meningkatkan peranan dan tanggung jawab profesi hukum

14
485 MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM DALAM PEMBANGUNAN SEBAGAI PENGAMALAN P ANCASILA MENJELANG TH. 2000 *) L- · -------- Oleh : Bismar Siregar S.H. PENDAHULUAN Janganlah anda bercuriga disampaikan salam tersebut di atas, karena salam demikian adalah perwujudan doa se- orang hamba, tanpa memilih temp at, waktu serta golongan kepada Allah Yang Maha Kuasa (istilah resmi, vide alinea ketiga Pembukaan UUD 1945). Salam tersebut diucapk;ln sekarang, bukan lagi hanya oleh dan dikalangan umat Islam, tetapi telah menjadi salam nasional. Perhatikan dalam Sidang DPR sete· lah salam bersalam bermohon doa, adalah sesuai akhlak yang ber-Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa Sila pertama Pancasila, dasar negara serta hukum dan keadilan di negara yang ada dan lestari hanya atas berkat dan rakhmat- Nya, dilanjutkan dengan tahmid - Al- hamdulillah - serta Haleluya ! Dua istilah yang lazim diucapkan. Haleluya oleh insan beragama Nas- rani, dan Alhamdulillah oleh umat Islam. Bila ada ucapan yang bermak- sud sarna dalam ajaran agama Hin:- dhu, Budha tidak salah dimasyara- katkan karenanya bertujuan mening- katkan takwa kepada Allah Yang *) Sirnposium PERSAHI dalam rangka Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke41. Maha Kuasa (GBHN tentang Pola Pendidikan Nasional). Mungkin ada yang sIms menang- gapi - jangan campur-adukkan iman an tar agama itu. Biarlah masing- masing beribadah sesuai imannya. Bila ada sinisme demikian, ada benarnya sepanjang perwujudan ibadah huburtg- an vertikal manifestasi iman kepada Khalik Maha Pencipta. Tetapi tidak benar, bila menyangkut hubungan an- tar sesama, saling berdoa untuk ke- maslahatan sesama pertanda syukur kepadaNya. la, sungguh Maha di-Atas Segala. la, tidak buta bahasa. Kalaupun ada yang menjadi nilai perhatian adalah NIAT - yang berpangkal dalam hatL Innama imalu bin niati -garis hu- kum dalam Islam . Marilah kita dari hati yang tulus serta ikhlas secara khusuk pula ber- tasyakur kepada Allah Yang Maha Kuasa atas kurnia dan rakhmat· , , nya - Kemerdekaan bangsa dan ne- gara telah berusia 41 tahun. Tasyakur disertai amal dan inilah yang dilakukan PERSAHI sekarang ini. POKOK MASALAH : Adalah merupakan kebahagiaan ter- sendiri, ikut mengemukakan pendapat dalam forum, kecuali sifatnya yang terbuka juga terhormat, dihadiri tokoh terpelajar, diadakan oleh organisasi Oktaber 1986

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

485

MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM DALAM PEMBANGUNAN SEBAGAI

PENGAMALAN P ANCASILA MENJELANG TH. 2000 *)

L-·-------- Oleh : Bismar Siregar S.H.

PENDAHULUAN

Janganlah anda bercuriga disampaikan salam tersebut di atas, karena salam demikian adalah perwujudan doa se­orang hamba, tanpa memilih temp at, waktu serta golongan kepada Allah Yang Maha Kuasa (istilah resmi, vide alinea ketiga Pembukaan UUD 1945).

Salam tersebut diucapk;ln sekarang, bukan lagi hanya oleh dan dikalangan umat Islam, tetapi telah menjadi salam nasional.

Perhatikan dalam Sidang DPR sete· lah salam bersalam bermohon doa, adalah sesuai akhlak yang ber-Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa Sila pertama Pancasila, dasar negara serta hukum dan keadilan di negara yang ada dan lestari hanya atas berkat dan rakhmat­Nya, dilanjutkan dengan tahmid - Al­hamdulillah - serta Haleluya !

Dua istilah yang lazim diucapkan. Haleluya oleh insan beragama Nas­rani, dan Alhamdulillah oleh umat Islam. Bila ada ucapan yang bermak­sud sarna dalam ajaran agama Hin:­dhu, Budha tidak salah dimasyara-

katkan karenanya bertujuan mening-katkan takwa kepada Allah Yang

*) Sirnposium PERSAHI dalam rangka Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke41.

Maha Kuasa (GBHN tentang Pola Pendidikan Nasional).

• • Mungkin ada yang sIms menang-gapi - jangan campur-adukkan iman an tar agama itu. Biarlah masing­masing beribadah sesuai imannya. Bila ada sinisme demikian, ada benarnya sepanjang perwujudan ibadah huburtg­an vertikal manifestasi iman kepada Khalik Maha Pencipta. Tetapi tidak benar, bila menyangkut hubungan an­tar sesama, saling berdoa untuk ke­maslahatan sesama pertanda syukur kepadaNya.

la, sungguh Maha di-Atas Segala. la, tidak buta bahasa. Kalaupun ada yang menjadi nilai perhatian adalah NIAT - yang berpangkal dalam hatL Innama imalu bin niati -garis hu­kum dalam Islam .

Marilah kita dari hati yang tulus serta ikhlas secara khusuk pula ber­tasyakur kepada Allah Yang Maha Kuasa atas kurnia dan rakhmat· , , nya - Kemerdekaan bangsa dan ne­gara telah berusia 41 tahun.

Tasyakur disertai amal dan inilah yang dilakukan PERSAHI sekarang ini.

POKOK MASALAH :

Adalah merupakan kebahagiaan ter­sendiri, ikut mengemukakan pendapat dalam forum, kecuali sifatnya yang terbuka juga terhormat, dihadiri tokoh terpelajar, diadakan oleh organisasi

Oktaber 1986

Page 2: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

486

yang menaruh perhatian bagaimana mengupayakan tegaknya hukum dan keadilan dalam pembangunan negara dan bangsa menyongsong satu . era berakhirnya abad ke-20. Menyinggung kurun waktu berakhirnya abad ke-20 bukan tidak bermakna apa-apa. Ada maksud dan tujuan paling tidak, tekan perhatian. Kebahagiaan itu akan lebih berganda maknanya, mengingat yang dibicarakan seperti tersebut di atas tekad dan keinginan mengupaya­kan peningkatan peranan dan tang­gung jawab profesi hukum/ dalam pem­bangunan, diamalkan berdasarkan Pan­casHa. Ada tiga titik taut yang paut menjadi catatan: a. Tekad dan kesadaran meningkatkan

peran dan tanggung jawab profesi hukum.

b. Hukum yang menunjang pemba-ngunan sebagai pengamalan Panca­sila.

c. Waktu yang dijangkau menjelang tahun 2000. Yang ingin saya utarakan ialah:

"Apa sebab peningkatan peran dan fungsi pengabdian hukum menjelang tahun 2000 ?"

Apakah peran dan tanggung jawab itu sekedar dan sebatas menje­lang tahun 2000? Ataukah juga kurun waktu sebelumnya ? Juga yang ada se­karang ? Patut pula menjadi topik pembicaraan ?

Pertanyaan yang sebenarnya sudah tahu jawabannya, tetapi sekedar meng­gugah hati dan pikiran, agar lebih se­marak pembicaraan, apa salahnya diulangi. Tanpa belajar dari sejarah, kita tidak mungkin mengarahkan seja­rah. Mungkin ditinggalkan sejarah.

Sejarah dan belajar dari sejarah ada­lah prasyarat melihat keadaan. Mene­kuni apa yang berlalu, mempertanya-

Huhum dan Pembangunan

kan apa yang akan terjadi, kemudian menyimpulkan apa setepatnya sikap hari selanjutnya adalah tujuan simpo­sium ini. Dan itulah tuntutan dan cara berpikir yang ilmiah, apalagi yang menyangkut ilmu tentang manusia ber­masyarakat. Sekedar ungkapan hati mengapa diberi ancang-ancang batas waktu menjelang tahun 2000? Bu­kankah perhitungan tahun 2000 hasil pemikiran dibuat manusia? Tidak ada keinginan mengurangi nilai hitung

waktu demikian - Tidak ! Mungkin ada manfaatnya diu tarakan ketentuan Tuhan tentang waktu.

Ia tidak menentukan sejam, sehari , sebulan , setahun - TIDAK ! Tuhan sangat m~mperhatikan ten tang waktu, sampai bersumpah : 1. "Demi masa . 2. Sungguh, manusia dalam kerugian. 3. Kecuali mereka yang beriman dan

melakukan amal kebaikan, saling mengajari kebenaran dan safing mengajari kesabaran. (Surat AI'Ashr 103: 1- 3). .

"Sungguh! Dalam penciptaan langit dan bumi. Dan dalam pergantian malam dan siang. Ada tanda-tanda bagi orang yang menggunakan pikiran. (Surat Ali Im­ran 3 : 190).

Memahami makna sumpah juga pe­ringatan Tuhan tersebut, Ia tidak ber­kata - demi besok, demi lusa, tidak! Tetapi demi masa malam dan siang. Sumpah dan peringatan ditujukan ke­pada HambaNya. Masa tidak dapat memisahkan dari diri seseorang. Oleh sebab itu sekali lagi tanpa ingin me­ngurangi makna tema - tentang Pe­ningkatan peran dan tanggung jawab profesi hukum menjelang tahun 2000, apa salahnya ditekankan tuntutan pengalaman itu sejak saat ini. Agar ti-

Page 3: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

T4nggung J4W4b Protes; Hukum

dak tergolong yang merugi dengan memperhatikan, apa yang terjadi dalam pergantian an tara siang dan ma­lam itu. Mungkin ada pula yang berkata: "Jangan! Jangan bawa firman Tuhan dalam simposium ini ! Yang dibicarakan di sini, bukan aga­rna, apa pun nama agama itu, tetapi hukum".

Sekali lagi, sungguh saya bermohon maaf, bila kehadiran saya membawa­kan makalah ini, tidak atau kurang mencapai sasaran. Adalah wajar, bila ada yang berkesimpulan demikian. Saya tidak menyesali , bila kita belum sarna pendapat. Sikap saya sangat se­derhana. Bilapun kita berbeda penda­pat, dan itu pertanda kita manusia, biarlah saya yang keliru pendapat. Justru dalam kekeliruan itu dipetik hikmah, kemanusiaan. Hanya manusia yang terbuka, berbeda terutama beda pendapat. Karena perbedaan itulah baik secara lahir-bathiniyah manusia meningkat dan berkembang memben­tuk sejarah, Sejarah kamanusiaan yang terus beralih dan berubah, sangat ber­gantung dari nilai kemanusiaan itu sen­diri.

Perbedaan - tidak selalu dalam ja­lur yang konstruktif. Moral di sam­ping akal yang ada dalam diri si manu­sia berperan menentukan. Ada kalanya kadar nilai moral kurang memberi

warna bagi kemanusiaan itu, bukan mustahil si manusia itu tidak disebut manusia. la merosot menjadi binatang, bahkan lebih kejam dari binatang iro­nis. Bukan sekali bukan dua kali. Seja­rah mencatat, kehancuran umat manu­sia sebutlah umat nabi Luth, karena nilai moral telah dilanggar. Tuhan meluluh-hancurkan, akibat perbuatan sendiri.

-.

487

Contoh sekarang di antara negara adi kuasa - sarna berkata ingin men­ciptakan kehidupan bangsa yang damai di dunia: Tetapi apa nyatanya? Justru berlomba menciptakan senjata muta­khir - dalam bentuk yang tidak ter­perikan daya penghancurannya. Ten­tang adanya kenyataan seperti ini, tidak perlu gelisah, tidak perlu resah kembalikan kepada Pencipta Tuhan dalam surat Ali lmran tersebut di atas. Dan yang perlu ialah, mari membe­nahi diri - agar ikut diperhitungkan oleh siapa pun juga. Dan bukan bersombong diri, bukan bertakabur, karena sifat itu tidak diridhoi Tuhan kita memiliki landasan sikap dan ber­pikir - PANCASILA. Sebutlah am­puh.

Biarlah ada yang meragukan, keam­puhan Pancasila membenahi kehidup­a:n antar umat, demikian pula antar bangsa - Kita tidak perlu meminta simpati, karena kita yakin - Pancasila mempunyai nilai yang mendapat berkat dan ridho Allah Yang Maha Kuasa. Pengamalan sila 1.

MORAL P ANCASILA:

Disebut moral Pancasila, bukan hu-•

kum Pancasila. Pancasila bukan seke-dar hukum, ia lebih dari itu. Disebut sumber dari segal a sumber hukum. Tetapi sekedar bersebut tanpa diiringi penalaran, penjabaran dan penerapan, namanya baru sekedar berucap belum beramal. Untuk sampai beramal tidak cukup sekedar tahu dan mengetahui, tetapi harus lebih dahulu dihayati.

Pancasila itu sendiri tidak memberi rumusan terperinci tentang hukum. Pancasila hanya terdiri dari lima ru­musan sila, terdiri dari nilai iman -tauhid, sila pertama Ke-Tuhanan Yang

Oktaher 1986

Page 4: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

488

Maha Esa. Justru sila pertama inilah yang memberi ciri khas tentang ne­gara dan bangsa dibandingkan dengan negara-negara lain. .

Kita tidak menyatakan diri sebagai negara agama, karena di negara ini ada beberapa agama yang diakui sarna ke­wajiban dan kedudukannya dalam kehidupan negara dan bangsa. Juga negara tidak menyampingkan faktor agama - yang berindentitas Ke-Tu­hanan Yang Maha Esa. Bahkan unsur Ke-Tuhanan Yang Maha Esa itu secara sadar dan sengaja ditempatkan se bagai sila pertama. Pengertiannya, kalaupun ada empat sila lainnya -yang dianut oleh negara dan bangsa lain pada umumnya, tetapi penjabaran, penalaran, penerapan keempat sila itu harus bersesuaikan dengan sila per­tama Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Kita tidak per/u berkiblat ke benua lain itu, walaupun bukan berarti serta merta menolaknya.

PANCASILA FILSAFAT BANGSA

DapatJah dipahami makna Pancasila sebagai kesatuan filsafat bagi kehidup­an bangsa. Tidak seorangpun di an tara kita yang meragukan, walaupun Panca­sila sebagai kesatuan yang bulat, na­mun dalam penalaran, penjabaran dan terutama penerapannya sila pertama yang paling menentukan.

Tentang inipun bukan tidak beralas­an , kecuali ditetapkan sebagai sila pertama, juga pengakuan - ada serta lahirnya - negara dan bangsa yang merdeka - hanya ata,s berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa, karenanya tepat yang dijCj.dikan dasar negara ada­lah Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

Dan yang paling mengesankan sete­lah segalanya itu - dan tentu sampai

Hukum dan Pembangunan

pada ke Undang-Undang yang me-•

nentukan peradilan dilaksanakan: "DE-MI KEADILAN BERDASAR KETU­HANAN YANG MAHA ESA", bukan sekedar berkebetulan bukan pula sekedar memenuhi secara formal - as­pirasi bangsa yang ber-Tuhan, bukan.

Kesemuanya itu untuk dilaksana­kan oleh setiap yang mengakui ber­bangsa Indonesia umumnya dan oleh mereka yang bergerak dalam profesi hukum khususnya - dan oleh para Hakim terutamanya. Karena sungguh tepat bila Pancasila yang diakui seba­gai filsafat bangsa - juga dise but filsa-

, fat hukum, bahkan sumber dari segala sumber hukum.

Bilam;ma ada pihak yang berkebe­ratan atas keyakinan demikian dengan alasan bagaimana mungkin menjadikan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, sedangkan Pancasila itu sendiri hanya terdiri dari lima sila - yang rumusannya sudah terba­tas. Pandangan semen tara Sarjana Hu­kum, bila ada yang seperti itu, karena ia mungkin mempergunakan pola pikir dan pola pandangan berdasar kaca­mat a Barat. Tidak bermaksud menya­takan cara pandangan demikian salah . tidak ! Hanya mungkin patut diperha­tikan untuk memahami filsafat dalam hal ini filsafat Pancasila - yang sila pertamanya Ke-Tuhanan Yang Maha Esa - harus mempergunakan cara pan­dangan yang berdasar oleh semangat dan jiwa Ke-Tuhanan Yang Maha Esa itu.

Dan untik menemukan semangat dan jiwa itu agamalah sumbernya. Singkatnya memahami Pancasila - se­bagai sumber hukum, tidak boleh tidak kit a harus memahami ajaran Tu­han yang tercantum daIam kitab­kitab agamanya.

Page 5: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

Tanggung Jawab Profesi Hukum

Bahwa yang saya yakin dan perea­ya tentang hukumnya antar sesama makhluk tidak akan ada pertentangan, karena semuanya berpijak atas einta dan kasih - yang dipertanggung-jawab­kan kepada Tuhan ada perbedaan ten­tang ear a melaksanakan ajaran agama itu, tidak menjadi halangan, memeliha­ra dan menimbulkan persatuan. Ten­tang ini Islam menetapkan garis: "Ba­gimu agamamu, Bagiku agamaku". (Surat Al Kafiruun: 6).

P ANCASILA SEBAGAI SUMBER HUKUM

Sumber, bukan sembarang sumber, terbatas dan dibatasi ruang lingkup berlakunya, tidak ! Berkata seperti itu - tanpa konsekwen menerima ser­ta ~eterbukaan penjabaran, penalaran sampai penerapannya menjadi hukum yang hidup, berarti membiarkan Pan­easila mandul, tidak bermakna apa­apa. Kita tidak in gin mengkhianati amanah para pendiri kemerdekaan yang sudah tiada yang telah meletak­kan sendi keeuali bernegara juga ber­umat. Menghadapi kenyataan, betapa bedanya antara harapan dan kenyata­an tentang Paneasila ini membuat saya sering berpikir sembari bermenung. Mengapa, kalau dalam setiap saat dan ketika di tempat resmi at au tidak, se­cara umum atau terbatas, Paneasila selalu dijadikan alas dan tujuan pem­bicaraan, tetapi baru sekedar itu?

Tidak habis-habisnya hati bertanya, mengapa kalau sudah sampai dalam kenyataan, khusus di bidang hukum, belum mampu bahkan belum mau seeara konsekuen menerapkan jiwa dan semangat Paneasila itu ?

Dalam renungan itu, adakalanya hampir sampai berputus asa, seakan-

489

akan mustahil bermodal akan menalar­kan, menjabarkan dan menerapkan jiwa dan semanaat hukum konsekwen berdasar Paneasila. Ada yang menu­ding : "Anda jangan berbuat yang bukan-bukan. Anda jangan jadi pe­

'juang sendirian". Tudingan seperti itu membuat diri menjadi ragu hampir sampai bersikap, buat apa harus me­nimbulkan gejolak, apalagi mengun­dang sikap antipati dari sesama !

Terkenang pada saat menjabarkan gagasan tentang penegakan hukum yang selama ini titik beratnya bertu­juan demi kepastian hukum, pada saat diketengahkan pendapat, kalau karena demi kepastian hukum ke­adilan dikorbankan, pilihan ialah, kor­bankan kepastian hukum. Kepastian hukum hanya sarana, tujuan adalah terwujudnya keadilan.

. Terkenang kembali pada sa at me­lemparkan pemikiran, apa yang dise­but "Pemidanaan", jangan andalkan tindak balasan. Prakira kalau sudah di­pidana dengan segala bentuk "deri­ta", si-terpidana akan jera membatal­kan akibat-akibatnya.

. Tetapi akankah kita juga masih ,

meneruskan pola pandang yang demi-kian dalam hukum pidana nasional, diwaktu yang akan datang?

PENJABARAN HUKUM P ANCASILA

Disebut penjabaran hukum Pane a­sila dan bukan penjabaran hukum yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, adalah untuk memantapkan terlebih dahulu makna dan hakikat hukum Paneasila itu. Paneasila telah disepakati, keeuali sebagai filsafat bahkan sumber dari se­gala sumber hukum, mari kit a konse­kuen menghayatinya. Betapa pekanya masyarakat ten tang pengertian Panea-

Oktaher 1986

Page 6: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

490

sila, mau tidak mau patut diterima se­bagai kenyataan dan berupaya men-

cari apa pangkal penyebab yang demi-kian. Untuk maksud itu, tidak salah dikemukakan percakapan di antara dua hamba Tuhan sebagai berikut: A. "Anda berkata, Pancasila adalah

sumber bahkan sumber dari segala hukum. Juga anda sampai berkata, pengamalan Pancasila adalah per­wujudan iman anda. Ajakan say a ! Istighfar sekali lagi istighfar ke­pada Tuhan, jangan sesat di jalan!"

B. "Mengapa anda demikian berkepen­tingan mengajak say a beristighfar?"

A. "Demikianlah, dalam iman saya dan jugaiman anda antar sesama Mus­lim ada kewajiban, bila mengetahui di antara sesama saudaramu itu ada yang dalam kekeliruan, ajak ia kem­bali ke jalan yang benar".

B. "Saya dapat menghargai hati tulus­mu. Alhamdulillah ! U khuwah Islamiyah kita tegakkan. Mungkin saudaraku kita berbeda pendapat menempatkan diri. Oleh Tuhan sen­diri menakdirkan, kecuali ia sebagai yang beriman, juga yang berbangsa. Mungkin sebagai umat satu bangsa, mungkin pula tidak. Dalam hal per­wujudan diri saya sebagai seorang muslim, universil sifatnya umat Muhammad, anda benar. Saya patut beristighfar, sumber hukum kitab suci al Qur'anul karim dan sunnah nabi Muhammad SAW. Tetapi Tuhan sekali lagi menakdir­kan hambaNya, kecuali berumat juga berbangsa dan ten tang bangsa-

berbangsa ini adalah rakhmat dan kurniaNya. Tidakkah and a perhati­kan makna surat AI-Hujarat l3 ? Oleh sebab itu dalam hal sayaber-

. bicara sebagai warga yang ber-bangsa Indonesia itu, Pancasila ada-

Huhum dan Pembangunan

lah sumber dari segala sumber

hukum. Selanjutnya adalah kon­sekuensi iman itu pula, tidak satu­pun di an tara sila Pancasila itu yang bertentangan dengan syari'ah Islam. Justru melalui semangat dan jiwa itulah kehidupan umat yang berbagai itu dapat bersatu dalam wadah Pancasila. Dan bukankah Is­lam juga menebarkan toleransi ber­agama - sebagaimana di firman­kanNya dalam surat al-Haj 40. Sehingga dalam setiap pengamalan Pancasila bila didasari oleh dan dari niat sila pertama ke-Tuhanan Yang Maha Esa , ikrar setiap umat Mu ­hammad termasuk ana dan saya setiap . shalat lima waktu sehari se­malam, Insya Allah tidak ada lagi curiga antara anda dengan saya dan yakinlah mengamaikan Pancasila didasari sila pertama termasuk iba­dah,"pelaksanaan iman!" Sangka buruk termasuk dosa (Surat AI­Hujarat 12). Itulah percakapan di antara dua

hamba seiman sekaligus sebangsa. Ke­simpulan, bahwa orang yang menja­lankan syari'ah agama dengan baik memberi jaminan ia seorang Pancasi­lais. Sebaliknya seorang ' Pancasilais belum tentu seorang agamais. Dan yang demikian tidak bertentangan de­ngan iman yang menegaskan - Tiada Paksaan dalam agama.

Menyimak hasil pembicaraan di atas, sampailah pada kesimpulan , bila akan menjabarkan Pancasila sebagai hukum, mau tidak mau dijabarkan de­ngan hukum yang ber-roh ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

Menjadi pertanyaan selanjutnya: "Apa yang dimaksud dengan ber-roh ke-Tuhanan Yang Maha Esa? Bukan­kah banyak pemahaman tentang Tu-

Page 7: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

TtJnggung Jawab Protesl Hukum

han di negara ini? Masing-masing ten­tu akan menuntut bahwa pengertian Tuhan Yang Maha Esa yang dianut­nyalah yang paling besar dan dite­rapkan?

Pertanyaan itu wajar dan layak. Benar, di negara ini diakui ada bebe­rapa agama yang hak hidupnya dija­min. Bankan bukan hanya yang ber­agama saja yang dijamin, yang menye--but dirinya percaya kepada Tuhan Yng Maha Esa pun diakui kebebasan menjalankan kepercayaannya. (pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945) yang tidak dibenarkan ialah, yang tidak percaya kepada Tuhan Yang Ma­ha Esa, apalagi yang menentang ke­Tuhanan Yang Maha Esa.

Pertanyaan yang mungkin timbul selanjutnya. Ada yang mengaku sya­ri'ah, agamanya meliputi seluruh kehi­dupan manusia. Baik an tar ia dengan Tuhannya, demikian pula antar sesa­rna. Dalam iman agama Islam terkan­dung surat an-am 162/163'. Untuk se­mentara agama demikian disebut dua agama Kristen dan Islam.

Tetapi dari kalangan umat Hindu temyata ada kesadaran untuk mem­perlakukan juga hukum agama Hindu hukum yang hidup , hukum nasional dicetuskan oleh Gde Puja, MA.S.H. HUKUM WARISAN HINDU YANG DIRESIPIR ICE DALAM HUKUM ADAT DI BALI DAN LOMBOK. Ajakan saya mari kit a syukuri ada hasrat demikian agar semakin berse- -maraklah hukum nasional kita dijiwai oleh roh dan semangat Tuhan Yang Maha Esa. Dan kepada para pengabdi hukum adakah anda kolega pendidik ataupun praktisi, mari kit a dengan hati serta niat yang jujur - dengan ucap Bismillah - mengisi hukum na­sional dengan hukum yang bersumber

491

pada Pancasila, tetapi dijiwai roh ke­Tuhanan Yang Maha Esa.

PENJABARAN HUKUM YANG BER­KETUHANAN YANG MAHA ESA

Mengamati hukum yang berlaku sekarang ini, siapa pun tidak akan me­nyangkal, bahwa apa yang disebut hu­kum yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, masih jauh dari harapan. Akibat adanya kenyataan demikian sampai Presiden dalam pertemuan dengan Pemuncak Penegak Hukum tanggal 15 Juni 1984 di Bina Graha an tara lain berkata sebagai berikut: 1. "Salah satu penghambat dalam pe­

negakan hukum menuju keadilan, adalah karena para pengabdi-peng­abdi hukum masih. mempunyai pandangan yang belum SATU. Hal ini sebenarnya juga karena aki­bat dan pengaruh dari pendidikan yang mereka peroleh, yakni mereka yang termasuk senior-senior, pendi­dikannya dari Barat dan mereka kemudian juga memberikan pelajar­an di mana-mana".

2. "Para pengabdi hukum harus dapat "menempatkan diri sebagai potensi yang turut serta dalam perjuangan mencapai cita-cita terse but. Para pengabdi hukum dan penegak hu­kum sesungguhnya merupakan sa­lah satu unsur dalam kehidupan negara dan masyarakat yang sedang berjuang untuk mencapai cita-cita itu". '

3. "Untuk itu perlu ada perubahan mental dan tidak hanya mental saja, tetapi juga melewati pendi­

dikannya, karena pendidikannya memang demikian. Walaupun buku-buku yang diper­gunakan adalah terjemahan dari bu-

Oktober 1986

Page 8: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

492

ku-buku Belanda, tetapi yang pen­ting adalah jiwanya dan semangat

b " yang mem aca . Hal ini yang terus-menerus mem­pengaruhi cara berpikirnya, mental- · attitudenya yang belum atau tidak mau beru bah, belum menyadari, bahwa mereka hidup di bumi In­donesia yang berdasarkan asas keta­tanegaraan adalah Negara Kesatu­an Indonesia yang b"erdasarkan Pan­casila ".

4. "Oleh karena dari kolega-kolega yang bergerak dalam profesi hukum bersama-sama dengan Universitas harus mengadakan perubahan-per­u bahan dalam pendidikan hukum". Itulah pengamatan Presiden. Sangat

sederhana. Walaupun beliau bukan sar­jana hukum f.lamun TEPAT dan BE­NAR pengamatan itu. Belumkah patut menjadi perhatian dalam diskusi ini?

Sekedar menggarisbawahi, peng­amatan Presiden: 'Mentaal-attitude­nya yang belum atau tidak mau beru­bah". Di ulangi BELUM dan TIDAK berubah. Cukup tajam konstatasi itu, tepat dan perlu mendapatkan perhati­an! Juga ajakan, agar kolega-kolega yang bergerak dalam profesi hukum BERSAMA -SAMA DENGAN UNI­VERSITAS HARUS BISA MENG­ADAKAN PERUBAHAN-PERUBAH AN DALAM PENJ)IDIKAN HU­KUM". Pengamatan yang luar biasa dan sepanjang yang dialmi sungguh benar. Terlampau lama kiblat kita tetap ke benua asing, bukan kepada semangat hukum kita:

Berdasarkan pengamatan itu dalam pembahasan ini titik berat peranan dan tanggung jawab yang berprofessi hu­kum dibebankan kepada bidang pen­didikan hukum dan penerapan hukum (HAKIM).

Huhum dan Pembangunan

PARA PENDIDIKAN HUKVM

Nyata sekali apa yang diutarakan Presiden ten tang pengaruh pendidikan hukum yang diperoleh di perguruan hukum. Pendidikan itu sangat berpe­ran menentukan sejauh mana terjadi peru bahan sikap ten tang hukum.

Alhamdulillah ! Dalam pola pendi­dikan dilukiskan ada POHON PEN­DIDIKAN HUKUM terdiri dari batang, cabang dan ranting. Di antara cabang ilmu itu ada ilmu filsafat ke-Tuhanan, yakni : 1. Ketuhanan mengenai hukum ber-

dasar Thomas Aquino; 2. Ketuhanan mengenai hukum dan

filsafat Timur; 3. Ketuhanan mengenai hukum menu­

rut filsafat hidup bangsa Indonesia; Tidak ditemukan Ketuhanan Yang

Maha Esa yang didasarkan pada Pan­casila. Sedangkan dalarn Undang-Un-

. dang Dasar Negara (pasal 29 ayat 1. Bab XI. Tentang Agama juga dalam Undang-undang No. 15 tahun 1970) tegas disebut peran dan faktor Tuhan Yang Maha Esa dalam pemahaman hu­kum dan keadilan.

Tidakkah percuma dan mubazir . mempelajari fIlsafat Ketuhanan dise­but di atas ? Juga tentang hasrat dan keinginan mempelajari arti dan makna Tuhan yang itu sendiri - karena me­nyangkut iman dan tauhid tidak mung­kin.

Kesimpulan, bila akan mempelajari hukum yang berkeTuhanan Yang Maha Esa; tidak ada pilihan kecuali mempelajari Undang-undang di mana Tuhan Yang Maha Esa dicantumkan antara lain : Dalam PENJELASAN UMUM Undang-undang tentang Keten­tuan-ketentuan Pokok Kekuasaan (V.V. No. 14 tahun 1970) demikian

Page 9: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

Tanggung Jawab Protes; Huhum

pula Penjelasan Pasal 4 ayat 1, serta Pasal 14 ayat 1 juga Pasal 27 ayat 1. Kesemua penjelasan itu mengajak para pengabdi hukum, a~~ah yang disebu.t guru ataukah praktlsl: tergolong polI­tisi, lebih memahaml semangat dan jiwa Undang-undang yang menuntut hukum dan keadilan berdasar ke­Tuhanan Yang Maha Esa segera ter­

wujud. Untuk mampu berbuat seperti itu

dituntut pembaharuan berpikir, bema­lar, berjabar dan yang paling penting menerapkannya.

Tentang cita atau sikap pembaharu­an hukum Pancasila, Satjipto Rahar­djo berkata :

"Kalau kita memang bersungguh­sungguh . dengan hukum Pancasila ini, tentunya kita sudah harus oe­rani melakukan peru bahan-peru bah­an, sekalipun negara lain mungkin akan mengatakan, tidak lazim atau aneh". (Kompas 26-7-1985).

Sangat terkesan akan gagasan dari se­orang pendidik hukum. Tidakkah la­yak dan wajar menjadi perhatian kita? Mengapa harus berdua hati, kalau ada yang berpendapat, itu tidak lazim dan aneh? Bagi yang tidak beriman kepada Tu­han tentang dasar putusan at as nama Tuhan Yang Maha Esa dianggap aneh. Hakim wajib menggali nilai-nilai hu­kum yang hidup dikalangan rakyat , tidak masuk akal Hakim harus pasif, Sikap Hakim bijaksana? Apa jaminan tidak melanggar kepastian hukum. Masih banyak lagi yang lain-lain. Dan tentang era pembaharuan ini, saya teringat sabda Nabi Muhammad:

"Setiap ummatku yang ingin meng­hidupkan sunnahku, harus seorang pem baharu!"

493

PEMBAHARUAN DIAWALI DARI PEMAHAMAN SUMBER HUKUM TI­DAK TERTULIS

Sumber hukum tidak tertulis. Ada­nya ketegasan dalam Un dang-Un dang menyebut hukum tidak tertulis dise­but Hukum Adat, mengandung mak­na dan tujuan tertenti.l. Hukum tidak tertulis yang hidup dikalangan rakyat, mungkin hukum itu hukum adat, ka­rena tidak didasarkan atas sumber hukum agama. Ataupun bila bersum­ber hukum agama, hukum itu tidak berupa iman bagi yang bersangkutan, bolehlah diberlakukan sebagai Hu-

.

kum Adat. Ataupun paling tidak, sebelum

menjadi hukum nasional sebagai kata­kat a Inutiara. Memadailah, jangan di­paksakan. Tetapi kalau sudah diterima sebagai asas hukum, hukum nasional, tidak perlu lagi disebut hukum agama ini dan itu.

Azas hukum termuat dalam kitab suci Injil dan Al Qur'an, an tara lain:

A. AZAS MAAF-MEMAAFKAN.

Hukum pidana yang sampai seka­rang dianut, asas . ialah tiada maaf bagimu. Dengan lain perkataan, setiap perbuatan melanggar hukum harus di­selesaikan di Pengadilan secara hukum. Apakah asas demikian sesuai dengan asas hukum berdasar Pancasila?

Untuk menjawab yang demikian dikutip Firman Tuhan:

I. INJIL: Matius 5. 1. a. "Kamu sudah mendengar per­

kataan demikian . Mata di­ganti dengan mata dan gigi diganti dengan gigi?" (ayat 38).

b. "Tetapi Aku berkata kepada­mu. Jangan melawan orang

Oktober 1986

Page 10: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

. 494

yang jahat. Melainkan barang siapa yang menampar pipimu yang kanan, berikan pipimu yang kiri". (ayat 39).

2. a. "Kamu sudah mendengar per­kataan demikian. Hendaklah engkau mengasihi temanmu, dan membenci seterumu". (ayat 43).

b. "Tetapi Aku ini berkata ke­padamu. Kasihilah akan sete­rumu, dan doakanlah orang ya~g menganiayamu. Sebab itu hendaklah kamu ini sem­puma sarna seperti Bapakmu yang di sorga sempurna ada­nya". (ayat 44).

II. AL QURAN. 1. "Ganjaran kejahatan itu adalah

kej ahatan seperti itu pula. Tetapi siapa-siapa memberi ma­af terhadap si pelanggar dan da­pat berdamai dengan lawannya serta melupakan bencana yang ditimpakan atas dirinya, maka Allah akan membalas dengan ganjaran yang setimpal". (surat As Syura: 42:40). .

2. "Jika kamu memberi hukuman, maka berilah mereka hukuman yang setimpal dengan hukuman yang ditimpakan kepada kamu. Tetapi jika kamu bersabar, nis­caya ini lebih baik bagi orang yang bersabar". (surat An Nahl , 16: 126/127) . .

B. TENTANG KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB:

Kitab suci Injil: "Kasihilah sesamamu manusia se­perti dirimu sendiri". (Lucas 10 ayat 27).

• "Kasihilah sesamamu manusla se-

Hukum dan Pembangunan

perti dirimu sendiri. Tidak ada hu-kum lain lebih kuat daripada ke­dua hukum itu". (Matius 12:31).

Hadits Nabi Muhammad SAW: "Belum sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya, seperti mencintai dirinya sendiri".

Dari dua asas hukum di atas dapat disimpulkan ajaran Kristen dan Islam bermuat mengutamakan saling maaf­

memaafkan dari menuntut balas. Wa­laupun dalam hal tertentu ada yang tidak dapat memaafkan karena me­nyangkut kehormatan diri seseorang. Dalam Islam dikenal antara lain perzi­nahan.

Juga dal'am contoh kedua nilai dan kodrat iman ditentukan sejauh mana ia mampu, mencintai sesama seperti dirinya sendiri. Singkatnya bukan balas dendam, bukan aku adalah aku - tetapi kita yang saling bersaudara.

Salahkah bila penerapan h\lkum yang sekarang berlaku (KUHP) tidak memahami asas dan filsafat hukum berdasar KeTuhanan Yang Maha Esa

di atas? Salahkah bila hukum Yahudi - tia­

da maaf bagimu ? Ingat peristiwa Kurt Waldheim, Presiden Austria seka­rang yang telah berjasa sebagai pemim­pin dunia (Sekjen PBB) dituntut se­bagai penjahat perang ? Inilah Yahudi!

Salahkah bila Pasal 48 KUHP (Daya Paksa) sese orang dibenarkan membunuh sesama demi menyelamat­kan jiwanya ?

Bukankah berdasar asas hukum ter­sebut di atas, kalau ia mau selamat juga sesamanya - idem ? (Homo Homoni Lupus)

Asas dan filsafat hukum seperti ini­lah yang menghambat penerapan

Page 11: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

T4nggung.J4w4b Profesi Hukum

rukun iman - kelima - kodha dan kadar Tuhan dalam kehidupan sehari­hari.

Inilah sekedar di an tara secuil con­toh dalam perkara pidana yang sam­pai sekarang, kalau tidak salah belum dimasyarakatkan dalam pendidikan hukum di perguruan hukum.

PENJABARAN HUKUM BERDA­SARKAN KETUHANAN YANG MA­HA ESA OLEH HAKIM

Sengaja say a lengkapi (lamp au i) para pengabdi hukum - politisi atau praktisi hukum lainnya dan langsung kepada yang disebut Hakim. Karena Hakim inilah yang paling menentukan setelah pendidik hukum yang mem­persiapkan calon Sarjana Hukum.

Undang-Undang sendiri secara ter­perinci telah memberi gll.ris pedoman tentang peran dan tanggung jawab Hakim.

Tidak salah diulang-ulangi tnenye­but pasal yang wajib diindahkan oleh Hakim, ialah : Pasal 4 ayat 1 dan Pen­jelasannya, Pasal 197 ayat la dan 2 KUHAP.

a. Penjelasan Umu~ 1 : 6. b. Penjelasan Pasal14 ayat 1 :

"Hakim secara organ Pengadilan di­anggapmemahami hukum. Pencari keadilan datang kepadanya untuk mohon keadilan. Andaikata ia tidak menemukan hukum tertu­lis, ia wajib menggali hukum tidak tertulis untuk memutus berdasar­kan hukum sebagai seorang yang bijksana dan bertanggung jawab pe­nuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara" .

c. Penjelasan Pasal 27 ayat 1 : "Dalam masyarakat yang masih me-

495

ngenal hukum tidak tertulis, serta berada dalam masa pergolakan dan peralihan, Hakim merupakan peru­mus dan penggali dari nilai-nilai hukum yang hidup di kalangan rakyat. Untuk itu ia harus terjun ke tengah­tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan dan mampu menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyilrakat. Dengan demikian Hakim dapat memberikan putusan yang sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat".

Itulah ketentuan yang membuka pe-•

luang kepada para Hakim untuk ber-buat banyak bagi perkembangan hu­kum nasional yang berdasarkan Ke­Tuhanan Yang Maha Esa.

Peluang yang demikian juga sangat diharapkan dari para pendidik hukum untuk ikut menggali hukum yang tidak tertulis itu - yang akan memungkin­kan Sarjana Hukum - alumnus Fakul­tas Hukum bila menjadi Hakim kelak lebih mudah, lebih terampil merumus­kan hukum hasH galian nilai-nHai hu­kum yang hidup di kalangan rakyat. Tetapi, atau para pendidik hukum ma­sih alpa atau kurang bergairah me­ngembangkan makna Pasal 4 ayat 1, Pasal 14 ayat 1 daQ, Pasal 27 ayat 1 Undang·Undang No .. 14 tahun 1970. Seorang Hakim tidak dapat berdiam dan berserah diri - hanya sebatas Hmu yang ia peroleh dari almamater. Kata­kata: a. Dianggap memahami hukum mem­

bawa konsekuensi membekali diri 'dengan ilmu yang lebih banyak baik berdasar kepustakaan yang dari Barat, Timur atau dari mana­pun terbuka. IImu itu adalah ne­tral sifatnya.

Oktober 1986

Page 12: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

496

Juga menarik hikmah dari penga­alaman.

b. Perintah - wajib sangat mendukung yang disebut dalam ad. a di atas.

c. Mengenal, merasakan dan mampu

menyelami PERASAAN HUKUM DAN RASA KEADILAN yang hi­dup dalam masyarakat, merupakan tuntutan batiniah yang tidak ada pada aparat penegak hukum la­innya - secara formal. Karena Hakim-lah .yang akan memutus­kan - maka dari dirinya dituntut sikap seperti itu. Namun bukan berarti tidak ada ke­

wajiban para pengabdi hukum lain un­tuk bersatu bahasa, satu perasaan, karena tujuan adalah satu. Tegak­nya hukum dan keadilan yang men­dapat berkat dan ridho Allah Yang Maha Kuasa.

Kesimpulan tentang Hakim sebagai penjabar hukum yang berdasar Ke­Tuhanan Yang Maha Esa, mampukah ia atau tidak terpulang kembali kepada keinginan disertai kesadaran, bahwa ia adalah Wakil Tuhan di negara ini yang memberi keadilan tanpa pilih bulu ter­hadap siapa pun juga.

Mampukah Hakim untuk menerima jabatan Hakim itu yang bila ia lakukan dengan penuh tanggung jawab ia ter­masuk di antara umat yang tidak di­hisab diperadilan Hakim Yang Maha Adil dan tempatnya di sorga yang ter­tinggi?

Atau kalau ia tidak mampu akan tergolongkan dia sebagai bagian dari 2/3 Hakim yang menjadi calon peng­huni neraka.

PARA PENGABDI HUKUM DALAM PROFESI LAIN NY A

Bilamana para pendidik yang meng-

Hukum dan Pem bangunan

godok ramuan hukum yang benar-be­nar berdasarkan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa - mampu menjiwai makna dan hakikat hukum yang ber-roh Ke­Tuhanan.

Insya Allah, kalau sampai pada hari ini kit a belum sampai ke arah yang demikian, di waktu yang akan datang tidak ada lagi pengabdi hukum - khu­sus dalam penyelesaian hukum yang bersikap, menegakkan benang basah.

Artinya sudah tahu kalau salah satu tidak benar masih dengan gigih mem­bela sebagai tidak salah dan atau be­nar.

Tidakkah tergugah hati anda, kon­sekuensi warga yang beriman dan

, . bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa - masih memutar-balikan hukum dan keadilan ? Walaupun anda berha­sil, tidakkah ada secercah takutnya anda untuk dihadapkan di Pengadilan diadili oleh Hakim Yang Maha Adil?

Peranan dan tanggung jawab anda dalam pembangunan hukum berdasar­kan Pancasila tiada lain, ikut menga­takan:

"Ya itu di atas ya, dan tidak di atas, tidak, kecuali itu jahat". (Ma­tius 5: 37).

Dan harapan yang tidak kurang pen­tingnya antar sesama Pengabdi hukum ialah: maukah kit a menempatkan diri di tengah kehidupan umat dan bang­sa - diperumpamakan dalam kitab

Injil : "Bahwa kamu inilah garam dunia. Jikalau garam itu menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan lagi? Tiadalah ia ·berguna lagi, hanyalah akan dibuang dan diinjak-injak orang". (Matius 5: 13).

Ajaran itu sarna pula dengan ajaran agama Islam:

Page 13: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

TIJnllllunll JIJwIJb Profesi Hukum

"Jadilah kalian pembawa rakhmat di dunia !"

Kalau itulah kutipan dari kitab suci perkimankan pulalah saya menyampai­kan petuah nenek leluhur:

"Met-met bulung ni jihor, met metan bulung ni bane-bane, uli hata na tigor, ulian hata na dame !"

terjemahan : "Kecil-kecil daun pohon johar, lebih kecil daun bane-bane, indah kata-kata yang adil, lebih indah kata-kata yang damai!"

KESIMPULAN :

Kalaupun ada kesimpulan ialah: 1. Sampai saat ini belum terbukti hu­

kum dan keadilan yang ber-roh Ke­Tuhanan Yang Maha Esa menjadi hukum yang berlaku.

2. Adanya kenyataan demikian, ada- , lah karena faktor pendidikan, wa­laupun telah disebut berdasarkan Pancasila serta bertujuan mening­katkan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kit a masih mengabaikan pola dan tujuan pendidikan demi­kian - juga yang menyangkut bi­dang hukum yang dasarnya Ke­Tuhanan Yang Maha Esa.

3. Telah 41 tahun kit a merdeka, telah 22 tahun Undang-Undang yang me­merintahkan Peradilan dilaksana­kan: " DEMI KEADILAN BERDA­SARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA". Marilah kita secara tulus dan ikhlas, kalau hari kemarin kita lalai, hari ini kit a sadar - dan untuk hari selanjutnya ki.ta bulat­kan tekad, tidak akan terulang kela­laian itu.

4. Kalaupun ada yang demikian itu be­lum merupakan kesepakatan kita,

497

karena masih ada silang pendapat, janganlah karena bersilang penda­pat kita menu ding - yang itu yang tidak benar, dan yang ini yang be­nar. Kebenaran dalam hidup manu­sia adalah nisbi. Dan justru dengan adanya silang pendapat, kit a secara jujur akan mengaji diri - apa pen­dapat say a yang tidak benar. Itulah sebabnya bila ada berbeda penda­pat, bukan aib dan bukan dosa bah­kan rakhmat dan kurnia Illahi. (Hadits Nabi).

5. Dan kalau benarlah ada yang salah pendapat, biarlah kesalahan itu ada pada diri saya. Dan saya akan men­dapat hikmah - belajar dari ke­arifan ilmu anda. Namun salahkah pendapat itu, saya patu t bersyukur kehadirat Illahi. Anda PERSAHI - mengajak saya berbicara dan memenuhi ajakan itu sendiri sudah berpahala. Apalagi ikut berbicara luar biasa pula im­balannya. Dan kalaupun salah -asal itikad baik disertai lillahi robbal'allamin - janji Tuhan pahala satu. Kalau dan ini harapansaya terutama, Insya Allah bermanfaat, sungguh tidak ternilai bahagia - ka­rena dapat berbuat kebajikan kepa­da negara, bangsa ' dan umat yang genap 41 tahun mensyukuri berkat dan rakhmat Allah Yang Maha Kuasa, kemerdekaan Republik In­donesia berasas Pancasila dan ber­dasar Ke-Tuhanan Yang Maha Esa -Negara serta hukum dan keadilan­nya. Kepadanya kita berserah dan beren­

dah diri dan kepada anda semua saya dengan segala rendah hati - maatKan­lah saya dan segala kekurangan dan marilah kit a galakkan jiwa dan sema­ngat maaf karena Tuhan Yang Maha

Oktober 1986

Page 14: MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

498

Esa telah mengharapkan riskan diri­Nya. Maha Pemaaf - Maha Pengam- ' pun dan Maha Pengasih - Maha Pe­nyayang.

,

,

Hukum dan Pembangunan

,

,