minggu 2

16
PENGERTIAN PENCEMARAN AIR Definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya ” (Pasal 1, angka 2). Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar. DAMPAK PENCEMARAN AIR Dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb. Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004)- dampak terhadap kehidupan biota air - dampak terhadap kualitas air tanah- dampak terhadap kesehatan- dampak terhadap estetika lingkungan. PENANGGULANGANGAN PENCEMARAN AIR Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air, baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakatsetempat (KLH, 2004).Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatanindustri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri kita sendiri. Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut. Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Tips mencegah penyakit akibat makanan yang terkontaminasi Pada saat belanja di pasar atau swalayan, ambillah dahulu belanjaan selain makanan, kemudian bahan makanan yang dikemas atau kalengan dan yang terakhir baru makanan segar seperti daging, sayur dan telur. Periksalah bahan makanan kalengan, jangan mengambil jika terlihat kemasan rusak, menggelembung, penyok dan sebagainya. Jangan sekali-kali membeli makanan kalengan yang sudah kadaluwarsa. Jangan minum susu san makan telur atau ikan mentah apalagi jika menderita sakit atau mempunyai kelainan pada sistem imunitas (kekebalan) tubuh. Sebelum membeli telur, periksa benar-benar kesegarannya dan apakah betul-betul tidak retak atau bocor. Jika membeli makanan jadi, pilihlah yang dijual pada tempat yang terjaga kebersihannya. Keracunan karena kerang dan makanan laut lainnya sering kita dengan, jadi perlu kita ekstra hati- hati dalam memilihnya. Bila perjalanan kita lebih dari satu jam setelah belanja makanan segar sedapatnya taruhlah daging dan makanan yang mudah rusak dalam satu wadah yang berisi es. Ada beberapa hal yang perlu anda perhatikan pada penyimpanan makanan dalam lemari es. Segera simpan daging, sayur, susu, telur dan bahan makanan segar lainnya ke dalam lemari es. Buanglah makanan yang sudah disimpan terlalu lama. Seringlah periksa apakah lemari, bekerja baik atau pada temperatur yang sesuai. Periksalah dan jangan biarkan air daging mentah menetes dan mengenai makanan lainya di lemari es anda. Simpanlah telur di tempat yang dalam, jangan pada sisi pintu. Jangan biarkan makanan menumpuk, seringlah memilih makanan di dalamnya dan buang segera jika sudah ada tanda-tanda rusak atau berjamur. Jangan menyimpan makanan di bawah tampat cuci piring atau dekat bahan-bahan pembersih alat rumah tangga. Jangan biarkan makanan hangat atau dingin pada suhu kamar terlalu lama. Jika anda ingin makan telur setengah matang, rebuslah telur sampai kuning telur agak keras dan putih telur keras. Masaklah ikan sampai matang. Lebih baik ikan di makan segera setelah matang. Jangan biarkan makanan masak lebih dari dari dua jam begitu saja. Bungkuslah makanan dalam kemasan-kemasan dan disimpan dalam lemari es. Jangan simpan makanan sisa lebih dari tiga hari di lemari es. Melelehkan makanan beku harus dengan air dingin biasa, jangan diamkan pada suhu kamar. Jangan mencicipi makanan yang anda telah duga sudah rusak. Selalu mamanasi makanan sampai sedikitnya bersuhu 165o F atau 75o C. Benar-benar cuci bersih semua alat-alat masak termasuk talenan setelah dipakai, terutama setelah memotong daging ayam. Jangan memotong sayuran di talenan bekas memotong daging sebelum talenan dicuci. Perlu diingat bahwa talenan kayu lebih dapat terkontaminasi oleh bakteria dibandingkan dengan talenan terbuat dari plastik. Tetapi talenan terbuat dari bahan apapun harus dicuci dengan sabun setelah dipakai. Cuci tangan sebelum dan sesudah memotong daging apalagi daging ayam. Jangan mengerjakannya bila terdapat luka pada tangan. Cuci dan simpanlah semua alat masak termasuk pembuka kaleng, parutan ataupun ulekan dalam keadaan bersih. Mesin penghalus daging, bumbu atau bahan makanan lain juga harus dicuci segera setelah habis dipakai. Jangan menaruh daging matang pada piring bekas menaruh daging mentah. Cuci bersih semua buah dan sayur dengan air mengalir. Epidemiologi Pengendalian Penyakit Menular dan Non Menular DEMAM BERDARAH DENGUE 1. agen biologik : virus Dengue (DEN-1, DEN- 2, DEN-3, DEN-4) 2. agen kimia : insektisida 3. agen mekanik : vektor nyamuk Aides Aygepti 4. karakter agen biologik tentang viabilitas : virus Dengue membentuk suatu kompleks yang nyata di dalam genus Flavivirus berdasarkan pada karakteristik antigenik dan biologinya. Terdapat 4 serotipe virus yang disebut sebagai DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotipe tersebut diatas akan menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus bersangkutan. Meskipun keempat serotipe tersebut mempunyai daya antigenis yang sama namun berbeda didalam menimbulkan proteksi silang meski baru beberapa bulan terjadi infeksi dengan salah satu dari DEN tersebut. 5. host : Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah umur, jenis kelamin, nutrisi, populasi, dan mobilitas penduduk. 6. reservoir : virus dengue bertahan melalui siklus nyamuk Aedes aegypti-manusia di daerah

Upload: angset

Post on 25-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

II

PENGERTIAN PENCEMARAN AIRDefinisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran airdidefinisikan sebagai : masuknya atau dimasukkannya mahlukhidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagisesuai dengan peruntukannya (Pasal 1, angka 2). Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapatberupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah unsurpencemar.DAMPAK PENCEMARAN AIRDapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb. Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004)- dampak terhadap kehidupan biota air- dampak terhadap kualitas air tanah- dampak terhadap kesehatan- dampak terhadap estetika lingkungan.PENANGGULANGANGAN PENCEMARAN AIRPeraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air, baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yangberasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini jugaberusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakatsetempat (KLH, 2004).Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitupenanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakanperaturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macambentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturanperundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatanindustri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknisbersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangipencemaran.Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri kita sendiri. Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangiproduksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut. Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasipengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipeliharabaik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar.Tips mencegah penyakit akibat makanan yang terkontaminasiPada saat belanja di pasar atau swalayan, ambillah dahulu belanjaan selain makanan, kemudian bahan makanan yang dikemas atau kalengan dan yang terakhir baru makanan segar seperti daging, sayur dan telur. Periksalah bahan makanan kalengan, jangan mengambil jika terlihat kemasan rusak, menggelembung, penyok dan sebagainya. Jangan sekali-kali membeli makanan kalengan yang sudah kadaluwarsa. Jangan minum susu san makan telur atau ikan mentah apalagi jika menderita sakit atau mempunyai kelainan pada sistem imunitas (kekebalan) tubuh. Sebelum membeli telur, periksa benar-benar kesegarannya dan apakah betul-betul tidak retak atau bocor. Jika membeli makanan jadi, pilihlah yang dijual pada tempat yang terjaga kebersihannya. Keracunan karena kerang dan makanan laut lainnya sering kita dengan, jadi perlu kita ekstra hati-hati dalam memilihnya. Bila perjalanan kita lebih dari satu jam setelah belanja makanan segar sedapatnya taruhlah daging dan makanan yang mudah rusak dalam satu wadah yang berisi es. Ada beberapa hal yang perlu anda perhatikan pada penyimpanan makanan dalam lemari es. Segera simpan daging, sayur, susu, telur dan bahan makanan segar lainnya ke dalam lemari es. Buanglah makanan yang sudah disimpan terlalu lama. Seringlah periksa apakah lemari, bekerja baik atau pada temperatur yang sesuai. Periksalah dan jangan biarkan air daging mentah menetes dan mengenai makanan lainya di lemari es anda. Simpanlah telur di tempat yang dalam, jangan pada sisi pintu. Jangan biarkan makanan menumpuk, seringlah memilih makanan di dalamnya dan buang segera jika sudah ada tanda-tanda rusak atau berjamur. Jangan menyimpan makanan di bawah tampat cuci piring atau dekat bahan-bahan pembersih alat rumah tangga. Jangan biarkan makanan hangat atau dingin pada suhu kamar terlalu lama. Jika anda ingin makan telur setengah matang, rebuslah telur sampai kuning telur agak keras dan putih telur keras. Masaklah ikan sampai matang. Lebih baik ikan di makan segera setelah matang. Jangan biarkan makanan masak lebih dari dari dua jam begitu saja. Bungkuslah makanan dalam kemasan-kemasan dan disimpan dalam lemari es. Jangan simpan makanan sisa lebih dari tiga hari di lemari es. Melelehkan makanan beku harus dengan air dingin biasa, jangan diamkan pada suhu kamar. Jangan mencicipi makanan yang anda telah duga sudah rusak. Selalu mamanasi makanan sampai sedikitnya bersuhu 165o F atau 75o C. Benar-benar cuci bersih semua alat-alat masak termasuk talenan setelah dipakai, terutama setelah memotong daging ayam. Jangan memotong sayuran di talenan bekas memotong daging sebelum talenan dicuci. Perlu diingat bahwa talenan kayu lebih dapat terkontaminasi oleh bakteria dibandingkan dengan talenan terbuat dari plastik. Tetapi talenan terbuat dari bahan apapun harus dicuci dengan sabun setelah dipakai. Cuci tangan sebelum dan sesudah memotong daging apalagi daging ayam. Jangan mengerjakannya bila terdapat luka pada tangan. Cuci dan simpanlah semua alat masak termasuk pembuka kaleng, parutan ataupun ulekan dalam keadaan bersih. Mesin penghalus daging, bumbu atau bahan makanan lain juga harus dicuci segera setelah habis dipakai. Jangan menaruh daging matang pada piring bekas menaruh daging mentah. Cuci bersih semua buah dan sayur dengan air mengalir.

Epidemiologi Pengendalian PenyakitMenular dan Non MenularDEMAM BERDARAH DENGUE1. agen biologik : virus Dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4)

2. agen kimia : insektisida

3. agen mekanik : vektor nyamuk Aides Aygepti4. karakter agen biologik tentang viabilitas : virus Dengue membentuk suatu kompleks yang nyata di dalam genus Flavivirus berdasarkan pada karakteristik antigenik dan biologinya. Terdapat 4 serotipe virus yang disebut sebagai DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotipe tersebut diatas akan menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus bersangkutan. Meskipun keempat serotipe tersebut mempunyai daya antigenis yang sama namun berbeda didalam menimbulkan proteksi silang meski baru beberapa bulan terjadi infeksi dengan salah satu dari DEN tersebut.

5. host : Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah umur, jenis kelamin, nutrisi, populasi, dan mobilitas penduduk.

6. reservoir : virus dengue bertahan melalui siklus nyamuk Aedes aegypti-manusia di daerah perkotaan negara tropis, sedangkan siklus monyet-nyamuk menjadi reservoir di Asia Tenggara dan Afrika Barat.

7. tipe reservoir pada manusia :

8. acute clinical cases

9. carriers

10. inapparent infections (subclinical cases)

11. incubatory carriers

12. convalescent carriers

13. chronic carriers

1. lingkungan fisik

2. Macam tempat penampungan air (tempat penampungan air) sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.

3. Ketinggian tempat, di daerah pantai kelembaban udara mempengaruhi umur nyamuk sedangkan di dataran tinggi suhu udara mempengaruhi pertumbuhan virus di tubuh nyamuk. Di tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk Aedes aegypti.

4. Curah hujan, menambah genangan air sebagai tempat perindukan, menambah kelembaban udara terutama untuk daerah pantai. Kelembaban udara menambah jarak terbang nyamuk dan umur nyamuk di daerah pantai.

5. Hari hujan, banyaknya hari hujan akan mempengaruhi kelembaban udara di daerah pantai dan mempenguruhi suhu di daerah pegunungan.

6. Kecepatan angin, mempengaruhi juga suhu udara dan pelaksanaan pemberantasan vektor dengan cara fogging.

7. Suhu udara, mempengaruhi perkembangan virus di tubuh nyamuk.

8. Tata guna tanah, menentukan jarak dari rumah ke rumah.

9. Pestisida yang digunakan, mempengaruhi kerentanan nyamuk.

10. Kelembaban udara, mempengaruhi umur nyamuk.

1. lingkungan biologik : virus dengue sebagai penyebab/agen penyakit, nyamuk Ae. Aegypti sebagai penular disebut sebagai vektor DBD, manusia sebagai penjamu atau hospes yang menderita sakit dengue dan DBD.

2. lingkungan sosio-ekonomik : masyarakat belum banyak mempunyai pemahaman tepat dan benar tentang pencegahan dan pengendalian vektor DBD, peran serta masyarakat terhadap pencegahan dan pengendaliannya masih sangat kurang, masyarakat yang kurang peduli kebersihan lingkungan, sulit mendapatkan air bersih, kepadatan penduduk, kemiskinan.

3. portal of exit : nyamuk Aedes dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission), tetapi perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif).

4. mode of transmission : ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif, terutama Aedes aegypti. Ini adalah spesies nyamuk yang menggigit pada siang hari, dengan peningkatan aktivitas menggigit sekitar dua jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam. Aedes aegypti maupun Aedes albopictus ditemukan didaerah perkotaan, kedua spesies nyamuk ini ditemukan juga di AS. Ae. Albopictus sangat banyak ditemukan di Asia, tidak begitu antropofilik dibandingkan dengan Ae. Aegypti sehingga merupakan vektor yang kurang efisien.

5. Penularan secara Trans Ovarial : Penularan Trans ovarial (secara vertical) adalah nyamuk Aedes aegypti sudah mengandung dua virus dengue (den) sejak dari telur, kepompong dan nyamuk yang muncul sudah bisa menularkan. Begitu menggigit penderita DB virus den lainnya akan terhisap juga, apabila menggigit manusia lain maka manusia itu bisa langsung terkena dua virus den (dengue)sekaligus. Kombinasi dua virus inilah yang membuat kondisi penderita demam berdarah langsung shock sehingga penderita tersebut langsung masuk tahap Dengue Shock Syndrome (DSS) yaitu tahap DB yang paling membahayakan. Faktor tersebut tampaknya menjadi penyebab mengapa pasien DB banyak yang meninggal dunia, karena penderita telah masuk tahap DSS tanpa menunjukkan gejala awal layaknya penderita DB. Juga, tanpa disertai bintik-bintik merah. Gejala identik ini tampaknya tak lagi ditemukan oleh dokter saat melakukan diagnosa awal. Gejala inilah yang membuat kondisi pasien bertambah parah. Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah terjadi mutasi genetik, diketahui terjadi mutasi genetik pada virus dengue (den) 3 dan 4. Virus inilah yang menjadi penyebab terjadinya DSS. Diperkirakan, faktor mutasi genetik inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pola diagnosa DB.

6. Penularan virus Dengue dapat terjadi secara horizontal, dari manusia pembawa virus Dengue (donor) melelui nyamuk Ae. Aegypti. Setelah mengalami propagasi dalam tubuh nyamuk sampai batas masa inkubasi ekstrinsiknya, ditularkan ke manusia penerima (resipien), yang mungkin masih rentan atau bahkan telah imun terhadap virus dengue.

1. portal of entry : tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat sebelum panas sampai saat masa demam berakhir, biasanya berlangsung selama 35 hari. Nyamuk menjadi infektif 812 hari sesudah mengisap darah penderita viremia dan tetap infektif selama hidupnya.

2. susceptible host : penjelasan tentang faktor risiko terbaik adalah dengan teori sirkulasi heterolog dari antibodi dengue, yang didapat secara pasif pada bayi atau secara aktif melalui infeksi yang terjadi sebelumnya. Antibodi ini meningkatkan infeksi dari fagosit mononuklair dengan terbentuknya kompleks-imun-virus. Asal geografis dari strain dengue, umur, jenis kelamin. dan faktor genetis manusia juga penting sebagai faktor risiko.

1. course of infection/patofisiologi penyakit

2. incubation period

Masa inkubasi dimulai sejak nyamuk menggigit sampai menimbulkan gejala, lebih kurang 13-15 hari. Setelah virus masuk ke dalam tubuh, hal yang pertama terjadi adalah viremia (darah mengandung virus) yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit, serta dapat juga terjadi pembesaran hati dan limpa.

1. prodromal period

Berlangsung selama 2-7 hari. Terjadi demam tinggi, muncul gejala prodromal, pada fase ini demam bisa mencapai 40 derajat celcius, sehingga pada anak menimbulkan resiko berupa kejang demam.

1. fastigium period

Fase kritis DBD adalah setelah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami penurunan suhu tubuh yang drastis.Pasien akan terus berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan darah.Bila terapi dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan cepat setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan kematian.

1. defervescence period

Ditandai dengan penderita DBD yang telah berhasil melewati fase kritis akan sembuh tanpa komplikasi dalam waktu kurang lebih 24-48 jam setelah shock.

1. convalescence period

2. defection period

MALARIA1. agen biologik : malaria disebabkan oleh parasit plasmodium yang memiliki empat tipe, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Diantara keempat tipe plasmodium tersebut, Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum adalah yang paling umum menyebabkan malaria serta Plasmodium falciparum adalah tipe yang paling sering menyebabkan malaria yang berat.

2. agen kimia : insektisida

3. agen nutrisi : -

4. agen mekanik : vektor nyamuk Anopheles5. agen fisika :

6. karakter agen biologik tentang viabilitas : dalam siklus hidupnya plasmodium penyebab malaria mempunyai dua hospes, yaitu pada manusia dan nyamuk. Siklus aseksual plasmodium berlangsung pada manusia disebut skizogoni dan siklus seksual plasmodium membentuk sporozoit didalam nyamuk disebut sporogoni.7. host : manusia

8. reservoir : sebelum masuk ke manusia, parasit Plasmodium berkembang di reservoirnya yang juga merupakan perantara penularan penyakit malaria ke manusia, yaitu nyamuk Anopheles betina. Di Indonesia ditemukan ada 46 spesies nyamuk Anopheles yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari spesies-spesies nyamuk tersebut ada 20 spesies yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 spesies nyamuk Anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria.

9. tipe reservoir pada manusia :

10. acute clinical cases

11. carriers

12. inapparent infections (subclinical cases)

13. incubatory carriers

14. convalescent carriers

15. chronic carriers

1. lingkungan fisik

2. Suhu udara

Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pada suhu 26,7oC, masa inkubasi ekstrinsik untuk tiap spesies yaitu P. falciparum 10 12 hari, P. Vivax 8 11 hari, P. Malariae 14 hari, dan P. ovale 15 hari.

1. Kelembaban udara

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk. Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain lain dari nyamuk.

1. Hujan

Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan (breeding places). Hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya Anopheles.1. Angin

Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau ke luar rumah adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dan nyamuk. Jarak terbang nyamuk (flight range) dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin.

1. Sinar matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih suka tempat teduh, sebaliknya An. hyrcanus spp lebih menyukai tempat yang terbuka. Sedangkan An. barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun di tempat yang terang.

1. Arus air

An. barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau mengalir sedikit. An. minimus menyukai tempat perindukan yang aliran airnya cukup deras dan An. letifer di tempat yang airnya tenang.

1. Ketinggian

Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Tetapi sekarang, hal ini berubah seiring dengan terjadinya pemanasan bumi. Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria.

1. lingkungan biologik : tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar matahari yang masuk ke tempat perindukan serta melindungi jentik nyamuk dari serangan mahluk hidup lain. Adanya berbagai jenis ikan pemangsa larva seperti ikan kepala timah (panchax spp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain dapat mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau yang kandangnya diletakkan tidak jauh dari rumah dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia (Cattle Barrier).

2. lingkungan sosio-ekonomik : akibat pembangunan yang kian sering adalah kemungkinan timbulnya tempat perindukan nyamuk buatan manusia sendiri (man made breeding places). Pembangunan bendungan, penambangan timah dan pembukaan tempat pemukiman baru adalah beberapa contoh kegiatan pembangunan yang sering menimbulkan perubahan lingkungan yang menguntungkan bagi nyamuk malaria. Perpindahan penduduk dapat menjadi faktor penting untuk meningkatkan malaria. Meningkatnya pariwisata dan perjalanan dari daerah endemik mengakibatkan meningkatnya kasus malaria yang diimpor.

3. portal of exit : Plasmodium keluar dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina dimasukkan kedalam darah manusia melalui tusukan nyamuk tersebut.

4. mode of transmission

1. Secara alami terjadi melalui gigitan nyamuk infektif.

2. Secara tidak alami melalui :

1) Malaria bawaan (congenital)

Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.

2) Secara mekanik

Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intravena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).

3) Secara oral (melalui mulut)

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).

1. portal of entry : Plasmodium masuk ke dalam tubuh manusia melalui tusukan nyamuk Anopheles betina pada permukaan kulit manusia masuk ke dalam darah berupa sporozoid. Sporozoit berpindah ke hati dan menembus hepatosit. Tahap dorman bagi sporozoit Plasmodium dalam hati dikenal sebagai hipnozoit. Dari hepatosit, parasit berkembang biak menjadi ribuan merozoit, yang kemudian menyerang sel darah merah.

2. susceptible host : penderita yang memiliki gejala dengan gambaran klinis malaria seperti demam, menggigil, berkeringat, batuk, diare, dan gangguan pernapasan.

3. course of infection/patofisiologi penyakit

4. incubation period

Masa tunas dapat berbeda-beda, antara 9 sampai 40 hari, dan ini menggambarkan waktu antara gigitan nyamuk yang mengandung sporozoit dan permulaan gejala klinis. Selain itu, masa tunas infeksiP. vivaxdapat lebih panjang dari 6-12 bulan atau lebih. InfeksiP. malariaedanP. ovalesampai bertahun-tahun.

1. prodromal period

Dalam periode prodromal yang berlangsung satu mingguatau lebih, yaitu bila jumlah parasit di dalam darah sedang bertambah selama permulaan siklus aseksual, tidak tampak manifestasi klinis yang dapat menentukan diagnosis. Gejala dapat berupa perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi. Demam tiap hari atau tidak teratur, mungkin sudah ada.

1. fastigium period

Stadium panas yang berlangsung lebih lama dan kulit penderita manjadi kering serta panas, muka menjadi merah, suhu mencapai 39o-41oC, nadi cepat dan penuh, kepalapusing, mual, kadang-kadang muntah, dan pada anak kecil timbul kejang-kejang. Kemudian penderita berkeringat banyak, suhu badan turun, sakit kepala hilang, dan dalam waktu beberapa jam penderita menjadi lelah. Serangan demam biasanya berlangsung 8-12 jam, dan pada infeksi P. falcifarumberlangsung lebih lama.

1. defervescence period

2. convalescence period

3. defection period

AVIAN INFLUENZA1. agen biologik : virus influenza A subtipe H5N1 (H : hemaglutinin, N : neuraminidase)

2. agen kimia : -

3. agen nutrisi : konsumsi daging unggas yang terinfeksi virus H5N1

4. agen mekanik : kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi virus H5N1

5. agen fisika : -

6. karakter agen biologik tentang viabilitas :

7. host : unggas, manusia

8. reservoir : unggas

9. tipe reservoir pada manusia :

10. acute clinical cases

Manifestasi klinis avian influenza terdiri dari :

1) Gejala penyakit seperti influenza tipikal, yaitu demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, malaise

2) Infeksi mata (konjungtivis)

3) Pnemuonia

4) Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

5) Gangguan pada alat pencernaan yaitu diare, kejang dan koma

6) Manifestasi saluran klinis bagian bawah biasanya timbul pada awal penyakit. Dipsnu timbul pada hari kelima setelah awal penyakit.

1. carriers

2. inapparent infections (subclinical cases)

3. incubatory carriers

4. convalescent carriers

5. chronic carriers

1. lingkungan fisik

Pada suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang pada saat itu sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap mudah tidaknya virus menjangkiti seseorang. Selain itu virus flu burung juga memerlukan suhu yang optimal agar dapat bertahan hidup.

Faktor musim pada penyakit flu burung terjadi karena adanya faktor kebiasaan burung untuk bermigrasi ke daerah yang lebih hangat pada saat musim dingin. Misalkan burung-burung yang tinggal di pesisir utara Cina akan bermigrasi ke Australia dan Asia Tenggara pada musim dingin, burung-burung yang telah terjangkit tersebut akan berperan menularkan flu burung pada hewan yang tinggal di daerah musim panas atau daerah tropis tempat burung tersebut migrasi.

Faktor tempat tinggal pada penyakit flu burung misalnya apakah tempat tinggal seseorang dekat dengan peternakan unggas atau tidak, di tempat tinggalnya apakah ada orang yang sedang menderita flu burung atau tidak.

1. lingkungan biologik : faktor lingkungan biologis pada penyakit flu burung yaitu agent. Agent merupakan sesuatu yang merupakan sumber terjadinya penyakit yang dalam hal ini adalah virus aviant influenza (H5N1). Sifat virus ini adalah mampu menular melalui udara dan mudah bermutasi. Daerah yang diserang oleh virus ini adalah organ pernafasan dalam, hal itulah yang membuat angka kematian akibat penyakit ini sangat tinggi.

2. lingkungan sosio-ekonomik : faktor lingkungan sosial meliputi kebiasaan sosial, norma serta hukum yang membuat seseorang berisiko untuk tertular penyakit. Misalnya kebiasaan masyarakat Bali yang menggunakan daging mentah yang belum dimasak terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai makanan tradisional. Begitu pula dengan orang-orang di eropa yang terbiasa mengonsumsi daging panggang yang setengah matang atau bahkan hanya seperempat matang. Selain itu juga pada tradisi sabung ayam akan membuat risiko penyakit menular pada pemilik ayam semakin besar.

3. portal of exit : virus AI dikeluarkan oleh unggas penderita lewat cairan hidung, mata dan feses. Unggas peka akan tertular bisa secara kontak langsung dengan unggas penderita maupun secara tidak langsung melalui udara yang tercemar oleh droplet yang dikeluarkan hidung dan mata atau muntahan penderita. Tinja yang mongering dan hancur menjadi serbuk yang mencemari udara yang terhirup oleh manusia atau hewan lain kemungkinan juga merupakan cara penularan yang efektif. Tinja dan muntahan penderita yang mengandung virus seringkali mencemari pakan, air minum, kandang dan peralatan kandang akan menularkan penyakit dari unggas penderita ke unggas peka dalam satu flok kandang.

4. mode of transmission : penularan virus dari peternakan satu ke peternakan lain bisa melalui perantara, antara lain manusia, pakaian, sepatu, kendaraan dan burung liar. Transmisi antar spesies, misalnya babi. Namun, sampai saat ini, H5N1 tidak dengan mudah transmisi dari hewan ke manusia dan transmisi antar manusia sangat jarang.

5. portal of entry : tidak ada indikasi penularan AI secara vertikal, dari induk kepada keturunannya. Virus bisa terkandung dalam telur dari ayam induk pembibit yang terinfeksi, tetapi embrio akan mati sebelum menetas. Belum ada indikasi pula virus AI menular dari manusia ke manusia, tetapi tetap harus waspada, karena bisa terjadi perubahan sifat virus secara antigenic drift dalam tubuh babi sebagai mixing vessel, sehingga virus H5N1 bisa menginfeksi manusia maupun burung.

6. susceptible host : kasus manusia terinfeksi AI cukup kecil, hanya terbatas pada orang-orang yang bersinggungan langsung dengan unggas penderita. Kelompok rawan terinfeksi, antara lain pekerja di peternakan ayam atau unggas domestik lain, Rumah Potong Ayam (RPA), pengangkut (sopir) distribusi ayam. Tidak ada bukti manusia tertular oleh virus AI karena makan daging atau telur ayam yang telah dimasak, karena virus mati pada pemanasan jauh di bawah suhu mendidih. Sehingga tidak perlu takut mengkonsumsi daging dan telur ayam perlu disosialisasikan secara besar-besaran oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, semua pihak terkait kepada masyarakat luas, karena sumber pangan protein hewani yang bisa mencerdaskan kehidupan bangsa dan terjangkau harganya oleh masyarakat adalah produk unggas.

7. course of infection/patofisiologi penyakit

8. incubation period

Masa inkubasi avian influenza sangat pendek, yaitu tiga hari, dengan rentang 2-4 hari. Virus avian influenza dapat menyerang berbagai organ manusia, yaitu paru-paru, mata, saluran pencernaan dan sistem saraf pusat.

1. prodromal period

2. fastigium period

3. defervescence period

4. convalescence period

5. defection period

HEPATITIS A1. agen biologik : Virus HAV. Transfusi darah, aliran darah, plasenta bayi bagi ibu yang mengandung serta cairan tubuh seperti sperma, vagina, dan air liur.

2. agen kimia : alkohol dan obat-obatan

3. agen nutrisi : sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi2an. Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang hijau, sayuran, dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas. Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti gula-gula, sari buah, selai, sirup, manisan,dan madu.

4. agen mekanik : -

5. agen fisika : -

6. karakter agen biologik tentang viabilitas :

7. host : Virus Mumps, Virus Rubella, Virus Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus Herpes.

8. reservoir : manusia merupakan reservoir hepatitis A virus, yang ditularkan dari kotoran pasien yang terinfeksi, baik kontak orang-ke-orang atau konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Transmisi seksual diantara pria yang berhubungan seks dengan sesame pria juga telah dijelaskan. Masa inkubasi berkisar antara gejala kasus dua dan tujuh minggu. Pasien yang menular dari dua minggu sebelum timbulnya gejala dan dapat terus menular selama satu minggu atau lebih setelahnya.

9. tipe reservoir pada manusia :

10. acute clinical cases

11. carriers

orang-orang yang terkena infeksi, tetapi belum mempunyai tanda atau gejala yang jelas, dan dapat menularkan infeksi yang mereka derita kepada orang lain. Mereka adalah sumber infeksi yang potensial bagi orang lain, terutama karena para carrier tersebut biasanya tidak mengetahui bahwa mereka tidak mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari penyebaran infeksi yang mereka derita kepada orang lain.

1. inapparent infections (subclinical cases)

2. incubatory carriers

3. convalescent carriers

4. chronic carriers

1. lingkungan fisik : kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai personal hygiene, perilaku seks oral-anal, penggunaan obat-obatan suntik terlarang, dan tidak melakukan imunisasi HAV.

2. lingkungan biologik : resistensi virus HAV terhadap lingkungan.

3. lingkungan sosio-ekonomik : lingkungan dengan sanitasi yang buruk, kurangnya sarana air bersih, kepadatan penduduk.

4. portal of exit : Hepatitis A HAV biasanya didapat dengan mengonsumsi makanan tercemar atau minum air yang terkontaminasi. HAV menyebabkan peradangan hati, yang mengarah ke rasa sakit dan pembengkakan. Hepatitis A adalah berbeda dari jenis hepatitis lainnya karena tidak biasanya sebagai serius dan tidak berkembang menjadi hepatitis kronis atau sirosis seperti hepatitis B dan C dapat. Gejala hepatitis A biasanya ringan dan pergi pada mereka sendiri. Jarang akan Anda mengembangkan komplikasi seperti kambuh hepatitis atau gagal hati. Dengan kekambuhan hepatitis, gejala membaik, tapi kemudian kembali. Kematian dari hepatitis A jarang terjadi. Para lansia,, sangat muda dan orang dengan penyakit hati kronis canggih seperti dari hepatitis C berada pada risiko terbesar untuk komplikasi dari pasien hepatitis A. yang paling menular segera setelah mereka terinfeksi dan sebelum gejala muncul. Orang dewasa yang sehat tidak lagi menular 2 minggu setelah sakit tersebut dimulai. Anak-anak dan orang-orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah dapat menular hingga 6 bulan. Portal exit untuk hepatitis adalah Saluran usus.

5. mode of transmission : Penularan Hepatitis biasanya melalui kontak langsung dengan darah atau produknya dan jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi. Dalam kegiatan sehari-hari banyak resiko terinfeksi Hepatitis seperti berdarah karena terpotong atau mimisan, atau darah menstruasi. Perlengkapan pribadi yang terkena kontak oleh penderita dapat menularkan virus Hepatitis (seperti sikat gigi, alat cukur atau alat manicure). Resiko terinfeksi Hepatitis melalui hubungan seksual lebih tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan. Penularan Hepatitis jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis ke bayi yang baru lahir atau anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, jika sang ibu juga penderita HIV positif, resiko menularkan Hepatitis sangat lebih memungkinkan. Menyusui tidak menularkan Hepatitis. Jika anda penderita Hepatitis, anda tidak dapat menularkan Hepatitis ke orang lain melalui pelukan, jabat tangan, bersin, batuk, berbagi alat makan dan minum, kontak biasa, atau kontak lainnya yang tidak terpapar oleh darah. Seorang yang terinfeksi Hepatitis dapat menularkan ke orang lain 2 minggu setelah terinfeksi pada dirinya. Waktu terekspos sampai kena penyakit kira-kira 2 sampai 6 minggu. penderita akan mengalami gejala gejala seperti demam, lemah, letih, dan lesu, pada beberapa kasus, seringkali terjadi muntah muntah yang terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.

6. portal of entry : ahli bedah yang terpapar untuk mengakses jantung, pembuluh darah dan dialisis, serta staf ruang operasi, berada pada risiko tinggi untuk terinfeksi hepatitis. Virulensi dari penyakit menjamin perlindungan yang maksimal untuk orang-orang ini. Mata adalah sebuah portal terbuka dan didokumentasikan masuk untuk darah dan kotoran yang berpotensi menular lainnya. Kami sangat menyarankan penggunaan kacamata atau kacamata optik jelas di ruang operasi dalam rangka untuk meminimalkan bahaya menghubungi menonaktifkan dan penyakit yang berpotensi mematikan.

7. susceptible host : seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman, yaitu usia, keturunan, stres (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.

8. course of infection/patofisiologi penyakit

9. incubation period : 18 50 hari (rata-rata 28 hari)

10. prodromal period : 4 hari 1 minggu

Gejala : lesu, lelah, anorexia, nausea, muntah, rasa tak enak abdomen kanan atas, demam ( 390C), rasa dingin, sakit kepala, gejala flu (nasal discharge, sakit tenggorok, batuk). Pemeriksaan fisik : hepatomegali ringan & nyeri tekan (70%) dan splenomegali (5-20%).

1. fastigium period

1) pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan, dan mual

2) stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik)

3) stadium kesembuhan (konvalesensi)

1. defervescence period

selama dua minggu setelah gejala pertama atau satu minggu setelah penyakit kuning muncul. Pasien diharapkan menjaga kebersihan.

1. convalescence period

2. defection period

Jika menderita hepatitis A, di samping mencuci tangan dengan bersih, kita harus menjauhi kegiatan berikut karena dapat menularkan penyakit, yaitu sampai sekurang-kurangnya seminggu setelah timbulnya penyakit kuning

1) jangan mempersiapkankan makanan atau minuman untuk orang lain

2) jangan menggunakan alat makan atau alat minum yang sama dengan orang lain

3) jangan menggunakan seprai dan handuk yang sama dengan orang lain

4) jangan berhubungan kelamin

5) cuci alat makan dalam air bersabun, cuci seprai dan handuk dengan mesin cuci

LEPTOSPIROSIS1. agen biologik : Leptospira icterohemorrhagiae2. agen kimia : aerosol dan obat-obatan yang terkontaminasi.

3. agen nutrisi : air dan kurangnya vitamin C.

4. agen mekanik : paparan terus menerus pada luka terbuka dan arthropoda.

5. agen fisika : panas, air, tanah, kelembaban yang tinggi, suhu yang panas.

6. karakter agen biologik tentang viabilitas :

7. host : hewan dan manusia

8. reservoir : hewan peliharaan dan binatang liar. Serovarian berbeda-beda pada setiap hewan yang terinfeksi.

9. tipe reservoir pada manusia :

10. acute clinical cases

nefritis interstisial dan tubulus glomerulus ginjal serta lesi vaskular menyebabkan uremia dan oliguria/anuria dan cedera pembuluh darah kapiler ke hati; tanpa adanya nekrosis hepatoseluler menyebabkan ikterus; peradangan meninges menyebabkan sakit kepala, kaku leher, kebingungan, psikosis, delirium, dan trombositopenia (penurunan jumlah trombosit darah); dapat menyebabkan perdarahan.

1. carriers

2. inapparent infections (subclinical cases)

3. incubatory carriers

4. convalescent carriers

5. chronic carriers

1. lingkungan fisik : tempat tinggal yang dekat dengan selokan air mempunyai risiko lima kali lebih tinggi terkena leptospirosis. Adanya tikus di dalam rumah mempunyai risiko empat kali lebih tinggi terkena leptospirosis. Leptospirosis juga dapat menyerang manusia akibat kondisi seperti banjir, air bah atau saat air konsumsi tercemar oleh urin hewan. Kontak dengan air selokan , kontak dengan air banjir, dan kontak dengan lumpur mempunyai risiko tiga kali lebih tinggi terkena leptospirosis.

2. lingkungan biologik : keberadaan tikus di dalam dan sekitar rumah, kepemilikan hewan piaraan sebagai hospes perantara, banyaknya binatang yang bisa terjangkit lepstospirosis, dan banyaknya tumbuhan yang beresiko terpajan urin yang terinfeksi.

3. lingkungan sosio-ekonomik : leptospirosis banyak terjadi di kawasan yang padat penghuni dengan sanitasi yang buruk, pembuangan sampah yang buruk (sembarangan dan tertimbun lama tanpa pengolahan), kurangnya air bersih sehingga menggunakan air dengan air sungai atau selokan. Leptospirosis biasanya terjadi pada lingkungan dengan kondisi sosioekonomik menengah ke bawah, termasuk kebersihan perorangan, keadaan gizi, usia, taraf pendidikan, dan pekerjaan.

4. portal of exit : urin dan sekresi

5. mode of transmission : infeksi leptospiral manusia terutama dari paparan langsung atau tidak langsung pada urin hewan yang terinfeksi. Kelembaban merupakan faktor penting dari kelangsungan hidup leptospira di lingkungan. Mode penularan infeksi lainnya, seperti penanganan jaringan hewan yang terinfeksi serta konsumsi makanan dan air yang terkontaminasi.

6. portal of entry : melalui kontak pada kulit, khususnya apabila terluka; atau kontak selaput lendir dengan air, tanah basah atau tanaman, khususnya tanaman tebu yang terkontaminasi dengan urin hewan yang terinfeksi; berenang; luka yang terjadi karena kecelakaan kerja; kontak langsung dengan urin atau jaringan tubuh hewan yang terinfeksi; terkadang melalui makanan yang terkontaminasi dengan urin dari tikus yang terinfeksi; dan terkadang melalui terhirupnya droplet dari cairan yang terkontaminasi. Bakteri memasuki host melalui portal seperti kulit yang rusak, membran mukosa tertentu, paru-paru, dan selaput konjungtiva. Mereka tidak berpikir mampu menembus kulit tidak rusak kecuali bila telah terkena air dan telah membengkak secara signifikan. Transfer ke portal biasanya melibatkan kontak langsung dengan urin atau air yang mengandung bakteri dalam suspensi. Masuk melalui paru-paru membutuhkan menghirup tetesan aerosol dan bukan bakteri sendiri. Leptospira tidak dapat eksis sebagai spora atau mengaktifkan kembali sekali kering dalam lingkungan alam. Setelah dalam jaringan host, strain patogen dapat mereproduksi karena mereka dioptimalkan untuk metabolisme pada suhu tubuh. Kelangsungan hidup mereka tergantung pada kurang efektifnya respon kekebalan tubuh host, tetapi mereka tampaknya tidak menyebabkan reaksi inflamasi dan di host tanpa kekebalan mengadaptasi kemungkinan untuk dapat mendirikan sebuah kurva pertumbuhan positif yang tinggi. Dalam strain virulen bakteri tersebut tahan terhadap serangan dari sistem kekebalan tubuh bawaan dan sehingga dapat berkembang dengan cepat, sampai sistem adaptif memiliki perubahan untuk memilih dan mereplikasi antibodi serumpun. Saphrophytes, dan patogen yang kurang virulen, tampaknya mudah ditargetkan oleh sistem kekebalan tubuh bawaan dan begitu juga dihilangkan.

7. susceptible host : pekerjaan yang berisiko diantaranya dokter hewan, pekerja rumah jagal, petani, pekerja selokan, dan orang yang bekerja pada bangunan telantar.

8. course of infection/patofisiologi penyakit

9. incubation period : masa inkubasi 7-10 hari, dengan kisaran 2-30 hari.

10. prodromal period

11. fastigium period

12. defervescence period

13. convalescence period

14. defection period

AIRBORNE DISEASEAdalah penyakit yang ditularkan langsung melalui udara, dimana udara tersebut bila mengandung kuman patogen dan terkena oleh manusia yang memiliki imune yang rendah maka dapat terjadi penyakit. Di antara penyakit tersebut adalah FLU BURUNG (H5N1).

DEFINISIFlu Burung (H5N1) adalah suatu jenis influenza tipe A yang menyerang hewan unggas terutama ayam dan kadangkala kepada manusia. Flu Burung dapat berpindah dari unggas hidup kepada manusia, walaupun penularan antara manusia relatif jarang terjadi. Gejala umum dari flu burung sama seperti virus influenza lainnya, seperti demam nyeri seluruh persendian otot, batuk dan sakit tenggorokan. Namun, pada berberapa kasus dapat berakibat pada demam yang tinggi, infeksi paru-paru, gagal pernafasan, kegagalan fungsi organ lainnya, dan kematian.

http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/072005/flu_burung.pdf EPIDEMIOLOGIBurung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.

Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.

Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.

Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan.

Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya.

Sekelompok orang terakhir yang terinfeksi oleh pathogen avian influenza, sebagian adalah pathogen tipe H5N1 di Asia, mempunyai keterlibatan tentang serangan pandemik yang baru.

Pada tahun 1997, pathogen avian influenza H5N1 yang sangat patogen hasil dari penggabungan kembali beberapa pathogen avian menyebabkan peningkatan jumlah kematian pada unggas domestik dan penyakit yang cukup parah dengan jumlah kematian 6 diantara eighteen kasus penderita di Hongkong.

Peningkatan terjadi karena penyebaran dari unggas terinfeksi yang ada pada pasar unggas dan telah dikemas oleh pemotong ayam. Virus ini tidak terlalu baik pada penyebaran orang ke orang.

Penyebaran influenza burung di berbagai belahan dunia antara lain :

Selama tahun 1997 di Hong Kong pathogen Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi eighteen orang yang dirawat di rumah sakit dan 6 di antaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi influenza burung. Pada Juli 2005 dilaporkan kasus influenza burung akibat pathogen H5N1 yang menyebabkan kematian 3 orang dalam satu keluarga di Tangerang Banten. Awal tahun 2006 ini dilaporkan 3 kasus influenza burung baru di Indonesia dan semuanya meninggal. Menurut catatan WHO sampai awal Februari 2006 sum penderita influenza burung seluruh dunia berjumlah 161 dan 86 di antaranya meninggal dunia.

MEKANISME PENULARAN Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya.

Sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa virus flu burung dapat menular dari manusia ke manusia dan menular melalui makanan.

GEJALA KLINISFlu burung (H5N1) memiliki persamaan gejala dengan virus influenza lainnya, termasuk adanya demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, sakit kepala dan nyeri otot. Namun virus flu burung kemungkinan besar dapat mengakibatkan demam yang tinggi, infeksi paru-paru, terganggunya saluran pernapasan, rusaknya bermacam-macam organ tubuh, sampai pada kematian.

MASA INKUBASI- Pada Unggas : 1 minggu

- Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari

sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .

ETIOLOGIPenyebab influenza burung pada bangsa unggas itu adalah pathogen influenza tipe A. Virus Influenza A berasal dari keluarga orthomyxoviridae adalah pathogen RNA berenvelop dengan dua glikoprotein permukaan : hemaglutinin dan neurominidase. Sebagai pathogen berenvelop pemanasan akan merusak daya infektivitasnya; penularan terjadi melalui saluran pernafasan bukan melalui makanan.

Ukuran hole virions adalah 80 hingga 120 nm yang berbentuk filament. Susunan pathogen terdiri dari 8 segmen berbeda dari negative-stranded RNA. Virus influenza A dibagi dalam subtipe-subtipe berdasarkan perbedaan serologik dan genetik glikoprotein permukaan dan gene yang mengkodenya. Ada fifteen subtipe hemaglutinin (H1-H15) dan 9 subtipe neurominidase (N1-N9) telah diidentifikasi.

Virus Influenza A dengan hemaglutinin subtipe H1, H2, H3, dan neurominidase subtipe N1 dan N2 telah menyebabkan epidemi dan pandemi sejak tahun 1900. Subtipe H5 dan H7 pathogen influenza burung adalah yang menyebabkan wabah dengan tingkat kematian tinggi (patogenik). Hanya ada satu jalur dari pathogen influenza burung yang tingkat kemampuan mematikannya tinggi atau high-pathogenic avian influenza (HPAI) H5N1 yang dapat menginfeksi manusia (zoonosis).

Dari penelitian menunjukkan, unggas yang sakit oleh Influenza A atau pathogen H5N1 dapat mengeluarkan pathogen dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus itu dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu twenty-two derajat Celcius dan lebih dari thirty hari pada nol derajat Celcius.

Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, pathogen dapat bertahan lebih lama. Virus ini mati pada pemanasan 56 derajat Celcius dalam 3 jam atau 60 derajat Celcius selama thirty menit. Bahan disinfektan formalin dan Iodine dapat membunuh pathogen yang menakutkan ini.

Virus influenza B adalah jenis pathogen yang hanya menyerang manusia, sedangkan pathogen influenza C, jarang ditemukan walaupun dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang. Jenis pathogen influenza B dan C jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemis. Virus influenza burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi pathogen akan mengeluarkan pathogen ini melalui saliva, cairan hidung, dan kotoran.

Virus avian influenza dapat ditularkan ke manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung pathogen kepada manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara verbal atau melalui saluran pernafasan. Flu burung dapat menyebar dengan cepat di antara populasi unggas dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar antar peternakan dari suatu daerah ke daerah yang lain.

Penyakit ini dapat juga menyerang manusia,lewat udara yang tercemar pathogen itu. Belum ada bukti terjadinya penularan dari manusia ke manusia. Juga belum terbukti adanya penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Orang yang mempunyai risiko besar untuk terserang influenza burung ini adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas. Sebagian besar kasus manusia telah ditelusuri pada kontak langsung dengan ayam yang sakit.

DISTRIBUSIVirus ini tidak menulari manusia pada khususnya. Namun pada tahun 1997, kejadian pertama penularan langsung virus influenza A (H5N1) dari burung ke manusia telah dibuktikan saat terjadi serangan penyakit flu burung diantara unggas di Hong Kong; virus tersebut telah menyebabkan sakit pernafasan yang parah pada 18 orang, 6 diantaranya meninggal. Sejak saat itu, terdapat kejadian penularan H5N1 pada manusia. Namun sejauh ini virus H5N1 tidak bisa menular dari manusia ke manusia. Petugas-petugas kesehatan terus memantau keadaan ini secara teliti untuk mendapatkan petunjuk adanya penularan H5N1 antar manusia. Sampai dengan tanggal 17 Oktober 2007, Indonesia telah melaporkan 109 kasus flu burung H5N1 pada manusia. 88 diantaranya mematikan. 3 kasus mematikan dilaporkan telah terjadi di Bali sejak bulan Agustus 2007.

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN (CONTROL)1. Pada Unggas:- Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung- Vaksinasi pada unggas yang sehat

2. Pada Manusia :

Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.c. Gunakan alat pelindung perorangan seperti masker, sarung tangan, kaca mata pelindung, sepatu pelindung dan baju pelindung pada waktu melaksanakan tugas dipeternakan yang terjangkit atau di laboratorium.d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.f. Imunisasi.

Masyarakat umuma. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.

b. Lakukan survei serologis pada mereka yang terpajan termasuk kepada dokter-hewan

c. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)- Memasak daging ayam sampai dengan matang.

FOOD and WATERBORNE DISEASE (DIARE)DEFINISI

Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, dimana air minum tersebut bila mengandung kuman patogen terminum oleh manusia maka dapat terjadi penyakit. Di antara penyakit tersebut adalah DIARE.

Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) seperti halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.

Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan.

Diare terbagi menjadi diare Akut dan Kronik.Diare akut berdurasi 2 minggu atau kurang, sedangkan diare kronis lamanya lebih dari 2 minggu. Selanjutnya pembahasan dikhususkan mengenai diare kronis.

Diare menetap selama beberapa minggu atau bulan,baik yang menetap atau intermitten, memerlukan evaluasi.Meskipun pada umumnya sebagian besar kasus disebabkan oleh Iritable Bowel Syndrome (IBS), diare dapat mewakili manifestasi dari penyakit serius yang mendasarinya. Pencarian yang seksama terhadap penyakit ini harus dilakukan.

http://www.esp.or.id/handwashing/media/diare.pdfEPIDEMIOLOGIEpidemiologi diare atau penyebaran diare sebagian besar disebabkan karena faktor lingkungan dan sanitasi yang buruk.

Lingkungan yang tidak bersih tersebut bisa menjadi pemicu munculnya bakteri-bakteri penyebab diare dalam tubuh manusia.Berikut adalah epidemiologi atau sistem penyebaran diare pada manusia.

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan/minuna yang tercemar

tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman

enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut antara lain :

a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan pada bayi yang tidak

b) diberi ASI risiko untuk menmderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan kemungjinan

c) menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

d) Menggunakan botol susu , penggunakan botol ini memudahkan pencernakan oleh Kuman , karena botol susah dibersihkan.

e) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.

f) Menggunakan air minum yang tercemar .

g) Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, Perncemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

h) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak,

i) Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

1. Air

Air yang kita gunakan untuk keperluan sehari-hari pun bila memiliki kebersihan yang minim bisa membawa bakteri masuk dalam perut dan berdiam di usus besar. Akibatnya, bakteri pembawa diare itu dengan leluasa menyebar ke seluruh bagian usus manusia dan menginfeksinya.

2. Tanah

Tanah memang kotor. Sepertinya itu sudah merupakan kodrat yang diberikan Tuhan kepadanya. Tanah yang kotor tersebut sudah tidak diragukan lagi dapat mengantarkan bakteri Ecoli menuju perut. Untuk menghindari itu, biasakan mencuci bahan makanan yang akan dimasak dengan bersih sebelum dikonsumsi.

3. Tangan

Setelah air dan tanah, hal lain yang bisa ikut membantu penyebaran diare pada manusia adalah tangan manusia itu sendiri. Tangan yang kotor berisiko mengandung banyak kuman dan bakteri. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan melakukan beragam aktivitas tampaknya masih tampaknya masih ampuh mencegah kehadiran bakteri dalam usus.

4. Lalat

Hewan yang satu ini sepertinya memang menjadi teman akrab bagi para bakteri. Sebaliknya, ia menjadi musuh bagi para manusia. Lalat memang memiliki kebiasaan yang aneh menurut manusia, ia lebih senang hinggap di tempat-tempat kotor. Kotoran yang menempel pada kakinya, kemudian menempel pada makanan.

Bakteri yang menyebabkan penyakit diare sangat menyukai tempat-tempat yang memang kotor. Mereka akan tumbuh dan berkembang biak di sana. Epidemiologi diare memang tidak seperti penyakit pernafasan yang bisa menular melalui udara. Walaupun kedua penyakit tersebut sama-sama disebabkan oleh kuman dan bakteri.

Di Indonesia diperkirakan 25% dari kematian anak balita disebabkan oleh diare. Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun, walaupun banyak juga ditemukan penderita yang usianya relatif muda yaitu antara 6 bulan12 bulan.

MEKANISME PENULARAN Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.

Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.

Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar

Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.

Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

ETIOLOGIPenyebab diare secara umum ditimbulkan oleh:

Adanya aktivitas bakteri, virus atau parasit yang menginfeksi usus.

Alergi terhadap makanan dan obat-obatan tertentu.

Infeksi yang disebabkan virus dan bakteri yang menyertai penyakit lain seperti campak, infeksi telinga, infeksi tenggorokan dan malaria.

Pemanis buatan yang banyak terdapat pada jajanan pinggir jalan yang sering dikonsumsi anak-anak.

Anak-anak sering mengalami gangguan pada kesehatan terutama organ pencernaan. Seperti diare yang sering menyerangnya minimal satu kali dalam setahun. Hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan terhadap kebersihan makanan dan jenis makanan yang dikonsumsinya.Infeksi akibat rotasi virus terjadi pada proses penyerapan di usus mereka.

Anak-anak kecil sering jajan sembarangan, begitu pula dengan anak balita yang sering diberi makanan padat yang belum saatnya diberi. Akibatnya, usus halus yang belum siap menyerap langsung melimpahkan makanan ke usus besar. Hal ini menyebabkan produksi tinja menjadi berair.Akibat yang sering terjadi pada penderita diare adalah dehidrasi karena banyaknya cairan yang keluar.

Anak-anak juga juga sering menemukan makanan yang tercecer di sekitarnya dan kemudian dimasukkannya ke dalam mulut. Kemudian terjadilah proses rotasi virus dan bakteri dalam organ pencernaan.

Menurut Sumirat, penyakit diare selain disebabkan oleh bermacam- macam faktor juga sangat dipengaruhi oleh kualitas air yang digunakan oleh masyarakat, adapun macam- macam faktor yang mempengaruhi dapat diuraikan sebagai berikut :

Air sebagai penyebar mikroba patogen.

Air sebagai sarang insekta dan penyebar penyakit.

Jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik.

Air sebagai sarang hopses sementara penyakit.

DISTRIBUSI Berdasarkan tempat

Distribusi penyakit diare di Indonesia pada tahun 2005 banyak ditemukan di propinsi Nusa Tenggara Timur dengan CFR 1,28 %.

Berdasarkan umur

Sekitar 80 % kematian diare tersebut terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun, data terakhir menunjukkan bahwa dari sekitar 125 juta anak usia 0-11 bulan, dan 450 juta anak usia 1-4 tahun yang tinggal di negara berkembang total episode diare pad abalita sekitar 1,4 milyar kali per tahun. Dari jumlah tersebut total episode diare pada bayi usia dibawah 0-11 bulan sebanyak 475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta kali pertahun.

Berdasarkan waktu

Distribusi penyakit diare di Indonesia sering ditemukan pada musim pancaroba (perubahan iklim dari musim hujan ke kemarau).

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN (CONTROL)1. Pada penderita

2. Contact person

3. Lingkungan1. Minum dan makan secara normal untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.

2. Untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI.

3. Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 4 bulan.

4. Garam oralit.

1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting : sebelum dan sesudah makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak, sebelum menyiapkan makanan.

2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merbus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi.

3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, dll).

4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.

Meningkatkan sanitasi lingkungan, melakukan penyuluhan terhadap warga di masyarakat tentang lingkungan bersih, bekerja sama membersihkan saluran air.

Kejadian Luar Biasa (KLB) /Wabah1.Apa saja kriteria suatu kejadian penyakit dikatakan wabah/KLB?

Timbulnya penyakit menular yang sebelmunya tidak pernah ada

Pertambahan kejadian penyakit terus menerus dalam 3 kurun waktu

Pertambahan penyakit 2x lipat atau menjadi lebih banyak

Jumlah penderita dalam satu bulan menjadi 2x lipat atau lebih,bila dibandingkan dengan periode sebelumnya

2.Apa yang dimaksud dengan Herd immunity.?

Merupakan sesuatu yang mempengaruhi tinggi rendahnya kekebalan tubuh atau imunitas didalam suatu masyarakat/kelompok.Adanya target(tidak selalu harus 100%)karena berbeda-beda dan dirasa sudah cukup untuk melindungi kelompok agar penyakit tidak masuk dalam suatu kelompok tersebut.

3.Apa yang seharusnya kita lakukan agar fenomena wabah?KLB dapat dicegah?

Penanggulangan sumber pathogen

Singkirkan sumber kontaminaasi

Hindarkan orang dari paparan

Inaktifasi atau neutralisasi pathogen

Isolasi dan / atau obati orang yang terinfeksi

Memutus rantai penularan

Memutus sumber lingkungan

Penanggulangan transmisi vektor

Tingkatan sanitasi perorangan

SURVEILANS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.

Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri seringkali salah dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan Tifus.

Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD disebabkan adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah.

FAKTOR DAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran dan penularan penyakit DBD, yaitu urbanisasi yang cepat, perkembangan pembangunan di daerah pedesaan, kurangnya persediaan air bersih, mudahnya transportasi yang menyebabkan mudahnya lalu lintas manusia antardaerah, adanya pemanasan global yang dapat mempengaruhi bionomik vektor Aedes aegypti. Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal, yaitu: (1) Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, (2) Diagnosis dini dan pengobatan dini, (3) Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah baik lintas sektor maupun lintas program dan masyarakat termasuk sektor swasta. Tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam upaya pemberantasan penyakit DBD antara lain membuat kebijakan dan rencana strategis penanggulangan penyakit DBD, mengembangkan teknologi pemberantasan, mengembangkan pedoman pemberantasan, memberikan pelatihan dan bantuan teknis, melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan serta penggerakan masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan meliputi abatisasi, fogging focus dan penyuluhan/promosi kesehatan disamping pengobatan penderita. Agar kegiatan tersebut dapat berlangsung efektif, efisien dan tepat sasaran maka diperlukan suatu kegiatan surveilans epidemiologi dimana hasil kegiatan surveilans sangat menentukan tindakan pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi kegiatan.

Surveilans epidemiologi merupakan pengamatan penyakit pada populasi yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, untuk menjelaskan pola penyakit, mempelajari riwayat penyakit dan memberikan data dasar untuk pengendalian dan penanggulangan penyakit tersebut. Surveilans epidemiologi tidak terbatas pada pengumpulan data, tetapi juga tabulasi, analisis dan interpretasi data serta publikasi dan distribusi informasi. Jenis data yang dikumpulkan juga menyangkut subyek yang sangat luas, tidak hanya data kesakitan, kematian, wabah, data rumah sakit tetapi lebih luas termasuk data tentang faktor risiko individu, demografis maupun lingkungan.

Surveilans yang benar adalah dengan cara pengumpulan,pencatatan,pengolahan dan penyajian data secara terus menerus untuk mengetahui perkembangan penyakit dbd.

Surveilans yang baik dapat dilakukan dengan cara :

1) Surveilans Aktif Rumah Sakit, merupakan kewajiban rumah sakit melaporkan setiap kasus baru DBD yang dirawat ke dinas kesehatan dalam waktu 1 x 24 jam

2) Surveilans Berbasis Masyarakat, merupakan kewajiban masyarakat melaporkan setiap penderita DBD ke puskesmas

3) Surveilans berbasis Petugas Kesehatan dengan cara mendata suatu penyakit di setiap RT/RW

Tentu saja dalam melakukan surveilans peran masyarakat sangat dibutuhkan. Karena Tidak hanya petugas kesehatan saja yang berperan aktif. Petugas kesehatan dalam hal ini dapat melakukan kerja sama dengan kelurahan/kecamatan setempat untuk mendapatkan data serta mengantisipasi warga akan bahaya wabah DBD.

Meski terjadi penurunan, antisipasi pencegahan dan penanganan kasus DBD di Jakarta tetap ditingkatkan. Penyelidikan Epidemiologi DBD merupakan kegiatan pencarian penderita atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik ditempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitarnya, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter kemudian Pengawasannya dimulai dengan suplai data kasus DBD dari seluruh rumah sakit di Jakarta. Berdasarkan data itu, dilakukan pemeriksaan lanjutan oleh petugas medis puskesmas ke wilayah yang terdapat kasus DBD untuk investigasi.

Jika terbukti positif DBD, maka akan dilakukan epidemiologi dan lingkungan yang rawan DBD akan di-fogging untuk menghindari penyebaran jentik nyamuk. Fogging merupakan sarana pemutus penularan DBD di wilayah yang ada penderita DBD. Itu merupakan langkah efektif hingga sekarang ini, ungkapnya.

Mengingat vaksin dan obat untuk menyembuhkan DBD belum tersedia, maka cara yang dilakukan untuk pencegahan dan penanggulangannya adalah dengan pengendalian vektor (nyamuk penular). Di Indonesia telah diketahui terdapat dua spesies nyamuk Aedes yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus, spesies pertama sebagai vektor utama dan yang kedua sebagai vektor sekunder. Pengendalian vektor dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa dan jentiknya. Pada tahun 1969-1980 pengendalian vektor DBD terutama menggunakan insektisida dengan penyemprotan seperti fogging dan Ultra Low Volume (ULV) bila terjadi wabah atau KLB. Sejak tahun 1988 selain dengan penyemprotan, juga dilaksanakan larvasidasi massal untuk membunuh jentik dan dilakukan Sebelum Musim Penularan (SMP). Mulai tahun 1989 telah dilaksanakan pengendalian DBD secara terpadu yaitu Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kegiatan 3M (menguras, menutup, mengubur), larvasidasi dan penyemprotan. Penyemprotan massal Sebelum Masa Penularan dihentikan pada tahun 1998 karena dinilai tidak efektif, sehingga cakupan penyemprotan hanya berdasarkan fokus kasus.

Untuk meningkatkan efektifitas program pengendalian secara terpadu, dipandang perlu melakukan program pengendalian nyamuk dan jentik nyamuk DBD melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Gerakan 3M dan/ atau Gerakan 3M Plus oleh semua Tatanan Masyarakat.

Upaya pengendalian DBD di masyarakat difokuskan pada pencegahan penularan kasus DBD diantaranya melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Pengendalian Vektor Penular melalui pemasangan Lavitrap dan Penyelidikan Epidemologi (PE). Kemudian, mengenai upaya pengendalian DBD pada tingkat klinis dilaksanakan pada tingkat Puskesmas dan rumah sakit yang difokuskan pada deteksi dini dan pencegahan kematian akibat demam berdarah dengan diagnosa demam dengue.

Untuk terwujudnya keterpaduan penanganan pemberantasan nyamuk dan jentik nyamuk DBD dimaksud, perlu adanya dukungan pembiayaaan yang berkesinambungan dari Pemerintah Daerah. Selain dari pada itu perlu adanya suatu peraturan yang harus dipatuhi bersama oleh semua Tatanan Masyarakat, sehingga dalam pelaksanaannnya nanti dapat berjalan secara terkoordinasi, selaras dan saling mendukung, untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

TYPHUS, PENYAKIT AKIBAT KURANG BERSIHNYA MAKANAN Penyakit tipes (typhus) merupakan salah satu penyakit menular yang penularannya melalui makanan yang mengandung Bakteri Salmonella diantaranya yang dikenal adalah Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhi, Salmonella para typhii A, dan Salmonella paratyphii B. Basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O, antigen H, dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Kuman tumbuh pada suasan aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 41C (optimum 37C) dan pH pertumbuhan 6 8.Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Merupakan penyebab utama infeksi usus pada manusia dan hewan. Setiap tahun diseluruh dunia terdapat sekitar 17.000.000 kasus dengan 600.000 kematian. Jika tidak segera diobati, 10-20% penderita penyakit tersebut dapat berakibat fatal. Sekitar 2% dari penderita menjadi carrier (pembawa). Di Indonesia, diperkirakan antara 800 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang, Diperkirakan angka kejadian penyakit ini adalah 300 810 kasus per 100.000 penduduk/tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun.. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu menjadi kebal. Insiden penderita berumur 12 tahun keatas adalah 70 80%, penderita umur antara 12 dan 30 tahun adalah 10 20%, penderita antara 30 40 tahun adalah 5 10%, dan hanya 5 10% diatas 40 tahun.Sumber penularan: Kebanyakan penyakit typus ditularkan melalui kotoran. Termasuk kuman yang hidup normal dalam usus hewan, ternak dan reptil, sumber daging unggas unggas kurang matang, telur , melalui anjing, kucing, makanan dan minuman tercemar (batu es), dari carrier yaitu orang sehat tetapi membawa kuman.Patofisiologi: Infeksi masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil di usus halus melalui pembuluh limfe masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfa sehingga membesar dan disertai nyeri. Basil masuk kembali ke dalam darah (bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus ( menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Jika kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi. Dalam keadaan seperti ini, kuman typhus akan mati dan penderita berangsur-angsur sembuh.Masa tunas: 1-2 minggu. Masa inkubasi rata-rata 2 minggu : Demam berangsur-angsur naik selama minggu pertama. Demam terjadi terutama pada sore dan malam hari (febris remitten). Pada minggu 2 dan 3 demam terus menerus tinggi (febris kontinue) dan kemudian turun berangsur-angsur.Gangguan gastrointestinal, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor-berselaput putih dan pinggirnya hiperemis, perut agak kembung dan mungkin nyeri tekan, bradikardi relatif, kenaikan denyut nadi tidak sesuai dengan kenaikan suhu badan.Tanda dan Gejala Penyakit Demam Typhus (Tifoid )* Gejala-gejala dapat dalam beberapa bentuk:1. Keracunan makanan (salmonellosis): Gejala demam, muntah, dehidrasi, diare, nyeri perut, mual.2. Radang usus: Gejala demam, diare berdarah, nyeri perut.3. Keracunan darah: Gejala demam, kehilangan berat badan, nyeri perut, pernapasan cepat, tekanan darah turun, hati membesar, menggigil, kehilangan nafsu makan, jantung berdebar, syok, limpa membesar.Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain ;1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi.2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.Bila anggota keluarga kita ada yang menampakkan gejala-gejala seperti diatas, sebaiknya kita segera melakukan cek lab dan konsultasi dengan dokter keluarga kita. Karena bila kita langsung ke dokter tanpa dibarengi cek lab biasanya tetap juga doketr menyarankan kita cek darah untuk meyakinkan hipotesa atau diagnosa dari dokter tersebut. . Diagnosa Penyakit Demam Typhus (Tifoid) Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan biakan empedu.1. SGOT SGPT meningkat, leukopenia, leuukositosis relatif pada fase akut; mungkin terdapat anemia dan trombositopenia .Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.2. Uji serologis asidal (Titer O,H). Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan progresif.3. Biakan kuman (darah, feses, urin, empedu) .Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces.Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan faeces dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman (carrier).Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah penyakit lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari, dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria, TBC (Tuberculosis), dan infeksi paru (Pneumonia).Perawatan dan Pengobatan Penyakit Demam Typhus (Tifoid)Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan2 posisi berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.Komplikasi Penyakit Demam Typhus (Tifoid) Komplikasi yang sering apabila kita terlambat menangani dan menyepelekan gejala yang timbul karena daya tahan tubuh masing-masing orang tidak sama, dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah perdarahan usus karena perforasi, infeksi kantong empedu (kolesistitis), dan hepatitis. Gangguan otak (ensefalopati) kadang ditemukan juga pada anak.Diet Penyakit Demam Typhus (Tifoid) Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.2. Tidak mengandung banyak serat.

3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.Pada mulanya penderita diberikan bubur saring kemudian bubur kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat secara dini yaitu nasi, lauk pauk yang rendah sellulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman bagi penderita. Bila anak anda dirawat dirumah sakit perhatikan menu makanan yang disiapkan dari rumah sakit karena tidak semua rumah sakit mempunyai ahli gizi yang melaksanakan rekomendasi dokter yang merawat, jadi kita harus selektif memilih makanan yang boleh dikonsumsi anak kita. Demikian juga bila pasien sudah diijinkan untuk rawat jalan biasanya para ibu menganggap anak sudah sembuh dan boleh makan semua makanan.untuk kembali ke makanan normal, lakukan secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi. Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya.Penyakit dapat diatasi dengan beberapa cara bahkan kadang-kadang dapat dicegah. Oleh sebab itu jika pencegahan dilakukan maka pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan. Salah satu cara untuk mencegah penyakit adalah meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan kuman-kuman yang masuk ke alam tubuh.Tubuh yang mendapat makanan yang cukup bergizi akan lebih kuat melawan kuman daripada tubuh yang kekurangan gizi. Anak-anak yang kurang gizi akan lebih mudah sakit dibandingkan anak yang cukup gizi, oleh karena itu kita harus mengupayakan agar anak mendapat gizi yang cukup dan menerapkan pola hidup sehat berarti kita juga mencegah bahaya penularan penyakit. Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit : Upaya pertama yang bisa dilakukan sebelum sakit adalah mempertinggi nilai kesehatan dengan cara menerapkan pola hidup sehat, pola makan sehat, pola pikir sehat dan menjaga lingkungan bersih dan sehat. Pola hidup lebih menekankan kepada kebiasaan dan prilaku keluarga yang sangat berhubungan dengan aktivitas sehari-hari, apakah kita punya kebiasaan berolahraga, istrirahat yang cukup dan punya waktu untuk bersantai. Pola makan keluarga menentukan asupan gizi yang dibutuhkan oleh masing- masing anggota keluarga sesuai dengan umur dan aktivitas serta pantangan untuk masing-masing anggota keluarga, dan ini bila ada kasus alergi terhadap makanan. Ibu harus pandai mengkreasikan menu makanan sehari-hari dengan asumsi disesuaikan dengan dana yang ada. Hilangkan asumsi bahwa makanan mahal pasti sehat ataupun makanan yang sehat pasti mahal. Karena kita harus memahami bahwa bahwa makanan yang baik harus dilihat dari komposisi gizi dan kreatifitas penyajian yang menggugah selera. Pola pikir sangat menentukan kebahagiaan seseorang, setiap orang punya masalah tetapi tinggal bagaimana kita menyikapi setiap persoalan dengan bijak dan yakinlah bahwa setiap masalah pasti ada solusi dan jangan menumpuk dan memendam masalah dalam keluarga. Buatlah rumah kita seperti surga dalam pikiran yang sehat ada badan yang sehat. Lingkungan yang bersih dan sehat sangat terkait dengan lingkungan fisik tempat tinggal kita. Rumah yang sehat adalah rumah yang ukurannya sesuai dengan jamlah anggota keluarga, mempunyai sirkulasi dan ventilasi yang bagus dan secara estetika nyaman di pandang. Upaya kedua dalah menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sumber dan cara penularan penyakit .gejala-gejala dini dan penanganan pertama untuk mencegah kondisi akut..Akhir-akhir ini panyakit typus lebih banyak menyerang anak-anak mulai dari usia balita sampai mahasiswa (banyak mahasiswa saya yang terkena typus), biasanya karena pola makan dan pola hidup yang kurang baik)Beberapa tips yang bisa dilakukan ibu ibu untuk mencegah anak kita terkena typus adalah dan mencegah penularannya : Mengolah makanan untuk keluarga dengan mengutamakan higiene sanitasi dan kebutuhan gizi keluarga Membiasakan anak untuk makan di rumah secara teratur , karena makanan yang diolah dirumah higiene sanitasinya lebih terjamin daripada membeli makanan diluar rumah seperti diwarung ataupun jajanan sekolah yang tingkat keamanan dan higiene sanitasi tidak kita ketahui.(((Dengan mengetahui cara penyebaran penyakit, maka dapat dilakukan pengendalian. Yaitu bila ada salah seorang anggota keluarga kita terkena typus, alat-alat makannya sementara disendirikan dulu dan dicuci bersih dengan sabun yang mengandung antiseptik agar tidak menulari anggota keluarga yang lain.(((membersihkan lingkungan secara teratur , perlindungan terhadap suplai makanan dan minuman, peningkatan kebiasaan hidup sehat serta mengurangi populasi lalat (reservoir).(((Sterilisasi pakaian, bahan, dan alat-alat yang digunakan penderita dengan menggunakan antiseptik. Mencuci tangan dengan sabun.Sebagai bagian dari masyarakat ,kita bisa berbagi ilmu pengetahuan yang kita miliki untuk memberikan pendidikan kesehatan secara berkala kepada ibu-ibu di lingkungan sekitar kita. Perlu juga kita menyarankan agar pemerintah dalam hal ini Departemen kesehatan membina higiene sanitasi pengolahan makanan para penyaji dan penjual makanan skala kecil maupun menengah, karena biasanya mereka kurang memperhatikan hal tersebut.Mekanisme Kontaminasi MakananKeracunan makanan juga dapat disebabkan berbagai faktor seperti terjadinya kontaminasi peralatan makanan, orang, kontaminasi silang, serta karena zat kimia. Sedangkan mekanisme terjadinya kontaminasi makanan dapat dibedakan berdasarkan tiga macam sumber, antara lain:

Kontaminan fisik: Kontaminan fisik dapat berupa benda-benda asing yang terdapat dalam makanan, yang bukan menjadi bagian dari makanan tersebut. Benda ini merupakan kontaminan fisik yang selain menurunkan nilai estetis makanan juga dapat menimbulkan luka serius bila tertelan, seperti kerikil, pecahan logam dan lainnya.

Kontaminasi biologis: Kontaminasi biologis merupakan organisme yang hidup dan menimbulkan kontaminan makanan. Organisme hidup yang sering menjadi kontaminan atau pencemar bervariasi mulai yang berukuran besar seperti serangga, sampai yang amat kecil seperti mikroorganisme. Mikroorganisme adalah bahan pencemar yang harus diwaspadai, karena keberadaannya di dalam makanan sering tidak disadari, sampai menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan, misalnya kerusakan makanan atau keracunan makanan. Jenis mikroorganisme yang sering menyebabkan pencemaran makanan adalah bakteri (Clostridium perfringens, Streptokoki fecal, Salmonella), fungi (Aspergillius, Penicillium, Fusarium), parasit (Entamoeba histolytica, Taenia saginata, Trichinella spiralis, dan virus (virus hepatitis A/HAV).

Kontaminan kimiawi: Kontaminasi kimiawi adalah berbagai macam bahan atau unsur kimia yang menimbulkan pencemaran atau kontaminan pada bahan makanan. Unsur kimia ini dapat berada dalam makanan melalui beberapa cara seperti terlarutnya lapisan alat pengolah karena digunakan untuk mengolah makanan yang dapat melarutkan zat kimia dalam pelapis, logam yang terakumulasi di dalam produk perairan misalnya kerang atau tanaman yang habitat asalnya tercemar, bahan pembersih atau sanitasi kimia pada pengolah makanan yang tidak bersih pembilasannya atau yang secara tidak sengaja mengkontaminasi makanan karena penyimpanan yang berdekatan.

Terkait dengan penyakit dan keracunan ini, peranan makanan sebagai perantara penyebaran penyakit dan keracunan makanan, antara lain makanan dapat berperan sebagai agent (penyebab), vehichel (pembawa) dan sebagai media:

Sebagai Agent : Pada kasus ini dapat kita ambil contoh tumbuhan maupun binatang yang secara alamiah telah mengandung zat beracun. Agen penyakit infeksi banyak berasal dari binatang dan menularkan kepada manusia lewat makanan, tetapi penularannya masih bisa dengan cara yang lain.

Sebagai Vehicle: Makanan sebagai pembawa penyebab penyakit, seperti bahan kimia atau parasit yang ikut termakan bersama makanan dan juga mikroorganisme yang patogen serta bahan radioaktif. Makanan tersebut tercemar oleh zat-zat yang membahayakan kehidupan. Jadi dalam kategori ini makanan tersebut semula tidak mengandung zatzat yang membahayakan tubuh, tetapi karena satu dan lain hal akhirnya mengandung zat yang membahayakan kesehatan.

Sebagai Media: Kontaminan yang jumlahnya kecil jika dibiarkan berada dalam makanan dengan suhu dan waktu yang cukup, maka akan tumbuh dan berkembang sehingga menjadi banyak dan dapat menyebabkan wabah yang serius. Penjamah makanan yang menderita sakit atau karier menularkan penyakit yang dideritanya melalui saluran pernapasan, sewaktu batuk atau bersin dan melalui saluran pencernaan, biasanya kuman penyakit mencemari makanan karena terjadi kontak atau bersentuhan dengan tangan yang mengandung kuman penyakit.

Sedangkan penularan penyakit melalui makanan (food borne disease) dapat digolongkan menjadi food infection dan food poisoning.

Food Infection: Food infection adalah masuknya mikroorganisme dalam makanan, berkembang biak sangat banyak dan dimakan orang dimana mikroorganisme tersebut menyebabkan sakit. Jenis-jenis mikroorganisme yang paling sering Salmonella, Shigella, E. coli, Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyticus. Bakteri patogen yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan merupakan penyebab penyakit. Bakteri patogen penyebab penyakit, mempunyai masa inkubasi dan gejala tergantung pada patogenitasnya.

Food Poisoning: Food poisoning adalah bahan makanan yang memang mengandung bahan racun alami maupun makanan diberi zat-zat racun yang mempunyai tujuan komersial maupun nilai-nilai ekonomis, dapat juga disebabkan oleh makanan yang sudah tercemar oleh mikroorganime menghasilkan racun contoh bakteri Staphylococcus. Ada beberapa racun yang dihasilkan adalah eksotoksin dan endotoksin. Eksotoksin yaitu toksin yang disintesis di dalam sel mikroba, kemudian dikeluarkan ke substrat di sekelilingnya. Endotoksin yaitu toksin yang disintesis di dalam sel bakteri dan baru bersifat toksik bila sel mengalami lisis. Eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri biasanya bekerja secara spesifik terhadap tenunan-tenunan atau sel-sel tertentu. Misalnya sel-sel saraf, otot, sel-sel pada saluran pencernaan, dan sebagainya. Beberapa eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri seperti racun botolinum yang bersifat neurotoksin (menyerang sel-sel saraf sehingga menyebabkan kelumpuhan), racun stafilokokus dan racun perfringens yang disebut enterotoksin karena penyerang sel-sel usus dan dapat menyebabkan diare. Endotoksin lebih bersifat tahan terhadap panas dibandingkan dengan eksotoksin.

Refference Sanitasi Makanan dan Minuman pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi. Depkes RI: (1988)

Purnawijayanti, H.A. (2001) Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Kanisius: Yogyakarta.

Kontaminasi Bahan Makanan

Cara-cara untuk menanggulangi kebusukan makanan antara lain adalah penanganan yang hati-hati, sanitasi tempat dan personil, menghindari suhu yang terlalu tinggi dan transportasi yang cepat dari saat pengambilan makanan dari sumber sampai saat dikonsumsi. Penanganan, temperatur dan waktu adalah faktor yang sangat kritis bagi dua jenis makanan yang segar yaitu ikan dan produk-produk dari susu.

Makanan segar ya