mi/ tetra mi/ wibowo senin, 14 februari 2011 | no.10940 ... · menuntut presiden yaman ali abdullah...

1
MISTERI pita yang dipakai penyerang jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, Kabupaten Pandeg- lang, Banten, mulai terungkap. Kesimpulan sementara Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) ialah koordina- tor penyerangan memakai pita di dada. Wakil Ketua Komnas HAM Ridha Saleh di Jakarta, kemarin, menjelaskan pita yang dikena- kan penyerang itu menunjukkan tanda dan peran orang tersebut. “Jelas itu tanda,” katanya. Sekitar seribu orang menye- rang anggota Jemaat Ahmadi- yah Indonesia pada Minggu (6/2), yang mengakibatkan tiga orang tewas. Temuan awal Komnas HAM menyebutkan para penyerang itu berasal dari luar daerah, bertanda penge- nal, bergerak dengan serangan terpola, dan diperkirakan mem- peroleh imbalan. Berdasarkan video yang diper- oleh Komnas HAM, terdapat tiga kelompok yang berciri khusus. Pertama, kelompok bertanda de- ngan pita hijau, pita biru, dan tak berpita (massa campuran). Menurut Ridha, warna dan letak pita menunjukkan peran setiap kelompok. Ia menjelas- kan ada dugaan orang yang mengenakan pita di dada ber- peran sebagai koordinator la- pangan dan pita di lengan berperan sebagai pasukan. “Ini masih dugaan,” ujarnya. Video yang diperoleh Kom- nas HAM itu, menurut Tim Pengacara Muslim (TPM) yang menjadi kuasa hukum lima tersangka kasus Cikeusik, tidak objektif. Kata Mahendradatta dari TPM, telah terjadi pemu- tarbalikan fakta dalam rekaman video tersebut. Lain lagi hasil kajian Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. Ketua LBH Jakarta Nurkholis Hidayat memaparkan dugaan keterlibat- an polisi dalam sejumlah kasus kekerasan terhadap Jemaat Ah- madiyah Indonesia selama peri- ode 2001-2011. Level keterlibatan tertinggi polisi ialah menimbul- kan penderitaan, penghukuman, dan pengalaman pahit, kemu- dian pendorongan, penganjuran, atau penghasutan. Berikutnya memberikan persetujuan atau pengizinan, dan level paling rendah persetu- juan diam-diam. Pihak kepolisian tentu saja me- nampik tudingan LBH Jakarta. “Bagaimana polisi bisa dibilang terlibat? Yang sedang menyidik kasus Cikeusik itu polisi,” ser- gah Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Kombes Boy Rai Amar. (Nav/NG/WB/*/X-3) MELAHIRKAN dengan usia janin belum cukup mening- katkan risiko penyakit pernapasan. Sebuah penelitian membandingkan bayi lahir pada usia kehamilan 36-38 minggu dengan bayi usia kehamilan 39-41 minggu. Hasil- nya potensi terkena penyakit sindrom pernapasan, hypo- glycemia (gula darah rendah), dan bahkan kematian pada bayi yang lahir pada usia 36-38 minggu lebih tinggi. “Ibu hamil sebaiknya melahirkan minimal pada usia kehamilan 39 minggu,” kata dokter Yu Ming Victor Fang, peneliti Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Connecti- cut, AS. (Healthday/*/X-9) Pemasangan Iklan & Customer Service No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: [email protected] Rp2.900/eks (di luar P. Jawa Rp3.100/eks) Rp67.000/bulan (di luar P.Jawa + ongkos kirim) SPESIALIS PENYELAMAT ADU PENALTI Ia yakin profesionalisme dan segudang pengalamannya menyelamatkan gawang di klub pada saat-saat kritis pada akhirnya nanti bisa membuka peluangnya menjadi kiper utama timnas. Sosok, Hlm 5 ANTREAN DI MERAK KIAN PARAH Kemacetan kendaraan semakin parah melanda Pelabuhan Merak, Banten, kemarin. Antrean truk telah mencapai 17 km menuju penyeberangan kapal. Nusantara, Hlm 8 MI/ WIBOWO MI/ TETRA SENIN, 14 FEBRUARI 2011 | NO.10940 | TAHUN XLII | 28 HALAMAN UNTUK mencegah abuse of power seperti terjadi pada kasus Gayus Tambunan, kepolisian dan kejaksaan mestinya diawasi lembaga yang independen, tangguh, dan garang. Bukan sekadar ada, seperti Komisi Kepoli- sian Nasional dan Komisi Kejaksaan sekarang ini. Pijakan hukum kedua komisi itu haruslah diper- kuat, setidaknya setara dengan pijakan hukum lem- baga yang diawasi. Kepolisian dan kejaksaan diatur dengan undang-undang, sedangkan kedua komisi itu hanya dengan peraturan presiden. Kedua komisi itu harus dibikin bernyali dengan undang-undang. Sebagai perbandingan, Komisi Yudisial yang mengawasi hakim lahir atas perintah konstitusi yang kemudian diatur undang-undang. Sekalipun demikian, sebagian gigi Komisi Yudisial itu dicabut Mahkamah Konstitusi zaman Jimly As- shiddiqie. Komisi Yudisial dibikin tidak berwenang mengawasi hakim agung dan hakim konstitusi. Tugas dan kewenang- an Komisi Kepolisian dan Komisi Kejaksaan pun hanya aksesori. Kedua komisi cuma menerima pengaduan publik kemudian me- ngirimkannya ke ke- polisian dan kejaksaan. Setelah itu, apakah pengaduan itu hanya memenuhi keranjang sampah di sudut-sudut ruangan kepolisian dan kejaksaan, kedua komisi tidak berdaya. Padahal, wajah ke- polisian dan kejaksaan kian buruk. Survei berbicara: keduanya kerap berada di deret depan dalam hal penyimpangan. Fakta telanjang memperlihatkan pula kepolisian dan kejaksaan sulit betul membenahi diri. Contoh terkini, Kapolri enggan menindak Brigjen Edmon Ilyas dan Brigjen Raja Erizman dalam kasus maa pajak Gayus Tambunan. Setali tiga uang Jaksa Agung juga ogah menindak jaksa Cirus Sinaga. Demikian buruk wajah kepolisian dan kejaksaan sehingga sebuah keniscayaan untuk memberi power kepada Komisi Kepolisian Nasional dan Komisi Ke- jaksaan. Rapat terbatas Presiden dengan kementerian terkait pada pekan silam memang mewacanakan penguatan kedua lembaga itu. Melalui revitalisasi peraturan presiden, kedua komisi itu akan diberi kewenangan memeriksa polisi dan jaksa nakal. Sekilas tampak bagus, sekilas kelihatan menjanjikan, tetapi langkah itu masih jauh dari harapan. Selama masih berfondasikan peraturan presiden, sulit ber- harap kedua komisi bisa berperan maksimal. Lihat saja, kepolisian yang merasa superior lang- sung pasang kuda-kuda. Inspektur Pengawasan Umum Polri Komisaris Jenderal Nanan Soekarna dengan penuh percaya diri menolak wacana peme- riksaan oleh Komisi Kepolisian Nasional. Jangankan memeriksa, ikut dalam ruang pemeriksaan pun dila- rang. Dalihnya, itu melanggar undang-undang. Jelas sudah, untuk memperbaiki citra dan wibawa kepolisian dan kejaksaan yang hancur lebur, yang rusak berat, negara tidak boleh setengah-setengah. Tidak bisa lagi Komisi Kepolisian Nasional dan Komisi Kejaksaan cuma berpijak pada peraturan presiden. Pijakannya haruslah undang-undang, antara lain dengan membuat prosedur seleksi, pemilihan dan penentuan orang-orang yang duduk di situ seketat dan sewibawa Komisi Pemberantasan Korupsi. Untuk membersihkan kepolisian dan kejaksaan, kita tak bisa lagi hanya memakai sapu lidi, tetapi sudah saatnya menggunakan sapu besi. Untuk membersihkan kepolisian dan kejaksaan, kita tak bisa lagi hanya memakai sapu lidi, tetapi sudah saatnya menggunakan sapu besi. EDITORIAL Sapu Besi Silakan tanggapi Editorial ini melalui: mediaindonesia.com PASCAPENGUNDURAN diri Hosni Mubarak sebagai presi- den, pemerintah Mesir yang di- kendalikan Dewan Tinggi Mili- ter menyelidiki mantan perdana menteri, mantan menteri dalam negeri, dan menteri informasi yang diduga terlibat korupsi. Dewan Tinggi Militer ber- usaha memenuhi keinginan masyarakat Mesir yang selain menuntut Hosni Mubarak, juga mendesak pengusutan dugaan korupsi para pejabat negara serta pengusaha yang memiliki hubungan dekat dengan partai pendukung Mubarak. Pada Sabtu (12/2), televisi pemerintah Mesir menyiarkan laporan mengenai pengenaan larangan ke luar negeri bagi mantan Perdana Menteri Ahmed Nazif dan Menteri Dalam Negeri Habib al-Adli. Kedua menteri itu dipecat sebelum Mubarak me- lepas kursi kepresidenan pada Jumat (11/2). Larangan bepergian juga dike- nakan kepada Menteri Informasi Anas el-Fekky yang telah dipilih lagi dalam kabinet. “Untuk me- nyelidiki dugaan keterlibatan, keputusan larangan bepergian dibutuhkan,” ungkap televisi pe- merintah yang mengutip sumber pejabat pengadilan. Ditambahkan pula, jaksa pe- nuntut telah mengeluarkan keputusan untuk membekukan rekening Adli dan keluarganya senilai lebih dari 4 juta pound Mesir atau sekitar US$680 ribu yang ditransfer dari rekening pribadi kepala kontraktor sebuah perusahaan. Pascapengunduran Mubarak, Dewan Tinggi Militer resmi menjalankan pemerintahan di sana. Anggota dewan terdiri dari Menteri Pertahanan Hus- sein Tantawy dan para kepala staf militer. Namun, pihak dewan militer belum secara eksplisit menjelas- kan perubahan yang akan di- lakukan. Mereka memang men- janjikan dan meyakinkan kepada publik mengenai perubahan Mesir ke arah demokrasi. Namun, sejauh ini, dewan yang berisi para jenderal itu belum mengatakan apa pun mengenai transisi yang akan dilakukan. (Drd/Reuters/ AP/X-10) Berita terkait hlm 12 DERI DAHURI K EBERHASILAN rakyat Mesir meng- gulingkan Presiden Hosni Mubarak mu- lai menginspirasi warga negara lain. Pemerintah Yaman dan Aljazair ketar-ketir dan pe- merintah Iran langsung pasang kuda-kuda. Ribuan orang sejak Sabtu (12/2) hingga ke- marin turun ke jalan-jalan di Aljir, ibu kota Aljazair. Mereka menuntut agar Presiden Ab- dulaziz Bouteika meletakkan jabatan yang sudah digenggam- nya selama 49 tahun. Para demonstran meneri- akkan ‘Tolak pemerintah- an otoriter!’ dan ‘Boutef- lika turun!’ Demonstran sempat bentrok dengan polisi antihuru-hara yang jumlahnya jauh lebih ba- nyak. Wartawan melaporkan penangkapan-penangkapan demonstran di tempat keja- dian. Tidak hanya itu. Internet diblokir dan akun-akun Facebook dihapus di seantero Aljazair. Demonstrasi di Timur Te- ngah berawal dari Tunisia lalu menjalar ke Mesir. Setelah ber- demonstrasi selama 18 hari yang menewaskan lebih dari 300 orang dan melukai ribuan orang lainnya, Presiden Mesir Hosni Mubarak akhirnya me- ngundurkan diri pada Jumat (11/2). Penyebab demonstrasi di Tu- nisia, Mesir, dan Aljazair ialah pemimpin yang gemar berbo- hong, tingkat pengangguran yang tinggi, dan kesenjangan yang terlalu menganga antara kaya dan miskin. Padahal, Aljazair merupakan negara de- ngan cadangan gas alam terbe- sar kedelapan di dunia. Negara itu juga dikenal sebagai negara kaya minyak. Jadi hantu Warga Yaman juga tidak mau ketinggalan. Mereka turun ke jalan-jalan di Sana’a, ibu kota Yaman. Mereka tidak cuma ikut merayakan kemenangan warga Mesir. Para demonstran juga menuntut Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mengundurkan diri. Revolusi Landa Timur Tengah Militer Mesir Cekal 3 Menteri Demokrasi menjadi hantu bagi pemimpin bergaya diktator di negara-negara kawasan Timur Tengah. Untuk menyelidiki dugaan keterlibatan, keputusan larangan bepergian dibutuhkan.” Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh yang berkuasa 32 tahun tentu saja tidak mau bernasib sama seperti Mubarak. Ia buru- buru mengajukan serangkaian program reformasi ke parle- men, minggu lalu. Misalnya, ia berjanji tidak menyiapkan putra mahkota. Pemerintah Iran juga mulai memasang kuda-kuda dengan mengeluarkan larangan ber- demonstrasi bagi rakyatnya, terutama kelompok oposisi yang ingin merayakan solidari- tas kebebasan Mesir. Hembusan angin revolusi Mesir mulai terasa di Yorda- nia. Itu sebabnya Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengirimkan penasihat mi- liter senior sebagai jaminan keamanan di kawasan Timur Tengah untuk sekutunya ke Yordania. Pengamat internasional Timur Tengah dari President University, Bekasi, Bantarto Bandoro, membenarkan bah- wa kemenangan rakyat Mesir telah menginspirasi negara kawasan. “Demokrasi menjadi hantu bagi pemimpin-pemimpin ber- gaya diktator di negara-negara kawasan itu,” kata Bantarto di Jakarta, kemarin. (*/AP/X-3) [email protected] Sindrom Pernapasan Bayi PAUSE TIDAK TERBIT BERKENAAN dengan Maulid Nabi Muhammad SAW yang merupakan hari libur nasional, Media Indonesia tidak terbit pada Selasa, 15 Februari 2011. Media Indonesia akan kembali terbit pada Rabu, 16 Februari 2011. Pembaca dan relasi harap maklum. Pembaca tetap bisa mengetahui perkembangan berita dengan mengakses mediaindonesia.com. PENERBIT Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui e-mail: [email protected] atau mediaindonesia.com Pita di Dada Koordinator Penyerangan Ahmadiyah

Upload: hoangthu

Post on 15-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MISTERI pita yang dipakai penyerang jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, Kabupaten Pandeg-lang, Banten, mulai terungkap. Kesimpulan sementara Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) ialah koordina-tor penyerangan memakai pita di dada.

Wakil Ketua Komnas HAM Ridha Saleh di Jakarta, kemarin, menjelaskan pita yang dikena-kan penyerang itu menunjukkan tanda dan peran orang tersebut. “Jelas itu tanda,” ka ta nya.

Sekitar seribu orang menye-rang anggota Jemaat Ahmadi-yah Indonesia pada Minggu (6/2), yang mengakibatkan tiga orang tewas. Temuan awal Komnas HAM menyebutkan para penyerang itu berasal dari

luar daerah, bertanda penge-nal, bergerak dengan serang an terpola, dan diperkirakan mem-peroleh imbalan.

Berdasarkan video yang diper-oleh Komnas HAM, terdapat tiga kelompok yang berciri khusus. Pertama, kelompok bertanda de-ngan pita hijau, pita biru, dan tak berpita (massa campuran).

Menurut Ridha, warna dan letak pita menunjukkan peran setiap kelompok. Ia menjelas-kan ada dugaan orang yang mengenakan pita di dada ber-peran sebagai koordinator la-pangan dan pita di lengan berperan sebagai pasukan. “Ini masih dugaan,” ujarnya.

Video yang diperoleh Kom-nas HAM itu, menurut Tim

Pengacara Muslim (TPM) yang menjadi kuasa hukum lima tersangka kasus Cikeusik, tidak objektif. Kata Mahendradatta dari TPM, telah terjadi pemu-tarbalikan fakta dalam rekaman video tersebut.

Lain lagi hasil kajian Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. Ketua LBH Jakarta Nurkholis Hidayat memaparkan duga an keterlibat-

an polisi dalam sejumlah kasus kekerasan terhadap Jemaat Ah-madiyah Indonesia selama peri-ode 2001-2011. Level keterlibatan tertinggi polisi ialah menimbul-kan penderitaan, penghukuman, dan pengalaman pahit, kemu-dian pendorongan, penganjuran, atau penghasutan.

Berikutnya memberikan persetujuan atau pengizin an, dan level paling rendah persetu-juan diam-diam.

Pihak kepolisian tentu saja me-nampik tudingan LBH Jakarta. “Bagaimana polisi bisa dibilang terlibat? Yang sedang menyidik kasus Cikeusik itu polisi,” ser-gah Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Kombes Boy Rafl i Amar. (Nav/NG/WB/*/X-3)

MELAHIRKAN dengan usia janin belum cukup mening-katkan risiko penyakit pernapasan. Sebuah penelitian membandingkan bayi lahir pada usia kehamilan 36-38 ming gu dengan bayi usia kehamilan 39-41 minggu. Hasil-nya potensi terkena penyakit sindrom pernapasan, hypo-glycemia (gula darah rendah), dan bahkan kematian pada bayi yang lahir pada usia 36-38 minggu lebih tinggi.

“Ibu hamil sebaiknya melahirkan minimal pada usia kehamilan 39 minggu,” kata dokter Yu Ming Victor Fang, peneliti Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Connecti-cut, AS. (Healthday/*/X-9)

Pemasangan Iklan & Customer

ServiceNo Bebas Pulsa:

08001990990 e-mail:

[email protected]

Rp2.900/eks(di luar P. Jawa Rp3.100/eks)

Rp67.000/bulan(di luar P.Jawa

+ ongkos kirim)

SPESIALIS PENYELAMAT ADU PENALTI

Ia yakin profesionalisme dan segudang pengalamannya menyelamatkan

gawang di klub pada saat-saat kritis pada akhirnya nanti bisa

membuka peluangnya menjadi kiper utama timnas.

Sosok, Hlm 5

ANTREAN DI MERAK KIAN PARAHKemacetan kendaraan semakin parah melanda Pelabuhan Merak, Banten, kemarin. Antrean truk telah mencapai 17 km menuju penyeberangan kapal.

Nusantara, Hlm 8

MI/ WIBOWOMI/ TETRA

SENIN, 14 FEBRUARI 2011 | NO.10940 | TAHUN XLII | 28 HALAMAN

UNTUK mencegah abuse of power seperti terjadi pada kasus Gayus Tambunan, kepolisian dan kejaksaan mestinya diawasi lembaga yang independen, tangguh, dan garang. Bukan sekadar ada, seperti Komisi Kepoli-sian Nasional dan Komisi Kejaksaan sekarang ini.

Pijakan hukum kedua komisi itu haruslah diper-kuat, setidaknya setara dengan pijakan hukum lem-baga yang diawasi. Kepolisian dan kejaksaan diatur dengan undang-undang, sedangkan kedua komisi itu hanya dengan peraturan presiden.

Kedua komisi itu harus dibikin bernya li dengan undang-undang. Sebagai perbandingan, Komisi Yudisial yang mengawasi hakim lahir atas perintah konstitusi yang kemudian diatur undang-undang.

Sekalipun demikian, sebagian gigi Komisi Yudisial itu dicabut Mahkamah Konstitusi zaman Jimly As-shiddiqie. Komisi Yudisial dibikin tidak berwenang mengawasi hakim agung dan hakim konstitusi.

Tugas dan kewenang-an Komisi Kepolisian dan Komisi Kejaksaan pun hanya aksesori. Kedua komisi cuma menerima pengaduan publik kemudian me-ngirimkannya ke ke-polisian dan kejaksaan. Setelah itu, apakah pe ngaduan itu hanya memenuhi keranjang sampah di sudut-sudut ruangan kepolisian dan kejaksaan, kedua komisi tidak berdaya.

Padahal, wajah ke-polisian dan kejaksaan kian buruk. Survei berbicara: keduanya kerap berada di deret depan dalam hal penyimpangan. Fakta telanjang memperlihatkan pula kepolisian dan kejaksaan sulit betul membenahi diri. Contoh terkini, Kapolri enggan menindak Brigjen Edmon Ilyas dan Brigjen Raja Erizman dalam kasus mafi a pajak Gayus Tambunan. Setali tiga uang Jaksa Agung juga ogah menindak jaksa Cirus Sinaga.

Demikian buruk wajah kepolisian dan kejaksaan sehingga sebuah keniscayaan untuk memberi power kepada Komisi Kepolisian Nasional dan Komisi Ke-jaksaan. Rapat terbatas Presiden dengan kementerian terkait pada pekan silam memang mewacanakan penguatan kedua lembaga itu. Melalui revitalisasi peraturan presiden, kedua komisi itu akan diberi kewenangan memeriksa polisi dan jaksa nakal.

Sekilas tampak bagus, sekilas kelihatan menjanjikan, tetapi langkah itu masih jauh dari harapan. Selama masih berfondasikan peraturan presiden, sulit ber-harap kedua komisi bisa berperan maksimal.

Lihat saja, kepolisian yang merasa superior lang-sung pasang kuda-kuda. Inspektur Pengawasan Umum Polri Komisaris Jenderal Nanan Soekarna dengan penuh percaya diri menolak wacana peme-riksaan oleh Komisi Kepolisian Nasional. Jangankan memeriksa, ikut dalam ruang pemeriksaan pun dila-rang. Dalihnya, itu melanggar undang-undang.

Jelas sudah, untuk memperbaiki citra dan wibawa kepolisian dan kejaksaan yang hancur lebur, yang rusak berat, negara tidak boleh setengah-setengah. Tidak bisa lagi Komisi Kepolisian Nasional dan Komisi Kejaksaan cuma berpijak pada peraturan presiden. Pijakannya haruslah undang-undang, antara lain dengan membuat prosedur seleksi, pemilihan dan penentuan orang-orang yang duduk di situ seketat dan sewibawa Komisi Pemberantasan Korupsi.

Untuk membersihkan kepolisian dan kejaksaan, kita tak bisa lagi hanya memakai sapu lidi, tetapi sudah saatnya menggunakan sapu besi.

Untuk membersihkan

kepolisian dan kejaksaan, kita tak bisa lagi hanya memakai sapu lidi, tetapi sudah saatnya menggunakan sapu besi.

EDITORIAL

Sapu Besi

Silakan tanggapiEditorial ini melalui:mediaindonesia.com

PASCAPENGUNDURAN diri Hosni Mubarak sebagai presi-den, pemerintah Mesir yang di-kendalikan Dewan Tinggi Mili-ter menyelidiki mantan perdana menteri, mantan menteri dalam negeri, dan menteri informasi yang diduga terlibat korupsi.

Dewan Tinggi Militer ber-usaha memenuhi keinginan masyarakat Mesir yang selain menuntut Hosni Mubarak, juga mendesak pengusutan dugaan korupsi para pejabat negara serta peng usaha yang memiliki hubungan dekat dengan partai pendukung Mubarak.

Pada Sabtu (12/2), televisi pemerintah Mesir menyiarkan laporan mengenai pengenaan larangan ke luar negeri bagi mantan Perdana Menteri Ahmed Nazif dan Menteri Dalam Negeri Habib al-Adli. Kedua menteri itu dipecat sebelum Mubarak me-lepas kursi kepresidenan pada Jumat (11/2).

Larangan bepergian juga dike-nakan kepada Menteri Informasi Anas el-Fekky yang telah dipilih lagi dalam kabinet. “Untuk me-nyelidiki dugaan keterlibatan, keputusan larang an bepergian dibutuhkan,” ung kap televisi pe-merintah yang mengutip sumber pejabat pengadilan.

Ditambahkan pula, jaksa pe-nuntut telah mengeluarkan keputusan untuk membekukan

rekening Adli dan keluarganya senilai lebih dari 4 juta pound Mesir atau sekitar US$680 ribu yang ditransfer dari reke ning pribadi kepala kontraktor sebuah perusahaan.

Pascapengunduran Mubarak, Dewan Tinggi Militer resmi menjalankan pemerintahan di sana. Anggota dewan terdiri dari Menteri Pertahanan Hus-sein Tantawy dan para kepala staf militer.

Namun, pihak dewan militer belum secara eksplisit menjelas-kan perubahan yang akan di-lakukan. Mereka memang men-janjikan dan meyakinkan kepada publik mengenai perubahan Mesir ke arah demokrasi.

Namun, sejauh ini, dewan yang berisi para jenderal itu belum mengatakan apa pun mengenai transisi yang akan dilakukan. (Drd/Reuters/AP/X-10)

Berita terkait hlm 12

DERI DAHURI

KE B E R H A S I L A N rakyat Mesir meng-gulingkan Presiden Hosni Mubarak mu-

lai menginspirasi warga negara lain. Pemerintah Yaman dan Aljazair ketar-ketir dan pe-merintah Iran langsung pasang kuda-kuda.

Ribuan orang sejak Sabtu (12/2) hingga ke-marin turun ke jalan-jalan di Aljir, ibu kota Aljazair. Mereka menuntut agar Presiden Ab-dulaziz Boutefl ika meletakkan jabatan yang sudah digenggam-nya selama 49 tahun.

Para demonstran meneri-akkan ‘Tolak pemerintah-an otoriter!’ dan ‘Boutef-lika turun!’ Demonstran sempat bentrok dengan polisi antihuru-hara yang jumlahnya jauh lebih ba-nyak. Wartawan melaporkan penang kapan-penangkapan demonstran di tempat keja-dian.

Tidak hanya itu. Internet diblokir dan akun-akun Facebook dihapus di seantero Aljazair.

Demonstrasi di Timur Te-ngah berawal dari Tunisia lalu menjalar ke Mesir. Setelah ber-demonstrasi selama 18 hari yang menewaskan lebih dari 300 orang dan melukai ribuan orang lainnya, Presiden Mesir Hosni Mubarak akhirnya me-ngundurkan diri pada Jumat (11/2).

Penyebab demonstrasi di Tu-nisia, Mesir, dan Aljazair ialah pemimpin yang gemar berbo-hong, tingkat pengangguran yang tinggi, dan kesenjangan yang terlalu menganga antara kaya dan miskin. Padahal, Aljazair merupakan negara de-ngan cadangan gas alam terbe-sar kedelapan di dunia. Negara itu juga dikenal sebagai negara kaya minyak.

Jadi hantuWarga Yaman juga tidak mau

ketinggalan. Mereka turun ke jalan-jalan di Sana’a, ibu kota Yaman. Mereka tidak cuma ikut merayakan kemenangan warga Mesir. Para demonstran juga menuntut Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mengundurkan diri.

Revolusi Landa Timur Tengah

Militer MesirCekal 3 Menteri

Demokrasi menjadi hantu bagi pemimpin bergaya diktator di negara-negara kawasan Timur Tengah.

Untuk menyelidiki dugaan

keterlibatan, keputusan larangan bepergian dibutuhkan.”

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh yang berkuasa 32 tahun tentu saja tidak mau bernasib sama seperti Mubarak. Ia buru-buru mengajukan serangkaian program reformasi ke parle-men, minggu lalu. Misalnya, ia berjanji tidak menyiapkan putra mahkota.

Pemerintah Iran juga mulai memasang kuda-kuda dengan mengeluarkan larangan ber-demonstrasi bagi rakyatnya, terutama kelompok oposisi yang ingin merayakan solidari-

tas kebebasan Mesir.Hembusan angin revolusi

Mesir mulai terasa di Yorda-nia. Itu sebabnya Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengirimkan penasihat mi-liter senior sebagai jaminan keamanan di kawasan Timur Tengah untuk sekutunya ke

Yordania. Pengamat internasional

Timur Tengah dari President University, Bekasi, Bantarto Bandoro, membenarkan bah-wa kemenangan rakyat Mesir telah menginspirasi negara kawasan.

“Demokrasi menjadi hantu bagi pemimpin-pemimpin ber-gaya diktator di negara-negara kawasan itu,” kata Bantarto di Jakarta, kemarin. (*/AP/X-3)

[email protected]

Sindrom Pernapasan BayiPAUSE

TIDAK TERBITBERKENAAN dengan Maulid Nabi Muhammad SAW yang merupakan hari libur nasional, Media Indonesia tidak terbit pada Selasa, 15 Februari 2011. Media Indonesia akan kembali terbit pada Rabu, 16 Februari 2011. Pembaca dan relasi harap maklum. Pembaca tetap bisa mengetahui perkembangan berita dengan mengakses mediaindonesia.com.

PENERBIT

Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui e-mail:

[email protected] mediaindonesia.com

Pita di Dada Koordinator Penyerangan Ahmadiyah