meningkatkan kedisiplinan guru smp negeri satu atap pallantikang melalui penerapan pencatatan piket...
TRANSCRIPT
MENINGKATKAN KEDISIPLINAN GURU SMP NEGERI SATU ATAP
PALLANTIKANG MELALUI PENERAPAN PENCATATAN PIKET SECARA
KETAT DAN BERKELANJUTAN
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan pencatatan piket secara ketat dan
berkelanjutan guru SMP Negeri Satu Atap Pallantikang Maros. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan selama dua siklus pada
guru-guru SMP Negeri Satu Atap Pallantikang Maros tahun pelajaran 2010 –
2011.
Tujuan utama penelitian ini adalah (1) Meningkatkan kedisiplinan kehadiran guru
untuk datang mengajar pada jam pertama. (2) Meningkatkan kedisiplinan
kehadiran guru mengajar sesuai jadwal. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus
yang masing-masing siklus terdiri dari 1 minggu.
Hasil dari penelitian ini, antara lain bahwa (1) Nampak adanya peningkatan
kedisiplinan kehadiran guru masuk mengajar sesuai jadwal dari siklus satu 30 %
kategori sedang menjadi 10 % mencapai kategori rendah/normal pada siklkus
kedua. (2) Peningkatan kedisiplinan guru keluar dari kelas sesuai jadwal dari
siklus satu 33,33 % atau berada pada kategori sedang menjadi 2,22 % mencapai
kategori rendah/normal pada siklkus dua.
Sebagai implikasi dari hasil yang diperoleh melalui penelitian ini, disarankan
sistem pencatatan secara ketat dijadikan sebagai salah satu alternatif pendekatan
bukan saja untuk guru guru namun untuk pegawai lainnya..
Kata kunci: disiplin,pencatatan,piket,ketat, dan berkelanjutan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa seorang kepala
sekolah/madrasah harus memiliki minimal 5 (lima) kompetensi yaitu;
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Kompetensi
dimensi kepribadian dan manajerial yang selama ini dilaksanakan ternyata masih
belum memadai untuk menjangkau seluruh kepala sekolah dalam waktu yang
relatif singkat. Kompetensi tersebut harus dimiliki kepala sekolah untuk
mengelola guru dan staf tata usaha dalam rangka pendayagunaan sumber daya
sekolah dan berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia,
dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah.
Pendayagunaan sumber daya sekolah serta berakhlak mulia,
mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia sangat erat kaitannya dengan
kedisiplinan kerajinan untuk melaksanakan tugas di sekolah. Seorang guru yang
berkompetensi adalah guru yang memiliki kompetensi berdasarkaan Undang-
undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa guru harus memiliki
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional. Kedisiplinan adalah salah satu bagian dalam kompetensi
kepribadian. Kedisiplinan yang dimaksud adalah disiplin: masuk dan keluar kelas;
menyediakan perangkat pembelajaran; mengadakan penilaian dengan benar dan;
membuat program remedial.
Pada program pendidikan di sekolah menengah pertama (SMP) dan yang
setara, jumlah jam mata pelajaran sekurang-kurangnya 32 jam pelajaran setiap
minggu. Setiap jam pelajaran lamanya 40 menit. Jenis program pendidikan di
SMP dan yang setara, terdiri dari program umum meliputi sejumlah mata
pelajaran yang wajib diikuti seluruh peserta didik, dan program pilihan meliputi
mata pelajaran yang menjadi ciri khas keunggulan daerah berupa mata pelajaran
muatan lokal. Mata pelajaran yang wajib diikuti pada program umum berjumlah
10, sementara keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal ditentukan oleh kebijakan
Dinas setempat dan kebutuhan sekolah.
Pengaturan beban belajar menyesuaikan dengan alokasi waktu yang telah
ditentukan dalam struktur kurikulum. Setiap satuan pendidikan dimungkinkan
menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta
didik dalam mencapai kompetensi, di samping memanfaatkan mata pelajaran lain
yang dianggap penting namun tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang
tercantum di dalam Standar Isi. Dengan adanya tambahan waktu, satuan
pendidikan diperkenankan mengadakan penyesuaian-penyesuaian. Misalnya
mengadakan program remediasi bagi peserta didik yang belum mencapai standar
ketuntasan belajar minimal.
Pengaturan beban mengajar guru berdasarkan standar pelaksaanaan PBM ,
bahwa setiap guru profesional wajib mengajar tatap muka dikelas antara 24 jam
perminggu hingga 40 jam perminggu. Perhitungan 24 jam perminggu artinya
bahwa guru wajib berdiri dikelas selama 24 kali 40 menit dalam perminggu. Jika
dihitung dengan menit, maka 24 kali 40 menit adalah 960 menit. Berdasarkan
kewajiban pegawai negeri sipil 37,5 jam perminggu yang bila dijadikan menit
maka 37,5 kali 60 menit = 2250 menit. Seorang guru adalah PNS yang wajib
bekerja selama 2250 menit tiap minggu, maka guru yang hanya mempunyai jam
tatap muka 24 jam perminggu masih mempunyai waktu disekolah untuk
mengerjakan persiapann mengajar, memeriksa hasil ulangan siswa serta tugas lain
serta pengembangan profesi . 2250 menit kurang 960menit yaitu 1290 meit. Jika
dijadikan jam , maka masih terdapat 21 jam perminggu diluar jam tatap muka.
Hingga saat ini, belum semua guru dapat melaksanakan tugas ideal sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, yaitu dengan beban mengajar paling sedikit 24
jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Hal tersebut terjadi karena kondisi sekolah
yang kelebihan guru atau lokasi sekolah yang berada di daerah terpencil.
Kelebihan guru terjadi karena ada perubahan kebijakan dalam perencanaan dan
rekruitment guru, serta perubahan beban mengajar guru dari paling sedikit 18 jam
tatap muka per minggu menjadi 24 jam tatap muka per minggu. Khusus sekolah-
sekolah di daerah terpencil, pada umumnya peserta didiknya sedikit sehingga
mempengaruhi jumlah rombongan belajar (rombel) dan rasio minimal jumlah
peserta didik terhadap gurunya.
Berdasarkan kenyataan yang terjadi di SMP Negeri Satu Atap Pallantikan
bahwa benar guru sudah diberikan beban mengajar dalam kelas , namun
kenyataannya masih banyak dan sering di antara guru-guru tidak melaksanakan
dengan sepenuhnya. Keterlambatan tiba di sekolah pada jam pertama dan
cepatnya keluar pada jam terakhir adalah salah satu kenyataan yang sering terjadi
sehingga menyebabakan terlambat masuk di kelas atau cepat keluar, akhirnya 1
jam 40 menit hanya terlaksana sekitar 35 menit. Selain keteralambatan datang
disebabkan juga kegiatan guru pada waktu istirahat di ruang guru yang sering
terlupakan jika jam mengajar telah masuk masih melanjutkan cerita dengan
sesama guru.
Melihat kenyataan tersebut maka masalah yang harus diselesaikan adalah
bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan
kehadiran guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Peningkatan kedisiplinan
mengajar guru merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan mengingat bahwa
volume belajar siswa tidak dapat terpenuhi secara maksimal. Untuk itu diperlukan
upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk memperbaiki kondisi tersebut, salah
satu upaya yang akan dilakukan oleh penulis adalah pencatatan piket secara ketat
dan berkelanjutan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diindentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Guru –guru banyak yang terlambat datang pada jam pertama
2. Setelah jam istirahat guru-guru sering melupakan jam mengajar karena
keasikan cerita di kantor
3. Pada jam terakhir terkadang ada guru yang lebih cepat meninggalkan kelas
sebelum bel pulang dibunyikan
4. Guru-guru kadang mengahbiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak
penting di kelas seperti memarahi siswa , mengabsen terlalu lama.
5. Kadang-kadang guru terhalang tiba di kelas karena hujan keras.
6. Guru-guru terlambat datang karena macet dalam perjalanan.
7. Guru-guru sibuk dengan kegiatan lain di luar.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan analisis potensi dan kewenangan yang dimiliki peneliti dan
kemendesakan serta prioritas masalah tersebut untuk segera ditangani maka
masalah dibatasi pada “Sebagian guru sering terlambat datang pada jam pertama
dan cepat keluar pada jam terakhir.”
D. Perumusan masalah
1. Apakah dengan pencatatan piket yang ketat terhadap kedatangan guru
pada jam pertama dapat mengurangi keterlambatan guru mengajar.
2. Apakah dengan pencatatan piket yang ketat terhadap kepulangan guru
pada jam terakhir dapat mengurangi kecepatan guru meninggalkan kelas
sebelum waktunya
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum:
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan profesionalisme guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan kedisiplinan kehadiran guru datang mengajar pada jam
pertama
b. Meningkatkan kedisiplinan kehadiran guru mengajar sesuai jam yang
tersedia pada jadwal
3. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
a. Memperoleh kesempatan belajar yang sesuai dengan target kurikulum.
b. Memudahkan siswa dalam memahami informasi dari guru.
c. Siswa belajar lebih lama di dalam kelas.
2. Bagi guru
a. Meningkatkan motivasi guru dalam mengatur waktu lebih tepat
b. Meningkatkan kedisiplinan kehadiran guru dalam menjalankankan
tugasnya.
3. Bagi kepala sekolah
a. Meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dalam bidang kepribadian
dan manajerial.
b. Meningkatkan kredit point kepala sekolah.
4. Bagi sekolah
a. Terciptanya budaya kultur positif di lingkungan sekolah.
b. Meningkatnya kuantitas pembelajaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi sekolah (profil sekolah).
SMP Negeri Satu Atap Pallantikang Maros Baru adalah salah satu sekolah
yang terdapat di Indonesia tepatnya di kampung Bantabantaeng Lingkungan
Panaikang, Kelurahan Pallantikang, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros,
Propinsi Sulawesi Selatan. Secara geograpis jaraknya tidak jauh dari kota
kabupaten, kira-kira 2 KM. Lokasi sekolah ini tergolong sekolah pedesaan karena
tidak terdapat di pusat kota kabupaten atau di kota kecamatan. Seakolah ini
beroperasi sejak tahun pelajaran 2005/2006. Perkembngan sekolah ini dilihat dari
peningkaran siswanya termasuk sekolah yang berkembang . Keadaan siswa
selama dua tahun terakhir menunjukkan bahwa sekolah ini diminati masyarakat
yang ditunjukkan bahwa pada penerimaan siswa baru selalu meningkat calon
siswa baru. Perlu diketahui bahwa sekolah ini tidak memiliki lahan yang luas.
Sekolah ini satu lokasi dengan SDN 9 Panaikang. Gedung SMPN Satu Atap
Pallantikang hanya memiliki 2 (dua) gedung, 1 (satu) untuk Perpustakaan dan 1
(satu) untuk gedung untuk belajar yang terdiri 3 (tiga) ruang belajar.
Keadaan sarana dan prasarana belum dapat dikatakan cukup, meskipun
demikian proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Jumlah rombongan belajar
terdiri dari 5 kelas dengan rasio rata-rata 38 tiap rombongan belajar. Tenaga guru
yang mengajar di sekolah ini terdiri dari 11 guru PNS dan 12 orang guru honor.
Proses belajar mengajar dilaksanakan di pagi hari dan di siang hari, mengingat
ruang belajar terbas dengan jumlah yang ada hanya 5 (lima) ruangan saja. Tenaga
kependidikan yang mengelola administrasi terdiri dari 1 PNS dan 5 tenaga
honorer. Kedaan seperti ini menunjukkan kekuatan untuk dapat berbuat lebih
banyak dalam meningkatkan mutu pembelajaran, namun perlu ada perhatian di
sisi lain seperti sarana prasarana, khususnya pengadaan lahan.
B. Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini
timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata
disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama,
disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada
pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan
mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
Dalam kehidupan sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah
orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang
disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertujuan kepada
orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai
dengan norma- norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang
yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak
dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari
masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh
suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).
Pengertian kedisiplinan dilihat dari profesi seorang guru adalah sikap dan
nilai-nilai di sekolah agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Tapi, banyak fakta yang kita sering temukan
dalam kehidupan sehari-hari tentang buruknya kedisiplinan dan kurangnya
profesionalisme seorang guru. Misalnya, ada guru yang malas dalam menjalankan
tugasnya, bahkan ada guru yang datang ke sekolah ketika akan menerima gaji
saja.
Selain guru sosok kepala sekolah juga memiliki peranan yang sangat
penting. Selain berperan sebagai administrator, kepala sekolah juga berperan
sebagai pengambil kebijaksanaan keputusan tertinggi di sekolah, sekaligus dapat
menindak tegas guru bantunya yang tidak profesional dan kurang disiplin didalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan utama dan kode keguruan. Oleh sebab
itu baik buruknya suatu sekolah akan sangat ditentukan oleh kinerja kepala
sekolahnya.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang
tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa
menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada
khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.
Pendekatan peraturan demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan,
diskusi dan penalaran untuk membantu guru memahami mengapa diharapkan
mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik ini menekankan aspek edukatif
bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang
menolak atau melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud sebagai
upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Dalam disiplin sekolah yang
demokratis, kemandirian dan tanggung jawab dapat berkembang. guru patuh dan
taat karena didasari kesaadaran dirinya. Mengikuti peraturan yang ada bukan
karena terpaksa, melainkan atas kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.
Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang ketentuan disiplin Pegawai
Negeri Sipil khususnya menyangkut ketentuan jam kerja. Surat Edaran Bupati
Maros nomor 800/788/set/ tahun 2010 tentang Penegakan Kedisiplinan PNS
menegaskan bahwa setiap Pegawai Negeri Sipil (Guru) tentang pengelolaan dan
penanganan Absensi Pegawai Negeri Sipil Pemkab Maros, harus mentaati
peraturan yang telah ditetapkan dan bagi yang melanggar telah dipersiapkan
sanksinya.
Seruan tobat dan perbaikan kultur bangsa oleh berbagai pihak akan sia-sia
jika tidak ada pendisiplinan diri lebih dulu. Semuanya bermula dari disiplin diri.
Jika tidak, nasib bangsa ini akan menjadi bangsa kerdil yang penuh dengan
bencana, kecelakaan dan KKN.
Berdasarkan pengertian di atas ,maka dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional secara umum dan peningkatan mutu pendidikan secara khusus maka
pengembangan disiplin diri bagi guru perlu dikembangkan.
Disiplin diri menjadi kata kunci kemajuan dan kesuksesan serta kebesaran orang-
orang besar yang pernah hidup dalam sejarah. Seorang pemimpin, atau siapa saja
bisa mencapai kesejatian di bidangnya masing-masing karena pernah
mempraktikkan disiplin diri.
Seorang pemimpin nomor satu didunia Nabi Muhammad SAW yang hanya
dengan waktu 20 tahun mengembangkan agama islam, islam dapat menyebar
keseluruh dunia. Pondasi utama dan pertama dalamIslam adalah disiplin, mulai
dariakidah sampai persoalan mualamalah.
C. Kepribadian Guru
Kepribadian erat kaitannya dengan kedidsiplinan, disiplin dalam
menjalankan tugas berarti mempunyai kepribadian yang tinggi. Menurut tinjauan
psikologi,kepribadian berarti sipat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan
perbuatanya yang membedakan dirinya dari yang lain. Kepribadian sebagai
“sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah
kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. McLeod dalam
Muhibbin (1997) mengartikan kepribadian (personality) sebagai sipat yang khas
yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini kepribadian adalah karakter atau
identitas.
Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia.Karena disamping
sebagai pembimbing dan pembantu, guru juga berperan sebagai
panutan.Mengenai pentingnya kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka
Prof.Dr Zakiah Dardjat ( 1982) menegaskan : Kepribadian itulah yang akan
menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak
didiknya,ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak
didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat SD) dan mereka yang
mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menngah) .Secara konstitsional,guru
hendaknya berkepribadianh Pancasila dan UUD 45 yang beriman dan bertagwa
kepada Tuhan YME,disamping itu dia harus punya keahlian yang di perlukan
sebagai tenaga pengajar.
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru adalah
1) fleksibilitas kognitip. (2) keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif
( keluwesan ranah cipta ) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan
tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.Kebalikanya adalah
frgiditas kognitif atau kekakuan ranah cipta yang ditandai dengan kekurang
mampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi yang sedang
dihadapi.Guru yang fleksibel pada umunya di tandai dengan keterbukaan berpikir
dan beradaptasi.Selain itu ia juga mempunyai resistensi (daya tahan ) terhadap
ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.Ketika
mengamati dan mengenali suatu objek atau situasi tertentu seorang guru yang
fleksibel selalu berpikir kritis.Berpikir kritis adalah berpikir dengan penuh
pertimbangan akal sehat yang di pusatkan pada pengambilan keputusan untuk
mempercayai atau mengingkari sesuatu, dan melakukan atau menghindari sesuatu
Heger dalam Muhibbin (1997).
Keterbukaan Psikologis pribadi guru hal lain yang menjadi paktor
menentukan keberhasilan tugas guru adalah keterbukaan psikologs guru itu
sendiri.Guru yang terbuka secara psikologi akan di tandai dengan kesediaanya
yang relatip tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor
ekstern antar lain siswa,teman sejawat,dan lingkungan pendidikan tempatnya
bekerja.Ia mau menerima kritik dengan ikhlas.Disamping itu ia juga memiliki
emphati,yakni respon afektip terhadap pengalaman emosionalnya dan perasaan
tertentu orang lain .(Reber,1988).Contohnya jika seorang muridnya di ketahui
sedang mengalami kemalangan,maka ia turut bersedih dan menunjukan simpati
serta berusaha memberi jalan keluar.
Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya
sebagai anutan siswa. Keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau
prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan
orang lain.Keterbukaan psikologis juga di perlukan untuk menciptakan suasana
hubungan antar pribadi guru dan siswa yang harmonis,sehingga mendorong siswa
untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan.
D. Pengertian Guru
Pendidik/guru merupakan pelaku utama dalam proses peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia. Masalah peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
terutama di sekolah dasar, merupakan masalah yang sangat kompleks dan penting
sesuai dengan UU RI No.20 Tahun 2003 yang berbunyi ”Sistem pendidikan
nasional harus menjamin pemerataan pendidikan, peningkatan mutu serta
revelensi dan efesiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan lokal, nasional maupun global. Dari kutipan UU
tersebut jelaslah bahwa pendidikan di Indonesia harus mampu membawa
perubahan bagi anak/pelajar, sehingga mereka mampu menghadapi persaingan
baik lokal, nasional maupun global. Maka, kedisiplinan dan profesionalisme guru
harus lebih ditingkatkan, agar memiliki rasa tanggung jawab yang penuh dalam
diri seorang guru.
Guru diartikan sebagai pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi perserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagaimana ketentuan
umum dalam UU nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.
Guru menurut UU nomor 14 tahun 2005 bab. II pasal 2 mempunyai
kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
diangkat sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Jadi pada hakekatnya
mengajar itu sama dengan mendidik. Karena itu idaklah heran bila sehari-harinya
sebagai pengajar lazim juga di sebut pendidik.
Guru menurut pasal 35 PP 38/1992 diperkenankan bekerja di luar tugasnya
untuk memperoleh penghasilan tambahan sepanjang tidak mengganggu tugas
utamanya.Kebolehan mengerjakan tugas lainya memberi kesan berkurangnya
derajat profesional keguruan, para guru walaupun tidak mengganggu tugas utama
mereka sebagai pengajar,apalagi jika mengingat tidak tegasnya batasan tidak
mengganggu tugas utama. Pantaskah seorang guru menjadi seorang tukang ojek
pada sore hari atau menjadi pedagagng asongan di stasiun pada hari-hari libur?
Persoalan ini tampaknya akan terus berlangsung sampai pemerintah mampu
menaikan gaji guru secara merata dan menyeluruh sebagaimana adanya tunjangan
profesi yang diperoleh melalui persyaratan sertipikasi yangsampai sekarang belum
bisa menyentuh guru secara keseluruhan.
Hal lain adalah sarjana non keguruan boleh menjadi guru asal mempunyai
Akta mengajar.Akta ini dikeluarkan oleh LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan) dan program akta pada fakultas tarbiyah untuk menjadi guru
agama.Jadi seorang sarjana tehnik bisa menjadi guru.Konotasinya,semua sarjana
non kependidikan boleh mengajar. Tidak ada keharusan memiliki pengalaman
pendidikan dan ijazah sarjana keguruan misalnya dari IKIP dan fakultas tarbiyah .
Kita memang tak perlu berburuk sangka.Namun yang perlu diwaspadai adalah
kekurang mampuan mereka mengelola PBM,mengingat di perlukan waktu 5 tahun
untk memperoleh SI untuk belajar dan berlatih mengelola PBM. Selain itu
kenyataan di lapangan menunjukan bahwa out put LPTK seperti yang diakui oleh
Mendikbud RI,belun memuaskan, terbukti dengan tidak sesuainya guru bidang
studi dan rendahnya kualitas PBM, juga masih rendahnya kualitas dosen
pengelola LPTK itu sendiri.
Idealnya seorang yang memiliki bakat untuk menjadi guru terlebih dahulu
menempuh pendidikan formal keguruan selama kurun waktu tertentu sesuai
dengan kebutuhan institusi kependidikan yang akan menjadi tempat
kerjanya.Selain itu ragam mata kuliah yang dipelajari juga harus lebih spesipik
dan berorientasi pada kompetensi dan profesionalisme keguruan yang
memadai.Tunjangan profesi yang telah dipenuhi oleh pemerintah sejak tahun
2006 yang lalu sampai sekarang dan rencananya akan rampung pada tahun 2014
akan mengubah makna guru pada masa akan datang. Adanya perbaikan
penghasilan bagi profesi guru akan mengubah makna guru dari profesi yang
kering manjadi profesi yang cukup basah, dari profesi yang direndahkan
dimasyarakat menjadi profesi yang diminati. Bertambahnya peminat jurusan
keguruan diperguruan tinggi menandakan tanda bahwa guru akan dating akan
membawa warna cerah. Mutu pendidikan akan dengan sendirinya akan meningkat
seiring dengan adanya guru yang secara genetic mempunyai daya IQ yang tinggi
para guru masa dating. Lulusan SMA yangmenjacai peringkat di SMA tidak lagi
ramai-ramai hanya mendaptar pada jurusan kedokteran, teknik dan jurusan yang
penting ,tapi sebagian sudah ada yang mendaftar menjadi calon guru.
Masyarakat memaknai bahwa seorang guru adalah penentu keberhasilan
anaknya. Guru merupakan salah satu issu penting yang menjadi sorotan dari
berbagai media massa, berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan, dan
keberhasilan suatu sekolah. Ada sebagian masyarakat kita beranggapan
keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh mutu guru itu sendiri.
Sementara kita ketahui bersama keberhasilan atau kegagalan pendidikan bukan
dari factor guru satu satunya yang menjadi penentu. Guru yang paling banyak
terlibat dengan proses mengajar-belajar (PMB) atau yang paling populer dengan
proses belajar mengajar ( PBM).
E. Tugas Guru
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 24 ayat
(7) menyatakan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala satuan
pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian satuan
pendidikan, pengawas satuan pendidikan, kepala perpustakaan, kepala
laboratorium, bengkel, atau unit produksi. Selanjutnya, sesuai dengan isi Pasal 52
ayat (1) huruf e, guru dapat diberi tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok
misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja,
dan guru piket.
Tugas tambahan sebagai guru piket memang suatu pekerjaan yang berat
bagi guru, sehingga perlu pengelolaan khusus. Daftar tugas piket adalah pedoman
yang harus diikuti agar pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan. Guru piket
ini juga menjaga keamanan sekolah selama berlangung Prose pembelajaran.
Penerapan piket ini ditujukan agar tidak terjadi hal-hal seperti kebakaran,
pencurian, pemadaman listrik mendadak yang bisa merusak peralatan sekolah dan
sebagainya.
Adapun rincian tugas piket yang dimaksud dalam pelaksanaan pros belajar
mengar khususnya sebagai berikut;
1. Menjaga keamanan dan ketertiban pada saat jam pelajaran sedang
berlangsung
2. Mengisi jam pelajaran yang kosong
3. Melayani tamu
4. Mengawasi siswa pada saat istirahat dan selama proses KBM berlangsung
5. Mencatat semua kegiatan/kejadian selama proses KBM berlangsung
6. Melarang/mengijinkan siswa yang akan meninggalkan jam pelajaran
tertentu
7. Mencatat siswa yang terlambat dan tidak masuk sekolah dalam buku piket
8. Mencatat guru yang terlambat dan tidak hadir dalam buku piket
9. Mengisi laporan piket dengan cermat
10. Melaporkan hal-hal yang dianggap perlu kepada Kepala Sekolah atau
Wakil Kepala Sekolah
Namun hingga saat ini, belum semua guru dapat melaksanakan tugas ideal
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yaitu dengan beban mengajar
paling sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Hal tersebut terjadi
karena kondisi sekolah yang kelebihan guru atau lokasi sekolah yang berada di
daerah terpencil. Kelebihan guru terjadi karena ada perubahan kebijakan dalam
perencanaan dan rekruitment guru, serta perubahan beban mengajar guru dari
paling sedikit 18 jam tatap muka per minggu menjadi 24 jam tatap muka per
minggu. Khusus sekolah-sekolah di daerah terpencil, pada umumnya peserta
didiknya sedikit sehingga mempengaruhi jumlah rombongan belajar (rombel) dan
rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya
F. Kompetensi Guru.
Pengertian kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan.Selain
kemampuan kompetensi juga berarti keadaan berwenang atau memenuhi syarat
menurut ketentuan hukum. Jadi kompetensi guru adalah merupakan kemampuan
guru dalam melaksanakan kewajiban –kewajibanya secara bertanggung jawab dan
layak. Pengertian guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas
keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan.
Seorang guru seharusnya mnemiliki standar kompetenis sebagai mana
yang ditetapkan dalam Permen 16 tahun 2007 “Standar kompetensi guru ini
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru. Standar kompetensi guru mencakup kompetensi
inti guru yang dikembangkan menjadi kompetensi guru PAUD/TK/RA, guru kelas
SD/MI, dan guru mata pelajaran pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK”.
Dari masing masing standar kompetensi guru mata pelajaran, setiap
kompetensi diuraikan lagi menjadi beberap kompetensi inti. Kompetensi inti dari
kompetensi pedagogik adalah : Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu Menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan pembelajaran. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki Berkomunikasi
secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik Menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran Melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran.
Adapunyang termasukkopmpetensi keperibadian adalah : Bertindak sesuai
dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Menjunjung tinggi kode
etik profesi guru.
Standar sosial juga dapat diuraikan menjadi kompetensi inti yaitu:
Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya. Berkomunikasi dengan komunitas profesi
sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Adapun taermasuk Kompetensi Profesional : Menguasai materi, struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu,
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri. Dari Kompetensi Inti Guru yang terakhir untuk setiap guru
mata pelajaran dijabarkan lagi sewcara khusus sesuai mata pelajarannya.
G. PERATURAN-PERATURAN YANG TERKAIT
1. Peraturan Menteri pendidikan Nasional nomor 19 tahun 2007 tetntang
standar pengelolaan pendidikan.
Peraturan menteri pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 19
tahun 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan dalam bab 2 tentang
pelaksanaan kegiatan sekolah “.Kegiatan sekolah/madrasah: 1)dilaksanakan
berdasarkan rencana kerjatahunan; 2)dilaksanakan oleh penanggung jawab
kegiatanyang didasarkan pada ketersediaan sumberdaya yang ada. b.Pelaksanaan
kegiatan sekolah/madrasah yang tidaksesuai dengan rencana yang sudah
ditetapkan perlumendapat persetujuan melalui rapat dewan pendidikdan komite
sekolah/madrasah. c.Kepala sekolah/madrasah mempertanggung-jawabkan
pelaksanaan pengelolaan bidang aka-demik pada rapat dewan pendidik dan bidang
non-akademik pada rapat komite sekolah/madrasahdalam bentuk laporan pada
akhir tahun ajaranyang disampaikan sebelum penyusunan rencanakerja tahunan
berikutnya.
Berdsarkan permen diatas jelas bagi kepala sekolah tetnatng tanggung
jawab pengelolaan sekolah bertanggungjawab dalam melaksanakan rencana kerja
dengan mengoptimlakna komponen sekolah yang ada.
1. Peraturan menteri pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 Tentang
standar proses untuk satuan pendidikan.
Dasar dan menengah “. Beban kerja minimal guru a. beban kerja guru
mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pem-
belajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik,
serta melaksanakan tugas tambahan; . beban kerja guru sebagaimana dimaksud
pada huruf a di atas adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap
muka dalam 1 (satu) minggu. Untuk mencapai kerja 24 jam perminggu maka
seorang guru tidak boleh terlambat sesuai jadwal, karena apabila sering terlambat,
maka pasti tidak akan bias terpenuhi beban kerjanya sekalipun tidak perna alpa
dalam mengajar.
3.. Peraturan menteri pendidikan nasional republiikn idonesia nomor 15 tahun
2010 tentang standarp pelayanamn minimal pendidikan dasar di kabupaten/kota
Dalam permen ini dikatakan dalam ketentuan umum bahwa “ Standar pelayanan
minimal pendidikan Dasar Selanjutnya disebut SPM. Pendidikan adalah tolok
ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan diselenggarak
daerah kabupaten / kota.” Oleh karena itu maka tidak adalagi alasan bagi suatu
sekolah untuk tidak berusaha mencapai standar tersebut karena merupkan standar
yang paling di bawah.
Dalam permen ini juga dijelaskan tentang penyelenggaraan proses pembelajaran
yang ditiuntut kegiatan tatap muka adalah minimal 34 minggu dalam setahun. Dan
lebih husus lagi pada tingkat SMP yaitu kelas VII sampai IX minimal 27 jam
perminggu. Untukmencapai hal ini semua maka jika dalam jadwal pembelajaran
sudah terdapat minkmal 34 minggu dan 27 jam perminggu tetapi dalam
pelaksanaan setiap hari terjadi keterlambatan beberapa menit tiap jam pelajaran ,
maka ini menunjukkan tidak tercapainya standar minimal tersebut.
Pada sisi lain bahwa guru tetap adalah pegawai negeri sipil , maka dalam permen
ini juga dijelaskan kewajiban guru untuk bekerja selalam 37,5 jam perminggu.
Sebagaimana dikatakan bahwa “ Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di
satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbinga tau melatihp esertad
idik, dan melaksanakan tugas tambahan” . Dengan ketentuan seperti ini maka
semakin jelas bagi guru bahwa keterlambatan datang mengajar merupakan
kekurangan dalam melaksanakan pelayananan minimal terhadap tugas guru.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri Satu Atap Pallantikang Maros yang
beralamat di kampung Bantabantaeng Lingkungan Panaikang, kelurahan
Pallantikang, kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi
Selatan.
B. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan selama 4 minggu yaitu pada tanggal 01 s/d 26 Novembe
Tahun 2010 dengan jadwal penelitian sebagai berikut:
NO KEGIATAN MG-1
25 s/d 30
OKT
MG-2
01 s/d 06
NOV
MG-3
08 s/d 13
NOV
MG-4
15 s/d 20
NOV
1. Membentuk tim peneliti
Koordinasi dengan
pihak terkait
Melengkapi dan
√
memperbaiki proposal
penelitian
Menyiapkan fasilitas
yang diperlukan
(instrumen, dll)
2. Melaksanakan
penelitian
Mengolah data
Merencanakan siklus II
Jika ada.
√ v
3. Membuat rencana
tindak lanjut
Membuat laporan hasil
penelitian
v
1. C. Tim Peneliti
Tim peneliti terdiri dari 3 orang sebagai berikut:
NO NAMA JABATAN STATUS
1. Muhammad Akib, S. Pd Kepala SMPN Satap
Pallantikang Maros
Ketua Peneliti
2. Herlina Amrah,S. Pd Ur. Kur. SMPN Satap
Pallantikang Maros
Anggota Peneliti
3. Husain, S. Pd Ur. Kes. SMPN Satap Anggota Peneliti
Pallantikang Maros
(curiculum vitae tim peneliti terlampir)
D. Pentahapan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian adalah:
1. Menganalisis permasalahan yang penting untuk diteliti
2. Membuat rencana penelitian
3. Membentuk tim peneliti
4. Mengkoordinasikan rencana penelitian kepada pihak terkait
5. Membuat proposal penelitian
6. Menyiapkan fasilitas penelitian (sarara prasarana, peralatan, bahan dll)
7. Melaksanakan penelitian dan melakukan pengamatan dengan
menggunakan instrumen sesuai perencanaan
8. Mengolah data hasil penelitian
9. Merefleksikan hasil penelitian dan membuat rencana tindak lanjut
10. Membuat laporan penelitian
E. Objek, sasaran, dan jenis tindakan
OBJEK PENELITIAN SASARAN
PENELITIAN
JENIS TINDAKAN
Semua guru SMP Negeri Satu
Atap Pallantikang Maros
Kompetensi
keperibadian
Pencatatan piket
berkelanjuta
F. Siklus Tindakan
Penelitian ini dilakukan 2 (dua) siklus dengan perencanaan penelitian tindakan
masing-masing siklus sebagai berikut:
SIKLUS I PERENCANAAN I MENYIAPKAN:
1. Identifikasi permasalahan, objek penelitian,
sasaran penelitian, jenis tindakan yang akan
dilakukan.
2. Jenis data yang akan dijaring dan jenis instrumen
yang digunakan.
3. Cara pengolahan data hasil pengamatan.
4. Indikator keberhasilan dari tindakan.
5. Skenario pelaksanaan tindakan (waktu, tempat,
peserta, tim pengamat, fasilitas yang diperlukan,
langkah tindakan, dll)
PELAKSANAAN I Pelaksanaan tindakan I (pencatatan jam masuk kelas
dan jam keluar di kelas) berdasarkan jadwal
pelajaran.
PENGAMATAN I Pengamatan objek dengan menggunakan instrumen
yang telah disiapkan di perencanaan I
REFLEKSI I Pengkajian Dan Evaluasi Terhadap
1. Proses tindakan I
2. Dampak tindakan I
SIKLUS II PERENCANAAN II melakukan penyempurnaan tindakan apabila
hasil refleksi I belum menunjukkan hasil
yang sesuai harapan (menjadi perencanaan II)
atau
menetapkan untuk mengulang perencanaan
apabila hasil refleksi i sudah menunjukkan
hasil yang sesuai harapan
PELAKSANAAN II pelaksanaan tindakan ii (pencatatan jam tiba
disekolah)
atau
pengulangan pelaksanaan tindakan i (untuk
memastikan bahwa hasil siklus i bukan
merupakan faktor kebetulan)
PENGAMATAN II pengamatan dengan menggunakan instrumen yang
telah disiapkan di perencanaan ii
REFLEKSI II Pengkajian Dan Evaluasi Terhadap
1. Proses tindakan II
2. Dampak tindakan I
G. Teknik pengumpulan data dan jenis instrumen yang digunakan
Berikut adalah data yang akan dijaring pada penelitian ini dan instrumen yang
digunakan untuk penjaringan data.
NO DATA YANG DIJARING JENIS INSTRUMEN
Kesesuaian Jam masuk kelas dengan Jam
Mengajar.
1. Lembar observasi jam masuk
lesa pada jam pertama
2. lembar observasi jam keluar
dikelas pada jam terakhir
H. Teknik analisis data
Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif . jumlah guru yang
terlambat mengajar pada jam pertama pada setiap harinya dirata-ratakan kemudian
diprosesntasekan, hasil prosentase dari hasil prosentase dapat dilihat kategori
keterlabantan sebagaimana dipertimbangkan sebagai nilai kewajaran. Yang dibagi
menjadi 3 kategori yaitu :
1. Kategori tinggi yaitu 41% – keatas
2. Kategori sedang yaitu 21 – 40 %
3. Kategori rendah/ normal yaitu 0 – 20 %
BAB IV
SIKLUS TINDAKAN
A. Siklus I
Secara sistematik hasil penelitian ini disajikan dalam susunan:
(1) Perencanaan, (2) Pelaksanan tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.
1. Perencanaan
Solusi untuk mengatasi masalah kedisiplinan guru perlu disusun kedalam suatu
program tindakan pendisiplinan. Penyusunan program tindakan pendisiplinan
dalam arti luas, berlangsung sejak mulai peneliti memberikan arahan, sampai
meyusun Rencana Pelaksanaan Pendisiplinan. Permasalahan yang perlu diatasi
untuk usaha peningkatan kedisiplinan guru dalam pelaksanaan tugas adalah
kedisiplinan masuk mengajar dan kedisiplinan meninggalkan kelas setelah
pembelajaran. Setelah mendapatkan masalah tersebut di atas, dilanjutkan dengan
mengidentifikasi faktor penyebab lainnya. Karena melalui pemahaman berbagai
kemungkinan penyebab masalah, suatu tindakan dapat dikembangkan. Peneliti
menganggap bahwa penyebab masalah adalah sikap yang sudah terbiasa
dilakukan karena kurangnya pengawasan. Tindakan solusi masalah yang
digunakan oleh peneliti, yaitu perobahan sikap terhadap tugas dengan cara
pencatatan secara ketat oleh piket dan berkelanjutan. Dari masalah serta solusi
pemecahan masalah, maka peneliti melaksanakan perencanaan dengan
menyediakan lembar observasi yang akan digunakan setiap hari pada jam pertam
dan jam terakhir.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pendisiplinan dengan pencatatan secara ketat untuk meningkatkan
kedisiplinan guru adalah sebagai berikut : 1)mencacat jam masuknya kelas oleh
guru yang mengajar pada jam pertama 2) mencatat keluarnya guru dari kelas pada
jam terakhir.
3.. Pengamatan /observasi
Berdasarkan hasil observasi dari tim peneliti yang dilakukan setiap hari sebelum
jam pertama hingga jam terakhir di sekolah diadakan pencatatn pergantian jam,
maka dapat dituliskan 2 macam data. Pertama tentang frekwensi keterlambatan
guru mengajar pada jam pertama dapat di lihart pada tabel 1 berikut ini. Kedua
frekwensi cepatnya guru meninggalkan kelas pada jam terakhir dapat dilihat pada
tabel 2 berikut ini.
Tabel. 1. Data Frekwensi keterlambatan guru menjar pada jam pertama
No Tanggal Frekwensi (%) Keterangan
keterlambatan
1 01 – 11 – 2010 3 60
2 02 – 11 – 2010 1 20
3 03 – 11 – 2010 0 0
4 04 – 11 – 2010 1 20
5 05 – 11 – 2010 3 60
6 06 – 11 – 2010 1 20
Jumlah 9 —
Rata-rata 1,50 30
Tabel. 2. Data Frekwensi cepatnya guru selesai mengajar pada jam terakhir.
No Tanggal Frekwensi % cepat keluar Keterangan
1 01 – 11 – 2010 2 40
2 02 – 11 – 2010 1 20
3 03 – 11 – 2010 1 20
4 04 – 11 – 2010 2 40
5 05 – 11 – 2010 2 40
6 06 – 11 – 2010 2 40
Jumlah 10 —
Rata-rata 1,66 33,33
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborasi tim peneliti yang
dituliskan pada tabel frekwensui di atas dapat dilihat bahwa. Pada hari pertama
pencatatan terdapat 3 guru yang terlambat atau 60 % dari 5 guru yang mengajar
pada jam pertama. Angka ini menunjukkan masih tingginya angka keterlambatan
guru yang masih berada di atas batas kategori tinggi yaitu 60%. Pada Hari kedua
dan keempat prosentase keterlambatan menurun hingga 1 orang guru atau 20 %.
Angka ini menunjukkan penurunan, angka ini menunjukan kategori normal. Pada
hari kelima kembali menunjukkan kenaikan kembali menjadi 3 orang guru yang
terlambat atau 60 %, angka ini masih berada pada kategori tinggi. Angka
menunjukkan kategori tinggi. Pada hari keenam keterlambatan derastis menurun
pada angka 1 orang guru atau 20 % , angka ini menunjukkan kategori normal.
Secara keseluruhan keterlambatan guru pada minggu pertama ini menuinjukkan
angka rata-rata yang berada pada kategori sedang yaitu 30 %. Angka ini masih
berada pada angka kategori sedang.
Hasil observasi terhadap guru yang cepat keluar berdasarkan data frekwensi
menunjukkan bahwa pada hari pertama pencatatan terdapat 2 guru yang cepat
keluar atau 40 % dari 5 guru yang mengajar pada jam terakhir. Angka ini
menunjukkan batas sedang yang mendekati tingginya angka kelalaian guru yang
menghampiri kategori tinggi. Pada Hari kedua dan ketiga prosentase kelalaian
menurun hingga 1 orang guru atau 20 %. Angka ini sudah berada pada kategori
normal. Pada hari keempat, kelima, dan keenam menunjukkan kenaikan kembali
hingga ada 2 orang guru yang lalai atau 40 %. Angka ini menunjukkan ke batas
sedang yang mendekati kategori tinggi . Secara keseluruhan kelalaian guru pada
minggu pertama menunjukkan angka yang sedang yaitu 33.33 %. Angka ini masih
perlu diturunkan. Angka ini berada pada angka kategori sedang namun perlu
mendapat perhatian serius sebab menghampiri angka tinggi.
Selain pencatatan ketat yang dilakukan oleh kolaborasi peneliti juga ditugaskan
mendengarkan tanggapan sikap guru-guru yang berkembang . Sehingga secara
tidak sengaja guru –guru yang terlambat, karena memang sering terlambat
mengatakan sikap bahwa pencatatan itu hanya sebatas dalam kertas dan tidak
punya epek pengaruh sedikitpun terhadap penilaian dari kepala sekolah. Namun
sebagain juga sudah menngemukakan bahwa selalam ini kita terlambat karena
tidak perna juga dicatat dan dibukukan oleh kepala sekolah. Guru seperti ini yang
kedua tadi sudah langsung berobah dengan sistem pencatatn yang berkelanjutan
tetapi masih ada yang belum mempercayai bila hanya dicatat dan tidak akan
berpengaruh terhadap penilaian yang akan datang.
1. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dari tindakan pada siklus satu terlihat bahwa sudah
ada perubahan prilaku sebagian guru yang sering terlambat dan cepat keluar dari
kelas. Perubahan yang terjadi belum keseluruhan karena masih ada guru yang
menganggap bahwa pencatatan ini tidak ada apa-apanya, hanya sampai pada buku
catatan piket saja. Dari hasil pertemuan dengan tim peneliti terdapat satu masukan
bahwa masih perlu ada perbaikan tindakan untuk lebih meminimalkan, bahkan
hingga tidak ada lagi guru yang ingin terlambat dan cepat meninggalkan kelas
pada jam terakhir. Memang disadari oleh peneliti bahwa yang sering terlambat
dan cepat keluar pada jam yang tersedia adalah guru yang jarak tempat tinggalnya
agak jauh. Dari hasil wawancara dengan guru, tim peneliti menemukan masukan
faktor penyebab datang terlambat dan cepat keluar diantaranya; ada kegiatan yang
tidak bisa ditinggalkan, ada urusan keluarga, siswa tidak bergairah, ada ulangan,
siswa gelisah, dan lain-lain. Ditambah perjalanan yang sering menjadi penghalang
yaitu macet dan cuaca yang tidak menentu. Berdasarkan hasil yang dipoeroleh
pada siklus I belum memuaskan peneliti maka tim peneliti menyepakati untuk
melajutkan pada siklus II. Perbaikan tindakan yang disepakati pada siklus II
adalah mewawancarai guru-guru dan mengumumkan hasil pengamatan
keterlambatan dan kelalaian cepat keluar setiap hari senin pada papan informasi
secara khusus.
B. Siklus II
Pelaksanaan siklus II ini pada dasarnya sama dengan silus I yaitu:
(1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi, dan (4) Repleksi.
1. Perencanaan.
Perencanan yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya sama yang dilaksanakan
pada siklus I dengan tambahan menyediakan papan pengumamn khusus untuk
mengumumkan hasil pencatatan piket pada hari terakhir serta wawancara dengan
guru-guru tersebut.
1. Pelaksanaan tindakan.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada dasarnya sama yang dilaksanakan pada
siklus I. Sebagai tambahan tindakan pada siklus II adalah setiap hari sabtu
sebelum peneliti meninggalkan sekolah menuliskan hasil observasi selama enam
hari yang berlalu pada papan pengumuan yang sudah disediakan dan
mewawancarai guru yang bersangkutan.
3.. Pengamatan /observasi
Sebagaimana hasil observasi pada siklus I, maka pada siklus II dari tim peneliti
yang dilakukan setiap hari sebelum jam pertama hingga jam terakhir di sekolah
diadakan pencatatan pergantian jam maka dapat dituliskan 2 macam data. Pertama
tentang frekwensi keterlambatan guru mengajar pada jam pertama dapat dilihart
pada tabel 3 berikut ini. Kedua frekwensi cepatnya guru meninggalkan kelas pada
jam terakhir dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel. 3. Data Frekwensi terlambat mengajar mengajar pada jam pertama
No Tanggal Frekwensi % lambat
mengajar
Keterangan
1 08 – 11 – 2010 1 20
2 09 – 11 – 2010 0 0
3 10 – 11 – 2010 1 0
4 11 – 11 – 2010 0 0
5 12 – 11 – 2010 1 20
6 13 – 11 – 2010 0 20
Jumlah 3 —
Rata-rata 0,5 7,50
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborasi tim peneliti yang
dituliskan pada tabel frekwensui 3 di atas dapat dilihat bahwa. Pada hari
pertama ,kelim, dan keenam masih terdapat masing –masing 1 guru yang
terlambat atau 20 % dari 5 guru yang mengajar pada jam pertama. Angka ini
menunjukkan angka keterlambatan guru yang sudah berada pada kategori rendah
atau sudah dikatakan normal. Secara keseluruhan keterlambatan guru pada
minggu kedua ini sudah menuinjukkan kategori yang rendah karena yang
terlambat sudah menunjukkan di bawah angka 20 %. Terbukti pada minggu kedua
Ini telah menunjukkan angka keterlambatan guru sudah mencapai 7,50 %
Tabel. 4. Data Frekwensi cepatnya guru selesai mengajar pada jam terakhir.
No Tanggal Frekwensi % cepat keluar Keterangan
1 08 – 11 – 2010 0 0
2 09 – 11 – 2010 1 0
3 10 – 11 – 2010 0 0
4 11 – 11 – 2010 0 20
5 12 – 11 – 2010 1 20
6 13 – 11 – 2010 0 0
Jumlah 2 —
Rata-rata 0,33 6,67
Hasil observasi terhadap guru yang cepat keluar berdasarkan data frekwensi
menunjukkan bahwa pada hari pertama, ketiga, keempat, dan keenam pencatatan
sudah tidak terdapat guru yang cepat keluar atau 0 % . atau keseluruhan guru yang
mengajar pada jam terakhir keluar tepat pada waktunya. Namun pada hari kedua
dan kelima masih terdapat masing-masing 1 orang guru atau 20 % guru yang
keluar sebelum waktunya. Angka ini menunjukkan bahawa angka kelalaian guru
yang sudah berada di batas kategori rendah atau normal. Secara keseluruhan
kelalaian guru pada minggu kedua ini sudah menuinjukkan angka yang cukup
rendah yaitu 6,67 %. Angka ini sudah berada di bawah angka rendah atau normal
yaitu 20 %.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dari tindakan pada siklus dua terlihat bahwa sudah
ada perubahan prilaku guru yang sering terlambat dan cepat keluar dari kelas
secara signipikan. Perubahan yang terjadi belum keseluruhan namun peneliti
menganggap bahwa sebenarnya dalam jiwa guru sudah terdapat perubahan sikap
namun maish perlu waktu pembiasaan yang cukup, sehingga pada hari – hari akan
datang diharapkan tidak ada lagi guru yang tidak mau berusaha keras untuk tidak
terlambat datang mengajar dan keluar dari kelas sebelum waktunya. Guru
menyadari bahwa masuk dan keluar tepat waktu adalah suatu kedisiplinan dalam
melaksanakan tugas. Masuk dan keluar tepat waktu dalam melaksanakan tugas
menjadi tekad bulat teman-teman guru. Usaha keras untuk datang ke sekolah
menjadi prioritas peneliti untuk peningkatan pendisiplinan guru di sekolah.
Tindakan pencatatan piket diperlukan untuk kelanjutan kedisiplinan di sekolah.
Berdasarkan hasil yang dipoeroloeh pada silus II peneliti merasa puas maka tim
peneliti menyepakati untuk tidak melanjutkan lagi pada siklus berikutnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pemabahasan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pencatatan yang ketat oleh piket terhadap kedatangan guru pada jam
pertama dapat mengurangi keterlambatan guru mengajar.
2. Pencatatan yang ketat oleh piket terhadap jam mengajar terakhir dapat
mengurangi cepatnya guru pulang sebelum waktunya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang peneliti temukan , maka dapat
peneliti sarankan :
1. Kepada kepala sekolah agar dapat menjadikan hasil penelitian sebagai
pertimbangan untuk menertibkan jam mengajar guru yang ada di sekolah.
2. Kepada Kepala Dinas dan jajaranya hingga pengawas sekolah agar dapat
menyarankan kepada kepala sekolah untuk menerapkan pencatatan piket
secara ketat untuk menertibkan guru yang ada di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.
2. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
3. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007
Tentang Standar Pengelolaan Nasional Pendidikan. Lembaran Negara RI
Tahun 2005. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Jakarta.
4. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
41 Tahun 2007 Tentang Standar proses Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
5. Kusuma,Atmajaya.1984.“Peran Seorang Kepala Sekolah di Dalam
Meningkatkan Kedisiplinan dan Kerajinan Guru Bantunya di Sekolah.”