metode pemeliharaan yang tepat lambung kapal type …library.upnvj.ac.id/pdf/artikel/majalah_ilmiah...
TRANSCRIPT
METODE PEMELIHARAAN YANG TEPAT LAMBUNG KAPAL TYPEPATROLI V30 BERBAHAN FIBERGLASS
Amir Marasabessy1, Iswadi Nur, dan Bambang Sudjasta Program Studi Teknik Perkapalan, FT, UPN ”Veteran” Jakarta
Jl. R.S. Fatmawati Pondok Labu, Jakarta Selatan - 12450Telp. 021 7656971
PENDAHULUANSaat ini keberadaan kapal patroli untuk
pemenuhan kegiatan survei di berbagai pulau diIndonesia terutama pulau-pulau terpencil masihkurang. Kapal patroli berbahan fiberglass memilikikeunggulan teknis dan ekonomis, konstruksinyaringan, biaya produksi murah dan proses produksicepat, galangan kapal tidak memerlukan investasibesar, teknologinya sederhana, dan tidakmemerlukan kualifikasi tenaga kerja yang tinggisehingga kebutuhannya terus meningkat (BuanaMa’ruf, 2011).
Untuk pemenuhan jumlah kapal patroli yangberoperasi, Pemerintah saat ini sedangmelaksanakan pembangunan kapal patroli type V30
berukuran ± 10 meter. Pembuatan kapalmenggunakan metode laminasi dengan tahapan
gelcoat sebagai lapisan pertama dan selanjutnyalaminasi serat penguat Copped Strand Mat danWoven Roving dengan jumlah layer sesuaiperhitungan desain yang mengacu pada standarisasiBiro Klasifikasi Indonesia.
Seiiring dengan keberadaan kapal patroli typeV30 berbahan fiberglass yang telah beroperasi selama3 (tiga) tahun maka pemeliharaan kapal perlumenjadi perhatian karena sangat rentan terhadapkerusakan/ retak terutama pada zona lambung dibawah garis air. Kapal berbahan fiberglass tidakmengalami keausan seperti kapal baja, namunkerusakan/retak diduga telah terjadi peristiwaosmosis sehingga menimbulkan kelembaban dankerapuhan serat fiberglass.
Laminasi serat fiberglass zona lambung dibawah garis air saat pembangunan kapal dilakukansecara manual, laminasi resin sebagai mediapengikat serat tidak merata dan kurang penekanankarena menggunakan kuas roll dan kuas tangan,
- 57Metode Pemeliharaan yang Tepat........(Amir Marasabessy, Iswadi Nur, dan Bambang Sudjasta)
* Prodi Kontak Person : Amir Marasabessy Prodi Teknik Perkapalan, FT UPNV Jakarta Telp. 021 7656971
Abstract
The presence of V30 type of patrol boat made of fiberglass which has been used for three(3) years need a very good maintenance since it is easily broken on its hull. It happens as a resultof osmosis due to the bad laminating during the production process or due to some oysters thatgrow in the ship's hull area below the water line. It will damage the gelcoat in the form of pittingdefects which cause dampness in the fiberglass fiber. The division of shipyard until now has not yetdone the proper maintenance to this patrol boat. This study aims at applying the method of anappropriate maintenance on the ship's hull below the water line that is by preparing the specimenplate and to connect the plate of the old ship to the new one. There is a method of connecting issuedby the Indonesian Classification Bureau saying that the connection plate lamination process is usingpolyester resins and epoxy to determine the strength of the connection in cropping maintenance orthe replacement of the ship’s hull plate. Tensile and bend testing must be in accordance with ISO527-4:1997 and 527-4:1997. Measuring the water content to determine the moisture level of fiberglassfiber boat hull below the water line, especially in areas where there are concentrations of oystergrowth. Percentage of laminate tensile strength connection plate with epoxy resin 8.5 % more thanpolyester resins, epoxy resins strong bend 43 % more than polyester resin. Ultrasonic AntifoulingSystem Installation on the ship's hull to prevent the growth rate of oysters and oyster cleaning isdone every 3 (three) months as the prevention and prediction maintenance actions to avoid thereplacement of the ship’s hull plate wider.
Key Words: maintenance, moisture, ship’s hull
UPN "VETERAN" JAKARTAUPN "VETERAN" JAKARTA
hal ini berpeluang menimbulkan air trap dan dalamwaktu tertentu menimbulkan kelembaban.Kelembaban membentuk kekuatan yang kemudianmenekan gelcoat berbentuk blister (lepuh) dandapat mengakibatkan penyerapan air ke dalam seratfiberglass.
Tiram yang menempel pada zona lambungbawah garis air merusak gelcoat berbentuk cacatpitting sehingga berpeluang terjadi peristiwaosmosis. Pihak galangan sebagai pelaksanapemeliharaan kapal hingga saat ini dalampemeliharaan zona lambung hanya berupa sekraptiram, pencucian dengan air tawar, water jet/wirebrush, pendempulan areal cacat pitting, amplas dangelcoat painting.
Metode pemeliharaan yang tepat dilakukanpengukuran kandungan air (H2O) zona lambung,laminasi croping atau penggantian pelatmenggunakan resin polyester dan epoxy gunamengetahui media resin yang sesuai untuk kekuatansambungan. Spesimen pelat untuk pengujianmekanis adalah sambungan pelat bangunan kapallama dan laminasi pelat baru sesuai standard BiroKlasifikasi Indonesia.
Mengingat hingga saat ini belum ada yangmeneliti kekuatan sambungan pelat zona lambungdalam pemeliharaan cropping atau penggantianpelat fiberglass, maka penelitian ini di lakukanuntuk menerapkan metode pemeliharaan yang tepatuntuk mempertahankan kekuatan konstruksi, jugasebagai pedoman preventive dan predictivemaintenance untuk memperpanjang umuroperasional kapal.
Pembangunan kapal berbahan fiberglassmasih dilakukan secara manual, laminasi seratfiberglass yang tidak merata dapat menimbulkanblister. Tiram laut yang menempel pada zonalambung di bawah garis air dapat merusak gelcoatberbentuk cacat pitting sehingga berpeluang terjadiperistiwa osmosis.
Pemeliharaan yang selama ini di lakukanpihak galangan tidak melakukan pengukurankelembaban serat fiberglass zona lambung, bagianyang mengalami kerusakan/cacat pitting dibersihkandengan air tawar, di wire brush, digrinding,didempul, dihaluskan (amplas) dan gelcoat painting.
Penelitian tentang metode pemeliharaan yangtepat dibatasi pada pelat zona lambung di bawahgaris air kapal patroli type V30 berbahan fiberglassdengan ketebalan pelat ± 7 mm dan jumlah layer1G + 1CSM300 + 3CSMV450 + 3 WRV800.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menerapkan
metode pemeliharaan yang tepat untukmempertahankan kekuatan konstruksi danmenghindari terjadinya keretakan pelat, (2) sebagaipedoman preventive dan predictive maintenancebagi pemilik kapal (owner) untuk memperpanjangumur pengoperasian kapal, dan (3) sebagai sumberinformasi kepada pihak konsultan pengawas danpihak galangan yang terkait dalam kegiatanpembangunan atau perawatan kapal berbahanfiberglass serta sebagai referensi untuk institusiperguruan tinggi bidang teknik perkapalan.
Peristiwa OsmosisPeristiwa osmosis secara umum dapat
didefenisikan sebagai kekuatan pergerakan fluidacair untuk menembus lapisan dinding (membrane).Untuk kapal dengan bahan fiberglass, peristiwaosmosiss merupakan penyerapan air laut kedalamserat fiberglass.
Tiram yang menempel pada zona lambungdi bawah garis air dapat merusak gelcoat berbentukcacat pitting atau lokal sebagaimana di perlihatkanpada gambar 1.
Gambar 1.Tiram pada zona lambung merusak gelcoat (cacat pitting)
Peristiwa osmosis sebagaimana yang diperlihatkan gambar 2, bukan penyerapan air lautkedalam serat penguat GRP (Glass ReinforcedPolyester) melalui gelcoat, melainkan akibat proseslaminasi yang kurang baik saat produksi. Laminasiserat fiberglass yang dilakukan secara manualberpeluang menimbulkan air trap, yang kemudianakan menimbulkan ke lembaban dan dalam waktutertentu akan membentuk kekuatan menekan gel-coat sehingga terjadi blister sesuai gambar 3 danhal ini yang menyebabkan terjadi penyerapan airlaut kedalam serat fiberglass (Nigel Clegg, 2011).
Gambar 2. Peristiwa osmosis laminasi GRP
58 BINA WIDYA, Volume 25 Nomor 2, Edisi Mei 2014, 57-65-
UPN "VETERAN" JAKARTAUPN "VETERAN" JAKARTA
Gambar 3. Blister pada zona lambung
Data teknis visual kelembaban serat fiberglass saatterjadi peristiwa osmosis, sebagaimana yangdiperlihatkan tabel 1.
Tabel 1. Kondisi kelembaban fiberglass
Warna serat Kandungan air (%) KondisiCoklat 18-19 Terjadi kelembabanHijau Muda > 14-15 Gejala kelembaban
Ambang Batas Kandungan airStandard ambang batas kandungan air hull
fiberglass menurut Badan Klasifikasi GermanischerLoyd adalah 12 % H2O, Standard SAMS (Societyof Accredited Marine Surveyors), kandungan airhull fiberglass berada pada level (10–12) H2O.
Alat yang digunakan untuk mengukurkandungan air adalah Electrophisics atau Skippersebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 4,alat ini ditempelkan pada titik-titik pengukuranyang telah ditandai dan hasil pengukuran dapatterbaca pada indikator dengan besaran angka dalamprosentase.
Gambar 4. Alat ukur kelembaban fiberglass
Ketebalan gelcoat dalam perencanaan harusmampu menahan kelembaban serat fiberglass,untuk kapal patroli type V30 ketebalan gelcoatantara 0,6-1,0 mm.
Konsep PemeliharanAgar dapat mempertahankan sebagian atau
seluruh mutu awal dari bagian-bagian konstruksilambung kapal, maka tindakan perawatan yangdilakukan secara periodik mutlak dilakukan denganmemperhatikan kualitas perawatan untukmemulihkan kembali kondisi mutu awal terhadapkonstruksi lambung kapal.
Pengertian dan Bahan Utama FiberglassFiberglass adalah serat gelas yang ditarik
menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar0,005– 0,01 mm sebagaimana yang diperlihatkanpada gambar 5. Serat ini dapat dipintal menjadibena-ng, yang kemudian diresapi resin sehingga menjadibahan yang kuat dan tahan karosi untuk dipergu-nakan dalam pembuatan kapal (David Fecko, 2002).
Gambar 5. Serat glass fiberglass
Bahan utama fiberglass yang di gunakandalam perawatan zona lambung sebagaimana yangdiiysratkan kelas BKI antara lain: Chopped StrandMat (CSM) 300 gr/cm2 dan 450 gr/cm2 merupakankonfigurasi serat acak yang digunakan sebagailapisan pengikat antara (laminasi awal dan akhirdengan tujuan agar bagian permukaan yangdilaminasi menjadi rata. dan Wowen Roving (WR)800 gr/cm2 terbentuk dari serat kaca yang berukuranpanjang yang dianyam dalam satu kesatuan denganarah yang saling tegak lurus, digunakan sebagailaminasi utama yang dapat memberikan kekuatantarik yang tinggi. Serat fiberglass chopped strandmat dan wowen roving sebagaimana yangdiperlihatkan pada gambar 6. Serat fiberglass yangdiisyaratkan adalah jenis rendah alkali yaitu typeE (>2 %), sebagaimana yang diperlihatkan padatabel 2.
Gambar 6. Serat fiberglass CSM dan WR
Tabel 2. Type E-glass serat fiberglassBAHAN Grafity Spesifik Kuat Tarik Kuat Tekuk
Ton/m3 MPa MPaPolyester resin (tidak diperkuat) 1,28 55 140Polyester dengan Laminasi 1,4 100 150Chopped Strand Mat 30% E-glassPolyester dengan Laminasi 1,6 250 150Woven Rovings 45% E-glassPolyester dengan Laminasi Satin 1,7 300 250Weave Cloth 55% E-glass
- 59Metode Pemeliharaan yang Tepat........(Amir Marasabessy, Iswadi Nur, dan Bambang Sudjasta)
UPN "VETERAN" JAKARTAUPN "VETERAN" JAKARTA
Matriks resin, di mana resin adalah materialcair sebagai pengikat serat fiberglass. Resin dengantype polyester (Orthophthalic) merupakan cairanbase yang tahan terhadap korosi air laut dan larutanasam, mampu menahan resapan air (adhesion)tetapi mempunyai ke kuatan tarik dan kekakuanyang rendah. Resin polyester berasal dari bahannabati yang terdiri dari Dimethyl Therephthalateacid dengan formula kimia C6H4(COOH)2 danEthylene Glycol C2H6O6 sebagaimana yangdiperlihatkan pada gambar 7.
Gambar 7. Resin polyester dengan ikatan molekul
Resin dengan type epoxy terdiri dari cairanbase dan hardiner sebagai pengeras, yang dibentukdari rangkaian panjang struktur terdiri dari groupepoxy. Molekul epoxy menyimpan dua group cincinpada titik tengahnya sesuai gambar 8, yang dapatmenyerap baik tekanan maupun temperatursehingga memiliki ketangguhan, kekakuan, danketahanan terhadap panas serta memiliki kekuatanmekanik yang tinggi, peningkatan kemampuanpenyerapan (adhesive) dan ketahanan terhadap airmembuat resin epoxy cocok digunakan untukmembuat badan kapal berbahan fiberglass.
Gambar 8. Resin epoxy dengan struktur kimia ideal
Katalis adalah sejenis bahan yang berfungsisebagai katalisator dan akselerator pada prosespengeringan. Bahan katalis sebagaimana terlihatpada gambar 9.
Gambar 9. Cairan katalis
Gelcoat termasuk salah satu jenis polyesteryang berfungsi untuk membuat permukaan lambung
kapal menjadi halus mengkilap sekaligus sebagaipewarna (colour). Gelcoat merupakan lapisanterluar laminasi untuk melindungi serat penguatfiberglass CSM dan WR dengan ketebalan antara0,6 s/d 1,0 mm yang disesuaikan dengan perenca-naan, sehingga harus memiliki ketahanan yang baikterhadap cuaca dan kondisi lingkungan terutamaterpengaruh sinar ultraviolet. Bahan adukan gelcoatsebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 10.
Gambar 10. Gelcoat hasil adukan
Bahan pendukung untuk membuat gelcoatselain resin adalah accelerator cobalt, herosil danpigment sebagaimana yang diperlihatkan padagambar 11.
Cobalt, adalah jenis bahan kimia dalambentuk cairan, yang berfungsi untuk mengaturketahanan gelcoat agar tidak cepat mengeringkarena pengaruh pigment.
Pigment adalah zat yang terdapat dipermukaan suatu benda sehingga bila disinaridengan cahaya putih sempurna akan memberikansensasi warna tertentu yang mampu ditangkap mata,dalam hal ini sebagai pewarna lambung kapal.
Herosil adalah bahan bubuk yang berfungsiuntuk mengatur kekentalan gelcoat agar tidakmudah retak setelah proses laminasi.
Gambar 11. Bahan pembuatan gelcoat
Komposisi Laminasi fiberglassKomposisi bahan fiberglass untuk proses
laminasi sebagaimana yang di isyaratkan standari-sasi Biro Klasifikasi Indonesia, sesuai tabel 3
Tabel 3. Komposisi Laminasi fiberglass
60 BINA WIDYA, Volume 25 Nomor 2, Edisi Mei 2014, 57-65-
UPN "VETERAN" JAKARTAUPN "VETERAN" JAKARTA
Kekuatan Serat FiberglassBerdasarkan Rules BKI (Rules for Non
Metallic Materials Part 1, Edisi 2006), Uji tarikbertujuan untuk menentukan nilai tengsile strength,fracture strain dan modulus of elasticity.
Tengsile strength dapat ditentukan
dengan formula: ; N/mm2
dimana:
Pmax = beban maksimum yang diperlukan sehinggaspesimen pelat putus; NA = Luas penampang spesimen; mm2
Modulus of elasticity dapat ditentukan denganformula: E= ; N/mm2
dimana:_u = Tegangan tarik; N/mm2
e = Regangan, perbandingan antara pertambahanpanjang spesimen setelah pengujian tarik dengan
panjang awal =
Uji tekuk bertujuan untuk menentukan nilaibending strength dan modulus of elasticity. Bendingstrength dapat di tentukan dengan formula:
; N/mm2
dimana:F = Beban maksimum yang diperlukan
sehingga spesimen pelat patah; NL = Jarak antar penumpuh (span); mmh = Tinggi/tebal spesimen; mmb = Lebar spesimen; mm
Untuk spes imen f iberglass yangmenggunakan serat penguat mat dan roving denganketebalan pelat 7 dengan jumlah layer 1G + 1M300
+ 3M450 + 3WR800 nilai kekuatan uji tersebutadalah:Kuat Tarik (tensile strength), Rz = 107Ø2-510Ø+102; N/mm2
Kuat Tekuk (bending Strength), RB = 302_2 +106,8; N/mm2
dimana: _ = percentage of fibre volume content:0,2 ≤ Ø ≤ 0,6, ditetapkan Ø = 0,2 sesuai ketebalanpelat lambung minimal.
Kekuatan serat CSM dan WR lambung kapalyang diisyaratkan klas BKI untuk kapal-kapal
berbahan fiberglass dengan type E-glass (>2%)sesuai tabel 4.
Tabel 4. Kekuatan serat fiberglass
METODE PENELITIANLokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Galangan kapalfiberglass CV.Cisanggarung Marunda Jakarta Utara,dengan kegiatan usaha pelayanan jasa produksibangunan baru dan reparasi kapal berbahanfiberglass.
Tahapan PenelitianAlir diagram menggambarkan tahapan
kegiatan penelitian sebagaimana yang diperlihatkanpada gambar 12.
Gambar 12. Tahapan penelitian
Survey Galangan Kapal FiberglassPengamatan visual pemeliharaan kapal,
pelaksanaan perawatan zona lambung oleh pihakgalangan belum tepat sebagaimana yangdiperlihatkan pada gambar 13.
Gambar 13.Metode perawatan zona lambung yang tidak tepat
Pembuatan spesimen pelat, pembuatanspesimen pelat untuk pengujian mekanis,disesuaikan dengan spesifikasi dan ke tebalan pelat
- 61Metode Pemeliharaan yang Tepat........(Amir Marasabessy, Iswadi Nur, dan Bambang Sudjasta)
PmaksA
ue
ALLo
3FL2bh2
UPN "VETERAN" JAKARTAUPN "VETERAN" JAKARTA
62 BINA WIDYA, Volume 25 Nomor 2, Edisi Mei 2014, 57-65-
lambung kapal patroli type V30, jumlah layer 1G+ 1M300 + 3M450 + 3WR800 dengan ketebalan pelat± 7 mm. Laminasi menggunakan resin polyesterdan resin epoxy yang dilakukan secara manual(hand lay up) karena sesuai dengan kenyataanpembangunan kapal fiberglass di galangan denganmengikuti ketentuan standarisasi Biro KlasifikasiIndonesia. Proses pembuatan spesimen pelatsebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 14.
Gambar 14. Proses penyambungan pelat
Jumlah spesimen pelat 6 (enam) buah, terdiridari: (1) 2 (dua) spesimen pelat zona lambungbangunan kapal lama, laminasi resin polyestersesuai gambar 15, (2) 2 (dua) spesimenpenyambungan pelat bangunan kapal lama denganpelat baru, laminasi resin polyester sesuai gambar16, dan (3) 2 (dua) spesimen penyambungan pelatbangunan kapal lama dengan pelat baru, laminasiresin epoxy sesuai gambar 17.
Gambar 15.Spesimen pelat bangunan kapal lama
Gambar 16.Laminasi sambungan pelat (resin polyester)
Gambar 17.Laminasi sambungan pelat (resin epoxy)
Peralatan LaminasiPeralatan yang digunakan untuk laminasi
sambungan pelat fiberglass terdiri dari peralatanutama dan peralatan bantu, sesuai gambar 18.
Gambar 18.Peralatan utama dan bantu laminasi pelat fiberglass
Perencanaan dan Pengujian MekanisPengujian mekanis spesimen pelat sesuai
standar “ISO 527-4:1997“ untuk uji tarik dan “ISO14125:1998“ untuk pengujian tekuk. Perencanaandimensi spesimen uji tarik, perencanaan dimensispesimen pelat untuk pengujian tarik sesuai gambar19 dan tabel 4. Visual spesimen pelat sesuai gambar 20.
Gambar 19. Dimensi pengujian tarik
Tabel 5. Dimensi spesimen uji tarik
Gambar 20. Visual spesimen pelat uji tarik
Perencanaan dimensi spesimen uji tekuk,perencanaan dimensi spesimen pelat untukpengujian tekuk sesuai gambar 21 dan tabel 6.Visual spesimen pelat sesuai gambar 22.
Gambar 21. Dimensi pengujian tekuk
Tabel 6. Dimensi spesimen uji tekuk
UPN "VETERAN" JAKARTAUPN "VETERAN" JAKARTA
Gambar 22. Visual spesimen pelat uji tekuk
Proses pengujian Mekanis, pengujianspesimen pelat dilakukan di Laboratorium Las danMaterial PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero),Jl. Yos Sudarso Tanjung Priok Jakarta Utara, telahterakreditasi sesuai ISO 17025:2008 sebagailaboratorium pengujian dari Komite AkreditasiNasional - KAN (No. LP 442 IDN). Prosespengujian mekanis untuk uji tarik dan tekuk sesuaidiperlihatkan pada gambar 23.
Gambar 23. Proses uji tarik dan tekuk
HASIL DAN PEMBAHASANData Hasil Pengujian Mekanis
Data hasil uji tarik dan tekuk sebagaimanadiperlihatkan pada tabel 7 dan tabel 8, denganvisual patahan spesimen pelat sesuai gambar 24dan gambar 25.
Tabel 7. Data hasil uji tekuk
Gambar 24. Visual patahan spesimen pelat
Tabel 8. Data hasil uji tekuk
Gambar 25. Visual patahan spesimen pelat
Analisis Hasil PengujianProsentase kuat tarik dan modulus elastisitas
pada penyambungan pelat menggunakan resinepoxy dan resin polyester terhadap pelat asli(bangunan kapal lama) sesuai tabel 9 dan tabel 10.
Tabel 9.Prosentase kuat tarik dan modulus elastisitas
terhadap pelat asli
Tabel 10. Prosentase kuat tekuk terhadap pelat asli
Dari hasil pengujian kuat tarik, moduluselastisitas, dan kuat tekuk dari spesimen pelat yangdilaminasi resin epoxy lebih baik dibandingkandengan spesimen pelat yang dilaminasi denganresin polyester.
Berdasarkan syarat minimum kuat tarik 42,12N/mm2, maka kekuatan sambungan pelat yangdilaminasi dengan resin epoxy masih berada dalamkondisi aman 47,69 N/mm2 sedangkan kekuatansambungan pelat yang dilaminasi dengan resinpolyester telah berada pada ambang batas 42,68N/mm2. Sedangkan syarat minimum kuat tekuk118,88 N/mm2, maka kekuatan sambungan pelatyang dilaminasi dengan resin epoxy masih beradadalam batas aman 122 N/mm2 sedangkan kekuatansambungan pelat yang dilaminasi dengan resinpolyester 59 N/mm2 telah berada di bawah syaratminimum kekuatan sehingga mengindikasikankekuatan sambungan pelat yang dilaminasi denganresin epoxy lebih baik dibandingkan dengan resinpolyester.
- 63Metode Pemeliharaan yang Tepat........(Amir Marasabessy, Iswadi Nur, dan Bambang Sudjasta)
UPN "VETERAN" JAKARTAUPN "VETERAN" JAKARTA
64 BINA WIDYA, Volume 25 Nomor 2, Edisi Mei 2014, 57-65-
Keterangan:Prosentase kandungan air max.14 % H2OProsentase kandungan air > 14 % H2O, tindakanpemeliharaaan penggantian pelat atau cropping.
Penyambungan pelatPerawatan cropping/ penggantian pelat zona
lambung dan bottom menggunakan metodepenyambungan sesuai gambar 27.
Gambar 27.Metode penyambungan pelat zona lambung, bottom dan
cropping
Preventive dan Predictive MaintenanceSebagai tindakan preventive dan predictive
maintenance menghindari pemeliharaanpenggantian pelat zona lambung dibawah garis airyang lebih luas, maka perlu dipasangsang ultrasonikantifouling system dibagian dalam lambung kapalseperti yang diperlihatkan pada gambar 28.
Gambar 28. Ultrasonik Antifoulin System
Ultrasonik antifouling system di hubungkanke arus listrik AC, prinsip kerja sebagai bolakgelombang suara frekuensi tinggi dan rendah untukuntuk memecah ganggang sesuai gambar 29, gunamencegah laju pertumbuhan tiram.
Penurunan kuat tarik dan tekuk dalam halini mengingat kapal telah beroperasi selama 3 (tiga)tahun disamping lemahnya konstruksi laminasiyang disebabkan oleh komposisi bahan, laminasiyang tidak sempurna dapat menyebabkan terjadilepas ikatan antara serat fiberglass dan media resinserta proses pengerjaannya yang tidak mengacupada standarisasi kelas.
Metode Pemeliharaann yang TepatPersiapan galangan
Persiapan fasilitas galangan, peralatan kerjaterutama peralatan sekrap dan tenaga kerja.Menyediakan material fiberglass CSM300, CSM450,WR800, bahan untuk membuat gelcoat (herosil,cobalt dan pigment), media resin epoxy danpolyester untuk laminasi sambungan pelat. Peralatanutama dan bantu berupa gelas pengukur, mesingurinda potong, meteran (5 meter), pahat, kuas rollbulu 4 inchi, kuas roll baja 2 inchi dan 4 inchi,kuas tangan 3 inchi, ember, gayung, sarung tangan,masker dan lain lain.
Pelaksanaan pemeliharaanPenyekrapan tiram laut zona lambung di
bawah garis air sampai bersih, pencucian denganair tawar untuk menghilangkan kadar garam, danpengukuran kandungan kelembaban zona lambungdi bawah garis air dengan metode sistem melingkar,jarak titik pengukuran kiri ke kanan antara 500–600mm dan jarak atas ke bawah antara 300–400 mmsesuai gambar 26.
Gambar 26.Pengukuran kandungan air zona lambung
Hasil pengukuran di record dalam formatpengukuran sesuai tabel 11. Jika hasil pengukuranada bagian zona lambung yang mengalamikelembaban, lakukan local marking disekitar daerahpengukuran.
Tabel 11. Format record pengukuran kelembaban
UPN "VETERAN" JAKARTAUPN "VETERAN" JAKARTA
Gambar 29.Bolak gelombang frekwensi ultrasonic antifouling system
Untuk menghindari laju pertumbuhan tiramlaut dalam jumlah yang banyak maka selainpemeliharaan tahunan (anual survey), pemeliharaanzona lambung dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekalikarena di prediksi dalam waktu tersebut telah terjadipenumbuhan tiram.
Pertimbangan Ekonomi Pemeliharaan ZonaLambung
Mengingat harga resin epoxy ± 238% > resinpolyester maka pemeliharaan cropping ataupenggantian pelat zona lambung di bawah garisair, areal penyambungan pelat ± 100 mm dilaminasidengan resin epoxy sedangkan areal lainnyadilaminasi dengan resin polyester sebagaimanadiperlihatkan pada gambar 30.
Gambar 30.Laminasi kombinasi resin epoxy/ polyester perawatan
cropping atau penggantian pelat zona lambung
SIMPULANProsentase kuat tarik laminasi penyambungan
pelat dengan resin epoxy 8,5% > resin polyester,kuat tekuk resin epoxy 43% > resin polyester. Syaratminimum kuat tarik 42,12 N/mm2 dan kuat tekuk118,88 N/mm2.
Penurunan kuat tarik dan tekuk mengingatkapal patroli type V30 berbahan fiberglass telahberoperasi selama ± 3 tahun, disamping lemahnyakonstruksi laminasi karena pemakaian komposisibahan tidak sesuai dapat menyebabkan terjadi lepasikatan antara serat fiberglass dan media resin.
Untuk pemeliharaan kapal patroli type V30
berbahan fiberglass , pihak galangan perlumelakukan pengukuran kandungan air zonalambung di bawah garis air untuk mengetahuikelembaban serat fiberglass guna menghindarikeretakan pelat saat terjadi impact.
Sebagai pertimbangan ekonomi mengingatharga resin epoxy ± 238% > resin polyester makapemeliharaan cropping atau penggantian pelatzona lambung di bawah garis air, menggunakankombinasi resin epoxy/polyester dimana pada arealsambungan pelat ± 100 mm dilaminasi denganresin epoxy untuk mempertahankan kekuatansambungan sedangkan areal lainnya menggunakanresin polyester dengan metode penyambungan pelatsesuai standar Biro Klasifikasi Indonesia
Tindakan preventive dan predictivemaintenance untuk menghindari penggantian pelatzona lambung yang lebih luas, maka pihak ownerperlu memasang ultrasonik antifouling systemdibagian dalam lambung kapal untuk mencegahpertumbuhan tiram, disamping melakukanpemeliharaan pembersihan tiram setiap 3 (tiga)bulan karena diprediksi dalam waktu tersebut telahterjadi penumbuhan tiram.
DAFTAR PUSTAKABuana Ma’ruf, 2011, A Study on Standardization
of Fiberglass Ship’s Hull LaminationContructio, Maret 2011.
Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), 2006, Rules forNon Metallic Materials Part 1, Edisi 2006.
David Fecko,2002, Advanced Glassfiber YarnsLLC,Huntingdon, Optimized Racing Boat DesignUsing Uniquehigh Strenth Fiberglass, 2002.
Nigel Clegg, A short Guide to Osmosis and itsTreatment, Januari 2011.
S. Alameda St. Compton, 2001, Fiberglass andComposite Material Design Guide, Januari,2001.
Soekarsono N.A, 1992, Olah Gerak Kapal,Universitas Darma Persada.
U.S. Environmental Protection Agency Office ofAir Quality Planning and Standards, ControlTechniques Guidelines for Fiberglass BoatManufacturing Materials–September, 2008.
West System, Inc, Bay City, Michigan, USA-Fiberglass Boad Repair and Maintenance,14th Edition- December, 2006.
Germanisher Lloyd (GL), Glass Fibre ReynforcedPolyester Hulls, 2003
- 65Metode Pemeliharaan yang Tepat........(Amir Marasabessy, Iswadi Nur, dan Bambang Sudjasta)
UPN "VETERAN" JAKARTAUPN "VETERAN" JAKARTA