mimpi mimpi itu

Upload: dian-fatmawati

Post on 03-Mar-2016

17 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mimpi-mimpi itu.docx

TRANSCRIPT

MIMPI-MIMPI ITUOleh : Rosyid Ridho

Di akhir sebuah perjalanan kita tidak menyesali semua kekalahan-kekalahan yang kita alami. Namun di akhir perjalanan kita hanya akan menyesali semua kesempatan-kesempatan yang kita lewatkan. Kesempatan yang terlewat karena ketakutan kita dalam menghadapinya.

Angin sepoi-sepoi membasuh rerumputan di Kinderdijk. Membuatnya menari seirama arah angin. Aku duduk beralaskan rerumputan sembari menatap langit kinderdick yang dihiasi kincir-kincir angin peninggalan masa lalu. Satu dua masih dimannfaatkan sebagai tempat tinggal atau museum. Dan lainnya hanya beruapa kincir angin yang menjadi hiburan bagi para pelancong. Pada saat itu seluruh memori perjalanan dan petualangan seolah kembali menghampiri. Mengingatkan betapa mimpi-mimpi yang dahulunya ditertawakan itu menjadi kenyataan. Ini adalah negara ke 9 dalam satu setengah tahun ini. Dan stempel-stempel imigrasi sudah mencapai setengah buku paspor. Maka sebagaimana yang tersebut dalam kitab-kitab."Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman [55] Saya masih ingat ketika pertama kali menekuni dunia penalaran dan penelitian. Teman dekat saya mengatakan betapa inginnya Ia pergi ke Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS). PIMNAS adalah sebuah ajang karya tulis paling bergengsi bagi mahasiswa sarjana dan diploma. Seketika itu pula dengan spontan saya berteriak lantang di perpustakaan. Mendekalarasikan diri bahwa kami pasti akan berangkat ke PIMNAS. Dan akhirnya beberapa bulan kemudian PIMNAS ke 24 di Universitas Hasanuddin menjadi penerbangan pertama kami. Dan penerbangan-penerbangan lain pun menyusul. Piala-piala dan penghargaanpun menghampiri. Memberikan kami pelajaran bahwa hidup adalah perjuangan dan penerimaan. Perjuangan untuk mencapai takdir yang kita inginkan dan penerimaan akan takdir kehidupan yang telah digariskan-Nya.

Sepulang dari PIMNAS saya memutuskan untuk terjun ke dunia keilmiahan. Meskipun tidak meraih emas di PIMNAS. Namun pengalaman kesana telah memberikan kami banyak pelajaran khususnya tentang teknik presentasi. Bagaimana selama PIMNAS kami menyaksikan teknik-teknik presentasi yang beragam dari berbagai universitas. Dan akhirnya kami berhasil memformulasikan teknik presentasi kami sendiri. Teknik dengan tata cara dan tampilan slide yang menjadi senjata kami pada penerbangan-penerbangan berikutnya.

Gambar: Menjadi bagian dari Tim PIMNAS 24 dari Universitas JemberDunia penalaran dan penelitian. Sebuah dunia yang memberikan kami kesempatan untuk berinteraksi melakukan banyak perubahan. Namun perubahan yang paling terasa adalah perubahan terhadap diri kami sendiri. Terlalu banyak orang yang berfikir untuk merubah dunia namun sedikit yang berfikir untuk merubah dirinya. Dan kami memilih untuk merubah diri kami. Meningkatkan kualitas-kualitas kami. Untuk kemudian bersiap sebagai ujung tombak terdepan dalam penyelesain masalah lingkungan dan sosial. Namun di dunia penalaran dan penelitian saya juga menyadari betapa berpengaruhnya perpolitikan mahasiswa. Semisal suatu organisasi penalaran dan penelitian tidak lagi independen melainkan menjadi tunggangan organisasi-organisasi ekstra maka akan sangat menghambat kemajuan pengembangan ide dan perkembangan organisasi penalaran dan penelitian itu sendiri.

Gambar. Kepengurusan Beswan Djarum 27 Daerah Jember Ketika dicalonkan menjadi ketua umum organisasi penalaran dan penelitian. Saya menolak. Mengingat harga yang harus dibayar mahal. Sebuah idealisme yang tergadaikan. Saya hanya akan menjadi ketua boneka yang digerakan oleh kepentingan organisasi ekstra kampus. Belum lagi saya juga sudah terpilih sebagai ketua umum beswan djarum angkatan ke 27 Daerah. Jadi dengan tegas saya menolak pencalonan tersebut termasuk seluruh lobi-lobinya. Saya mengundurkan diri. Banyak yang mengatakan bahwa karir prestasi saya akan mati atau dimatikan. Namun saya sadari bahwa selama kita tetap berpegang pada prinsip-prinsip kebaikan. Senantiasa bekerja keras. Maka Tuhan tidak akan tinggal diam.

Gambar . Sebagai presenter dalam kegiatan COSA 2014 di Hiroshima Jepang

Selepas itu saya membuat sebuah program SIGAP (Small Interaction, Action, and Practice). Saya mulai membentuk tim-tim kecil di setiap fakultas. Sebuah Tim yang terdiri dari 3 orang termasuk saya didalamnya. Secara otomastis saya sudah memiliki hampir 30 tim untuk berlomba di ajang penalaran dan penelitian. Dari program ini saya belajar banyak hal. Termasuk tentang bersikap adil terhadap setiap tim. Sebuah hal yang sulit untuk dilakukan. Sayapun belajar bagaimana proses pengaturan keuangan ketika memenangkan suatu perlombaan dan sebagainya. SIGAP ini sendiri terlaksa melalui perkenalan saya dengan dua adik tingkat saya. Mereka terlahir dan menjalani kehidupan dengan berkah yang berbeda. Yang pertama menjalani kehidupan dengan penuh perjuangan. Berkah utamanya adalah kerja keras. Selain kuliah, Ia harus mencukupi kebutuhan hidupnya dengan bekerja di toko kue, menjadi guru privat, berjualan susu sapi dan sebagainya. Kerja keras menjadi modal utama dalam menyelesaikan setiap hambatan yang ada. Ia adalah seorang pemalu dan sangat tampil didepan umum. Sedangkan yang kedua terlahir dengan berkah yang saya sebut Kecerdasan ia pembelajar yang cepat. Percaya diri tampil di depan umum. Fasilitas dari keluarganyapun mencukupi, sehingga tidak mengharuskannya bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup di bangku kuliah. Keduanya saya kenal dari oraganisasi yang berbeda. Yang pertama adalah adik tingkat saya di organisasi kerohanian dan yang kedua adalah adik tingkat saya di Badan Eksekutif Mahasiswa. Keduanya adalah tim pertama saya setelah saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari dunia penalaran dan penelitian. Mereka membuat saya bersemangat lagi untuk menuliskan ide-ide dan gagasan kami dalam bentuk karya. Maka untuk lomba pertama yang kami ikuti. Penalaran Green Festival di Universitas Andalas. Kami meraih dua penghargaan sekaligus. Juara 2 untuk karya tulis ilimiah dan the best show project untuk aplikasi gagasan kami dalam bentuk teknologi tepat guna.

Gambar 3. Pemakalah di ICBEE di Paris, Prancis.

Dari sanalah konsep SIGAP benar-benar matang dan akhirnya berani untuk saya terapkan di berbagai fakultas. Saya menyadari bahwa suatu tim bagaikan sebuah pohon. Ada bagian yang tumbuh dalam kegelapan. Mencari air dan nutrisi. Tidak ada yang terlalu memperhatikan bagian ini. Bagian kedua adalah bagian yang menopang. Sebuah batang yang harus kokoh diterpa angin dan badai. Dan bagian yang ketiga adalah dedanan yang rimbun dan ah yang sebagr. Bagian yang menentukan betapa berhasilnya satu kesatuan tersebut. Dalam timpun seperti itu, ada seseorang yang berada di belakang layar. Melakukan banyak hal. Melahirkan ide-ide. Kemudian ada seseorang yang mempresentasikan ide-ide tersebut. Seorang ekstrovert yang penuh percaya diri. Dan ada orang ketiga yang memposisikan diri sebagai penghubung keduanya. Sebuah batang yang kokoh.

Gambar: Kincir-kincir KinderdijkBegitulah sigap. Suatu konsep yang mengantarkan banyak mahasiswa dan mahasiswi khususnya saya ke pentas nasional bahkan melanglang buana ke dunia internasional. Sehingga ketika saya sedang menikmati perjalan ke negeri sakura. Saya bisa tersenyum mendapatkan pesan bahwa satu tim saya berhasil meraih penghargaan tingkat nasional. Atau sebuah permohonan maaf seperti ketika saya akan berangkat ke negeri gingseng. Permintaan maaf dari anggota tim yang hanya berhasil meraih juara 2 dalam kompetisi nasional. Tidak perlu ada permintaan maaf sebenarnya, permintraan maaf yang justru membuat saya bangga ke pada adik tingkat saya tersebut. Juara II dia masih merasa perlu meningkatkan kualitasnya lagi. Dia melihat bagian dari suatu proses. Kekalahan yang membuat kita lebih baik jauh lebih berharga dibanding kemenangan yang membuat kita akhirnya terjatuh. Dan betapa gembiranya saya mendaptkan pesan bahwa salah seorang anggota tim saya. Melangkahkan kaki untuk pertama kali di negeri orang. Bersiap untuk mempresentasikan paper ilmiah ketika saya baru saja memenangkan penghargaan juara I Leadership Award pada Leadership Camp yang diselenggagrakan oleh The New You intitute. Perjalanan-perjalan itu telah mengubah banyak hal termasuk diri saya sendiri.

Gambar . Islamic Eifel, membayangkan seandainya Eifel adalah menara sebuah masjid yang indah. Dan kini saya sedang mencoba untuk menghasilkan tulisan-tulisan fiksi berupa novel, cerpen atau prosa termasuk puisi. Sebuah jalan yang saya inginkan untuk mengubah dan menghaluskan hati banyak orang. Menggugah dan menghaluskan hati mereka untuk memaknai kehidupan dari berbagai macam perspektif. Setidaknya satu buku berjudul Paulheme sudah terelesaikan. Semoga dapat menjadi awal yang baik. Dan semoga kita semua berhasil meraih mimpi-mimpi itu. Mimpi-mimpi yang tadinya hanyalah sebuah mimpi. Selamat bermimpi dan mewujudkannya!