minggu, 29 agustus 2010 | media indonesia mk sambut … filemencontohkan pembahasan apbd perubahan...

1
Politik & HAM | 3 MINGGU, 29 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA K ETUA Mahkamah Konstitusi (MK) menyambut baik wacana moratorium (penangguhan) pemberian putusan perkara perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) hingga ada payung hukum baru yang lebih kuat. Dengan cara ini, MK dapat secara tegas memutuskan perkara yang ada, tanpa melampaui ke- wenangannya. Meski demikian, moratorium tidak bisa dilakukan jika KPU sebagai penyelenggara pemilu yang sah belum siap. “KPU be- nar, MK tidak boleh menerobos sebelum ada payung hukum yang jelas. Tapi, benahi dulu internal KPU,” kata Ketua MK Mahfud MD dalam perbincang- annya dengan Media Indonesia di Jakarta, kemarin. Usulan moratorium putusan perkara pemilu ini pertama kali dilontarkan oleh salah satu komisioner Komisi Pemi- lihan Umum (KPU) I Gusti Putu Artha dalam sebuah dis- kusi bersama Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), pekan lalu. Artha menilai, dalam memu- tuskan perkara, MK cenderung semakin berani melakukan terobosan-terobosan. Namun justru menimbulkan masalah baru di lapangan (Media Indo- nesia, 28/8). Ia mencontohkan sikap MK yang menolak meladeni pemo- hon yang mempersoalkan KPU daerah yang mencoret nama mereka dari bursa pemilu kada. “Dan karena bukan pasangan calon pemilu kada, perkara yang diajukan ke MK pun akhirnya ditolak majelis hakim. Meskipun hak konstitusional (mereka), sudah nyata-nyata dirampas,” ucap Mahfud. Dalam hal ini, MK hanya akan membuat tafsir ekstensif tentang legal standing pasang- an calon kepala daerah yang dicoret sewenang-wenang oleh KPU. Media Indonesia mencatat ada beberapa putusan MK untuk pemilu kada yang kontrover- sial, di antaranya PHPU Ko- tawaringin Barat, Mandailing Natal, Belitung Timur, Labuhan Batu, dan Ketapang. Putusan MK soal pemilu kada Kotawaringin Barat (Ko- bar), Kalimantan Tengah (Ka- lteng), misalnya, yang tidak bisa dilaksanakan oleh KPU dan DPRD setempat. Akibatnya, hingga masa jabatan Bupati Kobar habis pada 3 Agustus 2010, belum ada juga sikap dari KPU pusat. Mendagri hanya menambal kekosongan pemimpin dengan menunjuk sekretaris daerah selaku pelaksana tugas (plt) bu- pati dan berencana mengang- kat pejabat sementara (Pjs). Tidak berwenang Koordinator Komite Pemilih Indonesia (Tepi) Jeirry Sumam- pow mengatakan KPU daerah jelas tidak bisa melaksanakan putusan MK yang mendis- kualikasi pemilu kada karena KPU daerah hanya berwenang menetapkan suara terbanyak, bukan mendiskualikasi. Tokoh paguyuban Lamo- ngan Ukhchuwatul Wathaniah Sugeng Widodo mengaku pri- hatin melihat kondisi Kobar. Keputusan Mendagri untuk menunjuk pejabat sementara bupati juga tidak menyele- saikan masalah. “Program pembangunan menjadi ter- tunda. Jika hal itu terjadi terus- menerus, pemerintahan akan semakin kacau,” kata Sugeng. Baik Mendagri Gamawan Fauzi maupun Gubernur Ka- lteng Agustin Teras Narang mengamini ruwetnya kon- disi saat ini yang terjadi di Kotawaringin Barat. Teras mencontohkan pembahasan APBD Perubahan 2010 yang sulit disetujui tanpa ada bupati denitif. (AT/P-4) [email protected] Konsolidasi Demokrasi Lebih Penting PAKAR hukum tata negara Fakultas Hukum Universitas Dipone- goro Hasyim Ashari mengingatkan, konsolidasi demokrasi hingga ke grass root sejak dini jauh lebih penting ketimbang melempar wacana calon presiden (capres) untuk 2014. Pasalnya, selama ini masyarakat menilai partai politik yang ada di Indonesia tidak pernah siap untuk melakukan kaderisasi. “Termasuk menyiapkan mekanisme untuk merekrut orang yang akan mejadi capres,” ucap Hasyim, kemarin. Menurutnya, untuk menciptakan sistem pemerintahan yang stabil, sebaiknya koalisi politik pasangan calon itu dibentuk sebelum pemilu legislatif sehingga koalisi yang muncul lebih permanen. Hasyim mencatat pengalaman dua pemilu terakhir, pencalonan yang dilakukan sesudah pemilu legislatif membuat koalisi yang muncul rapuh dan transaksional. “Untuk menciptakan pemerintahan yang kuat, koalisi dibangun sebelum pemilu legislatif. Presiden pun tidak takut menghadapi DPR, pemerintah stabil dan efektif,” pungkasnya.(*/P-4) Empat Kriteria untuk Kapolri Baru KOMISI untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kon- tras) mencatat empat kriteria yang harus dimiliki Kapolri menda- tang. Hal itu dikemukakan Koordinator Badan Pekerja Kontras Haris Azhar di Jakarta, pekan lalu. Haris memaparkan kriteria pertama adalah Kapolri mendatang memiliki integritas personal dan institusi. Kriteria kedua adalah Kapolri mendatang harus bisa menegakkan akuntabilitas bagi dugaan terjadinya kasus korupsi atau kekerasan yang diduga dilakukan oleh aparaturnya. “Citra Polri yang dinilai rendah bagi sebagian masyarakat, antara lain karena munculnya dugaan sejumlah kasus korupsi dan kasus penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan,” katanya. Ketiga, memiliki legitimasi berdasarkan suatu standar normatif yang berlaku. Dan terakhir, harus bisa membangun kepercayaan, baik secara internal maupun eksternal. “Tingkat kepercayaan publik akan menentukan sejauh mana dukungan publik terhadap urusan kepolisian di Indonesia,” ujarnya.(Ant/NJ/P-4) DINAMIKA Maria Jeanindya MK Sambut Usul Moratorium Dibutuhkan kesiapan teknis KPU selaku penyelenggara pemilu terlebih dulu. SENGKETA PEMILU KADA: Hakim Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar (tengah) bersama hakim konstitusi Hamdan Zoelva (kanan) dan Muhammad Ali pada sidang sengketa pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada) Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, di Jakarta, Jumat (2/7). Berbagai pihak menilai putusan MK dalam sengketa hasil pemilu kada di Kotawaringin Barat telah melampaui kewenangan. MI/ M IRFAN MK tidak boleh menerobos sebelum ada payung hukum yang jelas.’’ Mahfud MD Ketua MK

Upload: letram

Post on 07-Apr-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Politik & HAM | 3MINGGU, 29 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA

KETUA Mahkamah Konstitusi (MK) menyambut baik wacana moratorium

(penangguhan) pemberian putusan perkara perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) hingga ada payung hukum baru yang lebih kuat. De ngan cara ini, MK dapat secara tegas memutuskan perkara yang ada, tanpa melampaui ke-wenangannya.

Meski demikian, moratorium tidak bisa dilakukan jika KPU sebagai penyelenggara pemilu yang sah belum siap. “KPU be-nar, MK tidak boleh menerobos sebelum ada payung hukum yang jelas. Tapi, benahi dulu internal KPU,” kata Ketua MK Mahfud MD dalam perbincang-annya dengan Media Indonesia di Jakarta, kemarin.

Usulan moratorium putusan perkara pemilu ini pertama kali dilontarkan oleh salah satu komisioner Komisi Pemi-lihan Umum (KPU) I Gusti Putu Artha dalam sebuah dis-kusi bersama Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), pekan lalu.

Artha menilai, dalam memu-tuskan perkara, MK cenderung semakin berani melakukan terobosan-terobosan. Namun justru menimbulkan masalah baru di lapangan (Media Indo-nesia, 28/8).

Ia mencontohkan sikap MK yang menolak meladeni pemo-

hon yang mempersoalkan KPU daerah yang mencoret nama mereka dari bursa pemilu kada. “Dan karena bukan pasangan calon pemilu kada, perkara yang diajukan ke MK pun akhirnya ditolak majelis hakim. Meskipun hak konstitusional (mereka), sudah nyata-nyata dirampas,” ucap Mahfud.

Dalam hal ini, MK hanya akan membuat tafsir ekstensif tentang legal standing pasang-an calon kepala daerah yang dicoret sewenang-wenang oleh KPU.

Media Indonesia mencatat ada beberapa putusan MK untuk pemilu kada yang kontrover-sial, di antaranya PHPU Ko-tawaringin Barat, Mandailing Natal, Belitung Timur, Labuhan Batu, dan Ketapang.

Putusan MK soal pemilu kada Kotawaringin Barat (Ko-bar), Kalimantan Tengah (Ka-lteng), misalnya, yang tidak bisa dilaksanakan oleh KPU dan DPRD setempat.

Akibatnya, hingga masa

jabatan Bupati Kobar habis pada 3 Agustus 2010, belum ada juga sikap dari KPU pusat. Mendagri hanya menambal kekosongan pemimpin dengan menunjuk sekretaris daerah selaku pelaksana tugas (plt) bu-pati dan berencana mengang-kat pejabat sementara (Pjs).

Tidak berwenangKoordinator Komite Pemilih

Indonesia (Tepi) Jeirry Sumam-pow mengatakan KPU daerah jelas tidak bisa melaksanakan putusan MK yang mendis-kualifi kasi pemilu kada karena KPU daerah hanya berwenang menetapkan suara terbanyak, bukan mendiskualifi kasi.

Tokoh paguyuban Lamo-ngan Ukhchuwatul Wathaniah Su geng Widodo mengaku pri-hatin melihat kondisi Kobar.

Keputusan Mendagri untuk menunjuk pejabat sementara bupati juga tidak menyele-saikan masalah. “Program pembangunan menjadi ter-tunda. Jika hal itu terjadi terus-menerus, pemerintahan akan semakin kacau,” kata Sugeng.

Baik Mendagri Gamawan Fauzi maupun Gubernur Ka-lteng Agustin Teras Narang mengamini ruwetnya kon-disi saat ini yang terjadi di Kotawaringin Barat. Teras mencontohkan pembahasan APBD Perubahan 2010 yang sulit disetujui tanpa ada bupati defi nitif. (AT/P-4)

[email protected]

Konsolidasi Demokrasi Lebih Penting

PAKAR hukum tata negara Fakultas Hukum Universitas Dipone-goro Hasyim Ashari mengingatkan, konsolidasi demokrasi hingga ke grass root sejak dini jauh lebih penting ketimbang melempar wacana calon presiden (capres) untuk 2014. Pasalnya, selama ini masyarakat menilai partai politik yang ada di Indonesia tidak pernah siap untuk melakukan kaderisasi. “Termasuk menyiapkan mekanisme untuk merekrut orang yang akan mejadi capres,” ucap Hasyim, kemarin. Menurutnya, untuk menciptakan sistem pemerintahan yang stabil, sebaiknya koalisi politik pasangan calon itu dibentuk sebelum pemilu legislatif sehingga koalisi yang muncul lebih permanen. Hasyim mencatat pengalaman dua pemilu terakhir, pencalonan yang dilakukan sesudah pemilu legislatif membuat koalisi yang muncul rapuh dan transaksional. “Untuk menciptakan pemerintahan yang kuat, koalisi dibangun sebelum pemilu legislatif. Presiden pun tidak takut menghadapi DPR, pemerintah stabil dan efektif,” pungkasnya.(*/P-4)

Empat Kriteria untuk Kapolri Baru

KOMISI untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kon-tras) mencatat empat kriteria yang harus dimiliki Kapolri menda-tang. Hal itu dikemukakan Koordinator Badan Pekerja Kontras Haris Azhar di Jakarta, pekan lalu. Haris memaparkan kriteria pertama adalah Kapolri mendatang memiliki integritas personal dan institusi. Kriteria kedua adalah Kapolri mendatang harus bisa menegakkan akuntabilitas bagi dugaan terjadinya kasus korupsi atau kekerasan yang diduga dilakukan oleh aparaturnya. “Citra Polri yang dinilai rendah bagi sebagian masyarakat, antara lain karena munculnya dugaan sejumlah kasus korupsi dan kasus penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan,” katanya. Ketiga, memiliki legitimasi berdasarkan suatu standar normatif yang berlaku. Dan terakhir, harus bisa membangun kepercayaan, baik secara internal maupun eksternal. “Tingkat kepercayaan publik akan menentukan sejauh mana dukungan publik terhadap urusan kepolisian di Indonesia,” ujarnya.(Ant/NJ/P-4)

DINAMIKA

Maria Jeanindya

MK Sambut Usul Moratorium

Dibutuhkan kesiapan teknis KPU selaku penyelenggara pemilu terlebih dulu.

SENGKETA PEMILU KADA: Hakim Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar (tengah) bersama hakim konstitusi Hamdan Zoelva (kanan) dan Muhammad Ali pada sidang sengketa pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada) Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, di Jakarta, Jumat (2/7). Berbagai pihak menilai putusan MK dalam sengketa hasil pemilu kada di Kotawaringin Barat telah melampaui kewenangan.

MI/ M IRFAN

MK tidak boleh menerobos sebelum ada payung hukum yang jelas.’’Mahfud MDKetua MK