metodologi pemahaman hadis_revisi
TRANSCRIPT
A. Pendahuluan
Secara epistemologis, hadis dipandang oleh mayoritas umat Islam sebagai
sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur’an. Sebab ia merupakan baya>n
(penjelas), terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih mujmal (global), ‘a>m (umum)
dan yang mut}laq (tanpa batasan). Bahkan secara mandiri hadis dapat berfungsi
sebgai penetap (muqarrir) suatu hukum yang belum ditetapkan oleh Al-Qur’an.1
Hadis sebagai sumber kedua, nampaknya selalu menarik untuk dikaji, baik yang
menyangkut tentang kritik otentitas atau validitas (sanad dan matan) maupun
metodologi pemahaman (syarh}) hadis itu sendiri.
Para ulama dahulu telah banyak mencoba melakukan penafsiran atau
pemahaman hadis yang terdapat dalam al-Kutub al-Sittah, yakni dengan menulis kitab
syarah terhadap kitab tersebut.
Meskipun demikian, upaya untuk menemukan metode yang digunakan ulama
dalam penyusunan kitab syarah hadis tersebut hampir-hampir tidak pernah tersentuh.
Namun dari beberapa metode yang dipergunakan oleh para ulama dalam menyusun
kitab syarh} tersebut dapat diklasifikasikan beberapa metode pemahaman hadis,
yakni metode tahli>li>, metode ijma>li>, dan metode muqa>rin.2
B. Metodologi Pemahaman Hadis
1. Metode dan Metodologi
Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani methodos, yang berarti cara atau
jalan.3 Dalam bahasa Inggris, kata ini ditulis method, dan bangsa Arab
menerjemahkannya dengn t}ari>qat dan manhaj. Dalam bahasa Indonesia, kata
tersebut mengandung arti: cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
1 Said Agil Husain Munawwar dan Abdul Mustaqim. 2001. Asbabul Wurud. Yogyakarta: Pustaka Pelajar., hal. 24.2 Metode ini diadopsi dari metode penafsiran Al-Qur’an dengan melihat karakter persamaan yang terdapat antara penafsiran Al-Qur’an dan penafsiran atau syarh}} hadis. Artinya metode penafsiran Al-Qur’an dapat diterapkan dalam syarh} h}adis} dengan mengubah redaksi/kata Al-Qur’an menjadi hadis; tafsir menjadi syarh}. (baca Nizar Ali. 2001. Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan). Yogyakarta: Center for Educational Studies and Development (CESaD) YPI Al-Rahmah., hal. 28.
Dalam studi tafsir telah dijumpai beberapa teori tentang tafsir Al-Qur’an dengan melihat metode dan corak penafsiran yang dipakai oleh para ulama tafsir dalam kitab-kitab tafsir. Ada 4 (empat) metoden penafsiran, yaitu: metode tafsir tah}li>li> (analitis), metode tafsir ijma>li> (global), metode tafsir muqa>rin (perbandingan) dan metode tafsir maud}u>i (tematik). Ibid., hal. 28, atau baca Nashrudin Baidan. 2000. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.3 Ibid.,hal. 1 atau baca Fuad Hasan dan Koentjaraningrat. 1997. Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, dalam Koentjaraningrat (ed.), Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia., hal. 16.
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.4 Sedangkan metodologi berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti
cara atau jalan, logos artinya ilmu. Kata metodologi dalam Kamus Besar Bahasa
Indosesia diartikan sebagai ilmu tentang metode; uraian tentang metode.5
2. Pemahaman (Syarh})
Kata syarah (Syarh} ) berasal dari bahasa Arab, Syarah}a-Yasyrah}u-
Syarh}an yang artinya menerangkan, membukakan, melapangkan.6 Istilah syarh}
(pemahaman) biasanya digunakan untuk hadis, sedangkan tafsir untuk kajian Al-
Qur’an. Dengan kata lain, secara substansial keduanya sama (sama-sama menjelaskan
maksud, arti atau pesan); tetapi secara istilah, keduanya berbeda. Istilah tafsir
(tafsi>r) spesifik bagi Al-Qur’an (menjelaskan maksud, arti, kandungan, atau pesan
ayat Al-Qur’an), sedangkan istilah Syarah (syarh}) meliputi hadis (menjelaskan
maksud, arti, kandungan, atau pesan hadis) dan disiplin ilmu lain.7
Jadi maksud dari metodologi pemahaman (syarh}) hadis ialah ilmu tentang
metode memahami hadis. Dengan demikian, kita dapat membedakan antara dua
istilah, yakni metode syarh}: cara-cara memahami hadis, sementara metodologi
syarh}: ilmu tentang cara tersebut. Metode yang digunakan oleh pensyarahan hadis
ada tiga, yaitu metode tahli>li>, metode ijma>li>, dan metode muqa>rin.
Adapun untuk melihat kitab dari sisi bentuk pensyarahan, digunakan teori bentuk
syarh} bi al-ma`s|ur dan syarh} bi al-ra’y. Sedangkan dalam menganalisis
corak kitab digunakan teori kategorisasi bentuk syarh} fiqhy, falsafy, sufy, atau
lugawy.8
C. Metode-metode Pemahaman (syarh}) Hadis
1. Metode Tahli>li> (Analitis)
a. Pengertian
Metode syarh} tahli>li> adalah menjelaskan hadis-hadis Nabi
4 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa KBBI. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. jakarta: Balai Pustaka. Cetakan ketiga, edisi III., hal. 740.5 Ibid., hal. 741.6 Mahmud Yunus. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Penafsir Al-Qur’an.,hal. 7 Nizar Ali., op.cit., hal 28.8 Nizar Ali. 2007. (Ringkasan Desertasi) Kontribusi Imam Nawawi dalam Penulisan Syarh} Hadis. Yogyakarta., hal. 4.
dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam hadis tersebut serta
menerangkan makna-makna yang tercangkup di dalamnya sesuai dengan
kecenderungan dan keahlian pensyarah. 9
Dalam menyajikan penjelasan atau komentar, seorang pensyarah hadis
mengikuti sistematika hadis sesuai dengan urutan hadis yang terdapat dalam
sebuah kitab hadis yang dikenal dari al-Kutub al-Sittah.
Pensyarah memulai penjelasannya dari kalimat demi kalimat, hadis demi
hadis secara berurutan. uraian tersebut menyangkut berbagai aspek yang
dikandung hadis seperti kosa kata, konotasi kalimatnya, latar belakang turunnya
hadis (jika ditemukan), kaitannya dengan hadis lain, dan pendapat-pendapat
yang beredar di sekitar pemahaman hadis tersebut, baik yang berasal dari
sahabat, para tabi'in maupun para ulama hadis.10
b. Ciri-ciri Metode Tahli>li>
Secara umum kitab-kitab syarah yang menggunakan metode tahli>li>
biasanya berbentuk ma's\ur (riwayat) atau ra'y (pemikiran rasional). Syarah
yang berbentuk ma's\ur ditandai dengan banyaknya dominasi riwayat-riwayat
yang datang dari sahabat, tabi'in atau ulama hadis. Sementara syarah yang
berbentuk ra'y banyak didominasi oleh pemikiran rasional pensyarahnya.
Kitab-kitab syarah yang menggunakan metode tahli>li> mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1). Pensyarahan yang dilakukan menggunakan pola menjelaskan makna yang
terkandung di dalam hadis secara komprehensif dan menyeluruh.
2). Dalam pensyarahan, hadis dijelaskan kata demi kata, kalimat demi kalimat
secara berurutan serta tidak terlewatkan juga menerangkan sabab al
wuru>d dari hadis-hadis yang dipahami jika hadis tersebut memiliki
sabab wuru>dnya.
3). Diuraikan pula pemahaman-pemahaman yang pernah disampaikan oleh
para sahabat, tabi' in dan para ahli syarah hadis lainnya dari berbagai
disiplin ilmu.
4). Di samping itu dijelaskan juga muna>sabah (hubungan) antara satu
hadis dengan hadiis lain.
9 Nizar Ali.,op.cit., hal. 29 atau baca Abd al-Hay al-Farma>wi.1997. Al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Maud}u>’i. ,t.tp: Matba’ah al-H}ad}arah al-‘Arabiyyah., hal.24.10 Ibid, hal. 29.
5). Selain itu, kadang kala syarah dengan metode ini diwamai kecenderungan
pensyarah pada salah satu mazhab tertentu, sehingga timbul berbagai corak
pensyarahan, seperti corak fiqhy dan corak lain yang dikenal dalam bidang
pemikiran Islam.11
c. Contoh
Dalam kitab syarah hadis fat}h al-Ba>ri> bi Syarh} Sah}ih} al-Bukha>ri terhadap hadis al-Bukhari sebagai berikut:12
يح55يى ح55دثنا قال الزبير بن الله عبد الحميدي حدثنا إب55راهيم ابن محمAد أخبرن5ي قال األنصاري سعيد بن
يق55ول اللي55ثي وق55اص بن علق55ة س55مع أن55ه ال55تيمي على عن55ه الل55ه رض55ي الخط55اب بن عم55ر س55معت
و علي55ه الل55ه ص55لAى الل55ه رسول سمعت قال ال5منبرAما سلAميقول Aيات األعمال إن Aما و بالن م55ا امرئ لكّلA إن
امرأة إلى أو يصيبها دنيا الى هجرته كانت فمن نوىإليه. هجر ما إلى فهجرته ينكحها بن الل55ه بك55ر)عب55د أب55و )ه55و )الحمي55دي ح55دثنا قول55ه
أس55امة بن حمي55د إلى منس55وب عيس55ى الزب55ير) بن ره55ط قص55ي بن الع55زى عب55د بن أس55د بني من بطن
بي زوج خديجة A55ى النAم و علي55ه الل55ه ص55لAيجتم55ع س55ل بي م55ع ويجتم55ع أس55د في معها A55ى النAعلي55ه الل55ه ص55ل
راف55ق مص55نف كب55ير إم55ام وه55و قص55ي في وس55لAم أخ55ذ و وطبقت55ه عيين55ة بن عن الطلب في الش55افعي
وفات55ه بع55د ورج55ع مص55ر إلى مع55ه رحّل و الفقه عنه م55ائتين و عشرة تسع سنة بها مات أن ‘لى مكة ‘لى
س55لAم و علي55ه الل55ه ص55لAى قوله امتثّل البخاري فكأن الحمي55دي عن بالرواي55ة كتاب55ه ف55افتتح قريش55ا قدموا ألن55ه أخرى مناسبة له و عنه أخذ قرشي أفقه لكونه ب55دء ترجم55ة أول في ي55ذكر أن فناسب كشيخه مكي
بالرواي55ة ث55نى ثم ومن بمكة كان ابتداءه ألن الوحي في لمكة تالية وهي المدينة أهّل شيخ ألنه مالك عن
عيينة ابن و مالك و الفضّل جميع في و الوحي نزول11 Ibid., hal.30-31.12 Ibid.,hal. 31 atau Al-Asqala>ni>, Fath} al-Ba>ri> S}ah}ih} al-Bukha>ri. Beirut: Da>r al-Ma’rifah. Jilid 1., hal. 10-18.
افعي ق55ال قرين55ان A55من العلم ل55ذهب لوالهم55ا الش أبي بن عيين55ة ابن س5فيان) ه5و )ح55دثنا قوله الحجاز
مول55ده و أص55له المكي محم55د أب55و الهاللي عم55ران و ش55يوخه من كث55ير في مالك55ا ش55ارك ق55د و الكوفة من س55مع أن55ه ي55ذكر وك55ان سنة عشرين بعده عاش
Aابعين من سبعين سعيد) حدثنا بن يحي )عن قوله الت بن قيس ج555ده )األنص555اري) اس555م س555عيد بن يحي
ابعين ص55غار من يحي و ص55حابي ه55و و عم55رو A55و الت خال55د بن الح55ارث إب55راهيم) بن بن ش55يخه)محم55د
Aابعين...والله أوساط )التيمي) من اعلم. الت ح55ديث إدخال55ه في المص55نف على اع55ترض وق55د
ل5ه تعل5ق ال أنه و الوحي بدء ترجمة في هذا األعمال و ش55555رخه في الخط55555ابي أن بحيث أص55555ال ب55555ه
الترجم55ة قب55ّل أخرج55اه مس55تخرجه في اإلسماعيلي واستص5وب فقد به للتبرك أورده إنما أنه العتقادهما
ذل55ك في اإلس55ماعيلي ص55نيع من55ده بن القاس55م أب55و بي5ان س5وى بإراده البخاري يقصد لم رشيد بن وقال مناسبته تكلفت قد و التأليف هذا في فيه نيته حسن
ق55د و انتهى ل55ه م55اظهر بحس55ب ك55ّل فقال للترجمة في ألن55ه للكت55اب الخطب55ة مقام أنيقيمه أراد إنه قيّل
الص55حابة بمحض55رة المنبر على قاله عمر أن سياقه يك55ون أن صلح المنبر خطبة في يكون أن صلح ف5إذا ص55لAى الن55بي أن الملهب وحكى الكت55اب خطب55ة في مهاجرا المدينة قددم حين به خطب وسلAم عليه الله
ال55تي األح55وال ألن ال55وحي ب55دء في إي55راده فن5اسب ب55الهجرة ألن له55ا كالمقدمة كانت له5جرة قبّل كانت النص55ر ويعقب55ه المش55ركين ق555تال في اإلذن افتتح
أر ألم أنني إال حسن وجه وهذا انتهى والفتح والظفر ياأيه55ا يقول وسلم عليه الله صلى كون5ه من ماذكره أنه إلى هذا ففي الحديث بالنية األعمال إن5ما الناس
إلى قدومه ابتداء في كونه أما الخطبة حال في كان إلى اس55تند قائل55ه ولع55ّل عليه مايدل أر فلم المدين5ة
العيد دقيق بن قال قيس أم مهاجر قصة في ماروى يري55د ال المدين55ة إلى مك55ة من ه55اجر رجال أن نقل55وا…فضيلة بذلك
مث55ال س5يأتي كم55ا تقدم عمن مانقّل على ...فزادت غس55ّل في عم55ر بن ح55ديث على الكالم في ل55ذالك بكس55ر المن55بر على قول55ه تعالى شاءالله إن الجمعة
وق5ع و النب5وي المس5جد منبر أي للعهد الالم و الميم الحي55ّل ت55رك في يحي عن زي55د بن حم55اد رواي55ة في
ك55ذا بالني55ات األعمال إنما قوله يخطب عمر سمعت عم55ّل كّل أي بالجمع الجمع مقابلة من وهو هنا أورد الني55ة أن إلى ب55ذلك أش55ار كأن55ه الخ55وبي قال و بنيته الل55ه وج55ه بعمله قصد مكن األعمال تتنوع كما تتنوع
معظم في ووقع لوعيده اتقاء أو موعوده تحصيّل أو القلب الني55ة مح55ّل أن ووج55ه الني55ة ب55إفراد الروايات
فأن555ها األعم55ال بخالف افراده55ا فناس55ب متح55د وهو وألن جمعها فناسب متعددة هي و بالظواهر متعلقة
ال ال55ذي للواح55د واح55د وه55و اإلخالص إلى ترجع النية األعم5ال بلف5ظ حب5ان بن صحيح في ووقع له شريكAما بحذف بالنيات ما هي و النيات و األعمال جمع و إن
في وص55له و للقض55اعي الش55هاب كت55اب في وق55ع نقل55ه كم55ا المديني موسى أبو وأنكره كذلك مسنده قع و بّل حبان بن برواية متعقب هو و أقره و النووي
من الهج55رة في و الث55وري يحي عن مالك رواية في بلف55ظ النك55اه فى عن55ده وق55ع و زي55د بن حم55اد رواية
و الن55ون بكس55ر والنية منهما كّل بإفراد بالنية العمّل اللغ5ات بعض في و المش5هور على التحتاني5ة تشديد
هذا بالنيات األعمال إنما قوله الرماني قال بتحفيفها في اختل55ف و المحققين عن55د الحص55ر يفي55د التركيب
و ب55األلف محلى جمع األعمال ألن فقيّل افادت5ه وجه معن55اه ألن للقصر ملتزم هو و لالستغراق مفيد الالم للحصر إنما ألن قيّل و بنية اال عمّل فال بنية عمّل كّل
تفي55د أو ب55المفهوم أو ب55المنطوق ل55ه افادت555ها ه55ّل و
أو بالحقيق55ة تفي55ده أو الع55رف أو بالوض55ع الحص55راألخر المجاز....الى
تص55ح ال هي و العبادة أعمال باألعمال المراد ... ألن تركه55ا على معاقب55ا به55ا مخاطبا كان وإن الكافر من قول55ه آخ55ر ب55دليّل ألن555هما الص55دقة و العت55ق ي55رد وال
للس55ببية تك55ون أن يحتم55ّل و للمصاحبة الباء بالنيات و ايج55اده في سبب فكأنها للعمّل مقومة أنها بمعنى
ال أن فيش555ترط العم555ّل نفس من فهي األول على هي و القص55د الني55ة الن55ووي ق55ال أول55ه عن تتخل55ف القلب عزيم55ة ب55أن الكرم55اني تعقبه و القلب عزيمة
هي ه55ّل الفقهاء واختلف القصد أصّل على زائد قدر أول في ذك55را ايجاده55ا أن والم55رجح ش55رط أو ركن
الي55أتي أن بمع55نى حكم55ا واستصحاب555ها ركن العم55ّل ب55ه يتعل55ق مح55ذوف من الب55د و ش55رط شرعا بمناف قب55ّل و تص55ح قي55ّل و تعت55بر فقي55ّل المج55رور و الج55ار.تستقر قيّل و تحصّل
... بيان على محمول الشارع كالم الطبي قال اللسان أهّل هم بذلك المخاطبين ألن الشرع
قبّل من إال علم به لهم ليس بما خوطبوا فكأن5هم الشرعي الحكم مايفيد على الحمّل فيتعين الشارع
نحو القلب انبعاث عن عبارة النية البيضاوي قال و حاال ضر دفع أو نفح جلب من لغرض موافقا مايراه
ماآل أوالفعّل نحو المتوجهة باالرادة خصصه الشرع و
الحديث في النية و حكمه وامتثال الله رضاء البتغاء على تطبيقه ليحسن اللغوي المعنى على محمولة لما تفصيّل فإن5ه المهاجر أحوال تقسيمه و مابعده
....أجمّل
Dari kutipan syarah di atas dapat diketahui bahwa dalam menerangkan
hadis, pensyarah mengemukakan analisis tentang periwayat (ra>wi>) sesuai
dengan urutan sanad, sabab al-wuru>d, juga menyajikan hadis-hadis lain
yang berhubungan dengan hadis tersebut, bahkan ayat al-Qur’an yang berkenaan
dengan hadis. Pensyarah menggunakan riwayat riwayat dari para ulama. Syarah
banyak didominasi oleh pendapat mereka, sehingga dari uraian yang demikian
panjang, pendapat dari pensyarah hampir-hampir tidak diketemukan. Selain itu
juga, disajikan penjelasan kosa kata yang terdapat didalamnya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa meskipun syarah yang memakai metode
analitis ini mengandung uraian yanglebih rinci, namun karena berbentuk al-
ma’s\ur , pendapat dari pensyarah tetap sukar ditemukan. Inilah salah satu ciri
utama yang membedakan secara mencolok dengan Syarh} bi-al-ra’y. 13
d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tahli>li>
Kelebihan
1). Ruang lingkup pembahasan yang sangat luas.
Metode analitis dapat menyakup berbagai aspek: kata, frasa, kalimat,
sabab al wuru>d, muna>sabah (munasabah internal) dan lain
sebagainya.
2). Memuat berbagai ide dan gagasan.
Memberikan kesempatan yang sangat longgar kepada pensyarah untuk
menuangkan ide-ide, gagasan-gagasan yang pernah dikemukakan oleh
para ulama.
Kekurangan
1). Menjadikan petunjuk hadis parsial
Metode analitis menjadikan petunjuk hadis bersifat parsial atau
terpecah-pecah, sehingga seolah-olah hadis memberikan pedoman
secara tidak utuh dan tidak konsisten karena syarah yang diberikan
pada hadis lain yang sama karena kurang memperhatikan hadis lain
yang mirip atau sama redaksinya dengannya.
2). Melahirkan syarah yang subyektif
Dalam metode analitis, pensyarah tidak sadar bahwa dia telah
mensyarah hadis secara subyektif, dan tidak mustahil pula ada di
antara mereka yang mensyarah hadis sesuai dengan kemauan
13 Ibid., hal. 31-37.
pribadinya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah atau norma-norma
yang berlaku.14
2. Metode Ijma>li> Global)
a. Pengertian
Metode ijma>li> (global) adalah menjelaskan atau menerangkan hadis-
hadis sesuai dengan urutan dalam kitab hadis yang ada dalam al-Kutub al-Sittah
secara ringkas, tapi dapat merepresentasikan malrna literal hadis dengan bahasa
yang mudah dimengerti dan gampang dipahami. 15
b. Ciri-ciri Metode Ijma>li> 16
1). Pensyarah langsung melakukan penjelasan hadis dari awal sampai
akhir tanpa perbandingan dan penetapan judul.
2). Penjelasan umum dan sangat ringkas.
Pensyarah tidak memiliki ruang untuk mengemukakan pendapat
sebanyak-banyaknya. Namun demikian, penjelasan terhadap hadis-
hadis tertentu juga diberikan agak luas, tetapi tidak seluas metode
tahli>li>.
c. Contoh
Dalam kitab syarah hadis ’Aun al-Ma’bud Syarh} Sunan Abi>
Da>wud karya Muhammad bin Asyraf bin ’Ali H}aidar Al-
S}iddi>qi> al-’Az}i>m A>ba>di> sebagai berikut:17
معن55اه الخط55ابي واجب) ق55ال الجمع55ة ي55وم )غس55ّل الف55رض وج55وب دون االس55تحباب و االختي55ار وجوب
وأن55ا واجب علي حق55ك لص55احبه الرج55ّل يق55ول كم55ا ال ال55ذي و الل55زوم بمع55نى ذل55ك ليس و حق55ك أوجب
عم55ر ح55ديث التأوي55ّل ه55ذا لص55حة ويشهد غيره يسع في العي55د دقي55ق ابن ق55ال انته55ىز ذك55ره تق55دم الذي اس55تحباب إلى األك55ثرون ذهب األحك55ام عمدة شرح
عن األعت55ذار إلى محت55اجون هم و الجمع55ة غس55ّل ع55ّل األم55ر ص55يغة أول55وا وق55د الظ55اهر ه55ذا مخالف55ة
14 Ibid., hal 38-39.15 Ibid., hal. 42.16 Ibid., hal. 43.17 Ibid., hal. 43 atau Muhammad bin Asyraf bin ’Ali H}aidar Al-S}iddi>qi> al-’Az}i>m A>ba>di>. 1979. ‘Aun al-Ma’bud Syarh} Sunan Abi> Da>wud. Beirut: Da>r al-Fikr., hal. 5-6.
كمايق555ال التأكي555د على الوج555وب ص555يغة و الن555دب يص55ار إنم55ا ض55عيف تأوي55ّل وهو واجب على إكراماك
الظ55اهر ه55ذا على راجح55ا المع55ارض ك55ان إذا إلي55ه توض55أ من ح55ديث الظ55اهر ه55ذا ماعارض55وابه وأقوى
فالغس55ّل اغتس55ّل ومن ونعمت فيه55ا الجمع55ة ي55وم انتهى األح55ادث ه55ذه س55ند س55نده واليع55ارض أفضّل لكون55ه اإلحتالم ذك55ر وإنما بالغ محتلم) أي كّل )على
يس55تلزم اإلحتالم ألن مج55از بالبالغ وتفسيره الغالب أن الحقيقة على الحمّل عن الماسة والقرينة البلوغ
س55واء للغس55ّل م55وجب ان55زال مع55ه كان إذا اإلحتالم المنذري قال الزرقاني ال. ذكره أم الجمعة يوم كان
.ماجه وابن والنسائي مسلم و البخاري أخرجه وd. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
1). Ringkas dan padat
Metode ini terasa lebih praktis dan singkat sehingga dapat segera
diserap oleh pembacanya. Syarah tidak bertele-tele, sanad dan kritik
matan sangat minim.
2). Bahasa Mudah
Pensyarah langsung menjelaskan kata atau maksud hadis dengan tidak
mengemukakan ide atau pendapatnya secara pribadi.
Kekurangan
1). Menjadikan petunjuk hadis bersifat parsial
Metode ini tidak mendukung pemahaman hadis secara utuh dan dapat
menjadikan petunjuk hadis bersifat parsial tidak terkait satu dengan
yang lain, sehingga hadis yang bersifat umum atau samar tidak dapat
diperjelas dengan hadis yang sifatnya rinci.
2). Tidak ada ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai.
Metode ini tidak mnyediakan ruangan yang memuaskan berkenaan
dengan wacana pluralitas pemahaman suatu hadis.18
3. Metode Muqa>rin (komparatif)
a. Pengertian
18 Ibid., hal.44-46.
Metode Muqa>rin adalah metode memahami hadis dengan cara: (1)
membandingkan hadis yang memiliki redaksi yang sama atau mirip dalam kasus
yang sama atau memiliki redaksi yang berbeda dalam kasus yang sama. (2)
Membandingkan berbagai pendapat ulama syarah dalam mensyarah hadis. 19
Jadi metode ini dalam memahami hadis tidak hanya membandingkan badis
dengan hadis lain, tetapi juga membandingkan pendapat para ulama (pensyarah)
dalam mensyarah hadis.
Diantara Kitab yang menggunakan metode muqa>rin ini adalah
S}ah}i>h} Muslim bi Syarh} al-Nawawi> karya Imam Nawawi>,
Umdah al-Qa>ri Syarh} S}ah}i>h} al-Bukha>ri> k=karya Badr
al-Din Abu> Muh}ammad Mah}mu>d al-’Aini, dan lain-lain
b. Ciri-ciri Metode Muqa>rin
1). Membandingkan analitis redaksional (maba>his\ lafz\iyyah) dan
perbandingan periwayat periwayat, kandungan makna dari masing-
masing hadis yang diperbandingkan.
2). Membahas perbandingan berbagai hal yang dibicarakan oleh hadis
tersebut.
3). Perbandingan pendapat para pensyarah mencakup ruang lingkup yang
sangat luas karena uraiannya membicarakan berbagai aspek, baik
menyangkut kandungan (makna) hadis maupun korelasi
(muna>sabah) antara hadis dengan hadis. 20
Ciri utama metode ini adalah perbandingan, yakni membandingkan
hams dengan hadis, dan pendapat ulama syarah dalam mensyarah
hadis.
c. Urutan Metode Muqa>rin
Metode ini diawali dengan menjelaskan pemakaian mufradat (suku kata),
urutan kata, kemiripan redaksi. Jika yang akan diperbandingkan adalah
kemiripan redaksi misalnya, maka langkah-yang ditempuh sebagai berikut :
1). mengidentifikasi dan menghimpun hadis yang redaksinya bermiripan,
2). memperbandingkan antara hadis yang redaksinya mirip tersebut, yang
19 Ibid.,hal. 46.20 Ibid.,hal 48-49.
membicarakan satu kasus yang sama, atau dua kasus yang berbeda
dalam satu redaksi yang sama,
3). menganalisa perbedaan yang terkandung di dalam berbagai redaksi
yang mirip, baik perbedaan itu mengenai konotasi hadis maupun
redaksinya, seperti berbeda dalam menggunakan kata dan susunannya
dalam hadis, dan sebagainya,
4). memperbandingkan antara berbagai pendapat para pensyarah tentang
hadis yang dijadikan objek bahasan.21
d. Contoh
Salah satu kitab yang menggunakan Syarh} muqa>ri>n adalah
Umdah al-Qa>ri> Syarh} S}ahi>h al-Bukha>ri> karya Badr al-
Di>n Abu> Muh}ammad Mah}mu>d bin Ah}mad al-’Aini>.22
"إنم55ا ألف55اظ أربع55ة المذكورة الطرق من حصّل قد "العم55ّل بالني55ة" و بالني55ات" و" األعم55ال األعم55ال
والراب55ع قلت555هاز تلخيص55ه في النووي بالنية" وادعى في القض555اعي بالني555ة" وأورده األعم555ال "إن5555ما "إنم55ا" و بالني55ات" بح55ذف "األعمال بلفظ الشهاب
يص5555ح األصب55555هاني: ال موس5555ى أب5555و الحاف5555ظ تلخيص55ه في ذل55ك على الن55ووي إس55نادها,وإق55ره
أخرجها صحيحة رواية منهما,وهي غريب وغيره,وهو شرحه في الرافعي أورده صحيحه...و في حبان ابن
عمل55ه من للمرء "ليس وهو غريب آخر بلفظ الكبير مرفوع55ا"ال آخر حديث في البيهقي نواه"....وفي إال
جهالة. اسناده له....لكن نية ال ل5من عمّل في النية وجوب في الثالث5ة األئمة ....األول: احتجت
األعم55ال صحة فيه فقالوا: التقدير والغسّل الوضوء الس555555تغراق في555555ه الالم و واألل555555ف بالني555555ات
و الص55وم من األعم55ال جمي55ع في55ه الجنس,في55دخّل الني55ات أن الث55اني الوض55وء...ومن و الزكاة و الصالة
ب55اإلخالص مقرون555ة ك55انت إذا مقبول55ة تك55ون إنم55ا21 Ibid., hal. 49.22 Ibid.,hal.49 atau Badr al-Di>n Abu> Muh}ammad Mah}mu>d bin Ah}mad al-’Aini>,1972. Syarh} muqa>ri>n adalah Umdah al-Qa>ri> Syarh} S}ahi>h al-Bukha>ri>, . Aleppo: Mustafa> al-ba>bi> al-H}alabi., hal. 24, 33-34.
و محم55د و يوس55ف أب55و و حنيف555ة أب55و انتهي. وذهب ومال55ك حي بن الحس55ن و واألوزاعي والن55واوي زفر ني55ة,وك55ذلك إلى يحت55اج ال الوضوء أن إلى رواية في
عطاء التيمم.وقال الحسن و األوزعي زاد الغسّل. و أنيك55ون إال ني55ة إلى رمضان صيام يحتاج ومجاهد: ال
مريضا... أو مسافرا أن في وأحم55د مالك و حنيفة أبو به احتجت ...الثاني
ينعق55د ال أن55ه الحج أش55هر غ55ير في ب55الحج أح55رم من أق55وال أحد مانواه,وهو له فإنما ينوها لم ألن5ه عمرة
إحرام55ه ق55الوا: ينعق55د الثالثة األئمة أن الشافعي,إال أن555ه الش55افعي قول يخ5تلف يكره,ولم ولكن5ه بالحج
بالحج... ينعقد ال واح55دة بني55ة اكتفائ55ه في مالك به ...الثالث: احتجت
رمضان... شهر أول في
e. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
1). Memberikan wawasan pemahaman yang relatif lebih luas kepada para
pembaca bila dibandingkan denga metode lain.
2) Membuka pintu untuk selalu bersikap toleran terhadap pendapat orang
lain yang terkadang jauh. berbeda.
3) Pemahaman dengan metode muqarin sangat berguna bagi mereka yang
ingin mengetahui berbagai pendapat tentang sebuah hadis.
4) Pensyarah didorong untuk mengkaji berbagai hadis serta pendapat-
pendapat para pensyarah lainnya.
Kekurangan
1) Metode ini tidak relevan bagi pembaca tingkat pemula, karena
pembahasan yang dikemukakan terlalu luas sehingga sulit untuk
menentukan pilihan.
2) Metode ini tidak dapat diandalkan untuk menjawab permasalah sosial
yang berkembang di tengah masyarakat, karena pensyarah lebih
mengedepankan perbandingan daripada pemecahan masalah
3) Metode ini terkesan lebih banyak menelusuri pemahaman yang pernah
diberikan oleh mama daripada mengemukakan pendapat baru23.
Untuk dapat memahami hadis dengan tepat, kelengkapan ilmu bantu
mutlak diperlukan. Berkaitan dengan ilmu bantu daIam memahami hadis, Yusuf
Al Qardawi memberikan beberapa pedoman, yaitu24 :
1). Mengetahui petunjuk Al Qur'an yang berkenaan dengan hadis tersebut.
2). Menghimpun hadis-hadis yang se-tema.
3). Menggabungkan dan mentarjihkan antar hadis-hadis yang tampak
bertentangan.
4). Mempertimbangkan latar belakang, situasi dan kondisi hadis ketika
diucapkan diperbuat serta tujuaannya.
5). Mampu membedakan antara sasaran yang berubah-ubah dengan
sasaran yang tetap.
6). Mampu membedakan antara ungkapan yang bermakna sebenarnya dan
bersifat metafora.
7). Mampu membedakan antara hadis yang berkenaan dengan alam gaib
(kasat mata) dengan yang tembus pandang.
8). Mampu memastikan makna dan konotasi kata-kata dalam hadis.
D. Kesimpulan
Dalam metode pemahaman (syarh}) hadis, para ulama menggunakan 3
metode, yaitu metode tahli>li> (analitis), metode ijma>li> (global), dan metode
muqa>rin (perbandingan). Ibarat gading tak retak, ketiga metode itu mempunyai
kelebihan maupun kelemahan masing-masing. Dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, maka tak diragukan lagi akan muncul metode maupun pendekatan baru
untuk memahami hadis, karena hadis merupakan salah satu sumber pokok hukum
Islam kedua setelah Al-Qur’an tak kan lepas dari kajian maupun penelitian.
Wallahu’alam bi-as-sa>wa>b.
E. Daftar Pustaka
23 Ibid., hlm.51-52.24 Ibid., hlm. 25 atau baca Yusuf al-Qardhawi, 1993. Bagaimana Memahami Hadis Nabi saw. edisi terjemahan (Bandung: Kharisma), hlm. 92
Al-Asqala>ni>, Fath} al-Ba>ri> S}ah}ih} al-Bukha>ri. Beirut: Da>r
al-Ma’rifah. Jilid 1.
Agil Husain Munawwar, Said dan Mustaqim, Abdul. 2001. Asbabul Wurud.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ali, Nizar. 2001. Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan). Yogyakarta:
Center for Educational Studies and Development (CESaD) YPI Al-Rahmah.
________. 2007. (Ringkasan Desertasi) Kontribusi Imam Nawawi dalam Penulisan
Syarh} Hadis. Yogyakarta.
Baidan, Nashrudin. 2000. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
al-Di>n Abu> Muh}ammad Mah}mu>d bin Ah}mad al-’Aini, Badr.
1972. Syarh} muqa>rin adalah Umdah al-Qa>ri> Syarh}
S}ahi>h al-Bukha>ri>,. Aleppo: Mustafa> al-ba>bi> al-
H}alabi.
al-Hay al-Farma>wi, Abd. 1997. Al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-
Maud}u>’i. ,t.tp: Matba’ah al-H}ad}arah al-‘Arabiyyah.
Hasan, Fuad dan Koentjaraningrat. 1997. Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, dalam
Koentjaraningrat (ed.), Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa KBBI. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
jakarta: Balai Pustaka. Cetakan ketiga, edisi III.
Yunus, Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Penafsir Al-Qur’an.
al-Qardhawi, Yusuf. 1993. Bagaimana Memahami Hadis Nabi saw. edisi terjemahan
Bandung: Kharisma.