metode penataan cahaya untuk pergelaran tari …

11
Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 216 Pendahuluan Realitas panggung hanya ada di dalam pementasan. Artinya dalam rangka untuk pengungkapan nilai, realitas hanya tampak di atas pentas sejauh dapat diungkapkan oleh realitas pancaindera. Kreator mengolah realitas sehari-hari sebagai media untuk menyampaikan pesan sehingga sebuah peristiwa pentas dapat dipahami sebagai suatu upaya komunikasi, antara pencipta dan audien. Sebuah pertunjukan tari, baik tradisi Jawa maupun kontemporer, sejatinya juga merupakan bentuk upaya komunikasi. Di dalamnya terdapat makna atau pesan-pesan yang disampaikan kepada audiennya. Seperti halnya tari Jawa Gaya Surakarta, merupakan salah satu bentuk budaya yang bersumber dari kraton yang di latar belakangi oleh konsep kenegaraan Dewa-Raja yang memiliki makna simbol. Kala itu biasanya pergelaran tari di tempatkan di ruang pendhapa dan posisinya menghadap sang raja. Pendhapa merupakan bangunan tambahan dari sebagian rumah tradisional Jawa. Berfungsi sebagai tempat bertemunya tuan rumah dengan masyarakat, termasuk di dalamnya sebagai tempat menyelenggarakan pesta secara tradisional. Dalam fungsi yang disebut terakhir itu biasanya jenis kesenian yang dipentaskan adalah karawitan dan tarian tradisi Jawa. Posisi tempat gamelan atau karawitan biasanya berada pada salah satu sisi bagian pendhapa. METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI TRADISI SURAKARTA Suroto Institut Seni Indonesia Surakarta [email protected] ABSTRAK Penelitian yang berjudul METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI TRADISI SURAKARTA bertujuan untuk mengetahui peran dan fungsi tata cahaya dan mencari cara penataan cahaya yang tepat dalam pertunjukan Tari Tradisi Gaya Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan empiris dengan studi lapangan, mengumpulkan data studi kepustakaan, wawancara. Pendekatan yang dilakukan meminjam Metodologi penciptaan seni SP Gustami yang mengupas tiga pilar utama, yaitu eksplorasi, perencanaan, dan perwujudan. Hasil dari pengamatan (hasil rekaman foto/video) dan penilaian pertunjukan tari (secara langsung) bertempat di ruang pendapa menunjukan bahwa dengan penataan cahaya yang tepat diperoleh hasil pertunjukan yang maksimal. Cara penataan yang memiliki hasil lebih baik yaitu selain menggunakan cahaya general digunakan pula penataan lampu kaki dari depan bawah ( footlight). Penataan ini mengadopsi dari system yang dipakai gedung proscenium. Cara penataan demikian menghasilkan gerak tarian yang diwakili garis-garis mampu terbaca dengan baik, sehingga karakter tari maupun tokoh dapat tergambar dengan jelas yang akhirnya mampu menyampaikan pesan pada penonton. Kata kunci: metode penataan, tata cahaya, lampu kaki, model penataan cahaya. Sedangkan penari berada pada sisi utama bagian pendhapa yang berada di tengah-tengah soko guru. Sehingga tarian yang disajikan akan menjadi fokus utama penonton yang tersebar di sekeliling arena pendhapa. Berdasarkan perkembangan fungsi dan makna bangunan pendhapa terjadi perubahan arah hadap. Penonton utama yang dulunya berada di belakang bangunan pendhapa kini berubah berada di depan bangunan. Hal ini membuat arah hadap para penari turut berubah berputar 180 derajat. Dalam perubahan ini yang tidak berubah adalah posisi sumber cahaya sebagai penerangan. Ruang pendhapa memiliki pengorganisasian yang terpusat (sentripetal) akibatnya semua yang berada di ruang pendhapa tersebut menggunakan konsep yang terpusat, demikian pula dengan posisi sumber cahaya. Bagian tengah biasanya diisi lampu robyong atau lampu gantung. Sedangkan di keempat sudut pendhapa juga terdapat lampu gantung yang serupa tetapi bentuknya lebih kecil. Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta memiliki sebuah bangunan pendhapa yang memiliki ukuran luas 10 x10 meter persegi untuk bentangan keempat soko guru , sekaligus ini menjadi panggung utama. Kemudian jarak tujuh meter ke sekeliling adalah keberadaan tiang berikutnya. Sebagai lembaga pendidikan tinggi seni, keberadaan ruang pendhapa sangat strategis sekaligus fungsional. Berbagai acara

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017216

Pendahuluan

Realitas panggung hanya ada di dalampementasan. Artinya dalam rangka untukpengungkapan nilai, realitas hanya tampak di ataspentas sejauh dapat diungkapkan oleh realitaspancaindera. Kreator mengolah realitas sehari-harisebagai media untuk menyampaikan pesan sehinggasebuah peristiwa pentas dapat dipahami sebagai suatuupaya komunikasi, antara pencipta dan audien.

Sebuah pertunjukan tari, baik tradisi Jawamaupun kontemporer, sejatinya juga merupakanbentuk upaya komunikasi. Di dalamnya terdapatmakna atau pesan-pesan yang disampaikan kepadaaudiennya. Seperti halnya tari Jawa Gaya Surakarta,merupakan salah satu bentuk budaya yang bersumberdari kraton yang di latar belakangi oleh konsepkenegaraan Dewa-Raja yang memiliki makna simbol.Kala itu biasanya pergelaran tari di tempatkan di ruangpendhapa dan posisinya menghadap sang raja.

Pendhapa merupakan bangunan tambahandari sebagian rumah tradisional Jawa. Berfungsisebagai tempat bertemunya tuan rumah denganmasyarakat, termasuk di dalamnya sebagai tempatmenyelenggarakan pesta secara tradisional. Dalamfungsi yang disebut terakhir itu biasanya jeniskesenian yang dipentaskan adalah karawitan dantarian tradisi Jawa.

Posisi tempat gamelan atau karawitanbiasanya berada pada salah satu sisi bagian pendhapa.

METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARANTARI TRADISI SURAKARTA

SurotoInstitut Seni Indonesia Surakarta

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI TRADISI SURAKARTAbertujuan untuk mengetahui peran dan fungsi tata cahaya dan mencari cara penataan cahaya yang tepatdalam pertunjukan Tari Tradisi Gaya Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif denganpendekatan empiris dengan studi lapangan, mengumpulkan data studi kepustakaan, wawancara. Pendekatanyang dilakukan meminjam Metodologi penciptaan seni SP Gustami yang mengupas tiga pilar utama, yaitueksplorasi, perencanaan, dan perwujudan. Hasil dari pengamatan (hasil rekaman foto/video) dan penilaianpertunjukan tari (secara langsung) bertempat di ruang pendapa menunjukan bahwa dengan penataan cahayayang tepat diperoleh hasil pertunjukan yang maksimal. Cara penataan yang memiliki hasil lebih baik yaituselain menggunakan cahaya general digunakan pula penataan lampu kaki dari depan bawah (footlight). Penataanini mengadopsi dari system yang dipakai gedung proscenium. Cara penataan demikian menghasilkan geraktarian yang diwakili garis-garis mampu terbaca dengan baik, sehingga karakter tari maupun tokoh dapat tergambardengan jelas yang akhirnya mampu menyampaikan pesan pada penonton.

Kata kunci: metode penataan, tata cahaya, lampu kaki, model penataan cahaya.

Sedangkan penari berada pada sisi utama bagianpendhapa yang berada di tengah-tengah soko guru.Sehingga tarian yang disajikan akan menjadi fokusutama penonton yang tersebar di sekeliling arenapendhapa.

Berdasarkan perkembangan fungsi dan maknabangunan pendhapa terjadi perubahan arah hadap.Penonton utama yang dulunya berada di belakangbangunan pendhapa kini berubah berada di depanbangunan. Hal ini membuat arah hadap para penariturut berubah berputar 180 derajat. Dalam perubahanini yang tidak berubah adalah posisi sumber cahayasebagai penerangan. Ruang pendhapa memilikipengorganisasian yang terpusat (sentripetal) akibatnyasemua yang berada di ruang pendhapa tersebutmenggunakan konsep yang terpusat, demikian puladengan posisi sumber cahaya. Bagian tengahbiasanya diisi lampu robyong atau lampu gantung.Sedangkan di keempat sudut pendhapa juga terdapatlampu gantung yang serupa tetapi bentuknya lebihkecil.

Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta memilikisebuah bangunan pendhapa yang memiliki ukuran luas10 x10 meter persegi untuk bentangan keempat sokoguru, sekaligus ini menjadi panggung utama.Kemudian jarak tujuh meter ke sekeliling adalahkeberadaan tiang berikutnya. Sebagai lembagapendidikan tinggi seni, keberadaan ruang pendhapasangat strategis sekaligus fungsional. Berbagai acara

Page 2: METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 217

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

resmi akademik maupun t idak resmi seringmenggunakan ruang pendhapa, termasukpenyelenggaraan pentas-pentas tari tradisional Jawa.Pentas tradisi ini di selenggarakan untuk perjamuantamu, penyelenggaran pergelaran, maupun kegiatanujian tari.

Pergelaran tari, khususnya untuk ujiankepenarian, keberadaannya tidak seperti pergelarantari pada acara-acara perhelatan umum atau untukklangenan, tetapi lebih menonjolkan pada aspekkualitas kepenarian dan pencapaian suasana.Sehingga banyak pertimbangan yang harusdipersiapkan para penari, penata tari, penata iringanmaupun dari sisi artistiknya, termasuk penataancahaya.

Capaian artistik yang menjadi traget utamadalam pergelaran tari ini perlu banyak pertimbangan,mengingat tari tidak sekedar menggerakkan tubuhyang diiringi gendhing karawitan. Tari sebagai karyaekspresi seni seniman harus mampu memberikan nilaidan makna.

Pengertian tari atau joged menurutSoerjodiningrat adalah seluruh gerak tubuh bersamairama gamelan yang ditata sedemikian rupa sesuaidengan makna gerak tari (Sunarno Purwolelana danDidik BW: 60 dan 74). Selebihnya, seni tari adalahcabang seni yang menggunakan tubuhnya sebagaimedia. Sedangkan gerak merupakan elemen pokokdalam tari yang terdapat unsur ruang, waktu, dantenaga. Eksplorasi gerak dilakukan dengan caraproses berpikir, berimajinasi, merasakan, danmerespon suatu objek yang diperoleh melalui pancaindera.

Sajian karya tari tidak bisa lepas dari peranpenari karena melalui penarilah sajian karya tari bisadiamati bersama. Gagasan atau ide dari penyusunitulah yang diterjemahkan penari kepada penonton.Penyusun tari dalam menyampaikan pesanmembutuhkan unsur pendukung lain agar mudahdipahami penonton, yaitu salah satunya adalah tatacahaya. Walaupun sebagai unsur pendukung, tatacahaya menjadi sangat penting apabila pertunjukantersebut diselenggarakan pada malam hari. Tatacahaya adalah upaya penataan peralatan pencahayaandan memiliki fungsi sebagai pendukung suasana danpenerang panggung.

Penelitian karya ini menggunakan tahapan-tahapan untuk mendapatkan gambaran mengenaimetode penataan cahaya. Metodologi penciptaan seniyang digunakan meminjam milik SP Gustami yangmengupas tiga pilar utama, yaitu eksplorasi,perencanaan, dan perwujudan. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui peran dan fungsi penataan cahayadan diharapkan dapat menghasilkan sebuah metodepenataan cahaya khususnya untuk pergelaran taritradisi yang bertempat di pendhapa. Hasil daripenelitian ini dijabarkan lewat narasi deskriptif danujicoba penataan cahaya sekaligus pementasan yangdikemas dalam dokumentasi audio visual. Luaran yangingin dicapai peneliti adalah pembuatan naskah hasilpenelitian ilmiah dan contoh video hasil rekamanpertunjukan.

Hasil dan Pembahasan

1. Eksplorasi

1.1. Pengkajian Sumber Ide

Wacana penelitian ini muncul disaat banyakkeluhan dari beberapa penari dan dosen pembimbingujian Karya tari mengenai kurang maksimalnya hasildokumentasi berkaitan dengan kurang jelasnyaekspresi dan mimik penari. Kurang jelas dalam artiraut muka penari masih diselubungi bayangan cahayasehingga wajah penari ter lihat lebih gelap.Permasalahan ini kemudian mengusik peneliti untukkembali melihat beberapa video hasil dokumentasiyang ada di ISI Surakarta. Hasil pengamatan penelitimemperlihatkan sebagian besar hasil tangkapan videoterkendala oleh kurangnya distribusi cahaya dari depanyang mengenai wajah. Padahal keberadaan lampuyang ada di pendhapa ISI Surakarta, menurut penelitisudah cukup untuk membuat penerangan generaltetapi tetap saja hasilnya masih kurang memuaskan.Setelah dipelajari dan diamati lebih detail, dapatdisimpulkan karena kurangnya distribusi cahaya daridepan. Sehingga peneliti merasa perlu untuk merubahatau menambah penataan lampu dari depan.

1.2. Perwujudan konsep

Hasil pengamatan peneliti menghasilkan ideuntuk perubahan atau penambahan sumber cahayadari depan. Guna menindaklanjuti ide tersebut, penelitikemudian mencoba mengamati kembali bentuk dankeruangan tempat, dalam hal ini pendhapa ISISurakarta. Keruangan pendhapa berbentuk panggungarena semi terbuka. Stage berada di tengah-tengahbangunan berbentuk persegi dan terpusat di kelilingiempat tiang soko guru yang besar dan kokoh.

Bentuk atap bangunan pendhapa ini memilikikesan begitu kuat dengan garis-garis yang terbuat darielemen usuk yang berbentuk megar payung. Kekuatangaris itu akan tampak lagi karena ditunjang dengankekontrasan warna atap dan kayu usuk. Secara garis

Page 3: METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017218

besar bangunan pendhapa ini bila dilihat dari dalammemang memiliki struktur garis yang kuat, apalagiditunjang dengan garis tiang keempat sokogurumenjadikan kesan bangunan pendhapa semakinmegah dan kokoh.

Konsep yang diusung dalam menunjangpertunjukan tari tersebut adalah bagaimanamemperlihatkan ekspresi serta penari agar dilihat olehpenonton tampak jelas dan wajar? Sekaligusmemperlihatkan kemegahan ruang pertunjukan yangberbentuk pendhapa. Cara yang ditempuh penelitiadalah dengan upaya adaptasi system pencahayaanyang biasa digunakan pada gedung proscenium.Sistem penataan yang yang dimaksud adalahpenggunaan lampu kaki (footlight) yang terpasang didepan panggung bagian bawah. Penataan lampu kakiini akan menghasilkan cahaya dari depan bawah yangakan menyinari wajah dan bagian ruang pendopobagian belakang dan sedikit ke atas mengenai atap.

2. Perancangan

2.1. Perencanaan

Perencanaan pada penelitian ini hanyamemfokuskan pada cahaya yang memiliki peransebagai penerang dan pembuat suasana. Terutamafungsi cahaya pada pertunjukan tari tradisi GayaSurakarta yang biasa di pentaskan pada ruangpendhapa.

Menurut Pramana Padmodarmaya dalam bukuTata dan Teknik Pentas (1988: 155-164) membagi tatacahaya menjadi lima fungsi, sebagai berikut.

2.1.1 Mengadakan Pilihan bagi Segala Hal yangDiperlihatkan

Bagian ini memberikan kebebasan dankenyaman kepada penonton untuk melihat segalabentuk yang ada di atas panggung. Secara umum,seperti dalam kehidupan sehari-hari orang lebihmenyukai segalanya menjadi terang, jelas, dan enakdilihat. Dalam hal ini tata cahaya lebih difungsikansebagai penerangan tempat pementasan.

Pertunjukan yang sering ditemui adalahkurangnya perlengkapan teknis tata cahaya atausemacam kesengajaan yang dibuat-buat. Di sampingpula tidak jarang ditemui obyek tidak terlihatsewajarnya. Misalnya, seorang aktor atau penari rautwajahnya terjadi bayangan gelap karena faktorpencahayaan. Dalam pertunjukan tari secara umumakan nampak dapat dinikmati apabila terdapatpenerangan yang memadai. Untuk itu dibutuhkan

perangkat lampu yang mampu menerangi sejumlahobyek dari berbagai arah.

2.1.2 Mengungkapkan BentukPencahayaan yang di tata dari atas dan bawah

ruang pentas, mampu memunculkan sosok obyekdalam hal ini penari dengan lebih detail. Pengamatanterhadap pertunjukkan yang telah dilakukan,menampakan bentuk dan lintasan gerak dengan lebihjelas sehingga bukan sekedar sosok. Bentuk elemengerak dasar pada tangan seperti ngithing dan ngrayungmem-perlihatkan posisi jari-jari lebih jelas, tanpaterganggu cahaya dari atas yang terlalu dominan.

Perubahan juga nampak pada kejelasanbentuk wajah penari. Pencahayaan dari atas ruangpentas/pendhapa secara baku hanya mampumenampakkan siluet wajah penari. Dokumentasipertunjukkan tari yang dilaksanakan di pendhapa,menunjukkan gambaran yang jelas pada bentuk,karakter, dan ekspresi penari. Hal ini menguntungkandari sisi fungsi pertunjukkan media komunikasikoreografer, penari, dan audiens. Kejelasan visual padabentuk gerak dan ekspresi penari mampu memperkuatpesan dan bahasa yang akan disampaikan, sekaligusmemperkuat kesan keindahan sebuah pertunjukan.

2.1.3 Membuat Gambaran Wajar

Pencahayaan dari atas dalam pertunjukkantari tradisi di pendhapa, menghasilkan area denganlimpahan cahaya yang kuat sekaligus area remang-remang/gelap. Penataan cahaya demikian pada sosokpenari dan kostum serta properti yang digunakanmenghasilkan gambaran yang memiliki sisi-sisiberbayang atau terkesan rata (flat) dalam dokumentasiaudio visual. Pada pencahayaan yang menggunakancahaya dari atas dan bawah, gambar yang dihasilkanlebih identik dengan kondisi nyata, Kondisi gambardalam pengamatan langsung oleh audiens maupundokumentasi lebih terasa berdimensi sehingga kesanyang dihasilkan tampak lebih wajar.

2.1.4 Membuat Komposisi

Fungsi lampu yang menerangi dan menyinaridapat membuat terang ruang pentas sekaligusmemperkuat suasana pertunjukkan, sehingga efekdramatik atau artistik lebih tercapai. Batasan-batasanruang gerak penar i yang dilakukan denganmenggunakan lampu atas dan bawah, berartimemperjelas area yang dibutuhkan sesuai kebutuhankoreografi tari. Penonjolan ruang didukung dari duaarah, sehingga komposisi ruang ataupun fokus area

Page 4: METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 219

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

menjadi lebih jelas bagi penonton. Penataan lampupada pertunjukan tari tradisi klasik di pendhapa dengandukungan lampu bawah mampu memperkuatpengaturan ruang yang menjadi area menari.

2.1.5 Menciptakan Suasana Hati

Salah satu fungsi tata cahaya adalah mampumeningkatkan daya magnet pertunjukan.Penambahan cahaya bawah atau lampu kaki (footlight) pada pertunjukan tari di pendhapa, lebihmemperkuat suasana pertunjukan. Suasana yangdimaksud pada pertunjukan tari tradisi di pendhapa,lebih mengarah pada suasana jiwa yang menjadi isiatau makna koreografi. Efek tata cahaya dapatmengarahkan penonton untuk menyelami suasanatertentu, seperti perasaan teduh, suasana riang,khidmat atau agung.

Penelitian ini akan memperoleh hasil yangsignifikan bila dilakukan dengan perencanaan yangmatang. Agar supaya penataan cahaya benar-benarakan memberikan sugesti terhadap suasana tertentubagi penonton. Cahaya akan memberikan pemaknaanbaru dalam peristiwa pementasan. Oleh karena itu,melalui tata cahaya sebagai salah satu kekuatanmagis harus mampu menciptakan suasanamencekam atau memukau penonton sehingga merekabenar-benar mendapat sesuatu yang berguna(Padmodarmaya, 1988: 146).

2.2. Survai Lokasi

Lokasi yang dipilih adalah Pendhapa ISISurakarta. Sebagaimana bentuk pendhapakonvensional, ruang pendhapa yang dimiliki ISISurakarta ini juga terbuka pada keempat sisinya.Namun demikian pada sisi belakang bangunan inimemiliki sekat dari bahan kayu yang biasa disebutrono. Jarak antartiang keempat sokoguru adalah 9Meter. Area inilah yang kemudian digunakan sebagaipanggung (stage) utama. Lantai untuk area panggungmenggunakan parket berbahan kayu jati berwarnacokelat. Arena panggung utama ini memiliki batasketinggian 40 Cm keliling dengan lantai di bawahnyayang biasanya digunakan sebagai area tempat dudukpenonton.

Tinggi tiang sokoguru adalah 9 meter yanglangsung bertemu bidang tumpangsari. Ketinggianukuran tiang sokoguru sekiranya cukup untuk memberiruang penerangan yang awal berdirinya bangunan initerdapat lampu robyong. Tetapi karena sesuatu hal,lampu ini kemudian di lepas dan diganti elementambahan berupa penambahan batten light.

Bentuk atap bangunan pendhapa ini memilikikesan begitu kuat dengan garis-garis yang terbuat darielemen usuk yang berbentuk megar payung. Kekuatangaris itu akan lebih tampak ditunjang dengankekontrasan warna atap dan kayu usuk. Secara garisbesar bangunan pendhapa ini, dilihat dari dalammemang memiliki struktur garis yang kuat dan kesanbangunan pendhapa semakin megah dan kokoh.

2.3. Memilih Materi Pementasan

Bangunan pendhapa adalah ruang publik.Namun demikian, bangunan pendhapa seringkalidigunakan untuk hajatan pementasan tari maupunkarawi tan terutama tarian tradisional yangmenggunakan iringan gamelan.

Karena kekhususan inilah, maka ruangpendhapa memang sangat pas apabila digunakanuntuk pertunjukan tari-tarian klasik yang berasal darikeraton, misalnya Tari Bedhaya, Tari Srimpi, dan lain-lain.

Penelitian ini secara khusus memilih tariBedhaya Ela-ela sebagai sample untuk mencari for-mat penataan tata cahaya. Tarian ini dipilih karenasecara irama dan gerak sangat pelan dan mengalir.

2.4. Rancangan Penataan Cahaya

2.4.1. Membuat plot atau lay out

Konsep yang sudah jadi dan disepakatiselanjutnya dijabarkan secara teknis pertama kalidalam bentuk plot tata cahaya. Plot ini akanmemberikan gambaran laku tata cahaya mulai dariawal sampai akhir pertunjukan. Seperti halnya sebuahsinopsis cerita, perjalanan tata cahaya digambarkandengan jelas termasuk efek cahaya yang akanditampilkan dalam adegan demi adegan. Plot ini jugamerupakan cue atau penanda hidup matinya cahayapada area tertentu dalam adegan tertentu. Denganmembuat plot maka penata cahaya bisamemperhitungkan jenis lampu serta warna cahayayang dibutuhkan, memperkirakan lamanya waktupenyinaran area atau aksi tertentu, merencanakanpemindahan aliran cahaya, dan suasana yangdikehendaki.

Sebelum membuat plot untuk distribusicahaya yang harus diketahui terlebih dahulu adalahblocking atau pola lantai penari. Sehingga setiappenata cahaya seyogyanya sering melihat latihanuntuk menentukan area-area mana saja yang perlumendapat perhatian dari pencahayaan. Sehinggatinggal menentukan pola untuk general (umum) atauuntuk pencahayaan khusus (special).

Page 5: METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017220

3. Eksperimen

Setelah dirasa cukup untuk distribusipenerangan panggung, mulailah peneliti menambahbagian lampu yang kurang, yaitu lampu kaki.Berdasarkan pertim-bangan akan fungsi dan karakterlampu, akhirnya peneliti meng-gunakan jenis lampucyclo (CYC) yang berkekuatan 500 dan 300 Watt.Jenis lampu yang digunakan adalah strip sejumlah 2(dua) buah yang masing-masing berisi 4 (empat) buahlampu. Sehingga total tambahan lampu 8 (delapan)buah dengan komposisi empat buah berkekuatan 500Watt (0,5 K) dan empat buah berkekuatan 300 Watt(0,3 K).

Gambar 1: Komposisi lampu strip untuk lampu kaki

Komposisi kekuatan intensi tas yangmemfokuskan 500 Watt di bagian tengah dimaksudkanuntuk memberi ‘nilai’ lebih bagi penari yang beradapada posisi depan bagian tengah. Hal ini biasanyapenari yang berada di bagian depan tengah memilikiposisi yang lebih penting dibandingkan dengan posisiyang lain.

Uji coba 1.Penempatan lampu strip berada pada bagian

depan di lantai penonton dengan jarak sekitar 2 Meterdari bibir panggung (stage). Sinar yang dihasil-kankurang memberikan kejelasan pada bidang wajahpenari atau masih terlalu gelap sehingga garisbayangan masih nampak pada wajah. Demikian pulagaris sinar yang memanjang ke bagian belakangkurang mampu menampakan kemegahan ruangpendhapa.

Gambar 2: uji coba yang pertama, memperlihatkansinar yang masih nampak kurang terang.

Uji coba 2.Lampu strip diajukan 1 M, sehingga letaknya

berada di antara ketinggian lantai dan bibir panggung.Efek yang terjadi pada posisi ini juga belummenguntungkan penari karena bayangan masih terlalutinggi mengenai langit-langit.

Gambar 3: uji coba kedua, belum memberikan efekyang wajar.

Uji coba 3.Uji coba yang ketiga lampu strip dimajukan

lagi 1 M, sehingga letaknya berada tepat di bibirpanggung. Hasil yang di dapat adalah kemampuankekuatan sinar dari lampu strip ini demikian maksimalmengenai wajah penari. Sehingga para penari terlihatekspresi dan mimiknya secara wajar dan jelas.

Pada saat lampu berada tepat di bibirpanggung sinar bagian bawah mengenai pula orkestragamelan yang berada di belakang penari sehinggasecara keseluruhan tam pak nyata dan jelas.Sedangkan batas sinar bagian atas hanya mengenaigaris-garis usuk pada atap dan tidak mengenai garisbidang tumpang sari sehingga peman-dangan ruangpendhapa makin terlihat megah.

Gambar 4: kekuatan sinar dari lampu strip inidemikian maksimal mengenai wajah penari.

Page 6: METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 221

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

4. Evaluasi

Tahap terakhir adalah pementasan. Seluruhkerja tata lampu dibuktikan pada saat malampementasan. Kegagalan yang terjadi meskipun sedikitakan mempengaruhi hasil seluruh pertunjukan. Olehkarena itu, kecermatan dan ketelitian kerja tim sangatdiperlukan. Penting untuk memeriksa semuanyasebelum pertunjukan dilangsungkan. Jika terdapatikesalahan teknis tertentu masih ada waktu untukmemperbaiki.

Evaluasi biasa yang dilakukan pada saat gladibersih. Pada momen ini dilakukan pencatatanterhadap beberapa hal yang sekiranya kurang berhasil.Kemudian pada waktu berikutnya dilakukan perbaikan-perbaikan. Walaupun tata cahaya merupakan unsurpendukung, semua sangat tergantung dari kesiapantata cahaya karena tanpa cahaya pertunjukan tidakakan bisa disaksikan.

5. Perwujudan Karya

5.1. Tahap Persiapan Alat dan Bahan

Pendhapa ISI Surakarta sudah memilikibeberapa lampu yang terpasang (permanen). Lampu-lampu tersebut dipasang pada batten lampu yangtersebar pada keempat sisi. Jenis lampu yang adaadalah jenis PAR Can, Fresnel, dan Mini Fresnel.

Gambar 5: Lay out Lampu Pendhapa ISI Surakarta

Jumlah lampu yang tersedia adalah 36 buahterdiri dari 4 buah mini fresnel, 8 fresnel, dan sisanyaadalah PAR Can. Set up yang tersedia adalah polageneral sedangkan beberapa buah lampu yang lainadalah hanya untuk memberi aksen warna.

Gambar 6: Distrubusi Cahaya General

5.1.1. Memilih jenis lampu

Salah satu alat yang dibutuhkan dalam tatacahaya adalah lampu. Setiap jenis lampu memilikikarakter cahanyanya sendiri. Bentuk lingkaran cahayayang dihasilkan berbeda-beda dan bisa dimanfaatkanuntuk kepentingan artistik yang berbeda. Lampupanggung mempunyai banyak jenis. Secara mendasardikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu flood dan spot.Flood memiliki cahaya dengan sinar menyebarsedangkan spot memiliki sinar menyorot terarah danmembentuk titik atau bulatan cahaya.

Fungsi dari lampu panggung di antaranyaadalah menghadirkan cahaya, memberi dimensi,menyinari objek tertentu, memberikan gambaransituasi lakon, dan mendukung gaya pementasan. Tatalampu panggung ditentukan jenis dan ukuran,disesuaikan tata letak, dan diarahkan penyinarannyauntuk mencukupi kebutuhan artistik. Di bawah iniadalah jenis-jenis lampu yang digunakan dalampendhapa ISI Surakarta.

Yang pertama adalah lampu PAR/PAR can(Parabolic Aluminized Reflector), adalah fixture yangpaling umum kita jumpai dalam stage lighting. PAR(parabolic aluminized reflector) adalah lampu yangbohlam, reflektor, dan lensa terintegrasi. Unit lampuPAR menggunakan lensa parabolik. Ukuran diameterdan watt yang umum digunakan adalah par 36, 38,46, 56, dan 64. Daya yang digunakan berkisar antara50 watt sampai dengan 1000 watt.

Besaran sinar cahaya yang dihasilkantergantung dari ukuran diameter lampu. Sedangintensitas dan jarak cahaya tergantung dari besarandaya. Lampu par ditempatkan dalam wadah (hous-ing) yang disebut PAR can atau kaleng PAR yangmemungkinkan lampu untuk digerakkan, diarahkan,dan diberi warna.

Page 7: METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017222

Gambar 7 : Lampu PAR can

Kedua, Lampu Fresnel adalah lampu dasaryang mengeluarkan sorot putih bersih. Kekuatan darilampu ini mulai dari 1000 – 2000 Watt. Lampu inisangat dibutuhkan untuk kamera video dan kamerafoto menjadi lampu yang sangat mendasar.

Karakter dari lampu f resnel adalahperlengkapan yang lebih kecil yang menghasilkankolam cahaya atau tempat terkonsentrasi, tapi lembutdan bermata.

Gambar 8 : Lampu Fresnel

Lampu Kaki yang biasa dipakai adalah sejenislampu cyclorama. Lampu ini memiliki sifat flood lightyaitu lampu yang mempunyai kekuatan yang besartanpa lensa. Sinar cahaya yang dihasilkan menyebarmembuat besaran area yang disinari tergantung darijarak lampu terhadap objek.

Beberapa kelemahan lampu ini adalah sifatnyayang mengandalkan jarak membuat sinar cahayamengabur pada objek yang jauh. Luas area penyinaranlampu flood tergantung pada besar watt dan reflektor.Lampu flood efektif untuk menyinari backdrop atauobjek dengan jarak dekat.

Gambar 9: Lampu cyclorama

5.2. Tahap Perwujudan

Prosedur atau langkah kerja pada dasarnyadibuat untuk mempermudah kinerja. Kerja penatacahaya tidak sekedar menata lampu, menghidupkan,dan mematikannya. Langkah-langkah yang perlu untukdilakukan adalah sebagai berikut.

5.2.1. Mempelajari Materi Pertunjukan.

Semua kreativitas yang dihasil-kan mengacupada materi yang dipilih. Dalam kerja teater, tidakhanya sutradara dan aktor yang perlu mempelajarinaskah lakon. Penata cahaya pun perlu mempelajarinaskah lakon. Demikian pula dalam garapan tari,peneliti juga melakukan hal yang sama, yaitumempelajari materi tari Bedhaya Ela-ela. Dalam taribedhaya garap pola lantai nampak begitu menonjol.Biasanya berupa pola garis-garis yang membentuksuatu pola tertentu. Pola-pola garis itu yang perludiantisipasi dengan keberadaan cahaya supaya penariyang berposisi dalam suatu pola tidak keluar daripencahayaan (out lamp).

Penari memiliki tugas memerankan karaktertokoh, yang akan diperjelas oleh tatanan cahayasehingga mimik dan ekspresinya tertangkap denganmudah oleh penonton.

Mempelajari peristiwa tari bedhaya akanmemberikan gambaran pada penataan cahaya,suasana, dan piranti yang digunakan. Setiap sumbercahaya menghasilkan warna dan efek cahaya yangberbeda yang pada akhirnya akan memberikangambaran suasana.

Tempat seperti ruang pendhapa jugamemberikan gambaran cahaya. Semua hal yangberkaitan dengan ruang dan waktu harus menjadicatatan peneliti.

5.2.2. Diskusi dengan Penata Tari.

Peneliti merasa perlu meluang-kan waktukhusus berdiskusi dengan penata tari atau parapraktisi tari. Setelah berdialog dan mendapatkan

Page 8: METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 223

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

gambaran keseluruhan peristiwa, peneliti perlumengetahui interpretasi dan keinginan penata tarimengenai makna yang hendak dimainkan. Ataubarangkali sang penata tari menghendaki penonjolanpada adegan tertentu atau bahkan menghendaki efekkhusus dalam persitiwa tertentu. Peneliti mem-pelajaridan mencatat hasil diskusi tentang gambarankeseluruhan pencahayaan.

5.2.3. Mempelajari Desain Tata Busana

Berdiskusi dengan penata busana lebihkhusus adalah untuk menyesuaikan warna dan bahanyang digunakan dalam tata busana. Seperti yang telahdisebut di atas, bahan-bahan tertentu dapatmenghasilkan refleksi tertentu serta warna tertentudapat memantulkan warna cahaya atau menyerapnya.Untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan makakerjasama antara peneliti dan penata busana perludijalin.

Hal ini juga berkaitan juga dengan catatanpenata tari. Misalnya, dalam satu peristiwa penatatari menghendaki cahaya berwarna kehijauan untukmenyimbolkan sesuatu, penata busana juga membuatbaju berwarna hijau untuk menegaskan suasanatersebut. Peneliti bisa memberikan saran penggunaanwarna hijau pada busana karena warna hijau cahayajika mengenai warna hijau tertentu pada busana bisasaling meniadakan. Artinya, warna hijau yang inginditampilkan justru hilang.

5.2.4. Mempelajari Desain Panggung.

Diskusi dengan penata panggung sangatdiperlukan karena tugas tata cahaya selain menyinaripenari dan area juga menyedia-kan cahaya khususuntuk set dan properti yang ada di panggung. Selainbahan dan warna, penataan dekor di atas pentaspenting untuk dipelajari. Jika desain tata panggungmemperli-hatkan sebuah konstruksi maka tata cahayaharus membantu memberikan dimensi pada konstruksitersebut. Jika desain tata panggung menampilkanbangunan arsitektural gaya tertentu maka tata cahayaharus mampu membantu menampilkan keistemewaangaya arstitektur yang ditampilkan.

Penyinaran pada set dekor tidak hanyaberlaku untuk set dekor saja tetapi juga berlaku untuklingkungan sekitarnya. Ruang pendhapa memilikibentuk arsitektural yang khas, yaitu tegas, kuat, danmegah. Tugas tata cahaya adalah menyajikan efeksinar lampu ruangan yang mampu menegaskankarakter ruang pendhapa. Intinya, setiap detil efek

cahaya yang dihasilkan berkaitan dengan tatapanggung harus diperhitungkan. Semua harus nampaklogis bagi mata penonton.

5.2.5. Memeriksa Panggung dan Perlengkapan

Memeriksa panggung dan perlengkapanadalah tugas berikutnya bagi peneliti. Denganmempelajari ukuran panggung maka akan diketahuiluas area yang perlu disinari. Penempatan baris barlampu menentukan sudut pengambilan cahaya yangakan ditetapkan. Ketersediaan lampu yang adadipanggung juga menentukan peletakkan lampuberdasar kepentingan penyinaran berkaitan dengankarakter dan kemampuan teknis lampu.

Semua yang ada di panggung yang berkaitandengan kerja tata cahaya dicatat. Berikutnya adalahkalkulasi keperluan tata cahaya berdasar capaianartistik yang dinginkan dan dibandingkan denganketersediaan perlengka-pan yang ada. Denganmempelajari panggung dan segala perlengkapan yangdisediakan penata cahaya akan menemukankekurangan atau problem yang perlu di atasi. Misalnya,penataan boom pada panggung kurang sesuai dengansudut pengambilan lampu samping. Lampu yangtersedia masih kurang mencukupi untuk menerangibeberapa bagian arsitektur tata panggung, untuk itudiperlukan lampu tambahan.

5.2.6. Menghadiri Latihan

Untuk mendapatkan gambaran lengkap darisituasi masing-masing sajian yang diinginkan penelitiwajib mendatangi sesi latihan. Selain untuk memahamisuasana adegan, peneliti juga mencatat hal-hal khususyang menjadi fokus adegan. Hal ini sangat pentingbagi peneliti sebagai penata cahaya untuk me-rencanakan perpindahan cahaya dari adegan satu keadegan lain. Perpindahan cahaya yang halusmembuat penonton tidak sadar digiring ke suasanayang berbeda. Hasilnya, efek dramatis yang akanditampilkan oleh cerita jadi semakin mengena. Sesilatihan dengan akan memberikan gambaran detilsetiap pergerakan penari di atas pentas. Setelahmencatat hal-hal yang berkaitan dengan suasana makaproses pergerakan dan posisi penari di atas pentasperlu diperhatikan. Penyinaran berdasar area memangmemberi penerangan pada seluruh area permainantetapi tidak pada penari secara khsusus. Dalam satuadegan tertentu mungkin saja penari berada di luarjangkauan optimal lingkaran sinar cahaya.

Page 9: METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017224

5.2.7. Membuat Konsep

Setelah mendapatkan keseluruh-an gambarandan pemahaman peneliti mulai membuat konseppencahayaan. Konsep ini hanya berupa gambarandasar penata cahaya terhadap lakon dan pencahayaanyang akan diterap-kan untuk mendukung lakontersebut. Warna, intensitas, dan makna cahayadituangkan oleh penata cahaya pada konsepnya.Tidak hanya penggambaran suasana yang dituangkantetapi bisa saja simbol-simbol tertentu yang hendakdisampaikan untuk mendukung makna adegan. Dalamsetiap perubahan adegan konsep pencahayaandigambar-kan. Konsep bisa ditulis atau ditambahidengan gambar rencana dasar. Intinya, konsep inimembicarakan gagasan pencaha-yaan lakon yangakan dimainkan menurut penata cahaya. Se-lanjutnyakonsep didiskusikan dengan penari untuk menda-patkan kesesuaian dengan ren-cana artistik secarakeseluruhan.

Gambar 10: Contoh penempatan sumber cahayauntuk adegan kapang-kapang.

5.2.8. Plot Tata Cahaya

Konsep yang sudah jadi dan disepakatiselanjutnya dijabarkan secara teknis pertama kalidalam bentuk plot tata cahaya. Plot ini akanmemberikan gambaran laku tata cahaya mulai dariawal sampai akhir pertunjukan. Seperti halnya sebuahsinopsis cerita, perjalanan tata cahaya digambarkandengan jelas termasuk efek cahaya yang akanditampilkan dalam adegan demi adegan. Plot ini jugamerupakan cue atau penanda hidup matinya cahayapada area tertentu dalam adegan tertentu. Denganmembuat plot maka penata cahaya bisamemperhitungkan jenis lampu serta warna cahayayang dibutuhkan, memperkirakan lamanya waktu

penyinaran area atau aksi tertentu, merencanakanpemindahan aliran cahaya, dan suasana yangdikehendaki.

5.2.9. Gambar Desain Tata Cahaya

Untuk memberikan gambaran teknis yanglebih jelas, perlu digambarkan tata letak lampu.Berdasar pada plot tata cahaya yang dibuat makarencana penataan lampu bisa digambar-kan. Semuajenis dan ukuran lampu yang akan digunakandigambarkan tata letaknya. Sebelum menggambarkantata letak lampu perlu diketahui dulu symbol-simbollampu. Simbol gambar lampu mengalami per-kembangan. Hal ini berkaitan dengan jenis lampu yangtersedia dan umum digunakan. Gambar di bawahmemperlihatkan simbol-simbol lampu yang biasadigunakan.

Gambar 11: contoh-contoh simbol-simbol lampuyang sering digunakan

Selanjutnya, gambar tata lampu dibuat denganmenggunakan simbol lampu seperti tersebut di atas.Gambar pada tahap ini belum bisa menyertakan chan-nel dimmer yang akan digunakan oleh masing-masinglampu. Gambar tata lampu lebih menitikberatkan padapeletakkan dan pengarahan jenis lampu yang akandipasang. Meskipun belum menyertakan channel dim-mer, gambar desain tata letak lampu yang dibuat bisadijadikan panduan pencahayaan. Dari gambar di atasdapat dibaca, baris bar yang digunakan adalah FOH,Bar 1, 2, 3, dan bar siklorama. FOH singkatan dariFront Of House adalah istilah untuk menyebut barislampu yang ditata di atas penonton. Cyc singkatandari cyclorama (siklorama) baris lampu paling belakanguntuk menyinari layar. Nomor pada lampu hanyaberfungsi untuk menghitung jumlah lampu yangdipasang pada masing-masing bar. Jenis lampu yangdigunakan dapat dibaca dari gambar simbolnya.

5.2.10. Penataan dan Hasil

Setelah memiliki gambar desain tata cahayamaka kerja berikutnya adalah memasang dan

Page 10: METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI …

 

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017 225

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

mengatur lampu sesuai desain. Pada umumnya,proses pemasangan lampu membutuh-kan waktuyang lama terutama untuk penyesuaian dengan chan-nel dimmer dan control desk. Namun demikian, karenagedung pendhapa ISI Surakarta sudah tersedia lampudan terpasang permanen pada batten, maka hanyamemasang beberapa lampu tambahan. Satu channelbisa digunakan untuk lebih dari satu lampu. Setiaplampu yang telah dipasang dalam cahnnel tertentucoba dinyalakan dan diarahkan sesuai dengan areayang akan disinari. Pengaturan sudut pengambilan jugamemerlukan ketelitian. Di sinilah keuntungan penelitisekaligus fungsi menghadiri latihan dengan penariditerapkan. Segala catatan pergerakan laku dan posisipenari di atas pentas dapat dijadikan acuan untukmenentukan sudut pengambilan.

Gambar 12: Hasil pementasan, muka penari daridepan tampak nyata dan jelas.

Semua lampu yang sudah terpasang, di cobasatu persatu sekaligus di arahkan pada area penariyang telah disepakati. Dari beberapa lampu yangterpasang ada beberapa yang harus diarahkan (focus-ing) kembali guna mendapatkan area yang penuh sinar.

Lampu yang tersedia, oleh peneliti dijadikan area gen-eral karena untuk tarian sejenis bedhaya biasanyamembutuhkan area general seluas panggung.Sedangkan beberapa lampu side digunakan secarakhusus untuk adegan kapang-kapang. Dan bagianbatten belakang digunakan untuk keper luanpenyinaran back (belakang) yang berfungsi untukmenghadirkan dimensi.

Simpulan

Pertunjukan tari tradisi Jawa memang lekatdengan pendhapa. Perpaduan di antaranyamenghasilkan harmoni dan sering pula kesenian inimenjadi semacam kegiatan klangenan, walaupun tidaksemua ruang pendhapa memiliki fasilitas lampu yangmemadai. Terutama tari bedhaya sangat pas sekalibila tampil di ruang pendhapa. Perkembangan cita rasamasyarakat kekinian tidak mengha-ruskan pentas taribedhaya di ruang pendhapa, karena pada masasekarang keberadaan ruang pendhapa makinberkurang. Dengan kemampuan para penata cahayadan penata tari yang sejalan ide dan gagasannya,kiranya mampu menghadirkan citra tari bedhaya yangsesungguhnya.

Hadirnya teknologi pencahayaan sangatmembantu para penata tari untuk berkarya lebihleluasa. Kreativitas dan karya ciptanya senantiasaterdukung oleh kemajuan sistem dan kecanggihanteknologi . Hasi l kolaborasi tersebut akanmengahsilkan karya-karya monumental bila mampumemanfaatkan kemajuan teknologi dengan bijak.Demikian pula dengan para penata lampu, kecang-gihan teknologi sangat membantu dan meringankankerja kreatifnya. Dengan mempelajari teknik dasarpencahayaan dan banyak eksplorasi memungkinkanuntuk menghasilkan karya-karya artis-tik yangbermutu.

Karya tari, khususnya tari tradisi sudahmencapai tataran estetika tinggi. Namun demikian,masyarakat menun-tut perkembangan yang sesuaidengan kondisi saat ini. Masyarakat lebih mudahmenerima ujud secara visual dibanding memaknaisecara filsafat. Sehingga butuh pendekatan khusussupaya karya-karya tari tradisi dapat dinikmati danditerima oleh masyarakat dengan mudah. Salah satudaya tariknya adalah dukungan secara penuh dansungguh-sungguh dari cita rasa artistik pencahayaan.

Tari tradisi dalam ruang pendhapa yang khasdan kuat akan memiliki nilai tambah bila diberisentuhan pencaha-yaan yang pas. Salah satunyaadalah mengadopsi teknik pencahayaan dari gedung

Gambar 13: Hasil pementasan, selain kejelasanekspresi penari, kemegahan pendhapa juga turut

tampak.

Page 11: METODE PENATAAN CAHAYA UNTUK PERGELARAN TARI …

 

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat II

Institut Seni Indonesia Surakarta, 25 Oktober 2017226

proscenium, yaitu memanfaat-kan keberadaan lampukaki. Dengan adanya lampu kaki untuk pertunjukantari bedhaya seluruh ekspresi penari akan nampakjelas. Sehingga pertunjukan tari bedhaya akan terasamenarik dan penuh ekspresi tidak hanya ditontonsecara langsung namun juga terasa nyaman menontondalam bentuk dokumentasi visual.

DAFTAR PUSTAKA

Anis Sujana, 2007. “Mengamati Aspek-Aspek VisualPertunjuk-an Tari Sebagai PengayaanKajian Senirupa” dalam Jurnal, Visual Art.Vol. 1 D, No. 2, 2007, 260-277.

Antono, Untung Tri Budi, 2008. “Ikonisitas TataPanggung: Sebuah Kajian Semiotika SeniRupa Teater” dalam Jurnal Resital, Vol.9 No.2 bulan Desember 2008: 79-86.

Aswoyo, Joko, 2006. Di Balik Gelap Terang Cahaya.Surakarta: ISI Press.

Dipayana, Ags Arya, 2003. Warisan Roedjito. SangMaestro Tata Panggung, Perihal Teater danSejumlah Aspeknya. Jakarta: DewanKesenian Jakarta.

Gustami, SP. 2001. Metodologi Penciptaan Seni.Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

Ida, Rachmah, 2014. Metode Penelitian Studi Mediadan Kajian Budaya. Jakarta: Prenada Me-dia Group.

Lathief, Halilintar, 1986. Pentas, Sebuah Pengantar.Yogyakarta: Lagaligo Yogyakarta.

Moleong, L. J., 2007. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Padmodarmaya, Pramana, 1988. Tata dan TeknikPentas. Jakarta: Balai Pustaka.

Shirly Nathania Suhanjoyo, 2016. “Kajian Ruang DanCahaya Sebagai Tanda Pada PeristiwaTeater Realis” dalam Serat Rupa Journal ofDesign, September 2016, Vol.1, No. 2: 258-274.

Subroto, Darwanto Sastro, 1994. Produksi AcaraTelevisi. Yogyakarta: Duta Wacana Univer-sity Press.

Steven Louis Shelley, 2009. A Practical Guide to StageLighting (second edtion). USA: Focal Pressis an imprint of Elsevier.

Wahyudi, Didik Bambang, 2011. “Tari Gaya SurakartaII”. Bahan Ajar. Surakarta: ISI Press.