mikrobio makalah

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Mata 2.1.1 Bagian-bagian Mata a. Kornea Jaringan bening, avaskular, membentuk 1/6 bagian depan bola mata, diameter 11mm. Kornea merupakan kelanjutan sklera. Pertemuan kornea-sklera disebut limbus. Pemberian nutrisi melalui aqueous humour dan air mata. Susunanterdiri dari 5 lapisan, yaitu lapisan epitel, membran Bowman, stroma, membrana Descemet, dan endotelium. Kornea mengandung banyak serabut saraf. b. Sklera Dikenal sebagai putih mata. Sklera merupakan 5/6 dinding luar bola mata dengan ketebalan 1 mm. Strukturnya berupa jaringan fibrosa yang kuat dan tidak elastis. Skelra berfungsi mempertahankan bentuk bola mata dan proteksi bangunan-bangunan halus di bawahnya. Permukaan luar ditutup oleh jaringan.vaskular longgar. Pada anak-anak, sklera mungkin berwarna biru karena sklera tipis & pigmen koroid di bawahnya dapat terlihat. Pada orang dewasa/orang tua. timbunan lemak dapat memberikan warna kuning pada sklera. c. Iris Otot pada iris adalah otot polos yang tersusun sirkuler dan radier. Otot sirkuler bila berkontraksi akan mengecilkan pupil, dirangsang oleh cahaya sehinga melindungi retina

Upload: novadyanti

Post on 20-Jan-2016

67 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

semester 3

TRANSCRIPT

Page 1: Mikrobio Makalah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata

2.1.1 Bagian-bagian Mata

a. Kornea

Jaringan bening, avaskular, membentuk 1/6 bagian depan bola mata, diameter

11mm. Kornea merupakan kelanjutan sklera. Pertemuan kornea-sklera disebut

limbus. Pemberian nutrisi melalui aqueous humour dan air mata. Susunanterdiri

dari 5 lapisan, yaitu lapisan epitel, membran Bowman, stroma, membrana

Descemet, dan endotelium. Kornea mengandung banyak serabut saraf.

b. Sklera

Dikenal sebagai putih mata. Sklera merupakan 5/6 dinding luar bola mata

dengan ketebalan 1 mm. Strukturnya berupa jaringan fibrosa yang kuat dan

tidak elastis. Skelra berfungsi mempertahankan bentuk bola mata dan proteksi

bangunan-bangunan halus di bawahnya. Permukaan luar ditutup oleh

jaringan.vaskular longgar. Pada anak-anak, sklera mungkin berwarna biru

karena sklera tipis & pigmen koroid di bawahnya dapat terlihat. Pada orang

dewasa/orang tua. timbunan lemak dapat memberikan warna kuning pada

sklera.

c. Iris

Otot pada iris adalah otot polos yang tersusun sirkuler dan radier. Otot sirkuler

bila berkontraksi akan mengecilkan pupil, dirangsang oleh cahaya sehinga

melindungi retina terhadap cahaya yang sangat kuat. Bila cahaya lemah, otot

radier dari tepi pupil akan berkontraksi menyebabkan dilatasi pupil untuk

memasukkan cahaya lebih banyak. Fungsi iris adalah mengatur jumlah cahaya

yang masuk ke mata. Pengendalian iris oleh saraf otonom.

d. Aqueous humour

Aqueous humour atau humor akuos adalah cairan yang diproduksi secara terus

menerus oleh kapiler venosa dalam prosesus siliar. Humor akuos berjalan dari

kamera posterior melewati pupil ke kamera anterior, meninggalkan mata

melalui trabekula menuju kanalis Schlemm (suatu sinus yg berjalan melingkar,

Page 2: Mikrobio Makalah

di perbatasan kornea dan sklera), melewati sekeliling mata, kemudian melewati

vasa-vasa kecil menuju vena di permukaan mata.

e. Lensa

Lensa terletak di depan badan kaca dan di belakang iris. Lensa merupakan

bangunan lunak, bening, dan bikonveks (cembung), yang dilapisi oleh kapsul

tipis yang homogen. Titik pusat permukan anterior dan posterior disebut polus

anterior dan polus posterior. Garis yang melewati kedua polus disebut sumbu

(aksis). Lensa dibungkus suatu kapsul, yang merupakan membran bening yang

menutup lensa dengan erat dan tebal pada permukaan anterior. Fungsi kapsul

mengubah bentuk lensa dan melindungi dari badan kaca dan humor akuos, dan

berperan pada proses akomodasi. Lensa dipertahankan pada posisinya karena

dari depan ditekan oleh humor akuos dan dari belakang di tekan oleh humor

vitreus (badan kaca) dan zonula (ligamentum suspensorium) yang merupakan

membran tipis yang menutupi permukaan badan siliar, prosesus siliaris, dan

lensa.

f. Retina

Retina adalah lapisan paling dalam pada mata dan lapisan penerima cahaya.

Retina merupakan membran lunak, rapuh, tipis dengan tebal dari 0,4 mm dekat

masuknya saraf optikus sampai 0,1 mm pada orra serata. Retina berwarna

merah ungu karena adanya rodopsin. Mempunyai bintik kuning (makula lutea).

Elemen peka cahaya retina mengandung sel-sel batang dan kerucut. Sel

batang untuk intensitas cahaya rendah. Sel kerucut untuk penglihatan cahaya

terang dan untuk penglihatan warna.

2.2 Bakteri Patogen pada Mata

2.2.1 Chlamydia trachomatis

a. Morfologi dan Fisiologi

Chlamydia trachomatis termasuk dalam famili Chlamydiaceae. Bakteri ini

dapat membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang padat dan mengandung

glikogen. Chlamydia trachomatis umumnya peka terhadap sulfonamida dapat

menyebabkan neumonitis pada tikus dan manusia, serta dapat menyebabkan

Page 3: Mikrobio Makalah

penyakit trakoma, konjungtivitis inklusi, uretritis nonspesifik, salpinitis, servisitis,

neumonitis pada bayi, dan limfogranuloma.

Klamidia merupakan bakteri intraseluler yang bersifat obligat dan

diketahui sebagai penyebab penyakit pada manusia, seperti penyakit mnular

seksual, infeksi mata, dan infeksi paru pada bayi baru lahir yang ditularkan pada

saat dilahirkan dari ibu yang mengidap klamidia.Bakteri Chlamydia trachomatis

dapat ditumbuhkan pada kantong kuning telur bertunas dan dapat membentuk

badan inklusi elementer.

b. Patogenitas dan gejala penyakit

Trakoma

Konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi klamidia daapat muncul tiba-

tiba atau secara pelan-pelan. Infeksi dapat berlangsung tahunan jika tidak

diobati. Namun, penyakit yang berlangsung lama di daerah hiperendemis

disebabkan oleh terjadinya re-infeksi berulang kali. Cirri khas dari penyakit ini

adalah timbulnya folikel limfoid dan inflamasi pada konjungtiva.

Dalam perjalanan penyakit sesuai dengan keparahan penyakit dan lama

inflamasi penyakit ini dapat menimbulkan terbentuknya jaringan paru disekitar

kelopak mata sehingga dapat menimbulkan deformitas pada kelopak dan bulu

mata. Deformitas pada kelopak dan bulu mata selanjutnya dapat menyebabkan

abrasi kronis pada kornea mata dan terbentuk jaringan parut yang dapat

mengganggu penglihatan dan dapat menimbulkan kebutaan pada usia dewasa.

Diagnosis banding trakoma adalah nodulus pada kelopak mata yang

disebabkan oleh Molluscum contagiosum, reaksi toksik atau pengobatan jangka

panjang dengan tetes mata, dan infeksi Staphylococcus kronis pada pinggir

kelopak mata. Reaksi alergi karena pemakaian lensa kontak juga dapat

menimbulkan gejala menyerupai trankoma, yaitu terbentuk nodulus tarsalis,

jaringan parut pada konjungtiva, dan pannus pada kornea. Beberapa galur

klamidia yang dapat menyebabkan penyakit trakoma adalah Chlamyidia

trachomatis serovar A, B, Ba, dan C.

Konjungtivititis Inklusi

Konjungtivitis Inklusi atau swimming pool conjungtivitis merupakan

konjungtivitis jinak yang dapat di jumpai pada bayi yang baru lahir atau pada

orang dewasa. Secara klinis, konjungtivitis inklusi berbeda dengan trakoma

Page 4: Mikrobio Makalah

karena tidak menunjukkan adannya pannus dan parut pada kornea. Meskipun

dianggap sebagai penyakit yang dapat sembuh sendiri, penyakit ini dapat

menetap selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun pada orang

dewasa. Bakteri penyebab penyakit ini dalah Clamydia trachomatis serotipe E

sampai K.

Bahkan pemeriksaan dapat diambil dari serviks seorang ibu atau mata

seorang bayi. Masa inkubasi pada bayiyang baru lahir adalah 5-12 hari. Penyakit

ini timbul secara mendadak dan ditandai dengan infiltrasi konjungtiva dari

kelopak mata bagian bawah disertai dengan eksudat purulenta. Konjungtiva

terlihat menebal, terdapat infiltrasi sel polimorfonuklear (PMN) pada jaringan

epitel, dan terlihat adanya badan basofilik intrasitoplasma yang tidak dapat

dibedakan dari trikoma. Stadium akut berlangsung selama 2 minggu. Gejala

kemudian menurun secara bertahap, tetapi kelainan kornea tidak kembali normal

dalam beberapa bulan dan dapat menimbulkan filtrasi selama 1 tahun. Pada

orang dewasa, penyakit ini tmbul beberapa konjungtivitis folikuler akut yang

disertai dengan pembentukan sedikit sekret dan pembesaran ringan kelenjar

folikeler. Folikel ini pada trakoma, tetapi hipertropi lebih jelas pada kelopak mata

bagian bawah. Kornea tidak mengalami perubahan. Pada pemeriksaan

mikroskop, sampel folikel tidak menunjukkan perubahan nekrotik. Penyakit ini

dapat sembuh spontan pada orang dewasa tanpa meninggalkan kelainan pada

kornea atau konjungtiva. Akan tetapi, penyakit ini cenderung berlangsung lama

pada bayi. Meskipun sebenarnya merupakan penyakit pada mata, infeksi dapat

pula terjadi pada saluran urogenital, yang ditularkan lewat hubungan seks.

Badan inklusi dapat ditemukan dalam kerokan saluran urogenital ibu dari

baya yang sakit. Infeksi umumnya terbatas pada muara serviks bagian luar dan

pada epitel transisi yang secara histologis serupa dengan epitel konjungtiva.

Infeksi pada seorang wanita dapat tidak menimbulkan keluhan apapun.

Sebaliknya, infeksi ini dapat menimbulkan gejala uretritis pada pria.

Bayi dapat tertular dari ibunya pada waktu lahir, sedangkan orang

dewasa seringkali terkena infeksi dari kolam renang yang tercemar oleh

seseorang yang mengidap infeksi pada saluran urogenitalnya. Penyakit ini dapat

dicegah dengan pemberian nitrat (AgNO3), sediaan sulfa atau tetrasiklin yang

diberikan secara topikal.

Page 5: Mikrobio Makalah

c. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorum Chlamydia trachomatis perlu dilakukan untuk

menegakkan diagnosis infeksi klamidia secara klinis. Spesimen pemeriksaan

diambil dari organ yang terinfeksi. Spesimen diperiksa dengan metode

imunofluororesensi langsung menggunakan antibodi monoclonal, penetapan

imunologis enzim (EIA); DNA prober; uji amplifikasi asam nukleat (nucleic acid

amplification test, NAAT), dan dengan menggunakan biakan sel. NAAT dapat

dilakukan pada spesimen urin.

d. Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan dan pengobatan konjungtivitis dan trakoma yang

disebabkan oleh klamidia dapat dilakukan dengan cara berikut :

1. Memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang pentingnya menjaga

kebersihan perorangan, terutama yang berkaitan dengan resiko penggunaan

sarana dan prasarana umum.

2. Memperbaiki fasilitas sanitasi dasar, selalu menggunakan air dan sabun, serta

sering mencuci muka dan menghindari penggunaan peralatan mandi bersama.

3. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dan pengobatan yang cukup serta

fasilitas untuk menemukan penderita, terutama anak-anak prasekolah

4. Melakukan investigasi epidemiologis untuk mencari factor yang berpeeran dalam

proses penularan penyakit pada situasi tertentu.

5. Melakukan disinfeksi serentak terhadap seluruh peralatan yang tercemar.

6. Melakukan investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi pada seluruh anggota

keluarga, teman bermain dan teman sekolah penderita.

7. Memberikan pengobatan spesifik.didaerah penyebaran penyakit yang merata,

pengobatan missal dapat dilakukan, terutama ditujukan pada anak-anak dan

balita (yaitu dengan memberikan salep mata tetrasiklin dan eritromisin 2x sehari

selama 5 hari).

8. Memberikan pengobatan oral dengan antibiotic tetrasiklin, eritromisin,

sulfonamide dan azitromisin.

Page 6: Mikrobio Makalah

2.2.2 Pseudomonas aeruginosa

a. Morfologi dan Fisiologi

Bakteri Pseudomonas aeruginosa termasuk dalam famili

Pseudomonadaceae. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif, mempunyai

flagel tunggal yang bersifat polar atau terkadang terdiri dari 2-3 flagel, dan

mempunyai ukuran 0,5-1 µm x 3-4 µm. bila ditumbuhkan dalam perbenihan

tanpa sukrosa, bakteri ini dapat memproduksi lapisan lender polisakarida

ekstraseluler. Galur yang diisolasi dari bahan klinik sering kali mempunyai pili

yang berperan penting dalam pelekatan pada permukaan sel dan resistensi

bakteri terhadap fagositosis.

Pseudomonas aeruginosa seringkali dihubungkan dengan penyakit yang

ditularkan secara nosokomial pada manusia yaitu diinfeksi yang didapat di

rumah sakit. Bakteri ini sering diisolasi dari penderita luka dan luka bakar yang

berat. Selain dapat menyebabkan infeksi pada kulit, mata, atau teliga,

Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan infeksi pada saluran nafas

bagian bawah, saluran kemih dan organ lain.

Bakteri Pseudomonas aeruginosa sangat mudah beradaptasi dan tumbuh

dalam lingkungan yang sangat kekurangan sumber energi, bahkan dapat hidup

dn tumbuh dalam air suling. Bakteri ini dapat menggunakan asetat sebagai

sumber karbon dan ammonia sebagai sumber nitrogen. Suhu pertumbuhan

optimum adalah 37oC, tetapi dapat juga tumbuh pada suhu 42oC.

Pseudomonas aeruginosa merupakan satu-satunya bakteri yang menghasilkan

pigmen tiosianin, yang berwarna biru kehijauan dan dapat larut dalam kloroform,

dan pigmen fluoresen, fioferdin, yang larut dalam air.

b. Daya Tahan

Pseudomonas aeruginosa lebih tahan terhadap lingkungan fisik dan

bahan kimia dari pada bakteri lain. Bakteri ini resisten terhadap beberapa jenis

desinfektan , antiseptic, dan antibiotic yang sudah sering kali digunakan dalam

pengobatan. Bakteri ini dapat hidup dalam suasana lembap dan pada alat

kesehatan, lantai, kamar mandi, dan tempat – tempat air. Desinfektan yang

efektif adalah fenol dan B – glutaraldehida. Bakteri ini akan mati dengan

pemanasan tinggi, misalnya dalam air mendidih.

Page 7: Mikrobio Makalah

c. Patogenesis dan Gejala Penyakit

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, Pseudomonas aeuginosa

merupakan bakteri oportunistik. Oleh karena itu, perjalanan penyakit infeksi

bakteri ini tentunya didahului oleh penurunan kondisi atau kekebalan tubuh

penderita. Infeksi yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa umumnya

bersifat infasif dan toksigenik.

Tahapan infeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa terdiri atas (a)

penempelan bakteri dan kolonisasi; (b) invasi lokal; dan (c) penybaran bakteri

melalui sistem peredaran darah. Namun demikian, tahapan infeksi tersebut

tidak harus dilalui semua karena proses infeksi dapat berhenti disetiap tahap,

bergantung pada sifat dan kondisi penderita.

Penempelan bakteri dan kolonisasi

Walaupun proses kolonisasi umumnya terjadi setelah bakteri

menempel pada sel hospes, mekanisme tranmisi bakteri Pseudomonas

aeruginosa menjadi patogen bagi penderita belum diketahui secara pasti

karena bakteri ini banyak tersebar didalam lingkungan dan merupakan

flora normal tubuh manusia.

Pili dan fimbria sel bakteri Pseudomonas aeruginosa akan

menempel pada sel – sel epitel manusia. Adhesin bakteri akan berikatan

dengan reseptor yang berikatan dengan reseptor yang terdapat pada sel

– sel epitel yang mengandung senyawa galaktosa, manosa, atau asam

sialat. Setelah menempel pada reseptor di sel epitel, bakteri tersebut

akan berkembang biak dengan pesat atau melakukan kolonisasi.

Pseudomonas aeruginosa yang bersifat mukoid memproduksi

eksopolisakarida sebagai simpai dinding sel bakteri yang dapat

melindungi bakteri dari sel – sel pertahanan tubuh penderita, seperti sel

limfosit, sel fagosit, antibodi, dan sistem komplemen sehingga bakteri

dapat tumbuh dengan baik.

Invasi

Kemampuan Pseudomonas aeruginosa menginvasi jaringan

tubuh bergantung pada kemampuan bakteri ini memproduksi berbagai

enzim ekstraseluler yang dapat merusak fungsi sel – sel kekebalan tubuh

penderita. Enzim ekstraseluler yang berperan adalah protease, yang

terdiri atas enzim elastase dan alkalin protease. Enzim ekstraseluler ini

Page 8: Mikrobio Makalah

dapat merusak jaringan kolagen, IgA, IgG, komplemen, dan dapat

melisiskan fibronektin serta merusak jaringan epitel.

Pseudomonas aeruginosa juga memproduksi bebepara protein

yang membantu proses invasi, yaitu sitotoksin, hemolisin, dan leukosidin.

Selain itu, produksi pigmen piosianin juga dianggap sebagai salah satu

factor virulensi bakteri Pseudomonas aeriginosa. Bakteri ini juga

memproduksi eksotoksin A dan eksotoksin Syang juga merupakan factor

penting dalam proses invasi Pseudomonas aeruginosa.

Penyebaraan bakteri melalui sistem peredaran darah

Mekanisme diseminasi atau penyebaran bakteri Pseudomonas

aeruginosa ke dalam sistem peredaran darah belum sepenuhnya

diketahui secara pasti.. beberapa produk ekstraseluler bakteri

diperkirakan memegang peranan sangat penting dalam diseminasi

Pseudomonas aeruginosa ke dalam sistem peredaran darah.

Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap fagositosis karena memiliki

kapsul bakteri yang bersifat mukoid dan lipopolisakarida (LPS). Selain itu,

bakteri ini memiliki enzim protease yang dapat menghambat kerja

komplemen, merusak antibodi IgG, dan menginaktifkan interferon dan

sitokin. Endotoksin Pseudomonas aeruginosa dapat menimbulkan gejala-

gejala septisemia, antara lain demam, hipotensi, dan koagulasi di

pembuluh darah.

d. Penyakit Infeksi Pseudomonas aeruginosa

Infeksi pada mata

Jika bakteri Pseudomonas aeruginosa dapat berkolonisasi pada

jaringan epitel kornea mata, terutama ketika sistem kekebalan tubuh

penderita menurun, invasi bakteri akan terjadi. Hal ini dapat

menyebabkan kerusakan jaringan kornea dan dapat menyebabkan

kebutaan.

e. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan keberadaan bakteri

Pseudomonas aeruginosa perlu dilakukan untuk memastikan penyebab infeksi.

Bakteri ini dapat tumbuh pada berbagai media yang biasanya adalah media

Page 9: Mikrobio Makalah

yang biasanya digunakan untuk mengisolasi bakteri. Media selektif yang

digunakan biasanya adalah media agar darah atau media eosin- methythionin

blue agar.

Pseudomonas aerugenosa dapat diidntifikasi pewarnaan Gram, tidak

meragi laktosa, memberikan reaksi oksidase positif, dan dapat tumbuh pada

suhu 42oC. koloni Pseudomonas aeruginosa berbau sperti buah buahan dan

bewarna spesifik.

f. Pengobatan dan pencegahan

Beberapa jenis antibiotik tidak efektif terhadap Pseudomonas aeruginosa.

Oleh sebab itu, uji resistensi bakteri perlu dilakukan untuk memilih antibiotik

yang tepat. Bakteri ini biasanya peka terhadap amikasin, gentamisin, tobramisin,

dan kolistin. Kombinasi antibiotik gentamisin dan karbenisilin sering digunakan

untuk mengobati infeksi Pseudomonas aeruginosa yang berat.

Bakteri Pseudomonas aeruginosa sangat penting diperhatikan karena

merupakan bakteri utama dalam infeksi nosokomial agar penyebarannya tidak

semakin meluas. Sterilisasi alat – alat medis dan alat bantu medis hendaknya

diperhatikan dan lingkungan rumah sakit dijaga tetap bersih dan higienis.

g. Epidemiologi

Infeksi Pseudomonas aeruginosa biasanya terjadi pada penderita yang

mempunyai daya tahan tubuh yang menurun, misalnya penderita yang

mengidap penyakit metabolik tertentu yang dapat menurunkan daya tahan

tubuhnya; penderita luka bakar atau sakit berat; pasien yang mengonsumsi obat

imunosupresan; atau pasien yang menggunakan alat-alat bantu medis.

Selain terdapat pada tanah dan air, Pseudomonas juga merupakan flora

di kulit dan saluran cerna individu normal. Pada umumnya, Pseudomonas

aeruginosa dapat ditemukan di lingkungan rumah sakit dan peralatan yang

digunakan di dalam rumah sakit, seperti pada keteter, peralatan suntik dan infus,

peralatan makan, makanan, minuman, peralatan mandi, dan alat kesehatan lain.

Penyebaran nosokomial melalui pasien ke pasien dan antarpetugas kesehatan

lebih sering terjadi daripada penyebaran melalui udara. Pengawasan terhadap

penyebaran bakteri ini, khususnya di rumah sakit, perlu mendapatkan perhatian

utama. Di bangsal luka bakar atau unit perawatan penyakit kanker, prevalensi

Page 10: Mikrobio Makalah

bakteri Pseudomonas aeruginosa mencapai lebih dari 30% dari semua

penyebab infeksi.

Page 11: Mikrobio Makalah

BAB III

REVIEW JURNAL

2.3 UJI EKSTRAK BAWANG BOMBAY TERHADAP ANTI BAKTERI GRAM NEGATIF

Pseudomonas aeruginosa DENGAN METODE DIFUSI CAKRAM

Tujuan dari penelitian ini adalah unuk mengetahui apakah ekstrak bawang bombay

memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa. Sulfur

dari beberapa tanaman bioaktif sebagai antimikroba. Sulfur di Allium cepa L diperkirakan

memiliki sifat antimikroba. Oleh karena itu, penelitian ini melibatkan tes antimikroba. Adapun

tahapan penentuan aktivitas antimikroba dari ekstrak Allium cepa adalah persiapan ekstrak

Allium cepa, regenerasi mikroba dan uji antimikroba. Penentuan antibakteri dilakukan

dengan metode cakram kertas. Hasil ekstrak berwarna hijau muda agak keruh, pH 5 dan

jumlah 66,5 %. Uji adanya sulfur positif. Penentuan antimikroba ekstrak Allium cepa L putih

mengakibatkan daerah zona hambat menunjukkan bahwa ekstrak dimiliki sifat anti mikroba

semakin pekat, maka semakin kuat daya hambat terhadap pertumbuhan mikroba. Hal ini

terlihat bahwa diameter hambatan semakin besar terhadap bakteri Gram negatif

Pseudomonas aeruginosa. Adanya sifat anti mikroba ini dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan kesehatan sebab bakteri tersebut bersifat saprofit namun dapat bersifat

patogen pada kondisi daya tahan tidak normal.

2.4 EFEK GETAH PELEPAH PISANG (Musa spp.) TERHADAP PERTUMBUHAN

Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antimikroba getah pelepah pisang

terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa secara in vitro. Bahan yang digunakan

adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa, nutrient agar, MacConkey agar, kristal violet,

lugol, alkohol 70% dan 96%, safranin, aquades, kertas uji oksidase, getah pelepah pisang,

tisu, kertas roti, kertas penanda, plester bening, korek api. Perlakuan pada penelitian ini

(konsentrasi getah pelepah pisang 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%) dilakukan pada

lima isolat Pseudomonas aeruginosa. Metode penelitian meliputi pembuatan Nutrient Agar

Plate, identifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa, perbenihan cair, uji antimikroba getah

Page 12: Mikrobio Makalah

pelepah pisang terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dengan menggunakan

metode dilusi tabung dan modifikasi metode difusi agar, analisa data jumlah koloni dan

diameter zona hambatan pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa melalui analisis statistik

one way ANOVA, korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa getah pelepah

pisang yang digunakan masyarakat tradisional sebagai obat luka bakar terbukti memiliki

efek menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa. Peningkatan konsentrasi 60%

dan 80% getah pelepah pisang cenderung menyebabkan penurunan jumlah koloni

Pseudomonas aeruginosa dan peningkatan diameter zona hambatan Pseudomonas

aeruginosa. Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) getah pelepah

pisang terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa tidak dapat ditentukan dengan

menggunakan metode uji dilusi tabung.

2.5 Chlamydia trachomatis AS A CAUSE OF NEONATAL CONJUNCTIVITIS IN DUTCH

INFANTS

Chlamydia trachomatis adalah bakteri patogen yang menular secara seksual paling

umum pada orang dewasa, dimana saat persalinan dapat ditularkan dari ibu ke anak dan

menyebabkan konjungtivitis dan pneumonia. Di Belanda, pemeriksaan klamidia pada

prenatal dan pengobatan wanita hamil tidak dilakukan secara rutin. Sampel bakteri diambil

dari bayi berusia dibawah 3 bulan. Diagnosis laboratorium berdasarkan pada kultur bakteri

dan reaksi rantai polimerase pada C. trachomatis. Hasil menunjukkan bahwa C.

trachomatis merupakan penyebab utama konjungtivitis bakteri dalam populasi. Secara

klinis, diferensiasi dari patogen lain tidaklah mungkin. Banyak bayi yang teruji positif

klamidia tidak mendapatkan pengobatan antibiotik yang tepat.

2.6 PREVALENCE OF Pseudomonas aeruginosa IN CLINICAL SAMPLES AND ITS

SENSITIVITY TO CITRUS EXTRACT

Dilakukan pengujian terhadap prevalensi dari patogen tertentu dalam 498 sampel dari

telinga, penyeka luka dan urin. Pada infeksi telinga, P. aeruginosa mendominasi (50%),

diikuti dengan S. aureus (30%) dan lainnya (20%). Pada penyeka luka S. aureus

mendominasi (46,3%), P. aeruginosa (16%). Pada urin S. aureus dan E. coli lebih banyak

diisolasi sebanyak masing-masing 49% dan 23%. Studi antibiogram menunjukan bahwa P.

aeruginosa, sangat sensitif terhadap Ciprotab, Perflotab, dan Gentamisin kecuali isolat

Page 13: Mikrobio Makalah

Pseudomonas dari luka yang resisten terhadap Gentamisin. Isolat resisten terhadap

Streptomisin, Ampisilin, dan Cotrimoxazol (septrin). Sari buah sitrus– C. aurantifolia dan C.

limon terhadap P. aeruginosa memberikan hasil positif dengan efek letal pada uji organisme

dengan diameter zona hambat berkisar antara 7 mm sampai 22 mm mengelilingi koloni.

2.7 COMPARISON OF VIRULENCE FACTORS IN Pseudomonas aeruginosa STRAINS

ISOLATED FROM CONTACT LENS- AND NON-CONTACT LENS-RELATED KERATITIS

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan perbedaan faktor virulensi P. aeruginosa

yang diisolasi dari lensa kontak yang tidak terjangkit dan lensa kontak yang terjangkit

keratitis. 6 dari 55 isolat klinik tidak peka (resisten menengah atau resisten) terhadap

offloxacin dan moxifloxacin. Semua isolat yang resisten berasal dari lensa kontak yang tidak

terjangkit keratitis. Hasil menunjukan bahwa isolat P.aeruginosa dari asal infeksi yang

berbeda-beda akan memiliki karakteristik yang berbeda pula.

Page 14: Mikrobio Makalah

BAB IV

KESIMPULAN

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Mata adalah indera penglihatan yang terdiri dari organ-organ dalam berupa

retina,sclera,lensa,aqueous humor,iris dan kornea.

2. Bakteri patogen pada mata terdiri dari Chlamydia trachomatis yang menyebabkan

patogenesis trakoma dan konjungtivitis inklusi, serta Pseudomonas aeruginosa yang

menyebabkan patogenesis yatu infeksi pada mata.

3. Terapi dan pengobatan Chlamydia trachomatis yaitu memberikan pengobatan oral

dengan antibiotik tetrasiklin, eritromisin, sulfonamide dan azitromisin. Sedangkan terapi

dan pengobatan Pseudomonas aeruginosa yaitu memberikan antibiotik amikasin,

gentamisin, tobramisin, dan kolistin.