mineral.docx
TRANSCRIPT
1. MINERAL
Mineral merupakan zat organik penyusun tubuh yang jumlahnya tidak sama
di dalam tubuh, ada yang jumlahnya banyak dan ada yang jumlahnya sedikit
(Astuti dan Gardjito, 1986). Dalam tubuh, mineral-mineral ada yang bergabung
dengan zat organik, ada pula yang berbentuk ion-ion bebas, dan terdapat dua
kelompok unsur mineral, yaitu mineral makro dan mineral mikro atau trace
element. Unsur mineral yang terdapat dalam jumlah besar didalam tubuh disebut
mineral makro, meliputi natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfur.
Sedangkan, unsur mineral lain yang terdapat dalam jumlah kecil di dalam tubuh
disebut mineral mikro atau trace element, meliputi besi, iodium, mangan,
tembaga, zink, kobalt, dan flour (Winarno, 2002). Meskipun unsur mineral
memiliki jumlah yang berbeda-beda, peranannya sama penting di dalam tubuh.
1.1 Makro Mineral
1.1.1 Natrium
Natrium di dalam tubuh sebagian besar terdapat pada plasma darah dan
cairan ekstraseluler, beberapa diantaranya juga terdapat dalam tulang. Jumlah
natrium dalam tubuh manusia diperkirakan sekitar 100-110 gram. Natrium yang
dikonsumsi manusia berasal dari garam dapur (natrium klorida atau NaCl) dengan
perkiraan konsumsi per hari diperkirakan sekitar 6-18 gram (Winarno, 2002).
Fungsi utama natrium bersama dengan klorida adalah mengatur asam basa cairan
tubuh. Natrium merupakan kation utama pada cairan ekstraseluler yang juga
berfungsi mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dan berperan dalam
kontraksi otot (Astuti dan Gardjito, 1986).
Konsumsi natrium bervariasi terhadap suhu dan daerah tempat tinggal,
dengan kisaran 2-10 gram per hari. Natrium banyak terdapat dalam garam dapur,
hasil-hasil hewani seperti daging segar, ikan, ayam, telur, dan susu. Sedangkan
pada bahan pangan nabati kandungan natriumnya rendah. Air juga merupakan
sumber natrium (Astuti dan Gardjito, 1986). Badan manusia mengandung 83-97
gram natrium, sebanyak 95% natrium yang dicerna akan diserap oleh tubuh.
Diperkirakan sebanyak 65% dari seluruh kandungan natrium dalam tubuh
mengalami pertukaran, dan hal tersebut tidak tampak berbeda dengan
bertambahnya usia atau perbedaan jenis kelamin. Sebagian besar pengeluaran
natrium terjadi melalui ginjal, dan juga dikeluarkan melalui keringat (Winarno,
2002).
Pada orang yang sehat jarang sekali ditemukan kasus kekurangan natrium.
Kehilangan natrium dari tubuh dapat terjadi apabila sedang mengalami diare,
muntah, berkeringat terlalu banyak yang dapat menyebabkan defisiensi natrium.
Tanda awal defisiensi natrium ialah rasa haus dan apabila berlanjut akan
menimbulkan gejala kram pada otot, lemak, sakit kepala dan pingsan (Astuti dan
Gardjito, 1986). Bila terjadi banyak kehilangan natrium, maka cairan ekstraseluler
berkurang, akibatnya tekanan osmotik dalam cairan tubuh menurun. Hal ini
menyebabkan air dari cairan ekstraseluler masuk ke dalam sel, sehingga tekanan
osmotik dari cairan ekstraseluler meningkat. Volume cairan tubuh, termasuk darah
akan menurun dan mengakibatkan penurunan tekanan darah (Winarno, 2002).
Selain kekurangan natrium, kelebihan natrium dalam tubuh juga dapat
menyebabkan oedem. Oedem merupakan kondisi kenaikan tekanan darah yang
diawali dengan peningkatan tekananhidrostatik vena, peningkatan permeabilitas
kapiler, atau peningkatam tekanan osmotik interstisial, obstruksi saluran limfe,
dan menurunnya kadar protein plasma. Apabila natrium terus dikonsumsi dalam
jumlah besar maka dapat mengakibatkan hipertensi (tekanan darah tinggi).
1.1.2 Kalium
Kalium di dalam tubuh terdapat pada cairan intraseluler dan merupakan
kation utama pada cairan tersebut. Pada tubuh orang dewasa mengandung kalium
(250 gram) dua kali lebih banyak dari natrium (110 gram), namun konsumsi
kalium lebih sedikit daripada natrium. Fungsi kalium mirip dengan natrium, yaitu
kalium bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekanan osmotik dan
keseimbangan asam basa. Bedanya kalium menjaga tekanan osmotik dalam cairan
intraseluler, dan sebagian berikatan dengan protein. Kalium juga membantu
mengaktivasi reaksi enzim, seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam
piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat (Winarno, 2002) dan berperan
dalam pembentukan glikogen. Komposisi kalium dalam tubuh biasanya tetap, dan
kadar kalium dapat diukur dengan menentukan lean body mass menggunakan
radioaktif kalium (Astuti dan Gardjito, 1986).
Kalium mudah sekali diserap tubuh, diperkirakan 90% dari kalium yang
dicerna akan diserap dalam usus. Jumlah kalium yang dikonsumsi per hari sekitar
3,7-7,4 gram kalium korida. Sumber kalium utama dalah bekatul, tetes (molase),
khamir, coklat dan kopi (Winarno, 2002). Selain itu daging sapi, daging babi, dan
hati sapi serta daging ayam dan ikan salmon yang dikalengkan juga merupakan
sumber kalium. Buah-buahan seperti pisang, alpukat, semangka, kacang-kacangan
seperti kedelai, kacang tanah merupakan sumber kalium yang baik. Golongan
padi-padian sedikit mengandung kalium (Astuti dan Gardjito, 1986).
Kekurangan kalium dalam tubuh jarang sekali disebabkan karena
kekurangan kalium dari bahan pangan. Kehilangan kalium dari tubuh disebabkan
karena diare, muntah-muntah, berkeringat terlalu banyak, chirhosis, luka bakar
atau KKP (Kurang Kalori Protein) yang berat. Dalam keadaan kurang gizi,
banyak sekali kalium yang hilang dari otot. Gejala kekurangan kalium biasanya
akan terjadi pelunakan otot (Winarno, 2002).
1.1.3 Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang jumlahnya paling banyak di dalam tubuh,
terdapat sebagai penyusun tulang dan gigi. Sebagian besar kalsium terkonsentrasi
dalam tulang rawan dan gigi, sisanya terdapat di dalam cairan tubuh dan jaringan
lunak (Winarno, 2002). Pada tubuh orang dewasa dengan berat badan 70 kg,
mengandung 1200 gram kalsium atau kira-kira 99% berada dalam tulang dan gigi,
dan hanya 1% yang berfungsi sebagai pengatur tubuh dalam cairan tubuh. Dalam
darah terdpat 9-11 mg kalsium setiap 100 ml darah (Astuti dan Gardjito, 1986).
Peranan kalsium di dalam tubuh dapat dibagi dua, yaitu membantu menbentuk
tulang dan gigi, dan mengukur proses biologis dalam tubuh. Keperluan kalsium
terbesar terjadi pada waktu pertumbuhan, dan kalsium masih tetap diperlukan
meskipun sudah mencapai usia dewasa. Pada pembentukan tulang, bila tulang
baru dibentuk, maka tulang yang tua akan dihancurkan secara simultan. Kalsium
yang berada dalam sirkulasi darah dan jaringan tubuh berperan dalam berbagai
kegiatan, diantaranya untuk transmisi impuls saraf, kontraksi otot, penggumpalan
darah, pengaturan permeabilitas membran sel, serta keaktifan enzim (Winarno,
2002).
Keperluan kalsium dalam tubuh dapat dihitung dengan keseimbangan
kalsium. Orang dewasa memerlukan 700 mg (0,7 gram) kalsium per hari. Menurut
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1987) dalam Winarno (2002), konsumsi
kalsium yang dianjurkan untuk anak di bawah 10 tahun sebanyak 0,5 gram per
orang per hari dan dewasa 0,5-0,7 gram per oran per hari. Selain kebutuhan
konsumsi kalsium yang berbeda, penyerapan kalsium juga sangat bervariasi
tergantung umur dan kondisi badan. Pada waktu kanak-kanak atau waktu
pertumbuhan, sekitar 50-70% kalsium yang dicerna akan diserap tubuh, tetapi
waktu dewasa hanya sekitar 10-40% yang diserap tubuh (Winarno, 2002). Sumber
utama kalsium adalah susu dan hasil-hasil olahannya keju, yogurt, es krim, dan
lain-lain. Anak-anak memerlukan 2-3 gelas susu setiap hari, dan orang dewasa
masih memerlukan susu, terutama untuk ibu hamil. Selain susu, sayuran hijau
seperti brokoli juga banyak mengandung kalsium (Astuti dan Gardjito, 1986).
Bila konsumsi kalsium menurun dapat terjadi kekurangan kalsium yang
menyebabkan osteomalacia. Pada osteomalacia, tulang menjadi lunak karena
matriksnya kekurangan kalsium (Winarno, 2002). Penyebab utama osteomalacial
adalah kekurangan vitamin D. Selain itu, jumlah kalsium dan fosfor yang tidak
mencukupi atau terjadi ketidakseimbangan kalsium dan fosfor juga dapat
menyebabkan terjadinya osteomalacial. Kekurangan kalsium juga mnegakibatkan
gigi mudah tanggal ataupun goyang (Astuti dan Gardjito, 1986). Bila
keseimbangan kalsium dalam tubuh negatif, dapat menyebabkan terjadinya
osteoporesis (kerapuhan tulang atau masa tulang menurun). Hal ini disebabkan
konsumsi kalsium rendah, absorpsi yang rendah, atau terlalu banyak kalsium yang
terbuan bersama urin (Winarno, 2002). Diperkirakan bahwa setelah umur 20-30
tahun akan banyak terjadi demineralisasi tulang sehingga tulang menjadi mudah
rapuh.
1.1.4 Fosfor
Fosfor di dalam tubuh terdapat bersama-sama dengan kalsium. Fosfor
merupakan mineral kedua terbanyak setelah kalsium. Fosfor dan kalsium harus
selalu pada perbandingan tertentu agar dapat berfungsi secara normal. Fosfor
memiliki peranan sangat penting pada metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak. Bersama dengan kalsium, fosfor berperan dalam pertumbuhan tulang dan
gigi. Fosfor di dalam sel dan darah berada dalam bentuk ion fosfat yang bersifat
larut. Fosfor merupakan komponen asam nukleat dan nukleoprotein yang berperan
dalam pembelahan sel. Fosfor juga merupakan komponen enoin dan koenzim
yang esensial untuk respirasi jaringan (Astuti dan Gardjito, 1986).
Pada umumnya jumlah fosfor yang dianjurkan untuk dikonsumsi sebanyak
0,7 gram per orang dewasa per hari, kira-kira sama dengan kalsium. Sebagian
besar fosfor diserap tubuh dalam bentuk anorganik. Sumber fosfor yang utama
adalah bahan makanan dengan kadar protein tinggi seperti daging, unggas, ikan,
telur, kacang-kacangan dan susu. Bahan pangan yang kaya protein dan kalsium
biasanya juga kaya akan fosfor (Winarno, 2002).
1.1.5 Magnesium
Magnesium bersama dengan kalsium dan fosfor mempunyai peranan yang
besar didalam tubuh. Pada tubuh orang dewasa terdapat 20-25 gram magnesium.
Separuh dari jumlah magnesium tersebut terkandung dalam tulang dan selebihnya
terkandung dalam jaringan lemak seperti otot dan hati, serta cairan ekstraseluler
(Winarno, 2002). Magnesium berfungsi sebagai aktivator beberapa sistem enzim,
terutama sistem enzim pada metabolisme karbohidrat. Magnesium mempunyai
hubungan erat dengan fungsi kelenjar endokrin, apabila terjadi kenaikan aktivitas
hormon tiroid, maka kebutuhan magnesium juga semakin meningkat (Astuti dan
Gardjito, 1986). Kebutuhan magnesium untuk pria dewasa sebesar 350 mg per
hari dan untuk wanita dewasa 300 mg. Magnesium diserap di usus, dan
diperkirakan hanya sepertiga magnesium yang dicerna akan diserap tubuh.
Sumber mangnesium utama adalah sayu-sayuran hijau, kedelai, dan siput
(Winarno, 2002).
Kekurangan magnesium akan menyebabkan hypomagnesema dengan gejala
denyut jantung tidak teratur, insomnia, lemah otot, kejang kaki, serta telapak kaki
dan tangan gemetar (Winarno, 2002). Defisiensi magnesium dapat terjadi bila
jumlah magnesium dalam makanan kurang, sehingga semakin banyak magnesium
yang dikeluarkan tubuh mengakibatkan elektrolit cairan sel menjadi tidak
seimbang. Akibatnya penderita menjadi lesu, apatis, refleksi menurun, dan
anareksia. Sindrom defisiensi magnesium, terutama pada pecandu alkohol, pada
umumnya tulisan tangan penderita menjadi sangat jelek dan sukar dibaca (Astuti
dan Gardjito, 1986).
1.1.6 Sulfur
Sulfur terdapat pada sitoplasma sel, dalam tubuh manusia terdapat sulfur
sebanyak 0,25% dari berat badan atau sekitar 175 gram pada pria dewasa. Sulfur
di dalam tubuh berasal dari asam amino yang mengandung metiomin dan sistin.
Beberapa komponen organik yang mengandung sulfur adalah tiamin, insulin,
biotin, asam empedu, dan heparin (Astuti dan Gardjito, 1986). Sulfur merupakan
bagian yang penting dari mukopolisakarida misalnya khondroitin sulfat pada
tulang rawan, tendon, kulit, dan klep-klep jantung. Sedangkan sulfolipida sangat
banyak dijumpai pada jaringan hati, ginjal, kelenjar ludah, dan bagian putih otak.
Bagian-bagian tubuh yang mengandung sulfur adalah jaringan pengikat, kulit,
kuku, dan rambut (Winarno, 2002).
Fungsi sulfur yang utama adalah pada pembekuan darah, dan berfungsi
sebagai faktor pertumbuhan pada pengembangan tulang. Sulfur juga banyak
dipergunakan dalam reaksi detaksifikasi dan berfungsi membasahi usus (Astuti
dan Gardjito, 1986). Selain itu, senyawa sulfur sangat berperan dalam berbagai
reaksi oksidasi reduksi, diantaranya terdapat pada berbagai koenzim, misalnya
koenzim A, tiamin, biotin, dan glutation (Winarno, 2002).
Salah satu kelainan yang berhubungan dengan kondisi sulfur dalam tubuh
adalah cystinuria. Cystinuria merupakan kelainan yang bersifat menurun pada
seseorang. Sistin, lisin, ornitin banyak dikeluarkan dari tubuh karena ginjal tidak
mampu menyerap kembali zat-zat tersebut yang menyebabkan terbentuknya renal
calculi (Winarno, 2002).
DAFTAR RUJUKAN
Astuti, Hary dan Gardjito, Nurdijati. 1986. Pangan dan Gizi. Yogyakarta:
Universitas Gadjha Mada.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.