagian kecil, kesan ekstremitas
5
Leopold III : Teraba bulat keras melenting, kesan kepala
Leopold IV : Divergent 1/5
Auskultasi : DJJ 154x/menit
HIS : ( + ) jarang, tidak teratur
Genitalia : Portio lunak, medial, pembukaan 3cm, ketuban
(+),terbawah kepala, penurunan HI, penunjuk belum dapat
dinilai
PEMERIKSAAN DALAM
Portio : Konsistensi : Tebal lunak
Posisi : medial
Pembukaan : Ø 3cm
Ketuban : +
Bag. Terbawah : Kepala
Penurunan : Hodge 1
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin :
Hemoglobin = 11,4 g/dl
Leukosit = 13.600 /ul
Hematokrit = 37 %
Eritrosit = 4,3 juta/dl
6
Trombosit = 268.000 / dl
Bleeding Time (BT) = 3,9 menit
Clothing Time (CT) = 8,9 menit
Gol darah = O RH (+)
Glukosa darah = 85 mg/dl
Urin Rutin :
PH = 6
Berat jenis = 1,015
Warna = kuning
Kejernihan = keruh
Leukosit = + 1
Eritrosit = +5
Protein = +
Bilirubin = -
Glukosa = -
Keton = -
Urobilinogen = -
Sedimen =Leukosit : 4-6 / lapang pandang
Eritrosit : penuh / lapang pandang
Epitel :5- 10 / lapang pandang
Bakteri : +
Kristal : -
7
Silinder : -
Pemeriksaan USG
Didapatkan hasil myoma ukuran 6-7 cm saat kehamilan memasuki usia 4 bulan
Rencana untuk konfirmasi USG
DIAGNOSIS KLINIS
G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala I Fase Laten Janin Tunggal Hidup Presentasi
Kepala + PER + Mioma Uteri + ISK
PENATALAKSANAAN
Terapi
1. Pasang infuse D5 % 20 tts/menit
2. Observasi, Tanda-tanda Vital, DJJ, HIS selama 2 jam, R/ Partus
pervaginam
FOLLOW UP PASIEN DI RUANG OBSERVASI
Tanggal /
jam
Perjalanan Penyakit Instruksi dokter
19-06-2012
08.50 WIB
(UGD)
Os masuk melalui UGD RSUD Embung Fatimah
Kel : Keluar lendir dan darah sejak pukul 23.30
Status Present
KU : Tampak sakit sedang
Ksdrn : CM TD : 140 / 90
mmHg
- R/ partus
pervaginam
- Observasi DJJ,
HIS dan TVI
selama 2 jam
- IVFD destrose 5 %
20 tpm
8
Nadi : 86 x/mnt RR : 20 x/mnt
Suhu : 36,0ºC
Status Obstetrikus
PL : TFU = 37 cm, presentasi kepala, DJJ
154x/mnit, Hodge 1
VT : portio tebal lunak, medial, 3 cm, ketuban
(+), terbwh kepala, H1,
Dx/ : G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala I Fase
Laten Janin Tunggal Hidup Presentasi
Kepala+ PER + Mioma Uteri + ISK
19-06-2012
09.00 WIB
(VK)
Os diterima di VK dengan
Status Present
KU : Tampak sakit sedang
Ksdrn : CM TD : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/mnt RR : 20 x/mnt
Suhu : 36,3ºC
Status Obstetrikus
PL : TFU =37cm, puka, terbawah kepala,
penurunan 1/5, HIS tidak adekuat dan tidak
teratur DJJ 148x/mnt, TBJ : 3800 gr
VT : portio tebal lunak, medial, 3 cm, ketuban
(+), terbwh kepala, HI
Dx/ : G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala I Fase
Laten Janin Tunggal Hidup Presentasi
- R/ partus
pervaginam
- Observasi DJJ,
HIS dan TVI
- IVFD Dextrose 5%
20 Tpm
- Evaluasi
partograf WHO
9
Kepala disertai Mioma Uteri
19-06-2012
11.00 WIB
(VK)
Status Present
KU : Tampak sakit sedang
Ksdrn : CM TD : 130/80 mmHg
Nadi : 76 x/mnt RR : 20 x/mnt
Suhu : 37ºC
Status Obstetrikus
PL : TFU =37cm, , puka, terbawah kepala,
penurunan 1/5, HIS tidak adekuat dan tidak
teratur, DJJ 140x/mnt, TBJ : 3800 gr
VT : portio tebal lunak, medial, 3 cm, ketuban
(+), terbwh kepala, HI,
Dx/ : G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala I fase
laten janin tunggal hidup disertai Mioma
Uteri
- R/ partus
pervaginam
- Observasi DJJ,
HIS dan TVI
- IVFD gtt XX/’
- Kosongkan
kandung kemih
19-06-2012
11.10 WIB
(VK)
11.15
11.20
11.30
Dr.SPOG visite
Advice : SC a/i Partus Tak maju disertai Myoma Uteri
Diberikan informed consent kepada keluarga
Skin test ceftriaxone
Os diantar ke kamar operasi
- Persiapkan untuk
Operasi SC cito
05-12-2011
12.00
LAPORAN OPERASI
- Pasien dalam posisi supine dengan pengaruh - Oxitocyn 1 drip +
10
(OK)
Spinal Anastesi Block
- Aseptik dan antiseptic lapangan operasi,
kemudian lapangan operasi dipersempit dengan
duksteril
- Dilakukan insisi mediana inferior sampai
menembus cavum abdomen, tampak uterus
dengan mioma
- Identifikasi SBR kemudian dilakukan insisi secara
konkaf, dan lahirkan bayi dengan meluksir kepala.
- Jam 12.15 lahir bayi Laki-laki dengan BB 4200
gr, PB 51 cm, A/S 4/5, ketuban warna hijau
- Lanjutkan lahirkan placenta dengan tegangan
ringan terkendali
- Eksplorasi uterus dari mioma, kemudian
dilakukan myomectomy.
- Kontrol perdarahan, bersihkan cavum uterus
- Uterus dijahit secara jelujur, dilanjutkan dengan
menjahit dinding abdomen lapis demi lapis hingga
kulit secara intrakutan
- Luka jahitan ditutup dengan kasasteril + betadine
- Operasi selesai
- Jumlah perdarahan ± 200 cc
- Dari pengangkatan myom akan dilakukan
pemeriksaan penunjang PA untuk mengetahui
apakah myom tersebut termasuk jinak atau ganas.
larutan RL 500 L
- Observasi TVI
11
Tanggal 27 juni 2012 pukul 09.00 wib hasil pemeriksaan Histopatologi
Anatomi dikeluarkan.
Makroskopik : Dari kiriman jaringan tersebut didapat ukuran 6,7 X 5,1 X
4,3 berupa jaringan berwarna putih kecoklatan kenyal,
pada permukaan tampak berbenjol – benjol. Pada lamelasi
tampak massa padat putih , dan terlihat gambaran
fasikulus yang teratur.
Mikroskopik : Massa tumor terdiri dari sel-sel myosit dan fibrosit
bentuk spindle yang tumbuh hiperplastis, proliferative,
memadat, simpang siur membentuk struktur
fasiculus,uniform.inti elongated,ada juga yang bizarre,
vesicular kromatin halus sebagian anak inti kecil dan
jelas.sitoplasma banyak,eosinofilik. Stroma jaringan ikat
disekitarnya tampak oedematous dan mengalami
degenerasi hyaline. Diantaranya terlihat pelebaran kapiler
pembuluh darah , sebukan sel- sel radang dan sedikit
perdarahan.
Kesimpulan
Dari pemeriksaan penunjang PA didapatkan hasil dari jaringan tersebut
berupa Leiomyoma Intramural
12
Struktur fasikulus
Pembuluh darah
Prognosis :
1. Quo ad vitam = dubia ad bonam
2. Quo ad fungsionam = dubia ad bonam
3. Quo ad sanationam = dubia ad bonam
FOLLOW UP PASIEN DI RUANG NIFAS
NO Tanggal Jam Kondisi Pasien
1. 19-06-2012 14.30 S : Nyeri luka operasi (+), perdarahan
pervaginam (+), pusing (+), mobilisasi
(-), flatus(-), ASI (-), demam (-),mual (-)
BAK (terpasang kateter) urine berwarna
kuning pekat sebanyak 300 ml
O : TD = 130/80mmHg
HR = 82x/mnt
RR = 22x/mnt
T = 36,3°c
Mata : konjuntiva anemis D/S (-), sklera
ikterik D/S (-)
Bising usus : (+) 2x / mnt
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
A : Post SC a.i partus tak maju + mioma uteri
P : Ceftriaxone 3 x 1
Metronidazole 3x1
Gentamicyn 2x1
Tramadol 3x1.
2 20-06-2012 07.30 KU : baik
Kesadran : kompos mentis
S : Nyeri luka operasi (+), perdaarahn
pervaginam (+) sedikit, tidak mengalir,
Kontraksi uterus (+) mobilisasi kanan
kiri (+), flatus (+), ASI (+) sedikit ,
13
pusing (-), mual (-), demam (-), muntah
(-), BAK (terpasang kateter) urine
berwarna kuning keruh sebanyak 600
ml, BAB (-)
O: TD = 120/80 mmHg
HR = 84x/mnt
RR = 20x/mnt
T = 36,5°C
Mata : konjunctiva anemis (-)
Abdomen : TFU 3 jari diatas symfisis
Ekstremitas : akral hangat, pucat
(-) ,edema(-)
A : Post SC a.i Partus Tak Maju + Mioma
uteri hari ke 1
P :Diberikan terapi oral tambahan
Ciprofloxaxin 3 x 1
Metronidazole 3x1
As. Mefenamat 3 x 1
Sulfat ferous 1 x 1
3 21 Juni 2012 07.30 S : Nyeri luka oprasi (+) berkurang,
perdarahan pervaginam (+) lebih sedikit
dri sebelumnya, mobilisasi (+) baik,
ASI ( + ) sedikit. BAK (+) , BAB (+)
O : TD : 110/80 mmHg
HR = 80x/mnt
RR = 22x/mnt
T = 36,8°
Mata : Konjunctiva anemis (-), sklera
ikterik (-)
Abdomen : TFU 2 jari diatas simfisis
Ektremitas : akral hangat, tidak pucat
Infus OFF , DC OFF
14
A : Post SC a.i Partus Tak Maju + Mioma
Uteri hari ke 2
P : Os mendapatkan Ganti Balutan untuk
pertama kali Post OP, jahitan luka baik,
Os diperbolehkan pulang dengan
membawa terapi oral.
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah benar?
2. Termasuk myoma jenis apa pada psien ini?
3. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah benar?
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
1. Diagnosis
Pada penegakan diagnosis kehamilan dan persalinan sudah tepat. Riwayat
obstetric didapatkan dari anamnesa yakni pasien hamil yang pertama, belum
pernah melahirkan dan belum pernah keguguran. Penentuan usia kehamilan
didapatkan dari perhitungan HPHT 10 September 2011, tafsiran persalinan 17
Juni 2012. Sedangkan saat masuk rumah sakit tanggal 19 Juni 2011, maka
perkiraan usia kehamilan 40 minggu 3 hari. Diagnose inpartu kala I fase laten
didapatkan dari hasil anamnesis yaitu keluar lendir darah dan rasa mulas yang
tersa semakin kuat didukung juga dari pemeriksaan dalam, dimana
pembukaan 3 cm dan penurunan kepala pada HI.
Janin tunggal hidup presentasi kepala karena pada pemeriksaan leopold
dirasakan hanya terdapat 1 sisi bagian besar janin dan sisi yang lain
merupakan bagian kecil. Kemudian pada palpasi bagian yang terdapat fundus
adalah bagian yang tidak keras sehingga diasumsikan bahwa itu adalah
bokong, kemudian letak bayi memanjang dan bagian paling bawah teraba
keras dan lenting sehingga diasumsikan sebagai kepala. Kemudian denyut
15
jantung janin masih terdengar dengan menggunakan Doppler di daerah bawah
pusat ibu sebelah kanan.
Selanjutnya diagnosa PER ditegakkan dari pemeriksaan tanda – tanda vital
yaitu di dapat Tekanan darah 140 / 90 mmhg ditunjang pemeriksaan urinalisa
dengan hasil protein : +1.
Ini sesuai dengan teori Diagnosis Hipertensi Dalam Kehamilan berikut :
1. HG-Hipertensi Gestasional
TD-Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg terjadi pertama kali dalam kehamilan.
Tidak terdapat Proteinuria, Tekanan darah kembali normal dalam waktu <
12 minggu pasca persalinan.
Diagnosa akhir hanya dapat ditegakkan pasca persalinan.
Dapat disertai dengan gejala PE Berat : nyeri epgastrium atau
trombositopenia.
2. PE-Preeclampsia
KRITERIA MINIMUM
TD ≥ 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu
Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dispstick
PRE-EKLAMPSIA BERAT ( PE disertai dengan satu atau lebih gejala
berikut dibawah ini) :
TD ≥ 160/110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu1. Proteinuria 2.0 g/24 jam ≥ 2+ (dispstick)
2. Serum Creatinine > 1.2 mg/dL (kecuali bila sebelumnya sudah abnormal )
3. Trombosit < 100.0000 / mm3
4. Microangiopathic hemolysis ( increase LDH )
5. Peningkatan ALT atau AST
6. Nyeri kepala atau gangguan visual persisten
7. Nyeri epigastrium
16
3. Eklampsia
Kejang yang tidak diakibatkan oleh sebab lain pada penderita pre eklampsia
4. Superimposed Preeklampsia ( pada hipertensi kronik )
Proteinuria “new onset” ≥ 300 mg / 24 jam pada penderita hipertensi yang
tidak menunjukkan adanya proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.
atau
Peningkatan TD atau kadar proteinuria secara tiba tiba atau
trombositopenia < 100.000/mm3 pada penderita hipertensi dan proteinuria
sebelum kehamilan 20 minggu
5. Hipertensi Kronis
TD ≥ 140 / 90 mmHg sebelum kehamilan atau sebelum kehamilan 20
minggu dan tidak terkait dengan penyakit trofoblas gestasional
HT terdiagnosa pertama kali setelah kehamilan 20 minggu dan menetap
sampai > 12 minggu pasca persalinan.
Selanjutnya diagnosa mioma uteri dapat ditegakan berdasarkan gejala yang
timbul, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang
timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (intramural,
submukosa, subserosa, intraligament), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi. Gejala-gejala tersebut antara lain gangguan haid
berupa menoragia, rasa penuh, nyeri dan berat pada perut bagian bawah serta
gangguan BAK berupa retensio urine. Gangguan ini tergantung dari besar dan
tempat mioma uteri sehingga menimbulkan gejala dan tanda penekanan.
Pada palpasi abdomen teraba massa padat di regio abdominal kanan sebesar
telur ayam, konsisteni keras, i-mobile. Sulit menentukan ukuran dari massa
tersebut.
Pemeriksaan penunjang dengan USG didapatkan gambaran massa padat dan
homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar berkisar 6-7 cm terlihat
17
sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor
dengan kalsifikasi.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan leukosit yakni
13.600/ul ( 4000 – 10.000 /ul), dan ditemukan adanya leukosit di urine +1
( - ), protein +1 (-), dan eritrosit +5 (-), juga disedimen urin ditemukan
leukosit 4-6/LPB (0-4/LPB), eritrosit penuh /LPB ( 0-2/LPB), dan epitel 5-
10 /LPB. Ini menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi saluran kemih.
Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut cukup tepat, yaitu
kehamilan disertai PER+ mioma uteri +ISK melalui hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik yang dilakukan.
2. Jenis Mioma Uteri
Berdasarkan pemeriksaan penunjang histopatologi yang telah didapat yaitu
untuk makroskopik berupa jaringan berwarna putih kecoklatan kenyal, pada
permukaan tampak berbenjol – benjol. Pada lamelasi tampak massa padat
putih , dan terlihat gambaran fasikulus (kumparan) yang teratur.
Sedangkan hasil mikroskopiknya didapat massa tumor terdiri dari sel-sel
myosit dan fibrosit bentuk spindle yang tumbuh hiperplastis, proliferative,
memadat, simpang siur membentuk struktur fasiculus,uniform.inti
elongated,ada juga yang bizarre, vesicular kromatin halus sebagian anak inti
kecil dan jelas.sitoplasma banyak,eosinofilik. Stroma jaringan ikat
disekitarnya tampak oedematous dan mengalami degenerasi hyaline.
Diantaranya terlihat pelebaran kapiler pembuluh darah , sebukan sel- sel
radang dan sedikit perdarahan.
Ini sesuai dengan teori makroskopik dan mikroskopik dari leiomyoma yaitu :
Secara makroskopis, fibroid (leiomyoma ) berupa massa abu abu putih,
padat, berbatas tegas, circumscribed, jika dilihat pada perpotongannya ada
gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu tetapi umumnya
jamak atau multiple dan tersebar dalam uterus dengan ukuran kecil hingga
masif yang bisa melebihi besarnya uterus. Berdasarkan letaknya di
Miometrium, fibroid dibagi menjadi 3;
18
(1) Intramural, yaitu mioma yang terletak pada dinding uterus diantara
serabut miometrium, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong
kandung kemih kea sering menimbulkan keluhan miksi
(2) submukosa, yaitu terletak tepat dibawah endometrium. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan.
(3) subserosa, yaitu terletak tepat dibawah serosa. Apabila tumbuh keluar
dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi oleh serosa.
Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum
latummenjadi mioma intraligamenter
Berapapun ukurannya karakteristik pola sel otot polos pada perpotongannya
sangat mudah diidentifikasi bahwa dia adalah fibroid (leiomyoma). Tumor
besar membentuk area berwarna kuning-coklat hingga merah.
Pada gambaran mikroskopis, leiomioma dikarakteristikkan dengan
kumparan atau pola bundar dari sel otot polos yang mirip dengan miometrium
normal. Sel otot seragam dalam ukuran dan bentuk dengan nukleus yang oval
dan panjang. Gambaran mitosis jarang hampir tidak ada. Mungkin ditemukan
fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik, degenerasi kistik dan perdarahan.
Sangat jarang sekali transformasi menjadi ganas. Kalau adapun, dengan
kemungkinan terkecil.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis mioma uteri pada kasus ini sudah benar
yaitu Leimyoma Intramural
3. Tatalaksana pada kasus ini
Seksio secaria disertai miomektomi pada kasus ini telah tepat, karena
leiomioma pada kasus ini telah menimbulkan gejala, seperti perasaan nyeri
diperut, kesulitan berkemih, dan membuat kontraksi uterus tidak baik.
Disamping berat janin yang mencapai >4000gr serta ukuran mioma yang
semakin membesar.
19
Histerektomi tidak dilakukan dengan pertimbangan karena kehamilan ini
adalah yang pertama bagi pasien, dan berdasarkan hasil pemeriksaan
histopatologis leimyoma dalam kasus ini tidak mengarah ke keganasan.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat
kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau
multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri,
atau uterinefibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga
berhubungan dengan keganasan.
1.2. Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita.
Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35
– 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post
menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk
berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil
atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang
pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat
apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara.
1.3. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah
tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
21
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada
beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma
uteri, yaitu :
1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit
hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian
tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang
setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
1.4. Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari
penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya
perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi
metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten.
Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian
menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu
(12;14)(q15;q24).
22
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
PercobaanLipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam
waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma.
Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon
mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat
bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal
dan insulinlike growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen.
Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh
estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin
penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang
meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah
menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-
kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada
usia dini.(3)
1.5. Klasifikasi mioma uteri
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.(3)
1. Lokasi
· Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
· Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
· Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa
gejala.
23
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu :
· Mioma Uteri Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat
menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan
menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular
dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun
intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan
keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya
kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit
untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
· Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat
pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan
disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi
rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum
atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil
alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus,
sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas
dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
24
· Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih
kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma
sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor
tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma
submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan),
lunak (jaringan otot rahim dominan). Secara makroskopis terlihat uterus
berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor
berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan.
Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga
tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik
maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi
menjadi keras.
Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang
membentukpusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium.
Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah
menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti
oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang
sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya
pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder
dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau
transformasi maligna.
1.6. Gejala klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat
25
tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus,
subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut
dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea, menoragia dan
dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan
ini, antara lain adalah :
- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium.
- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh
darah yang melaluinya dengan baik.
2) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
dismenore.
3) Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4) Infertilitas dan abortus
26
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa
apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi
1.7. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur,
gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus
yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu
dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb.
Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien
b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah
dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
27
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke
arah kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
1.8 Mioma dan kehamilan
Kehamilan dengan mioma merupakan kehamilan dengan resiko tinggi yang dapat
menyebabkan berbagai komplikasi. Didapatkan presentasi kehamilan dengan
mioma sekitar 1% diantara seluruh kehamilan. Angka yang kecil ini diperkirakan
akibat mioma dalam kehamilan ini tidak menunjukan gejala ataupun luput dari
deteksi.
Mioma dengan kehamilan dan persalinan dapat memberikan pengaruh secara
timbal balik. Mioma dapat memengaruhi kehamilan dan persalinan antara lain
mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil terutama pada mioma uteri sub
mukosum, meningkatkan kemungkinan abortus dan kelahiran prematur, kelainan
letak janin dalam rahim terutama pada mioma yang besar, menghalangi jalan lahir
terutama pada mioma letaknya di serviks, inversia uteri dan atonia uteri terutama
pada mioma yang letaknya dalam rahim atau apabila terdapat banyak mioma, dan
mempersulit lepasnya placenta terutama pada mioma submukosum dan
intramural.
Sebaliknya, kehamilan dan persalinanpun dapat memengaruhi mioma uteri
tersebut, antara lain tumor akan bertambah lebih cepat akibat hipertropi oedema
terutama pada trimester pertama karena pengaruh hormonal (setelah kehamilan 4
bulan tumor tidak bertambah besar lagi). Tumor menjadi lebih lunak dapat
berubah bentuk dan mudah terjadi gangguan sirkulasi didalamnya sehingga terjadi
perdarahan dan nekrosis (ditengah tumor dan tumor tampak seperti daging) yang
28
menyebabkan rasa nyeri yang disertai gejala-gejala peradangan. Pada mioma uteri
subserosum yang bertangkai dapat terjadi puntiran akibat desakan uterus yang
makin membesar. torsi dapat menyebabkan gangguan sirkulasi sehinnga terjadi
nekrosis dan dapat menimbulkan gejala akut abdomen.
1.9. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma
uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan
bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum,
penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause
tanpa gejala. Cara penanganan konservatif ialah observasi dengan pemeriksaan
pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan, pemberian tablet Fe untuk mencegah
anemia, dan pemberian NSAID untuk pengobatan nyeri.
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah
pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat
dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan cara
ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan
karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan
adalah 30-50%.
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini
jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada
perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah
prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
29
mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal
hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.
Terdapat juga beberapa alternative seperti tindakan myolisis dengan laparoskopi
untuk pasien dengan simtomatik mioma yang membutuhkan pembedahan seperti
perdarahan uterus abnormal, nyeri, dan menekan organ-organ sekitar. Tindakan
ini dapat dipertimbangkan pada wanita yang tidak menginginkan anak lagi dengan
mioma kurang dari 4 buah dengan diameter kurang dari 5 cm atau jika mioma
terbesar memiliki diameter kurang dari 10 cm.
Oklusi arteri uterine merupakan salah satu alternative yang ada untuk pasien
denagn simtomatik mioma yang kontraindikasi dengan tindakan lainnya.
Tindakan paling popular dalam oklusi arteri uterine ini ialah dengan kateterisasi
dan embolisasi, namun tindakan ini memiliki beberapa efek samping seperti nyeri
panggul, sindrom post embolisasi, infeksi, histerektomi, atau kematian.
Penatalaksanaan kehamilan dengan mioma uteri umumnya dilakukan dengan
persalinan perabdominam, dimana pada penelitian di Pakistan didapatkan 73%
pasien dengan mioma uteri ditatalaksana dengan persalinan perabdominam.
Umumnya persalinan perabdominam ini dilakukan atas indikasi persalinan tidak
maju, gawat janin, dan malpresentasi (presentasi bokong, letak lintang, dan
prolaps tali pusat).
Penatalaksanaan mioma dengan terapi bedah dalam kehamilan sebaiknya ditunda
hingga setelah persalinan. Sebaiknya hanya diberi terapi suportif dan penghilang
rasa nyeri jika menimbulkan nyeri. Tidak disarankan untuk melakukan
miomektomi, dikarenakan dapat melukai uterus dan menyebabkan terjadinya
perdarahan hebat. Kecuali pada mioma subserosa simtomatik bertangkai dengan
30
tebal kurang dari 5 cm. Histerektomi sesaria mungkin dapat dipertimbangkan jika
terdapat mioma multiple pada wanita yang telah memiliki cukup anak, namun
tindakan ini memiliki angka morbiditas yang tinggi dan sebaiknya hanya
dilakukan pada keadaan gawat darurat.
1.10. Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain : (6)
1. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri
menjadi kecil.
2. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia
lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-
olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana
sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan
yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang
luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau
suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada
wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka
mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5. Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada
kehamilan dan nifas. Patogenesisnya diperkirakan karena suatu nekrosis
subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat
sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi
31
pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan,
tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik
ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
6. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : (6)
1. Degenerasi ganas: Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan
hanya 0,2-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua
sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan
histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus
apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai): Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami
torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi
perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
3. Nekrosis dan infeksi: Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi
yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya
BAB III
32
PENUTUP
KESIMPULAN
1 Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obsterik pada kasus ini sudah
tepat untuk diagnosis G1P0A0 hamil Aterm dengan PER + Mioma Uteri + ISK
Inpartu Kala 1 Fase Laten JTH Preskep namun sebaiknya anamnesa lebih
dipertajam untuk menegakkan diagnosa kasus ini.
2. Jenis mioma uteri pada kasus ini sudah benar yaitu Leimyoma uteri
Intramural sesuai dengan pemeriksaan Histopatologis dan mengacu pada
beberapa literature
3. Tatalaksana terhadap mioma pada kasus ini telah tepat karena telah
menimbulkan gejala, dan mengakibatkan kontraksi uterus tidak baik.
Histerektomi tidak dilakukan dengan pertimbangan pada kasus ini, kehamilan
tersebut merupakan kehamilan pertama dan tidak mengarah keganasan.
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Suwiyoga K. et all., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi dan
Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar.
2. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta
3. Stovall et all., 1992. Benign Diseases of the Uterus – Leiomyoma Uteri and the
Hysterectomy. Clinical Manual Gynecology, Second Edition, Mc. Graw-Hill
International, Singapore.
4. Anonim, 2000. Gynecology by Ten Teachers 17th Edition. Editor :
Campbell,S.C.,Monga, A.
5. Quyang DW. Norvitz ER. Management of Pregnant Women with lieomyomas.
Available at: http://www.uptodate.com/patients/content/topic.do?
topicKey=~eWppcY0Kn3sfR0e.com
6. Bromberg JV, Goldberg J, Rychlak K, Weinstein L. The effects of uterine fibroid on
pregnancy outcomes. Available at: http://orwh.od.nih.gov/health/39-Bromberg.pdf.
7. Umezurike C, Feyi-Waboso P. Successful myomectomy during pregnancy : a case
report. Reprod health 2005;2(1):6. Published online 2005 August 16.
doi10.1186/1742-4755-2-6.
8. Cornforth T. 10 things to know about uterine fibroid tumours. Available at:
http://womenshealth.about.com/od/ fibroidtumors/ a/knowabtfibroids.htM
9. Qidwai GI, Caughey AB, Jacoby AF. Obstetric outcome in women with
somographically identified uterine leiomyoma at obstetric Obstet Gynecol. 2006
Feb;107(2 Pt 1):376–82.
10. Quyang DW: Economy KE. Norwitz ER. Obstetric complications of fibroids. Obstet
Gynaecol Clin North Am 2006;33(1):153–69
11. Mason TC. Red Degeneration of a leiomyoma masquerading as retained products of
conception. J Natl Med Assoc 2002;94(2):124–6.
34
35