menjadikan pangan dan energi sebagai - mutuhijau.com. robiyanto_tata-air... · kondisi lahan,...

66
5/19/2017 1 TATA KELOLA AIR LAHAN BASAH UNTUK MENDUKUNG PRODUKTIVITAS TANAMAN dan PENGELOLAAN LINGKUNGAN oleh Prof. Dr. Robiyanto H Susanto, M.Agr.Sc Universitas Sriwijaya Pusat Data dan Informasi Daerah Rawa dan Pesisir FGD PP 71 2014 Jo PP57 2017: Fungsi Ekonomi, Sosial, Lingkungan pada Ekosistem Gambut Jakarta, Hotel Four Season, 18 Mei 2017 Makna “sumber perebutan” dalam pernyataan tersebut adalah sebuah peringatan bahwa pangan akan menjadi alat diplomasi politik (bahkan saling menekan) dalam hubungan antar Negara. Negara yang menguasai pangan akan memainkan peran, sebaliknya Negara yang tergantung pangan dari Negara lain akan “dimainkan”. Pada kesempatan itu Bung Karno melakukan gong politik pangan sebagai upaya menggelorakan semangat pemuda sebagai pelopor pangan dengan melakukan intersepsi ke perdesaaan membangun dan memperluas varian benih padi, dan memperluas bibit-bibit tanaman pangan. 2 Pembukaan IPB, 1963 menjadikan pangan dan energi sebagai

Upload: phungdung

Post on 08-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/19/2017

1

TATA KELOLA AIR LAHAN BASAH UNTUK MENDUKUNG

PRODUKTIVITAS TANAMAN dan

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

oleh Prof. Dr. Robiyanto H Susanto, M.Agr.Sc

Universitas Sriwijaya Pusat Data dan Informasi Daerah Rawa dan Pesisir

FGD PP 71 2014 Jo PP57 2017: Fungsi Ekonomi, Sosial, Lingkungan pada Ekosistem Gambut

Jakarta, Hotel Four Season, 18 Mei 2017

Makna “sumber perebutan” dalam pernyataan tersebut adalah sebuah peringatan bahwa pangan akan menjadi alat diplomasi politik (bahkan saling menekan) dalam hubungan antar Negara.

Negara yang menguasai pangan akan memainkan peran, sebaliknya Negara yang tergantung pangan dari Negara lain akan “dimainkan”.

Pada kesempatan itu Bung Karno melakukan gong politik pangan sebagai upaya menggelorakan semangat pemuda sebagai pelopor pangan dengan melakukan intersepsi ke perdesaaan membangun dan memperluas varian benih padi, dan memperluas bibit-bibit tanaman pangan.

2

Pembukaan IPB, 1963

menjadikan pangan dan energi sebagai

5/19/2017

2

Kondisi Kemarau Juli-Okt 2015

di dua Lokasi

berbeda di Sumsel

Lahan terlantar, tidak produktif, tidak ada pembiayaan, tidak diurus, tidak jelas legalitas, konflik, tiap tahun terbakar

Lahan produktif, dibiayai legal, tidak konflik, dirawat & dijaga, menghasilkan uang

5/19/2017

3

Peat Thickness in JAMBI area – BpDAS Btg Hari 2011

SUMBER WETLAND 2010

5/19/2017

4

JML HOTSPOTS 1 JAN SD 26 SEPT

PROVINSI 2014 2015 %-TASE

RIAU 4.256 1.827 42,93

JAMBI 1.027 1.521 148,10

SUMSEL 1.985 2.073 104,43

KALBAR 4.850 2.536 52,29

KALTENG 3.434 3.063 89,20

KALSEL 824 681 82,65

16.376 11.701 71.45

INDONESIA 23.595 15.866 67,24

7

Upaya pemadaman waterbombing, (perlu pernyataan Gub)

Riau 24,0 juta liter

Sumsel 18,6 juta liter

Jambi 3,29 juta liter

Kalbar 3,23 juta liter

Kalsel 3,32 juta liter

Kalteng 650 ribu liter.

8

5/19/2017

5

Selain itu juga dilakukan teknik modifikasi cuaca atau hujan buatan, masing-masing (perlu pernyataan Gubernur Pemprov):

134 ton di Riau;

64,3 ton di Sumsel;

2,4 ton di Jambi;

35 ton di Kalbar;

2,4 ton di Kalteng.

Apakah efektif ? Biaya nya mahal …..

9

UPAYA PEMADAMAN API

PULAU RUPAT SIAK DAN

DUMAI KAMPAR

10

Apakah langkah kita sudah tepat ? Apakah ini lebih murah dari menjaga jangan terjadi ?

5/19/2017

6

FOTO KALSEL

11

FOTO KALTENG

12

5/19/2017

7

5/19/2017

8

Musim Hujan, Tumbang Nusa Banjir

Evakuasi sebagai Jalan Akhir ??

5/19/2017

9

DAMPAK PENGELOLAAN GAMBUT YANG TIDAK LESTARI –

KEBAKARAN HUTAN DAN GAMBUT

Kerugian ekonomi sebesar

Rp221 triliun,

Pembatalan

penerbangan,

perkantoran

diliburkan dan

aktivitas ekonomi

berhenti (Bank

Dunia).

Sekitar 504.000

orang di enam provinsi terkena infeksi saluran pernafasan akut, dan

12 warga meninggal

(Kemkes).

Meningkatkan emisi gas rumah kaca

15,95 juta ton emisi CO2/hari

Standar pencemaran udara pada tingkat berbahaya

5 juta siswa

sekolah diliburkan

Hilangnya berbagai habitat kehati seluas

2,6 juta

hektar

Permasalahan Serius Dalam Konteks Pembangunan Nasional

Sumber: BAPPENAS, 2017

17

Ganoderma telah menyerang 30% dari pohon sawit di sebuah konsesi perkebunan sawit Kab. Madina

Kebun sawit kebanuiran di Pelalawan Riau

5/19/2017

10

Indikator Subsidence : Pokok Sawit Miring

(Pelalawan, Riau & Jambi)

Sumber Suryadiputra ( Feb 2014)

Sumber Dian Afriyanti (Jambi, 2013) Sumber WII (Mamuju Sulbar Feb 2010)

Sumber Suryadiputra (Riau 2008)

Dampak Subsidence Terhadap Perkebunan Sawit

Kebun sawit

tergenang di

Pelalawan Riau.

Foto @

Suryadiputra

Feb 2015

Subsidence

menyebabkan

depresi lahan

gambut akhirnya

tergenang.

Kerumutan, Riau

Foto:

Suryadiputra Feb

2015

Sumber Suryadiputra ( Feb 2015)

Sumber Suryadiputra ( Feb 2015)

5/19/2017

11

Tabel 1. Distribusi lahan rawa di Indonesia dan luas yang dikembangkan dengan bantuan pemerintah

Lokasi

Total Lahan Rawa Secara Nasional Total Lahan Yang

Sudah Dikembangkan

Pasang

Surut (Ha)

Lebak

(Ha) Total (Ha)

Pasang

Surut (Ha)

Lebak

(Ha) Total (Ha)

Sumatera

Kalimantan

Sulawesi

Papua

6.604.000

8.126.900

1.148.950

4.216.950

2.766.000

3.580.500

644.500

6.305.770

9.370.000

11.707.400

1.793.450

10.522.720

691.704

694.935

71.835

-

110.176

194.765

12.875

23.710

801.880

889.700

84.710

23.710

20.096.800 13.296.770 33.393.570 1.458.474 341.526 1.800.000

Sumber : Dit. Rawa dan Pantai, Ditjen Pengairan, Departemen PU, 2009

IP100 ………> IP200 .....> IP300, MT1 mencapai 7 - 8 ton GKP/ha

Karena 3 pilar :

a) Perbaikan infrastruktur pengelolaan air, b) Aplikasi teknologi pertanian, dan c) Pemberdayaan kelompok tani/ P3A untuk OP jaringan pengairan

Hidrologi Daerah Aliran Sungai serta Terbentuknya Rawa Gambut (Lowlands)

Gambar . Tipe-tipe lahan basah/ daerah rawa menurut definisi Ramsar (Davies et al, 1995)

5/19/2017

12

Outline 4

PRASYARAT TATA AIR LAHAN GAMBUT

1. Kondisi Provinsi, Tata Ruang dalam Daerah Aliran Sungai

2. Pemahaman Lokasi Terbakar – Problem Tree

3. Hidrologi – Hujan, Pasang Surut, Sistim Drainase

4. Topografi, Hidrotopografi, Tata Guna Lahan/ Land-Use, KHG

5. Kondisi Lahan, Sebaran dan Kedalaman Gambut

6. Kedalaman Muka Air Tanah (Water Table)

7. Tata Kelola Air (Water Management)

8. Kondisi Sosial-Ekonomi, Tenurial, Lively-hood,

9. Kelembagaan, Penegakan Hukum, dan Peningkatan Kapasitas

10. Kordinasi dan Peran Multi Pihak: ABGCP

11. Keberlanjutan Program – terInstitusionalisasi dan simultan di

7 provinsi KARHUTLAH dan Provinsi Lain (not Project)

CONSERVATION OF NATURAL RESOURCES WITHIN THE LOWLANDS AND COASTAL AREAS

5/19/2017

13

LANDSAT IMAGE OF THE SEMBILANG NATIONAL PARK

Sembilang

Terusan Dalam

S>Merang

SUNGSANG

Lowland-Wetland Ecosystem – Biodiversity in South Sumatra

Mangrove forest: ± 90.00 ha

(estuarine mangrove, with more

then 20 small rivers menadering

within the areas)

Migratory birds nesting place

Areas for wildlife, such as: Sumatran

Tiger, Estruary crocodile, Tree tiger,

etc..

Sources of fishery for

the nearby areas

5/19/2017

14

Migratory Birds Monitoring Documentation November 2010, Location : Banyuasin Peninsula

Ekowisata di Hutan Rawa Mangrove

5/19/2017

15

TECHNOLOGY &

WAY OF LIFE ADAPTATION TO THE LOWLAND-COASTAL AREAS ENVIRONMENT

Coastal areas as source of fishery

Panjang garis pantai 275 km

Kawasan pengelolaan laut sesuai PP25/2000 mencapai 1.765 km²

5/19/2017

16

Aquaculture

5/19/2017

17

Animal Husbandary

Paddy floating nursery at the upland swamps (lebak)

5/19/2017

18

Eco-tourism – indegeneous knowledge

Transportation

5/19/2017

19

Community health service

Adapted Management: Paddy floating nursery at the

upland swamps (lebak)

5/19/2017

20

Adapted management : not rubber which need drainage but jelutung

Not rubber!

but jelutung on

5-8 m peat (Jambi)

CHALLENGES : WORLD POPULATION

http://en.wikipedia.org/wiki/Image:World_population.PNG

5/19/2017

21

Population - Paddy Production – Consumption : iNDONESIA

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

350,00

400,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

1950 1970 1990 2010 2030 2050

Population - Paddy Production - Paddy Consumption

Population (Million) Paddy Production Paddy Consumption

Pad

dy

(millio

n t

on

)

Population Production/Consumption

Po

pu

lati

on

(millio

n)

5/19/2017

22

MODIFIED LOWLAND ENVIRONMENT FOR SETTLEMENT &

FOOD PRODUCTION

Memerlukan: + 7 steps

Survey, Investigation, Design, Land Aqcuisition., Construction, Operation, Maintenance

Pilihan ketiga dan merupakan upaya terakhir yaitu kita merubah Kondisi Alam dan Lingkungan Rawa (MODIFIED LOWLAND

ENVIRONMENT FOR SETTLEMENT,

FOOD PRODUCTION, SUSTAINABILITY)

5/19/2017

23

Level DAS Musi

Level Ekosistim

Level Sub-Das Merang-Kepahiyang

Level Sistim Drainase

Level Akar Tanaman

Tata Kelola Air (Water Management)

Hidrotopografi, Tata Guna Lahan/ Land-Use, KHG

Gambar . Zonasi daerah rawa lebak berdasarkan tingkat ketergenangan Lahan (Ditjen Pengairan, DPU, 1996)

5/19/2017

24

Terbentuknya Delta dan Daerah Rawa Pasang Surut

Gambar . Hidrotopografi lahan yang mendapat pengaruh pasang surut air laut : Kategori I (tipe A), Kategori II (Tipe B), Kategori III (Tipe C), dan kategori IV (Tipe D) (Ditjen Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, 1996).

Lowland Development in South Sumatera

5/19/2017

25

Lowland Development in Jambi Province

Lowland Development in South Kalimantan

Danda Besar

Terantang Jejangkit

Belandean

Tabunganen

Jelapat

Sei Muhur

Sei Seluang

Barambai Belawang

5/19/2017

26

Rawa Reklamasi Pasang Surut untuk Tanaman Pangan

Total luas areal yang telah direklamasi sampai tahun 2010 ini adalah 373.000 ha (BSWVIII, 2010), diantaranya di: Delta Upang

(8.423 ha), Cinta Manis (6.084 ha), Delta Telang I (26.680 ha), Delta Telang II (13.800 ha), Delta Saleh (19.090 ha), Air Sugihan Kiri

(50.470 ha), Air Sugihan Kanan (31.140 ha), Pulau Rimau (40.263 ha), Karang Agung Hulu (9.000 ha), Karang Agung Tengah

(30.000 ha) dan Karang Agung Hilir (20.317 ha)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin, 2013

DISTRIBUSI PDRB KABUPATEN BANYUASIN MENURUT LAPANGAN USAHA ADHB DENGAN MIGAS TAHUN 2014

5/19/2017

27

No Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)

1 Padi 191.448 812.194

2 Jagung 6.966 26.040

3 Kedelai 213 317

4 Kacang Tanah 255 316

5 Kacang Hijau 193 256

6 Ubi Kayu 2.181 34.093

7 Ubi Jalar 551 3.888

KONTRIBUSI PRODUKSI PADI BANYUASIN

TERHADAP SUMATERA SELATAN TAHUN 2010

BPS Kab. Banyuasin TAHUN 2012

Sumber Data : Dinas Pertanian dan Perternakan Tahun 2012

Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan Kondisi Musim Kemarau 2015 (kanan) dan Musim Hujan (kiri)

5/19/2017

28

Kondisi Lahan dan Tanaman Padi 7-8 ton/ha/Musim di Telang - Saleh – Tahun 2009 (Community based development)

5/19/2017

29

Tanaman Semangka

Kegiatan Panen Semangka

5/19/2017

30

Prontok Jagung ber-Kelobot

5/19/2017

31

jembatan, pintu, saluran

di daerah reklamasi rawa

sebelum di upgrade

setelah di upgrade

Pola Pemukiman dan Penataan Ruang

5/19/2017

32

Tata Air Rawa untuk tujuan:

Tanaman Pangan

Padi, Semangka, Jagung,

Kelapa Dalam,

Sagu,

Pinang, Rotan,

Tales, Nanas

Kelapa Sawit,

Hutan Tanaman Industri

Perikanan

Peternakan – Kerbau Rawa

5/19/2017

33

Tata Air di Lahan Basah ada 5 :

1. Konservasi

2. Adaptasi - menyesuaikan

3. Modifikasi terencana - merubah

4. Modifikasi tidak terencana

5. Revitalisasi – penataan ulang (PP 71 2014 jo PP57 2016 – Permen LHK 14, 15, 16, 17)

Water table profile under modified rooting zone condition

(with surface or subsurface drainage systems) (Skaggs, 1990c)

Consideration on topography and natural layout for the drainage systems

development (contour) (Skaggs, 1990d)

5/19/2017

34

Water Balance Components Within the Root Zone

Sebaran kelembaban tanah pada

kondisi muka air tanah tinggi dan

permukaan lahan yang tidak rata

(Skaggs, 1990a)

Perkembangan akar tanaman pada

kondisi muka air tanah dangkal (kiri,

30 cm dari permukaan tanah) dan

muka air tanah dalam (kanan, 60 cm

dari permukaan tanah) (Skaggs,

1990b)

5/19/2017

35

RAWA PASANG SURUT

Pola hujan bulanan di Jambi-Sumsel dan Riau

Perioda Juni – Agustus akan lebih kering dari perioda Februari - Maret

5/19/2017

36

Pasang Surut Sungai Musi

Agustus 2004 - Juli 2006

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.08

/1/2

00

4

9/1

/20

04

10

/1/2

00

4

11

/1/2

00

4

12

/1/2

00

4

1/1

/20

05

2/1

/20

05

3/1

/20

05

4/1

/20

05

5/1

/20

05

6/1

/20

05

7/1

/20

05

8/1

/20

05

9/1

/20

05

10

/1/2

00

5

11

/1/2

00

5

12

/1/2

00

5

1/1

/20

06

2/1

/20

06

3/1

/20

06

4/1

/20

06

5/1

/20

06

6/1

/20

06

7/1

/20

06

Waktu (hari)

Tin

gg

i Mu

ka

Air

(c

m)

Pasang Surut

Fluktuasi Muka Air Tanah terkait amblesan gambut, sirkulasi air, keasaman tanah dan air, lapisan potensi sulfat masam, kebakaran hutan dan lahan, optimalisasi lahan

5/19/2017

37

Sistim Drainase : Alami dan Buatan kondisi makro- DAS meso- mikro - Lahan TATA AIR

Tata Guna Lahan/ Land-Use

5/19/2017

38

Kesatuan Hidrologis Gambut

(KHG)

sebagai basis pengelolaan

Fungsi Lindung

Fungsi Penyangga Fungsi Budidaya

Kondisi Lahan, Sebaran, Kedalaman Gambut

5/19/2017

39

Survai Tanah Mineral dan Gambut - Pemetaan

Kondisi vegetasi rawa di lokasi

Desa Pedamaran.

Pengeboran dititik 47, vegetasi

dominan kumpai&purun, kedalaman

gambut 3,5 m, karakteristik

kematangan saprik-hemik

Kondisi lahan rawa yang

terbakar

Lokasi survey yang ditanami padi

sonor Perkampungan nelayan

Jungkal Pengeboran di titik 77, vegetasi

dominan pakis&perpat, kedalaman

3,5 m, karakteristik kematangan

saprik-hemik

5/19/2017

40

Peta lokasi dan titik pengamatan kegiatan survai gambut Kecamatan Pedamaran – Pampangan

Kedalaman Gambut

-7,00

-6,00

-5,00

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

Titik Pengeboran (500 m)

Kete

bala

n G

am

bu

t (m

)

-8,00

-7,00

-6,00

-5,00

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101

Titik Pengeboran (500 m)

Kete

bala

n G

am

bu

t (m

)

Tanjung Serang – Talang Seridang Tujuh

Pedamaran I – Jungkal

5/19/2017

41

Grafik Kedalaman Gambut

-6,00-5,00-4,00-3,00-2,00-1,000,00

58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97

Titik Pengamatan

Ke

da

lam

an

Ga

mb

ut

Grafik Kedalaman Gambut Penyabungan – Lebung Hitam

-8,00

-7,00

-6,00

-5,00

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657

Titik Pengamatan

Ked

alam

an G

amb

ut

Grafik Kedalaman Gambut Sugihan –Lebung Gajah

5/19/2017

42

Hot-spots in lowlands as recorded by sattellite

Lokasi Penelitian

• Kecamatan Tulung Selapan kab OKI • Jalur Air Sugihan Lebung Gajah • Penyabungan Lebung Hitam

5/19/2017

43

vegetasi pakis dan perpat di titik 79 jalur Penyabungan – Lebung Hitam setahun

setelah terbakar

Tanaman gelam yang tidak terbakar dititik 4 jalur Air Sugihan

– Lebung Gajah

vegetasi pakis di titik 77 jalur

Penyabungan – Lebung Hitam

JEJAK KEBAKARAN

Kebakaran terjadi oleh kegiatan penduduk setempat yang membuka lahan untuk pengembangan perkebunan atau penanaman kelapa sawit

5/19/2017

44

Grafik Kedalaman Gambut

-6,00-5,00-4,00-3,00-2,00-1,000,00

58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97

Titik Pengamatan

Ke

da

lam

an

Ga

mb

ut

Grafik Kedalaman Gambut Penyabungan – Lebung Hitam

-8,00

-7,00

-6,00

-5,00

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657

Titik Pengamatan

Ked

alam

an G

amb

ut

Grafik Kedalaman Gambut Sugihan –Lebung Gajah

Permukaan Lahan

KETERANGAN :

= Muka Air Tanah (MAT) di Lahan

= Muka Air Saluran (MAS) di Saluran Air/Drainase

Ekstrim Rusak

Sanksi Hukum

Rusak

Pembinaan

Bulan Kering (Kemarau)

5/19/2017

45

Pengelolaan Muka Air Tanah – MAT (Water Table Management) dan Tata Saluran : Definisi, Metoda, Analisis; Drainase bebas (free drainage), drainase terkendali (controlled drainage) dan irigasi bawah permukaan (sub-irrigation)

Grafik Kedalaman Gambut

-6,00-5,00-4,00-3,00-2,00-1,000,00

58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97

Titik Pengamatan

Ked

alam

an G

ambu

t

Grafik Kedalaman Gambut Penyabungan – Lebung Hitam

-8,00

-7,00

-6,00

-5,00

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930313233343536373839404142434445464748495051525354555657

Titik Pengamatan

Ked

alam

an G

amb

ut

Grafik Kedalaman Gambut Sugihan –Lebung Gajah

5/19/2017

46

Kedalaman Muka Air Tanah (Water table) – Pilihan Basah atau Kering ?

Muka air tanah di lahan peralihan antara LU I dan LU II pada petak tersier 4, P10-2S periode Agustus

2004-Oktober 2006

-1.000

-0.800

-0.600

-0.400

-0.200

0.000

0.200

0.400

0.600

0.800

1.000

1

Hari ke-

kedala

man m

uka a

ir tan

ah

Muka air tanah di di LU II pada petak tersier 12, P10-2S periode Agustus 2004-Oktober 2006

-1.600

-1.400

-1.200

-1.000

-0.800

-0.600

-0.400

-0.200

0.000

0.200

0.400

1 31 61 91 121 151 181 211 241 271 301 331 361 391 421 451 481 511 541 571 601 631 661 691 721 751 781 811

Hari ke-

kedala

man m

uka a

ir tan

ah

Berapa kedalaman muka air tanah yang ingin dijaga ? - 40 cm … PP Gambut ? Pedum Tata Kelola Air KLHK 2015

Peralatan Monitoring Muka Air Tanah/ Saluran

Pipa berlubang (Wells)

dan

Papan duga (Pieschaal)

5/19/2017

47

Fluktuasi Muka Air Tanah di P10-2S Delta Saleh

Agustus 2004 - Juli 2006

-1.400

-1.200

-1.000

-0.800

-0.600

-0.400

-0.200

0.000

0.200

8/1

/20

04

9/1

/20

04

10

/1/2

00

4

11

/1/2

00

4

12

/1/2

00

4

1/1

/20

05

2/1

/20

05

3/1

/20

05

4/1

/20

05

5/1

/20

05

6/1

/20

05

7/1

/20

05

8/1

/20

05

9/1

/20

05

10

/1/2

00

5

11

/1/2

00

5

12

/1/2

00

5

1/1

/20

06

2/1

/20

06

3/1

/20

06

4/1

/20

06

5/1

/20

06

6/1

/20

06

7/1

/20

06

Waktu (hari)

Ke

da

lam

an

Mu

ka

Air

Ta

na

h (

m)

OT4.4 OT12.4

jembatan, pintu, saluran

di daerah reklamasi rawa

sebelum di upgrade

setelah di upgrade

5/19/2017

48

Hotspot, Firespot, Kebakaran Hutan dan Lahan, Restorasi Gambut

Inpres 1 tahun 2016,

Badan Restorasi Gambut

Target restorasi gambut 2016-2020,

Peta indikatif Restorasi Gambut

Pemahaman Lokasi Terbakar – Problem Tree

Lokasi titik api dan daerah terbakar relatif sama dari tahun ke tahun yg menandakan masalah nya tetap belum selesai selama bertahun tahun …….masyarakat tetap tidak sejahtera

2006 2002 1997

5/19/2017

49

Kelembagaan, Gakum, dan Peningkatan Kapasitas

INPRES 11 tahun2015

PP Gambut – 71/2014

Edaran Menteri KLHK 3 Nov 2015: Larangan pembukaan lahan gambut

Instruksi Sekjen KLHK 5 Nov 2015: Pengelolaan Lahan Gambut

……………………dst

Rencana Kerja Badan Restrorasi Gambut

Merubah paradigma Penanggulangan ke Pencegahan – Lively Hood …masyarakat

……………………..dst

5/19/2017

50

Penentuan Titik Pantau Muka Air Tanah, Pengamatan dan Analisis Data: Maksud dan Tujuan, Metoda dan Cara Kerja, Analisis Hasil Pemantauan

Jaringan Reklamasi untuk Tata Air

perlu:

survey investigation

designland acquisition contruction operation maintenance costly

5/19/2017

51

Lahan Inti Kebun Sawit dikelola dengan baik dan

berproduksi

Lahan Masyarakat Plasma

Tak ada informasi Lengkap

Potensi Terbakar Tinggi

PP-71 jo PP57: - 40 cm (SEW-40) Analisis Data Fluktuasi Muka Air Lahan secara rentang waktu (Time Series) dan keruangan (Spatial)

5/19/2017

52

PENGUKURAN MUKA AIR

DI LAHAN

5/19/2017

53

PENGUKURAN TINGGI MUKA AIR TANAH (MAT) PADA LAHAN GAMBUT BUKAN PADA KANAL

CARA : MANUAL

SEMI OTOMATIS OTOMATIS

5/19/2017

54

1 kompartemen

= 1 lokasi

pemantauan

1 kompartemen =

1 lokasi

pemantauan

Pengukuran muka air tanah dilakukan pada titik penaatan yang telah ditetapkan.

Penentuan titik penaatan harus didasarkan pada karakteristik lahan, topografi, zona pengelolaan air, kanal dan/atau bangunan air.

SEBARAN Lokasi pemantauan mewakili 15% (lima belas per seratus) dari luas keseluruhan area konsesi

SEW-40 BULANAN HIDROTOPOGRAFI B

Tata Kelola Air: Konsep SEW-40

5/19/2017

55

SEW-40 HARIAN HIDROTOPOGRAFI B

Tata Kelola Air: Konsep SEW-40

SEW-40 BULANAN HIDROTOPOGRAFI C

Tata Kelola Air: Konsep SEW-40

5/19/2017

56

SEW-40 HARIAN HIDROTOPOGRAFI C

Tata Kelola Air: Konsep SEW-40

HASIL PERHITUNGAN SEW-40

Tata Kelola Air: Konsep SEW-40

Parameter SEW-40 Harian SEW-40 Bulanan

HIDROTOPOGRAFI B:

MAT tertinggi (cm dari permukaan lahan) +10,6 +0,6

MAT terendah (cm dari permukaan lahan) -51,4 -46,4

Frekuensi genangan air di lahan 59 16,16 % 1 8,33 %

Frekuensi kedalaman MAT kurang dari 40 cm 355 97,26 % 11 91,67 %

Frekuensi kedalaman MAT lebih dari 40 cm 10 2,74 % 1 8,33 %

HIDROTOPOGRAFI C:

MAT tertinggi (cm dari permukaan lahan) +4,3 -8,7

MAT terendah (cm dari permukaan lahan) -80,7 -78,7

Frekuensi genangan air di lahan 7 1,92 % 0 0 %

Frekuensi kedalaman MAT kurang dari 40 cm 150 41,10 % 3 25 %

Frekuensi kedalaman MAT lebih dari 40 cm 215 58,90 % 9 75 %

5/19/2017

57

5/19/2017

58

Diskusi Tata Air dgn District Manager HTI Jambi dan Sumsel Desember 2013 di Sumsel

Peninjauan Lapangan dan Diskusi di areal PT SHP – Sumsel (tahun 2015 – tidak terbakar dan aman dari api)

5/19/2017

59

Pulp Wood Development – Sinarmas Forestry Jambi, July 19-22, 2011

Dikusi dan Kunjungan ke RD - PT WKS Jambi – Agustus 2013

5/19/2017

60

Sosialisasi di Muara Sugihan

Suasana Kegiatan Sosialisasi

5/19/2017

61

Multi

stakeholders

partisipation on

Integrated

Lowland

Development in

Banyuasin

district, South

Sumatra

PERUM BULOG Dep. PU

Universitas Sriwijaya Institut Pertanian

Bogor

Departemen

Pertanian

Jerman

Batan Balit Padi PolyAgro

Pemkab Banyuasin

Malaysia Jepang Belanda

Komisi II DPR-RI

China Australia & Korea

BPTP Sumsel- Deptan

INS

Komisi III DPR-RI

Penjelasan tentang Daerah Rawa, Telang I, Banyuasin, 24 Maret 2003

Presiden Republik Indonesia

5/19/2017

62

Kunjungan Komisi IV DPR RI Februari 2015 ke KTM Telang

Students Lowland Soil Judging Contest, Dec 2008, Telang, Banyuasin, South Sumatra

15 groups of 3 stdns from

UGM

IPB

Unpad

UNS

Unila

Unja

Usu

Unri

Unlam

5/19/2017

63

Diploma Awarding DD3 - Master on Integrated Lowland Development and Management, Unesco-IHE, February 2012

INTEGRATED LOWLAND DEVELOPMENT & MANAGEMENT IN

SUMSEL, JAMBI, RIAU, KALBAR, KALTIM, KALSEL, KALTENG, KALTARA

5/19/2017

64

127

KONSEP PEMULIHAN EKOSISTEM

GAMBUT

RESTORASI

REVITALISASI

LAW & ORDER

REHABILITASI

FUNGSI HIDROLOGIS

Sekat kanal

Penimbunan kanal

Pemompaan?

Sumur bor?

KEMANDIRIAN

Pertanian

Perikanan

Peternakan

Hasil hutan non kayu, dll

PENGATURAN

Kelembagaan

Insentif-disinsentif

Penegakan hukum

VEGETASI

Suksesi alami

Revegetasi

Silvikultur

Paludikultur

Agroforestri

FAHAMI KONSEPNYA

128

RUMAH

2 1

3

4

6

5

7

LADANG

Sayur & buah

AGROFORESTRI &

PETERNAKAN

PRODUK NON KAYU &

PRODUK KAYU

KOLAM IKAN

GAMBUT FUNGSI LINDUNG

CONTOH DESAIN PENATAAN PEMANFAATAN RUANG DI EKOSISTEM GAMBUT

5/19/2017

65

FAKTOR KEBERHASILAN DALAM PELAKSANAAN PEMULIHAN EKOSISTEM GAMBUT

SINERGI PARA PIHAK

MASYA RAKAT

SETEMPAT

FASILI TATOR

UNIVER SITAS

KERJASAMA ANTARA KLHK, UNIVERSITAS, FASILITATOR, PEMDA DAN MASYARAKAT SETEMPAT

SKEMA:

MOU ANTARA KLHK DAN UNIVERSITAS

PEREKRUTAN FASILITATOR DARI DAERAH SETEMPAT OLEH UNIVERSITAS

PELATIHAN FASILITATOR OLEH KLHK

PENYUSUNAN RKM OLEH MASYARAKAT BERSAMA FASILITATOR

PEMBUATAN SEKAT KANAL

IKLH GAMBUT PEMULIHAN

RPPEG APA YANG

KITA PUNYA

130

5/19/2017

66

Penutup

Walaupun pengertian lahan basah sangat luas, namun ada hal yang menjadi pemersatu (common denominator) yaitu air sebagai pengendali watak dan perilaku lahan.

Untuk itu kuasailah ilmu nya untuk mempermudah pekerjaan Bapak/ Ibu