merchandising - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan...

241
i

Upload: others

Post on 11-Jan-2020

29 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

i

Page 2: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

i

MERCHANDISING DI INDUSTRI GARMEN

WIDIHASTUTI

Page 3: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

ii

MERCHANDISING DI INDUSTRI GARMEN

Oleh: Widihastuti

ISBN: 978 602 6338 67 9-

Edisi Pertama

Diterbitkan dan dicetak oleh: UNY Press Jl. Gejayan, Gg. Alamanda, Komplek Fakultas Teknik UNY Kampus UNY Karangmalang Yogyakarta 55281 Telp: 0274 – 589346 Mail: [email protected]

© 2017 Widihastuti

Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Anggota Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI)

Penyunting Bahasa : Dian Novitarini Desain Sampul: Noor Aziz Prabanistian Tata Letak: Rizky Ariadi.

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Widihastuti Merchandising di Industri Garmen -Ed.1, Cet.1.- Yogyakarta: UNY Press 2017 xiii + 233 hlm; 16 x 23 cm ISBN: 978 602 6338 67 9 1. Merchandising di Industri Garmen

1.judul

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta

Pasal 2:

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau

memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi

pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana

Pasal 72:

1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimanav dimaksudkan dalam Pasal 2

ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidanakan dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1

(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling

lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu

ciptaan atau barang hasil Pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1)

dipidanakan dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 4: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat, taufik, pertolongan, dan hidayah-Nya,

sehingga penulis berhasil menyelesaikan buku Merchandising di Industri

Garmen ini sesuai yang direncanakan.

Buku ini didanai oleh Universitas Negeri Yogyakarta melalui program

penulisan buku bagi dosen UNY. Oleh Karena itu, pada kesempatan yang

sangat baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya

kepada seluruh pimpinan UNY dan pihak-pihak terkait lainnya yang secara

langsung maupun tidak langsung telah turut membantu dalam tersusunnya

buku ini.

Hadirnya buku ini dimaksudkan untuk melengkapi keberadaan

sumber-sumber belajar lainnya yang membahas materi serupa. Oleh karena

itu, buku ini ditujukan untuk semua pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas

yang berkecimpung dan tertarik untuk memperdalam mengenai pekerjaan

merchandising di industri garmen.

Ada beberapa keunggulan yang ditawarkan dalam buku ini. Pertama,

buku teks tentang Merchandising di Industri Garmen selama ini jarang dan

sulit kita temukan, sehingga buku ini dihadirkan untuk memenuhi

kebutuhan tersebut terutama untuk menunjang pembelajaran

Merchandising. Kedua, aspek teoritis dan praktis dalam buku ini disajikan

secara berimbang, rinci, detail, dan sistematis, mengacu pada sumber asli

dan berbagai pengalaman dari beberapa merchandiser yang bekerja di

industri garmen.

Ketiga, buku ini membahas secara lengkap mulai dari konsep dasar

merchandising di industri garmen dan segala hal yang berkaitan dengan

merchandising, meliputi pengertian merchandising, maksud dan tujuan

merchandising, lingkup kerja seorang merchandiser, persyaratan umum

yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang merchandiser, produk garmen,

bahan baku kain (main material), bahan penunjang garmen, bahan pelengkap

garmen, penghitungan kebutuhan bahan baku (fabric consumption), bagaimana

menghitung kalkulasi harga jual (costing) garmen, metode pembayaran (term

of payment), membuat order sheet, menyusun file penting terkait dokumen data

Page 5: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

iv

untuk produksi (filling), sampai menyusun perencanaan dan pengaturan

tahapan-tahapan proses produksi (Time action calendar-TAC). Harapannya

adalah agar para pembaca dapat memahami secara utuh tentang

merchandising sebagai salah satu jenis pekerjaan di industri garmen.

Penulis yakin bahwa buku ini masih memiliki kekurangan dan

kelemahan, oleh karena itu penulis akan berusaha untuk menyempurnakan

buku ini. Penulis berharap agar pembaca dan pemakai buku ini berkenan

memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan buku

ini di masa mendatang. Semoga buku yang sederhana ini dapat memberikan

manfaat bagi para pembaca. Amin.

Yogyakarta, Agustus 2017

Page 6: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Industri Garmen ................................................................................. 1

B. Merchandising dalam Industri Garmen .......................................... 9

BAB II MERCHANDISER GARMEN ........................................................ 27

A. Pengertian Merchandiser Garmen ..................................................... 27

B. Lingkup Kerja Merchandiser Garmen ........................................... 28

C. Persyaratan Umum Merchandiser Garmen .................................. 33

D. Menjadi Merchandiser Garmen yang Profesional ....................... 34

BAB III PENGETAHUAN PRODUK GARMEN ................................... 41

A. Klasifikasi Produk (Merchandize) Garmen ...................................... 41

B. Karakteristik Produk Garmen ........................................................ 43

C. Standar Kualitas Produk Garmen .................................................. 46

D. Pemeriksaan Kualitas Sampel Produk Garmen ........................... 77

E. Klasifikasi Zona Cacat Produk Garmen ....................................... 79

E. Proses Pemeriksaan Akhir Kualitas Produk Garmen ................. 81

F. Teknik Pemeriksaan Akhir Produk Garmen ................................ 87

BAB IV PENGETAHUAN BAHAN BAKU TEKSTIL (MAIN

MATERIAL) ...................................................................................................... 97

A. Klasifikasi Bahan Baku Tekstil/Kain (Main Material) ................ 97

B. Karakteristik Bahan Baku Tekstil/Kain (Main Materia .............104

C. Standar Kualitas Bahan Baku Tekstil/Kain (Main Material) .....105

D. Pemilihan Bahan Baku Tekstil/Kain (Main Material) untuk

Garmen .............................................................................................110

Page 7: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

vi

BAB V PENGETAHUAN BAHAN BANTU (ADDITIONAL

MATERIAL) ....................................................................................................115

A. Klasifikasi Bahan Bantu (Additional Material) ..............................115

B. Macam-macam Bahan Bantu (Additional Material) .....................116

C. Standar Kualitas Bahan Bantu (Additional Material) ...................128

D. Pemilihan Bahan Bantu (Additional Material) ..............................131

BAB VI PENGETAHUAN BAHAN APLIKASI DAN LABEL .........133

A. Bahan Aplikasi untuk Garmen .....................................................133

B. Label untuk Produk Garmen ........................................................135

BAB VII PENGHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN (FABRIC

CONSUMPTION) ............................................................................................159

A. Pengertian Fabric Consumption...................................................159

B. Fungsi Fabric Consumption .........................................................159

C. Perhitungan Fabric Consumption ................................................161

BAB VIII PEMBIAYAAN (COSTING) .....................................................171

A. Pengertian Costing ............................................................................171

B. Komponen Costing ..........................................................................174

C. Perhitungan Costing .......................................................................174

BAB IX METODE PEMBAYARAN (TERM OF PAYMENT) ...........195

BAB X ORDER SHEETS .............................................................................199

A. Style sheets .......................................................................................199

B. Sewing Detail ...................................................................................209

C. Bill of Material (BOM) ...................................................................210

D. Final Report .....................................................................................213

BAB XI FILLING ...........................................................................................215

BAB XII TIME ACTION CALENDAR (TAC) .......................................225

Page 8: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

vii

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................231

Page 9: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Industri Garmen

Pada subbab tentang industri garmen ini akan dijelaskan mengenai apa

yang sebenarnya dimaksud dengan industri garmen, sejarah pertumbuhan

dan perkembangan industri garmen, peranannya dalam perekonomian suatu

negara, posisinya dalam pasar global, dan contoh-contoh perkembangan

industri garmen di beberapa negara termasuk Indonesia. Selain itu, pada

bahasan ini juga disertai dengan contoh foto-foto industri garmen agar lebih

menarik dan komunikatif.

1. Industri Garmen

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan industri garmen? Industri

garmen merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang produksi

pakaian jadi dan perlengkapan pakaian dalam jumlah yang sangat besar

(diproduksi secara masal) berdasarkan pesanan (order dari buyer) maupun

order sendiri sesuai standar kualitas yang telah ditentukan. Pakaian jadi yang

dimaksud adalah segala macam pakaian dari bahan tekstil untuk laki-laki,

wanita, anak-anak dan bayi. Bahan bakunya adalah kain tenun atau kain

rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok

(skirts), kaus (t-shirts, polo shirt, sport swear), pakaian dalam (underwear) dan lain-

lain.

Mengingat hal tersebut maka industri garmen memerlukan

pengelolaan proses produksi yang efektif dan efisien agar produk yang

dihasilkan sesuai spesifikasi order/pesanan, target, dan waktu yang telah

ditentukan. Pengerjaan setiap komponen produksi di dalam industri garmen

dilakukan secara terpisah, sehingga memerlukan pengelolaan yang sangat

cermat agar dapat menghasilkan produk sesuai standar kualitas yang telah

ditentukan. Oleh karena itu, industri garmen perlu didukung oleh sumber

daya manusia, sarana prasarana, sistem, prosedur, dan manajemen yang

memadai.

Page 10: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

2

a. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Industri Garmen

Pertumbuhan dan perkembangan industri garmen ternyata

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain perkembangan peradaban

manusia dan teknologi, kehidupan sosial dan tingkat ekonomi masyarakat,

tingkat kebutuhan masyarakat, serta kebijakan ekonomi dan politik baik

pemerintah maupun dunia sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan

bernegara. Semua faktor tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi

satu sama lain baik secara langsung maupun tidak secara langsung.

1) Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Industri Garmen di

Eropa dan Amerika

Sejarah telah membuktikan bahwa perkembangan industri garmen di

dunia terutama Eropa dan Amerika sebenarnya sudah diawali sejak mulai

terjadinya revolusi industri pada tahun 1750-an, yaitu dengan ditemukannya

mesin-mesin yang bertenaga listrik/ uap yang mulai menggantikan tangan-

tangan manusia dalam melakukan perbagai pekerjaan. Selanjutnya pada

tahun 1800-an, revolusi industri mulai berkembang dan menyebar ke

seluruh daratan Eropa dan Amerika. Pada saat itu, terjadilah momentum

yang sangat penting di Amerika dimana para pekerja berpendidikan dan

terampil mulai memproduksi produk-produk dalam jumlah yang banyak

(massal). Perkembangan ini mulai ditandai dengan munculnya pabrik-pabrik

besar yang tentunya juga membutuhkan sarana-prasarana angkutan dan

mulai dibangunnya infrastruktur jalur distribusi. Oleh karena itu, pada tahun

1850 (revolusi industri ke-2) mulailah dibuat jalur kereta api sebagai salah

satu infrastruktur untuk angkutan.

Page 11: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

3

Gambar 1. Mesin Industri Pembuatan Kain (Sumber :

http://nathanaelsuryadi.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-industri-garmen-dari-masa.html)

Selanjutnya pada tahun 1900-an, revolusi industri mulai menyebar ke

Rusia, China dan Asia tenggara. Hal ini ditandai oleh adanya pertumbuhan

pabrik-pabrik besar di kawasan ini seperti yang terjadi di Eropa dan

Amerika. Perkembangan mesin-mesin pembuat kain baik yang

menggunakan sistem rajut maupun dengan sistem tenun pun mengawali

adanya perkembangan industri garmen ini. Proses pembuatan pakaian yang

pada jaman dahulu dikerjakan dengan tangan, mulai dikerjakan dengan

menggunakan mesin-mesin, dan pada saat itu di Eropa muncul mesin-mesin

jahit pertama seperti Singer (Inggris) dan Pfaf (Jerman). Itulah yang

menandai terjadinya perkembangan industri garmen di Eropa dan Amerika.

Perkembangan teknologi ternyata berdampak pada perkembangan

ekonomi di kawasan Eropa dan Amerika. Hal ini menyebabkan tenaga

manusia menjadi mahal, dan hanya industri-industri yang mampu

membayar dengan upah yang tinggi saja yang masih bisa bertahan.

Akibatnya adalah industri-industri yang menggunakan tenaga manusia mulai

mengalami mutasi/ perpindahan secara alami, dari daerah yang memiliki

Page 12: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

4

perekonomian yang baik ke perekonomian yang kurang baik. Industri

garmen pun mulai berpindah ke negara-negara timur dan bahkan sampai ke

benua Asia, yang saat itu masih mengalami kesulitan secara ekonomi.

Perpindahan industri garmen didahului dengan berpindahnya pabrik-pabrik

kain dari Eropa ke Asia sekitar tahun 1900-an.

Gambar 2. Mesin Jahit Merk Singer

Selain berdampak pada perkembangan ekonomi, ternyata dampak

lebih lanjut dari perkembangan teknologi adalah perkembangan organisasi

dan kegiatan bisnis di tahun 1990an. Pada saat itu mulai banyak berdiri

pabrik-pabrik industri yang bergerak di berbagai macam bidang, baik bidang

jasa maupun barang. Persaingan pun menjadi lebih ketat dengan

berkembangnya teknologi-teknologi canggih, dimana negara-negara di

seluruh dunia (global) ini sudah tidak memiliki batas ruang dan

waktu. Kecenderungan cara berbisnis pun berubah dimana produsen

semakin di tuntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pembuatan karya-

karya yang akan diperjualbelikan. Dengan demikian, persaingan pun terjadi

secara positif dan membuka peluang bagi pengusaha-pengusaha kecil untuk

lebih berkembang.

Sejarah telah mencatat bahwa pada awal tahun 1950 terjadi demo

besar-besaran di Eropa dimana buruh-buruh pabrik garmen di Eropa dan

Amerika ke jalan-jalan, mereka mengusung spanduk-spanduk yang intinya

memprotes kebijakan pemerintah. Mereka meminta kepada pemerintah

untuk melakukan pembatasan impor produk-produk garmen dari kawasan

Asia. Hal ini terjadi karena pada saat itu para pebisnis lebih memilih

Page 13: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

5

mengimpor pakaian-pakaian dari negara Asia, karena harga yang ditawarkan

bisa jauh lebih murah. Mengapa harganya bisa lebih murah? Sebab, upah

buruh di Asia saat itu masih rendah. Oleh karena maraknya demonstrasi

yang dilakukan para buruh ini, maka pemerintahpun mengambil kebijakan

dengan membatasi impor dengan memberlakukan sistem "Quota".

2) Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Industri Garmen di

Asia

Perkembangan garmen di Asia dimulai pada awal tahun 1950-an

dengan banyaknya industri garmen di Jepang. Sebenarnya industri mesin

jahit di Jepang mulai banyak berkembang sejak tahun 1920-an, saat itu mulai

muncul mesin-mesin jahit seperti: "Juki", "Brother", "Pegasus", dll. China

juga berkembang dalam industri garmen, tetapi tidak bisa berdagang dengan

Eropa, karena berbagai isu HAM.

Gambar 3. Mesin Jahit Industri Merk Juki

Pada tahun 1960-an Hongkong mulai mengembangkan industri

garmen. Hongkong saat itu menjadi pusat terbesar perdagangan garmen

dunia. Tahun 1970-an, industri garmen mulai bergeser ke Taiwan, China,

dan Korea Selatan. China terus mengembangkan dan semakin kuat sampai

saat ini, karena luasnya daerah dan banyaknya pekerja di China. Tetapi hal

inipun mulai bergeser saat China pun memulai mengutamakan industri-

industri yang menggunakan teknologi.

Page 14: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

6

Gambar 4. Perkembangan Teknologi di Industri Garmen (Sumber: https://www.google.co.id/Gambar+mesin-

mesin+industri+garmen)

Selanjutnya, kebangkitan industri garmen besar di Asia tenggara (mulai

unjuk gigi) sebenarnya ketika tahun 1975-an, karena China tidak bisa

melakukan hubungan bilateral dengan Eropa dan Amerika dan dengan

adanya sistem QUOTA (China tidak banyak memiliki quota). Di kawasan

Asia Tenggara yang berkembang adalah: Indonesia, Thailand, Vietnam,

Laos, Kamboja, Myanmar, kemudian bergeser ke negara Asia lainnya seperti

Srilanka, Bangladesh, dan Philipina. Kemudian, beberapa spesialisasi

muncul di India, dengan menguatnya industri tenun kotak dan denim di

India.

Jika kita lihat dewasa ini, perkembangan industri garmen ternyata

menduduki peringkat tertinggi. Hal ini disebabkan oleh karena kebutuhan

manusia akan sandang dan kebutuhan manusia untuk selalu ingin

berpenampilan up to date telah membuat manusia tidak berhenti dan merasa

puas akan apa mereka miliki. Kondisi semacam ini telah membuat para

pengusaha garmen semakin menunjukkan kebolehannya dalam

Page 15: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

7

menciptakan kreasi dan pernak-pernik menarik, dengan kualitas baik dan

harga yang terjangkau.

Gambar 5. Perkembangan Industri Garmen di Kawasan Asia

(Sumber: http://nathanaelsuryadi.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-industri-

garmen-dari-masa.html)

Seiring dengan perkembangan dan waktu, industri garmen di

Indonesia mengalami perkembangan yang naik turun. Perkembangan

industri garmen di Indonesia ini tidak terlepas dari kebijakan politik

pemerintah dan dunia. Namun sampai saat ini, industri garmen di Indonesia

masih cukup kuat bertahan di tengah ketatnya persaingan industri garmen

baik di tingkat ASEAN, Asia, maupun dunia, terlebih industri garmen

menjadi salah satu andalan komoditi ekspor Indonesia yang mampu

menopang pertumbuhan perekonomian Indonesia. Apalagi dengan adanya

MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) 2015, maka industri garmen

merupakan salah satu industri yang memiliki peran dan kontribusi yang

sangat besar dalam perkembangan industri kreatif Indonesia.

Page 16: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

8

Gambar 6. Situasi Kerja di Industri Garmen

Industri fesyen (garmen) menjadi salah satu penyumbang nilai tertinggi

eksport dalam industri kreatif Indonesia (Puguh Setyo Nugroho & Malik

Cahyadin, 2014: 2) yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 17: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

9

Industri garmen tersebut merupakan penyumbang devisa terbesar bagi

negara setelah minyak dan gas bumi (migas). Di pasar internasional sendiri,

produk garmen Indonesia telah memiliki posisi yang cukup bagus,

dengan pangsa antara 3 % sampai 4% dari total nilai ekpsor dunia.

B. Merchandising dalam Industri Garmen

Pada subbab ini akan dibahas mengenai pengertian merchandising,

posisi atau kedudukan pekerjaan merchandising dalam sebuah industri

garmen serta peran dan konstribusinya pada keberhasilan sebuah industri

garmen. Oleh karena itu, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian

merchandising dan struktur organisasi secara umum dalam sebuah industri

garmen. Pemahaman tentang struktur organisasi dalam sebuah industri

garmen ini sangat penting karena dapat membantu memahami bagaimana

peranan merchandising tersebut dalam sebuah industri garmen.

1. Pengertian Merchandising

Merchandising adalah pekerjaan penanganan order produksi baik

pesanan dari buyer ataupun order sendiri mulai dari konfirmasi order,

pembuatan sampel, pengajuan approval bahan-bahan produksi, pengadaan

bahan produksi, rencana produksi sampai penyelesaian produksi hingga

produk siap kirim berikut dokumentasi pengiriman dan pembayaran.

Merchandising merupakan suatu bagian pekerjaan dalam industri

garmen atau departemen yang menghubungkan antara bagian marketing

(pemasaran) dengan bagian atau departemen produksi. Dengan demikian,

merchandising menjadi suatu metode pelaksanaan yang digunakan untuk

promosi dan masuk dalam kategori aktivitas komersial. Pekerjaan

merchandising secara langsung bertugas untuk mengembangkan suatu

produk mulai dari awal sampai akhir. Dengan demikian, dikenal adanya

merchandising pemasaran (marketing merchandising) dan merchandising

produksi (production merchandising). Oleh karena itu, antara departemen

pemasaran dan merchandising selalu bekerja bersama-sama menjadi sebuah

tim kerja yang terdiri atas marketers (pelaku pemasaran) dan merchandisers

(pelaku pekerjaan merchandising) yang bertujuan untuk memperoleh

keuntungan dan keberhasilan.

Page 18: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

10

Terkait hal di atas, maka sebenarnya bagaimana posisi dan kedudukan

merchandising serta perannya dalam sebuah industri garmen? Berikut secara

secara garis besar akan dibahas mengenai struktur organisasi di dalam

industri garmen.

2. Struktur Organisasi dalam Industri Garmen

Gambar 7. Bagan Struktur Organisasi di Industri Garmen (Sumber: The Factory by Till Freyer & Celia, S., IGTC-Bogor, 2006)

Industri garmen memiliki bagian-bagian atau bidang pekerjaan penting

yang terpisah tetapi saling terkait satu sama lain dan terbagi dalam beberapa

departemen yang dipimpin oleh seorang kepala departemen atau disebut

sebagai manajer. Berbagai bidang atau bagian dalam industri garmen

tersebut saling mendukung dan saling melengkapi untuk kelancaran proses

Page 19: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

11

manajerial maupun produksi. Terkait dengan bagian atau bidang pekerjaan

tersebut, beberapa industri garmen di Indonesia masing-masing mempunyai

istilah dan nama tersendiri sesuai dengan fungsi, ukuran, dan kapasitasnya.

Menurut Till Freyer & Celia (2006), secara garis besar di dalam sebuah

struktur organisasi industri garmen terdiri atas:

a. Director (Direktur), yaitu orang yang memimpin atau mengepalai

sebuah pabrik atau perusahaan garmen. Biasanya orang yang

menduduki posisi direktur adalah pemilik perusahaan atau

rekanan/partner kerja yang dipercaya untuk menduduki sebagai

general manager dalam perusahaan garmen tersebut. Secara herarki,

orang yang menduduki posisi ini berada pada level paling atas dalam

struktur organisasi di industri garmen. Direktur ini bertanggung jawab

terhadap kesuksesan perusahaan, secara rutin mengadakan pertemuan

dan diskusi dengan staf manajemen untuk memecahkan masalah dan

mengambil keputusan, menentukan konsep dan kebijakan terkait

dengan target pasar, produk, tingkat harga, dan investasi. Direktur

tidak bisa bekerja sendiri tapi harus selalu bekerja sama dengan semua

staf dan manajemen.

b. IT-Department (Departemen Teknologi Informasi), yaitu bagian

yang bertanggungj awab pada departemen teknologi informasi di

perusahaan garmen tersebut. Bagian ini penting dan harus ada karena

semua informasi, komunikasi dan segala aktivitas dalam perusahaan

garmen ini berbasis komputer, misal salah satunya adalah

berkomunikasi melalui email, dan lain-lain. Oleh karena itu, orang yang

bekerja pada departemen IT ini harus memiliki keahlian dalam bidang

komputer dan teknologi informasi, misal menguasai program

komputer, dan lain-lain.

Page 20: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

12

Gambar 8. Departemen IT

c. Finance (Departemen Keuangan), yaitu bagian yang bertanggung

jawab pada bidang keuangan di perusahaan garmen, seperti mengurus

pembayaran dengan berbagai metodenya misalnya dengan L/C (Letter

of Credit), cost (biaya), dan lain-lain yang terkait dengan keuangan. Oleh

karena itu bagian keuangan ini harus memiliki pengetahuan tentang

berbagai mata uang di seluruh dunia dan berbagai metode pembayaran.

Gambar 9. Departemen Keuangan (Finance)

Bagian keuangan ini berhubungan dengan arus uang dan pembiayaan

dan bertugas untuk melakukan kontrol terhadap arus uang (cash flow)

Page 21: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

13

perusahaan agar tetap terjaga positif dan memberikan keuntungan bagi

perusahaan. Bagian ini harus mampu melakukan penilaian atas

prioritas pembiayaan dan menentukan biaya yang seharusnya dan layak

dikeluarkan oleh perusahaan pada tiap pos-pos keuangan sehingga

dapat menghindari pengeluaran yang tidak perlu serta menghemat

belanja perusahaan. Bagian ini harus mampu mengatur waktu

pembayaran atas tagihan-tagihan yang masuk maupun pembiayaan

operasional harian, bulanan dan jangka waktu lainnya dengan

menyeimbangkan neraca pengeluaran dengan pemasukan.

d. Shipping (Departemen Pengapalan), yaitu bagian yang

bertanggung jawab pada urusan pengiriman barang-barang (produk)

garmen ke pemesan. Oleh karena itu, departemen ini harus bekerja

sama dengan departemen keuangan dan produksi agar dapat

menyiapkan semua dokumen yang diperlukan saat pengiriman produk

dengan baik dan dapat mengirimkan produk sesuai waktu dan

spesifikasi baik secara kualitas maupun kuantitas yang ditentukan oleh

pemesan (buyer).

Gambar 10. Departemen Pengapalan (Shipping)

Page 22: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

14

e. Human Resources (Departemen Sumber Daya Manusia/ SDM),

yaitu bagian yang mengurusi sumber daya manusia di dalam

perusahaan garmen. Bagian ini bertanggung jawab pada hubungan

antar personal di dalam perusahaan, kinerja karyawan, analisis

pekerjaan, kesejahteraan karyawan, peraturan-peraturan yang

ditetapkan, sistem penggajian/upah kerja, dan lain-lain sehingga

tercipta produktivitas kerja yang tinggi sesuai kapasitas sumber daya

manusia yang ada di perusahaan garmen tersebut.

Gambar 11. Departemen SDM

f. Marketing Manager (Manager Pemasaran), yaitu seseorang yang

bertanggung jawab pada pengelolaan pemasaran di perusahaan

garmen. Bagian ini bertugas mencari dan menentukan strategi-strategi

pemasaran yang akan diterapkan dalam memasarkan produk garmen.

Oleh karena itu, untuk orang yang bekerja pada bagian ini harus

memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam hal menganalisis pasar,

fashion trend yang sedang berkembang, rentang harga, dan target

produksi. Dengan demikian, maka manajer pemasaran ini harus selalu

bekerja sama dengan departemen merchandising dan produksi agar

dapat menentukan strategi pemasaran secara tepat sesuai sasaran

produk.

Page 23: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

15

Gambar 12. Bagian Departemen Pemasaran (Marketing)

Bagian ini harus dibedakan antara pengertian Pemasaran (Marketing)

dengan Sales (Penjual). Bagian marketing bertugas melakukan penetrasi

pasar termasuk membuka pasar baru dan sesuai arahan dan tujuan

perusahaan. Marketing juga bertanggung jawab atas promosi,

menghitung dan merekomendasikan target penjualan, membuat

rencana dan strategi penjualan, menjual produk, meningkatkan nilai

penjualan, meningkatkan keuntungan bagi perusahaan, menampung

dan meneruskan saran atau pendapat dari konsumen mengenai produk

yang dijual kepada bagian terkait lain di perusahaan yang

berkepentingan atasnya, guna meningkatkan kepuasan pelanggan.

Sedangkan tugas Sales lebih kepada upaya melakukan penjualan

sebanyak-banyaknya dan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

g. Chief Merchandiser (Kepala Merchandiser), yaitu kepala

merchandiser yang bertanggung jawab pada bidang pekerjaan

merchandising, mulai dari penerimaan order sampai pada produk

order tersebut dikirimkan ke buyer/pemesan. Jadi seorang kepala

merchandiser harus selalu ikut mengawal jalannya proses produksi

Page 24: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

16

mulai dari awal produk itu dipesan oleh buyer sampai produk itu

dikirimkan ke buyer agar produk yang dikirim sesuai dengan spesifikasi

yang diminta oleh buyer. Kepala merchandiser ini harus selalu bekerja

sama dengan bagian keuangan, pemasaran, dan produksi agar

mencapai hasil yang diharapkan sesuai standard kualitas dan spesifikasi

yang ditentukan oleh buyer. Oleh karena seorang merchandiser

merupakan ujung tombak dalam sebuah industri garmen, maka dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya seorang kepala

merchandiser dibantu oleh asisten merchandiser baik di bagian sampel

maupun di bagian produksi.

Gambar 13. Bagian Departemen Merchandising

Dengan kata lain, pekerjaan dalam merchandising adalah bertugas untuk

menyediakan produk-produk sesuai dengan pesanan atau permintaan

pasar, baik konsumen langsung maupun dari bagian marketing sesuai

dengan analisa perkiraan permintaan pasar dan kemungkinan serapan

produk. Seringkali pada lingkup industri garmen merchandising dituntut

juga untuk mampu melakukan perhitungan harga pokok produksi

(HPP) sebuah produk. Perhitungan harus dilakukan dengan benar dan

Page 25: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

17

efisien. Kesalahan perhitungan dapat mengakibatkan kerugian bagi

perusahaan. Merchandising juga dituntut untuk dapat membuat

perencanaan, pengembangan dan mencari sumber bahan baku dan

bahan bantu serta melakukan persentasi pemilihan produk dengan

memperhitungkan trend model, kepuasan konsumen, daya serap pasar,

harga dan waktu produksi.

Tugas merchandising lebih kepada manajemen dan administrasi seperti

mempersiapkan data yang diperlukan untuk pelaksanaan proses

produksi, pembuatan order-order pesanan bahan baku dan bahan

bantu produksi hingga persiapan pembuatan dokumen-dokumen

pengiriman, pengapalan dan penagihan pembayaran atas produk yang

telah diselesaikan atau dikirimkan.

h. Assistant Merchandiser dan Sampling (Asisten Merchandiser

dan Sampel), yaitu bagian yang membantu pekerjaan kepala

merchandiser dan mempersiapkan sampel sesuai spesifikasi order yang

telah ditentukan. Bagian ini bertugas dan bertangung jawab dalam

menyiapkan sampel produk agar sesuai dengan standar kualitas dan

spesifikasi yang diminta oleh buyer (pemesan). Oleh karena itu, bagian

ini harus menjalin kerjasama yang baik dengan bagian produksi agar

dapat menghasilkan sampel secara tepat dan benar sesuai ketentuan

yang diminta oleh buyer.

i. Production Management (Manajemen Produksi), yaitu bagian

yang bertanggung jawab pada pengelolaan produksi garmen. Setelah

sampel disetujui oleh buyer, maka proses produksi garmen dapat

segera dilakukan. Oleh karena itu, bagian ini harus mampu

mempersiapkan dan merencanakan bagaimana proses produksi itu

dilakukan, berapa jumlah mesin dan operator/pekerja yang digunakan,

Page 26: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

18

target produksi, sampai bagaimana layout mesin dan produksi akan

diterapkan agar dapat mencapai produktifitas yang tinggi sesuai

spesifikasi yang diminta buyer. Dengan demikian, maka bagian ini

harus bekerja sama dengan bagian sampel dan order produksi. Oleh

karena itu, pada bagian manajemen produksi ini mencakup juga bagian

Production Planning (perencanaan produksi) yang bertugas membuat

perencanaan dan mengatur urutan pengerjaan order-order produksi.

Seringkali Production Planning juga dituntut untuk membuat standar

urutan/peta proses (asembling) berikut perhitungan waktu serta target

produksi. Perhitungan harus dilakukan dengan benar dan efisien sesuai

dengan kemampuan dan kapasitas yang ada. Kesalahan perhitungan

dapat mengakibatkan terjadinya bottle neck pada proses asembling

sehingga tidak tercapainya target output yang berakibat pada tidak

terpenuhinya tengat waktu penyelesaian order. Pada bagian ini biasa

dikenal adanya istilah IE (Industrial Engineering) dan TE (Technical

Engineering). Orang-orang yang ditempatkan pada bagian ini harus

benar-benar memahami proses produksi secara paripurna dan benar

sesuai dengan kondisi yang berlaku di lini produksi.

j. Production Orders (Order Produksi), yaitu bagian yang

bertanggung jawab pada order produksi sesuai dengan spesifikasi dan

standar order/pemesan yang telah ditentukan. Bagian ini bekerja sama

dengan manajemen produksi dan sampel agar produk yang dihasilkan

sesuai order yang diminta. Dengan demikian, orang yang bekerja pada

bagian ini harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang

produk yang diminta buyer dan bagaimana proses produksinya.

Page 27: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

19

k. Quality Assurance (QA) atau Bagian Penjaminan Kualitas, yaitu

bagian yang bertanggung jawab pada penjaminan kualitas/mutu

produksi dan produk sesuai dengan standar spesifikasi order yang telah

ditentukan. Oleh karena itu, bagian ini harus memahami spesifikasi

standar kualitas yang diminta oleh buyer agar dapat menjamin kualitas

produk yang akan dihasilkan. Oleh karena itu, tugas bagian Penjamin

Mutu adalah menjaga dan menciptakan kualitas produk agar sesuai

dengan standar yang ditetapkan, baik standar perusahaan, permintaan

pembeli, standar yang berlaku nasional dan/atau internasional dengan

melakukan upaya antisipasi atas kemungkinan terjadinya

penyimpangan mutu produk sebelum proses produksi berlangsung,

melakukan pengendalian mutu pada proses persiapan, ketika proses

produksi berlangsung hingga proses penyelesaian produksi sampai

produk siap kirim.

l. Maintenance/Repair Department (Departemen Pemeliharaan

dan Perbaikan), yaitu bagian yang bertanggung jawab pada

pemeliharaan dan perbaikan semua peralatan produksi pada

perusahaan garmen yang dibantu oleh bagian Technical &

Machine/Equipment. Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting

karena kelancaran proses produksi akan sangat bergantung padanya.

Jika ada salah satu mesin produksi yang rusak akan dapat mengganggu

kelancaran proses produksi lainnya. Oleh karena itu, orang yang

bekerja pada bagian ini harus betul-betul mengetahui dan memahami

tentang mesin-mesin produksi industri garmen dan cara

pemeliharaannya sehingga dimungkinkan bagian ini melakukan

pemeliharaan/maintenance berkala agar terhindar dari kerusakan yang

berakibat fatal terhadap jalannya produksi. Dengan kata lain, bagian ini

secara tidak langsung berkaitan dengan produktivitas kerja.

Page 28: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

20

m. Production Department (Departemen Produksi), yaitu bagian

yang bertanggung jawab pada proses produksi mulai dari pattern/marker

(pembuatan pola/marker), cutting (memotong), sewing/knitting

(menjahit), finishing (penyelesaian), pressing (pengepresan), packing

(pengepakan), dan deliveries (pengiriman). Departemen ini akan selalu

bekerja sama dengan bagian merchandising dan sampel agar produk

yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang diminta buyer.

Gambar 14. Bagian Departemen Produksi

Page 29: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

21

Bagian Produksi ini bertanggung jawab atas pembuatan dan

penyelesaian produk sesuai dengan pesanan dari bagian marketing

dan/atau merchandising dengan tetap mengutamakan efisiensi dan

efektivitas kerja dengan terus berupaya untuk mengurangi pengeluaran

biaya yang tidak perlu. Oleh karena itu, bagian produksi harus mampu

melakukan perencanaan, pengaturan dan pelaksanaan proses produksi

dengan baik dan benar dengan memanfaatkan sumber daya yang

tersedia dalam upaya menyelesaikan produksi sesuai permintaan dan

tepat waktu. Selain itu, bagian ini juga bertanggung jawab atas hasil

produknya agar sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan, mutu dan

standar-standar lain yang telah ditetapkan.

n. Quality Control (QC) atau Bagian Pengendalian Kualitas, yaitu

bagian yang bertanggung jawab pada pemeriksaan dan pengendalian

kualitas produk garmen. Oleh karena itu, orang yang bekerja pada

bagian ini harus menguasai tentang standar kualitas dan bagaimana

cara mengujinya. Dengan demikian, maka bagian ini dapat

menentukan kapan dan dimana proses pemeriksaan akan dilakukan,

apakah di awal produksi, dalam proses produksi, ataupun di akhir

produksi, atau bahkan dilakukan pengendalian kualitas yang ketat agar

dapat mencapai mutu/kualitas yang ditentukan. Proses pengendalian

mutu dilakukan dengan melakukan pengujian-pengujian bahan skala

laboratorium, pemeriksaan secara visual dan pengukuran-pengukuran

pada hal-hal tertentu sesuai keperluan tahapan produksi terhadap

bahan baku, bahan bantu, proses asembling hingga proses akhir pada

urutan proses produksi garmen hingga produk siap kirim. Bahkan

seringkali bagian ini dianggap bertanggung jawab atas keluhan mutu

produk untuk produk-produk yang dikembalikan oleh konsumennya.

Pelaksanaan kendali mutu yang benar dan konsisten akan membantu

Page 30: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

22

kelancaran proses produksi serta mengurangi keluhan konsumen atas

mutu produk. Makin berkurangnya jumlah produk cacat dalam proses

produksi dan berkurangnya keluhan konsumen atau pembeli atas

produk jadi merupakan tolok ukur keberhasilan proses kendali mutu

secara umum.

o. Bagian Pembelian (Purchasing), yaitu bagian yang berhubungan

dengan proses pembelian kebutuhan industri fesyen bersangkutan.

Bahan yang dibeli bisa saja merupakan bahan baku dan bahan bantu

produksi dan prosesnya ataupun barang-barang lain yang bukan

merupakan bahan untuk produksi namun menunjang operasional

industri secara umum. Purchasing harus memastikan bahwa barang yang

dibeli sesuai dengan spesifikasi yang diminta, berkualitas baik dengan

harga yang pantas.

p. Bagian Operasional / Pendukung (Operational / Supporting),

yaitu bagian yang bertugas memberikan dukungan pada bagian-bagian

lain di perusahaan baik dari segi ketenagakerjaan, penyediaan fasilitas-

fasilitas yang diperlukan hingga pengaturan arus barang. Bagian ini

biasanya bertanggung jawab atas penyediaan dan peningkatan kualitas

sumber daya manusia, keamanan, kondisi dan ketersediaan fasilitas–

fasilitas pendukung, transportasi, logistik, pengaturan ruang pamer,

pergudangan hingga pengaturan kinerja operasional industri secara

keseluruhan.

Berdasarkan uraian dan bagan di atas, maka dapat diketahui bahwa

industri fesyen/garmen pada sejatinya adalah penggabungan dari beberapa

sistem/ tugas yang dikelompokkan sebagai bagian-bagian pekerjaan, yaitu

antara lain:

Page 31: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

23

(1) Pemasaran (Marketing)

(2) Merchandising (Merchandising)

(3) Perencanaan Produksi (Production Planning)

(4) Produksi (Production)

(5) Penjamin / Kendali Mutu (Quality Assurance)

(6) Keuangan (Finance / Accounting)

(7) Pembelian (Purchasing)

(8) Operasional (Operational)

Tiap-tiap bagian tersebut di atas mempunyai tugas dan tanggung

jawabnya masing-masing namun dengan saling ketergantungan dan

keterikatan yang sangat erat antar bagiannya. Keserasian dan keselarasan

kerja antar bagian bukan hal mudah untuk dilakukan karena melibatkan

banyak orang dengan kemampuan, integritas dan dasar keilmuan yang

berbeda-beda. Hal ini menjadi tugas para pemimpin tiap bagian untuk dapat

menyelaraskan perbedaan ini agar dapat terbentuk kondisi dan lingkungan

kerja yang kondusif dengan interaktif yang saling menghargai tugas dan

kewenangannya masing-masing. Kelemahan pada satu bagian saja dapat

mengakibatkan gangguan kinerja industri garmen secara keseluruhan. Oleh

karena itu, karakteristik dari semua bagian pekerjaan di industri garmen

adalah satu kesatuan (unity).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bagian-

bagian Pemasaran, Merchandising, Perencanaan Produksi, Produksi,

Penjamin / Kendali Mutu, Keuangan, Pembelian dan Operasional adalah

pembagian-pembagian skala besar sebuah industri garmen/fesyen/apparel.

Semua bagian-bagian yang diisi oleh orang-orang dari disiplin ilmu yang

berbeda-beda tersebut harus dapat bekerja dalam satu sistim manajemen

yang baik, melaksanakan kewajiban dan tugasnya masing-masing sesuai

dengan ketentuan dan tuntutan tanggung jawabnya secara efisien dan

efektif. Kelemahan satu bagian atau bahkan satu unit kerja saja akan dapat

mengakibatkan terhambatnya kinerja industri secara keseluruhan.

Inefisiensi satu bagian atau bahkan satu unit kerja saja akan dapat

Page 32: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

24

mengakibatkan terganggunya upaya efisiensi industri fesyen secara

keseluruhan. Selain itu beberapa faktor internal maupun eksternal yang

mempengaruhi unit produksi harus diantisipasi untuk mengefisienkan

kinerja sebuah industri garmen dan dalam sebuah industri apapun

produknya, upaya-upaya peningkatan kinerja harus terus menerus dilakukan

dalam upaya meningkatkan daya saing atau paling tidak memantapkan posisi

industri tersebut pada persaingan yang akan terus berlangsung.

Selanjutnya sebagai gambaran bagaimana proses yang ada di industri

garmen, maka akan dibahas mengenai proses produksi di industri garmen,

mulai dari penerimaan order dari buyer sampai pengiriman produk ke buyer

/ pemesan. Adapun tahapan prosesnya adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan order dari buyer akan dilakukan oleh merchandiser.

2. Selanjutnya seorang merchandiser akan meminta bantuan dari bagian

sampel untuk membuat sampel produk sesuai dengan spesifikasi order

yang diminta buyer.

3. Setelah sampel siap, maka merchandiser akan menunjukkan sampel

tersebut kepada buyer untuk mengetahui apakah buyer menyepakati

(menyetujui) atau tidak sampel tersebut.

4. Setelah terjadi kesepakatan terhadap sampel yang dibuat, maka

selanjutnya merchandiser akan menghitung biaya (cost) yang

dibutuhkan.

5. Selanjutnya merchandiser akan membuat rencana material yang

dibutuhkan dan melakukan pembelian (purchasing) jika rencana material

dan pembelian tersebut disetujui.

6. Setelah itu, merchandiser akan melakukan pemesanan semua material

baik kain, asesories, maupun bahan pelengkap lainnya yang dibutuhkan

sesuai dengan standar kualitas yang diminta buyer. Oleh karena itu,

harus dilakukan pengendalian kualitas material produk.

7. Selanjutnya masuk pada tahap proses produksi, mulai dari perencanaan

produksi, pemotongan, penjahitan, dan finishing. Setiap tahap ini

Page 33: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

25

harus dilakukan kontrol kualitas agar dapat mencapai produk yang

bagus sesuai spesifikasi order yang diminta.

8. Setelah semua produk selesai dan memenuhi spesifikasi baik secara

kualitas maupun kuantitas, maka segera dilakukan pengiriman produk

ke buyer.

Secara garis besar, alur proses bisnis secara keseluruhan dalam industri

garmen dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 15. Alur Proses Bisnis di Industri Garmen Secara Keseluruhan Sumber: M. Riza Radyanto.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diketahui dimana posisi

pekerjaan merchandising dalam industri garmen dan seberapa besar

peranannya dalam menentukan keberhasilan dan kesuksesan sebuah

industri garmen. Selain itu dapat dijelaskan pula bahwa pekerjaan

merchandising yang dilakukan oleh seorang merchandiser atau follow up

merupakan bagian yang sangat penting dan sebagai ujung tombak di industri

garmen. Oleh karena itu, mengingat hal tersebut maka pada bab selanjutnya

akan dibahas lebih detail mengenai merchandiser garmen yang mencakup

Page 34: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

26

pengertian, lingkup kerja, persyaratan umum, dan bagaimana menjadi

merchandiser garmen yang profesional.

Page 35: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

27

BAB II

MERCHANDISER GARMEN

A. Pengertian Merchandiser Garmen

Merchandiser berasal dari kata merchandise (bahasa Inggris) yang berarti

‘barang dagangan’. Jadi, merchandiser garmen diartikan sebagai orang-orang

yang mengurus barang dagangan jenis garmen (pakaian jadi maupun

perlengkapannya), baik berdasarkan pesanan (order dari buyer) ataupun

yang tidak berdasarkan pesanan dari buyer (order sendiri). Pekerjaan

merchandiser garmen tersebut disebut merchandising garmen, dan pekerjaan

ini merupakan salah satu bidang pekerjaan penting di industri garmen. Oleh

karena itu, seorang merchandiser garmen harus bisa menjamin dan

memastikan bahwa produk yang akan dihasilkan sesuai dan memenuhi

spesifikai order yang diminta (Right Product), memenuhi standar kualitas yang

diminta (Right Quality), memenuhi standar jumlah yang diminta (Right

Quantities), dan sesuai jadwal yang diminta (Schedule Time).

Gambar 16. Situasi Kerja Merhandiser

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa

merchandiser garmen adalah seseorang yang melakukan merchandising di

sebuah perusahaan garmen. Jadi, semua pekerjaan yang terkait dengan

merchandising garmen ini dilakukan dan menjadi tanggung jawab dari

seorang merchandiser garmen atau disebut juga sebagai Follow Up.

Page 36: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

28

Menurut Nathanael Suryadi (2012), seorang merchandiser garmen

memiliki fungsi yang sangat penting di bisnis garmen, karena melalui

mereka rantai suplly dan rantai proses bisnis ini bisa berjalan dengan baik.

Oleh karena itu, peran dari para merchandiser ini sangat penting dalam

mendukung keberhasilan dan kesuksesan perusahaan garmen. Mereka

adalah ujung tombak perusahaan yang menghubungkan antara buyer atau

customer (pemesan) dengan perusahaan terkait dengan order perusahaan.

Apabila kinerja seorang merchandiser garmen baik dan mampu memenuhi

spesifikasi dari buyer, maka akan berdampak pada keberlanjutan usaha

tersebut. Sebaliknya apabila kinerja seorang merchandiser kurang baik,

maka akan berdampak kurang bagus juga pada keberlanjutan usaha garmen

tersebut.

B. Lingkup Kerja Merchandiser Garmen

Gambar 17. Merchandiser Garmen

(Sumber: The Factory by Till Freyer & Celia, S., IGTC-Bogor, 2006)

Sebelum membahas lebih jauh ruang lingkup pekerjaan merchandiser

garmen akan disajikan terlebih dahulu struktur dan fungsi merchandising

garmen yaitu sebagai berikut:

Page 37: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

29

Ditinjau dari tipe atau jenisnya, pekerjaan merchandising yang

dilakukan oleh merchandiser garmen, secara garis besar dibagi menjadi dua

Page 38: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

30

yaitu marketing merchandising (merchandising pemasaran) dan product

merchandising (merchandising produk).

1. Marketing Merchandising (Merchandising Pemasaran)

Fungsi pokok merchandising pemasaran dilakukan oleh seorang

merchandiser pemasaran, yaitu:

a. Mengembangkan produk sesuai permintaan (order) dan riset pasar.

b. Menghitung biaya produksi dan menentukan harga jual.

c. Selanjutnya menghubungi buyer untuk menyampaikan produk yang

telah dikembangkan tersebut beserta biaya dan harga jualnya.

2. Product Merchandising (Merchandising Produk)

Tugas merchandising produk ini merupakan tanggung jawab dari

seorang merchandiser produk garmen dan dilakukan dalam satu unit, yaitu

mulai dari penerimaan order sampai order tersebut dikirimkan ke buyer.

Ruang lingkup pekerjaan seorang merchandiser produk garmen ini memang

sangat luas, dimulai dari proses penerimaan order sampai pengiriman order,

atau mulai dari proses desain (pemilihan model baju, jenis bahan yang

digunakan, warna, pemilihan asesoris, range size, dll), pembuatan prototype

design (sampel proses: pola, jahit), menghitung harga jual dan harga

produksi, mengatur proses penempatan produksi, mengurus pembelian

bahan baku dan aksesoris yang dipakai, mengawasi proses produksi,

mengurus pengiriman barang, sampai mengatur tata ruang toko saat

penjualan (showroom). Secara detail dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup

pekerjaan dan tanggung jawab merchandiser produk garmen ini dapat

dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Design Produk

a. Design

1) Pembuatan Siluete

2) Board Collection

3) Trims & artwork

Page 39: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

31

b. Pemilihan bahan

1) Pemilihan Jenis Kain

2) Pemilihan Jenis Material Kain

3) Pemilihan warna

c. Pembuatan Sample

1) Pembuatan pola

2) Pemotongan Bahan

3) Penjahitan sample

d. Final Approval Design

2. Tahap Pra Produksi

a. Colour Chart Preparation

b. Trims Chart Preparation

c. Material Calculation -> Consumption

d. Artwork design process (print/ bordir)

e. Form Sample

f. Persiapan Material sample

1) Pembuatan contoh motif kain

2) Pembuatan contoh warna kain

3) Pembuatan contoh Asesoris (Trims)

* Label

* Kancing

* Sleting, dll

* Label

4) Proses jahit sample -> Fitting

5) Proses approval sample

6) Proses contract order

7) Proses Pemesan material (Kain dan Aksesoris)

8) Worksheet production

9) Proses jahit sample -> Fitting

Page 40: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

32

3. Tahap Produksi

a. Pemeriksaan kain

b. Pembuatan Pre production sample

c. Pemotongan kain

d. Proses Artwork (Print/ Bordir)

e. Proses Jahit

f. Proses Cuci (bila Perlu)

g. Proses Finishing

1) Pemeriksaan Kualitas

2) Pemasangan Kancing

3) Proses Gosok

4) Proses Lipat pemberian Tag

5) Packing

4. Tahap Pasca Produksi

5. Tahap Penjualan di Toko (Retail)

Terkait hal di atas, maka Ikatan Ahli Tekstil seluruh Indonesia

menyatakan bahwa ruang lingkup pekerjaan seorang merchandiser garmen

secara umum antara lain sebagai berikut:

a. Melakukan konfirmasi penempatan order kepada pemesan (sales

confirmation)

b. Membuat perhitungan harga (cost calculations)

c. Menjabarkan detail order untuk pembuatan sampel produksi

d. Mempersiapkan approval bahan-bahan produksi

e. Melakukan pemesanan bahan-bahan untuk produksi

f. Membuat rencana produksi dan waktu penyelesaian produksi (time

schedule)

g. Membuat Surat Perintah Kerja (SPK), Order Sheet berikut file lengkap

bagi unit produksi dan quality assurance.

Page 41: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

33

h. Mengikuti proses produksi dan melakukan tindakan yang menjadi

kewenangannya agar pesanan yang diproduksi sesuai dengan

permintaan

i. Membuat dokumen-dokumen yang diperlukan bagi proses pengiriman

/ pengapalan (shipping instructions) dan penagihan pembayaran

j. Membuat rekapitulasi penyelesaian order berikut perhitungan rugi-laba

C. Persyaratan Umum Merchandiser Garmen

Semua orang dapat menjadi seorang merchandiser garmen, asal

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Mampu berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung

dan mampu bernegoisasi dengan baik. Oleh karena itu, untuk

mendukung hal ini maka seorang merchandiser garmen selain

menguasai bahasa nasional juga setidaknya menguasai satu bahasa

internasional yaitu bahasa Inggris. Hal ini terutama apabila industri

garmen tempat bekerja merupakan industri garmen yang mengekspor

produknya ke luar negeri.

2. Sabar, teliti, cermat, dan cekatan. Hal ini sangat penting terlebih sistem

kerja yang menuntut ketelitian, kecermatan, kecekatan, dan kecepatan

agar dapat memenuhi standar kualitas serta kuantitas sesuai spesifikasi

order dari buyer.

3. Fleksibel dalam waktu kerja mengingat adanya perbedaan waktu antar

negara. Oleh karena itu, seorang merchandiser garmen harus bisa

menyesuaikan diri dengan pekerjaan dan waktu di berbagai negara.

4. Dapat bertindak tegas namun lugas. Seorang merchandiser garmen

harus dapat menentukan sikap dengan tegas namun tetap lugas agar

dapat memenuhi standar yang ditentukan tanpa harus mengorbankan

salah satu atau berbagai pihak.

Page 42: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

34

5. Mengenal supplier-supplier bahan baku dan bahan bantu produksi. Hal

ini penting terutama terkait dengan kelancaran pada saat pengadaan

bahan-bahan material yang dibutuhkan agar dapat dilakukan secara

cepat dan tepat.

6. Memahami bahan baku dan asesoris produksi. Hal ini sangat penting

terutama untuk mendukung tugasnya pada saat memahami desain

produk dan menentukan bahan baku dan asesoris yang sesuai,

melakukan penghitungan consumption fabric dan trims.

7. Mengenal proses produksi garmen secara umum. Hal ini sangat

penting terutama dalam mendukung penentuan proses produksi yang

akan dilakukan agar tercapai efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

8. Mengetahui jenis dokumentasi ekspor-impor berikut kuota, metode

pengiriman dan metode pembayaran. Hal ini sangat penting terutama

terkait dengan kelancaran proses pengiriman dan pembayaran agar

tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

9. Berupaya selalu menambah wawasan khususnya mengenai

perkembangan industri garmen baik lokal, nasional, maupun

internasional. Hal ini tentunya untuk memperkirakan produk apa yang

akan diproduksi dan bagaimana penerimaan pasar terhadap produk

garmen yang akan diproduksi.

D. Menjadi Merchandiser Garmen yang Profesional

Menjadi merchandiser garmen yang profesional merupakan bagian

dari karir seorang merchandiser garmen. Apabila seorang merchandiser

garmen selalu berupaya melakukan perkerjaannya dengan sebaik-baiknya

dan selalu berupaya meningkatkan kemampuan diri secara profesional,

maka dia akan bisa menjadi seorang merchandiser garmen yang profesional.

Oleh karena itu, untuk menjadi seorang merchandiser yang profesional

maka orang tersebut harus selalu berupaya melakukan pekerjaannya secara

profesional.

Page 43: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

35

Sebelum membahas lebih jauh bagaimana menjadi seorang

merchandiser garmen yang profesional, berikut akan dijelaskan hal-hal yang

mungkin terjadi pada saat menangani pekerjaan merchandising di industri

garmen yaitu antara lain:

1. Jenis pekerjaan merchandising garmen menuntut banyak hal yang

berhubungan dengan detail pekerjaan dan juga bagian-bagian lain di

dalam dan di luar perusahaan yang semuanya harus di follow up dengan

cepat. Tugas merchandiser garmen dalam hal ini yaitu harus bisa

memastikan bahwa suatu order yang diberikan oleh buyer sudah

dikerjakan dengan benar dan dikirim tepat waktu.

2. Semua detail pekerjaan harus dikerjakan dengan benar, seperti

misalnya: desain baju, cara jahit, dan hasil jahitan harus sesuai dengan

technical page yang diberikan buyer. Ini namanya workmanship. Oleh

karena itu, untuk memastikan ini maka merchandiser garmen harus

bisa mengomunikasikan tech pack dari buyer ke bagian sampel dan

mendiskusikan item-item yang belum jelas dan kesulitan-kesulitan

dalam mengerjakannya. Bila ada suggestion, maka tugas seorang

merchandiser garmen adalah menjelaskannya kembali ke buyer dan

meminta approval. Pekerjaan dalam tahap ini bisa mudah apabila style-

nya simple, tapi bisa juga menjadi sulit manakala style-nya rumit.

Masalah yang muncul di tahap ini bisa beragam; mulai dari design yang

rumit, hasil dari sample room yang tidak sesuai dengan tech pack walaupun

sudah dijelaskan secara rinci, spec tidak bisa cocok dengan desain, dll.

3. Selain itu merchandiser garmen juga bertugas untuk memastikan

bahwa fabric (kain) dan trims (perlengkapan dalam suatu garmen seperti

benang, kancing, label, zipper, dll) sudah memiliki kualitas yang sesuai

dengan standard buyer. Oleh karena itu untuk memastikan ini, maka

prosesnya adalah: merchandiser garmen atau purchase mencari supplier

Page 44: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

36

yang sesuai, meminta sampel dengan spesifikasi seperti pada tech pack

dan mengirimkannya ke buyer untuk disetujui (approve). Paling tidak ada

2 jenis yang menjadi standar yaitu kualitas barang dan warna, dimana

keduanya harus sudah disetujui sebelum merchandiser garmen

memberikan lampu hijau ke Purchase dept untuk order barang tersebut.

Selain itu, mencocokkan warna (biasa disebut lab dip) juga menjadi hal

yang penting di dunia garment. Setelah kualitas fabric dan trims disetujui

(terjadi approval), maka tugas merchandiser garmen untuk

menginstruksikan ke bagian purchase untuk order. Banyaknya fabric

yang dibutuhkan sejak awal sudah dihitung saat proses costing, begitu

juga semua trims-nya. Proses costing adalah menghitung ongkos

pembuatan garmen. Hal ini dilakukan awal sekali sebelum PO (purchase

order) garmen dikeluarkan oleh buyer. Costing ini sangat penting, oleh

karena itu apabila terjadi kesalahan pada saat penghitungan costing dan

consumption (pemakaian) fabric atau trims yang mengakibatkan bahannya

kurang, maka akan berdampak fatal.

4. Pada tahap memesan fabric/ trims dan follow up kedatangannya maka

merchandiser garmen harus berhubungan dengan beberapa pihak

setidaknya: purchasing, supplier, forwarder, dan exim department dan

accounting. Di beberapa perusahaan ada yang melepaskan tanggung

jawab order material ini ke purchasing, yang penting material sudah

ada di gudang (warehouse). Ada juga yang tetap melibatkan

merchandiser garmen untuk follow up ke supplier, menanyakan kapan

barang siap di kirim, kapan datangnya, dengan cara apa akan

dikirimnya, berapa jumlah yang dikirim, dan lain-lain.

5. Proses approval dan order material berjalan paralel dengan proses

approval sample garment. Setelah sampel garmen disetujui (ada beberapa

tahap sampel, jarang-jarang yang satu tahap atau sekali kirim langsung

disetujui (terjadi approval) dan semua material datang, maka garmen

Page 45: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

37

sudah siap diproduksi. Bagian Produksi atau PPIC (Product Planning

and Inventory Control) mengatur schedule kapan suatu order masuk ke

bagian sewing berdasarkan tanggal pengiriman (Shipment Date). Pada

tahap ini berbagai permasalahan bisa saja terjadi atau muncul.

Misalnya, masalah kualitas jahitan, cara jahit, ukuran, kotor, dan banyak

lagi derivat masalah hadir walaupun sebisanya sudah dipersiapkan

dengan baik.

Terkait hal di atas dan mengingat pekerjaan merchandising yaitu

bertanggung jawab mulai dari penerimaan order dari buyer sampai

pengiriman produk pesanan ke buyer, maka agar dapat menjadi seorang

merchandiser garmen yang profesional, seorang merchandiser garmen

harus selalu:

1. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan departemen lain dalam

perusahaan garmen tersebut secara profesional, seperti menjalin

kerjasama dan koordinasi dengan bagian keuangan (finance), pemasaran

(marketing), sampel (sampling), pembelian (purchasing), produksi

(production), dan pengendalian kualitas (quality control).

2. Menjalin kerjasama dengan tim desain secara efektif untuk

mempresentasikan produk yang sedang dikerjakan, mengembangkan

warna dan spesifikasinya.

3. Melakukan riset pasar untuk menentukan cara yang paling efektif

untuk menjual dan mempromosikan produk garmen.

4. Meningkatkan kemampuan diri baik dalam berkomunikasi dan

bernegoisasi dengan buyer atau costumers maupun dengan

departemen lain agar dapat mencapai kesuksesan baik secara langsung

maupun tidak secara langsung misal melalui e-mail. Berikut ini adalah

salah satu contoh e-mail pertama yang dibuat oleh seorang

Page 46: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

38

merchandiser garmen di PT Beximco Textile & Apparel Ltd

Bangladesh:

Berikut adalah jawaban buyer untuk e-mail pertama yang ditulis

merchandiser garmen:

5. Meningkatkan kemampuan merencanakan dan menganalisis serta

kemampuan visual yang kuat agar mampu membuat perencanaan dan

analisis secara baik.

Page 47: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

39

6. Berusaha secara terus menerus dan pantang menyerah agar bisa

menjadi seorang pemikir yang kritis, kreatif, dan inovatif agar mampu

memecahkan masalah dengan baik.

7. Berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya didukung dengan sikap dan

perilaku profesional:

Page 48: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,
Page 49: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

41

BAB III

PENGETAHUAN PRODUK GARMEN

A. Klasifikasi Produk (Merchandize) Garmen

Seorang merchandiser garmen harus mengetahui dan memahami

berbagai macam produk garmen. Saat ini banyak sekali dapat kita temui

berbagai macam produk garmen yang ada di pasaran, mulai yang dijual di

toko-toko kecil sampai departemen store dan supermarket seperti di mal-

mal, dan lain sebagainya. Jika kita klasifikasikan, berbagai macam produk

garmen tersebut dapat kita kategorikan sebagai berikut:

No. Kategori Macam Produk Garmen

1. Berdasarkan usia

pemakai

Busana bayi, busana anak, busana

remaja dan busana dewasa

2. Berdasarkan jenis

kelamin pemakai

Busana pria dan busana wanita

3. Berdasarkan

kesempatan

pemakaian

Busana pesta, busana casual, busana

pantai, busana renang, busana kerja,

busana tidur, busana olahraga,

busana pengantin, busana wisuda dan

lain sebagainya

4. Berdasarkan posisi

pemakaian di badan

Busana atasan, busana bawahan,

busana dalam, dan busana luar.

5. Berdasarkan lokasi

pemakaian

Busana luar angkasa, busana dalam

air (penyelam), busana kutub, dan

busana gunung.

6. Berdasarkan profesi

pekerjaan (pakaian

seragam)

Pakaian tentara/polisi, pakaian pilot,

pakaian sulap, pakaian pembalap,

pakaian dokter, pakaian

pramugari/pramugara, pakaian

Page 50: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

42

pegawai bank, pakaian guru/dosen,

pakaian seragam sekolah, dan

sebagainya

7. Berdasarkan

musim/waktu

Pakaian musim dingin, pakaian

musim panas, pakaian musim semi,

pakaian musim gugur

8. Berdsarkan asal

bahan

Pakaian dari bahan tenunan, pakaian

dari bahan rajutan, pakaian dari kulit

binatang, pakaian dari bahan non

woven, pakaian dari bahan kombinasi

dan lain sebagainya

9. Berdasarkan

kepercayaan atau

agama pemakai

Busana muslim, busana kesusteran,

busana pendeta, busana biksu, dan

lain sebagainya sebagai identitas

agama

10. Busana suku/negara Busana China, busana Jepang, busana

Korea, busana India, busana

Thailand, busana Jawa, busana

Melayu, busana Batak, dan busana

daerah dan negara lainnya

11. Berdasarkan warna

dan motif

Busana batik, busana lurik, busana

polos, busana motif

12. Berdasarkan model

produk garmen

Busana kemeja, gaun, jaket, celana

panjang, celana pendek, legging, kaos,

jas, blazer, vest, sweater, rok, kebaya,

lingeri, dan sebagainya.

Page 51: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

43

13. Berdasarkan

aktivitas manusia

Pakaian formal (formal wear), pakaian

santai (casual wear), dan pakaian aktif

(active wear)

B. Karakteristik Produk Garmen

Berdasarkan pengklasifikasian produk garmen yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka berikut akan dipaparkan tentang karakteristik berbagai

macam produk garmen berdasarkan aktivitas manusia, yaitu sebagai berikut:

No. Macam Produk Garmen Karakteristik

1. Pakaian Formal (Formal

Wear):

Digunakan untuk

acara formal resmi,

seperti ke pesta, ke

kantor, menghadiri

acara kenegaraan,

dan acara resmi

lainnya.

Pada umumnya

terbuat dari bahan

tenunan, bisa berasal

dari wool, sutera,

serat sintetis,

ataupun katun.

Model pakaiannya

seperti: kemeja, jas,

blazer, rok/gaun,

dan celana panjang.

Untuk pria biasanya

menggunakan dasi

Page 52: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

44

yang pada umumnya

dipadu padan dengan

sepatu pantofel atau

highheel.

Untuk wanita dapat

dilengkapi dengan

banyak hiasan dan

pernak-pernik

Pakaian formal ini

umumnya mewah,

rapi, dan elegan.

2. Pakaian santai (casual wear):

Dikenakan sehari

hari di rumah atau di

luar aktivitas acara

resmi/formal.

Umumnya dipakai

ketika tidak bekerja

di kantor atau acara-

acara tidak resmi.

Modelnya trendy dan

sporty seperti padu

padan celana katun,

capri, celana kolor,

celana pendek dan

jeans dengan t-shirt,

kaos, jumper, polo,

dan lainnya dengan

mengenakan sandal

Page 53: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

45

atau sepatu olahraga

maupun sepatu kets.

Dipakai di berbagai

kesempatan seperti

berkumpul dengan

teman-teman, acara

keluarga, olahraga

ringan, nonton dan

aktivitas harian

lainnya.

Umumnya terbuat

dari bahan serat

selulosa dan

campurannya dengan

kontruksi tenun

ataupun rajut.

3. Pakaian aktif (active wear):

Digunakan untuk

aktivitas manusia

dengan banyak gerak

seperti kegiatan

olahraga dan bekerja

dengan aktivitas

gerak tubuh yang

sangat dinamis.

Bahan yang

digunakan umumnya

mulur dan elastis.

Page 54: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

46

Jenis bahan

tergantung dimana

aktivitas dilakukan:

di darat, air ataupun

udara.

Untuk kegiatan darat

umumnya terbuat

dari bahan rajutan

dan serat selulosa

dan campurannya.

Untuk kegiatan di

udara dan air

umumnya terbuat

dari bahan non woven

dengan kombinasi

bahan campuran atau

murni serat sintetis.

Sering juga

digunakan sebagai

pakaian kasual biasa

khususnya untuk

pakaian aktivitas di

darat.

C. Standar Kualitas Produk Garmen

Produksi garmen diawali dengan penentuan spesifikasi produk sebagai

acuan standar mutu produksi. Spesifikasi ini dapat ditentukan sendiri oleh

produsen berdasarkan permintaan buyer atau hasil negosisasi antar buyer

dan pihak yang memproduksi garmen. Pada produksi garmen secara masal

Page 55: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

47

untuk produk yang memiliki branding mendunia, standar produksi

ditentukan dengan standar produk dan standar pengujian pada kualitas

bahan, proses dan produk jadi. Beberapa contoh ketentuan spesifikasi

standar produk garmen ini dapat dilihat pada contoh purchase order (PO)

produk garmen berikut ini:

Gambar 19. Contoh Purchase Order (PO) Produksi Garmen

Page 56: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

48

Standar kualitas produk garmen tersebut di atas dapat dilihat dari aspek

yang ditentukan yaitu mulai dari komposisi serat, kekuatan jahitan, jumlah

stitching, ketahanan luntur warna, kekuatan kancing dan risluting dan lainnya

dengan mencantumkan metode pemeriksaan dengan standar pengujian

yang harus digunakan. Oleh karena itu, di dalam purchasing order (PO) produk

garmen setidaknya memuat:

1. Spesifikasi bahan untuk produk garmen baik bahan utama, pelengkap

maupun pelapis: warna, gramasi, dimensi dan standar kualitas yang

ditetapkan

2. Style/model busananya (garmen)

3. Standar ukuran dan toleransinya

4. Standar jahitan

5. Sampel bahan, asesoris dan lainya

6. Ketentuan lain misalnya ketentuan jenis mesin-mesin poduksi yang

harus digunakan, acuan standar pengujian kualitas dan lain sebagianya.

Setiap aspek standar kualitas/ mutu produk garmen yang tertuang

dalam PO (purchase order) tersebut harus dapat dipenuhi. Oleh karena itu

untuk memenuhi standar kualitas/mutu produk garmen ini, maka perlu

dilakukan pengelolaan mutu dan melakukan pengujian-pengujian terhadap

mutu/kualitas bahan-bahan tekstil dan produk garmen tersebut. Dengan

demikian, maka dalam hal ini seorang merchandiser garmen harus bekerja

sama dengan bagian pengendalian kualitas (QC).

Prinsip dalam pengendalian dan pengawasan kualitas/mutu adalah

mengerjakan dengan benar sejak pertama kali melakukan, mengerjakan

proses sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan mencegah,

menemukan dan memperbaiki terjadinya cacat produksi. Untuk menjamin

kualitas yang baik maka sejak pemilihan bahan baku/material harus

dipastikan memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan.

Secara umum, produksi garmen masal memiliki alur produksi, dimana

pada setiap tahapan proses yang dilalui memiliki karakteristik masing-

Page 57: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

49

masing sesuai dengan tahapan produksinya. Desainer-desainer top dunia

seperti Calvin Klein, Donna Karan dan lainnya selain memproduksi High

Fashion yang digunakan oleh selebriti dunia juga mengeluarkan brand pakaian

yang diproduksi secara masal dan beredar di seluruh dunia. Untuk mampu

mengembangkan bisnis fashion seorang desainer juga harus mampu

mengembangkan branding terhadap dirinya maupun produknya,

memperluas pergaulan sosialnya, memperbanyak jejaring kerjasamanya dan

selalu produktif serta kreatif dalam mengenalkan produk pakaian jadinya.

Salah satu cara mengembangkan branding adalah menerapkan dan menjaga

kualitas pelayanan maupun produk yaitu dengan tetap menjaga standar

kualitas produk garmen yang telah ditentukan.

Secara umum, proses produksi pakaian jadi (garmen) memiliki alur

produksi sebagai berikut:

1. Menentukan desain produksi, yaitu dengan membuat desain/model

produk garmen sesuai dengan pesanan dan tujuan pemakaian.

2. Menyiapkan bahan baku dan bahan pembantu, yaitu sebelum

melaksanakan proses produksi pakaian sangat penting untuk

memastikan bahwa semua bahan tersedia dalam jumlah yang cukup dan

memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan.

3. Menyiapkan peralatan kerja yang berkualitas seperti mesin potong,

mesin jahit, mesin fusing, dan mesin/peralatan produksi lainnya. Semua

peralatan ini harus dalam kondisi baik dan sudah disiapkan

penyetelannya seperti tegangan dan jumlah stich-nya agar sesuai dengan

kebutuhan jenis pakaian yang akan diproduksi.

4. Memilih dan /atau memodifikasi pola atau blok, yaitu jika pola tidak

diberikan oleh buyer maka perlu dilakukan pembuatan pola dan

sampel/contoh produk yaitu dengan melakukan proses pembuatan

garmen sesuai dengan pola style/desain tertentu dan ukuran/work sheet.

Umumnya pembuatan top sample ini sebanyak minimal 4 pieces per size,

kemudian sampel tersebut dikirim untuk dicek oleh merchandiser dan

Page 58: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

50

buyer. Sampel yang telah disetujui/approved langsung diproduksi secara

masal, tetapi kalau tidak disetujui harus membuat sampel lagi sampai

disetujui/approved.

5. Menyiapkan dan memotong kain, yaitu dilakukan melalui proses

penggelaran kain yang bisa bertumpuk-tumpuk hingga ketebalan di atas

10 cm dan panjang kain sesuai dengan kebutuhan jumlah produksi dan

variasi ukuran pakaian. Pada proses ini dalam sekali potong dapat

menghasilkan komponen pakaian berbagai ukuran pakaian S, M, L, XL.

Beberapa istilah dalam proses ini adalah:

a. Spreading, yaitu proses penggelaran kain lembar demi lembar

menjadi tumpukan kain, sesuai dengan jumlah yang sudah

ditentukan.

b. Marker, yaitu proses menyusun pola sesuai dengan kebutuhannya

c. Cutting, yaitu proses pemotongan kain sesuai pola.

d. Bundling, yaitu proses pemberian tanda pada komponen-komponen

pola marker yang sudah dipotong.

Contoh bundling:

Style = Seragam

Size/ukuran = L

Tahap = I

Bendel = 2

No seri = 345 – 479

Jumlah = 135

Komponen = Kantong

Warna = Blue (Biru)

Page 59: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

51

e. Numbering, yaitu proses pemberian nomor pada bagian komponen-

komponen pola sesuai dengan urutannya saat penggelaran kain

lembar demi lembar menjadi tumpukan banyak, misal 125 lembar

setiap tumpukan. Berarti pola kemeja body depan kiri sebanyak 125

lembar, maka harus diberi nomor dari lembar 1 s.d. 125. Ini

dilakukan pada setiap komponen. Numbering berfungsi untuk

menghindari terjadinya warna yang berbeda/belang pada satu set

potong garmen. Contoh komponen hasil potong kemeja lengan

pendek terdiri atas body depan kanan dan kiri, body belakang, lengan

kiri dan kanan, kantong dan daun kerah dan kaki kerah.

6. Menjahit elemen-elemen pola, yaitu sebelum dijahit, maka beberapa

elemen pola harus dikerjakan fusing dulu. Misalnya untuk menempelkan

interlining pada kerah. Proses penjahitan di industri garmen dilakukan

dengan mesin high speed dan mesin mesin otomatis lainnya. Proses

penjahitan dilakukan dengan sistem ban berjalan sesuai alur kerja

produksi yang telah ditentukan. Penggabungan setiap komponen pola

dilakukan oleh satu operator dan berlanjut ke komponen berikutnya

oleh operator yang lainnya sehingga untuk menghasilkan satu model

pakaian bisa dikerjakan puluhan operator. Dengan sistem produksi

masal ini dalam satu jam bisa menghasilkan puluhan hingga ratusan

pakaian. Sistem produksi masal ini mampu menekan ongkos produksi

sehingga biaya proses penjahitan bisa ditekan hanya beberapa ribu

rupiah saja untuk satu pakaian. Oleh karena itu, produk-produk pakaian

jadi ini seringkali jika dikalkulasikan oleh konsumen dibandingkan

dengan membuat sendiri, harganya sangat jauh lebih murah.

7. Melakukan proses finishing/penyelesaian, yaitu dengan dilakukan

penyelesaian akhir agar pakaian tampak lebih rapi dan sempurna.

Beberapa kegiatan pada proses ini misalnya membuat lubang kancing,

memasang yang dilakukan secara manual maupun dengan mesin.

Page 60: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

52

Penyelesaian akhir lainnya adalah proses yang membutuhkan pengerjaan

manual dengan tangan seperti mengesum, menyetrika dan melipat.

8. Melakukan pengepakan, dimana untuk produk-produk yang memiliki

brand dan kualitas ekspor pengepakannya sangat rumit, yaitu proses

pelipatannya harus mengikuti standar ukuran packing yang telah

ditentukan baik dalam jumlah, model, ukuran maupun warna. Setiap

model dan jenis pakaian jadi memiliki karakteristik produksi yang

berbeda beda terutama dalam proses penjahitan membutuhkan jumlah

dan jenis mesin jahit yang berbeda-beda pula.

Fungsi pengawasan produksi garmen agar memenuhi standar kualitas

yang ditentukan ini dilaksanakan oleh petugas quality control (QC). Petugas

quality control berkewajiban untuk melakukan semua usaha pengawasan

untuk menjamin proses produksi garmen berjalan sesuai dengan rencana

produksi dan standar mutu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, untuk

pengawasan mutu produksi di industri garmen ini maka dibentuk

departemen quality control secara khusus dengan melibatkan beberapa

karyawan. Pentingnya quality control adalah untuk mencegah agar produk jadi

yang tidak sesuai dengan standar dapat dilakukan perbaikan sedini mungkin

sehingga dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan dari standar kualitas

yang telah ditentukan.

Berdasarkan alur produksi di industri garmen, maka sistem

pengawasan mutu produk garmen agar memenuhi standar kualitas yang

ditentukan terbagi dalam 3 tahapan proses, yaitu:

a) Pengawasan persiapan produksi (pre production inspection):

Dalam melakukan pemeriksaan pengawasan mutu harus senantiasa

memegang prinsip Q–MATCH (QUALITY–MATCH). MATCH

sendiri merupakan singkatan dari:

Page 61: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

53

Q = Quality

M = Meet

A = Agreed

T = Term

CH = Changes

Artinya setiap produk/ output/ luaran dari setiap proses di bagian

produksi harus sebanding dengan syarat-syarat yang telah disetujui

oleh pihak pembeli (buyer) beserta dengan perubahan-perubahan yang

telah disetujui bersama antara pembeli (buyer) dan produsen. Oleh

sebab itu, di dalam melakukan pemeriksaan seorang tenaga QC akan

selalu mempunyai bahan pembanding yang telah disetujui oleh

pembeli. Bahan pembanding ini bisa berupa: model baju, contoh

bahan, contoh warna, ukuran-ukuran, informasi-informasi lain yang

diperlukan dimulai dari informasi-informasi yang terdapat dalam

Purchase Order (PO)/ Contract Details, juga bila ada perubahan-

perubahan yang datang selama dalam masa order sedang berjalan.

Sebelum melakukan tes maka diperlukan persiapan, yakni menyiapkan

bahan pembanding dan alat-alat tes yang diperlukan untuk keperluan

pemeriksaan. Standar pemeriksaan mutu yang harus disiapkan

diantaranya :

(1) Contoh baju yang telah disetujui (Sample approval):

Disain/model/contoh pakaian yang akan diproduksi yang telah

disetujui oleh buyer/konsumen harus selalu dijadikan patokan

pemeriksaan dalam setiap produksi.

(2) Contoh warna yang telah disetujui (Colour Swatch):

Warna kain, benang, bahan tambahan, aksesoris, hiasan dan bahan

pelapis dalam pemeriksaan kualitas harus sesuai dengan standar

warna yang telah dispakati.

(3) Contoh kain/ benang (Fabric Swatch)

Page 62: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

54

Kain/benang dari aspek kehalusan, pegangan, kelangsaian,

kelembutan, kontruksi dalam pemeriksaan harus sesuai dengan

contoh standar kain/benang yang telah disepakati

(4) Contoh bahan pembantu (Accessories sample):

Bahan-bahan pembantu dari aspek jumlah, warna, bentuk dan

lainlainya harus sesuai dengan contoh

(5) Ukuran-ukuran (Size Specification)

Ukuran-ukuran standar yang telah disepakati harus dijadikan

patokan untuk pengecekan ukuran pada produk jadi.

(6) Informasi pengepakan (Packing instruction):

Informasi dan persyaratan pengepakan harus dijadikan standar

untuk memeriksa hasil pengepakan

Setelah semua bahan pembanding diperoleh maka selanjutnya dalam

pemeriksaan awal adalah melakukan pengecekan bahan baku (Piece

Good Quality Control) yang meliputi bahan utama, bahan pelengkap dan

bahan pelapis. Faktor pemilihan bahan busana sangat menentukan

kualitas produk busana sehingga perlu dilakukan pengawasan bahan

baku. Pengawasan bahan busana ini harus mampu menjamin ketepatan

dengan standar kualitas maupun ketersediaan dalam jumlah

(kuantitas). Pemeriksaan bahan kain sebelum potong dilakukan

menyeluruh untuk menghindari cacat. Karena di bagian potong inilah

tanggung jawab dari kain akan langsung berada di tangan produsen,

bila kain telah dipotong. Tetapi bila kain cacat maka masih bisa

dikembalikan kepada pembuat kain. Pemeriksaan ini menyangkut

dimensi, cacat warna, cacat kontruksi kain. Pemeriksaan ini dilakukan

secara visual maupun di laboratorium.

b) Pengawasan proses produksi ( In line/in process quality control):

Dalam pengawasan mutu proses produksi garmen perlu diperhatikan

4 faktor yang menyebabkan terjadinya cacat yang disebabkan oleh:

(1) Material/bahan kain yang sudah cacat:

Page 63: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

55

Cacat produksi yang disebabkan bahan utama, bahan pelengkap

dan bahan pelapis yan memang sudah cacat. Oleh karena itu,

sebelum produksi dilakukan perlu dilakukan pemeriksaan bahan

secara teliti dan menyeluruh.

(2) Cacat akibat kesalahan pengerjaan dan penanganan bahan:

Cacat akibat proses pengerjaan ini disebabkan karena

keterampilan SDM yang kurang, motivasi kerja yang kurang baik,

prosedur kerja yang tidak baik, permasalahan permesinan dan

lingkungan serta manajemen perusahaan yang kurang baik.

(3) Cacat akibat material handling dan penyimpanan:

Proses angkat dan angkut bahan dan produk juga dapat

menyebabkan cacat, pengangkutan yang tidak baik bisa merusak

struktur bahan dan produk, produk terkena kotoran dan lainnya.

Demikian juga penyimpanan produk yang tidak baik bisa

membuat produk berjamur, terkena kotoran atau mengalami

perubahan warna.

(4) Cacat akibat kurang akuratnya pemeriksaan produksi dengan

standar produk/sample :

Cacat akibat kurang akuratnya proses pemeriksaan mutu baik di

tahap persiapan proses maupun hasil akhir. Untuk itu bagian QC

harus memeriksa secara teliti kesesuaian produk dengan standar

produksi yang diharapkan.

Pengawasan proses produksi dilakukan untuk memastikan bahwa

produk yang akan dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

Oleh karena itu, dalam pengawasan proses produksi biasanya dilakukan

ketika order sedang berjalan di line produksi, Proses pemeriksaan dalam

proses produksi ini dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:

a) Pemeriksaan marker:

Pemeriksaan dilakukan pada marker dengan melakukan pengecekan

terhadap jumlah komponen yang tercantum dalam marker, apakah lengkap

Page 64: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

56

atau tidak. Peletakan pola pada marker apakah sesuai dengan arah serat kain

atau tidak. Pada order yang menggunakan rasio tertentu (perbanding

jumlah size), apakah jumlah komponen per size sesuai atau tidak. Untuk

bahan-bahan yang harus mengikuti motif/ jalur apakah tepat atau tidak

(biasanya dipotong dengan mesin khusus).

b) Pemeriksaan hasil potongan:

Hasil potongan harus diperiksa kembali karena bila ada kesalahan saat

pemotongan akan berpengaruh dalam proses jahit, perlu juga diperhatikan

agar hasil potongan tidak berbulu/ menempel atau ada potongan yang

melenceng. Pengurutan dan pengelompokan hasil potongan sesuai urutan,

komponen dan ukuran (bundling)

c) Pemeriksaan proses fusing:

Sebelum di jahit beberapa elemen pola memerlukan proses fusing

untuk meempelkan interlining maupun agar hasil jahitan lebih rapi dan baik.

Pemeriksaan ini meliputi suhu pemrosesan, kekeuatan perekatan, kerataan

dan kualitas hasil fusing.

d) Pemeriksaan pada proses jahit:

Sebelum proses penjahitan dimulai mesin harus sudah dipastikan

penyetingnnya sesuai dengan kebutuhan. Pemeriksaan pada proses jahit

sangat diperlukan karena pada proses ini sangat dipengaruhi oelh

kemampuan manusia (operator jahit), kesalahan karena faktor manusia ini

biasa lebih banyak dibanding dengan faktor-faktor lain. Konsistensi dari

operatorpun hampir dipastikan tidak bisa dijamin sama. Oleh sebab itu

pemeriksaan dalam line produksi membantu faktor-faktor kelemahan SDM

ini sedini mungkin.

e) Pemeriksaan pada Proses Finishing

Pemeriksaan pada proses finishing adalah proses pemeriksaan

pemasangan kancing, pembuatan lubang kancing dan bahan pelengkap

lainnya, penyetrikaan, pelipatan sehingga busana siap di packing.

Page 65: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

57

f) Pengawasan Produk jadi (Final Audit Quality Control):

Pengawasan produk jadi sangat diperlukan untuk memastikan bahwa

produk jadi tersebut sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan. Pengawasan

produk jadi dilakukan dengan membandingkan produk jadi dengan

spesifikasi yang diharapkan dari desain, ukuran, kualitas jahitan,

pemasangan hang tag, pelipatan, hingga packing. Pemeriksaan akhir,

dilakukan saat barang akan di kirim.

Sistem pengawasan mutu dikatakan berhasil jika mampu melakukan

efisiensi dalam berproduksi yaitu:

(1) Pengendalian biaya (Cost Control):

Proses produksi harus mampu memenuhi batasan biaya produksi yang

telah ditetapkan sehingga mampu mengahsilkan produk dengan harga yang

bersaing dan diperoleh keuntungan yang maksimal. Efisiensi penggunaan

bahan busana, waktu, energi, zero defect (minimalisasi cacat) dan

produktivitas kerja sangat menentukan pengurangan biaya produksi.

(2) Pengendalian Target Produksi (Production Control):

Proses produksi harus mampu memenuhi target produksi yang telah

ditetapkan baik dari kuantitas, kualitas maupun waktu. Produksi busana

harus mampu memenuhi target bahwa produk yang dihasilkan akan

memenuhi spesifikasi produk, memenuhi jumlah dan waktu pengiriman

secara tepat. Pada setiap proses produksi harus menjamin bahwa produk

jadi nantinya sesuai dengan standar prodk yang diinginkan. Pengawasan

selama setiap tahapan proses produksi berfungsi untuk mencegah sedini

mungkin ketidaksesuain produk jadi dengan stnadar produksi yang akan

dicapai.

(3) Memuaskan konsumen:

Tujuan utama pengendalian kualitas adalah memberikan kepuasan

kepada konsumen (buyer) dan melakukan peningkatan kualitas secara

berkelanjutan. Jika konsumen merasa puas dengan pelayanan produksi yang

dilakukan maka konsumen akan menjadi tenaga pemasaran yang baik dan

Page 66: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

58

akan kembali lagi memberikan pekerjaan/order. Kelangsungan hidup

perusahaan juga akan semakin terjamin. Tentu untuk memuaskan

konsumen menjadi tanggung jawab dari semua elemen yang ada dalam

sebuah organisasi, tidak hanya bagian QC saja sehingga dalam berproduksi

harus ada sinergi dan kerjasama yang baik antar bagian yang terlibat. Dalam

sistem manajemen mutu ISO 9000 dikenal dua konsumen internal dan

konsumen eksternal. Konsumen internal adalah konsumen yang menerima

hasil pekerjaan setiap proses yang ada di dalam perusahaan dan konsumen

eksternal adalah yang menerima produk dari perusahaan. Kedua konsumen

ini harus sama-sama diberikan pelayanan prima yang memuaskan

konsumen.

(4) Proses Pemeriksaan Mutu Produksi Garmen (in Line QC):

(a) Pemeriksaan Mutu Pola dan Marker:

Proses produksi dimulai dengan pembuatan pola yang umumnya

dilakukan oleh bagian pola dan sample. Pemeriksaan pada produksi

desain dan pola ini dilakukan dengan cara:

(1) Menetapkan desain dan ukuran standar sesuai kesepakatan

anatara konsumen dan produsen

(2) Menetapkan standar peralatan pembuatan pola. Untuk

produksi perorangan dilakukan secara manual namun untuk

produksi masal terutama untuk merk-merk ternama umumnya

menggunakan persyaratan peralatan tertentu misalnya harus

dilakukan secara komputeris selain dengan manual.

(3) Memeriksa ukuran dasar pola untuk memperoleh informasi

yang benar, titik-titik keseimbangan dan kecocokan pola serta

pandangan klarifikasi (bila diperlukan) sesuai dengan

prosedur perusahaan.

(a) Pada saat membuat pola perhatikan hal-hal berikut ini:

Lebar bahan – apakah pola akan sesuai secara ekonomis?

Page 67: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

59

Jenis bahan – apakah pola memerlukan perhatian khusus

sesuai jenis, misalnya, kesejajaran kelim, lembaran pelapis,

pelapis khusus?

Garis dan kotak – apakah polanya sesuai?

Bahan berbulu – apakah polanya sesuai?

Ketebalan bahan – apakah ada lembaran bertumpuk atau

jahitan bersudut menjadi terlalu tebal untuk ditangani secara

efisien?

(b) Setelah menyelesaikan pola:

Periksa semua lembaran yang sudah dibuat untuk model yang

diberikan

Periksa apakah torehan, titik keseimbangan dan semua

kampuh sesuai

Periksa apakah lebar kampuh yang ditambahkan sudah benar,

misalnya untuk ritsleting, lingkar leher, dan sebagainya

Periksa arah serat pada semua lembaran pola

Periksa informasi pemotongan dan ukuran untuk semua

lembaran pola

Periksa nomor model, nama garmen, deskripsi dari setiap

lembaran pola, posisi tengah muka dan tengah belakang,

diberi tanda pada seluruh lembaran, jika diperlukan

Periksa sisi yang benar dan salah diberi tanda, apabila ada

Periksa posisi lubang kancing dan kancing diberi tanda

Periksa apakah arah panah untuk lipit, cubit menghadap ke

arah yang benar

Page 68: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

60

Periksa apakah sambungan dan keliman yang sesuai telah

ditentukan alokasinya untuk model dan jenis bahan yang

sesuai telah digunakan

Periksa lubang bor untuk kup, posisi saku, dsb, telah diberi

tanda.

Periksa posisi torehan dan titik keseimbangan.

(c) Dalam melakukan pengubahan pola harus menyesuaikan

garis disain, mempertahankan ketepatan dan bentuk,

pembentukan sudut, proporsi disain dan persyaratan lainnya

sesuai dengan spesifikasi pekerjaan.

(d) Penyimpanan pola harus diatur sedemikian rupa sehingga

tidak merubah bentuk, ukuran dan tercampur dengan pola

yang lain.

(4) Pengawasan Mutu Penggelaran Kain Marker dan

Pemotongan:

Setelah produksi pola maka proses selanjutnya adalah proses

pemotongan bahan kain sesuai dengan pola. Proses

pemotongan ini diawali dengan penggelaran kain. Untuk

produksi garmen, penggelaran kain ini dilakukan secara

bertumpuk-tumpuk sehingga banyak hal yang perlu

diperhatikan. Proses pemeriksaan pada bagian ini adalah

sebagai berikut:

(a) Periksa hasil penggelaran kain (Spreading)

Pastikan tumpukan kain dalam posisi tegak lurus dari lapisan

paling bawah sampai lapisan paling atas. Jika kualitas kain

Page 69: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

61

dianggap kurang baik, maka upayakan salah satu sisi/pinggir

kain harus sejajar satu sama lain mulai dari lapisan paling

bawah sampai lapisan paling atas.

Pastikan tiap lembar kain dalam tumpukan pada kondisi yang

rata; tidak terlipat, tidak kendor, tidak bergelombang, tidak

merenggang satu sama lain. Jadi tegangan kain harus sama dan

merata.

Tinggi tumpukan kain atau jumlah lembar kain yang ditumpuk

harus lebih rendah dibanding tinggi efektif pisau potong (cutter

effective length) yang akan digunakan.

Kerapatan atau kepadatan tumpukan kain di bagian atas,

tengah dan bawah harus sama.

Siapkan mesin potong (cutting machine) sesuai dengan

spesifikasi tumpukan kain dan gunakan pisau yang tajam.

(b) Pemeriksaan susunan pola di atas tumpukan kain

Pastikan posisi kertas marker (marker paper) berada di tengah

permukaan tumpukan kain, perhatikan kesejajarannya dengan

garis lusi (sejajar dengan arah serat)

Periksa kelengkapan jumlah komponen pola (pattern – set

unit) untuk keseluruhan ukuran garmen yang hendak

dikerjakan.

Gunakan pressure untuk menstabilkan posisi kertas marker di

permukaan kain selama proses pemotongan (cutting process)

berlangsung.

Page 70: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

62

(c) Pemeriksaan pemotongan kain:

Melakukan pemeriksaan terhadap hasil spreading/ampar

apakah kain yang diampar sudah benar benar rata tidak

bergelombang dan lurus.

Melakukan pemeriksaan pada marker, apakah rasio size/ukuran

sudah memenuhi seluruh size/ukuran yang dipesan

Melakukan pemeriksaan terhadap peralatan dan metode

cutting

Pastikan seluruh komponen garmen jumlahnya telah sesuai

dengan rencana.

Periksa apakah terdapat komponen garmen yang cacat

potong, perubahan ukuran akibat salah potong pada setiap

lapisan kain. Jika terdapat cacat atau perubahan ukuran, maka

segera ganti dengan kain sisa potongan (fabric waste/ pada kain

cadangan),

Pemeriksaan pada hasil potong, apakah stripe atau kotak dari

potongan komponen benar benar matching dan balance

Cocokkan komponen pola dengan komponen pola yang

terdapat pada kertas marker apakah komponen pola sudah

lengkap atau belum. Petugas QC harus mencatat semua

temuan pada lembar laporan pemeriksaan. Selesai periksa, beri

kode/tanda (coding) sesuai ukuran garmen (garmen size) setiap

kelompok komponen-komponen garmen yang akan dijahit

(assemble) kemudian diikat (bundle).

(d) Pemeriksaan FUSING:

Hal hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan interlining

adalah:

Page 71: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

63

a) Memastikan kesesuaian jenis interlining dengan bahan utama:

Kesesuaian jenis interlining dengan bahan utama baik dari

aspek warna, daya rekat, daya susut bahan, daya luntur bahan

dan kesempatan pemakian busana. Kesesuaian jenis

interlining akan mempengaruhi kekuatan daya rekat, daya

tahan, daya jahit dan bentuk akhir busana setelah di

fuse/setrika. Jenis interlining ini juga harus disesuaikan dengan

bagian/komponen mana yang akan dipasang interlining.

Melakukan pemeriksaan apakah interlining yang digunakan

sudah sesuai dengan yang ditentukan oleh buyer atau tidak.

b) Memastikan peletakan interlining sudah tepat pada bagian

busana yang hendak dipasang. Yang perlu diperhatikan adalah

allowance dan ujung ujung sudut bahan yang akan dibentuk

dengan interlining. Periksa dengan teliti:

Jenis dan bentuk interlining yang digunakan (sudah sesuai

atau belum),

Jumlah interlining one ply atau two ply (satu atau dua lapis),

Suhu gosokan (harus sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan)

Kondisi kain dan interlining harus bagus, satu size, dan sama

style dalam satu ikatan/bundle.

Cek kain (luar dalam)

Khusus untuk manset, kain manset harus dicek tidak boleh

belang kiri dan kanan, serta posisi jatuhnya interlining kejalur

kain, harus sama (kiri dan kanan).

c) Proses menggosok:

Bersihkan interlining dari kotoran dan sisa benang (Kain dan

interlining yang tidak ada lemnya dibersihkan dengan lakban).

Page 72: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

64

Bagian interlining yang ada lemnya tidak boleh dibersihkan

dengan lakban, karena dapat menyebabkan bubling

Posisi pucuk dan kain keras pada kain (Jarak atas-bawah, kiri

dan kanan harus sesuai). Khusus untuk kain jalur dan kotak

masing-masing ujung harus balance (vertikal dan horisontal)

serta harus lurus.

Posisi interlining harus rileks pada kain (tidak

menggelembung atau legang)

Saat menggosok, gosokan dilakukan dengan menekan bukan

menggeser, hal ini dilakukan agar interlining tidak

memuai/memanjang.

Kain yang sudah digosok tidak boleh ditumpuk terlalu

banyak, hal ini bertujuan agar bagian bawah tidak terkena

panas gosokan berkali-kali

Gosokan cukup pada bagian interlining (tidak perlu luar

dalam)

Hasil pemasangan interlining harus tidak bubling (tidak ada

gelembung), tidak ada kotoran atau benang yang ikut ter-

press, kain tidak berubah warna, kekuatan rekatnya sesuai

dengan standar Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh bagian

periksa:

Hasil press harus bersih dan tidak boleh ada sisa lem yang

menempel pada kain

Tidak ada gelembung / bubbling

Kain tidak terbalik dan hasil press tidak boleh berubah

warna

Garis/jalur harus lurus dan posisinya tepat (vertical dan

horizontal)

Page 73: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

65

(e) Pemeriksaan Mutu Proses Penjahitan:

Proses penjahitan pakaian dilakukan dengan

menggabungkan komponen-komponen pola yang telah

dipotong. Dalam proses penjahitan beberapa bagian

mememerlukan pemeriksaan dan pengawasan secara khusus

diantaranya adalah:

a) Bagian yang berkontur (countouring):

Menyatukan potongan-potongan komponen garmen yang

mempunyai bentuk yang berbeda. Keliman bisa dalam

ukuran yang persis sama, atau berbeda dalam panjang atau

lengkungannya. Sangat penting untuk menyatukan torehan

(notch) dan menjaga tepi setiap bahan/kain menjadi satu.

Contoh-contoh contouring: menyatukan kerah dasar pada

garis leher, Menyatukan kerah dua potong yang sederhana,

menyatukan yoke berbentuk sederhana pada korset dan

menyatukan ikat pinggang yang sederhana pada rok.

Keahlian menyatukan dua bagian yang berlawanan, yaitu,

kurva cembung dan cekung, mengharuskan operator mesin

untuk melepaskan secara bersamaan tanpa menggores atau

mengerutkan bagian manapun juga. Sangat diharapkan tidak

terdapat kerutan atau kerusakan pada bagian yang telah

selesai.

b) Perubahan arah (Directional change):

Perubahan ini dapat mencakup hal-hal berikut: menjaga

ketajaman titik atau sudut, misal, ujung kerah, pemasukan

‘V’ pada yoke, garis leher, dll. Jika perubahan arah tidak tepat,

tampilan akhir akan menjadi kurang baik. Bentuk sudutnya

Page 74: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

66

akan melengkung, bentuk pinggiran kerah akan berbeda,

dan/atau pemasukan ‘V’ yang tidak tepat di tengah.

c) Titik-titik pemberhentian kritis (Critical stopping points):

Hal ini dapat termasuk pada pinggir bibir saku, menjahit

keliman untuk pembuka (zipper), menjahit keliman untuk

titik yang tepat sehingga dapat pemakaian, misal, zipper

atau godet.

Prosedur pegawasan mutu proses penjahitan dilakukan

sebagai berikut:

a) Pemeriksaan persiapan dan proses penjahitan:

Memeriksa potongan-potongan yang dikerjakan untuk

menyakinkan semua potongan-potongan komponen benar

– dalam hubungannya dengan persyaratan kerja seperti

desain, warna, dan ukuran

Memeriksa kesiapan peralatan dan perlengkapan yang

digunakan untuk pengkonstruksian bagian-bagian

komponen garmen warna benang, dan alat bantu lainnya.

Melakukan pemeriksaan dan meyesuaikan mesin-mesin

untuk meyakinkan bahwa mesin-mesin tersebut bekerja

dan Mengawasi dan menguji coba performa mesin-mesin

apakah mampu menghasilkan kualitas jahitan yang baik

sesuai standar.

Mengidentifikasi persyaratan-persyaratan untuk pekerjaan

tersebut.

Memeriksa kebesihan dan kesiapan area kerja

Page 75: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

67

b) Pemeriksaan Mutu Jahitan

Periksa hasil jahitan berdasarkan persyaratan teknis yang

diminta pihak pembeli (buyers) atau spesifikasi produk

yang diminta seperti jumlah stitch per inchi (SPI), tegangan

jahitan, jarak jahitan dari pinggir kain, jahitan tidak boleh

ngambang atau loncat atau ada sambunganndna lainnya

Periksa setiap ujung bagian akhir jahitan, benang kancing,

ujung benang obras, ujung benang pada jahitan bartack

dan lain-lain. Seluruh ujung benang harus dapat

disembunyikan atau terpotong rapi tanpa sisa.

Periksa seluruh kain pada garmen, apakah ada sisa

potongan benang yang masih menempel di kain, atau sisa

benang yang terselip di bekas jahitan. Diharapkan tidak

satu benda asing pun yang menempel pada produk

garmen, dan seluruhnya harus dalam keadaan bersih dan

rapi.

Lakukan pemeriksaan kembali terhadap keseluruhan hasil

jahitan berupa: pencatatan ukuran komponen garmen

bagian kiri dengan bagian kanan, misalnya; panjang sisi luar

badan sebelah kiri harus sama dengan panjang sisi luar

badan sebelah kanan (left out-seam sama dengan right out-

seam), panjang sisi dalam badan bagian kiri apakah sudah

sama dengan panjang sisi dalam badan sebelah kanan.

Spesifikasi ukuran pada dasarnya memberikan informasi

mengenai batas toleransi maksimum penyimpangan

ukuran komponen garmen yang kita buat terhadap

ketentuan/ukuran standar atau standar pembeli.

Pemeriksaan terhadap seluruh ukuran komponen garmen

Page 76: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

68

mengacu kepada komponen garmen atau tolerance,

misalnya pada produk kemeja meliputi item dan toleransi

berikut:

Tabel 2.Toleransi Ukuran Garmen

No Item Allowance Remarks

1 Chest ± ½ inch Total round

2 Back length ± ¼ inch Half round

3 Waist ± ¼ inch Total round

4 Sleeve ± ¼ inch Total round

5 Cuff opening ± 1/8 inch Half round

6 Arm hole ± ¼ inch Total round

7 Shoulder ± ¼ inch Total round

8 Neck opening ± 1/8 inch Half round

Total round pada ukuran lingkaran dada (chest) sebesar ±½ inch

maksudnya adalah total toleransi ukuran yang diperkenankan standar

sebesar ±½ inch, misalnya lingkar dada ditetapkan 100 cm maka maksimum

lingkaran dada adalah 100 cm + ½ inch, dan minimum adalah 100 cm - ½

inch. Half round pada ukuran lingkar lengan (arm hole) sebesar ±¼ inch

maksudnya adalah toleransi ukuran yang diperkenankan standar sebesar 4½

inch maka maksimum setengah lingkaran lengan adalah 4½ inch + ¼ inch,

dan minimum adalah 4½ inch - ¼ inch. Hasil jahitan harus memenuhi

ukuran standar berikut toleransinya. Cara pengecekan ukuran seperti Tabel

3.

Tabel 3. Cara Pengecekan Ukuran Hasil Jahitan pada Kemeja

No Item Cara Pengecekan Ukuran

1. Chest Kemeja diletakkan merata di atas meja dalam posisi kancing terpasang pada lubangnya. Ukur sisi jahitan kiri ke sisi kanan jahitan di titik ketiak, bandingkan dengan spesifikasi dan standar. Kadangkala pihak pembeli meminta

Page 77: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

69

pengukuran dilakukan pada satu inchi di bawah ketiak (the big armhole point)

2. Back length Ukur dari titik leher belakang (titik sambungan badan dengan kerah) sampai ke bawah batas hem (ujung bawah kemeja), bandingkan dengan spesifikasi dan standar.

3. Shoulder Ukur dari jarak titik leher (batas kaki kerah sampai titik bahu paling luar. Bandingkan dengan spesifikasi dan standar.

4. Waist Ukur pada batas pinggang yaitu sisi kanan ke sisi kiri. Bandingkan dengan spesifikasi dan standar.

5. Sleeve length Sleeve outseam/lengan bagian luar diukur dari sambungan bahu sampai ujung lengan (cuff). Sleeve inseam diukur dari sambungan ketiak sampai ke ujung lengan. Bandingkan dengan spesifikasi dan standar.

6. Armhole Ukur dari sambungan ketiak sampai ujung bahu membentuk garis lurus. Bandingkan dengan spesifikasi dan standar.

7. Elbow Diukur ½ panjang lengan bagian luar (sleeve length). Bandingkan dengan spesifikasi dan standar.

8. Cuff/manset Lebar (cuff opening) dan tinggi cuff. Bandingkan dengan spesifikasi dan standar.

9. Left side vs Right side

Bandingkan seluruh komponen garmen bagian kiri dengan bagian kanan, kedua ukuran harus sama dengan lengan bagian kiri baik pada outseam maupun inseam, panjang ujung kerah bagian kiri badan harus sama dengan panjang sisi kanan badan, dan seterusnya. Bandingkan dengan spesifikasi dan standar.

Page 78: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

70

c) Pemeriksaan Proses Finishing:

Pada proses finishing umumnya dilakukan proses lubang

kancing pemasangan kancing, penyetrikaan, pelipatan,

dan pengepakan.

(1) Pemeriksaan pembuatan lubang kancing (button hole)

Cek jenis button hole ( normal atau menulang/bone stitch )

Cek pisau lubang kancing harus sesuai dari besarnya

kancing

Cek jarak dan jumlah button hole

Cek kualitas lubang: Benang dari jahitan lubang tidak

boleh terkena pisau, Harus simetris dan tepat di tengah

dari front placket dan Pisau pada lubang tajam, dam posisi

pisau tepat, Agar ada serat kain pada lubang kancing.

(2) Pemeriksaan proses pasang kancing:

Cek posisi kancing dan jumlahnya

Cek jenis dan ukuran kancing

Cek jenis jahitan kancing ( Cross stitch atau Pararel stitch )

Kancing pemasangannya tidak boleh terlalu kencang,

harus ada jarak bebas 1.5 mm

Harus ada satu benang pengunci di belakang jahitan

kancing.

Benang kancing harus matching dengan kancing atau

dengan badan, ikuti permintaan pelanggan/buyer.

Jarak antara kancing dan lubang : Untuk kain polos/solid

umumnya posisi kancing harus turun 1/8” dari tengah

lubang dan Untuk kain motif posisi kancing harus tepat

Page 79: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

71

di tengah lubang, tetapi bagian depan kiri pada bagian

lehernya harus dikurqngi 1/8” tujuannya untuk

menghindari folding terlalu kencang pada bagian atas.

(3) Pemasangan label:

Peletakan dan jenis label pada produk pakaian ada

bermacam-macam diiletakkan pada kerah, samping

badan, lengan, saku, plaket depan. Jenis label ada alabel

gantung atau label yang dijahit pada pakaian. Beberapa

hal yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan label adalah:

Posisi label harus tepat, simetris, dan lurus dengan jalur

Cek sisi jahitan label ( 2 side, 4 side )

Benang atas dan bawah harus tepat dan matching dengan

kain dan setelan benang harus tepat.

Back tack harus mengunci label 1 jahitan.

Allowance dari pemasangan label harus rapi tidak terlihat

dari bagian luar

(4) Pemeriksaan Proses Penyetrikaan

Sebelum proses penyetrikaan dilakukan proses

membersihkan sisa potongan benang yang menempel

pada pakaian dengan menggunakan mesin vacuum cleaner,

proses ini memakai metode pengunaan angin dan

tekanan yang tinggi, sehingga benang bisa lepas dari

Dalam proses ini , kita harus memperhatikan kekuatan

tekanan angin yang digunakan. Dimana tekanan angin

yang berlebihan akan mengakibatkan button/kancing

mudah pecah. Untuk menghindari masalah ini, maka ada

Page 80: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

72

permukaan mesin vacuum cleaner harus dilapisi oleh

busa, agar button/kancing jatuh pada permukaan yang

empuk.

Prosedur dan hal hal yang harus diperhatikan pada proses

penggosokan:

Tidak boleh menggosok permukaan garment dengan

menggunakan temperature/suhu tinggi.

Pada saat menggosok bagian joining tidak boleh ditekan,

tetapi lebih bersifat hanya menyentuh/ touch up

Untuk lapisan kain lebih dari satu, hanya menggunakan

steam/uap yang berjarak 1” dari permukaan kain.

Tidak boleh digosok mati (menimbulkan bekas garis)

Arah gosok harus mengikuti serat kain

Jenis kain sangat menentukan pemilihan kondisi

ironing/gosok, hal ini akan berkaitan dengan

penggunaan temperature/suhu dan steam yang tepat.

Lakukan pemeriksaan secara tekhnis apakah

temperature/suhu yang digunakan sudah sesuai dengan

jenis kain yang akan digosok atau tidak.

Periksa hasil gosokan, apakah ada perubahan warna,

bentuk dan ukuran setelah penggosokan, sudah halus

sesuai dengan yang diinginkan atau tidak.

(5) Pemeriksaan hasil pelipatan:

Proses pelipatan pakaian ahrus mengikuti ketentuan

pelipatan maupun ukuran pelipatn karena terkain proses

Page 81: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

73

pengepakan. Beberapa jenis pelipatan untukproduk

kemeja diantaranya adalah:

Stand Up Pack (kerah nampak berdiri pada posisi

folding/lipatan).

Untuk packing metode stand up pack, umumnya

digunakan untuk garment atau kemeja formal. Untuk

packing stand up pack kita harus menggunakan beberapa

material pembantu: card board/karton badan, paper collar

stripe/karton leher, plastic collar stripe/plastik leher, plasitic

butterfly/plastik kupu-kupu, tissue paper/kertas tissue.

Metode untuk stand up pack harus menggunakan mold dan

meja folding. Jenis jenis dari stand up pack:

Stand Up pack cuff folded out: manset/cuff akan berada pada

bagian depan folding.

Stand Up pack both cuff folded out: kedua manset/cuff akan

berada di bagian depan folding.

Stand up pack Cuff fold in: manset/cuff akan tidak nampak

pada bagian depan folding.

One Cuff Folded Out

Page 82: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

74

Cuff Folded In

Both Cuff Folded Out

Flat Pack

Flat Pack/Soft Pack Kerah akan nampak tidur

Metode lipatan ini tidak terlalu rumit dapat dilakukan

secara manual tanpa menggunakan mesin, cukup dengan

menggunakan pola dari mika atau karton. Material

pembantu yang digunakan adalah: card board/karton

Page 83: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

75

badan, paper collar stripe/karton leher, tissue paper/kertas

tissue.

Hanger Pack

Metode untuk hanger pack umumnya digunakan untuk

sport wear, dimana garment finish akan digantung pada

hanger.

Hanger Pack

(6) Pemeriksaan hasil pengepakan

Ada ketentuan pengepakan dalam produk busana

diantaranya adalah:

Solid Colour Solid Size: Packing metode ini dalam satu

karton pakaian dengan jumlah tertentu terdiri atas satu

warna dan satu ukuran

Solid Colour Assorted Size: packing metode ini dalam satu

karton pakaian dengan dengan jumlah tertentu t akan

terdiri atas satu warna tetapi bermacam-macam ukuran.

Assorted Colour assorted Size: Packing metode ini dalam satu

export karton pakaian akan terdiri atas bermacam-

macam warna dan ukuran.

Page 84: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

76

Penyusunan tumpukan pakaian (stacking) dalam 1 karton

juga biasanya ditetukan dengan beberapa cara yaitu:

Collar facing up stacking: susunan tumpukan pakaian pada

dalam karton dengan kerah/collar akan menghadap ke

atas.

Married Collar stacking susunan tumpukan pakaian pada

dalam karton dengan kerah/collar akan saling

berhadapan.

End stacking collar facing up: tumpukan pakaian pada dalam

karton dengan pakaian terakhir kerah/collar

Page 85: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

77

End stacking collar facing down: susunan tumpukan pakaian

pada dalam karton dengan pakaian terakhir kerah/collar

menghadap ke bawah.

D. Pemeriksaan Kualitas Sampel Produk Garmen

Setelah memperoleh PO (purchase order), maka bagian/departemen

sample (sampling departement) membuat beberapa contoh garmen (sample)

yang sesuai dengan ketentuan PO tersebut. Melalui sample ini pembeli

(Buyer) akan menilai cara kerja produsen, apakah dia bisa mengerjakan atau

tidak. Oleh sebab itu penting sekali memeriksa contoh garmen ini sebelum

dikirim kepada pemesan. Sample ini akan menjadi gambaran awal tentang

kemampuan sebuah industri garmen untuk mengerjakan produk dari

pembeli (pemegang merek). Pada tahap sample approval ini kemungkinan

terjadi perubahan model masih mungkin terjadi, karena mungkin saja

Page 86: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

78

setelah pembeli mendapat sample tersebut akan melakukan beberapa

perbaikan. Bila buyer telah setuju dengan sample, maka tahap selanjutnya

siap dilakukan produksi dengan memastikan bahan-bahan yang dibutuhkan

tersedia dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Adapun prosedur

pemeriksaan sampel produk garmen tersebut adalah sebagai berikut

1) Petugas bagian quality control (QC) akan menerima sample dan lembar

pemeriksaan sample dari petugas bagian sample.

2) Lembar rencana kerja (work-sheet) dan contoh produk garmen yang

akan diproduksi dibuat oleh petugas bagian sample & Merchandiser

diserahkan ke bagian QC (quality control).

3) Petugas QC akan memeriksa dan memberi komentar/koreksi terhadap

sample pada lembar pemeriksaan (work-sheet) dan menyerahkan

kembali kepada merchandiser.

4) Merchandiser mempelajari catatan QC dan memutuskan untuk dikirim

ke bagian produksi atau ditolak dan dikembalikan kepada bagian

pembuatan sample untuk dibuat ulang contoh atau sample.

5) Jika sample ditolak oleh merchandiser maka sample akan dikembalikan

kepada bagian pembuatan sample untuk diperbaiki atau dibuat ulang

sesuai dengan mutu sample yang dikehendaki oleh pembeli.

6) Jika sample diterima atau disetujui oleh merchandiser maka sample

tersebut akan dikirim oleh merchandiser ke pihak pembeli guna

mendapatkan persetujuan, sesuai permintaan atau tidak (approval

sample)

7) Petugas QC akan menerima salinan atau copy laporan pemeriksaan

sample dari merchandiser. Sampel yang telah disetujui pihak pembeli

(approval sample) dikembalikan ke bagian produksi untuk diproduksi

secara masal.

Berdasarkan hal di atas, maka standar kualitas produk garmen sangat

penting diketahui dan dipahami oleh seorang merchandiser garmen, sebab

berkaitan dengan pemenuhan kualifikasi produk yang akan dihasilkan.

Secara langsung hal ini berkaitan dengan kepercayaan dan standar kualitas

yang ditentukan buyer, sehingga merchandiser garmen harus

memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu, selanjutnya akan dijelaskan

Page 87: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

79

beberapa hal yang berkaitan dengan standar kualitas garmen mulai dari

klasifikasi zona cacat produk garmen sampai pada bagaimana menentukan

atau menguji kualitas mutu produk garmen.

E. Klasifikasi Zona Cacat Produk Garmen

Pengetahuan tentang zona cacat produk garmen sangat penting

dipahami oleh merchandiser garmen agar dapat menjalankan tugasnya

dengan baik. Sebab, untuk menentukan tingkat kualitas busana dan

mendapatkan penampilan busana yang baik maka dalam pemeriksaan

kualitas harus memperhatikan ketentuan zona cacat produk garmen

tersebut. Pada produk garmen, ada 3 (tiga) zona cacat yang harus sangat

diperhatikan dalam pemeriksaan mutu yaitu:

1) Zona A, dimana pada produk garmen berupa kemeja, area pada zona

A ini tidak diperbolehkan ada cacat sama sekali, sebab area A

merupakan area dimana penampilan dari sebuah kemeja dalam kondisi

folding/lipat. Total bagian dari area A pada sebuah kemeja adalah 14%

dari keseluruhan kemeja Pemeriksaan pada area A ini harus sangat

teliti. Adapun komponen kemeja yang termasuk area A adalah:

Top Collar/Krah lapisan atas atau luar.

Bagian Luar dari collar band/ kaki kerah 2” dari ujung ke kiri dan

kanan

Bagian dalam collar band/kaki kerah 4 1/2” dari tengah ke kiri dan

kanan.

Inside Yoke/ bagian dalam bahu 6” dari tengah ke kiri dank e kanan,

Pocket/saku seluruh bagian saku kecuali bagian pocket hemming/

lipatan saku

Front body/ bagian depan badan dari tengah 12 1/2” ke bawah kiri

dan kanan dan 6 5/8” dari tengah ke samping kiri dan kanan.

2) Zona B, dimana pada produk kemeja, area ini disebut juga area

berpengaruh atau penting. Pada area ini diperbolehkan ada cacat yang

sangat minor. Total bagian dari area ini adalah 40% dari keseluruhan

Page 88: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

80

kemeja. Pada produk kemeja, komponen yang termasuk area B ini

adalah:

Bagian dalam collar band/ kaki kerah sisa dari area A.

Seluruh bagian luar yoke/bahu

Bagian belakang dari body/badan 3 1/2” dari samping kiri dan

kanan, 25” dari jahitan sambung belakang ke bawah.

Bagian luar dari pada cuff/manset

Bagian tangan dikurangi 2” dari samping kiri dan samping kanan

Front body/badan depan 25” dan 31/2” dari samping kiri dan kanan

dikurangi area A.

3) Zona C, dimana pada produk kemeja, area ini diperbolehkan terdapat

cacat minor yang tidak dapat dilihat. Total bagian dari area ini adalah

46% dari keseluruhan kemeja. Komponen kemeja yang termasuk pada

area C adalah:

Lapisan dalam collar/kerah

Bagian dalam dari yoke/bahu setelah dikurangi area A

Bagian body/badan belakang setelah dikurangi area B

Sleeve placket/corong tangan

Lapisan dalam cuff/manset

Bagian tangan setelah dikurangi area B

Bagian pocket hemming/lipatan saku

Bagian body/badan depan setelah dikurangi area A dan B

Page 89: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

81

Gambar 20. Zona Cacat Pada Produk Kemeja dan Celana

E. Proses Pemeriksaan Akhir Kualitas Produk Garmen

Pemeriksaan akhir kualitas produk garmen pada umumnya dilakukan

secara visual untuk memeriksa berbagai cacat yang timbul. Beberapa hal

yang dilakukan dalam proses pemeriksaan akhir kualitas produk garmen

adalah:

1) Melakukan pemeriksaan kesesuaian pada jumlah pemesanan, warna

dan model.

2) Melakukan pemilihan/pengambilan garmen secara random sesuai

dengan statistical sample plan. Untuk produk garmen, penentuan produk

akhir dilakukan dengan standar Aceptance Quality Level (AQL). Tabel

dibawah ini menunjukkan AQL dari 1,0 hingga 10,0, dimana semakin

kecil AQLnya maka semakin tinggi standar kualitas. Sampel (contoh)

uji diambil secara acak dari jumlah produksi seperti yang tertera pada

kolom 2. Dari contoh uji yang diambil tersebut, maksimal jumlah

produk yang cacat adalah seperti yang tertera pada kolom Ac

(Acceptances) sehingga dapat dikatakan produksi hasilnya memenuhi

standar. Jika ditemukan jumlah produk yang cacat adalah sejumlah

yang tertera pada kolom Re (Reject) maka keseluruhan produksi harus

di cek ulang dan pengiriman ditunda.

Page 90: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

82

Tabel 4. Daftar Standar AQL

3) Melakukan pemeriksaan secara visual dari hasil operasi sewing/ jahit

yaitu apakah pemasangan komponen sudah tepat sesuai gambar dan

kualitas jahitnya sudah sesuai atau belum dengan standar yang

ditentukan.

Contoh Uji

Jumlah

Ac. Re. Ac. Re. Ac. Re. Ac. Re. Ac. Re. Ac. Re.

2 - 8 2 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 2

9 - 15 3 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 2

16 - 25 5 0 1 0 1 1 2 1 2 0 1 1 2

26 - 50 8 0 1 0 1 1 2 1 2 1 2 2 3

51 - 90 13 0 1 1 2 1 2 1 2 2 3 3 4

91 - 150 20 0 1 1 2 1 2 2 3 3 4 5 6

151 - 280 32 1 2 1 2 2 3 3 4 5 6 7 8

281 - 500 50 1 2 2 3 3 4 5 6 7 8 10 11

501 - 1,200 80 2 3 3 4 5 6 7 8 10 11 14 15

1,201 - 3,200 125 3 4 5 6 7 8 10 11 14 15 21 22

3,201 - 10,000 200 5 6 7 8 10 11 14 15 21 22 21 22

10,001 - 35,000 315 7 8 10 11 14 15 21 22 21 22 21 22

35,001 - 150,000 500 10 11 14 15 21 22 21 22 21 22 21 22

6.5 10.0

ACCEPTANCES QUALITY LEVEL

Jumlah Produksi 1.0 1.5 2.5 4.0

Page 91: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

83

Gambar 21. Cacat-cacat Jahitan

Gambar 22. Zona Cacat Jahitan pada Garmen

Page 92: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

84

Gambar 23. Cacat pada Pemasangan Saku

Gambar 24. Cacat Benang Jahit Luntur Setelah di Cuci

Gambar 24 Cacat Karena Kotor Oli

Page 93: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

85

Gambar 25.

Cacat Pemasangan saku yang tidak simetris (a) dan warna benang tidak

sama/tidak matching dengan kain (b)

Gambar 26. Cacat Pemasangan Label yang Tidak Tepat

Gambar 27.

Cacat Pemasangan Jahitan dan Motif Kain yang Tidak Simetris/Ketemu

4) Melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap: ukuran, model,

kain, warna, jahitan, material penunjang, konstruksi material, price ticket,

folding method/cara lipat, carton marking dan label sesuai dokumen PO

(Purchace Order).

Page 94: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

86

Gambar 28. Cacat-cacat pada Pemeriksaan Garmen

Gambar 29. Pengecekan Label, Dasi dan Pemasangan Kancing

Page 95: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

87

Gambar 30. Hasil Packing yang Sudah Siap Dikirim

F. Teknik Pemeriksaan Akhir Produk Garmen

Gambar 31.Teknik Pemeriksaan Kualitas Produk Garmen dengan Sistem

Clockwise Garment Inspection

Salah satu teknik pemeriksaan kualitas produk garmen adalah dengan

melakukan pemeriksaaan searah jarum jam (clockwise garment inspection)

seperti terlihat pada Gambar 31. Beberapa keuntungan pemeriksaan dengan

cara ini adalah bahwa pemeriksaan dilakukan secara sistematis, tidak perlu

pengulangan, lebih efisien, meningkatkan kualitass, lebih cermat dan teliti.

Adapun langkah-langkah pemeriksannya adalah sebagai berikut:

Page 96: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

88

1. Angkat pakaian pada bagian pundak (shoulder point) lalu periksa bagian

depan dan belakang terutama pada Zona A dan B. Amati apakah ada

cacat-cacat jahitan/warna, atau tidak.

2. Letakkan busana pada meja periksa lakukan pemeriksaan apakah

penampilannya sudah sesuai dengan model dan tidak terdapat cacat-

cacat jahitan, pada kain maupun kelengkapannya.

Page 97: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

89

3. Buka bagian kancing/resluiting cek fungsi dan peletakannya apakah

sudah tepat pada posisinya (center).

Pengecekan pada bagian kancing:

Pengecekan pada bagian ritzluiting (zipper):

Page 98: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

90

4. Selanjutnya cek bagian kerah baik bagian dalam maupun bagian luar

dan cek kualitas jahitannya termasuk jahitan pada bahu. Amati apakah

terdapat cacat atau tidak.

Page 99: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

91

5. Kemudian lipat bagian bahu ke arah depan lalu periksa bagian belakang

leher. Amati apakah ada cacat baik itu cacat jahitan atau cacat warna,

atau tidak

6. Periksa kualitas jahitan bahu bagian kiri, amati apakah ada cacat atau

tidak.

7. Kemudian lipat bagian lengan menyilang ke arah depan produk

garmen dan periksa bagian belakang lengan apakah ada shading (belang

warna) atau tidak.

Page 100: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

92

8. Cek bagian luar dan dalam manset lengan kiri. Amati apakah terdapat

cacat atau tidak

9. Cek jahitan samping dari bawah lengan kiri hingga lipatan bawah

busana. Jika ada pemasangan label pada jahitan smaping cek ketepatan

pemasanagan label sesuai order.

10. Periksa lipatan bawah (hemming) menyeluruh bagian depan, belakang,

luar dan dalam. Amati apakah ada cacat atau tidak.

Page 101: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

93

11. Periksa jahitan samping kanan hingga bagian bawah lengan kanan.

Amati apakah adaa cacat atau tidak.

12. Periksa bagian luar dan dalam manset lengan kanan, amati apakah ada

cacat atau tidak

13. Lipat bagian lengan kanan menyilang kearah depan busana busana

periksa bagian belakang lengan apakah ada shading atau tidak.

Page 102: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

94

14. Periksa jahihan sambung lengan dan bahu kanan, amatilah apakah ada

cacat atau tidak

15. Balik busana dan periksa bagian belakang secara teliti dan cermat,

amati apakah ada cacat atau tidak

16. Setelah selesai semua pemeriksaan, selanjutnya pisahkan garmen yang

perlu dipermak ataupun dikerjakan ulang dan klasifikasikan

berdasarkan tingkat kualitas produk garmen yang telah jadi sesuai

kategori yang telah ditentukan.

Page 103: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

95

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

garmen yang dihasilkan harus memenuhi standar kualitas yang telah

ditentukan sehingga sesuai dengan spesifikasi order yang diminta oleh

buyer. Seorang merchandiser garmen harus mengetahui dan memahami hal

ini agar tugas dan tanggung jawabnya mengawal proses dari penerimaan

order dari buyer sampai pengirimannya ke buyer dapat berjalan dengan

lancar dan sukses. Oleh karena itu, untuk mendukung hal ini maka dalam

tahap ini merchandiser garmen harus bekerja sama dengan bagian/

departemen pengendalian mutu atau quality Control (QC). Hal ini untuk

mencapai right product, right quality, right quantity, dan schedule time.

Page 104: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,
Page 105: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

97

BAB IV

PENGETAHUAN BAHAN BAKU TEKSTIL (MAIN

MATERIAL)

A. Klasifikasi Bahan Baku Tekstil/Kain (Main Material)

Seorang merchandiser garmen harus memiliki pengetahuan dan

pemahaman tentang klasifikasi bahan baku untuk produk garmem, agar

dapat memilih bahan baku tersebut secara tepat. Oleh karena itu, dalam bab

ini akan dibahas tentang klasifikasi bahan baku tekstil yang dapat digunakan

dalam produksi garmen.

Bahan kain yang diperdagangkan beraneka ragam jenis dan kualitasnya,

dimensinya, dan ketebalannya. Bahan ini dapat berupa kain tenun, kain rajut

maupun kain non woven. Ada berbagai penamaan jenis kain yang ada di

pasaran yang didasarkan asal seratnya, jenis anyamannya/kontruksinya

ataupun hanya sekedar nama dagang dari perusahaan pembuatnya. Kain

(fabric) ini selain dapat dibuat dari satu jenis serat (fiber) saja misalnya dibuat

dari kapas (cotton), rayon, polyester, nylon, acrylic, wool, dan lain-lain, dapat

juga dibuat dari campuran dua jenis serat (fibers) atau lebih, misalnya T/C

(campuran polyester cotton), T/R (campuran polyester rayon), cotton-

lycra, dan lain-lain.

Proses pembuatan kain ini dapat dilakukan dari sekumpulan serat yang

diberi pilinan atau antihan menjadi benang yang dalam kuantitas tertentu

dapat ditenun atau dirajut menjadi kain. Apabila serat berbentuk filamen

dapat langsung berfungsi sebagai benang, tetapi jika berbentuk stapel harus

diproses terlebih dahulu untuk menjadi benang yang dapat dilakukan

dengan cara pemintalan baik secara tradisional, konvensional maupun

secara modern (Noor Fitrihana & Widihastuti, 2011). Secara historis

pembuatan kain telah dikenal sejak dahulu dan teknologinya berkembang

terus, mulai dari kain yang dibuat dari kulit kayu atau kulit binatang sampai

kemudian kain dibuat dengan cara pertenunan, perajutan atau dikempa.

Karakteristik dan sifat serat juga sangat menentukan proses

pengolahannya baik dari sisi pemilihan peralatan, prosedur pengerjaan

maupun jenis zat-zat kimia yang digunakan. Selama proses pengolahan

tekstil sifat-sifat dasar serat tidak akan hilang. Proses pengolahan tekstil

Page 106: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

98

hanya ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan, menambah dan

mengoptimalkan sifat dasar serat tersebut sehingga menjadi bahan tekstil

berkualitas sesuai tujuan pemakaiannya.

Kain tekstil dapat digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu: kain

yang dibuat dari benang kemudian ditenun atau dirajut menjadi kain dan

kain yang dibuat langsung dari serat dengan sistem kempa/presing yang

disebut kain non woven. Alur (flow) proses pembuatan kain baik yang terbuat

dari satu jenis serat maupun campuran serat sampai menjadi produk akhir

yang siap untuk dibuat garmen, pada dasarnya adalah sebagai berikut:

Gambar 32. Alur produksi serat menjadi produk busana

Sumber: GPI (2008: 14)

Berdasarkan alur di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang disebut

dengan kain adalah lembaran tekstil yang merupakan bahan utama untuk

pembuatan garmen yang dapat diperoleh dengan cara menenun (weaving),

merajut (knitting), dan non woven. Selanjutnya, berikut akan diuraikan tentang

klasifikasi kain.

1. Kain Tenun:

Kain tenun ini diperoleh dengan cara menenun/menyilangkan

(weaving) benang lusi (warp) yaitu benang yang sejajar dengan pinggir kain

dan benang pakan (weft, filling) yaitu benang yang tegak lurus terhadap

pinggir kain. Berdasarkan konstruksi silang dasar tenun/anyaman yang

menyusun kain tenun tersebut, maka ada 3 macam jenis silang dasar

Page 107: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

99

tenunan, yaitu: (1) anyaman/silang polos (plain weave); (2) Anyaman/silang

kepar /keper (twill weave); dan (3) Anyaman/silang satin (sateen weave).

a. Anyaman/silang polos (plain weave)

Merupakan silang yang paling sederhana dan paling banyak dipakai

orang. Penyilangan antara benang lusi dan pakan bergantian. Anyaman ini

paling banyak silangannya dibandingkan dengan anyaman-anyaman lainnya.

Oleh karena itu, relatif paling kokoh diantara silang lainnya. Hanya saja,

pada kain kemungkinan jumlah benang setiap incinya relatif lebih sedikit

daripada anyaman lain. Terlalu banyak benang akan menghasilkan kain yang

kaku.

Gambar 33. Konstruksi Kain Tenun dengan Silang Polos

Contoh kain-kain yang dibuat dengan struktur silang polos (plain)

antara lain:

1) Kain mori (cambric), ada tiga macam yaitu: cambric biru, cambric prima,

dan cambric primisima.

2) Kain voile, ada tiga macam yaitu: voile asli (full voile), voile (half voile),

dan voile tiruan (imitation voile). Voile asli (full voile) yang berasal dari

Zwitserland, Amerika, dan lain-lain negara. Voile asli ialah baik

benang lusi maupun pakan dibuat dari benang yang disering atau 2

Page 108: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

100

benang yang dipintal. Voile (half voile =setengah voile) hanya pakan

atau lusi (lungsin)nya yang disering. Voile tiruan (imitation voile), hanya

rupanya saja sebagai voile tapi benang pakan dan lusinya tidak

disering sama sekali, hanya terdiri dari satu benang yang dipintal kuat.

Contohnya: Shirting/sheeting, Poplin dan sebagainya.

b. Anyaman/silang kepar /keper (twill weave)

Anyaman/silang kepar adalah anyaman yang diperoleh dengan

melakukan silangan tiap lusi terhadap pakan, bisa dua atas satu bawah 2

1,

2

2,

3

2,

dan sebagainya, dan silangan-silangan pada lusi berikutnya meloncat 1, 2,

atau 3 helai pakan, sehingga dengan cara begitu dihasilkan kain yang berefek

lusi atau pakan berupa garis diagonal. Atau bisa dikatakan, dalam proses

penyilangannya, apabila pada baris pertama penyilangan biasa maka pada

baris kedua benang pakannya loncat tiga benang dari baris awal pada

penyilangan pertama. Karena perbedan loncatan dengan baris sebelumnya,

maka akan nampak seperti garis yang menyilang ke kiri atau ke kanan

menyerupai garis diagonal. Anyaman ini relatif lebih rapat dari pada

anyaman polos, sehingga banyak dipakai untuk konstruksi kain yang lebih

tebal dan dengan jumlah benang yang lebih banyak sehingga kain yang

dihasilkan akan lebih kuat. Contoh kain dari jenis silang kepar (Twill) ini

adalah: jean, denim, gabardine, dan lain-lain.

Gambar 34. Konstruksi Kain Tenun dengan Silang Kepar

Page 109: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

101

c. Anyaman/silang satin (sateen weave)

Anyaman ini mempunyai silangan-silangan yang paling sedikit dan

cucukan merata, sehingga anyaman ini menghasilkan kain yang

permukaannya rata dan berkilau. Ditinjau dari sudut jumlah silangannya,

maka anyaman satin tidak begitu kokoh. Contoh produk tekstil dari jenis

silang satin antara lain: satin, damast, dan lain-lain.

Gambar 35. Konstruksi Kain Tenun dengan Silang Satin

Jenis jenis kain tenun di antaranya adalah:

Kain untuk bahan pakaian, yaitu kain yang pada pembuatannya

dipentingkan kenampakan dan kenyamanannya.

Pita, yaitu kain tenun yang lebarnya kecil dibuat pada mesin tenun

khusus.

Kain mekanis, yaitu kain dengan anyaman sederhana dimana yang

diperlukan adalah kekuatan dan sifat-sifat mekaniknya, sedangkan

kenampakan (appearance) adalah nomor dua.

Kain permadani, yaitu kain yang dibuat pada mesin tenun permadani.

Kain rangkap, yaitu kain yang ditenun dengan menggunakan dua seri

lusi (atas bawah) dan satu seri pakan atau satu seri lusi dan dua seri

pakan (atas dan bawah) atau dua seri lusi dan dua seri pakan yang hasil

kainnya tebal dan berat. Kain rangkap ini dapat membentuk kain yang

berupa pipa, kantong, dan sebagainya. Diantaranya ada yang

menggunakan benang-benang pengisi supaya tebal, berat, dan kuat,

misalnya untuk tali ransel, ikat pinggang, dan sebagainya.

Page 110: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

102

2. Kain Rajut (Knitted fabric)

Kain rajut adalah kain yang dibuat dengan cara membentuk jeratan

dengan alat yang terdiri dari jarum-jarum rajut (mesin rajut), atau jenis kain

yang diperoleh dengan cara merajut (knitting) sehelai benang atau lebih

sehingga terbentuk jeratan (loops). Dengan demikian, prinsip pembuatan

kain rajut adalah pembentukan jeratan benang secara berulang-ulang

dengan bantuan jarum rajut. Perajutan pada awalnya dikerjakan dengan

batang pengait benang dari kayu yang dikenal dengan cara pembuatan brein,

kemudian menggunakan batang besi berkait disebut hakpen yang dikenal

dengan cara merenda. Ada tiga macam kain rajut, yaitu: (1) Kain rajut pakan;

(2) Kain rajut lusi; dan (3) Kain rajut pakan atau lusi

1) Kain rajut pakan, yaitu kain yang dibentuk dengan jeratan-jeratan dari

helai benang yang horizontal arahnya, dengan menggunakan mesin

rajut pakan (weft knit).

Gambar 36. Konstruksi Weft Knit

Page 111: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

103

2) Kain rajut lusi, yaitu kain yang dibentuk dengan jeratan-jeratan dari

helai benang yang vertikal, dengan menggunakan mesin rajut lusi (warp

knit)

Gambar 37. Konstruksi Warp-knit

3) Kain rajut lusi atau pakan, yaitu kain yang dibentuk dengan jeratan-

jeratan dari benang yang vertikal, tetapi dimasukkan juga benang-

benang arah horizontal.

3. Kain Tule:

Kain tule dibuat dari sutera asli, sutera tiruan, wol atau nilon, dan pada

umumnya bukan dari bahan kapas. Produk tule seperti ini disebut sebagai

klambutule. Dalam pemeriksaan kain tule perlu diperhatikan pertama jenis

serat, kemudian jenis jeratan, dan motif tambahan kain.

4. Kain Jala

Kain jala yaitu kain yang dibuat dengan cara mengikatkan benang satu

sama lainnya.

5. Kain berlapis

Kain berlapis adalah kain yang diperoleh dengan menyatukan dua

lembar atau lebih dengan perekat atau pelapisan foam plastik atau sheet.

6. Kain tidak ditenun (non woven fabric)

Kain tidak ditenun adalah kain yang dibuat dengan cara pengepresan

serat-serat ke dalam bentuk lembaran dengan bantuan perekat atau plastik,

Page 112: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

104

atau dapat juga dibuat dengan mengempa langsung seratnya, contohnya

kain kempa. Kain kempa adalah kain yang dibuat dari serat yang dikempa

dengan bahan tambahan perekat. Kain kempa pada umumnya sedikit tebal.

Terdapat juga yang dibuat dengan penambahan kain lapis atau penyatuan

seratnya menggunakan perekat, salah satu produknya disebut sebagai kain

khusus dengan penggunaan terbatas, seperti: (1) tas dan karpet; (2) upholstry

atau lenan rumah tangga; (3) tapestry atau bahan pelengkap rumah tangga

seperti keset dan lap pel.

Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa proses pembuatan kain bukan

tenun (non woven fabric) yang berupa lembaran, bukan melalui proses

pertenunan atau perajutan tetapi melalui proses pembentukan web dan

pengikatan strukturnya. Web adalah lembaran lapisan serat yaitu suatu bahan

berupa lembaran yang terdiri dari sekelompok serat yang diperoleh melalui

proses carding, melt spinning, dan proses yang mirip dengan teknologi

pembuatan kertas. Pembuatan kain non woven ini juga bisa dengan cara

fusing (pelelehan sifat thermoplastic serat) dan bonding (pengikatan serat).

B. Karakteristik Bahan Baku Tekstil/Kain (Main Materia

Karakteristik bahan baku yang akan digunakan untuk garmen perlu

dipahami oleh seorang merchandiser garmen. Hal ini bertujuan agar

merchandiser garmen mampu memilih dan menentukan bahan yang tepat

sesuai dengan standar kualitas dan spesifikasi order yang diminta buyer.

Aapun karakteristik kain tenun dibandingkan dengan jenis kain yang lain

adalah: (1) densitinya dari yang light (ringan, tidak padat) sampai kepada yang

heavy (berat, padat); (2) kestabilan dimensinya lebih baik dan kurang elastis;

(3) mulurnya kurang; dan (4) digunakan pada garmen untuk outware (casual

maupun formal).

Karakteristik kain rajut (knitted fabric) dibandingkan dengan jenis kain

yang lain antara lain adalah: (1) densitinya dari yang light (single knit) sampai

yang heavy (double knit); (2) elastisitasnya tinggi; (3) mulur tinggi; dan (4)

digunakan pada garmen untuk sportware, underware juga outware.

Berikut adalah jenis dan komposisi berbagai macam jenis kain (bahan

tekstil) untuk garmen:

Page 113: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

105

Tabel 5. Jenis dan Komposisi Kain untuk Garmen

Adapun karakteristik dari beberapa kain yang biasa digunakan sebagai

bahan baku garmen antara lain misalnya, 1) Trimfit, tidak mudah kusut,

memiliki stabilitas bentuk yang baik, tidak perlu disetrika, lebih cepat kering

dibanding bahan yang terbuat dari 100% cotton, 2) Quick Dry, menyerap

keringat dengan cepat dari permukaan kulit dan kemudian difusikan keluar

melalui serat kapas dan keluar melalui serat kain, 3) Spandex, daya

elastisitas kain bisa mencapai 4-7 kali dari panjang normalnya dan kembali

ke ukuran normal jika tarikan dihilangkan, dan 4) Thermotron, fungsi kain

yang mampu mengubah sinar UV dari matahari menjadi panas,

mengumpulkan dan mengatur panas dari tubuh sehingga akan tetap terasa

hangat. Bahan ini cocok untuk jaket.

C. Standar Kualitas Bahan Baku Tekstil/Kain (Main Material)

Bahan baku tekstil/kain sebagai bahan baku (main material) garmen

harus memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas ini

ditentukan melalui berbagai pengujian yang telah disepakati, misalnya

berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia), SII (Standar Industri

Page 114: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

106

Indonesia), atau AATCC (American Association Of Textile Chemists And

Colorists). Pengujian bahan baku tekstil untuk garmen dapat meliputi:

pengujian konstruksi kain, pengujian kekuatan kain, moisture regain, daya

serap, kekusutan, perubahan dimensi, ketahanan luntur warna, dan lain-lain.

Pemeriksaan kain dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk

pembuatan produk garmen dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

1. Pemeriksaan Visual, yaitu dilakukan dengan cara pengamatan pada

kain yang digerakkan oeh mesin pemeriksa. Mesin pemeriksa kain

adalah mesin yang dipakai untuk memeriksa kain sebelum dipotong,

dengan maksud memeriksa apakah ada cacat-cacat kain saat

pembuatan bahan tersebut. Cacat yang dimaksud adalah cacat berupa:

benang putus, nep, penumpukan benang ke arah horisontal/ vertikal

dll. Pemeriksaan cacat kain ini dilakukan dengan alat Fabric Inspection

machine. Alat ini akan menggerakkan kain sesuai dengan lebar dan

panjang kain serat sekaligus mengukur panjang kain. Operator

pemeriksa kain mengamati, mengukur, dan mencatat jenis dan panjang

cacat kain pada posisi panjang kain ke sekian meter sesuai yang

ditunjukkan alat ke dalam lembar pencatatan.

2. Pengujian secara teknis laboratorium, yaitu dilakukan dengan

pengujian laboratorium. Mutu/kualitas bahan tekstil dapat diketahui

dengan cara menganalisis bahan tekstil tersebut berdasarkan pengujian

sifat-sifatnya, baik dengan pengujian secara fisika maupun secara

kimia. Pengujian bahan tekstil tersebut dapat dilaksanakan di

laboratorium pengujian/evaluasi tekstil dan mengacu pada standar

mutu yang telah ditentukan.

Berdasarkan hal di atas, maka seorang merchandiser garmen perlu

mengetahui bagaimana menentukan kualitas bahan baku untuk garmen

yang akan dihasilkan agar dapat memenuhi standar kualitas yang telah

ditentukan. Perlu diketahui bahwa untuk produksi garmen secara masal,

bahan baku tekstil atau kain yang digunakan tidak dalam bentuk potongan-

potongan kecil namun dalam bentuk gulungan kain yang sangat panjang.

Oleh karena itu, pemeriksaan dilakukan dengan membuka gulungan secara

keseluruhan yang bertujuan untuk melakukan pengamatan cacat bahan dan

Page 115: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

107

menggulung kembali ke bentuk gulungan semula. Pengamatan dilakukan

pada macam-macam sumber penyebab cacat kain yang antara lain meliputi:

1) Cacat struktur/kontruksi bahan/kain

Yaitu cacat yang disebabkan karena proses pengerjaan pembuatan dan

pengangkutan kain yang tidak sempurna. Yang termasuk cacat ini

adalah kerapatan benang pakan/lusi yang tidak sempurna,

persilangan/anyaman benang pakan/lusi yang tidak sempurna, cacat

akibat kerataan benang yang tidak sama, kain berlubang, kain sobek,

perbedaan kontruksi kain darai standar yang disepakati, panjang/lebar

kain yang kurang dari standard dan lainnya.

2) Cacat Warna

Yaitu cacat kain akibat proses pewarnaan yang kurang sempurna

seperti belang (shading), timbulnya bintik-bintik hitam atau putih, warna

kain tidak sesuai contoh standar dan cacat akibat lipatan kain sehinga

menimbulkan efek garis perbedaan warna. Salah satu cara menguji test

beda warna pada kain adalah dengan test shading. Test Shading dilakukan

dengan memotong 10 cm kain dari awal – tengah – akhir, test ini

dilakukan pada 1 rol kain. Tujuan dari test ini adalah mengetahui

adanya perbedaan gradasi warna dalam satu roll kain. Tipe dari test

shading dan penentuan jenis marker:

Side to side:

Shading ini berada di kedua sisi kain, hal ini akan mempengaruhi jenis

marker yang akan kita pakai. Umumnya untuk shading side to side

marker yang akan digunakan adalah block marker, yaitu komponen

garmen yang besar akan terletak di samping dan diletakkan pada posisi

memanjang, dan untuk komponen kecil akan terletak pada bagian

tengah marker.

Side middle Side:

Untuk jenis shading ini, pada umumnya kain sudah tidak dapat

digunakan, karena akan sangat berpengaruh pada hasil garment jadi.

Side to Middle:

Prinsip dari jenis shading ini sama seperti pada side to side, yaitu

marker yang akan digunakan adalah marker special/block marker.

Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan peletakan

Page 116: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

108

komponen besar garmen pada marker, dan untuk menghindari

shading pada satu garment jadi, maka dalam satu size komponen harus

diletakkan secara berdekatan.

3) Cacat kotor:

Yaitu cacat yang disebabkan cara penanganan bahan saat

pengangkutan, pengerjaan dan penyimpanan sehingga menyebabkan

bahan jadi kotor, sobek, berjamur dan cacat cacat lainnya.

Pemeriksaan visual kain dilakukan dengan alat Fabric Inspection machine.

Alat ini selain digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan panjang cacat

kain juga untuk mengecek kebenaran panjang kain secara keseluruhan.

Dalam proses pengujian cacat kain secara visual ini ada beberapa system point

untuk menentukan grade kain dan point ini diberikan berdasarkan panjang

cacatnya seperti pada Tabel 6.

Setiap cacat yang ditemukan kemudian diklasifikasikan dalam kategori

tingkat cacat kain sebagai berikut:

1. Cacat sub minor, yaitu cacat yang tidak nampak dan tidak

mempengaruhi penilaian angka grading.

2. Cacat minor, yaitu cacat yang agak nampak pada kilasan pandang

pertama dan mungkin menyebabkan cacat pakaian.

3. Cacat mayor, yaitu cacat yang kelihatan atau sangat terlihat dan

kebanyakan menyebabkan kerusakan pakaian

4. Critical defect, yaitu cacat yang akan menyebabkan pakaian sudah tidak

bisa dipakai lagi meskipun untuk mutu kedua.

Page 117: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

109

Tabel 6. Sistem Point Penilaian Grade Kain

Sistem Panjang Cacat

Point

4 Point System Setiap 100m kain dapat dikatakan diterima jika point cacat tidak lebih dari 35 point

<7,5 cm 1 point

7,5 cm – 15 cm 2 piont

15 cm – 23 cm 3 point

23 cm – 30 cm 4 point

6 Point Sistem Setiap 100m kain dapat dikatakan diterima jika point cacat tidak lebih dari 40 point

< 25 cm 1 point

25 cm – 49 cm 2 point

50 cm – 74 cm 3 point

75 cm – 99 cm 4 point

100cm – 124cm 5 point

125cm – 150 cm 6 point

10 point system Biasa digunakan untuk kain yang memiliki lebar >170cm. Setiap 100m kain dapat dikatakan diterima jika point cacat tidak lebih dari 40 point

Cacat sepanjang arah panjang kain

10 point/m

Cacat sepanjang arah lebar kain

10 point

Cacat sepanjang setengah lebar kain

5 point

Cacat sepanjang seperempat lebar kain

3 point

2,5 cm – 6,5 cm 2 point

< 2,5 cm 1 p0int

Gambar 38. Fabric Inspection Machine

Page 118: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

110

D. Pemilihan Bahan Baku Tekstil/Kain (Main Material) untuk

Garmen

Merchandiser garmen perlu memiliki kemampuan dalam memilih

bahan baku untuk garmen. Hal ini bertujuan agar mereka tidak mengalami

kesulitan saat harus menentukan bahan baku tekstil untuk produk garmen

mereka. Di pasaran, nama-nama kain tersebut tidak selalu berdasarkan asal

jenis seratnya saja, namun ada juga yang berdasarkan proses pembuatannya,

berdasarkan bentuknya, berdasarkan kegunaannya, berdasarkan

anyamannya dan berdasarkan merk dagang oleh pabriknya.

Pemilihan bahan tekstil yang tepat sangat mempengaruhi mutu dan

kualitas busana/garmen yang akan dihasilkan. Agar dapat memilih bahan

yang tepat perlu memperhatikan faktor-faktor berikut: (1) unsur-unsur

desain pada bahan tekstil; (2) pemilihan bahan tekstil (kegunaan,

kesempatan, karakteristik penanganan, model dan lebar kain); (3) kriteria

pemilihan bahan tekstil dengan memperhatikan faktor – faktor mendesain

busana. Oleh karena itu, saat memilih bahan baku untuk produk garmen

kita harus memperhatikan jenis kain dan penggunaannya.

Tabel 7. Jenis Kain dan Penggunaannya

Jenis Kain/Nama Penggunaan

Asetat Untuk pakaian seharihari, seragam, lingerie, bahan pelapis

Akrilik Untuk pakaian formal

Brocade Untuk kebaya, busana pengantin

Chiffon Untuk gaun malam, blouse dan scarf

Crepe Untuk semua jenis pakaian

Denim Umumnya untuk celana dan jacket namun dewasa ini banyak juga untuk kemeja

Drill Cocok untuk celana, seragam dan pakaian kerja

Flannel Untuk blazer, gaun, rok, jas dan mantel, jaket, dan kemeja.

Page 119: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

111

(Sumber: Noor Fitrihana & Widihastuti, 2011)

Selain yang sudah dijelaskan di atas, merchandiser garmen juga harus

mengetahui dan memahami bahwa dengan semakin tingginya tuntutan dari

para buyer yaitu dengan lead time (batas waktu) yang semakin pendek

misalnya 45 hari bahkan 32 hari dari penerimaan order hingga waktu

shipment (pengiriman), maka proses pemilihan dan pengadaan kain (bahan

baku tekstil) menjadi perhatian utama banyak pihak baik buyer maupun

pengusaha garmen sendiri. Tingginya tuntutan pasar saat ini juga membuat

para buyer harus lebih mencermati strategi untuk dapat mengisi outlet-

outletnya dengan produk-produk mereka yang terkini dan mengikuti trend

yang bergerak semakin cepat. Walaupun sampai saat ini masih banyak

industri garmen yang memiliki lead time lebih panjang misal 90 atau malah

Gabardine Untuk jas laki laki dan perempuan, mantel, seragam, dan kemeja pria.

Georgette Untuk pakaian pengantin, gaun ,sebagai bahan pelapis

Nylon Untuk pakaian dalam, kaos kaki , sweater

Organdy Untuk blus, pakaian resmi.

Organza Untuk gaun malam, underlining

Oxford Untuk kemeja pria. jaket, kemeja, rok, gaun, dan olahraga

Polyester Untuk semua jenis busana tergantung serat campurannya

Pongee Untuk gaun, blouse dan ajket

Rayon Untuk semua jenis pakaian

Satin Untuk gaun malam, jaket , bahan pelapis

Spandex Untuk pakaian olahraga, pakaian dalam

Taffeta Untuk gaun malam

Tulle Untuk gaun, kebaya, pakaian pengantin

Velvet Untuk gaun malam, pakaian dirumah, pakian pengantin

Voile Untuk gaun, blouse

Wool Untuk semua jenis pakaian

Page 120: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

112

120 hari, namun apabila industri garmen bisa mengendalikan lead time proses

produksi dengan baik, maka akan meninggikan daya saing yang dimiliki

industri garmen tersebut.

Selanjutnya saat terjadi proses order dari buyer ke industri, maka

setelah buyer memilih kain (fabric) sesuai style-nya maka proses pertama

adalah mengirimkan contoh-contoh kain yang paling dekat spesifikasinya

(spec) dengan permintaan mereka. Proses ini akan menjadi lebih mudah

apabila mereka memiliki spec yang jelas dari kain tersebut, misalnya

konstruksi, lebar kain, finishing, dan keterangan lainnya. Oleh karena itu,

merchandiser garmen harus mengetahui dan memahami spec tersebut,

seperti contoh di bawah ini:

Contoh 1:

Buyer meminta kain dengan konstruksi:

Woven Twill 2/1 CD16xCD12/108x56, 58” peach finish

Artinya bahwa: Buyer meminta jenis kain tenun (woven) twill 2/1 dengan

nomor benang lusi 16 dan benang pakan 12, baik benang lusi maupun pakan

adalah benang jenis carded. Kain ini memiliki 108 jumlah benang lusi per

inci dan 56 jumlah benang pakan per inci. Finish yang diminta adalah peach

yaitu permukaan kain agak berbulu dan pegangannya halus. Lebar kain

adalah 58 inci.

Contoh 2:

Buyer meminta kain dengan konstruksi:

Knit mesh, PES 150D/144 F, 110 gr/m2, 60”

Artinya bahwa: Buyer meminta jenis anyaman yang dihasilkan oleh mesin

rajut lusi (warp knit). Konstruksi yang diinginkan terdiri dari benang dengan

nomor 150 denier, dimana setiap benang terdiri dari 144 filamen. Berat kain

aalah 110 gr/m2 dengan lebar kain adalah 60 inchi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa merchandiser garmen saat

memilih atau menentukan jenis kain yang akan digunakan untuk garmen

harus betul-betul memperhatikan spesifikasi yang diminta buyer. Hal ini

Page 121: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

113

untuk mencapai kesepakatan (approval) lebih cepat antara buyer dan

industri garmen.

Page 122: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,
Page 123: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

115

BAB V

PENGETAHUAN BAHAN BANTU (ADDITIONAL

MATERIAL)

Yang dimaksud dengan bahan bantu (additional material) dalam industri

garmen adalah semua bahan yang digunakan sebagai tambahan atau

pelengkap produk garmen, seperti: benang, kancing, zipper, bordir, elastic,

bantalan/ padding, renda, gasper, pita, pita rekat, balein, kom, bahan

pelapis, dan lain-lain. Bahan bantu ini memiliki peranan yang sangat penting

dalam menentukan kualitas produk garmen yang dihasilkan. Oleh karena

itu, seorang merchandiser garmen harus memiliki pengetahuan tentang

klasifikasi dan macam-macam bahan bantu, standar kualitas bahan bantu,

dan pemilihan bahan bantu, yang akan diuraikan secara rinci dalam bab ini.

A. Klasifikasi Bahan Bantu (Additional Material)

Bahan bantu (additional material) dalam industri garmen adalah semua

bahan pelengkap yang digunakan dalam pembuatan garmen

(pakaian/busana jadi) selain bahan baku utama. Bahan bantu atau bahan

pelengkap tersebut berupa benang jahit dan benang hias, zipper atau

ritsluiting, kancing, pita, renda, hak atau kancing kait dan lain-lain-lainnya.

Bahan pelengkap ini adalah detail-detail yang dipasang pada permukaan

busana, bisa dipasangkan pada permukaan garmen sebelum bahan

dipotong, pada bagian-bagian busana sebelum dijahit, atau setelah busana

selesai dijahit. Selain itu, bahan pelengkap ini juga dapat berfungsi

fungsional dan dekoratif sebagai aksesoris maupun hiasan pada busana.

Baik sebagai unsur dekoratif atau unsur fungsional, bahan pelengkap ini

harus selalu dirancang sebagai bagian tak terpisahkan dari busana.

Secara garis besar, bahan bantu garmen ini dapat diklasifikasikan

menjadi tiga jenis yaitu:

1. Bahan bantu utama (bahan pelengkap utama)

2. Bahan bantu tambahan (bahan pelengkap tambahan)

3. Bahan pelapis

Page 124: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

116

Tabel 8. Klasifikasi Bahan Bantu untuk Garmen

No. Jenis Bahan Bantu Contoh

1. Bahan bantu utama (bahan pelengkap utama)

Benang, kancing, resluiting

2. Bahan bantu tambahan (bahan pelengkap tambahan)

Bordir, elastic, bantalan/ padding, renda, gasper, pita, pita rekat, balein, kom dan mungkin bahan bahan lain yang diperlukan.

3. Bahan pelapis Lapisan bawah (Underlining), lapisan dalam (Interfacing), lapisan antara (Interlining) dan bahan pelapis (lining) yang biasa disebut furing (Lining).

B. Macam-macam Bahan Bantu (Additional Material)

Sesuai dengan klasifikasi bahan bantu yang sudah dijelaskan pada

subbab sebelumnya, maka macam-macam bahan bantu garmen tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bahan Bantu Utama (Bahan Pelengkap Utama)

Bahan pelengkap utama adalah bahan-bahan yang memiliki nilai

fungsi untuk menyambung bahan utama (kain) dan memudahkan

pemakaian dan pelepasan busana seperti benang, kancing, dan resluiting.

Bahan pelengkap utama ini umumnya mutlak ada pada semua produk

busana minimal salah satu pasti digunakan. Yang termasuk bahan pelengkap

utama ini antara lain:

a. Benang

Seperti diketahui bahwa untuk membuat baju diperlukan pembuatan

pola dengan memotong pola sesuai bagian bagian tubuh seperti lengan,

kaki, badan muka, badan belakang, kerah saku, manset dan lainnya. Bagian-

bagian ini perlu disambungkan sehingga terbentuklah sebuah busana yang

bisa dikenakan pada badan. Untuk menyambungkan bagian-bagian pola

inilah dibutuhkan benang jahit.

Page 125: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

117

Gambar 39. Macam-macam Benang

Di pasaran banyak merk benang jahit yang dijual, dan yang paling

mudah ditemukan adalah merk Astra dan Extra. Sebenarnya ada merk-merk

benang lainnya seperti Tiger, Diamon, Yamalon bahkan ada yang tanpa

merk. Umumnya benang jahit dalam segulung memiliki panjang 500 yards

atau sekitar 450m. (1yard=0,914meter). Benang ini tersedia dalam berbagai

jenis serat kapas, polyester, nilon, wool dan lainnya.

Tabel 9. Macam-Macam Jenis Benang

Jenis benang Keterangan

Benang jahit katun (cotton thread)

dibuat dari proses spinning serat cotton 100%

benang jahit spun (Spun thread)

dibuat dari spinning chemical fibers (seratnya berasal dari serat pendek (spun) serat polyester atau benang spun cotton)

benang jahit polyester (polyester thread)

dibuat dari twisting serat filament polyester

dan benang jahit nylon (bulk nylon thread):

dibuat dari serat nylon filament, memiliki sifat stretchy dan elastic.

Page 126: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

118

Kontruksi benang tekstil ini dapat berupa: tunggal (single), gintir

(multiple), atau kepang (cable). Untuk keperluan pengelompokan benang,

maka pengertian beberapa jenis benang tersebut akan diuraikan di bawah

ini:

1) Benang tunggal (single yarn) ialah produk yang dihasilkan oleh mesin pintal dengan jalan memintal serat tekstil yang pendek atau benang satu filament atau memilin dua atau lebih filament

2) Benang multi filament adalah benang yang dibuat dari dua atau lebih benang tunggal yang disejajarkan dan tidak dipintal.

3) Benang gintir adalah benang yang dibuat dari dua atau lebih benang tunggal yang dipintal bersama.

4) Benang kepang (cable yarn) adalah benang yang diperoleh dengan memintal paling sedikit dua benang gintir atau memintal satu atau lebih benang gintir dengan satu atau lebih benang tunggal.

b. Kancing

Kancing merupakan bagian pelengkap yang sangat penting pada

busana. Pada umumnya selain produk T-shirt oblong semua produk busana

menggunakan kancing minimal satu. Fungsi kancing antara lain yaitu untuk

memudahkan mengenakan maupun melepas busana, sebagai penutup

belahan, dan sebagai hiasan pada busana antara lain.

Jenis-jenis kancing yang digunakan pada busana umumnya

dikategorikan sebagai kancing kemeja, kancing tekan (Press sap button),

kancing kait (Hook Button), kancing hias, kancing bungkus, kancing Cina,

daan kancing paku. Masing-masing jenis kancing memiliki karakteristik

sendiri-sendiri sesuai dengan fungsinya. Selanjutnya untuk memperjelas

bahasan tentang kancing, berikut disajikan macam-macam jenis kancing dan

karakteristiknya.

Page 127: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

119

Tabel 10. Macam-macam Jenis Kancing dan Karakteristiknya

Jenis Kancing dan Karakteristiknya

1) Kancing kemeja:

Kancing ini umumnya berbentuk bulat dan berlubang di tengah

tengahnya. Banyaknya lubang bervariasi dari 2, 3 dan 4. Lubang-

lubang ini untuk masuknya benang jahit agar kancing menempel

pada busana. Umumnya pada industrI dilakukan dengan mesin

pasang kancing. Sedangkan untuk mengkaitkan harus dibuatkan

lubang kancing pada bagian busana lainnya dengan mesin lubang

kancing.

2) Kancing Tekan (Press sap button)

Kancing tekan terbuat dari logam/plastik yang terdiri atas 2 bagian

kancing timbul dan bagian yang pipih. Kedua bagian dijahitkan

pada masing-masing bagian busana yang akan dikaitakan dan

Untuk mengkaitkan kedua bagian kancing harus ditekan.

Page 128: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

120

3) Kancing Kait (Hook Buton)

Kancing ini terbuat dari logam, terdiri atas dua bagian yang

dipasang pada pertemuan ban pinggang rok atau celana.

Pemasangan kancing dikaitkan. Kancing ini terbuat dari logam,

bentuk dan ukurannya beragam sehingga fungsinya selain sebagai

penutup belahan juga sebagai hiasan. Salah satu bagian nampak

dari luar. Pemasangannya dengan bantuan alat atau dipres.

4) Kancing Hias

Kancing berfungsi sebagai penutup belahan sekaligus hiasan

adalah kancing hias. Kancing hias banyak jenis dan bentuk dan

warnanya. Penggunaan kancing hias berwarna harus

mengutamakan keserasian dengan warna pakaian. Dari segi ukuran

kancing juga perlu disesuaikan. Kancing berukuran besar untuk

pakaian seperti jas, mantel pak blus, atau gaun yang hanya

memerlukan satu atau dua kancing, sedangkan untuk pakaian yang

Page 129: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

121

memerlukan banyak kancing digunakan kancing yang berukuran

kecil atau sedang. Kancing hias dapat juga digunakan sebagai pusat

perhatian pada suatu busana.

5) Kancing Bungkus

Kancing bungkus ialah dibungkus dengan kain. Kancing bungkus

dibuat dengan memakai alat lubang kancing atau dijahit dengan

tangan. Kancing ini termasuk kancing hias, pembungkusnya

menggunakan perca bahan busananya. Bentuk kancing bungkus

ada yang bulat datar, bulat cembung dan berbentuk kerucut

dengan berbagai macam ukuran seperti pada kancing hias

bertangkai. Kancing bungkus dapat pula di hias dengan manik

payet dan dipasangkan pada kebaya modifikasi dari busana pesta.

6) Kancing Cina

Kancing Cina terbuat dari sejenis tali yang dibuat dengan teknik

simpul dan buhul, sehingga menghasilkan bentuk-bentuk tertentu.

Page 130: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

122

7) Kancing paku: Model kancing seperti paku

c. Tutup Tarik (Retsluiting = Belanda, Zipper= Inggris)

Zipper berupa selembar kain dengan tenunan yang kuat yang

ditengahnya dilengkapi gigi dan tarikan sehingga dapat dibuka dan ditutup.

Fungsinya adalah sebagai penutup belahan dan sebagai hiasan.

Penggolongan zipper umumnya berdasarkan proses jalannya slider (tutup

tariknya). Bahan kain untuk zipper umumnya terbuat dari polyester atau

nylon. Untuk rel gigi dan slidernya dapat terbuat dari plastik maupun logam.

Jenis Zipper dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 131: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

123

Tabel 11. Jenis Zipper Berdasarkan Gerak Slider

No Jenis Zipper

Keterangan Gambar

1 Closed End

Zipper jenis ini pada bagian ujungnya terkunci (tidak bisa dilepas).

2 Open End

Zipper jenis ini pada bagian ujungnya bisa dilepas.

Reversible Open-End

Slider bisa dibolak-balik (reversilble) dan ujungnya bisa dilepas

3 Zipper With Double Sliders

Memiliki 2 kepala slider (pengaturan dari kepala slider ke kepala slider)

4 Zipper With Double Sliders

Memiliki 2 kepala slider (pengaturan dari arah ujung masing-masing)

Page 132: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

124

Gambar 40.Tipe Zipper Berdasarkan Jenis Gigi

Tabel 12. Komponen Zipper

d. Bahan Pelengkap Tambahan

Bahan pelengkap tambahan adalah bahan pelengkap busana yang

tidak mutlak harus ada. Sifatnya hanya sebagai bahan tambahan yang

berfungsi untuk mempercantik penampilan dan meningkatkan kenyamanan

pakai sebuah produk busana/garmen. Bahan pelengkap tambahan ini dapat

berupa bordir, elastic, bantalan/padding, renda, gasper, pita, pita rekat,

balein, kom dan mungkin bahan-bahan lain yang diperlukan.

Page 133: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

125

Gambar 41. Bahan Pelengkap Tambahan

e. Bahan Pelapis (Underlying)

Bahan pelapis (underlying) adalah bahan yang ditambahkan pada

pembuatan busana berupa kain yang terletak di bawah atau di belakang bahan

utama. Bahan pelapis berfungsi untuk membentuk, menopang kain,

menjaga tetap kuat dari gesekan, lipatan, tekanan dan tahan rendaman.

Bahan pelapis juga dapat digunakan untuk mempercantik penampilan

bahan utama dan menutupi bagian bagian tubuh tertentu yang tidak ingin

nampak dari luar jika bahan utama terlalu tipis dan transparan. Juga untuk

memberi rasa nyaman saat pemakaian seperti memberi rasa sejuk, hangat

dan menghindari rasa gatal. Bahan pelapis dapat berupa kain tenun maupun

kain non woven, Bahan pelapis ini juga ada yang menggunakan perekat

maupun tanpa perekat sesuai fungsi dan penggunaannya. Perekatan

umumnya menggunakan proses panas dengan setrika atau alat press/fusing.

Dalam pembuatan busana bahan pelapis digolongkan menjadi 4 jenis

yaitu lapisan bawah (underlining), lapisan dalam (interfacing), lapisan antara

Page 134: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

126

(interlining) dan bahan pelapis (lining) yang biasa disebut furing (lining).

Masing-masing mempunyai fungsi yang khusus mempengaruhi penampilan

sebuah pakaian/busana.

Jenis-jenis Bahan Pelapis:

a. Lapisan Bawah (Underlining), yaitu bahan pelapis yang terletak di bagian

bawah (bagian buruk) bahan utama pakaian (Garment fabric) biasa

disebut lapisan bawah atau lapisan pertama. Pada umumnya lapisan

bawah ini dimaksudkan untuk:

1) Memperkuat bahan utama busana secara keseluruhan,

2) Memperkuat kelim & bagian-bagian busana,

3) Mencegah bahan tipis agar tidak tembus pandang, dan

4) Menjadikan sambungan bagian bagian busana atau kampuh tidak

kelihatan dari luar.

b. Lapisan Dalam (Interfacing), yaitu bahan pelapis yang lebih kokoh dari

lapisan bawah yang dipergunakan untuk menguatkan dan memelihara

bentuk pakaian. Bahan lapisan ini dapat dipergunakan pada seluruh

bagian dari pakaian, tetapi pada umumnya hanya dipergunakan pada

bagian-bagian tertentu saja seperti pada kerah, manset, saku dan

lainnya. Fungsi bahan interfacing:

Memperbaiki bentuk pada busana seperti kerah, saku, garis leher

Membuat kaku, licin, dan rata pada bagian-bagian busana

Menstabilkan dan memberi bentuk tertentu pada bagian tertentu

seperti ujung dan detail pada busana

Memperkuat dan mencegah bahan renggang

c. Lapisan Antara (Interlining), yaitu bahan pelapis lembut dan ringan

yang diletakkan diantara interfacing dan lining pada suatu pakaian untuk

Page 135: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

127

memberikan rasa hangat selama dikenakan. Biasanya untuk lengan

baju dan bagian badan dari jaket atau mantel.

d. Bahan Pelapis (Lining) atau biasa disebut furing, yaitu bahan pelapis

yang memberikan penyelesaian yang rapi, rasa nyaman, kehangatan,

kehalusan terhadap kulit, biasanya disebut bahan pelapis terakhir

(furing) karena merupakan penyelesaian terakhir pada pembuatan

busana untuk menutupi bagian dalamnya. Fungsi lining adalah:

1) Menutup bagian dalam konstruksi bagian dalam busana agar tampak

rapi.

2) Menahan bentuk dan jatuhnya busana.

3) Pengganti petty coat (rok dalam).

4) Agar bahan tipis tidak tembus pandang.

5) Sebagai pelapis berbulu atau kasar seperti wol.

6) Untuk memberi rasa nyaman (sejuk, hangat) pada saat dikenakan.

7) Memudahkan pakaian untuk dipakai atau dilepas .

Untuk suatu desain, semakin berstruktur dan berdetail maka semakin

besar pula kebutuhan akan lapisan bawah dan lapisan di dalamnya. Bobot

bahan pakaian merupakan faktor lain yang harus diperhatikan, semakin

ringan bobot atau kelembutan dari suatu bahan utama pakaian, semakin

lebih membutuhkan bahan penyokong.

Tidak semua busana menggunakan keempat jenis bahan pelapis secara

bersama-sama contoh pada pembuatan kebaya cukup diperlukan bahan

interfacing untuk memberi bentuk dan lining untuk memberi rasa nyaman

saat dikenakan namun ada kalanya keempat jenis bahan pelapis digunakan

secara bersama-sama.

Page 136: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

128

Gambar 42. Bahan Interlining Untuk Kerah

Gambar 43. Peletakan Bahan Pelapis dalam Kontruksi Busana

C. Standar Kualitas Bahan Bantu (Additional Material)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa bahan bantu /pelengkap

busana yang biasa digunakan dalam industri garmen adalah bahan-bahan

yang digunakan untuk melengkapi konstruksi busana garmen sehingga

semakin sempurna dan indah, yaitu antara lain benang, kancing, hiasan,

aksesoris dan risluiting. Bahan bantu/pelengkap tersebut tentunya harus

memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan.

Untuk mengetahui bagaimana kualitas bahan bantu di atas biasanya

dilakukan pengujian di laboratorium. Misalnya, untuk menguji kualitas

benang jahit maka dilakukan pengujian benang jahit secara laboratorium

Page 137: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

129

dengan prosedur seperti tertuang dalam SNI 08-0360-2000 yang terdiri atas

meliputi nomor benang, kekuatan tarik, keseimbangan antihan, ketidak

rataan benang, uji jahit dan tahan luntur warna. Umumnya proses pengujian

ini dilakukan di perusahaan pembuat benang. Namun untuk industri

garmen, benang jahit yang digunakan pada umumnya tidak dilakukan

pengujian secara mendetail. Produsen tinggal menggunakan sesuai dengan

pengalaman produksi yang telah dilakukan atau dari pemasok yang telah

terpercaya.

Namun demikian, kita perlu mengetahui dan memahami bagaimana

standar kualitas benang jahit yang baik untuk industri garmen, yaitu antara

lain bisa dilihat dari: kekuatan tariknya; kehalusannya (bisa dilihat dari

nomor benangnya); kerataannya; warnanya; daya pegangnya; dan

sebagainya.

Standar kualitas kekuatan benang dapat diuji dengan manual dengan

cara ditarik dengan tangan dan dirasakan kekuatan putus benangnya. Jenis

serat benang jahit dapat dilakukan dengan uji pembakaran diamati proses

pembakaran, bau dan abu. Ambil sepanjang satu meter benang dan dilipat

menjadi 10 cm kemudian dibakar. Jika benang terbakar dengan nyala yang

cepat, berbau kertas terbakar, dan abunya putih hancur, benang tersebut

berbahan serat katun. Jika benang terbakar seperti meleleh, berbau seperti

palstik, abunya hitam kecoklatan dan keras kemungkinan benang tersebut

berbahan sintetis seperti polyester ataupun nilon. Jika berbau seperti rambut

terbakar maka benang tersebut adalah sutera. Pengujian nomor benang

dapat dilakukan dengan menimbang benang dalam panjang tertentu dan

kemudian dikonversikan sesuai ketentuan penomeran benang.

Page 138: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

130

Gambar 44. Jenis Cacat pada Zippe

Pengujian zipper pada pembuatan busana juga dilakukan melalui

pengamatan visual serta kemampuan fungsi zipper saat terpasang pada

busana. Beberapa kerusakan (cacat) yang sering terjadi pada zipper dapat

dilihat pada Gambar 44, dan arah tarikan pengujian kualitas zipper dapat

dilakukan seperti ditunjukkan pada Gambar 45.

Page 139: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

131

Gambar 45. Arah Tarikan Pengujian Manual Kualitas Zipper

Sementara untuk kancing, kualitasnya dapat dilihat dari kesesuaian

warnanya, ukuran dan kesempurnaan bentuk fisik kancing, tidak mudah

pecah, dan untuk jenis kancing kait dan kancing tekan dapat dilihat dari

kemudahan pemasangan dan pelepasan kain serta kestabilan posisi kancing

saat digunakan. Secara umum, pengujian teknis yang biasa dilakukan di

industri garmen adalah yang terkait dengan kekuatan pemasangan kancing

saja, sedangkan pemeriksaan/pengujian yang lain lebih banyak dilakukan di

pabrik pembuatan kancing.

D. Pemilihan Bahan Bantu (Additional Material)

Memilih bahan bantu/pelengkap busana di industri garmen diperlukan

ketelitian dan kecermatan. Penambahan hiasan busana dibuat sedemikian

rupa sehingga tidak mempengaruhi struktur suatu busana dan kemungkinan

untuk dilepas dapat dilakukan. Dimensi, warna dan bahan dari suatu bahan

pelengkap juga harus sesuai dengan bahan utama/kain yang digunakan

untuk pembuatan busana. Bahan pelengkap juga harus tidak menyulitkan

dalam pemakaian dan perawatan busana itu sendiri.

Terutama untuk pemilihan bahan pelapis jenis interlining, banyak hal

yang harus kita perhatikan, antara lain adalah jenis serat dan konstruksi kain

utamanya (bahan baku garmen). Interlining ini pada umumnya dipasang pada

seluruh jenis garmen, misalnya: kemeja, blouses, rok, celana dan dress. Oleh

karena itu, pengetahuan dasar tentang jenis serat dan konstruksi kain utama

sangat menentukan dalam pemilihan jenis interlining yang akan digunakan.

Alasannya adalah bahwa jumlah dan konstruksi kain dari benang akan

mempengaruhi ketebalan dan kehalusan dari suatu jenis kain, dimana

pembagian jenis kain ini akan mempengaruhi pemilihan interlining yang tepat

dalam suatu produk garmen. Interlining untuk kemeja pada dasarnya

Page 140: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

132

merupakan tenunan polos dan hampir seluruhnya terdiri atas konstruksi

cotton atau cotton/polyseter. Jenis interlining untuk kemeja formal adalah woven

interlining fuse, sedangkan untuk kemeja non formal adalah soft interlining.

Berikut ini adalah alur proses pemilihan interlining menurut Aas Asmawati

K (2008):

Page 141: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

133

BAB VI

PENGETAHUAN BAHAN APLIKASI DAN LABEL

Pada Bab ini akan diuraikan tentang bahan aplikasi dan label yang

digunakan dalam industri garmen. Yang dimaksud dengan bahan aplikasi

adalah semua bahan yang melengkapi sebuah garmen seperti: embroidery,

printing, dan jenis aplikasi lainnya, termasuk label. Seorang merchandiser

garmen harus memiliki pengetahuan tentang bahan aplikasi dan label ini

agar dapat memilih secara baik dan tepat sesuai standar yang telah

ditentukan. Oleh karena itu, dalam bab ini akan diuraikan secara rinci

mengenai bahan aplikasi dan label dalam industri garmen disertai contoh-

contohnya.

A. Bahan Aplikasi untuk Garmen

Bahan aplikasi adalah bahan yang ditambahkan pada produk garmen

untuk menambah performance agar lebih indah.

Page 142: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

134

Gambar 46. Contoh Aplikasi Embroidery pada Produk Garmen

Page 143: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

135

B. Label untuk Produk Garmen

Label untuk produk garmen adalah etiket yang memuat informasi

tentang produk garmen (pakaian jadi) tersebut. Informasi ini biasanya

memuat tentang nama produk (merk), ukuran, asal bahan, harga, dan

cara/petunjuk pemeliharaannya. Proses pemberian/pemasangan label pada

produk sebagai tanda identifikasi produk dan atau sebagai informasi produk

bagi konsumennya disebut labelling/pelabelan. Pemasangan label ini

dilakukan bersamaan dengan proses produksi produk garmen yang

bersangkutan. Adapun macam-macam label adalah sebagai berikut:

1. Label Utama / Main Label / Brand Label

2. Label Identifikasi Ukuran / Size Label

3. Label Bendera / Flag Label

4. Label Sisip / Slip Label / Joker Label

5. Label Tempel / Patch Label

6. Label Indentifikasi / Identification Label

7. Label Penanganan Produk / Care Label

Sedangkan berdasarkan posisi pemasangannya, maka label dapat

dibedakan menjadi:

1. Label atas

2. Label bawah

3. Label samping

4. Label dalam

5. Label luar

Berdasarkan cara pemasangannya, maka label dibedakan menjadi:

1. Label yang digantung jahit

2. Label yang diselipkan

3. Label jahit satu sisi

4. Label jahit dua sisi

5. Label jahit keliling

Page 144: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

136

Berikut adalah contoh macam-macam label yang biasa digunakan

dalam produk garmen:

CONTOH MACAM-MACAM LABEL

1. Label Utama / Main Label / Brand Label

2. Label Identifikasi Ukuran / Size Label

3. Label Bendera / Flag Label

Page 145: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

137

4. Label Sisip / Slip Label / Joker Label

5. Label Tempel / Patch Label

6. Label Indentifikasi / Identification Label

Page 146: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

138

7. Label Penanganan Produk / Care Label

Informasi ini diperlukan untuk menentukan penggunaan dan cara

pemeliharaan produk garmen (pakaian jadi). Label ini harus dipasangkan

pada produk garmen tersebut agar dapat membantu konsumen/pelanggan

dalam merawat dan memelihara produk garmen tersebut sesuai dengan

karakteristiknya berdasarkan informasi atau petunjuk yang disediakan dalam

label. Petunjuk perawatan adalah solusi sederhana untuk memecahkan

masalah yang lebih besar. Label petunjuk perawatan memberi panduan

kepada para pelanggan mengenai cara perawatan sebuah produk pakaian,

serta cara mencuci yang paling tepat untuk bahan kain, dekorasi benang dan

teknik jahit jenis tertentu. Mengikuti panduan pada label petunjuk

perawatan akan memberi jaminan bahwa tampak luar dan bentuk produk

garmen tetap terjaga meski dicuci berulang kali.

Dari sudut pandang produsen, kerusakan pada produk garmen akibat

cara pencucian yang tidak benar dapat menimbulkan keluhan pelanggan;

hilangnya pelanggan dan buruknya citra. Sedangkan label petunjuk

perawatan yang akurat dan ditulis dengan benar dapat mencegah hal ini

terjadi. Dari sudut pandang pelanggan, panduan perawatan yang akurat dan

Page 147: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

139

ditulis dengan benar berfungsi sebagai panduan cara mencuci dan dapat

mempengaruhi daya jual sebuah produk. Produk garmen yang

perawatannya mudah lebih disukai daripada produk garmen yang cara

perawatannya sulit. Oleh karena itu, perusahaan /industri garmen harus

memperhatikan tentang hal ini, dan biasanya bentuk dan jenis label sudah

ada dalam spesifikasi order sheet yang diminta oleh buyer

(pembeli/pelanggan/konsumen). Terkait hal ini maka merchandiser

garmen harus mengetahui dan memahami tentang label petunjuk

perawatan. Berikut beberapa informasi yang belum diketahui tentang label

petunjuk perawatan, yaitu:

a. Negara tempat sebuah produk pakaian dijahit adalah negara asal yang

tertulis pada label petunjuk perawatan.

b. Label petunjuk perawatan harus terpasang secara permanen agar

mudah dilihat oleh para pelanggan pada saat membeli produk pakaian

tersebut. Pada umumnya, label ini terdapat di bagian samping atau

bagian dalam pakaian.

c. Produsen atau pengimpor yang bersangkutan dengan produk pakaian

ini bertanggung jawab atas informasi yang terdapat dalam petunjuk

perawatan.

d. Sebuah produk pakaian mungkin diimpor tanpa label produk

perawatan, namun tetap harus diberi label petunjuk perawatan pada

saat produk tersebut dijual.

Terdapat banyak sistem pelabelan petunjuk perawatan yang telah

berevolusi di seluruh dunia. Beberapa dari sistem ini telah ditetapkan

sebagai peraturan pemerintah, sedangkan lainnya ditetapkan sebagai standar

internasional. Namun tidak semuanya wajib untuk diikuti. Sistem Pelabelan

Petunjuk Perawatan. Terdapat lima sistem pelabelan petunjuk perawatan

yang umumnya digunakan pada label petunjuk perawatan. Kelima sistem ini

adalah:

Page 148: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

140

1) Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan Internasional

2) Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan Jepang

3) Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan Kanada

4) Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan Eropa

5) Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan Amerika

1. Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan Internasional

Sistem pelabelan petunjuk perawatan international ditangani oleh

Asosiasi Internasional untuk Pelabelan Petunjuk Perawatan Tekstil

(GINETEX) yaitu sebuah badan dunia yang mengatur label petunjuk

perawatan sejak tahun 1975. Negara-negara anggota GINETEX ini adalah

Belgia, Perancis, Jerman, Inggris, Belanda, Israel, Austria, Swiss, dan

Spanyol. GINETEX ini bertujuan untuk:

a) Memberi informasi kepada pelanggan mengenai pelabelan petunjuk

perawatan tekstil melalui sistem pelabelan petunjuk perawatan yang

seragam dan simpel, tanpa kata-kata.

b) Mewujudkan dan mendorong pelabelan petunjuk perawatan sukarela

yang bersifat internasional melalui simbol GINETEX yang seragam

untuk menghindari penggunaan sistem yang berbeda-beda.

Sistem pelabelan petunjuk perawatan GINETEX berdasarkan pada

prinsip-prinsip berikut ini:

a) Simbol petunjuk perawatan harus berisi informasi mengenai jenis-jenis

perawatan yang diperbolehkan.

b) Simbol petunjuk perawatan harus digunakan secara utuh dan dalam

urutan yang telah ditetapkan.

c) Pelabelan petunjuk perawatan harus jelas, mudah dipahami, mudah

digunakan dan tidak terkait dengan bahasa apapun.

d) Simbol petunjuk perawatan sebaiknya tidak menimbulkan berbagai

interpretasi yang keliru dari pelanggan.

e) Penempatan label pada posisi yang sama serta penggunaan simbol

petunjuk perawatan yang urut.

Page 149: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

141

f) Sistem pelabelan petunjuk perawatan seragam yang menggunakan

simbol harus memperhatikan kebiasaan pelanggan tanpa

menggunakan data-data teknis yang sulit dipahami.

g) Alat-alat yang digunakan dalam proses perawatan tekstil harus

dipastikan dapat memberi hasil yang terbaik jika digunakan sesuai

petunjuk.

h) Penyesuaian yang perlu dilakukan terkait dengan perkembangan teknis

dan ekonomi yang terus terjadi harus dilakukan sebaik-baiknya tanpa

menggunakan simbol atau tambahan baru pada sistem yang telah ada.

Lima simbol dasar yang digunakan dalam sistem pelabelan petunjuk

perawatan Internasional sesuai dengan aturan ini:

Catatan: Simbol-simbol untuk Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan

Internasional sama dengan yang terdapat dalam Sistem Pelabelan Petunjuk

Perawatan Eropa.

2. Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan Jepang

Sistem pelabelan petunjuk perawatan Jepang seperti sistem pelabelan

petunjuk perawatan lainnya memiliki simbol yang ditempatkan dalam

urutan tertentu. Label dirancang sesuai dengan ketentuan berikut ini:

a) Simbol-simbol harus diurutkan dari kiri ke kanan sesuai urutan berikut

ini: 1) Pencucian, 2) Pemutihan , 3) Penyetrikaan, 4) Pencucian Kering,

5) Pemerasan & 6) Pengeringan.

b) Untuk produk berwarna yang biasanya tidak perlu diputihkan, simbol

terkait penggunaan pemutih berbahan dasar klorin dapat dihilangkan.

c) Untuk produk yang biasanya tidak perlu disetrika, simbol untuk

penyetrikaan dapat dihilangkan. (Kecuali 'tidak dapat disetrika')

Page 150: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

142

d) Untuk produk yang dapat dicuci dengan air, simbol pencucian kering

dapat dihilangkan. (Kecuali ‘tidak dapat dicuci kering’)

e) Simbol-simbol tersebut sebaiknya berwarna hitam atau biru tua

sedangkan simbol-simbol larangan sebaiknya berwarna merah atau

putih.

Page 151: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

143

3. Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan Kanada

Berbeda dengan negara lain, hingga Juli 1973 pelabelan petunjuk

perawatan bukanlah sebuah kewajiban di Kanada. Namun sesudahnya

sebuah sistem pelabelan petunjuk perawatan baru pun diperkenalkan.

Sistem simbol petunjuk perawatan Kanada yang baru menggunakan warna

hijau (dapat dilakukan), kuning tua (hati-hati), dan merah (tidak dapat

dilakukan) dengan lima simbol yaitu gambar wash tub, segitiga pemutih,

pengering kotak, setrika dan lingkaran cuci kering. Pada tahun 2003 sistem

Kanada diperbarui agar sesuai dengan standar Perjanjian Perdagangan

Page 152: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

144

Bebas Amerika Utara/North American Free Trade Agreement (NAFTA) dan

(ISO) sehingga kode warna pun berhenti digunakan.

4. Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan Eropa

Lembaga independen Uni Eropa terus melakukan peninjauan terhadap

standar label petunjuk perawatan yang ada melalui kerja sama dengan

berbagai lembaga internasional lainnya agar dapat menciptakan sistem yang

seragam sesuai dengan skema ISO. Simbol-simbol yang digunakan di Eropa

adalah merek dagang GENETEX dan dikenai biaya merek dagang yang

dibayarkan pada GENETEX, sebagai pemegang merek dagang jika produk

garmen tersebut akan dijual di negara-negara GENETEX.

Label petunjuk perawatan yang benar untuk negara-negara di Eropa

harus terdiri atas setidaknya empat atau kadangkala lima simbol dengan

urutan berikut ini: 1) Pencucian, 2) Pemutihan, 3) Penyetrikaan, 4)

Pencucian Kering dan 5) Pengeringan.

Page 153: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

145

Page 154: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

146

6. Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan Amerika

Sesuai dengan aturan Label Petunjuk Perawatan Komisi Perdagangan

Federal, label petunjuk perawatan harus terdiri atas kata-kata maupun

simbol-simbol. Baik dalam kata-kata, simbol-simbol ataupun keduanya,

petunjuk perawatan harus ditulis dengan urutan sebagai berikut ini:

a) Cuci mesin / cuci tangan / cuci kering.

b) Suhu pencucian (panas / hangat / dingin).

c) Program mesin cuci (halus / permanent press / putaran normal).

d) Petunjuk pemutihan (jangan gunakan pemutih / gunakan pemutih

berbahan dasar non-klorin / gunakan pemutih berbahan dasar klorin).

e) Cara pengeringan (dengan mesin pengering / jemur / hamparkan /

angin-anginkan).

f) Penyetrikaan (jangan disetrika / setrika dengan suhu rendah / setrika

dengan suhu sedang / setrika dengan suhu panas).

g) Peringatan.

Selain label petunjuk perawatan, produsen dan pengimpor juga harus

menyediakan label yang:

a) Dipasang pada tempat yang mudah terlihat pada saat produk dijual.

Jika produk dibungkus, dipajang atau dilipat dan menyebabkan

pelanggan tak dapat melihat label petunjuk perawatan, informasi

terkait juga harus ditulis pada bagian samping pembungkusnya atau

pada gantungan label.

b) Tidak lepas dan tulisan tidak hilang selama produk masih dapat

digunakan.

c) Menyebutkan perawatan berkala yang perlu dilakukan pada produk

untuk penggunaan biasa.

d) Memperingatkan pelanggan mengenai hal-hal yang dapat merusak

produk garmen.

Sejak bulan Desember 1996, sebuah sistem baru yang hanya

menggunakan simbol dan tanpa kata-kata digunakan di Amerika Serikat.

Simbol petunjuk perawatan yang telah direvisi ini dikembangkan oleh

American Society for Testing and Materials (ASTM) dengan penjelasan seperti

berikut ini

Page 155: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

147

Kode Performa Kain

Premiere Vision Kode Performa diciptakan untuk menyoroti sifat atau

mutu tertentu dari sebuah kain, yang berisi kelebihan-kelebihan sebuah kain

yang mungkin terlihat atau tidak terlihat oleh pembeli. Premiere Vision ini

telah menciptakan 24 piktogram yang terdaftar di bawah ini beserta artinya:

Premiere Vision Kode Performa Kain

Page 156: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

148

Page 157: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

149

Page 158: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

150

Berdasarkan sistem pelabelan di atas, maka merchandiser garmen

harus betul-betul memahami sistem mana yang akan diterapkan pada

produk garmennya. Tentunya hal ini harus sesuai dengan kesepakatan

antara buyer dan pihak produsen garmen.

Page 159: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

151

1. Instruksi dalam Care Label

Page 160: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

152

Page 161: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

153

Page 162: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

154

Page 163: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

155

Cara penanganan yang tidak sesuai dengan care label bisa

menyebabkan kerusakan pada garmen, seperti luntur, printing rusak, dll.

Berikut contoh lain dari care label yang biasa terdapat pada produk.

Page 164: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

156

Pada garmen jadi sangatlah penting untuk memperhatikan proses

penanganan dan perawatan agar garmen yang dibeli tidak rusak dan

bertahan lama. Cara penanganan dan perawatan ini dapat dilihat pada “care

label/instruction” yang tertulis di hang tag. Penanganan/ perawatan

garmen sangat ditentukan oleh bahan yang digunakan.

CONTOH BEBERAPA MACAM HANG TAG

1) Hang Tag Utama / Main / Brand Hang Tag

2) Hang Tag Fungsi / Function Hang Tag

3) Hang Tag Info / Information Hang Tag

Page 165: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

157

4) Hang Tag Harga / Price Tag

Page 166: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,
Page 167: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

159

BAB VII

PENGHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN

(FABRIC CONSUMPTION)

Fabric consumption harus dikuasai oleh seorang merchandiser garmen.

Oleh karena itu, pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai fabric

consumption tersebut mulai dari pengertian fabric consumption, fungsi fabric

consumption dalam industri garmen, dan bagaimana melakukan perhitungan

fabric consumption disertai contoh-contohnya.

A. Pengertian Fabric Consumption

Fabric consumption adalah perhitungan kebutuhan bahan baku (main

material) untuk membuat satu produk garmen (apparel) dengan spesifikasi

ukuran yang telah ditentukan, yang dihitung dalam berat (gram) untuk kain

rajut (knitting) maupun dalam meter untuk kain tenun (woven).

Penghitungan kebutuhan bahan/kain (fabric consumption) ini juga

menjadi salah satu tugas dan tanggung jawab dari merchandiser garmen. Ini

merupakan tugas yang sangat penting bagi seorang merchandiser garmen

untuk memahami secara jelas tentang penghitungan bahan baku/ kain (fabric

consumption) dan penentuan biaya (costing), sebab biaya bahan baku/kain

mencapai 40% - 45% dari total biaya garmen. Oleh karena itu, merchandiser

garmen harus menguasai hal ini.

B. Fungsi Fabric Consumption

Penentuan fabric consumption (penghitungan bahan baku/kain) dalam

industri garmen ini sangat penting karena memiliki pembiayaan yang paling

besar dalam struktur biaya di perusahaan garmen. Hal ini bisa kita lihat

dalam Tabel 13 tentang struktur biaya di perusahaan garmen (data riil).

Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa biaya untuk

bahan baku (kain) mendapatkan persentase yang paling besar yaitu rata-rata

49,7% (hampir 50% sendiri dari total struktur biaya di perusahaan garmen).

Tabel 13. Struktur Biaya di Perusahaan Garmen

Page 168: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

160

Keterangan : H sampai dengan S adalah perusahan-perusahaan garment

Begitupun secara teori berdasarkan literatur, maka komposisi struktur

biaya garmen untuk bahan baku ini juga mendapatkan porsi yang paling

besar yaitu kurang lebih 50,58% dengan unit 1,138 (lihat Tabel 14)

Page 169: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

161

Tabel 14. Komposisi Struktur Biaya Garmen dari Literatur

Berdasarkan hal di atas, maka secara langsung ataupun tidak langsung

penentuan fabric consumption ini akan mempengaruhi penghitungan biaya

produksi dan penentuan harga jual produk garmen (apparel) yang dihasilkan.

Oleh karena itu, proses penghitungan kebutuhan bahan/kain (fabric

consumption) ini perlu dan harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar

hasilnya bisa akurat sesuai kebutuhan yang sesungguhnya.

C. Perhitungan Fabric Consumption

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

perhitungan kebutuhan bahan baku terutama untuk kain rajut maupun kain

tenun, yaitu antara lain:

1. gramation

2. fabric width

3. jumlah bagian-bagian produk garmennya (apparel)

4. size atau ukuran dasar yang dipakai

5. ukuran dari bagian-bagian produk garmennya (apparel)

6. seam allowance/kampuh yang dipakai

7. efisiensi pemanfaatan luas kain

8. arah peletakan bagian produk garmennya (apparel)

9. total kebutuhan bahan (kain)

Page 170: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

162

Sebagai ilustrasi, berikut akan disajikan beberapa contoh perhitungan

fabric consumption dari beberapa jenis produk garmen (apparel), yaitu sebagai

berikut:

Contoh 1: Penghitungan fabric consumption untuk jenis garmen kemeja lengan

panjang berbahan dasar kain tenun.

Saat melakukan penghitungan fabric consumption untuk jenis garmen

kemeja lengan panjang berbahan dasar kain tenun ini, kita harus

memperhatikan lebar dan panjang maksimum dari setiap bagian kemeja

kemudian mengalikan panjang dan lebar tersebut untuk memperoleh luas

kain yang akan digunakan.

Contohnya bisa kita amati pada gambar ilustrasi anatomi kemeja

lengan panjang berikut ini.

Gambar 47. Ilustrasi Anatomi Kemeja Lengan Panjang Bagian Depan

(Anatomy of Long Sleeve Woven Shirt)

Page 171: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

163

Gambar 48. Ilustrasi Kemeja Lengan Panjang Bagian Belakang (Back part

of Long Sleeve Woven Shirt)

Berdasarkan gambar anatomi model kemeja lengan panjang di atas,

maka dapat kita ketahui bagian-bagiannya yaitu antara lain:

a. Bagian belakang (back part of long sleeve woven shirt)

b. Yoke (yoke of long sleeve woven shirt)

c. Bagian depan (front part of long sleeve woven shirt)

d. Lengan (sleeve of long sleeve woven shirt)

e. Manset (cuff of long sleeve woven shirt)

f. Saku (pocket of long sleeve woven shirt)

g. Kerah (collar of long sleeve woven shirt)

Formula menghitung kebutuhan bahan baku/kain untuk setiap bagian

kemeja lengan panjang tersebut adalah:

a. Formula atau rumus fabric consumption untuk menghitung kebutuhan

bahan baku /kain bagian belakang (back part of long sleeve woven shirt)

pada contoh kemeja lengan panjang di atas adalah:

Required fabric

={(𝑐𝑒𝑛𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑙𝑒𝑛𝑔ℎ𝑡+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)𝑥 (

1

2 𝑐ℎ𝑒𝑠𝑡+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)}

44 𝑥 36

Page 172: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

164

= (31"+2")𝑥 (24"+2")

44 𝑥 36

= 0.541 yds

b. Formula atau rumus fabric consumption untuk menghitung kebutuhan

bahan baku/kain bagian yoke (yoke of long sleeve woven shirt) pada kemeja

lengan panjang di atas adalah sebagai berikut:

Required fabric

={(𝑌𝑜𝑘𝑒 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)𝑥 (𝑌𝑜𝑘𝑒 𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)}

44 𝑥 36

= (21"+4")𝑥 (4"+1")

44 𝑥 36

= 0.079 yds

Gambar 49. Yoke pada Kemeja Lengan Panjang

c. Formula atau rumus fabric consumption untuk menghitung kebutuhan

bahan baku/kain bagian depan (front part of long sleeve woven shirt) pada

kemeja lengan panjang di atas adalah sebagai berikut:

Required fabric

={(𝐵𝑜𝑑𝑦 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)𝑥 (

1

2 𝐶ℎ𝑒𝑠𝑡 +𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)𝑥 2}

44 𝑥 36

= (31"+1")𝑥 (12"+2½") 𝑥 2"

44 𝑥 36

= 0.5858 yds

Page 173: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

165

Gambar 50. Bagian Depan Kemeja Lengan Panjang (Front Part of Long

Sleeve Woven Shirt)

d. Formula atau rumus fabric consumption untuk menghitung kebutuhan bahan baku/kain bagian lengan (sleeve of long sleeve woven shirt) pada kemeja lengan panjang di atas adalah sebagai berikut: Required fabric

={(𝑆𝑙𝑒𝑒𝑣𝑒 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)𝑥 (𝐴𝑟𝑚 ℎ𝑜𝑙𝑒 𝑑𝑒𝑝𝑡ℎ 𝑓𝑢𝑙𝑙 +𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)𝑥 2}

44 𝑥 36

Page 174: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

166

Gambar 5. Pola Lengan Panjang pada Kemeja (Sleeve of of long sleeve woven

shirt)

Atau:

=

{(𝑆𝑙𝑒𝑒𝑣𝑒 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ−(½ 𝐷𝑟𝑜𝑝 𝑠ℎ𝑜𝑢𝑙𝑑𝑒𝑟+ ½")}+ 𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒) 𝑥 (𝐴𝑟𝑚 ℎ𝑜𝑙𝑒 𝑑𝑒𝑝𝑡ℎ+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)𝑥2

44 𝑥 36

= ((34½"−11")+1") 𝑥 (21"+1") 𝑥 2

44 𝑥 36

= 0.68 yds

e. Formula atau rumus fabric consumption untuk menghitung kebutuhan

bahan baku /kain bagian manset (cuff of long sleeve woven shirt) pada

contoh kemeja lengan panjang di atas adalah:

Required fabric ={(𝑐𝑢𝑓𝑓 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)𝑥 (𝑐𝑢𝑓𝑓 𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)𝑥 2}

44 𝑥 36

= (9"+3")𝑥 (2½"+ ½") 𝑥 2

44 𝑥 36

= 0.05 yds

f. Formula atau rumus fabric consumption untuk menghitung kebutuhan

bahan baku /kain bagian saku (pocket of long sleeve woven shirt) pada

contoh kemeja lengan panjang di atas adalah:

Required fabric

={(𝑝𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)𝑥 (𝑝𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)}

44 𝑥 36

= (6"+2")𝑥 (5½"+ 1")

44 𝑥 36

= 0.032 yds

Page 175: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

167

Gambar 53. Saku pada Kemeja Lengan Panjang (Pocket of Long Sleeve Woven

Shirt)

g. Formula atau rumus fabric consumption untuk menghitung kebutuhan

bahan baku /kain bagian kerah (collar of long sleeve woven shirt) pada

contoh kemeja lengan panjang di atas adalah:

Required fabric

={(𝐶𝑜𝑙𝑙𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒)𝑥 (𝐶𝑜𝑙𝑙𝑎𝑟 𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ+𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒) 𝑥 4}

44 𝑥 36

= (16"+5")𝑥 (2"+ 1")𝑥 4

44 𝑥 36

= 0.159 yds

Page 176: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

168

Gambar 54. Kerah pada Kemeja Lengan Panjang (collar of long sleeve woven

shirt)

Berdasarkan perhitungan kebutuhan bahan baku/kain (fabric

consumption) setiap bagian pada model kemeja lengan panjang di atas,

maka selanjutnya dapat kita hitung total kebutuhan bahan baku/kain

untuk setiap satu kemeja model lengan panjang tersebut, yaitu sebagai

berikut:

Formula total kebutuhan bahan baku/kain untuk satu kemeja lengan

panjang (Total Fabric Consumption for one Woven Shirt) adalah

= Bagian belakang (back part) + yoke + bagian depan (front part) +

lengan (sleeve) + manset (cuff) + saku (pocket) + kerah (collar)

= 0.541 yds + 0.079 yds + 0.5858 yds + 0.68 yds + 0.05 yds + 0.032

yds + 0.159 yds

= 2.1268 yds untuk setiap kemeja (per woven shirt)

Jadi kebutuhan bahan baku/kain (fabric consumption) untuk setiap 1

kemeja lengan panjang untuk model di atas adalah sebanyak 2.1268 yds

(yards) atau = 2.1268 x 91.44 …………………………..(1 yds = 91.44

cm)

= 194.474592 cm

= 194.5 cm

= 1.945 m

Berdasarkan hal di atas, maka total kebutuhan bahan baku/kain (fabric

consumption) per dozen adalah

= 2.1268 x 12 …………………… (1 Dozen = 12)

= 25.5216/dz (ypd) + 5% (yang dibuang atau wastages)

= 25.5216 + (5% x 25.5216)

= 25.5216 + 1.276

= 26.7976 yds per dozen

= 26.8 yds per dozen

Jadi total kain yang dibutuhkan untuk setiap 1 dz (dozen = 12 piece)

adalah 26.8 yds (yards) atau

Page 177: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

169

= 26.8 x 91.44

(1 yds = 91.44 cm)

= 2450.592 cm

= 2450.6 cm

= 24.506 m

Contoh 2: Penghitungan fabric consumption untuk jenis garmen T-shirt yang

berbahan dasar dari kain tenun (knit).

Gambar 55. Ilustrasi Model Kaos Rajut (Knitted T-shirt (Front & Back))

Berdasarkan gambar ilustrasi model T-shirt di atas, maka berikut

adalah beberapa hal penting yang perlu dicermati saat menghitung

kebutuhan bahan (fabric consumption) dari Kaos (T-shirt) tersebut di atas,

yaitu antara lain:

a) Jenis kain dan beratnya (fabric type and weight (single jersey 145 GSM)

b) Ukuran dasar (basic measurement) misalnya setengah lingkar dada,

panjang punggung, panjang lengan (½ Chest, back length and sleeve

length)

c) Kampuh jahitan (sewing allowance)

d) Kain yang dibuang saat pemotongan atau penjahitan yaitu sekitar 10%,

15%, dan seterusnya (wastages (cutting and sewing -10%, 15%, etc)

Page 178: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

170

Misalnya, diketahui:

Panjang (length) = 70 cm

½ lingkar dada (½ Chest) = 60 cm/dia

Panjang lengan (sleeve length) = 25 cm

Lingkar kerung lengan (arm hole width) = 40 cm

GSM = 145

Berdasarkan keterangan di atas, maka kita dapat menghitung

kebutuhan bahan baku rajut (fabric consumption) untuk T-shirt tersebut di atas

dengan formula atau rumus sebagai berikut:

Fabric consumption = 𝐵𝑎𝑐𝑘 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ+𝑠𝑙𝑒𝑒𝑣𝑒 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ

100+

𝐶ℎ𝑒𝑠𝑡

100 +

𝐺𝑆𝑀

1000 x 12

= ((Back length + sleeve length) x ½ chest x 2 x GSM x 12) / 10000000

= ((70 + 5) + (25 + 5)) x 60 x 2 x 145 x 12) /10000000

= 2.28 kg + 7% (2.28)

= 2.28 kg + 0.159

= 2.439 kg/doz (jika untuk leher dan lengan diberi rib, maka ditambah 0.10)

Page 179: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

171

BAB VIII

PEMBIAYAAN (COSTING)

Pembiayaan (Costing) dilakukan melalui perhitungan biaya/ongkos

yang dibutuhkan dalam produksi garmen berikut keuntunganya. Adapun

pos-pos perhitungannya antara lain meliputi:

1. Biaya bahan baku (main material cost)

2. Biaya bahan bantu (additional material cost)

3. Biaya bahan aplikasi (applications/ applique cost)

4. Upah buruh langsung (direct labour cost)

5. Biaya overhead (overhead cost)

6. Biaya komersial (commercial cost)

7. Keuntungan (profit margin)

Kemampuan costing ini harus dikuasai oleh seorang merchandiser

garmen. Oleh karena itu, pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai

costing tersebut mulai dari pengertian costing, komponen costing dalam industri

garmen, dan bagaimana melakukan perhitungan costing disertai contoh-

contohnya.

A. Pengertian Costing

Setelah proses developing sampel atau secara langsung menerima

sampel dari buyer, pihak pabrik garmen perlu mengirim harga FOB (Freight

On Board = barang dikirim sampai pelabuhan setempat/lokal) garmen.

Oleh karena itu, untuk memutuskan FOB, pabrik garmen tersebut harus

membuat cost sheet termasuk biaya bahan baku, total biaya tenaga kerja

langsung dari setiap proses, serta biaya overhead pabrik. FOB adalah jumlah

total biaya garmen ditambah keuntungan pabrik dan pajak. Dengan

demikian, merchandiser garmen harus melakukan penghitungan

pembiayaan (costing) yang dibutuhkan dengan cermat dan teliti agar tidak

mengalami kerugian.

Costing Garment adalah biaya kumulatif bahan baku, tenaga kerja yang

berhubungan langsung dan tidak langsung, serta biaya overhead langsung dan

Page 180: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

172

tidak langsung. Terkait dengan costing garmen ini, maka kita kenal adanya

Biaya Standar (Standard Cost) dan Harga Pokok Standar (Standard Costing).

Biaya Standar (Standard Cost) adalah biaya yang ditentukan dimuka,

yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya untuk membuat satu satuan

produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, dengan asumsi kondisi

ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain dalam keadaan normal.

Harga Pokok Standard (Standard Costing) adalah pembebanan harga

pokok kepada produk atau jasa tertentu yang ditentukan di muka dengan

cara menentukan besarnya biaya standar dari biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik untuk mengolah satu satuan

produk atau jasa tertentu. Harga pokok standar ini ditetapkan dengan cara

menentukan besarnya biaya standar dari biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung dan biaya overhead pabrik, dengan asumsi kondisi ekonomi

dan faktor-faktor lain tetap.

Sistem Harga Pokok Standar merupakan sistem harga pokok yang

ditentukan di muka untuk mengolah produk atau jasa. Biaya ditentukan di

muka merupakan pedoman di dalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya.

Jika biaya yang sesungguhnya berbeda dengan biaya standar, maka yang

dianggap benar adalah biaya standar, sepanjang asumsi-asumsi yang

mendasari penentuan harga pokok standar tidak berubah.

Pada dasarnya di dalam Harga Pokok Standar terdiri dari 3 aktivitas

yaitu:

1. Penentuan Standar

2. Pengumpulan biaya yang sesungguhnya terjadi

3. nalisis selisih biaya standar dengan biaya sesungguhnya.

Adapun manfaat dari harga pokok standar adalah antara lain dapat

digunakan untuk:

a. Perencanaan dan penyusunan anggaran.

b. Pembuatan keputusan tentang harga jual produk, strategi

pengembangan produk dan lain sebagainya.

c. Pengendalian biaya.

d. Menilai hasil pelaksanaan.

e. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya penghematan biaya.

Page 181: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

173

f. Menerapkan Management by objective (MBO).

g. Membebankan biaya yang telah dikeluarkan ke produk selesai dan

persediaan produk dalam proses.

h. Menekan biaya administrasi dengan menyederhanakan prosedur

akuntansi.

i. Menyajikan laporan biaya dengan cepat.

Saat penentuan standar, kita kenal ada beberapa jenis standar, yaitu:

1) Standar Teoritis (Theoretical standard) disebut juga dengan standar ideal

atau standar teknis merupakan suatu standar pada kondisi operasi

yang sempurna, dimana semua pelaksana dan fasilitas dapat bekerja

dengan tingkat yang paling efisien. Standar ini umumnya tidak

digunakan untuk mengukur kinerja (prestasi suatu pelaksanaan),

tetapi hanya digunakan sebagai dasar untuk menetapkan standar yang

realistis.

2) Standar dasar (Basic Standard) disebut juga dengan standar historis

adalah suatu standar yang didasarkan pada informasi masa lalu.

Standar ini memberikan kerangka kerja untuk membandingkan

kinerja dari beberapa periode. Standar ini sering disebut sebagai

standar jangka panjang (long-range standard) karena sekali ditetapkan

tidak akan diubah untuk beberapa periode. Manfaat standar ini relatif

sangat terbatas untuk pembuatan keputusan dan penyusunan

anggaran. Kebaikan standar ini adalah relatif murah.

3) Standar pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai (currently attainable

standard) adalah suatu standar yang didasarkan pada kondisi operasi

yang efisien. Standar ini telah memperhitungkan hambatan-

hambatan yang tidak dapat dihindari terjadinya, seperti: waktu untuk

pemeliharaan fasilitas, waktu istirahat, dan faktor-faktor kelelahan

karyawan. Standar ini merupakan standar yang realistis dapat dicapai

oleh pelaksana yang bekerja dengan efisiensi tinggi, sehingga

merupakan tingkat kinerja yang banyak digunakan di dalam praktik.

Standar ini sering disebut standar normal.

Page 182: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

174

B. Komponen Costing

Komponen costing produk garmen meliputi:

1. Biaya bahan baku (main material cost)

2. Biaya bahan bantu (additional material cost)

3. Biaya bahan aplikasi (applications/ applique cost)

4. Upah buruh langsung (direct labour cost)

5. Biaya overhead (overhead cost)

6. Biaya komersial (commercial cost)

7. Keuntungan (profit margin)

Sedangkan cara penentuan harga pokok standar adalah dengan

menggunakan Harga Pokok Standar yang menyangkut biaya produksi

standar, yaitu meliputi:

a. Biaya Bahan Baku Standar

1) Harga bahan baku standar

2) Kuantitas bahan baku standar

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar

1) Tarif upah langsung standar

2) Jam kerja langsung standar

c. Tarif Biaya Overhead Pabrik Standar, misalnya:

1) Biaya listrik dan telepon

2) Biaya penyusutan peralatan

3) Biaya perawatan mesin

4) Biaya perawatan gedung

5) Biaya sewa gedung

6) Biaya iklan

C. Perhitungan Costing

Sebuah bisnis adalah bagaimana caranya meraup keuntungan. Terkait

hal ini, maka bisnis garmen pasti juga mentargetkan adanya keuntungan

dalam bisnisnya. Oleh karena itu, dalam bisnis garmen sangatlah penting

Page 183: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

175

adanya “costing sebuah produk garmen” yang benar sebelum Final Order

(FO). Dengan demikian, maka perlu dilakukan costing produk secara

cermat dan teliti agar bisnis tidak mengalami kerugian.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka selanjutnya perlu diketahui

bagaimana Perhitungan Selisih Biaya dalam sebuah bisnis garmen, baik

menghitung selisih biaya bahan baku, selisih biaya tenaga kerja langsung,

dan selisih biaya overhead pabrik garmen, yaitu sebagai berikut:

Perhitungan Selisih Biaya:

1. Selisih Biaya Bahan Baku

a. Selisih Harga Bahan baku (Material Price Variance)

b. Selisih Kuantitas Bahan Baku (Material Quantity Variance)

2. Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung:

a. Selisih Tarif Upah (Labour Rate Variance)

b. Selisih Jam Kerja/Selisih Efisiensi Upah (Labour Effeiciency

Variance)

3. Selisih Biaya Overhead Pabrik

a. Selisih terkendali (Controllable Variance) adalah selisih antara

overhead pabrik aktual yang terjadi dengan kelonggaran

anggaran (total jumlah standar dari overhead variable yang

dianggarkan untuk produksi aktual ditambah total overhead

pabrik tetap yang dianggarkan)

Page 184: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

176

b. Selisih Volume (Volume Variance)

Analisis 3 Selisih:

Selisih Pengeluaran (Spending Variance): yaitu selisih antara biaya

aktual dengan kelonggaran anggaran (suatu anggaran yang disesuaikan

untuk mencerminkan tingkat aktivitas aktual)

Selisih Kapasitas (Idle Capacity Variance) yaitu perbedaan antara

jumlah biaya overhead tetap dianggarkan dengan aktivitas aktual

Selisih Efisiensi (Efficiency Variance) yaitu setara dengan tarif

overhead dikalikan dengan selisih tingkat dasar alokasi aktual dengan

jumlah standar

Analisis 4 Selisih:

Merupakan perluasan dari analisis 3 selisih dimana Selisih Efisiensi

dibagi menjadi 2, yaitu:

Selisih Efisiensi Tetap (Fixed Efficiency Variance)

Selisih Efisiensi Variabel (Variable EfficiencyVariance)

Page 185: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

177

Contoh:

Sebuah perusahaan garmen yang menghasilkan kemeja pria

menggunakan sistem harga pokok standar dalam menghitung harga

pokok dari produk yang dihasilkannya. Kapasitas normal per bulan

adalah 2.500 helai kemeja yang dikerjakan dalam 10.000 jam mesin.

Anggaran biaya overhead pabrik yang disusun berdasarkan jam mesin

berjumlah Rp 37.500.000, dimana 60% diantaranya bersifat variabel.

Diketahui juga:

Harga pokok standar untuk menghasilkan satu helai kemeja adalah

sebagai berikut:

Biaya bahan baku 2 m @ Rp 12.500 = Rp 25.000

Biaya tenaga kerja

langsung

5 jkl @ Rp 2000 = Rp 10.000

Biaya overhead pabrik 4 JM

Selama satu periode telah dihasilkan kemeja sebanyak 2.490 helai

dengan biaya sebagai berikut:

Dipakai kain sebanyak 4990 m @ Rp 12.490

Dibayar gaji dengan upah sebesar Rp 24.910.000 untuk 12.455

jam kerja langsung

Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 37.320.400 dengan

9.965 jam mesin

Diminta:

a) Hitung besarnya harga pokok standar untuk menghasilkan 1 helai

kemeja.

b) Hitung selisih biaya yang terjadi untuk menghasilkan 2.490 helai

kemeja.

Page 186: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

178

c) Analisis penyebab terjadinya selisih biaya tersebut.

PENYELESAIAN:

Page 187: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

179

Analisis Selisih

Page 188: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

180

Ringkasan

Page 189: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

181

Selisih Komposisi dan Selisih Hasil (Material Mix Variance dan Yield

Variance)

Apabila untuk menghasilkan barang jadi (produk garmen) dibutuhkan

lebih dari satu jenis bahan baku maka akan timbul selisih komposisi dan

selisih hasil. Adapun selisih biayanya adalah sebagai berikut:

Perhitungan Selisih Biaya:

CONTOH:

Sebuah perusahaan garmen yang menghasilkan pakaian anak-anak

menggunakan sistem harga pokok standar dalam menghitung harga pokok

dari produk yang dihasilkannya. Pakaian yang dihasilkan menggunakan

kombinasi dua jenis kain yaitu kain motif dan kain polos. Kapasitas normal

per bulan adalah 2.500 helai pakaian yang dikerjakan dalam 10.000 jam

mesin. Anggaran biaya overhead pabrik yang disusun berdasarkan jam

mesin berjumlah Rp 37.500.000, dimana 60% diantaranya bersifat variabel.

Harga pokok standar untuk menghasilkan satu helai pakaian anak-anak

adalah sebagai berikut:

Page 190: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

182

Selama satu periode telah dihasilkan pakaian anak-anak sebanyak 2.490

helai dengan biaya sebagai berikut:

1) Dipakai kain motif sebanyak 3.740 m @ Rp 12.000 dan kain polos

sebanyak 1.250 m @ Rp 13.990.

2) Dibayar gaji dan upah sebesar Rp 24.910.000 untuk 12.455 jam kerja

langsung.

3) Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 37.320.400 dengan 9.965 jam

mesin.

DIMINTA:

1) Hitung selisih biaya yang terjadi untuk menghasilkan 2.490 helai

pakaian anak-anak.

2) Analisis selisih biaya yang terjadi.

PENYELESAIAN:

Perhitungan Selisih Biaya:

Page 191: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

183

Perhitungan Selisih Biaya:

Analisis Selisih:

*CATATAN:

Untuk menghasilkan 1 helai pakaian anak-anak dibutuhkan kain motif

sebanyak 1,5 m dan kain polos sebanyak 0,5 m. Dengan demikian, dari 2 m

pemakaian kain sebanyak 75% adalah pemakaian kain motif dan 25%

pemakaian kain polos.

Page 192: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

184

**CATATAN:

Setiap dipakai 2 m kain (motif + polos) dapat dihasilkan 1 helai pakaian

anak-anak (standar). Jika dipakai total 4.990 m kain maka dapat dihasilkan

4.990 : 2 = 2.495 pakaian hasil standar.

Page 193: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

185

Analisis 3 selisih:

Untuk analisis 2,3, dan 4 selisih, selanjutnya hitung Selisih Hasil

Overhead pabrik:

Page 194: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

186

RINGKASAN:

Selanjutnya berikut akan ditampilkan contoh perhitungan harga pokok

produksi Konveksi Sinar Jaya Jakarta, yaitu menurut perusahaan dan

metode Full Costing berdasarkan hasil penelitian F. Husna (2012), dengan

tujuan untuk mengetahui apakah perhitungan harga pokok produk

perusahaan lebih baik apabila dibandingkan dengan metode full costing.

Page 195: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

187

Page 196: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

188

Selanjutnya kita lihat perbandingan perhitungan HPP (Harga Pokok

Produksi) dengan metode full costing di Konveksi Sinar Jaya seperti berikut

ini:

Tabel 15. Perbandingan Perhitungan HPP (Harga Pokok Produksi)

dengan Metode Full Costing Konveksi SINAR JAYA

Sumber: F. Husna (2012)

Page 197: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

189

Dari hasil perhitungan di atas menggunakan metode Full Costing, dapat

terlihat selisih yang ditimbulkan memang tidak terlalu besar yaitu Rp.100.

Tetapi tetap akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh perusahaan,

jika kuantitas produk yang diproduksi semakin besar bukan tidak mungkin

perusahaan akan mengalami kerugian.

Kesimpulan dari contoh penelitian F. Husna (2012) di atas adalah

sebegai berikut:

1) Metode yang digunakan dalam menentukan harga pokok produksi

pakaian anak-anak perempuan pada Konveksi Sinar Jaya Jakarta

adalah Metode Full Costing.

2) Komponen biaya yang digunakan dalam menentukan harga pokok

produksi pakaian anak-anak perempuan pada Konveksi Sinar Jaya

adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead

pabrik, biaya bahan penolong, dan biaya non produksi.

3) Perhitungan harga pokok produksi pakaian anak-anak perempuan

pada Konveksi Sinar Jaya Jakarta adalah sebagai berikut:

a) Menurut perhitungan perusahaan sebesar Rp64.614.000 lebih rendah

dibandingkan dengan perhitungan menurut full costing sebesar

Rp64.701.600 sehingga menimbulkan selisih sebesar Rp87.600.

b) Hal tersebut mengakibatkan harga jual yang dibebankan kepada

pemesan berbeda, yaitu sebesar Rp20.200 menurut perusahaan dan

sebesar Rp20.200 menurut full costing, sehingga menimbulkan selisih

sebesar Rp100.

Page 198: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

190

c) Tujuan perhitungan harga pokok produksi pakaian anak-anak

perempuan pada Konveksi Sinar Jaya Jakarta adalah untuk

mengetahui besarnya harga jual yang ditetapkan berdasarkan harga

pokok produk menurut perusahaan dan menurut fullcosting. Sehingga

dapat diketahui apakah perhitungan harga pokok produk perusahaan

lebih baik apabila dibandingkan dengan metode full costing.

Berdasarkan hasil perhitungan dan kesimpulan yang diambil, maka

sebaiknya Konveksi SINARJAYA melakukan perhitungan harga pokok

produknya berdasarkan akuntansi biaya, terutama dalam pembebanan biaya

overhead pabriknya. Karena hal ini akan mempengaruhi total harga pokok

produk dan harga jual yang ditetapkan kepada customer. Kesalahan

penetapan harga jual akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan.

Page 199: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

191

Page 200: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

192

Page 201: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

193

Contoh Cost Sheet Format for Garment

Page 202: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,
Page 203: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

195

BAB IX

METODE PEMBAYARAN (TERM OF PAYMENT)

Pengetahuan tentang metode pembayaran ini sangat penting dimiliki

oleh seorang merchandiser garmen karena dapat menunjang dalam

menyelesaikan pekerjaan merchandising dalam sebuah industri garmen.

Dalam hal ini, seorang merchandiser akan bekerja sama dengan dengan

bagian marketing. Oleh karena itu, seorang merchandiser garmen harus

dapat memahami dan menguasai materi tentang berbagai metode

pembayaran dalam proses jual beli di industri garmen agar dapat bekerja

sama dengan baik dengan bagian marketing sehingga pekerjaan dapat

berjalan lancar. Oleh karena itu, pada bab ini akan dipaparkan beberapa

Metode Pembayaran (Term of Payment) yang dapat dilakukan dalam industri

garmen.

Berikut beberapa cara pembayaran yang biasa berlaku antara eksportir

& importir dalam industri garmen, yaitu antara lain secara garis besar terbagi

menjadi dua yaitu tidak melibatkan jasa bank (metode biasa atau tanpa letter

of credit (L/C) dan melibatkan jasa bank (metode letter of credit (L/C).

Metode pembayaran yang tidak melibatkan bank (metode biasa atau

tanpa letter of credit (L/C) antara lain meliputi:

1. Down payment, yaitu pembayaran sebagian (uang muka) sebelum barang

dikirim.

2. Advance payment, yaitu pembayaran dimuka oleh importir, barang

dikirim kemudian.

3. Open account, yaitu pembayaran yang dilakukan setelah barang diterima.

4. Konsinyasi, yaitu pembayaran setelah barang laku (titip jual).

Prosedur penjualan ekspor biasa atau tanpa L/C yang menggunakan

metode pembayaran seperti contoh di atas, antara lain sebagai berikut:

a. Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir.

b. Eksportir dan importir mengadakan kontrak jual beli.

c. Eksportir menyiapkan barang-barang sesuai dengan kontrak jual beli

yang telah disepakati.

d. Eksportir mengurus dokumen PEB ke Bea Cukai.

Page 204: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

196

e. Ekspotir mengirim barang dan memesan ruang kapal.

f. Importir membayar Down Payment (DP).

g. Eksportir sendiri atau meminta bantuan EMKL untuk mengirim

barang kepada importir.

h. Eksportir sendiri atau EMKL memfiatmuatkan barangnya.

i. EMKL memberitahukan kepada eksportir barang telah dikirim ke

kapal.

j. Mengajukan permohonan ke Dinas Perindag atau Sudin Perindag

untuk memperoleh SKA (Surat Keterangan Asal).

k. Barang dikirim kepada importir.

l. Eksportir mengirimkan dokumen-dokumen ekspor kepada importir.

m. Importir melunasi sisa pembayaran.

Sedangkan yang melibatkan bank yaitu dengan metode pembayaran

Letter of Credit (L/C), yaitu pembayaran yang diatur dalam sales contract dan

yang telah disepakati oleh importir & eksportir dengan melibatkan bank.

Prosedur penjualan ekspor dengan L/C (Letter of Credit) ini antara lain

sebagai berikut:

1) Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir luar negeri

(mengenai mutu, harga, delivery, dan lain-lain).

2) Eksportir dan importir mengadakan kontrak jual beli.

3) Importir membuka atau mengirim L/C melalui bank korespondennya.

4) Bank importir meneruskan L/C kepada bank devisa.

5) Bank devisa meneruskan L/C eksportir.

6) Eksportir menyiapkan barang-barangnya.

7) Eksportir mendaftarkan PEB ke Bea Cukai.

8) Ekspotir memesan ruang kapal.

9) Eksportir sendiri atau meminta bantuan EMKL untuk mengirim

barang kepada importir.

10) Eksportir sendiri atau EMKL memfiatmuatkan barangnya.

11) EMKL memberitahukan kepada eksportir barang telah dikirim ke

kapal.

12) Mengajukan permohonan ke Dinas Perindag atau Sudin Perindag

untuk memperoleh SKA (Surat Keterangan Asal).

Page 205: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

197

13) Eksportir melakukan pencairan uang di bank devisa.

14) Bank devisa eksportir mengirim dokumen ekspor kepada bank

korespondensi importir.

15) Bank korespondensi importir mengirim dokumen ekspor kepada

importir.

16) Importir mengambil barang di pelabuhan.

Dokumen-dokumen yang digunakan antara lain:

a) Sales contract, yaitu surat kesepakatan antara eksportir dan importir

untuk melakukan perdagangan barang sesuai persyaratan yang

disepakati bersama.

b) Booking order atau detail sheet, yaitu dokumen yang berisi tentang

spesifikasi barang yang diinginkan oleh buyer. Dokumen ini

menjelaskan tentang bentuk, ukuran, warna, kuantitas dan jenis bahan

yang digunakan sesuai keinginan buyer.

c) Commercial invoice, yaitu merupakan nota perincian tentang keterangan

barang-barang yang dijual dan harga dari barang-barang tersebut.

d) Persetujuan Ekspor Barang (PEB), yaitu dokumen yang digunakan

untuk pemberitahuan ekspor barang yang isinya antara lain: jenis

barang, identitas eksportir, identitas importir, negara tujuan ekspor dan

lain-lain.

e) Packing list, yaitu dokumen yang berisi daftar perincian lengkap

mengenai barang yang tercantum dalam invoice. Fungsinya untuk

memudahkan untuk proses pemeriksaan oleh kantor Bea dan Cukai.

f) Bill of lading, yaitu bukti tanda terima barang, bukti kepemilikan, barang

yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran (shipping company) sebagai

bukti adanya perjanjian pengangkutan barang. Certificate Of Origin

(COO) Certificate Of Origin (COO) atau SKA (Surat Keterangan Asal)

adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh Menteri Perdagangan

atau pejabat yang ditunjuk. Surat ini menyatakan asal barang yang

diekspor.

g) Bukti transfer (BT), yaitu bukti pengiriman dana dari bank

koresponden importir yang ditujukan ke eksportir melalui advise bank.

Page 206: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

198

h) Bukti setor bank (BSB), yaitu bukti yang diterima dari bank karena

menyetor uang ke rekening suatu bank.

i) Letter Of Credit (L/C), yaitu surat perikatan/ perjanjian antara importir

(applicant), bank koresponden (issuing bank) dan eksportir (beneficiary)

untuk melakukan pembayaran (jual beli) atas barang atau jasa yang

diperdagangkan.

j) Bukti kirim barang/ Delivery order, yaitu bukti yang diterima dari jasa

pengiriman barang atau EMKL yang menyatakan bahwa barang sudah

dikirim.

k) Laporan hasil produksi (LHP), yaitu catatan yang dibuat oleh bagian

produksi yang berisi tentang total harga produk yang dijual atau total

jumlah persediaan selama periode akuntansi tertentu.

l) Polis asuransi, yaitu surat bukti pertanggungan yang dikeluarkan oleh

perusahaan asuransi atas permintaan eksportir maupun importir untuk

menjamin keselamatan barang yang dikirim.

Page 207: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

199

BAB X

ORDER SHEETS

Seorang merchandiser garmen harus mampu menyusun order sheets atau

lembar kerja yang akan disampaikan ke bagian produksi secara baik. Order

sheets ini harus jelas, detail, dan rinci, sehingga dapat dipahami dan

dilaksanakan dengan mudah oleh bagian produksi. Order sheets ini terdiri atas:

(1) Style sheets; (2) Sewing Details; (3) Bill of Materials (BOM); dan (4) Final

Report.

A. Style sheets

Style Sheets adalah lembaran kerja atau form yang merupakan panduan

untuk pengerjaan suatu produk. Style sheets ini sangat penting dipahami dan

dikuasai oleh seorang merchandiser garmen, sebab akan mempermudah

proses produksi garmen dan dapat menghindari munculnya kesalahan-

kesalahan yang mungkin terjadi. Dengan demikian, dengan style sheets ini

maka dapat dicapai produk yang benar, kualitas yang benar, kuantitas yang

benar, dan tepat waktu.

Isi dari style sheets ini antara lain:

1) Nama atau kode pemesanan

2) Nomor style/ artikel, nama model, jenis produk

3) Gambar produk berikut rincian warna dan kombinasinya

4) Jenis bahan berikut aksesorisnya

5) Jenis dan model aplikasinya (embroidery, printing, dsb)

6) Size spesifikasi

Berikut akan disajikan beberapa contoh bentuk style sheet yang ada di

industri garmen.

Page 208: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

200

Page 209: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

201

Page 210: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

202

Page 211: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

203

Page 212: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

204

Page 213: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

205

Page 214: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

206

Page 215: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

207

Page 216: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

208

Page 217: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

209

B. Sewing Detail

Sewing detail adalah lembaran kerja atau form yang memuat rincian

macam jahitan untuk pembuatan suatu produk, baik jahitan dasar maupun

jahitan tambahan dan jahitan dekorasi serta arah pemotongan bahan.

Contoh-contoh Sewing Detail:

Page 218: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

210

C. Bill of Material (BOM)

Bill of material (BOM) adalah lembaran atau form yang merupakan

panduan bagi pengerjaan sebuah order produksi.

BOM ini berisi detail data mengenai:

1) Nomor style / artikel, jenis produk dan waktu pengiriman.

2) Size breakdown pesanan dan toleransi jumlah pengiriman.

3) Jenis dan spesifikasi kain berikut kebutuhannya.

4) Jenis dan spesifikasi asesoris berikut kebutuhannya.

5) Jenis dan spesifikasi bahan bantu berikut kebutuhannya.

6) Jenis dan spesifikasi perlengkapan packing berikut cara packingnya.

7) Carton marking.

Page 219: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

211

Peraturan umum dan cara pengiriman produk jadi

Contoh-contoh BOM (Bill of Material):

Page 220: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

212

Page 221: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

213

D. Final Report

Final report adalah lembaran berbentuk form yang merupakan laporan

pertanggungjawaban merchandiser atas selesainya pengerjaan satu order

produksi. Laporan ini dibuat setelah produk selesai diproduksi dan

dikirimkan.

Isi dari form ini antara lain:

1) Nomor style / artikel produk

2) Size breakdown pesanan

3) Size breakdown cutting-an

4) Size breakdown produk yang dikirimkan kepada pemesan

5) Sisa produk yang tidak terkirim berikut alasan gagal kirim

6) Sisa bahan baku dan asesoris

7) Perhitungan biaya produksi

8) Keuntungan atau kerugian dalam pengerjaan order tersebut

Page 222: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,
Page 223: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

215

BAB XI

FILLING

Pada bab ini akan dibahas tentang filling atau file yaitu kumpulan data

yang lengkap terkait dengan pengerjaan sebuah proses produksi dalam

bentuk satu rangkuman. Kelengkapan dan keteraturan sebuah file produksi

sangat berpengaruh dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya

kesalahan dan demi pencapaian efektivitas dan efisiensi kerja produksi yang

tinggi. File ini dibuat dan didistribusikan oleh bagian merchandising ke bagian

produksi serta bagian quality assurance.

Isi file yang didistribusikan ini harus berisi antara lain:

(1) Order sheets

(2) Worksheet

(3) Surat Perintah Kerja (SPK)

(4) Comments sample

(5) Approval bahan baku, aksesoris, dan bahan bantu lainnya

(6) Lab test repor kain dan accessories (jika ada)

(7) Perubahan-perubahan model, rincian data dan atau cara pengerjaan

produksi

(8) Komunikasi-komunikasi antara supplier dan pemesan yang

berhubungan dengan proses produksi

Di halaman selanjutnya akan diberikan beberapa contoh file-file penting

yang dimasukkan dalam filling.

Contoh Worksheet:

Page 224: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

216

Page 225: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

217

Contoh Surat Perintah Kerja (SPK):

Page 226: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

218

Contoh Lab Test Kain:

Page 227: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

219

Page 228: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

220

Page 229: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

221

Page 230: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

222

Page 231: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

223

Page 232: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,
Page 233: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

225

BAB XII

TIME ACTION CALENDAR (TAC)

Pada bab ini akan dipaparkan secara detail disertai contoh-contoh

tentang Time Action Calendar (TAC) yaitu perencanaan dan pengaturan

tahapan-tahapan proses produksi berdasarkan sumber dan kemampuan

yang tersedia untuk memastikan bahwa waktu penyelesaian produksi sesuai

dengan tenggat waktu (lead time) yang diberikan.

Time Action Calendar (TAC) adalah salah satu alat yang paling penting

untuk mengelola sebuah proyek. Kenapa dikatakan proyek, sebab di dalam

manufaktur garmen setiap pesanan tidak kurang dari sebuah proyek untuk

pedagang. Proses aktivitas di dalam garmen mulai dari menerima pesanan

(order) sampai penyelesaian (finishing) bahkan sampai pengiriman (shipping)

melibatkan sejumlah tugas dari berbagai durasi dan kebutuhan sumber daya.

Beberapa tugas datang satu demi satu dan lainnya bergerak pada saat yang

sama. Seperti misalnya jumlah proses dan banyaknya orang yang terlibat

untuk mencapai perintah. Selain itu, setiap pesanan adalah unik dalam hal

proses dan permintaan waktu. Jadi, rencana rinci dengan tanggung jawab

yang didefinisikan dengan baik adalah keharusan bagi setiap perintah untuk

menyelesaikannya sebelum waktu atau pada waktu yang telah ditentukan.

Biasanya pedagang/pihak industri garmen mempersiapkan rencana

dalam sebuah daftar spreadsheet proses secara menurun dalam satu kolom

dan tanggal yang direncanakan untuk mencatat setiap tindakan proses yang

dilakukan. Lembar perencanaan ini disebut waktu dan kalender tindakan

(Time Action Calendar= TAC). Setelah TAC dibuat, maka selanjutnya akan

mempermudah pedagang /pihak industri garmen untuk melakukan satu

persatu pekerjaaan yang telah ditentukan dalam TAC tersebut sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan. Menurut TAC, proses jadwal dijalankan setiap

hari untuk melacak apakah perintah berada di trek atau mendapatkan

tertunda.

Page 234: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

226

Bagaimana mempersiapkan TAC?

Ada dua format yang dapat digunakan untuk perencanaan TAC, yaitu:

1) Fomat untuk penjadwalan rinci pesanan/order dengan tanggung jawab

yang telah didefinisikan

2) Format untuk menindaklanjuti beberapa perintah dengan cepat.

Kedua format di atas tidak berarti harus digunakan semua pada waktu

yang sama. Hal ini tergantung pada individu/merchandiser garmen yang

akan menggunakannya, boleh menggunakan keduanya atau salah satu dari

dua. Tujuan utama dari penyusunan dan menjaga TCA adalah untuk

meningkatkan kinerja dalam mengelola proses sesuai rencana. Jika setiap

tahap order dikendalikan maka sebagian besar waktu yang ada dapat

digunakan untuk menyelesaikan pesanan secara tepat waktu.

Dalam format kalender TNA pertama (Format 1) perencanaan dibuat

untuk gaya tunggal dengan tugas rinci, jadwal, tanggung jawab pekerjaan,

dan komentar. Langkah yang harus diikuti selama pembuatan TCA

tercantum di bawah ini.

Format 1 Time Action Calendar

Page 235: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

227

Langkah-langkah menyusun Format 1 TAC:

1) Buat tabel seperti format TAC di atas (Format 1) dalam spreadsheet di

komputer Anda.

2) Tambahkan header sesuai kebutuhan atau hanya menyalin format di atas.

3) Tambahkan rincian pesanan seperti, nama gaya, deskripsi gaya, tanggal

penerimaan order, tanggal ex-pabrik dan sebagainya.

4) Pada kolom "Proses Key" tulis proses secara menurun sesuai

kebutuhan. Kemudian menggunakan style detail untuk mengidentifikasi

semua proses kunci yang akan terlibat. Beberapa proses yang

disebutkan dalam tech pack dan komentar pembeli serta beberapa

proses, harus mudah dipahami dari style tersebut (contoh fisik).

5) Melakukan perencanaan ke belakang dan ke depan untuk memutuskan

tanggal yang direncanakan untuk tugas. Ambil saran dari kepala

departemen masing-masing untuk ketersediaan kapasitas dan

kebutuhan waktu untuk proses. Kemudian tambahkan tanggal terhadap

tugas. Diperlukan proses dimana beberapa hari perlu menambahkan

perencanaan untuk tanggal penyelesaian.

6) Perhatikan nama orang atau departemen yang bertanggung jawab untuk

tugas tersebut.

7) Tetapkan "tanggal realisasi awal dan akhir" pada kolom kosong selama

persiapan TCA.

8) Mencetak dan mendistribusikan salinan TCA untuk semua orang yang

telah disebutkan dalam “kolom tanggung jawab”.

Page 236: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

228

Bagaimana Cara Menjaga TCA?

Beberapa praktisi garmen menyatakan bahwa mudah untuk membuat

TCA, tapi mempertahankan yang sama adalah tugas yang sangat sulit. Tapi

walaupun begitu pihak industri garmen harus selalu mempertahankannya

secara teratur. Jika tidak, tidak ada penggunaan TCA, dan akibatnya semua

pekerjaan dan target bisa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena

itu, cara untuk menjaga agar TAC dapat dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya antara lain sebagai berikut:

1) Meminta tanda tangan dari orang yang bertanggung jawab ketika saat

mendistribusikan TCA kepada mereka. Hal ini diasumsikan bahwa

setelah mereka menandatangani mereka setuju pada rencana yang telah

dibuat dalam TAC, sehingga pada nantinya tidak ada yang

menunjukkan ketidaksetujuan atas rencana yang telah dibuat tersebut.

2) Mencetak masing-masing TCA, menggandakannya, dan

menyimpannya di meja merchandiser garmen untuk akses yang lebih

mudah.

3) Ketika seorang merchandiser garmen membuat perencanaan untuk

melakukan daftar kegiatan mengacu pada sekelompok kalender TCA,

maka pada saat yang sama perlu memperbarui setiap kalender dengan

menandai yang sudah dilakukan atau tidak dilakukan pada salinan

cetak.

4) Isi start aktual dan tanggal akhir untuk proses selesai.

5) Jika menemukan sesuatu semakin tertunda, maka perlu

memberitahukan ke departemen masing-masing atau orang yang

tersebut dalam TCA dan meminta alasan penundaan. Selanjutnya,

memeriksa apakah penundaan itu dikelola. Jika proses tertunda tidak

dikelola (lengkap pada tanggal jatuh tempo), proses selanjutnya akan

bergerak maju. Dalam hal ini, merchandiser garmen mungkin perlu

untuk membuat rencana baru untuk sisa tugas.

6) Memperbarui rencana baru yang ada di TCA asli dan memperbarui

spreadsheet TCA pada akhir hari. Jika pembaruan harian tidak mungkin

maka lakukanlah sesuai kenyamanan. Tapi itu harus dilakukan pada

interval reguler.

Page 237: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

229

Dalam format kedua (Format 2), penjadwalan beberapa style dilakukan

di satu lembar. Ini membantu merchandiser garmen untuk menjaga mata

pada setiap pesanan/order dengan cepat. Semua proses kunci tercantum

dalam baris header dengan kolom untuk awal dan akhir dari proses. Terhadap

setiap style, format kedua ini memiliki dua baris untuk tanggal yang

direncanakan dan tanggal yang sebenarnya untuk tugas-tugas. Format untuk

mengurangi lembaran pesanan ketika pedagang menangani puluhan

pesanan tidak ada. Perbedaannya dengan format 1 adalah bahwa dalam

format 2 tidak menyimpan nama orang yang bertanggung jawab atau

departemen. Adapun format kedua (format 2) adalah sebagai berikut:

Format 2 Time Action Calendar (TAC)

Page 238: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,
Page 239: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

231

DAFTAR PUSTAKA

Adang Karyana, S. & Ahmad Dimyati. (2011). Modul Teknik Pemeriksaaan

Barang Tekstil; Diklat Teknik Substantif Spesialisasi Teknik

Pemeriksaan. Jakarta: Kementerian Keuangan RI. Badan

Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea dan Cukai.

A.K.M. Ashraf Uddin, Md. Mahmudul Hasan Khan, & S.M. Tanvir Ahmed.

(2012). Woven Garments Merchandising. Bangladesh: Daffodil

International University

Alex. T. Hidayat. (2014). Industri Fesyen (Garmen). Bandung: Referensi Mata

Kuliah Produksi dan Distribusi Fesyen di Sekolah Tinggi

Teknologi Tekstil - Bandung.

American Association Of Textile Chemists And Colorists (AATCC).

(2005). AATCC Technical Manual. Volume 80.

Anonim. (Th.-). Sistem perhitungan Biaya dan Akumulasi Biaya (Akuntansi

Biaya). Program Studi Akuntansi. Jurusan Pendidikan Ekonomi.

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas

Pendidikan Indonesia.

Ass Asmawati. (2008). Panduan Pembuatan Kemeja pada Industri Garmen

Modern. Materi Pelatihan Garmen.

Deden (2008). MATERI 1-2-3 AKBI II-Standard-Costing. Diakses pada

tanggal 15 Nopember 2015 dari

https://deden08m.files.wordpress.com/.../1-materi-1-2-3-4-5-

dan-6-akbi-

Donna Karan New York (DKNY). (2003). Garmen QualiTy Assurance

Manual, New York US

Page 240: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

232

F Husna. (2012). Penentuan Harga Pokok Produksi pakaian Anak-Anak

Perempuan pada Konveksi Sinar Jaya Jakarta. Diakses pada tanggal 15

Nopemeber 2015 dari

publication.gunadarma.ac.id/bitstream/.../SLIDE %20

PRESENTATION.

Garment Partnership Indonesia-GPI. (2008). Fabric Sourcing Handbook.

Bandung: STTT & IGTC.

Goet Poespo. (2008). Pemilihan Bahan Tekstil. Yogyakarta: Kanisius.

Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia. (2009). Merchandising. Bandung:

Materi Pelatihan SDM Teknik Produksi Pakaian Jadi (Garmen).

Ishrat Zaman. (2013). Internship Report On Marchandising In Garments Industry.

Bangladesh: Beximco.

M. Riza Radiyanto.(Th.-). Modul 1-Peningkatan Produktivitas Industri Garmen.

Nathanael Suryadi. (2012). Perkembangan Industri Garmen dari Masa ke Masa.

Diakses pada tanggal 22 Oktober 2015 dari

http://nathanaelsuryadi.

blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-industri-garmen-dari-

masa.html

Noor Ahmed Raaz. (2014). Fabric Consumption Calculation of Long Sleeve Woven

Shirt.

Noor Fitrihana & Widihastuti (2011). Pemilihan Bahan dan Pengendalian

Kualitas Busana. Yogyakarta: FT UNY.

Parckard, S., Winters, A.A., & Axelrod, N. (1983). Fashion Buying &

Merchandising. New York: Fairchild Publication.

Page 241: MERCHANDISING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132256206/lainlain... · rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-shirts,

233

Parckard, S., Axelrod, N. (1987). Concepts and Cases in Fashion Buying &

Merchandising. New York: Fairchild Publication.

Richard M Jones (2002). The Apparel Industry. Blackwell Science LTD

Australia.

Sahalie. (2009). Apparel Quality Guidelines. Norm Thompson Outfitters

Apparel Quality Guidelines.

Setyo Nugroho & Malik Cahyadin. (2014). Analisis Perkembangan Industri

Kreatif di Indonesia. Artikel Elektronik dipublikasikan.

Standar Nasional Indonesia Bidang Tekstil (SNI Tekstil)

Till Freyer & Celia, S. (2006). The Factory. Materi Pelatihan Garmen. Bogor:

IGTC.

Tina Martini, dkk. (2014). Perencanaan Perhitungan Kebutuhan Benang pada

Garmen T-Shirt untuk Gramasi Kain yang Berbeda. Jurnal INVOTEC.

Volume X, No. 1, Februari 2014: 89-100.

Widihastuti. (2013). Kumpulan Materi Merchandising versi PPt dan Elektronik.

Widihastuti. (2006). Quality Assurance and Quality Control for Garment

Manufacture (Jaminan Mutu dan Pengawasan/Pengendalian Mutu

Garmen dalam Proses Pembuatannya di Pabrik Garmen). Modul

Analisis Tekstil. Yogyakarta: Hibah Kompetisi A3 PKK FT

UNY.