minangkabau menjadi basis
TRANSCRIPT
-
8/9/2019 Minangkabau Menjadi Basis
1/7
MINANGKABAU MENJADI BASIS
PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH
Oleh : H. Masoed Abidin
Pada hari Senin tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan
18 November 1912 Miladiyah, K. H. Ahmad Dahlan mendirikan
persyarikatan dengan nama Muhammadiyah yang artinya adalah
organisasi yang bermaksud mengamalkan ajaran Nabi Muhammad
SAW.
Apabila Boedi Oetomo kebanyakan anggotanya terdiri dari kaum
Priyayi Jawa, pegawai dan intelektual. Syarikat Dagang Islam parapendukungnya kebanyakan terdiri dari pengusaha, pedagang dan
pekerja. Sedangkan, Persyarikatan Muhammadiyah beranggotakan
rakyat awam, para santri kaum pengusaha dan cerdik pandai dari
berbagai lapisan dan kalangan ummat.
K. H. Ahmad Dahlan yang lahir pada tahun 1868 di kampung
Kauman Yogyakarta, putra dari seorang Kiyai Haji Abu Bakar bin Kiyai
Haji Sulaiman yang menjabat sebagai Khatib Mesjid Besar Yogyakarta.
Sedangkan Ibu K. H. Ahmad Dahlan atau yang disebut Nyai Abu
Bakar yang bernama Siti Aminah adalah putri dari Kiyai Haji Ibrahimmenjabat Penghulu Keraton. Dari segi ayah dan ibu beliau dilahirkan
dari keluarga yang taat melaksanakan ajaran agama Islam.
Kiyai Haji Abu Bakar adalah Khatib Amin Keraton Yogyakarta,
yang dalam logat Jawa sehari-hari disebut Ketibamin, setelah Kiyai H.
Abu Bakar wafat jabatan Ketibamin beralih kepada puteranya K. H.
Ahmad Dahlan.
K. H. Ahmad Dahlan belajar kepada ayahnya sendiri ilmu-ilmu
agama selain belajar kepada Kiyai Haji Muhammad Nur di Kauman,
Kiyai Haji Abdul Hamid dari Lempuyangan. Beliau juga belajar ilmu
Falak dari Sheik Muhammad Jamil Jambek sewaktu bermukim di
Mekah. Penguasaan ilmu agama yang luas serta keyakinan aqidah
yang kuat serta pergaulan yang sangat supel dengan lapisan
masyarakat menggerakkan K. H. Ahmad Dahlan mendirikan
Persyarikatan Muhammadiyah. Menurut penelitian sejarah K. H.
Ahmad Dahlan mendirikan organisasi dalam rangka memahami
Firman Allah:
Hendak adalah diantara kamu sekalian satu Ummat yang
menyeru kepada kebaikan dengan menyuruh unutuk berbuat
makruf serta mencegah terjadinya kemungkaran. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.
-
8/9/2019 Minangkabau Menjadi Basis
2/7
Surat Ali Imran, ayat 104.
Pengertian kata (ummat) menurut K. H. Ahmad Dahlan adalahsekelompok atau segolongan orang yang mempunyai persamaan,
niatnya sama, tujuannya sama dan mau pula untuk bekerja sama
untuk mencapai tujuan. Itulah yang dimaksudkan dengan
persyarikatan atau organisasi. Firman Allah untuk menggerakkan
manusia kepada kebaikan, mengerjakan yang makruf dan melarang
berbuat mungkar hanya dapat dilaksanakan dengan baik jika melalui
organisasi yang baik.
Muhammadiyah sejak dari awal berdirinya mengajarkan untuk
kembali kepadaAl Quran dan Hadist-HadistRasulullah SAW, kembalikepada sumbernya yang asli dengan meninggalkan segala macam
bentuk yang tidak ada dasarnya dari ajaran Nabi Muhammad SAW.
Muhammadiyah sendiri adalah nama yang dinisbahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, mengembalikan kepada sumbernya yang asli
itulah yang dinamakan pembaharuan (tajdid) sebagaimana yang
dilakukan oleh Sheik Muhammad Abduh, Sheik Muhammad Abdul
Wahab, Ibnu Tamiyah di Timur Tengah.
Hal yang pertama dan yang mendasarkan dilakukan oleh K. H.
Ahmad Dahlan adalah membersihkan aqidah dari segala macambentuk kemusrikan, memberantas takhayul dan khurafat yang telah
mendarah daging bagi kaum Muslimin. Kemudian K. H. Ahmad
Dahlan melakukan dakwah dengan memurnikan ibadah yang jauh dari
bidah yang sudah mentradisi ditengah-tengah masyarakat. Pada
hakekatnya Organisasi Muhammadiyah didirikan adalah untuk
membersihkan aqidah dan melakukan dakwah serta amal kegiatan
social bagi ummat. Segala macam kegiatan yang dilakukan
Muhammadiyah adalah berdasarkan hakikat tujuan yang dirintis oleh
K. H. Ahmad Dahlan.
Perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh
Muhammadiyah seperti antara lain Bapak Jenderal Sudirman yang
dididik dalam Pandu Hizbul Wathan (H.W.) Muhammadiyah dan pernah
jadi guru sekolah Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo, Prof.
Abd. Kahar Mudzakar dan lain-lain adalah dalam rangka dorongan
aqidah untuk memerdekakan rakyat Indonesia dari penjajah Belanda.
Pendidikan yang begitu banyak dilakukan oleh Muhammadiyah
dalam membantu mencerdaskan bangsa tidak terlepas dari
membentuk manusia muslim yang beraqidah dan menjalankan
-
8/9/2019 Minangkabau Menjadi Basis
3/7
syariah. Jaringan pendidikan Muhammadiyah, tersebar dari pusat kota
sampai kepelosok desa.
Sasarannya juga jelas yaitu kaum muslimin yang jumlahnya 88% dari jumlah penduduk Indonesia.
Memang Muhammadiyah terkenal dengan dakwahnya disektor
pendidikan yang pada awalnya sangat dibutuhkan ummat. Tetapi,
perkembangan zaman tidak saja menuntut menginginkan bisa tulis
baca, tetapi sudah jauh dari itu, terutama sekali teknologi "Apakah
keunggulan kompetitifMuhammadiyah ?"
Para pemimpin Muhammadiyah sejak dari K. H. Ahmad
Dahlan telah mencoba menjwab persoalan-persoalan yang ada dan
tampil ditengah kehidupan pergaulan masyarakat melalui gerakan
dakwah dan amal-amal Muhammadiyah.Disamping itu Muhammadiyah mesti ingat selalu bahwa
globalisasi merupakan kecemasan bagi hampir seluruh lapisan
masyarakat. Muhammadiyah yang berjuang untuk amar ma'ruf nahi
munkar harus mempersiapkan diri membentengi ummat Islam. Untuk
menjawab globalisasi, bagaimana peningkatan kualitas pelayanan
produk pendidikan tersebut. Perlu mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh di era persaingan yang semakin tajam ini.
Kekayaan Muhammadiyah dari segi sumber daya manusia dan
benda adalah merupakan kelebihan organisasi ini dari masa dulu.
Termasuk sangat diperhitungkan oleh potensi di luar Muhammadiyah.Maka yang lebih penting adalah memelihara kekerabatan yang
mendalam yang menjadi kekuatan besar dari pada tokoh-tokoh besar
tersebut.
Kegiatan sosial, memelihara anak yatim membangun poliklinik
dan Rumah Sakit adalah dalam kerangka Dakwah ibadah kepada Allah.
Kerja besar kita sekarang adalah bagaimana potensi yang
potensial itu menjadi potensi yang riil.
Soalnya, generasi sekarang memang dilingkupi
pertanyaan-pertanyaan.Apakah generasi sekarang masih berminat untuk memperta-
hankan nilai-nilai agama ? Apakah nilai-nilai yang dibawakan oleh
Muhammadiyah itu masih perlu ?
Dari segi historis, peran Muhammadiyah dengan tokoh-tokohnya
yang terdiri dari berbagai unsur dapat bersama-sama mengembangkan
Muhammadiyah.
Sesungguhnya jauh di balik itu kita ummat Islam memiliki suatu
aset besar. Masih sangat relevan kita ungkapkan sekarang, di saat
persatuan dan rasa ukhuwah serta kekerabatan hanya tampil
dipermukaan, tidak tampak berurat kedalam hati ummat.
-
8/9/2019 Minangkabau Menjadi Basis
4/7
Nilai-nilai yang terkandung di dalam prinsip ukhuwah dan
kepedulian ini rasanya perlu kita tumbuh kembangkan lagi.
Hari ini lahir pertanyaan, apakah yang dapat kita usahakanuntuk mencapai hubungan kekeluargaan, kekerabatan, ukhuwah yang
menjadi kunci persatuan dalam berbagai struktur kegiatan sosial,
ekonomi, politik, budaya dan kehidupan keberagamaan, dalam masa
kita sekarang ini (era globalisasi) ???.
Kadang-kadang jawaban ini harus kita masukkan dalam
satu agenda besar yang mencakup jangka pendek maupun jangka
panjang. Walaupun dalam bentuk yang sederhana.
Kalau kita belum bisa mengerjakan semua, jangan kita
tinggalkan semua.
AQIDAH TAUHID DAN UKHUWWAH ISLAMIYAH SUMBER
KEKUATAN
Goresan sejarah jua adanya, yang membuktikan bahwa kekerabatan
yang mendalam itu, telah memberi kekuatan melaksanakan da'wah
amar ma'ruf nahi munkar, ditengah berbagai tekanan dan pemaksaan
kehendak. Contoh sejarah menyebutkan, tatkala 19 Agustus 1928 di Bukititnggi (Fort deKock) berlangsung satu rapat besar "Majlis Permusyawaratan Ulama Minangkabau" pertama yang
dihadiri 800 ulama-ulama, dan 200 utusan-utusan dari 115 Persyarikatan Ummat Islam di
Minangkabau, dan menelorkan MOSI MENOLAK GURU ORDONANSI 1925 yang terkenal itu.
Hanya selang tiga bulan berikut (3 - 4 Nopember 1928) di tempat yang sama (Surau Inyiak
Jambek), berlangsung lagi Permusyawaratan Ulama Mingakabau Kedua, dengan jumlah yanghadir lebih banyak (1500 orang). Inilah buah dari keakraban iman.
---- (Mungkin di waktu peristiwa besar itu, sebagian besar dari kita belum lahir, namun
dapat terbaca kemabali di dalam buku PERINGATAN (Verslag) dari Majelis Permusyawaratan
Oelama Minangkabau, dikumpulkan oleh A. 'Imran Djamil dan H. Abdul Malik Karim (Hamka),
diterbitkan oleh Bhoekandel en Taman Poestaka "Summatera Thawalib" Fort de Kock, di cetak
pada Snelpers Drukkerij Gebr. "LIE" Fort de Kock, 1928). ----
Bahwa para ulama, intelektual dan pemimpin Ummat Islam, Ninik Mamak dan Muslimat
juga telah terbisaa dengan perbentengan Adat dan Agama di Minangkabau, dapatlah terbukti
dengan diterbitkannya satu Seroean dan Harapan yang ditujukan kepada pemerintah (Penguasa
Hindia Belanda) pada tahun 1941. Seruan itu diterbitkan berkenan dengan undang-undang yang
dikeluarkan oleh Resident Sumatera Barat tentang "Verordening betreffende vergrijpen tegen de
adat" atau "Aturan tentang melanggar adat" yang berdampak menghilangkan "nilai-nilai adat itu
sendiri".
Yang sangat menarik dari seruan pemimpin ummat Islam Minangkabau (Sumatera Barat)tersebut adalah persatuan yang mereka miliki. BIla penanda tanganan seraun itu terdiri dari lima
orang ulama besar (Syeikh Daoed Rasyidi, Syeik Mohammad Djamil Djambek, Syeik Mohammad
Dajmil Djaho, Syeikh Sulaiman ar Rasoeli, dan Syeik Ibrahim Moesa), lima orang Ninik Mamak
Alam Minangkabau (Dt. Simarajo Simabur Pariangan Padang panjang, Datuk Maharajo Dirajo
Batipuh, Datuk Tungga Air Angat, Datuk Bandaro Sati bukit Surungan, dan Datuk Majo Indo Batu
Sangkar). Kemudian di tambah oleh para intelektual, organisator, para pendiri pendidikan,
saudagar (pedagang), yang dapat digolongkan cendikiawan di masa itu. Tokoh-tokoh berbobot di
zamannya itu adalah A.R. St. Mansoer (Muhammadiyah), Anwar (Bank Nasional), S.J. St.
Mangkoeto (Bank Moeslimin Indonesia), Rky. Rahmah el Junusijjah (Muslimat, Diniyah Putri), A.
Kamil dan Zoelkarnaini (Angkatan Moeda Muhammadiyah) - Buya Zoel (?).
Akibat nyata dari Seruan bertanggal 1 Januari 1941 itu, maka Resident
Sumatera Barat tidak jadi mengeluarkan undang-undang yang membatasi wewenang adat ini.
(lihat Typ. Tandikat PP - 1941).
-
8/9/2019 Minangkabau Menjadi Basis
5/7
Hasil besar ini di perdapat karena adanya satu landasan kuat
(Tauhid, Aqidah Islamiyah) di dukung oleh persatuan dan Ukhuwah
Islamiyah serta rasa kekeluargaan juga.Soal persatuan dan kesatuan semata-mata bukanlah soal
ilmu pengetahuan dfan teknologi. Tidak hanya semata masalah HAM
dan demokratisasi.
Tidak bisa dibantah, bahwa ruh persatuan dan kesatuan itu akan
berpengaruh besar bagi perkembangan iptek maupun HAM dan
demokratisasi itu.
Persatuan adalah aplikasi dari Tauhid (iman), yang akan
mampu melahirkan "persaudaraan".
Bersaudara tumbuh dari adanya Keimana Kepada Allah
(sekaligus adalah aplikasi Ad Dinul Islam). Jadi konsekwensinya bila keimanan (Tauhid) melemah, maka
akan hilanglah pula "rasa bersaudara".
Punahnya rasa bersaudara ini danpaknya ikatan persatuan akan
menjadi lemah.
Persatuan yang sesungguhnya tidak bisa di beli dengan uang
ataupun materi. Soal persatuan adalah soal hati (qalb).
Tujuan yang akan di capai -- sebagai khittah yang telah
digariskan -- terpulang kepada nawaitu yang telah diniatkan oleh hati.
Disinilah terdapat kemurnian (pure, kebersihan) amal perbuatan
untuk mencapai tujuan sesuai yang diikhlaskan (bersih) hati.Bukanlah niat kita untuk sekedar membalik-balik lembar sejarah
dalam memenuhi hasrat nostalgia.
Tujuan kita sudahlah jelas. Wijhah itu adalah satu. Yaitu
"keridhaan Allah" semata.
Keridhaan Allah itu lah bagi kita yang menjadi motivasi bagi
mewujudkan amal nyata "membentuk masyarakat utama" (khaira
ummah) yang memotivasi kita untuk memilih berbuat atau tidak
berbuat, bahkan memotivasi untuk bertindak dan kalau perlu
adamasanya mesti diam.
Mencari keridhaan Allah yang di pegang oleh setiapmukmin, adalah menjadi tujuan hidup dan menjadi tujuan mati, dan
menjadi ikatan pemersatu ummat.
Sebelum satu program yang dihasilkan bisa diwujudkan dalam
satu langkah oleh satu ummat di dalam Persyarikatan Muhammadiyah,
kerja nomor satu adalah menyatukan wijhah yakni keredhaan Allah.
Bukan keredhaan orang lain. Bukan pula asal aku senang, atau
juga tidak karena demi golongan. Perlu kita simak kembali pesan Bapak M. Natsir,"carilah keredhaan Allah Yang Satu, supaya kita dapat bersatu". Atau apa yang diamanatkan Ki
Bagus Hadikusumo, 50 tahun silam "jangan cari benda-benda bertebaran, nanti kita akan
bertebarab lantarannya".
-
8/9/2019 Minangkabau Menjadi Basis
6/7
Ini suatu agenda besar bagi "ummat utama", yakni
Ummat Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam.
Apabila perpegangan ini tetap adanya dalam setiap tindaktanduk perjuangan, Insya Allah akan terhindar dari perpecahan
(tafarruq) dan terjauh pula dari tanazu' (sikut menyikut). Yang akan
lahir adalah perlombaan sehat dan jujur (fastabiqul khairaat).
Ada lagi yang berbahaya, berobah niat ditengah perjalanan. Apa
yang tadi telah dirumuskan semula menjadi kabur tak terbaca.
Pada awalnya hendak menanam "cinta dan Takut kepada Allah"
berubah menjadi "cinta kekuasaan dan takut mati".
Yang diniatkan pada awalnya "dakwah Ilallah" (mengajak ummat
utama kepada Allah), berobah tumbuh menjadi "dakwah ghairullah(kepentingan diri, jual tampang untuk aku).
Yang berbuat jadinya 'aku-isme" atau "ananiyah", inilah yang
menyuburkan tafarruq dan tanazu' itu.
Ada beberapa tindakan yang mungkin dilakukan segera.
a. Melakukan introspeksi di kalangan kita sendiri. mulai
dari kelompok yang terkecil, bahkan keluarga. Masihkah
prinsip-prinsip utama masih kita pertahankan.
b. Masing-masing berusaha mengambil inisiatif dan aktif
untuk mengikat kembali tali ukhuwah, kekerabatan dan keke-
luargaan di antara keluarga tanpa gembar-gembor, namunsecara jujur dalam mengatasi satu dua persoalan di tengah
ummat yang kita pandu.
c. Memelihara kesempatan-kesempatan yang ada dan
tersedia dalam melakukan tatanan kekerabatan di tengah
"keluarga" kita, dengan memperbesar frekwensi pertukaran
fikiran secara informal dalam berbagai masalah ummat, dalam
suasana jernih, tenang dan bersih serta tidak berprasangka.
d. Berusaha mencari titik-titik pertemuan (kalimatun
sawa) di antara kalangan kita, antara kalangan dan
pribadi-pribadi para intelektual muslim (zu'ama), parapemegang kendali sistim *umara), dan para ikutan ummat
utama, para ulama dan aktifis pergerakan baik tua maupun
muda, dalam ikatan-iakatan yang tidak tegang dan kaku, karena
kekuatan terletak pada keluwesan pikiran dan keteguhan
prinsip.
e. Menegakkan secara sungguh dan bertanggung jawab
Nizhamul Mujtama' (tata hidup bermasyarakat) diatas dasar
'Aqidah Islamiyah dan Syari'ah, dengan memelihara mutu
ibadah di kalangan ummat utama, Mu'amalah (sosial, ekonomi,
-
8/9/2019 Minangkabau Menjadi Basis
7/7
siyasah) dan Akhlak (pemeliharaan tata nilai melelui pendidikan
dan kaderisasi yang terarah).
Ummat utama tentu tidak bisa ditegakkan dan di bentengi
secara dadakan, namun melalui didikan, latihan, ujian lahir dan bathin,
setaraf demi setaraf, mengutamakan perbaikan dari dalam.
Padang, 19 Oktober 2000.