merekayasa lingkungan anak

7
Pleno 2 Merekayasa Lingkungan Anak Dr. Julianto Simanjuntak Curriculum Vitae Dr. Julianto Simanjuntak menikah dengan Roswitha Ndraha dan dikaruniai dua putra, Josephus (20) dan Moze (16). Ia bekerja sebagai terapis keluarga dan kesehatan mental, juga menjadi tenaga pengajar bidang konseling, rutin memberikan seminar pemberdayaan di bidang konseling. Rutin memberikan seminar pemberdayaan di bidang konseling dan pendidikan di lebih dari 80 kota. Mereka mendirikan LK3 (Layanan Konseling Keluarga dan Karir) dan Yayasan Pelikan. Mereka juga menulis buku-buku konseling yang diterbitkan oleh Gramedia, Visi, dan Andi. Dr. Julianto mendapatkan piagam penghargaan dari Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN) di Bali pada tahun 2006 atas kiprah pelayanannya diantara pecandu narkoba. Kontak Website : www.juliantosimanjuntak.com Twitter : @PeduliKeluarga dan @DrJSimanjuntak Appstore : www.juliantobooks.mahoni.com Merekayasa Lingkungan Anak

Upload: chandelie

Post on 06-Jul-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Children with Special needsparenting

TRANSCRIPT

Page 1: Merekayasa Lingkungan Anak

Pleno 2

Merekayasa Lingkungan Anak

Dr. Julianto Simanjuntak

Curriculum Vitae

Dr. Julianto Simanjuntak menikah dengan Roswitha Ndraha dan dikaruniai dua putra, Josephus

(20) dan Moze (16). Ia bekerja sebagai terapis keluarga dan kesehatan mental, juga menjadi

tenaga pengajar bidang konseling, rutin memberikan seminar pemberdayaan di bidang konseling.

Rutin memberikan seminar pemberdayaan di bidang konseling dan pendidikan di lebih dari 80

kota. Mereka mendirikan LK3 (Layanan Konseling Keluarga dan Karir) dan Yayasan Pelikan.

Mereka juga menulis buku-buku konseling yang diterbitkan oleh Gramedia, Visi, dan Andi. Dr.

Julianto mendapatkan piagam penghargaan dari Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN) di Bali

pada tahun 2006 atas kiprah pelayanannya diantara pecandu narkoba.

Kontak

Website : www.juliantosimanjuntak.com

Twitter : @PeduliKeluarga dan @DrJSimanjuntak

Appstore : www.juliantobooks.mahoni.com

Merekayasa Lingkungan Anak(Merekayasa yang dimaksud adalah mengupayakan dengan sungguh-sungguh agar anak

mempunyai lingkungan yang baik untuk bertumbuh)

“Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya,

orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.”

(1 Timotius 5:8)

Perkataan ini keras. Orang yang tidak merawat keluarganya lebih buruk dari atheis, dan

identik dengan seorang murtad. Sebagai terapis perkawinan saya menjumpai banyak perkawinan

Page 2: Merekayasa Lingkungan Anak

yang dimulai dengan cinta berakhir dengan konflik bahkan perceraian. Ternyata cinta (saja)

tidaklah cukup bagi sebuah perkawinan. Perlu keterampilan merawat cinta tersebut. Motor atau

mobil kita rawat, setidaknya rutin tune-up. Wajah dan rambut kita rawat, tanaman juga demikian.

Cinta dan keluarga juga perlu dirawat.

Berkat Keluarga

Keluarga adalah berkat terbesar kedua setelah penebusan Kristus. Allah menyelamatkan

kita di dalam dan melalui keluarga. Kristus dilahirkan dalam sebuah keluarga untuk rencana

keselamatan Allah. Keluarga ditetapkan sebagai mitra Allah menyelamatkan manusia. Kehadiran

Tuhan dalam pernikahan dan keluarga kita membuat hidup sungguh bermakna. Sebaliknya

kehadiran keluarga disekitar kita membuat kita merasakan kehadiran Tuhan.

Firman Tuhan berkata : Istri adalah kasih karunia dan anak-anak adalah milik pusaka dari

Tuhan. Ada beberapa catatan Kitab Suci betapa istimewanya keluarga sehingga layak menjadi

berkat terbesar kedua setelah pengampunan Kristus.

Pertama, pernikahan merupakan insiatif Tuhan. Kejadian 1:26-27, dirancang sebagai

mitra-Nya untuk menyelamatkan manusia berdosa.

Kedua, keluarga adalah tempat lahir dan dibesarkannya orang-orang besar dan berguna.

Para tokoh, pejuang, pahlawan, pemimpin dan pelayan masyarakat juga lahir dari sebuah

keluarga. Dalam anugerah-Nya Tuhan memilih. Kita boleh jadi orang biasa saja saat ini. Tapi

kelak ada diantara anak-cucu kita dipakai luar biasa, Mungkin seratus atau empat ratus tahun

mendatang. Abraham menjadi contoh, setelah meninggal ratusan tahun kemudian lahir banyak

raja dan pahlawan hingga Juruselamat dunia.

Ketiga, perkawinan bersifat “trialog”. Tuhan hadir di dalam relasi suami-istri, orang tua

dan anak. Dimana dua tiga orang berkumpul Tuhan hadir mendengar doa-doa keluarga Keluarga

yang berdoa bersama akan tetap tinggal selamanya.

Keempat, menjadi orang tua merupakan jabatan istimewa, posisi yang tidak tergantikan.

Demikian juga menjadi istri dan suami. Jabatan lain bias digantikan, menjadi orang tua tidak

bisa.

Kelima, beberapa penelitian membuktikan perkawinan yang sehat dapat menjadi sarana

pemulihan hidup dari trauma masa lalu. Keluarga terbukti menjadi benteng stress yang aman

dan murah. Keluarga yang sehat juga penunjang karir yang baik.

Page 3: Merekayasa Lingkungan Anak

Merekayasa Lingkungan Anak

Firman Tuhan di Mazmur 112:1-3, Tuhan menghendaki anak-anak yang kita besarkan

menjadi anak perkasa atau tangguh. Ciri-ciri anak tangguh adalah percaya diri, disiplin,

pemberani dan bertanggung jawab.

Tetapi, kondisi lingkungan anak-anak kita saat ini semakin tidak kondusif, sehingga ada

beberapa kondisi yang perlu kita ciptakan. “Butuh orang sekampung untuk membesarkan anak,”

kata Hillary Clinton. Ada 10 hal yang perlu diupayakan, yaitu

1. Orangtua yang hidup takut akan Tuhan. Beribadah dan menyerahkan anak-anak dalam

doa setiap hari. Hidup jujur dan saleh, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Orang

tua mengajarkan Firman Tuhan kepada anak sebagai pedoman hidup. Menciptakan

ibadah keluarga yang hangat.

2. Mengajar dengan hati dan mata. Anak butuh kehadiran dan kehangatan. Hal inilah yang

tidak dapat tergantikan, yaitu sentuhan atau emotional attachment. Anak tidak akan

mendapat hal ini dari teknologi digital, game, dlsbg selain daripada orang tua sendiri.

Mengajar dengan teladan. Anak-anak saat ini kehilangan figur teladan dan tempat untuk

bertanya.

3. Mengutamakan anak-anak dari sekian banyak prioritas, tidak mengorbankan anak dengan

alasan apapun. Berikan waktu-waktu khusus untuk anak yang satu dan anak yang lainnya.

Jikalau sedang ingin menitipkan anak kita, pikirkanlah kepada siapa kita menitipkan dan

perhatikanlah media-media yang digunakan.

4. Finansial yang memadai. Baik untuk gizi, pendidikan hingga rekreasi anak. (Ayat 3)

Untuk itu kita perlu bekerja keras. Jika kita mengasihi anak kita, maka kita akan punya

dorongan energi untuk mencukupi kebutuhan anak.

5. Menyediakan kebutuhan emosi dan sarana rekreasi: termasuk game, film, serta internet

yang sehat.

6. Berkomunikasi sesuai kebutuhan anak: makan bersama, bercerita, bermain bersama,

bercanda, dsb. Setiap anak punya kebutuhan bahasa cinta yang berbeda.

7. Tinggal di lingkungan rumah atau kompleks yang sehat dan cocok bagi anak. Geografi

sangat penting. Kamar harus dipisah dengan orang tua, kakak dan adik. Kemudian, kita

perlu hati-hati dengan tamu yang tinggal, mungkin dapat menjadi ancaman. (Pembicara

Page 4: Merekayasa Lingkungan Anak

bercerita bahwa pernah ada anak muda yang ternyata homoseksual, bagaimana jika ia

tidak hati-hati dan mempersilahkan tamu untuk menginap di kamar anaknya.)

8. Menyediakan lingkungan sekolah di tempat yang cukup baik dan membuat dia tumbuh

dan belajar. Bersahabat dengan teman anak-anak. Perhatikan sistem nilai, guru-guru yang

mengajar, dlsbg.

9. Menyediakan lingkungan pembinaan iman dan pergaulan yang sehat buat anak.

Memilihkan gereja untuk anak. Utamakanlah kebutuhan anak dibandingkan keanggotaan

gereja.

10. Rutin berkomunikasi dan kreatif mengajar. Tidak membosankan. Kreatif dalam

mendisiplin serta tidak malu meminta maaf jika berbuat salah dengan anak. Komponen

komunikasi tidak hanya isi kata-kata, tapi anak terutama akan melihat ekspresi pada

mulanya, intonasi dan situasi.

Jadi, orang tua perlu bekerja sama bukan saja di dalam keluarga, tetapi dengan guru-guru, orang-

orang tua lainnya.

Putuskan Rantai

Ada beberapa kesalahan orang tua yang harus kita putuskan, jangan diulangi, yaitu

1. Membeda-bedakan anak satu dengan lainnya (favoritism)

2. Membanding-bandingkan situasi anak sekarang dengan masa lalu kita saat masih kecil

(veteranism)

3. Menganggap anak sekedar investasi dan sumber kebanggaan orang tua. Berharap anak

menjaga kita di masa tua, dan menjadikan anak sumber kebahagiaan dan kebanggaan

orang tua.

4. Membiarkan anak tumbuh begitu saja tanpa pengarahan, tanpa teladan. Kurang memberi

waktu dan tidak menjadi teladan yang baik bagi anak.

5. Mengharapkan anak kelak membalas jasa orang tua, menuntut anak. Anak diharap

membalas jasa dan mengatur jumlah uang yang harus disetor, menetapkan jatah, tsb.

6. Orang tua tidak kompak atau sering cekcok.

Penutup

Page 5: Merekayasa Lingkungan Anak

Anak adalah milik pusaka dan istri adalah kasih karunia. Tuhan memberkati kita di dalam dan

melalui keluarga. Peran kita sebagai ayah/ibu dan suami/istri sangat istimewa dan tidak

tergantikan. Selama kita hidup, keluarga wajib dirawat dengan emosi, waktu, tenagam

lingkungan sehat dan finansial yang memadai. Keluarga menjadi poros aktivitas anak kita. Anak

dan pasangan tidak minta kita sempurna, tetapi hendaklah kita menjalankan fungsi kita

sebaik-baiknya.