metodologi dan renc kerja llaj

19
Penyusunan Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Sukabumi| USULAN TEKNIS 5.1. PENDEKATAN METODOLOGI 5.1.1. Umum Secara umum metodologi pendekatan pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Sukabumi merupakan upaya untuk mencapai hasil akhir sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan. Hal ini dicapai dengan pendekatan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan subtansi materi pekerjaan dan aspek-aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan untuk mencapai hasil akhir pekerjaan yang diharapkan. Secara keseluruhan, pendekatan yang digunakan adalah sebagai acuan pembangunan dan pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan di Kabupaten Sukabumi serta adanya suatu tahapan-tahapan perencanaan dan pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang untuk pembangunan Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan di Kabupaten Sukabumi 5.1.2. Pendekatan Tujuan dasar dalam merencanakan transportasi adalah memperkirakan jumlah serta lokasi kebutuhan akan transportasi Page 5-1 Bab - 5 Metodologi dan Program Kerja

Upload: andrea-asvani

Post on 13-Sep-2015

239 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Rencana Kerja Lalu Lintas Angkutan Jalan

TRANSCRIPT

Fasilitasi Penyusunan Rencana Zonasi Rinci Pulau Pulau Kecil Perbatasan di Pulau Sebatik

Penyusunan Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Sukabumi|USULAN TEKNIS

Bab - 5

Metodologi dan Program Kerja

5.1. PENDEKATAN METODOLOGI

5.1.1.Umum

Secara umum metodologi pendekatan pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Sukabumi merupakan upaya untuk mencapai hasil akhir sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan. Hal ini dicapai dengan pendekatan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan subtansi materi pekerjaan dan aspek-aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan untuk mencapai hasil akhir pekerjaan yang diharapkan.

Secara keseluruhan, pendekatan yang digunakan adalah sebagai acuan pembangunan dan pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan di Kabupaten Sukabumi serta adanya suatu tahapan-tahapan perencanaan dan pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang untuk pembangunan Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan di Kabupaten Sukabumi

5.1.2.Pendekatan Tujuan dasar dalam merencanakan transportasi adalah memperkirakan jumlah serta lokasi kebutuhan akan transportasi (misalnya menentukan total pergerakan, baik untuk angkutan umum maupun angkutan pribadi) pada masa yang akan datang atau pada tahun rencana yang akan digunakan untuk berbagai kebijakan investasi perencanaan transportasi. Terdapat beberapa skala atau periode waktu dalam perencanaan sistem transportasi perkotaan yaitu: skala pendek, menengah dan panjang. Jangka perencanaan kadang bisa sangat lama (misalnya 25 tahun) yang biasannya digunakan untuk perencanaan strategi pembangunan kota berjangka panjang. Strategi ini akan sangat diperngaruhi oleh perencanaan tata guna lahan dan perkiraan arus lalu lintas dalam perencanaan ini biasanya dikategorikan berdasarkan moda dan rute.Kajian lainnya adalah kajian transportasi berskala pendek, dengan tahun rencana maksimum 5 tahun. Kajian ini biasanya berupa kajian manajemen transportasi yang lebih menekankan dampak kebijakan manajemen lalu lintas terhadap perubahan rute suatu moda transportasi. Kajian tersebut pada dasarnya sangat bersifat teknis karena dampak tata guna lahan tidak begitu signifikan pada waktu yang sangat singkat.Diantara kedua kajian tersebut terdapat kajian transportasi berskala menengah dengan umur perencanaan sekitar 10 -20 tahun di masa mendatang. Kajian semacam ini telah dimulai sejak tahun 1950-an di luar negeri dan dilakukan minimal sekali pada hampir semua kota tersebut. Perencanaan dengan skala ini juga banyak dilakukan di kota-kota besar di Indonesia (misalnya DKI Jakarta, Surabaya, Bandung , Medan dan lain sebagainya).

5.1.2.1.Pengertian SistemSistem adalah gabungan beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan. Dalam setiap organisasi sistem, perubahan pada satu komponen dapat menyebabkan perubahan pada komponen lainnya. Dalam sistem transportasi adanya perubahan sistem kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sistem jaringan dan sistem pergerakan.

Gambar 5.1 Proses Perencanaan

Gambar 5.1 memperlihatkan beberapa komponen penting yang saling berhubungan dalam perencanaan transportasi, yang biasanya dikenal dengan proses perencanaan. Tampak bahwa pada dasarnya proses perencanaan merupakan berdaur dan tidak akan pernah berhenti. Perubahan dalam satu komponen pasti akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya. Tahap awal proses perencanaan adalah perumusan atau kristalisasi sasaran, tujuan dan target termasuk mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang ada.

5.1.2.2.Sistem Transportasi MakroUntuk lebih memahami dan mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang tebaik, perlu dilakukan pendakatan secara sistem-sistem transportasi yang dijelaskan dalam bentuk sistem transportasi makro yang terdiri dari beberapa sistem transportasi mikro. Sistem transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa sistem yang lebih kecil (mikro) yang masing-masing saling terkait dan saling mempengaruhi (Gambar 5.2).Sistem transportasi mikro yang terdapat pada gambar 5.2 terdiri dari beberapa komponen yaitu:1. Sistem kegiatan2. Sistem jaringan prasarana transportasi jalan3. Sistem pergerakan lalu-lintas dan jalan4. Sistem kelembagaan

Gambar 5.2 Sistem Transportasi MakroPergerakan lalu lintas timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan. Setiap tata guna lahan atau sistem kegiatan (sistem mikro yang pertama) mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan.Sistem tersebut merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang teridiri dari sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Kegiatan yang timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebgai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna lahan tersebut. Besarnya pergerakan sangat berkaitan erat dengan jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan.Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan/atau barang tersebut jelas membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi tersebut bergerak. Prasarana lalu lintas dan jalan yang diperlukan merupakan sistem mikro yang kedua yang biasa dikenal dengan sistem jaringan yang meliputi sistem jaringan jalan raya, kereta api, dan terminal bus Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan ini menghasilkan pergerakan manusia dan/atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan/atau orang (pejalan kaki). Suatu sistem mikro yang ketiga atau sistem pergerakan yang aman, cepat, murah, handal, dan sesuai dengan lingkungannya dapat tercipta jika pergerakan tersebut diatur oleh sistem rekayasa dan manajemen lalu lintas dan angkutan jalan yang baik. Permasalahan kemacetan yang sering terjadi di Kota besar di Indonesia biasanya timbul karena kebutuhan akan transportasi lebih besar daripada prasarana transportasi yang tersedia, atau prasarana tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.Sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan akan saling mempengaruhi seperti dilihat pada gambar 5.2. perubahan pada sistem kegiatan jelas akan mempengaruhi sistem jaringan melalui perubahan pada tingkat pelayanan pada sistem pergerakan. Begitu juga perubahan pada sistem jaringan akan dapat mempengaruhi sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan tersebut.Sistem pergerakan memegang peranan penting dalam menampung pergerakan agar tercipta pergerakan agar tercipta pergerakan yang lancar yang akhirnya juga pasti mempengaruhi kembali sistem kegiatan dan sistem jaringan yang ada dalam bentuk aksesibilitas dan mobilitas. Ketiga sistem mikro ini saling berinteraksi dalam sistem transportasi makro.

5.1.2.3.Sistem Guna Lahan Transportasi DaratSistem transportasi lalu lintas dan angkutan jalan di perkotaan terdiri dari berbagai aktivitas seperti bekerja, sekolah, olahraga, belanja, dan bertamu yang berlangsung diatas sebidang tanah (kantor, pabrik, pertokoan, rumah, dan lain-lain). Potongan lahan ini biasanya disebut tata guna lahan. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan perjalanan diantara tata guna lahan tersebut dengan menggunakan sistem jaringan transportasi (misalnya berjalan kaki atau naik bus). Hal ini menimbulkan pergerakan arus manusia, kendaraan, dan barang.Pergerakan arus manusia, kendaraan dan barang mengakibatkan berbagai macam interaksi. Terdapat interaksi antara pekerja dan tempat mereka bekerja, antara ibu rumah tangga dan pasar, antara pelajar dan sekolah, dan antara pabrik dengan lokasi bahan mentah seperti pasar. Beberapa interaksi dapat juga dilakukan dengan telepon atau surat. Akan tetapi, hampir semua interaksi memerlukan perjalanan, dan oleh sebab itu menghasilkan pergerakan arus lalu lintas.Sasaran umum perencanaan induk lalu lintas dan aangkutan jalan adalah membuat interaksi tersebut menjadi semudah dan seefisien mungkin. Cara perencanaan trasnportasi untuk mencapai sasaran umum itu antara lain dengan menetapkan kebijakan tentang hal berikut ini:1. Sistem Kegiatan. Rencana tata guna lahan yang baik (lokasi, toko, sekolah, perumahan, pekerja, dan lain-lain yang benar) dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang panjang sehingga membuat interaksi menjadi lebih mudah. Perencanaan tata guna lahan biasanya memerlukan waktu cukup lama dan tergantung pada badan pengelola yang berwenang untuk melaksanakan rencana tata guna lahan tersebut.2. Sistem Jaringan. Hal yang dapat dilakukan misalnya meningkatkan kapasitas pelayanan prasarana yang ada: melebarkan jalan, menambah jaringan jalan baru, dan lain-lain.3. Sistem Pergerakan. Hal yang dapat dilakukan antara lain mengatur teknik dan manajemen lalu lintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum yang lebih baik (jangka pendek dan menengah), atau pembangunan jalan (jangka panjang)Sebaran geografis antara tata guna lahan (sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabungkan untuk mendapatkan arus pola pergerakan lalu lintas di daerah perkotaan (sistem pergerakan). Besarnya arus dan pola pergerakan lalu lintas sebuah kota dapat memberikan umpan balik untuk menempatkan lokasi tata guna lahan yang tentu membutuhkan prasarana baru.

5.1.2.4.Analisis Interaksi Sistem Kegiatan Dengan Sistem Jaringan Lalu LintasTujuan utama dilakukanya interaksi sitem ini dengan sistem jaringan lalu lintas adalah sebagai berikut:1. Memahami cara kerja sistem tersebut;2. menggunakan hubungan analisis antara komponen sistem untuk meramalkan dampak lalu lintas beberapa tata guna lahan atau kebijaksanaan trasnportasi yang berbeda.Hubungan dasar antara sistem kebiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan dapat disatukan dalam beberapa urutan tahapan, yang biasanya dilakukan secara berurutan sebagai berikut:1. aksesibilitas dan mobilitas. Ukuran potensial atau kesempatan untuk melakukan perjalanan. Tahapan ini bersifat lebih abstrak jika dibandingkan dengan empat tahapan berikut, digunakan untuk mangalokasikan masalah yang terdapat dalam sistem transportasi dan mengevaluasi pemecahan alternatif.2. Pembangkit lalu lintas. Bagaimana perjalanan dapat bangkit dari suatu tata guna lahan atau dapat tertarik ke tata guna lahan.3. Sebaran penduduk. Bagaimana perjalanan tersebut disebarkan secara geografis di dalam daerah perkotaan.4. pemilihan moda transportasi. Menentukan faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi untuk tujuan perjalan tertentu.5. pemilihan rute. Menetukan faktor yang mempengaruhi pemilihan rute dari setiap zona asal dan ke setiap zona tertentu.Hubungan antara waktu tempuh, kapasitas, dan arus lalu lintas waktu tempuh sangat dipengaruhi oleh kapasitas rute yang ada dan jumlah arus lalu lintas yang yang menggunakan rute tersebut.

5.2.Metode Pelaksanaan KegiatanBerdasarkan beberapa pendekatan yang telah disebutkan diatas tersebut maka metode pendekatan pelaksanaan kegiatan Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kab.Sukabumi terdiri dari beberapa tahapan yaitu (Gambar 5.3)

Gambar 5.3 Kerangka Pemikiran Studi Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Sukabumi

1) Tahap identifikasi lokasi kegiatan;2) Tahap identifikasi permintaan dan penawaran transportasi lalu lintas dan angkutan jalan;3) Tahap identifikasi isu dan permasalahan lalu lintas dan angkutan jalan di Kab.Sukabumi;4) Tahap Analisis isu dan permasalahan transportasi di Kab.Sukabumi;5) Tahap penyusunan strategi kebijakan pengembangan transportasi lalu lintas dan angkutan jalan Kab.Sukabumi;6) Tahap analisis dan penyusunan konsep pengembangan rencana induk lalu lintas dan angkutan jalan di Kab.Sukabumi;7) Tahap penyusunan rencana induk lalu lintas dan angkutan jalan Kab.Sukabumi;

5.2.1Tahap IdentifikasiPada tahap ini identifikasi terhadap kondisi transportasi lalu lintas dan angkutan jalan dilakukan dilakukan terhadap beberapa komponen sistem transportasi lalu lintas dan angkutan jalan yaitu: Sistem kegiatan; Sistem jaringan; Sistem pergerakan; Sistem kelembagaan.

5.2.2Tahap Identifikasi Permintaan dan Penawaran TransportasiTransportasi manusia dan barang biasanya bukanlah merupakan tujuan akhir, tetapi hal itu dilakukan untuk mencapai tujuan yang lain, oleh karena itu permintaan jasa transportasi disebut sebagai permintaan turunan yang timbul akibat adanya permintaan akan komoditi atau jasa lain. Pada dasarnya permintaan atas jasa transportasi diturunkan dari:1) Kebutuhan seseoran untuk bergerak dari satu zona ke zona yang lain untuk melakukan suatu kegiatan (misalnya bekerja, belanja, sekolah dan lain sebagainya);2) Permintaan akan angkutan barang tertentu agar tersedia di tempat yang diinginkan.Untuk memahami permintaan jasa transportasi dan mengembangkan metode-metode praktisnya bagi peramalan pemintaan, penting sekali harus dipahami hakikat permintaan jasa transportasi yang merupakan turunan dari permintaan lainnya.Dalam hal angkutan penumpang, karakter turunan dari kebutuhan dicerminkan pada fakta di mana perjalanan diadakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, seperti pergi bekerja, belanja, sekolah dan lain sebagainya. Jadi faktor penting yang mempengaruhi jumlah perjalanan ke tempat tertentu adalah jenis kegiatan yang dapat dilakukan di tempat tersebut, atau dengan kata lain tingkat pencapaian tujuan perjalanan di tempat itu.Pertimbangan yang sama juga berlaku untuk pengangkutan barang, muatan biasanya diangkut ke suatu tempat supaya muatan tadi tersedia ditempat dimana muatan tersebut dibutuhkan. Tanpa adanya transportasi barang tersebut tidak akan tersedia di tempat itu. Setelah tiba di tempat tujuan barang-barang tersebut dapat digunakan untuk suatu kegiatan tertentu.Penawaran transportasi (transport supply) merupakan pelayanan dari munculnya permintaan transportasi yang teridiri dari sarana dan prasarana. Pihak penyedia penawaran transportasi ini bisa dari sektor pemerintah maupun dari sektor swasta.

5.2.3Tahap Identifikasi Isu dan Permasalahan LLAJ Kab.SukabumiIsu dan permasalahan yang sering muncul disektor transportasi lalu lintas dan angkutan jalan di kota-kota besar di Indonesia pada umumnya dan Kab.Sukabumi adalah kurang terpadunya sistem transportasi perkotaan. Permasalahan transportasi bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu akibat dari pengaturan sistem kegiatan di perkotaan yang masih kurang jelas, sistem jaringan yang tidak memadai sistem pergerakan dan lain sebagainya.Pada tahap ini dilakukan Identifikasi isu dan permasalahan lalu lintas dan angkutan jalan berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan hasil aspirasi beberapa stakholders setempat. Identifikasi ini diharapakan dapat menemukan akar permasalahan lalu lintas dan angkutan jalan sehingga dapat dijadikan masukan dalam pengembangan transportasi LLAJ di Kab.Sukabumi.

5.2.4Tahap Analisis Isu dan Permasalahan TransportasiMetode Analisis yang digunakan pada kegiatan penyusunan studi pengembangan sistem transportasi intermoda dan sistem pedestrian adalah sebagai berikut:1) Analisis potensi kegiatan di Kab.Sukabumi;2) Analisis bangkitan dan tarikan pergerakan;3) Analisis sebaran pergerakan;4) Analisis pemilihan moda;5) Analisis pemilihan rute;6) Analisis lalu lintas pergerakan;7) Analisis kebijakan pengembangan lalu lintas angkutan jalan.

5.2.5Tahap Penyusunan Konsepsi Perencanaan LLAJ Kab.SukabumiPerumusan konsep perencanaan transportasi diawali dengan identifikasi potensi dan masalah transportas lau lintas dan angkutan jalan (LLAJ). Identifikasi potensi dan masalah transportasi LLAJ tidak hanya mencakup perhatian pada masa sekarang namun juga potensi dan masalah yang akan mengemuka di masa depan. Identifikasi dari potensi dan masalah transportasi LLAJ mencakup sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan.Langkah berikutnya adalah perumusan tujuan pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan di Kab.Sukabumi. Tujuan dan sasaran pengembangan transportasi harus mencerminkan visi dari masyarakat Kab.Sukabumi. Konsep pengembangan rencana induk lalu lintas dan angkutan jalan mencakup:1) Model Pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan;2) Model Pengembangan sistem lalu lintas dan angkutan jalan;3) Rencana program dan kegiatan pengembangan lalu lintas angkutan dan jalan;4) Rencana implemetasi kegiatan jangka pendek dan menengah;

5.3.Kebutuhan DataDalam penyusunan studi Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ini maka kebutuhan data sangat penting untuk mendapatkan hasil yang implementatif. Data-data yang dibutuhkan dalam kegiantan ini dapat dilihat pada Tabel berikut:Tabel 61Kebutuhan DataNoJenis DataAnalisisHasil KeluaranSumber Data

1KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN

RTRW Propinsi RDTR Kab.Sukabumi Dokumen Perencanaan terkait lainnya

Analisis Kebijaksanaan pengembangan lalu lintas angkutan jalan Kab.Sukabumi Kebijakan-Kebijakan Pengembangan LLAJ Kab.Sukabumi Strategi Pengembangan transportasi LLAJ BAPEDA Propinsi BAPPEDA Kab.Sukabumi Dinas/Badan/ Lembaga Terkait.

2PEREKONOMIAN

Produk Domestik Regional Bruto; Income per capita; APBD; Jumlah tenaga kerja di sektor formal dan informal;

Analisis kegiatan perekonomian

Rencana-rencana pengembangan perekonomian BPS (Badan Pusat Statistik) Dinas pariwisata Dinas Perindustrian BKMD BAPPEDA Kota Dinas/Badan/ Lembaga Terkait.

3KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk; Kepadatan penduduk; Pertumbuhan penduduk; Sosial budaya penduduk Aktivitas sosial penduduk

Pertumbuhan pendudukKepadatan pendudukPenyebaran pendudukmemahami aspek-aspek kependudukan terutama yang memiliki pengaruh timbal balik dengan pertumbuhan perkembangan sosial dan ekonomi. BPS (Badan Pusat Statistik) Kantor Kecamatan Dinas/Badan/ Lembaga Terkait. workshop

5INFRASTRUKTUR

Pola jaringan jalan Kondisi jalan; Status dan fungsi jalan; Volume aliran barang dan penumpang; Pola pergerakan (asal dan tujuan) barang dan penumpang; Lokasi dan volume bongkar-muat di terminal.

Kebutuhan prasaranaAnalisis pergerakanPelayanan utilitasKeterkaitan fungsional dan ekonomi antar kota, antar kawasan baik dalam wilayah maupun antar wilayah kabupaten, Kecenderungan perkembangan prasarana transportasi yang ada;Aksesibilitas lokasi-lokasi kegiatan di wilayah perkotaan

Dinas PU Dinas Pengairan Dinas Perhubungan BAPEDA Propinsi BAPPEDA Kota Dinas/Badan/ Lembaga Terkait. Survey primer

6PENGGUNAAN LAHAN

Jenis dan intensitas penggunaan lahan; Luas lahan; Status lahan; Perubahan fungsi lahan; Ketersediaan lahan.

Perubahan guna lahanIntensitas penggunaan lahan

bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk pola kegiatan yang berkembang

Dinas PU BPN BAPEDA Propinsi BAPPEDA kota Dinas/Badan/ Lembaga Terkait.

7KELEMBAGAAN

Struktur organisasi; Kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia; Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kerja; Produk-produk Peraturan; Bentuk-bentuk keterlibatan organisasi non-pemerintah dan perguruan tinggi.

Kapasitas lembagapengelola

kapasitas Pemerintah Kabupaten dalam menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan tata laksana pemerintahan, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk pengaturan serta organisasi non-pemerintah (Ornop) dan perguruan tinggi.

SETDA BAPEDA Propinsi BAPPEDA kota Dinas/Badan/ Lembaga Terkait.

5.4.Pelaporan

a. Penyusunan Laporan Pendahuluan (Inception Report), mencakup uraian, pemahaman terhadap permasalahan, metodologi pendekatan penyelesaian, identifikasi dan analisis kondisi existing deskripsi gambaran wilayah studi, dan identifikasi masalah, referensi, hasil kajian studi yang pernah ada, pekerjaan rencana kerja rinci, jadwal pelaksanaan tugas perencanaan pengumpulan data primer dan sekunder dan disampaikan paling lambat 2 (dua) minggu setelah tanggal kontrak , sebanyak 5 (lima) eksemplar. b. Penyusunan Laporan Antara (Interim Report), mencakup laporan hasil perbaikan Laporan Pendahuluan dan kemajuan analisis lanjutan mengenai kondisi existing dan identifikasi masalah, analisis data dan hasil survai lapangan, hasil koordinasi dengan instansi terkait, analisis pemodelan lalu litas, usulan awal mengenai koridor-koridor atau alternatif pengembangan angkutan umum massal Bus Rapid Transit, dan lain-lain, diserahkan paling lambat 6 (enam) minggu setelah tanggal kontrak, sebanyak 5 (lima) eksemplar. c. Penyusunan Draft Laporan Akhir, mencakup laporan perbaikan laporan antara, memuat uraian kajian-kajian dari alternatif terpilh dan menyampaikan besarnya anggaran dalam penerapan pelaksanaan pembangunan, jumlah dan lokasi penempatan fasilitas pendukungnya (pemberhentian/halte, perpindahan rute (intermediate transfer stations), dan lain-lain ,laporan diserahkan paling lambat 10 (sepuluh) minggu setelah tanggal kontrak, sebanyak 5 (lima) eksemplar. d. Penyusunan Laporan Akhir, mencakup seluruh lingkup pekerjaan, yang telah mendapat masukan penyempurnaan laporan, dapat berupa perbaikan atau penyempurnaan draft laporan akhir dari Tim Pengarah dan Pembimbing maupun instansi terkait. Laporan ini diserahkan paling lambat 12 (dua belas) minggu setelah tanggal kontrak sebanyak 5 (lima) eksemplar. e. Ringkasan Laporan Akhir, merupakan ringkasan (summary report) dari laporan akhir yang diserahkan bersamaan dengan laporan akhir, sebanyak 5 (lima) eksemplar.

Page 5-1

Sasaran, Tujuan dan Target

Rumusan Sasaran, Tujuan dan Target

Perencanaan

Alternatif Rencana

Penilaian

Alternatif Terbaik

Perancangan

Pelaksanaan

Evaluasi

PROSES DAUR

Data

Data

Sistem Kegiatan

Sistem Jaringan

Sistem Pergerakan

Sistem Kelembagaan

KONDISI LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

POLA PERGERAKAN DAN DISTRIBUSI PERJALANAN MASYARAKAT KAB.SUKABUMI

ISU STRATEGIS TERKAIT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PERMINTAAN TRANSPORTASI (TRANSPORT DEMAND)

PENAWARAN TRANSPORTASI (TRANSPORT SUPLLY)

PERUBAHAN KEGIATAN LLAJ DI KAB.SUKABUMI

PENYUSUNAN KEBIJAKAN TRANSPORTASI KAB.SUKABUMI

EVALUASI KONDISI PRASARANA PELAYANAN LLAJ

PERMASALAHAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN KAB.SUKABUMI

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KAB.SUKABUMI

TUJUAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK LLAJ

KEBIJAKAN TERKAITRTRW, RDTR DLL

ANALISIS & KONSEP PENGEMBANGAN RENCANA INDUK LLAJ

PENYUSUNAN RENCANA INDUK LLAJ KAB.SUKABUMI

IMLEMENTASI PROGRAM DAN KEGIATAN

KEGIATAN-KEGIATAN TERKAIT LLAJ

ASPIRASI STAKEHOLDERS