metode penghitungan bakteridsds

19
Metode Penghitungan Bakteri 1. Perhitungan bakteri secara langsung adalah merupakan perhitungan yang menghitung jumlah total sel (sel mati dan hidup) yang ada pada sampel. Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan. Namun mempunyai kelemahan sebagai yakni sel-sel mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel yang hidup. Karena itu keduanya terhitung. Dengan kata lain hasil yang diperoleh ialah jumlah total sel yang ada di dalam populasi. Metode yang digunakan adalah : a. Metode hitungan cawan (Total Plate Count) menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan hidup berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung jumlah koloni yang terbentuk. Metode penghitungan cawan b. Metode Petroff-Hauser Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer. Hemasitometer adalah metode perhitungan secara mikroskopis. Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,05 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume

Upload: faqihabdulbashir

Post on 17-Dec-2015

65 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

dsdsddsdsdsssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssdsdsd

TRANSCRIPT

Metode Penghitungan Bakteri1. Perhitungan bakteri secara langsung

adalah merupakan perhitungan yang menghitung jumlah total sel (sel mati dan hidup) yang ada pada sampel. Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan. Namun mempunyai kelemahan sebagai yakni sel-sel mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel yang hidup. Karena itu keduanya terhitung. Dengan kata lain hasil yang diperoleh ialah jumlah total sel yang ada di dalam populasi.

Metode yang digunakan adalah :a. Metode hitungan cawan (Total Plate Count) menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan hidup berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung jumlah koloni yang terbentuk.

Metode penghitungan cawan

b. Metode Petroff-HauserPenghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer.

Hemasitometer adalah metode perhitungan secara mikroskopis. Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm. Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,05 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui.

Metode petrof

2. Perhitungan bakteri Perhitungan secara tidak langsung dipakai untuk menentukan jumlah mikroba keseluruhan baik yang hidup maupun yang mati atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja tergantung pada cara yang dipergunakan. Diantaranya berdasarkan jumlah koloni (plate count) yaitu dengan membuat suatu pengenceran bahan dengan kelipatan 10, Metode MPN (Most Probable Number)

a. Plate Count Method dilakukan dengan cara melarutkan sampel asli dalam berbagai serial pelarutan. Kemudian masing-masing hasil pelarutan di biakan pada agar, entah dengan teknik pour plate ataupun streak plate. Setelah itu, inkubasi dilakukan dan koloni di amati pada cawan agar dan dihitung sebagai jumlah total koloni yang membentuk unit (CFU= coloni forming unit) (Goldman dan Green, 2009: 18).

Ada dua metode yang umum digunakan dalam plate count, yaitu spread-plate method, volumenya biasanya 0,1 ml atau kurang dari keseluruhan kultur yang di encerkanKelebihan dari spread-plate method adalah perhitungan mudah dilakukan karena koloni yang dihitung pasti tumbuh di permukaan (aerob). Kekurangan dari spread-plate method adalah volume yang digunakan tidak boleh lebih dari 0,1 ml karena dapat menyebabkan spreader, sehingga perhitungan sulit dilakukanpour-plate method, volume yang biasa digunakan adalah 0,1 1 ml dari kultur untuk di letakkan pada cawan Petri. Kemudian, cawannya diinkubasikan hingga koloni muncul (Madigan, dkk., 2012:129-130).Kelebihan dari pour-plate method adalah volume sampel dapat mencapai 1 ml. Kekurangan dari pour-plate method adalah organisme yang akan dihitung jumlahnya harus kuat menghadapai suhu dari agar. Selain itu, pengamatan perhitungan juga harus diamati dengan baik-baik, sebab koloninya dapat tumbuh didalam medium juga (aerob dan anaerob) (Madigan, dkk., 2012:129-130).Secara keseluruhan, kelebihan dari metode plate count adalah menghasilkan estimasi jumlah total sel bakteri yang masih hidup. Selain itu, teknik ini juga memiliki tingkat sensitifitas pada kontaminasi oleh mikrobiologi di makanan dan material lainnya. Kekurangnya adalah dapat terjadi banyak kesalahan yang diakibatkan oleh inkonsistensi plating, pipetting yang tidak akurat, dan banyak faktor lainnyab. Most Probable Number (MPN)Most Probable Number (MPN) dalam bidang kesehatan masyarakat dari mikrobiologi pangan, dipergunakan secara luas untuk menghitung jumlah bakteri yang ada dalam bahan pangan. Media ini banyak digunakan untuk menghitung bakteri patogenik dalam jumlah sedikit yang terdapat dalam bahan pangan. Metoda ini berdasarkan atas pengenceran. Apabila suatu larutan yang mengandung sel-sel mikroorganisme diencerkan terus menerus, akhirnya akan diperoleh suatu larutan dimana tidak dijumpai sel lagi yaitu dikatakan steril (Buckle dkk, 1985).

Metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan pada jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan, atau timbulnya gas di dalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentukan gas. Untuk setiap pengenceran pada umumnya digunakan tiga tau lima seri tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas yang digunakan juga lebih banyak. (Fardiaz, 1992).

Asumsi yang diterapkan dalam metode MPN adalah :bakteri terdistribusi sempurna dalam sampelsel bakteri terpisah-pisah secara individual, tidak dalam bentuk rantai atau kumpulan (bakteri coliform termasuk E. coli terpisah sempurna tiap selnya dan tidak membentuk rantai).media yang dipilih telah sesuai untuk pertumbuhan bakteri target dalam suhu dan waktu inkubasi tertentu sehingga minimal satu sel hidup mampu menghasilkan tabung positif selama masa inkubasi tersebut.jumlah yang didapatkan menggambarkan bakteri yang hidup (viable) saja. Sel yang terluka dan tidak mampu menghasilkan tabung positif tidak akan terdeteksi.c. TurbidimetriTurbidimetri merupakan metode yang cepat untuk menghitung jumlah bakteri dalam suatu larutan menggunakan spektrofotometer. Bakteri menyerap cahaya sebanding dengan volume total sel (ditentukan oleh ukuran dan jumlah). Ketika mikroba bertambah jumlahnya atau semakin besar ukurannya dalam biakan cair, terjadi peningkatan kekeruhan dalam biakan. Kekeruhan dapat disebut optical density (absorbsi cahaya, biasanya diukur pada panjang gelombang 520 nm 700 nm). Untuk mikroba tertentu, kurva standar dapat memperlihatkan jumlah organisme/ml (ditentukan dengan metode hitungan cawan) hingga pengukuran optical density (ditentukan dengan spektrofotometer).

3. Prediksi jumlah kepadatan mikroorganisme dalam suatu bahan (minuman, kuah, padatan)- Cara perhitungan kuantitas/densitas sel bakteri pada kultur cair yang paling umum adalah dengan menggunakan nilai kekeruhan suspensi sel yang didapatkan dengan pengukuran menggunakan spektrofotometer. Sel bakteri dihitung dengan panjang gelombang 600 nm dan nilai absorbansi yang muncul kemudian dikonversi untuk mendapatkan nilai densitas sel bakteri dalam kultur.- Selain itu dengan mengamati timbulnya kekeruhan, atau timbulnya gas di dalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentukan gas.

Perhitungan Jumlah BakteriPosted on February 13, 2013 by anitamuinaBakteri dapat ditemukan di mana-mana, seperti di rongga mulut, sela-sela gigi, tanah, sisa-sisa makanan yang sudah basi dan untuk memperolehnya, biasanya dibiakkan di dalam cawan petri yang berisi nutrisi atau medium. Koloni yang tumbuh pada media agar dapat dilihat secara visual dan dihitung. Secara kuantitatif koloni bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung populasinya secara umum atau dengan kata lain menghitung seluruh sel bakteri yang ada dalam media termasuk sel yang mati, dan menghitung sel bakteri hidup dengan menggunakan teori pendekatan (dizzideepinsohard, 2008).

Menurut Jutono, dkk (1980) ada 2 cara perhitungan jumlah mikrobia yaitu perhitungan secara langsung (direct method) dan secara tidak lengsung (indirect method).

Perhitungan secara langsungPerhitungan jumlah mikrobia secara langsung, dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup. Ada beberapa cara perhitungan antara lain:

Menggunakan cara pengecatan dan pengamatan mikrospisPada cara ini mula-mula dibuat preparat mikroskopik pada gelas benda, suspensi bahan atau biakan mikrobia yang telah diketahui vulumenya diratakan di atas gelas benda pada suatu luas tertentu setelah itu preparat dicat dan dihitung jumlah rata-rata sel tiap petak atau tiap bidang pemandangan mikroskop. Luas bidang pemandangan mikroskop dihitung dengan mengukur garis tengahnya. Jadi jumlah mikrobia yang terdapat pada gelas benda seluruhnya dapat dihitung, sehingga dapat diperoleh jumlah mikrobia tiap cc bahan atau cairan yang diperiksa (Jutono dkk, 1980).

Menggunakan filter membrane (miliphore filter)Suspensi bahan mula-mula disaring sejumlah volume tertentu kemudian disaring dengan filter membrane yang telah disterilkan terlebih dahulu. Dengan menghitung jumlah sel rata-rata tiap kesatuan luas pada filter membran dapat dihitung jumlah sel dari volume suspensi yang disaring (Jutono dkk, 1980).

Menggunakan counting chamberPerhitungan ini dapat menggunakan haemacytometer, Petroff-Hausser Bacteria Counter, dan alat-alat lainnya yang sejenis. Dasar perhitungannya ialah dengan menempatkan 1 tetes suspensi bahan atau biakan mikrobia pada alat tersebut, ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran sesuai besar kecilnya mikrobia. Dengan menentukan jumlah sel rata-rata tiap petak (ruangan) yang telah diketahui volumenya dan alat tersebut dapat ditentukan jumlah sel mikrobia tiap cc (Jutono dkk, 1980). Perhitungan jumlah organisme uniseluler dalam suspensi dapat ditentukan secara mikroskopik dengan menghitung individu sel dalam volume yangs angat kecil secara akurat. Seperti perhitungan yang biasanya dilakukan dengan mikroskop khusus (slide) yang dikenal dengan counting chamber. Counting chamber terdiri dari kotak-kotak teratur yang telah diketahui areanya, yang disusun dari liquid film dimana telah diketahui kedalamannya dan dapat dibedakan antara slide dan cover slip. Akibatnya volume dari cairan yang dituangkan tiap kotak dengan pasti volumenya dapat diketahui. Seperti perhitungan langsung yang dikenal dengan total cell count merupakan perhitungan yang meliputi sel hidup dan sel yang tidak hidup, sejak ini pada kasus bacteria yang tidak dibedakan dengan pengamatan mikroskopik (Stainer, 1986).

Perhitungan secara tidak langsungPerhitungan mikrobia secara tidak langsung, dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup atau hanya menentukan jumlah mikrobia yang hidup saja. Untuk menentukan jumlah mikrobia yang hidup dapat dilakukan setelah suspensi bahan atau biakan mikrobia diencerkan beberapa kali dan ditumbuhkan dalam medium dengan cara tertentu tergantung dari macamnya bahan dan sifat mikrobianya (Jutono dkk, 1991).

Ada beberapa cara perhitungan antara lain:

Menggunakan sentrifugeCaranya ialah 10 cc biakan cair mikrobia disentrifuge dengan menggunakan sentrifuge yang biasa digunakan untuk menentukan jumlah butir-butir darah. Kecapatan dan waktu sentrifugasi harus diperhatikan. Setelah ditentukan volume mikrobia keseluruhan maka dapat dipakai untuk menentukan jumlah sel-sel mikrobia tiap cc, yaitu dengan membagi volume mikrobia keseluruhan dengan volume rata-rata tiap sel mikrobia (Suriawiria, 1985).

Berdasarkan kekeruhanDasar penentuan cara ini ialah jika seberkas sinar dilakukan pada suatu suspensi mikrobia maka makin pekat (keruh) suspensi tersebut, makin besar intensitas sinar yang diabsorbsi sehingga intensitas sinar yang diteruskan makin kecil (Jutono dkk, 1980). Untuk perhitungan jumlah bakteri berdasarkan kekeruhan digunakan alat-alat seperti photoelectric turbidimeter electrophotometer, spectrophotometer, nephelometer, dan alat-alat lain yang sejenis. Alat-alat ini menggunakan sinar monokromatik dengan panjang gelombang tertentu (Dwijoseputro, 1990).

Menggunakan perhitungan elektronik (electronic counter)Alat ini dapat untuk menentukan beribu-ribu sel tiap detik secaa tepat. Prinsip kerjanya alat ini adanya gangguan-gangguan pada aliran ion-ion yang bergerak diantara 2 elektroda. Penyumbatan sementara oleh sel mikrobia pada pori sekat yang terdapat diantara kedua elektroda sehingga terputusnya aliran listrik. Jumlah pemutusan aliran tiap satuan waktu dihubungkan dengan kecepatan aliran cairan yang mengandung mikrobia adalah ukuran jumlah mikrobia dalam cairan tersebut.

Berdasarkan analisa kimiaCara ini didasarkan atas hasil analisa kimia sel-sel mikrobia. Makin banyak sel-sel mikrobia, makin besar hasil analisa kimianya secara kuantitatif.

Berdasarkan berat keringTerutama digunakan untuk penentuan jumlah jamur benang, misalnya dalam industri mikrobiologi. Kenaikkan berat kering suatu mikrobia diiringi dengan kenaikkan sintesa dan volume sel-sel dapat menentukan jumlah mikrobia

Menggunakan cara pengenceranCara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia yang hidup saja. Dasar perhitungannya ialah mengencerkan sejumlah volume tertentu suatu suspensi bahan atau biakan mikrobia secara bertingkat.

Menggunakan cara Most Probable Number (MPN)Metode ini dilakukan pengenceran dengan beberapa kali ulangan, secara matematik hasilnya dapat untuk menentukan kemungkinan besar jumlah mikrobia yang terdapat dalam suspense.

Berdasarkan jumlah koloni (Plate count)Cara ini yang paling umum digunakan untuk perhitungan jumlah mikrobia. Dasarnya ialah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10 (Jutono dkk, 1980).

Menurut Jutono (1980), tidak semua jumlah bakteri dapat dihitung. Ada beberapa syarat perhitungan yang harus dipenuhi, yaitu :

Jumlah koloni tiap petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas petridish, koloni tersebut dikenal sebagai spreader.Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang bertururt-turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah mikrobia dari hasil pengenceran sebelumnya.Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata.Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran. Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah (Hadioetomo, 1990).

Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel mikrobia per ml, per gr, atau per cm permukaan (Fardiaz, 1992). Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit sedikit jumlah mikrobia, dimana suatu saat didapat hanya satu mikrobia pada satu tabung. Inkubasi dilakukan selama 2 x 24 jam karena jumlah mikrobia maksimal yang dapat dihitung, optimal setelah masa tersebut yaitu akhir inkubasi. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata (Waluyo, 2004).

Tabel 1. Hasil Perhitungan Bakteri secara Langsung

Suspensi bakteri

Faktor pengenceran

Jumlah bakteri

Tanah10-44,25 x 109Susu10-39,95 x 1011Tabel 2. Perhitungan Jumlah Bakteri Tanah secara Tidak Langsung

Pengenceran

Koloni bakteri

Rata-rata

Jumlah bakteri

Keterangan

A

B

10-3SpreaderSpreader--10-436Spreader36 x 10-436 x 104Warna : kuning, putihBentuk koloni : irreguler, sirkuler, curled, toruloid10-556666 x 10-5Warna : putih susuBentuk koloni : sirkuler, rhizoid, amoeboid, irreguler10-680 30080 x 10-6Warna : kremBentuk koloid : sirkulerTabel 3. Perhitungan Jumlah Bakteri Susu secara Tidak Langsung

Pengenceran

Koloni bakteri

Rata-rata

Jumlah bakteri

Keterangan

A

B

10-356Spreader56 x 10-356 x 103Warna : putih susu & kremBentuk koloni : rhizoid, irreguler, myceloid10-476Spreader76 x 10-4Warna : putih susuBentuk koloni : sirkulair10-511Spreader-Warna : putih susuBentuk koloni : circular10-610710107 x 10-6Warna : kremBentuk koloid : circular & rhizoidPerhitungan jumlah bakteri secara langsung digunakan rumus jumlah rata-rata bakteri dihitung dengan hand counter atau koloni counter, angka 25 diperoleh dari banyaknya petak dalam hemositometer yakni perkalian antara panjang dan lebarnya 5 x 5, sedangkan untuk faktor pengenceran adalah merupakan pengenceran yang digunakan saat percobaan. Pada perhitungan bakteri secara langsung menggunakan pengenceran bakteri 10-3 untuk bakteri susu atau 10-4 untuk bakteri tanah karena dalam pengenceran tersebut bakteri yang ada dalam medium dapat dihitung, populasinya tidak padat dan juga tidak sedikit. Populasi bakteri yang padat dapat mempersulit perhitungan karena bakteri yang ada tumpang tindih dan polulasi yang sedikit kurang mewakili jumlah bakteri yang ada secara keseluruhan. Jadi pengenceran tersebut antara suspensi yang diambil dari pengenceran terdahulu untuk diencerkan kembali, jumlah bakteri yang ada lebih memencar satu sama lain dan mudah dihitung. Bakteri susu dengan pengenceran 10-3 setelah penghitungan didapat hasil 9,95 x 1011 mm3 dan untuk bakteri tanah dengan pengenceran 10-4 dengan penghitungan didapat hasil 4,25 x 109 mm3.

Perhitungan jumlah bakteri secara langsung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, adalah waktunya yang digunakan singkat, penghitungannya lebih mudah, tidak membutuhkan bahan yang banyak. Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat membedakan sel hidup dan mati dan sel yang berukuran kecil sulit dilihat dengan mikroskop.

Perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung dilakukan dengan metode plate count, yakni hanya sel yang hidup yang dihitung dalam metode ini. Prinsipnya yaitu pengenceran dalam tiap konsentrasi diinokulasikan dalam medium agar dipetri dengan cara spread. Perhitungan jumlah bakteri ini digunakan pengenceran 10-3,10-4,10-5,10-6 lalu dibandingkan jumlah koloni dari tiap konsentrasi pengenceran sehingga dengan mengikuti perhitungan dan persyaratan plate count akan didapatkan jumlah bakteri yang ada. Beberapa syarat perhitungan dengan menggunakan metode ini adalah :

Tidak ada spreader.Jumlah koloni mulai dari 30-300.Perbandingan jumlah bakteri antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran yang lebih kecil :Jika 2, hasil perhitungan dirata-rata.Jika 2, dipakai hasil pengenceran yang sebelumnya.Dari hasil perhitungan jumlah bakteri tanah secara tidak langsung, didapatkan bahwa pada pengenceran 10-3 koloni bakteri A dan koloni B mengalami spreader. Pada pengenceran 10-4 koloni A berjumlah 36 sedangkan koloni B spreader sehingga diperoleh jumlah bakteri sebanyak 36 x 104 dengan berwarna putih dan bentuk koloni irreguler, sirkuler, curled, dan toruloid. Pada pengenceran 10-5 koloni A berjumlah 5 dan koloni B berjumlah 66 koloni yang berwarna putih susu dan berbentuk sirkuler, rhizoid, amoeboid, irreguler. Pada pengenceran 10-6 koloni A berjumlah 80 dan koloni B berjumlah 300 yang berwarna krem dan berbentuk sirkuler. Pada perhitungan jumlah bakteri susu secara tidak langsung, didapatkan bahwa pada pengenceran 10-3 koloni bakteri A berjumlah 56 sedangkan bakteri koloni B mengalami spreader tetapi diperoleh jumlah bakteri sebanyak 56 x 103 dengan warna koloni putih susu dan krem dan berbentuk rhizoid, irreguler dan myceloid. Pada pengenceran 10-4 pada petridish didapat jumlah koloni bakteri A sebanyak 76 sedangkan koloni B mengalami spreader yang berwarna putih susu dan berbentuk circulair. Pada pengenceran 10-5 koloni A berjumlah 11 dan koloni B mengalami spreader dengan warna putih susu berbentuk circular. Pada koloni A jumlah koloni sebanyak 107 dan koloni B berjumlah 10 yang berwarna krem dan berbentuk circular dan rhizoid.

Perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi bakteri, bakteri yang dihitung adalah bakteri yang hidup. Sedangkan kekurangannya adalah perhitungannya kurang akurat karena ada kemungkinan beberapa sel bertumpuk, ada kemungkinan terjadi spreader, waktu yang dibutuhkan cukup lama, bahan yang digunakan relatif banyak.

Pada percobaan ini spreader terjadi karena pengenceran suspensi tanah yang kurang encer sehingga bakteri yang terikut masih sangat banyak sehingga tidak bisa dihitung dan harus diencerkan lagi. Selain faktor pengenceran, kualitas dari bahan juga dapat menyebabkan spreader, kualitas bahan yang jelek dapat menyebabkan banyaknya mikrobia yang ada sehingga karena faktor pengencerannya kurang bakteri yang diinokulasikan ke dalam petridish menjadi bertumpuk sehingga tidak dapat dihitung jumlahnya dan mengalami spreader.

Perhitungan jumlah bakteri secara langsung maupun secara tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :

Faktor pengenceran, semakin tinggi pengenceran suatu suspensi maka akan semakin sedikit jumlah bakteri yang dikandung atau tidak ada sama sekaliTemperatur dan pH, berkaitan dengan pertumbuhan bakteri pada suhu dan pH optimumKomposisi medium, medium yang digunakan untuk penanaman harus sesuai dengan bakteri yang akan dihitungSegi teknis yaitu Alat yang digunakan dan tingkat ketelitian dalam penghitungan.DAFTAR PUSTAKA

Dizzideepinsohard. 2008. Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi. http://anitamanulang.blog.com/laporan-praktikum-mikrobiologi-farmasi.html/ 27 Maret 2011.Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. JakartaFardiaz, S. 1992. Mikirobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Jutono, J., Soedarsono, S., Hartadi, S., Kabirun, S., Suhadi, D., Soesanto. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.Hadioetomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.Stainer, R.Y. 1986. The Microbial World. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New Jersey.Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Penerbit Angkasa. Bandung.Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. MalangLAPORAN PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI-CAWAN TUANGI. Judul : Menghitung Jumlah Bakteri dengan Metoda Pengenceran Cawan TuangII. Tujuan : Untuk Mengetahui Jumlah Bakteri pada Setiap Mililiter SampelIII. Teori DasarMikroorganisme adalah makhlukhidup cosmopolitan, terdapat dimana-mana. Dalam air dan tanah, dalam makanan, hewan dan tumbuhan serta manusia. Keberadaan dan besarnya populasi mikroorganisme sangat penting untuk diketahui dan dipelajari karena memiliki karakteristik dan peran yang sangat erat interaksinya baik dengan lingkungan abiotik maupun lingkungan biotiknya.Besarnya populasi mikroorganisme dapat menentukan kualitas suatu produk, menentukan tata guna suatu sumber daya, menentukan tingkat kesuburan suatu lahan dan lain-lain.Jumlah total mikroorganisme dalam air misalnya, harus diperhitungkan sesuai dengan peruntukan sumber daya air, apakah limbah yang akan dibuang ke lingkungan atau air untuk MCK atau untuk air minum. Ada jumlah tertentu yang menjadi ambang batas atau bahkan ketentuan yang sangat ketat dari jumlah total ini, yang tujuannya adalah untuk keselamatan lingkungan.Perhitungan jumlah sangat bervariasi, ada perhitungan khusus pathogen, penghasil racun, pencemar dan sebagainya. Menghitung jumlah total tanpa merinci kelompok atau jenis disebut Enumerasi.Metoda yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme bermacam-macam dengan tingkat ketelitian dan peruntukan yang berbeda. Metoda pengenceran lempeng tuang, digunakan untuk mengetahui perkiraan jumlah sel dengan anggapan satu koloni berasal dari satu sel. Enumerasi dengan metoda ini memerlukan keterampilan dan kecerdasan yang sungguh-sungguh (Nurhayati dan Pingkan, 1993).Pada metoda pengenceran cawan tuang, cawan yang dipilih untuk menghitungkan koloni adalah yang mengandung 30-300 koloni.IV. Alat dan Bahan:- Tabung reaksi steril- Pipet volume 1 ml steril- Cawan petri steril- Spidol/label- Lampu Bunsen- Penangas air- Akuades steril- Kaldu nutrisi agar- SampelV. Cara Kerja :- Menyediakan 6 tabung reaksi masing-masing berisi 9 ml akuades steril, meletakkan secara berurutan dan beri tanda 1 s/d 6.- Membuat pengenceran dari sampel yang akan diperiksa mulai dari pengenceran 10-1,10-2,10-3, sampel dengan pengenceran 10-6, dengan cara memasukkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi pertama kemudian kocok sampai homogeny, konsentrasi larutan menjadi 10-1, kemudian mempipet 1 ml larutan dari tabung pertama masukkan ke tabung kedua dan kocok sampai homogeny, konsentrasi larutan menjadi 10-2 demikian seterusnya sampai tabung ke enam.- Menyediakan dua cawan petri steril, meletakkan berurutan dan beri tanda 10-5,10-6 dengan spidol/label.- Mengambil larutan dari tabung ke 5 dan ke 6 masing-masing 1 ml dengan menggunakan pipet steril dan memasukkan ke dalam cawan petri steril yang sudah diberi tanda.- Menyiapkan medium kaldu nutrisi agar cair dengan suhu 400 450 C sebanyak 2 tabung masing-masing berisi 9 ml kaldu nutrisi agar.- Memasukkan kaldu nutrisi agar ke dalam cawan petri yang berisi larutan sampel, satu tabung KNA untuk satu petri, menggoyangkan hingga homogeny dengan cara memutar cawan petri searah jarum jam dan kebalikannya di atas meja, biarkan hingga dingin dan mengeras.- Menginkubasikan pada suhu 220C 370C selama 24 48 jam di dalam incubator.- Menghitung jumlah bakteri yang tumbuh pada setiap pengenceran. Jumlah bakteri yang ada dalam setiap 1 ml sampel adalah berbanding terbalik dengan pengenceran, misalnya : hasil perhitungan dari pengenceran 10-6 terdapat 10 koloni maka jumlah bakteri adalah 10 x 106 sel bakteri/ml.VI. Hasil PercobaanTabel Pengamatan :Sampel : Agar miring medium toge agar, bakteri dari telingaTanggal : 1 November 2011PengenceranJumlah koloniJumlah bakteri10-577 x 105 sel bakteri/ml10-644 x 106 sel bakteri/ml

VII. PembahasanMetode hitungan cawan dilakukan dengan mengencerkan sampel suspensi bakteri ke dalam nutrisi kaldu agar. Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml, per gram atau per cm permukaan (Fardiaz,1993). Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu saat didapat hanya satu mikroba pada satu tabung (waluyo, 2004).Larutan yang digunakan untuk pengenceran harus memiliki sifat osmotik yang sama dengan keadaan lingkungan asal mikroba untuk menghindari rusaknya sel, selain itu juga dijaga agar tidak terjadi perbanyakan sel selama pengenceran. Pengenceran yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pengenceran decimal yaitu 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6. Dan yang diplating dan diamati adalah pengenceran 10-5 dan10-6. Hal ini karena diperkirakan koloni yang dibentuk oleh sampel bakteri berada pada jumlah yang dapat dihitung pada pengenceran tersebut. Selain itu, untuk perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara desimal. Selanjutnya dari tabung ke lima dan ke enam dituang ke dalam cawan petri (penanaman atau plating) dengan media KNA secara aseptik. Plating atau penanaman bakteri adalah proses pemindahan bakteri dari medium lama ke medium baru (Dwijoseputro, 1978). Pada penanaman bakteri dibutuhkan kondisi aseptik atau steril, baik pada alat maupun proses, untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan. (Fardiaz, 1993).Media KNA digunakan karena media KNA merupakan media yang paling cocok untuk kultur bakteri. Selanjutnya cawan petri diinkubasikan selama 2 x 24 jam pada suhu 37 C. inkubasi dilakukan selama 2 x 24 jam karena jumlah mikroba maksimal yang dapat dihitung langsung oleh mata.Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1 dapat disimpulkan bahwa semakin tingki tinggkat pengenceran yang dilakukan maka semakin sedikit mikroba yang dapat dihitung. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil pengamatan pada cawan petri hasil pengenceran kelima yang menghasilkan 7 koloni bakteri sedangkan pada cawan petri hasil pengenceran yang ke enam terdapat 4 koloni bakteri.VIII. KesimpulanPenghitungan bakteri menggunakan metode pengenceran atau cawan tuang dilakukan untuk memudahkan dalam menghitung bakteri. Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu saat didapat hanya satu mikroba pada satu tabung (waluyo, 2004). DAFTAR PUSTAKAHaryati, Etty,M.Pd.2011.Diktat Asistensi dan Petunjuk Praktikum Mikrobiologi.CirebonHumairoh, Hardiyanti.2011.Jurnal Praktikum Mikrobiologi dan Virologi Menghitung Bakteri dengan Metode Pengenceran-Cawan Tuang.Cirebon