menteriperhubungan republik indonesiatuk.pip-semarang.ac.id/download/umum/pm_no._17_tahun_2012 ttg...

24
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURANMENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 17 TAHUN 2012 STANDARPROSEDUR OPERASIONALPENCEGAHAN DAN PEMBERANTASANPENYALAHGUNAANDANPEREDARANGELAP NARKOTIKA(P4GN) DANPSIKOTROPIKADI SEKTOR TRANSPORTASI DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESA a. bahwa melalui Peraturan Bersama Menteri Perhubungan dan Kepala Badan NarkotikG. Nasional Nomor PM. 9 Tahun 2012 dan Nomor 01jPER-BNNjIj2012 telah diatur pencegaha.r.. dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran ge1ap narkotika pada transportasi darat, laut, udara, dan kereta api, yang pelaksanaannya perlu didukung dengan standar prosedur operasional; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hurnf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Standar Prosedur Operasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) dan Psikotropika di Sektor Transportasi. 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomer 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722}; 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Tr..donesia Nomor 4846);

Upload: dinhanh

Post on 05-Mar-2018

226 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

MENTERIPERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA

PERATURANMENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR : PM 17 TAHUN 2012

STANDARPROSEDUR OPERASIONALPENCEGAHAN DANPEMBERANTASANPENYALAHGUNAANDAN PEREDARAN GELAP

NARKOTIKA(P4GN) DAN PSIKOTROPIKADI SEKTOR TRANSPORTASI

DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESA

a. bahwa melalui Peraturan Bersama Menteri Perhubungandan Kepala Badan NarkotikG. Nasional Nomor PM. 9 Tahun2012 dan Nomor 01jPER-BNNjIj2012 telah diaturpencegaha.r.. dan pemberantasan penyalahgunaan danperedaran ge1ap narkotika pada transportasi darat, laut,udara, dan kereta api, yang pelaksanaannya perludidukung dengan standar prosedur operasional;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam hurnf a, perlu menetapkan PeraturanMenteri Perhubungan tentang Standar ProsedurOperasional Pencegahan dan PemberantasanPenyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN)dan Psikotropika di Sektor Transportasi.

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentangPsikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1997 Nomer 10, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3671);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentangPerkeretaapian (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4722};

3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentangKeterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan LembaranNegara Republik Tr..donesiaNomor 4846);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor64, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4849);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentangPenerbangan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4956);

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang LaluLintas Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republikndonesia Tahun 2009 Nomor 95, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5025);

7. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor143, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5062);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 ten tangPelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 46,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5411);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 tentangPrekursor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5126);

10. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja KementerianPerhubungan.

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG STANDARPROSEDUR OPERASIONAL PENCEGAHAN DANPEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARANGELAP NARKOTIKA(P4GN) DAN PSIKOTROPIKA DI SEKTORTRANSPORTASI.

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan ini yang dimaksuddengan :

1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanamanatau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis,yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahankesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampaimenghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkanketergantungan.

2. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupunsintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melaluipengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yangmenyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental danperilaku.

3. Peredaran gelap narkoba adalah semua kegiatanjperbuatandi bidang atau berkaitan dengan penanaman, pengolahan,pengepakan, peracikan, produksi, importasi, eksportasi,transportasi, penyimpanan, penyampaian, dan penjualannarkoba kepada pengedar atau konsumen secara melanggarhukum.

4. Penyalahgunaan narkotika adalah orang yang menggunakanNarkotika tanpa hak atau melawan hukum.

5. Operasi Rutin adalah kegiatan atau tindakan yang telahdirencanakan bersama dan dilakukan secara berkala;

6. Operasi Khusus adalah suatu kegiatan atau tindakan yangdilakukan secara tertutup insidentil dan situasional denganketentuan khusus dan mempertimbangkan personil, waktu,anggaran, dan metode;

7. Operasi Kontijensi adalah suatu kegiatan atau tindakan yangdilaksanakan secara tertutup untuk mengantisipasi adanyaancaman dini keselamatan transportasi yang dapatberkembang;

(1) Standar prosedur operasional Pencegahan danPemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran GelapNarkotika (P4GN) dan Psikotropika di Sektor Transportasidimaksudkan sebagai pedoman bagi unit kerja di lingkunganKementerian Perhubungan dalam melaksanakan kegiatanpencegahan terhadap ancaman bahaya narkotika danpsikotropika dalam rangka menjamin keselamatantransportasi.

(2) Standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud padaayat (1), bertujuan memberikan hasil yang optimal dan dapatdipertanggungjawabkan, baik secara administratif maupunteknis pelaksanaannya.

Standar prosedur operasional P4GN dan psikotropika di sektortransportasi meliputi segala bentuk kegiatan danjatauperbuatan yang dimulai dari tahap perencanaan, tahappelaksanaan, tahap pelaporan, dan evaluasi serta tindak lanjuthasil melalui kegiatan, sebagaimana tercantum dalam Lampiran1 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Perhubunganini.

(1) Narkotika dan Psikotropika sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 digolongkan kedalam :a. Narkotika:

1. Narkotika Golongan I;2. Narkotika Golongan II; dan3. Narkotika Golongan III.

b. Psikotropika1. Psikotropika golongan I;2. Psikotropika golongan II;3. Psikotropika golongan III; dan4. Psikotropika golongan IV.

(2) Penggolongan narkotika dan psikotropika sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pe1aksanaan kegiatan P4GN dantransportasi sebagaimana dimaksudmelalui kegiatan:a. Sosialisasi;b. Advokasi;c. Operasi Rutin;d. Operasi Khusus; dane. Operasi Kontijensi.

Psikotropika di sektordalam Pasal 2 dilakukan

(1) Kegiatan P4GN dilaksanakan oleh Satuan Tugas yang terdiridari Kementerian Perhubungan dan Badan NarkotikaNasional (BNN);

(2) Kegiatan P4GN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdilaksanakan oleh unit kerja Eselon I meliputi :a. Sekretariat J enderal;b. Inspektorat Jenderal;c. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat;d. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;e. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;f. Direktorat Jenderal Perkeretaapian;g. Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan; danh. Badan Pengembangan SDM Perhubungan.

Sasaran kegiatan P4GN dan Psikotropika sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 meliputi :a. umum

1. para Pegawai Negeri SipiljCalon PNS dan Pegawai lainnyadi lingkungan Kementerian Perhubungan;

2. para karyawanjkaryawati BUMN/BUMS penyedia jasatransportasi.

b. khusus1. para personel penerbangan, pelayaran dan

perkeretaapian;2. para pengemudi kendaraan angkutan umum orang dan

barang;3. para peserta Diklat pada lembaga pendidikan transportasi

darat, laut, udara dan kereta api.

(1) Setiap kegiatan Sosialisasi P4GN dan Psikotropika yangdilaksanakan oleh unit kerja Eselon I terkait, hamsberkoordinasi dengan Sekretaris Jenderal melalui KepalaPusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa Transportasi.

(2) Standar prosedur operasional Sosialisasi P4GN danPsikotropika di sektor transportasi sebagaimana tercantumdalam BAB II Lampiran 1 yang tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri Perhubungan ini.

(1) Kegiatan Advokasi P4GN dan Psikotropika yang dilaksanakanoleh unit kerja Eselon I dapat berupa kebijakan:a. pembinaan SDM yang profesional di bidang P4GN dan

Psikotropika;b. koordinasi yang terpadu dilandasi komitmen, sikap

konsisten dan sungguh-sungguh dalam pemberantasanpenyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika danpsikotropika di sektor transportasi;

c. meningkatkan peran serta stakeholder dalam penangananpencegahan bahaya narkotika dan psikotropika;

d. penegakan hukum yang konsisten sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan;

e. mengintensifkan pencegahan melalui komunikasi,informasi, dan edukasi;

f. memperketat pengawasan dan pengendalianpenyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika danpsikotropika pada lingkup tugas dan tanggung jawabmasing-masing.

(2) Pembinaan SDM yang profesional di bidang P4GNsebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a berupa:a. pembentukan kader P4GNdan Psikotropika;b. pengembangan pengetahuan umum, keterampilan dan

sikap profesional (petugas penyuluh dan fasilitator P4GN)melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) pecegahanP4GN dan Psikotropika di lingkungan KementerianPerhubungan;

c. pembinaan dan pengembangan lingkungan kerja bebasnarkotika dan psikotropika dengan menerapkan polahidup sehat, beriman dan kegiatan produktif melaluimedia komunikasi, informasi dan edukasi yang efektif.

(1) Dalam hal kegiatan Operasi Rutin, Operasi Khusus danOperasi Kontijensi P4GN dilaksanakan oleh unit kerja EselonI terkait, harus berkoordinasi dengan Kepala Satuan Tugas(Satgas) P4GN Kementerian Perhubungan.

(2) Standar prosedur operasional kegiatan Operasi Rutin,Operasi Khusus, dan Operasi Kontijensi, sebagaimanatercantum dalam BABIII Lampiran 1 yang merupakan bagiantidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Perhubungan ini.

Unit kerja Eselon I yang melakukan kegiatan P4GN danPsikotropika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,berkoordinasi dengan :a. Badan Narkotika Nasional (BNN)untuk kegiatan P4GN pada

tingkat Pemerintah Pusat;b. Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP)untuk kegiatan

P4GN pada tingkat Pemerintah Provinsi (Pemprov);c. Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK)untuk kegiatan P4GN

pada tingkat Pemerintah KabupatenjKota (PemkotjPemkab).

(1) Dalam kegiatan Sosialisasi P4GN dan Psikotropikasebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, dapat diikutidengan pemeriksaan kesehatan secara random sampling.

(2) Dalam kegiatan Operasi Rutin dan Operasi Kontijensisebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c dan e, harusdilakukan pemeriksaan kesehatan.

(3) Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan(2) meliputi :a. tes urine;b. tes darah;c. tes rambut danj atau tes kuku; danj ataud. tes saliva (air liur).

(4) Kegiatan Operasi Rutin, Operasi Khusus, dan OperasiKontijensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5dilaksanakan Tim yang dibentuk oleh Pejabat Eselon I.

(5) Hasil kegiatan Operasi Rutin, Operasi Khusus, dan OperasiKontijensi dilaporkan kepada Ketua Satgas danj atau PejabatEselon I terkait.

(6) Standar prosedur operasional kegiatan P4GN danPsikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),ayat (3), ayat (4), dan ayat (5), sebagaimana tercantum dalamLampiran 1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri Perhubungan ini.

BABIV

KETENTUANPENUTUP

Pasal 13

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan ini,Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.56 Tahun 2003tentang Sosialisasi Bahaya Narkoba di Lingkungan DepartemenPerhubungan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 14

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundanganPeraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam BeritaNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di :pad a tanggal

JAKARTA12 Maret 2012

MENTERIPERHUBUNGAN

ttd

Diundangkan di Jakartapada tanggal 12 Maret 2012

MENTERI HUKUM DAN HAKASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIATAHUN2012 NOMOR 288

UMAR IS SH. MM. MH.Pembina Utama Muda (IV/c)

NIP. 19630220 198903 1 001

LAMPlRANI PERATURANMENTERIPERHUBUNGANNomor : PM 17 TAHUN2012Tanggal : 12 Maret 2012

Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropikadi Indonesia telah menjadi persoalan yang krusial. Sekarang ini hampirtidak satupun da~rah provinsi dan kabupatenjkota di Indonesia yangbebas dari narkotika dan psikotropika. Kontribusi signifikan dalamperedaran gelap narkotika dan 'psikotropika melalui moda transportasi,~ehingga diperlukan komitmen bersama dan kesungguhan jajaranaparatur perhubungan untuk bersama-sama memberantaspenyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika dilingkungan transportasi dengan melakukan wujud konkret melaluikegiatan Sosialisasi, Advokasi, Komunikasi dan Operasi secara terpadudengan BNN baik pada tingkat pusat maupun daerah kabupatenjkota diseluruh Indonesia.

B. JENIS NARKOTlKADISALAHGUNAKAN

Berdasarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2007 tentang Narkotika,narkotika digolongkan menjadi :

1. Golongan I adalah narkotika yang hanya digunakan untuk tujuanpengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkanketergantungan (Contoh : heroinjputauw, kokain, ganja, dIll.

,2. Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapij atauuntuk bertujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyaipotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan, (Contoh : morfin,petidin).

3. Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyakdigunakan dalam terapi danj atau untuk tujuan pengembangan ilmupengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkanketergantungan, (Contoh: kodein).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika,psikotropika digolongkan menjadi:

1. Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untukkepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapiserta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindromaketergantungan, (Contoh : ekstasi, shabu, dan LSD).

2. Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dandapat digunakan dalam terapi, dan / atau tujuan ilmu pengetahuinserta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindromaketergantungan, (Contoh : ampetamin, metifenidat atau ritalin).

3. Golongan III, adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dandapat digunakan dalam terapi/ dan atau tujuan ilmu pengetahuanserta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindromaketergantungan, (Contoh : fenobarbita, dan flunitrazepam).

4. Golongan IV adalah psikotropika pengobatan dan sangat luasdigunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuanserta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindromaketergantungan, (Contoh : diazepam, bromazepam, fenobarbital, pi!BK, pil koplo, rohipnol, dumolid, dan magadon).

Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain Psikostimulansia(ampetamin, ekstasi, shabu, sedative dan hipnotika (obat penenang danobat tidur).

STANDARPROSEDUROPERASIONALPELAKSANAANSOSIALISASIP4GN DANPSIKOTROPlKADI SEKTORTRANSPORTASI

Sosialisasi P4GN dan Psikotropika adalah tindakan dan upaya pencegahanpenyalahgunaan dan peredaran narkotika dan psikotropika yangdilakukan secara sistematis, jelas dan terukur.

Maksudnya untuk mendorong terlaksananya kegiatan sosialisasiP4GN terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelapnarkotika dan psikotropika pada sektor transportasi.

a. untuk meningkatkan partisipasi seluruh SDM transportasi danpara pemangku kepentingan (stakeholders) untuk melakukantindakan upaya pencegahan bahaya narkotika dan psikotropika dilingkungan transportasi darat, laut, udara dan kereta api.

1) permasalahan penyalahgunaan narkoba, tentangkewaspadaan terhadap ancaman bahaya narkotika danpsikotropika serta tata cara berpartisipasi dalam pencegahanpenanggulangannya; ,

2) mengingatkan para pembuat kebijakan, para pejabatpemerintah dan para perencana program dan pelaksanatransportasi pada berbagai tingkatan tentang bahayapenyalahgunaan narkotika dan psikotropika serta tindakanyang diperlukan untuk menanggulanginya;

3) pemahaman kepada para SDM transportasi dan para insanperhubungan tentang resiko, gejala, dan dampakpenyalahgunaan narkotika dan psikotropika.

1) mendorong dan membuat SDM transportasi dan para insanperhubungan untuk waspada dan peduli terhadap bahayanarkotika dan psikotropika dalam rangka menjamin aspekkeamanan dan keselamatan transportasi;

2) membuat para pembuat kebijakan pada semua tingkatanuntuk peka terhaqap pencegahan dalam penyalahgunaannarkotika dan psikotropika dan dampak yang ditimbulkan bagikeselamatan transportasi.

2. Ruang lingkup Sosialisasi P4GN di lingkungan KementerianPerhubungan meliputi :

Program ini umumnya ditujukan Calon Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Negeri sipiljpegawai lainnyajkaryawanjijpersonelj SDMtransportasi yang belum mengenal narkotika dan psikotropikadengan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bahayapenyalahgunaan narkotika dan psikotropika, sehingga dapatmengembangkan potensi dirinya untuk mampu menghadapi seti~pperubahan yang terjadi di lingkungannya dan sekaligusmempunyai komitmen untuk merubahnya;

Program ini khususnya ditujukan kepada para 8DM transportasiyang mempunyai tugas pokok dan fungsi menangani fungsikeamanan dan keselamatan transportasi, yang menekankan padapengetahuan dan pemahaman terhadap daya cegahjdaya tangkalterhadap bahaya narkotika dan psikotropika (resistance skill)terhadap keselamatan transportasi dengan mendorong unit kerjaterkait untuk melakukan tes urine berkala, penyuluhan berkala,ceramah agama dan pemeriksaan keluarjmasuk terhadap 8DMyang berada dibawah kewenangannya.

3. Pokok-pokok kegiatan yang bersifat promotive dan preventive antaralain:

Program pemberian informasi satu arah (monolog) yang bersifatmemberi informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkotika danpsikotropika dapat bersifat langsung (melalui tatap muka) maupuntidak langsung (melalui media cetak, elektronik, billboard);

b. dialog interaktif bersifat dua arah, bertujuan untuk mendalamiberbagai permasalahan penyalahgunaan narkotika danpsikotropika, sehingga para peserta sosialisasi· benar-benarmengetahui tentang bahaya penyalahgunaan narkotika danpsikotropika, melalui tanya jawab tentang narkoba lebih mendalam·dan mated yang disampaikan oleh tenaga profesional dalambidangnya seperti dokter, psikolog, polisi, dan ahli hukum.

b. pendataaan atau pengamatan lingkungan yang berkaitan dengantempat/lokasi yang dianggap rawan dengan permasalahanpenyalahgunaan dan peredaran narkotika dan psikotropika padasarana dan prasarana transportasi;

c. pendataan atau pengamatan lingkungan yang berkaitan dengantempatjlokasi yang dianggap rawan dengan permasalahanpenyalahgunaan dan peredaran narkotika dan psikotropika padasarana dan prasarana transportasi;

e. pemotretan wilayah rawan penyalahgunaan dan peredaran gelapnarkotika dan psikotropika;

"

2. Evaluasi perencanaan kegiatan sosialisasi P4GN.

1) peran aktif dan respon peserta dalam mengikuti kegiatansosialisasi;

4) adanya peningkatan pengetahuan peserta terhadap bahayapenyalahgunaan dan peredaran narkotika dan psikotropikayang diukur dengan instrumen Pre Test dan Post Test dalambentuk pertanyaan;

a. menghimpun, merekapitulasi dan merumuskan rencana kegiatansosialisasi P4GNpada unit kerja Eselon I;

b. menetapkan narasumberJfasilitator P4GN yang kompeten dibidangnya;

c. menetapkan pokok materiJisi pesan sosialisasi P4GN sekurang-kurangnya yaitu:

1) pengetahuan dasar narkotika dan psikotropika danpermasalahannya;

2) pengetahuan ketahanan diri atau daya cegahj daya tanggalterhadap bahaya narkoba (resistance skil~;

3) kriteria materi yang digunakan dalam kegiatan sosialisasihams memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

a) harus memperhatikan aspek pendidikan dan kesehatanbaik fisik, mental maupun sosial;

b) harus jelas, tidak ada tawar menawar atau toleransiuntuk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotikadan psikotropika di unit kerjajinstansi yang menjaditanggung jawabnya;

tidak ada pesan terselubung mempromosikanmemberikan ilustrasi yang mengajarkanmemperoleh, mencoba dan menggunakan narkoba;

atauorang

d) informasi yang disampaikan harus benar, dan secarailmiah dan sekaligus merefleksikan pemahamaan sosialbUdaya setiap kelompok sasaran.

b. adanya indikasi atau kecenderungan penyalahgunaan danperedaran gelap narkoba dari kelompok sasaran atau lokasi yangdianggap rawan dan rentan penyalahgunaan dan peredaran gelapnarkotika dan psikotropika;

,5. Menetapkan metode sosialisasi.

Dalam pelaksanaan sosialisasi P4GN sektor transportasi dilakukanmelalui:

Dilaksanakan dengan bertatap muka secara langsung padakelompok sasaran melalui kegiatan TOT, konseling dan kegiatanalternatif (olah raga, kesenian dan keagamaan).

Menggunakan media cetak (brosur, leaflet, stiker, surat kabar,tabloid, poster, spanduk, dan baliho) maupun media elektronik(radio, film, dan televisi).

memilki komitmenjkepedulian terhadappenyalahgunaan dan peredaran gelappsikotropika;

permasalahannarkotika dan

2) mempunyai pengetahuan mengenaipsikotropika dan permasalahannya;

3) mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi danbekerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam melaksanakankegiatan sosialisasi P4GN;

4) mempunyai kemampuan untuk memotivasi danmenggerakkan lingkungan masyarakat untuk melaksanakanpencegahan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika.

Telah mendapatkan pelatihan dan mempunyai sertifikasi sebagaifasilitator penyuluh pencegahan penyalahgunaan dan peredarangelap narkotika dan psikotropika, baik yang dikeluarkan oleh BNNdi tingkat Pusat, Propinsi, maupun KotajKabupaten.

1. Unit kerja Eselon I melakukan penyusunan rencana kegiatansosialisasi P4GN di lingkungan unit kerja yang menjadi tugas fungsidan tanggungjawabnya.

2. Rencana kegiatan tersebut disampaikan secara tertulis kepadaSekretaris Jenderal melalui Kepala Pusat Kajian Kemitraan nan-Pelayanan Jasa Transportasi sebagaimana Contoh 1 Lampiran II yangtidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Peraturan ini.

3. Berdasarkan rencana kegiatan sosialisasi tersebut, Kepala PusatKajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa Transportasi memberikan saranpertimbangan berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya mencakupmetode dan lokasijtempat kegiatan.

4. Dalam hal saran pertimbangan telah mendapat persetujuan SekretarisJenderal, maka unit kerja yang bersangkutan dapat membentuk TimPelaksana Sosialisasi yang ditetapkan oleh pimpinan unit kerjaEselon II terkait.

5. Dalam hal nara sumber P4GNyang berkompeten belum tersedia dariKementerian Perhubungan, maka panitia pelaksana menghadirkanfasilitatorjpetugas penyuluh P4GNBNNjBNNPjBNNK.

6. Apabila dalam kegiatan sosialisasi dilakukan pemeriksaan kesehatan(tes urine), harus mengikuti prosedur pemeriksaan operasional SatgasP4GN dan BNN sesuai Lampiran I yang tidak terpisahkan 4ariPeraturan Menteri Perhubungan ini.

7. Panitia pe1aksana sosialisasi melakukan evaluasi pelaksanaansosialisasi melalui pre te'st dan post test dalam bentuk kuestioneruntuk mengukur efektivitas pelaksanaan sosialisasi.

1. Panitia pelaksana menghimpun, merekapitulasi dan merumuskanserta mengolah laporan kegiatan sosialisasi yang menjadi tugasdan tanggung jawabnya untuk dilaporkan kepadaSesjenjIrjenj Dirjenj Kabadan.

2. SesjenjIrjenjDirjenjKabadan melaporkan pelaksanaan sosialisasikepada Kepala Satgas P4GN Kementerian Perhubungan dalam waktusekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali sebagai bahan evaluasikebijakan.

3. Dalam hal hasillaporan sosialisasi terdapat suatu kejadian atau perlumendapat perhatian khusus, dilaporkan sesegera mungkin untuksebagai pertimbangan pengambilan kebijakan.

STANDARPROSEDUR OPERASIONALPELAKSANAANOPERASIRUTIN,OPERASIKHUSUS,DANOPERASIKONTIJENSIP4GN DANPSIKOTROPIKA

DI SEKTORTRANSPORTASI

b. pendataan atau pengamatan lingkungan yang berkaitan dengantempatjlokasi yang dianggap rawan dengan permasalahanpenyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropikapada sarana dan prasarana transportasi;

c. pendataan atau pengamatan lingkungan yang berkaitan dengantempatjlokasi yang dianggap rawan dengan permasalahanpenyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropikapada sarana dan prasarana transportasi;

e. pemotretan wilayah rawan penyalahgunaan dan peredaran gelapnarkotika dan psikotropika;

a. menghimpun, merekapitulasi dan merumuskan rencana kegiatanoperasi rutin, khusus dan kontijensi P4GN pada simpultransportasi;

d. menetapkan sasaran, tujuan kegiatan, metode pemeriksaan danlokasi operasi;

adanya indikasiperedaran gelapsasaran ataupenyalahgunaanpsikotropika;

atau kecenderungan penyalahgunaan dannarkoba dan psikotropika dari kelompoklokasi yang dianggap rawan dan rentandan peredaran gelap narkotika dan

1. Berdasarkan penilaian terhadap perkembangan situasi, kondisi,personil, material, logistik, dukungan anggaran dan kebijakanpimpinan, maka unit kerja Eselon I menyusun rencana kegiatan P4GNmeliputi operasi rutin, operasi khusus dan operasi kontijensi P4GNpada unit kerja yang menjadi tugas pokok dan fungsi kewenangannya.

2. Rencana kegiatan dimaksud, disampaikan secara tertulis kepadaKepala Satgas melalui Sekretaris Satgas sebagaimana Contoh 2Lampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri.Perhubungan ini.

3. Apabila rencana kerja telah mendapat persetujuan Kepala SatgasP4GN, maka unit kerja Eselon I dapat segera membentuk timpelaksana operasi dengan Surat Perintah Tugas yang ditandatangani'Pejabat Eselon I, sebagaimana Contoh 2 Lampiran II yang tidakterpisahkan dari Peraturan Menteri Perhubungan ini.

b. Anggota tim meliputi pejabatjpelaksana terdiri dari unsur medis,inspekturjPPNS, dan pejabat setempat sesuai dengan tupoksi dankebutuhan dalam penanganan kelancaran pelaksanaan tugas.

5. Dalam pelaksanaan kegiatan operasi khusus dan operasi kontijensipara pihak terkait tetap menjaga akselerasi kerahasiaan, ketepatanpengumpulan data dan informasi (bersifat tertutup) dalam rangkamengantisipasi adanya ancaman dini keselamatan transportasi.

6. Apabila pelaksanaan kegiatan P4GN dilakukan pada simpultransportasi darat, laut, udara dan Kereta Api harus berkoordinasidengan unit kerjajinstansi pemerintahan yang menangani fungsipembinaan sektor tranportasi pada daerahjwilayah setempat.

1. Dalam pelaksanaan kegiatan P4GN sektor transportasi dilakukanpemeriksaari dini melalui :

2. Untuk keperluan pemeriksaan dini persyaratan administrasi yangdiperlukan paling sedikit :

a. menerangkan maksud danj atau tujuan permohonan pemeriksaandan operasi kegiatan;

b. surat permintaanjpersetujuan kesediaan yang bersangkutanuntuk dilakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes kuku dansaliva (air liur), dengan kelompok sasaranjtarget pemeriksaa~sebagaimana Contoh 3 Lampiran II yang tidak terpisahkan clariPeraturan Menteri Perhubungan ini;

c. kelengkapan identitas pemeriksaan sebagaimana Contoh 4Lampiran 2 yang tidak terpisahkan dari Peraturan MenteriPerhubungan ini;

d. berita acara pengambilan, penyisihan, pembungkusan, penyegelan,pelabelan sampel atau barang bukti.

a. pemeriksaan dilakukan pada ruang khusus yang tertutup untukumum;

b. pengambilan sampel urine dilakukan di toilet yang terdekat dengandiawasi oleh 1 (satu) orang petugas untuk memastikan prosedurpengambilan urine;

c. sampel urine yang telah diambil, disegel dan dilabel sesuai denganketentuan.

a. sampel atau barang bukti sesuai dengan rincian yang tercantumdalam surat permohonan dan berkas lampirannya;

1) urine paling sedikit 50 (lima puluh) millimeter (ml) dalam 1(satu) botol;

3) plasmaj serum paling sedikit 5 (lima) millimeter (ml) untuksetiap jenis pengujian.

c. wadah sampel terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah, bebaskontaminan, dan tidak bereaksi kimia terhadap sampel, tertutupdengan baik, tersegel, tidak bocor dan diberi identitas atau diberilabel.

5. Persyaratan teknis pengemasan, penyegelanjpelabelan, pengiriman,keamanan, dan kerahasiaan, yaitu :

a. pengemasan dilakukan dalam wadah yang baik, tidak bocor Clandisusun teratur, dibungkus dan tidak disegel serta diberi labelsegel;

b. untuk menghindari kerusakanjdegradasi, sampel urine agarsesegera· mungkin dikirim ke laboratorium dalam waktu tidakmelebihi 24 (dua puluh empat) jam;

c. sampel atau barang bukti untuk keperluan penyidikanjprojustitiadikirimkan dalam kondisi dibungkus, terlabel dan dilak segel,pembukaan bungkus dan segel sampel atau barang bukti untukkeperluan penyidikanj pro justitia disaksikan minimal 2 (dua) orang(pengirim dan petugas laboratorium);

d. agar selalu dijaga keamanan dan kerahasian sampel atau barangbukti yang akan diujikan.

D. PELAPORANPEMERIKSAANTES URINE.

1. Apabila dari hasil pemeriksaan sementara tes urine terdapat adanyaindikasi pada sasaran operasi dinyatakan (+) positif, Ketua Timmelaporkan kepada Kepala Satgas P4GN danjatau Pejabat Eselon Iterkait untuk mengambil penindakan sementara.

2. Hasil pemeriksaan sementara (tes urine) oleh Tim Medis dinyatakan(+) positif harns disegel dan disampaikan kepada BNN, BNNP, atauBNNK untuk dilakukan tes mendalam sebagai kelanjutanpemeriksaan diagnosis apakah yang bersangkutan termasuk padalevel pengguna narkotika barn atau pengguna narkotika lama, dandata hasil pemeriksaan disampaikan kepada Ketua Tim P4GN.

3. Tim membuat laporan hasil kegiatan operasi P4GN yang dituangkandalam Berita Aeara Kegiatan dan disampaikan kepada Kepala Satgasatau Pejabat Eselon I dengan tembusan kepada Sekretaris Satgas.

1. Dalam hal laporan pemeriksaan kesehatan kegiatan operasi khususdan operasi kontijensi terdapat sampel tes urine yang dinyatakan (+)positif, maka Ketua Tim melakukan konsultasi kepada Pejabat EselonI unit kerja terkait untuk mengambil tindakan sementara dalamrangka menjamin aspek keselamatan transportasi.

2. Apabila dari hasil tes mendalam sebagaimana yang dimaksud dalamhuruf angka 1 (satu) dinyatakan (+) positif, maka Wakil MenteriPerhubungan selaku Kepala Satgas P4GN dapat mcmerintahkankepada pejabat terkait untuk melakukan pemeriksaan mendalamkepada personil yang dinyatakan (+) positif berupa tes darah, rambut,kuku, atau saliva (air liur).

3. Unit kerja Eselon I terkait memberikan informasi hasil kegiatanoperasi khusus dan operasi kontijensi P4GN, dan dapat disampaikankepada publik melalui media massa setelah berkoordinasi dengan unitkerja yang membidangi kehumasanjkomunikasi publik setelahmendapatkan hasil pemeriksaan seeara mendalam.

4. Rekapitulasi hasil sosialisasi dan operasi P4GN dibuat seeara berkalasetiap 3 (tiga) bulan sekali.

SALINANsesuai dengaKEPALABIR

UMA ~RIS SH. MM.MH.Pembina Utama Muda (IVje)NIP. 19630220 198903 1 001

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERHUBUNGANNomor : PM 17 TAHUN 2012Tanggal : 12 Maret 2012

MATRIK RENCANA KEGIATANOPERASI KHUSUS DAN KONTIJENSI P4GN SEKTOR TRANSPORTASI

NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE LOKASI KETKEGIATAN PEMERIKSAAN1 2 3 4 5 6 7 8

~/

2. DiperintahkanKepada

SURAT PERINTAH TUGASNomor:

Ditetapkan di : J A K ART A~ada Tanggal_: .

KOP UNIT KERJA TERKAITiiliiiiXXilnii"xaanmLLdil"ii""iI'iiA'iianLi kI"iliiLax LA Uk Uka naaa iuaa d'U aiL kind ail": ail'" MUati" ii'il' db" Ii"axX""""a"""" inilU: ""iSml

SURAT PERSETUJUANINFORMED CONSENT

Berdasarkan Peraburan(Darat/Laut/Udara/Kereta Api)

NamaJabatanPerusahaan

Menyatakan bersediajTidak bersedia mengikuti prosedur pemeriksaan BebasNarkoba dengan menggunakan sampel urine.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpapaksaan dari pihak manapun.

NAMAPangkatj Golongan

NIP. . .

PERUSAHAAN /INSTANSI/ OBATYANGNO NAMA IDENTITAS JABATAN DIGUNAKAN 3 TANDA TANGANUNITKERJA BARI TERAKHIR

SALINANsesuai dengKEPALABIRO

UMAR IS SH. MM. MH.Pembina Utama Muda (IV/c)NIP. 19630220 198903 1 001