meningkatkan kedisiplinan guru smp negeri satu atap pallantikang melalui penerapan pencatatan piket...

62
MENINGKATKAN KEDISIPLINAN GURU SMP NEGERI SATU ATAP PALLANTIKANG MELALUI PENERAPAN PENCATATAN PIKET SECARA KETAT DAN BERKELANJUTAN

Upload: gustiawan22

Post on 03-Jan-2016

89 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN GURU SMP NEGERI SATU ATAP

PALLANTIKANG MELALUI PENERAPAN PENCATATAN PIKET SECARA

KETAT DAN BERKELANJUTAN

Page 2: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan pencatatan piket secara ketat dan

berkelanjutan guru SMP Negeri Satu Atap Pallantikang Maros. Penelitian ini

merupakan penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan selama dua siklus pada

guru-guru SMP Negeri Satu Atap Pallantikang Maros tahun pelajaran 2010 –

2011.

Tujuan utama penelitian ini adalah (1) Meningkatkan kedisiplinan kehadiran guru

untuk datang mengajar pada jam pertama. (2) Meningkatkan kedisiplinan

kehadiran guru mengajar sesuai jadwal. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus

yang masing-masing siklus terdiri dari 1 minggu.

Hasil dari penelitian ini, antara lain bahwa (1) Nampak adanya peningkatan

kedisiplinan kehadiran guru masuk mengajar sesuai jadwal dari siklus satu 30 %

kategori sedang menjadi 10 % mencapai kategori rendah/normal pada siklkus

kedua. (2) Peningkatan kedisiplinan guru keluar dari kelas sesuai jadwal dari

siklus satu 33,33 % atau berada pada kategori sedang menjadi 2,22 % mencapai

kategori rendah/normal pada siklkus dua.

Sebagai implikasi dari hasil yang diperoleh melalui penelitian ini, disarankan

sistem pencatatan secara ketat dijadikan sebagai salah satu alternatif pendekatan

bukan saja untuk guru guru namun untuk pegawai lainnya..

Kata kunci: disiplin,pencatatan,piket,ketat, dan berkelanjutan.

Page 3: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Standar Kepala Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa seorang kepala

sekolah/madrasah harus memiliki minimal 5 (lima) kompetensi yaitu;

kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Kompetensi

dimensi kepribadian dan manajerial yang selama ini dilaksanakan ternyata masih

belum memadai untuk menjangkau seluruh kepala sekolah dalam waktu yang

relatif singkat. Kompetensi tersebut harus dimiliki kepala sekolah untuk

mengelola guru dan staf tata usaha dalam rangka pendayagunaan sumber daya

sekolah dan berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia,

dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah.

Pendayagunaan sumber daya sekolah serta berakhlak mulia,

mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia sangat erat kaitannya dengan

kedisiplinan kerajinan untuk melaksanakan tugas di sekolah. Seorang guru yang

berkompetensi adalah guru yang memiliki kompetensi berdasarkaan Undang-

undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa guru harus memiliki

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional. Kedisiplinan adalah salah satu bagian dalam kompetensi

kepribadian. Kedisiplinan yang dimaksud adalah disiplin: masuk dan keluar kelas;

Page 4: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

menyediakan perangkat pembelajaran; mengadakan penilaian dengan benar dan;

membuat program remedial.

Pada program pendidikan di sekolah menengah pertama (SMP) dan yang

setara, jumlah jam mata pelajaran sekurang-kurangnya 32 jam pelajaran setiap

minggu. Setiap jam pelajaran lamanya 40 menit. Jenis program pendidikan di

SMP dan yang setara, terdiri dari program umum meliputi sejumlah mata

pelajaran yang wajib diikuti seluruh peserta didik, dan program pilihan meliputi

mata pelajaran yang menjadi ciri khas keunggulan daerah berupa mata pelajaran

muatan lokal. Mata pelajaran yang wajib diikuti pada program umum berjumlah

10, sementara keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal ditentukan oleh kebijakan

Dinas setempat dan kebutuhan sekolah.

Pengaturan beban belajar menyesuaikan dengan alokasi waktu yang telah

ditentukan dalam struktur kurikulum. Setiap satuan pendidikan dimungkinkan

menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.

Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta

didik dalam mencapai kompetensi, di samping memanfaatkan mata pelajaran lain

yang dianggap penting namun tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang

tercantum di dalam Standar Isi. Dengan adanya tambahan waktu, satuan

pendidikan diperkenankan mengadakan penyesuaian-penyesuaian. Misalnya

mengadakan program remediasi bagi peserta didik yang belum mencapai standar

ketuntasan belajar minimal.

Pengaturan beban mengajar guru berdasarkan standar pelaksaanaan PBM ,

bahwa setiap guru profesional wajib mengajar tatap muka dikelas antara 24 jam

Page 5: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

perminggu hingga 40 jam perminggu. Perhitungan 24 jam perminggu artinya

bahwa guru wajib berdiri dikelas selama 24 kali 40 menit dalam perminggu. Jika

dihitung dengan menit, maka 24 kali 40 menit adalah 960 menit. Berdasarkan

kewajiban pegawai negeri sipil 37,5 jam perminggu yang bila dijadikan menit

maka 37,5 kali 60 menit = 2250 menit. Seorang guru adalah PNS yang wajib

bekerja selama 2250 menit tiap minggu, maka guru yang hanya mempunyai jam

tatap muka 24 jam perminggu masih mempunyai waktu disekolah untuk

mengerjakan persiapann mengajar, memeriksa hasil ulangan siswa serta tugas lain

serta pengembangan profesi . 2250 menit kurang 960menit yaitu 1290 meit. Jika

dijadikan jam , maka masih terdapat 21 jam perminggu diluar jam tatap muka.

Hingga saat ini, belum semua guru dapat melaksanakan tugas ideal sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, yaitu dengan beban mengajar paling sedikit 24

jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Hal tersebut terjadi karena kondisi sekolah

yang kelebihan guru atau lokasi sekolah yang berada di daerah terpencil.

Kelebihan guru terjadi karena ada perubahan kebijakan dalam perencanaan dan

rekruitment guru, serta perubahan beban mengajar guru dari paling sedikit 18 jam

tatap muka per minggu menjadi 24 jam tatap muka per minggu. Khusus sekolah-

sekolah di daerah terpencil, pada umumnya peserta didiknya sedikit sehingga

mempengaruhi jumlah rombongan belajar (rombel) dan rasio minimal jumlah

peserta didik terhadap gurunya.

Berdasarkan kenyataan yang terjadi di SMP Negeri Satu Atap Pallantikan

bahwa benar guru sudah diberikan beban mengajar dalam kelas , namun

kenyataannya masih banyak dan sering di antara guru-guru tidak melaksanakan

Page 6: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

dengan sepenuhnya. Keterlambatan tiba di sekolah pada jam pertama dan

cepatnya keluar pada jam terakhir adalah salah satu kenyataan yang sering terjadi

sehingga menyebabakan terlambat masuk di kelas atau cepat keluar, akhirnya 1

jam 40 menit hanya terlaksana sekitar 35 menit. Selain keteralambatan datang

disebabkan juga kegiatan guru pada waktu istirahat di ruang guru yang sering

terlupakan jika jam mengajar telah masuk masih melanjutkan cerita dengan

sesama guru.

Melihat kenyataan tersebut maka masalah yang harus diselesaikan adalah

bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan

kehadiran guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Peningkatan kedisiplinan

mengajar guru merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan mengingat bahwa

volume belajar siswa tidak dapat terpenuhi secara maksimal. Untuk itu diperlukan

upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk memperbaiki kondisi tersebut, salah

satu upaya yang akan dilakukan oleh penulis adalah pencatatan piket secara ketat

dan berkelanjutan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diindentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Guru –guru banyak yang terlambat datang pada jam pertama

2. Setelah jam istirahat guru-guru sering melupakan jam mengajar karena

keasikan cerita di kantor

Page 7: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

3. Pada jam terakhir terkadang ada guru yang lebih cepat meninggalkan kelas

sebelum bel pulang dibunyikan

4. Guru-guru kadang mengahbiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak

penting di kelas seperti memarahi siswa , mengabsen terlalu lama.

5. Kadang-kadang guru terhalang tiba di kelas karena hujan keras.

6. Guru-guru terlambat datang karena macet dalam perjalanan.

7. Guru-guru sibuk dengan kegiatan lain di luar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan analisis potensi dan kewenangan yang dimiliki peneliti dan

kemendesakan serta prioritas masalah tersebut untuk segera ditangani maka

masalah dibatasi pada “Sebagian guru sering terlambat datang pada jam pertama

dan cepat keluar pada jam terakhir.”

D. Perumusan masalah

1. Apakah dengan pencatatan piket yang ketat terhadap kedatangan guru

pada jam pertama dapat mengurangi keterlambatan guru mengajar.

2. Apakah dengan pencatatan piket yang ketat terhadap kepulangan guru

pada jam terakhir dapat mengurangi kecepatan guru meninggalkan kelas

sebelum waktunya

Page 8: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum:

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan profesionalisme guru

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2. Tujuan khusus

a. Meningkatkan kedisiplinan kehadiran guru datang mengajar pada jam

pertama

b. Meningkatkan kedisiplinan kehadiran guru mengajar sesuai jam yang

tersedia pada jadwal

3. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

a. Memperoleh kesempatan belajar yang sesuai dengan target kurikulum.

b. Memudahkan siswa dalam memahami informasi dari guru.

c. Siswa belajar lebih lama di dalam kelas.

2. Bagi guru

a. Meningkatkan motivasi guru dalam mengatur waktu lebih tepat

b. Meningkatkan kedisiplinan kehadiran guru dalam menjalankankan

tugasnya.

3. Bagi kepala sekolah

a. Meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dalam bidang kepribadian

dan manajerial.

b. Meningkatkan kredit point kepala sekolah.

Page 9: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

4. Bagi sekolah

a. Terciptanya budaya kultur positif di lingkungan sekolah.

b. Meningkatnya kuantitas pembelajaran.

Page 10: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi sekolah (profil sekolah).

SMP Negeri Satu Atap Pallantikang Maros Baru adalah salah satu sekolah

yang terdapat di Indonesia tepatnya di kampung Bantabantaeng Lingkungan

Panaikang, Kelurahan Pallantikang, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros,

Propinsi Sulawesi Selatan. Secara geograpis jaraknya tidak jauh dari kota

kabupaten, kira-kira 2 KM. Lokasi sekolah ini tergolong sekolah pedesaan karena

tidak terdapat di pusat kota kabupaten atau di kota kecamatan. Seakolah ini

beroperasi sejak tahun pelajaran 2005/2006. Perkembngan sekolah ini dilihat dari

peningkaran siswanya termasuk sekolah yang berkembang . Keadaan siswa

selama dua tahun terakhir menunjukkan bahwa sekolah ini diminati masyarakat

yang ditunjukkan bahwa pada penerimaan siswa baru selalu meningkat calon

siswa baru. Perlu diketahui bahwa sekolah ini tidak memiliki lahan yang luas.

Sekolah ini satu lokasi dengan SDN 9 Panaikang. Gedung SMPN Satu Atap

Pallantikang hanya memiliki 2 (dua) gedung, 1 (satu) untuk Perpustakaan dan 1

(satu) untuk gedung untuk belajar yang terdiri 3 (tiga) ruang belajar.

Keadaan sarana dan prasarana belum dapat dikatakan cukup, meskipun

demikian proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Jumlah rombongan belajar

terdiri dari 5 kelas dengan rasio rata-rata 38 tiap rombongan belajar. Tenaga guru

yang mengajar di sekolah ini terdiri dari 11 guru PNS dan 12 orang guru honor.

Proses belajar mengajar dilaksanakan di pagi hari dan di siang hari, mengingat

Page 11: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

ruang belajar terbas dengan jumlah yang ada hanya 5 (lima) ruangan saja. Tenaga

kependidikan yang mengelola administrasi terdiri dari 1 PNS dan 5 tenaga

honorer. Kedaan seperti ini menunjukkan kekuatan untuk dapat berbuat lebih

banyak dalam meningkatkan mutu pembelajaran, namun perlu ada perhatian di

sisi lain seperti sarana prasarana, khususnya pengadaan lahan.

B. Pengertian Disiplin

Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini

timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata

disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama,

disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada

pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan

mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.

Dalam kehidupan sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah

orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang

disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertujuan kepada

orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai

dengan norma- norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang

yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak

dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari

masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh

suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).

Page 12: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

Pengertian kedisiplinan dilihat dari profesi seorang guru adalah sikap dan

nilai-nilai di sekolah agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai. Tapi, banyak fakta yang kita sering temukan

dalam kehidupan sehari-hari tentang buruknya kedisiplinan dan kurangnya

profesionalisme seorang guru. Misalnya, ada guru yang malas dalam menjalankan

tugasnya, bahkan ada guru yang datang ke sekolah ketika akan menerima gaji

saja.

Selain guru sosok kepala sekolah juga memiliki peranan yang sangat

penting. Selain berperan sebagai administrator, kepala sekolah juga berperan

sebagai pengambil kebijaksanaan keputusan tertinggi di sekolah, sekaligus dapat

menindak tegas guru bantunya yang tidak profesional dan kurang disiplin didalam

melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan utama dan kode keguruan. Oleh sebab

itu baik buruknya suatu sekolah akan sangat ditentukan oleh kinerja kepala

sekolahnya.

Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang

tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa

menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada

khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.

Pendekatan peraturan demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan,

diskusi dan penalaran untuk membantu guru memahami mengapa diharapkan

mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik ini menekankan aspek edukatif

bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang

menolak atau melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud sebagai

Page 13: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Dalam disiplin sekolah yang

demokratis, kemandirian dan tanggung jawab dapat berkembang. guru patuh dan

taat karena didasari kesaadaran dirinya. Mengikuti peraturan yang ada bukan

karena terpaksa, melainkan atas kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.

Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang ketentuan disiplin Pegawai

Negeri Sipil khususnya menyangkut ketentuan jam kerja. Surat Edaran Bupati

Maros nomor 800/788/set/ tahun 2010 tentang Penegakan Kedisiplinan PNS

menegaskan bahwa setiap Pegawai Negeri Sipil (Guru) tentang pengelolaan dan

penanganan Absensi Pegawai Negeri Sipil Pemkab Maros, harus mentaati

peraturan yang telah ditetapkan dan bagi yang melanggar telah dipersiapkan

sanksinya.

Seruan tobat dan perbaikan kultur bangsa oleh berbagai pihak akan sia-sia

jika tidak ada pendisiplinan diri lebih dulu. Semuanya bermula dari disiplin diri.

Jika tidak, nasib bangsa ini akan menjadi bangsa kerdil yang penuh dengan

bencana, kecelakaan dan KKN.

Berdasarkan pengertian di atas ,maka dalam mencapai tujuan pendidikan

nasional secara umum dan peningkatan mutu pendidikan secara khusus maka

pengembangan disiplin diri bagi guru perlu dikembangkan.

Disiplin diri menjadi kata kunci kemajuan dan kesuksesan serta kebesaran orang-

orang besar yang pernah hidup dalam sejarah. Seorang pemimpin, atau siapa saja

bisa mencapai kesejatian di bidangnya masing-masing karena pernah

mempraktikkan disiplin diri.

Page 14: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

Seorang pemimpin nomor satu didunia Nabi Muhammad SAW yang hanya

dengan waktu 20 tahun mengembangkan agama islam, islam dapat menyebar

keseluruh dunia. Pondasi utama dan pertama dalamIslam adalah disiplin, mulai

dariakidah sampai persoalan mualamalah.

C. Kepribadian Guru

Kepribadian erat kaitannya dengan kedidsiplinan, disiplin dalam

menjalankan tugas berarti mempunyai kepribadian yang tinggi. Menurut tinjauan

psikologi,kepribadian berarti sipat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan

perbuatanya yang membedakan dirinya dari yang lain. Kepribadian sebagai

“sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah

kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. McLeod dalam

Muhibbin (1997) mengartikan kepribadian (personality) sebagai sipat yang khas

yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini kepribadian adalah karakter atau

identitas.

Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia.Karena disamping

sebagai pembimbing dan pembantu, guru juga berperan sebagai

panutan.Mengenai pentingnya kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka

Prof.Dr Zakiah Dardjat ( 1982) menegaskan : Kepribadian itulah yang akan

menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak

didiknya,ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak

didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat SD) dan mereka yang

Page 15: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menngah) .Secara konstitsional,guru

hendaknya berkepribadianh Pancasila dan UUD 45 yang beriman dan bertagwa

kepada Tuhan YME,disamping itu dia harus punya keahlian yang di perlukan

sebagai tenaga pengajar.

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru adalah

1) fleksibilitas kognitip. (2) keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif

( keluwesan ranah cipta ) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan

tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.Kebalikanya adalah

frgiditas kognitif atau kekakuan ranah cipta yang ditandai dengan kekurang

mampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi yang sedang

dihadapi.Guru yang fleksibel pada umunya di tandai dengan keterbukaan berpikir

dan beradaptasi.Selain itu ia juga mempunyai resistensi (daya tahan ) terhadap

ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.Ketika

mengamati dan mengenali suatu objek atau situasi tertentu seorang guru yang

fleksibel selalu berpikir kritis.Berpikir kritis adalah berpikir dengan penuh

pertimbangan akal sehat yang di pusatkan pada pengambilan keputusan untuk

mempercayai atau mengingkari sesuatu, dan melakukan atau menghindari sesuatu

Heger dalam Muhibbin (1997).

Keterbukaan Psikologis pribadi guru hal lain yang menjadi paktor

menentukan keberhasilan tugas guru adalah keterbukaan psikologs guru itu

sendiri.Guru yang terbuka secara psikologi akan di tandai dengan kesediaanya

yang relatip tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor

ekstern antar lain siswa,teman sejawat,dan lingkungan pendidikan tempatnya

Page 16: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

bekerja.Ia mau menerima kritik dengan ikhlas.Disamping itu ia juga memiliki

emphati,yakni respon afektip terhadap pengalaman emosionalnya dan perasaan

tertentu orang lain .(Reber,1988).Contohnya jika seorang muridnya di ketahui

sedang mengalami kemalangan,maka ia turut bersedih dan menunjukan simpati

serta berusaha memberi jalan keluar.

Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya

sebagai anutan siswa. Keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau

prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan

orang lain.Keterbukaan psikologis juga di perlukan untuk menciptakan suasana

hubungan antar pribadi guru dan siswa yang harmonis,sehingga mendorong siswa

untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan.

D. Pengertian Guru

Pendidik/guru merupakan pelaku utama dalam proses peningkatan mutu

pendidikan di Indonesia. Masalah peningkatan mutu pendidikan di Indonesia

terutama di sekolah dasar, merupakan masalah yang sangat kompleks dan penting

sesuai dengan UU RI No.20 Tahun 2003 yang berbunyi ”Sistem pendidikan

nasional harus menjamin pemerataan pendidikan, peningkatan mutu serta

revelensi dan efesiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan

sesuai dengan tuntutan perubahan lokal, nasional maupun global. Dari kutipan UU

tersebut jelaslah bahwa pendidikan di Indonesia harus mampu membawa

perubahan bagi anak/pelajar, sehingga mereka mampu menghadapi persaingan

baik lokal, nasional maupun global. Maka, kedisiplinan dan profesionalisme guru

Page 17: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

harus lebih ditingkatkan, agar memiliki rasa tanggung jawab yang penuh dalam

diri seorang guru.

Guru diartikan sebagai pendidik professional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi perserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagaimana ketentuan

umum dalam UU nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.

Guru menurut UU nomor 14 tahun 2005 bab. II pasal 2 mempunyai

kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang

diangkat sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Jadi pada hakekatnya

mengajar itu sama dengan mendidik. Karena itu idaklah heran bila sehari-harinya

sebagai pengajar lazim juga di sebut pendidik.

Guru menurut pasal 35 PP 38/1992 diperkenankan bekerja di luar tugasnya

untuk memperoleh penghasilan tambahan sepanjang tidak mengganggu tugas

utamanya.Kebolehan mengerjakan tugas lainya memberi kesan berkurangnya

derajat profesional keguruan, para guru walaupun tidak mengganggu tugas utama

mereka sebagai pengajar,apalagi jika mengingat tidak tegasnya batasan tidak

mengganggu tugas utama. Pantaskah seorang guru menjadi seorang tukang ojek

pada sore hari atau menjadi pedagagng asongan di stasiun pada hari-hari libur?

Persoalan ini tampaknya akan terus berlangsung sampai pemerintah mampu

menaikan gaji guru secara merata dan menyeluruh sebagaimana adanya tunjangan

Page 18: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

profesi yang diperoleh melalui persyaratan sertipikasi yangsampai sekarang belum

bisa menyentuh guru secara keseluruhan.

Hal lain adalah sarjana non keguruan boleh menjadi guru asal mempunyai

Akta mengajar.Akta ini dikeluarkan oleh LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan) dan program akta pada fakultas tarbiyah untuk menjadi guru

agama.Jadi seorang sarjana tehnik bisa menjadi guru.Konotasinya,semua sarjana

non kependidikan boleh mengajar. Tidak ada keharusan memiliki pengalaman

pendidikan dan ijazah sarjana keguruan misalnya dari IKIP dan fakultas tarbiyah .

Kita memang tak perlu berburuk sangka.Namun yang perlu diwaspadai adalah

kekurang mampuan mereka mengelola PBM,mengingat di perlukan waktu 5 tahun

untk memperoleh SI untuk belajar dan berlatih mengelola PBM. Selain itu

kenyataan di lapangan menunjukan bahwa out put LPTK seperti yang diakui oleh

Mendikbud RI,belun memuaskan, terbukti dengan tidak sesuainya guru bidang

studi dan rendahnya kualitas PBM, juga masih rendahnya kualitas dosen

pengelola LPTK itu sendiri.

Idealnya seorang yang memiliki bakat untuk menjadi guru terlebih dahulu

menempuh pendidikan formal keguruan selama kurun waktu tertentu sesuai

dengan kebutuhan institusi kependidikan yang akan menjadi tempat

kerjanya.Selain itu ragam mata kuliah yang dipelajari juga harus lebih spesipik

dan berorientasi pada kompetensi dan profesionalisme keguruan yang

memadai.Tunjangan profesi yang telah dipenuhi oleh pemerintah sejak tahun

2006 yang lalu sampai sekarang dan rencananya akan rampung pada tahun 2014

akan mengubah makna guru pada masa akan datang. Adanya perbaikan

Page 19: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

penghasilan bagi profesi guru akan mengubah makna guru dari profesi yang

kering manjadi profesi yang cukup basah, dari profesi yang direndahkan

dimasyarakat menjadi profesi yang diminati. Bertambahnya peminat jurusan

keguruan diperguruan tinggi menandakan tanda bahwa guru akan dating akan

membawa warna cerah. Mutu pendidikan akan dengan sendirinya akan meningkat

seiring dengan adanya guru yang secara genetic mempunyai daya IQ yang tinggi

para guru masa dating. Lulusan SMA yangmenjacai peringkat di SMA tidak lagi

ramai-ramai hanya mendaptar pada jurusan kedokteran, teknik dan jurusan yang

penting ,tapi sebagian sudah ada yang mendaftar menjadi calon guru.

Masyarakat memaknai bahwa seorang guru adalah penentu keberhasilan

anaknya. Guru merupakan salah satu issu penting yang menjadi sorotan dari

berbagai media massa, berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan, dan

keberhasilan suatu sekolah. Ada sebagian masyarakat kita beranggapan

keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh mutu guru itu sendiri.

Sementara kita ketahui bersama keberhasilan atau kegagalan pendidikan bukan

dari factor guru satu satunya yang menjadi penentu. Guru yang paling banyak

terlibat dengan proses mengajar-belajar (PMB) atau yang paling populer dengan

proses belajar mengajar ( PBM).

E. Tugas Guru

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 24 ayat

(7) menyatakan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala satuan

pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian satuan

Page 20: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

pendidikan, pengawas satuan pendidikan, kepala perpustakaan, kepala

laboratorium, bengkel, atau unit produksi. Selanjutnya, sesuai dengan isi Pasal 52

ayat (1) huruf e, guru dapat diberi tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok

misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja,

dan guru piket.

Tugas tambahan sebagai guru piket memang suatu pekerjaan yang berat

bagi guru, sehingga perlu pengelolaan khusus. Daftar tugas piket adalah pedoman

yang harus diikuti agar pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan. Guru piket

ini juga menjaga keamanan sekolah selama berlangung Prose pembelajaran.

Penerapan piket ini ditujukan agar tidak terjadi hal-hal seperti kebakaran,

pencurian, pemadaman listrik mendadak yang bisa merusak peralatan sekolah dan

sebagainya.

Adapun rincian tugas piket yang dimaksud dalam pelaksanaan pros belajar

mengar khususnya sebagai berikut;

1. Menjaga keamanan dan ketertiban pada saat jam pelajaran sedang

berlangsung

2. Mengisi jam pelajaran yang kosong

3. Melayani tamu

4. Mengawasi siswa pada saat istirahat dan selama proses KBM berlangsung

5. Mencatat semua kegiatan/kejadian selama proses KBM berlangsung

6. Melarang/mengijinkan siswa yang akan meninggalkan jam pelajaran

tertentu

7. Mencatat siswa yang terlambat dan tidak masuk sekolah dalam buku piket

Page 21: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

8. Mencatat guru yang terlambat dan tidak hadir dalam buku piket

9. Mengisi laporan piket dengan cermat

10. Melaporkan hal-hal yang dianggap perlu kepada Kepala Sekolah atau

Wakil Kepala Sekolah

Namun hingga saat ini, belum semua guru dapat melaksanakan tugas ideal

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yaitu dengan beban mengajar

paling sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Hal tersebut terjadi

karena kondisi sekolah yang kelebihan guru atau lokasi sekolah yang berada di

daerah terpencil. Kelebihan guru terjadi karena ada perubahan kebijakan dalam

perencanaan dan rekruitment guru, serta perubahan beban mengajar guru dari

paling sedikit 18 jam tatap muka per minggu menjadi 24 jam tatap muka per

minggu. Khusus sekolah-sekolah di daerah terpencil, pada umumnya peserta

didiknya sedikit sehingga mempengaruhi jumlah rombongan belajar (rombel) dan

rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya

F. Kompetensi Guru.

Pengertian kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan.Selain

kemampuan kompetensi juga berarti keadaan berwenang atau memenuhi syarat

menurut ketentuan hukum. Jadi kompetensi guru adalah merupakan kemampuan

guru dalam melaksanakan kewajiban –kewajibanya secara bertanggung jawab dan

layak. Pengertian guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas

keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan.

Page 22: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

Seorang guru seharusnya mnemiliki standar kompetenis sebagai mana

yang ditetapkan dalam Permen 16 tahun 2007 “Standar kompetensi guru ini

dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut

terintegrasi dalam kinerja guru. Standar kompetensi guru mencakup kompetensi

inti guru yang dikembangkan menjadi kompetensi guru PAUD/TK/RA, guru kelas

SD/MI, dan guru mata pelajaran pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan

SMK/MAK”.

Dari masing masing standar kompetensi guru mata pelajaran, setiap

kompetensi diuraikan lagi menjadi beberap kompetensi inti. Kompetensi inti dari

kompetensi pedagogik adalah : Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek

fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Menguasai teori

belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Mengembangkan

kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu Menyelenggarakan

pembelajaran yang mendidik Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk kepentingan pembelajaran. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki Berkomunikasi

secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik Menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Memanfaatkan hasil penilaian dan

evaluasi untuk kepentingan pembelajaran Melakukan tindakan reflektif untuk

peningkatan kualitas pembelajaran.

Adapunyang termasukkopmpetensi keperibadian adalah : Bertindak sesuai

dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

Page 23: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi

peserta didik dan masyarakat Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,

stabil, dewasa, arif, dan berwibawa Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang

tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Menjunjung tinggi kode

etik profesi guru.

Standar sosial juga dapat diuraikan menjadi kompetensi inti yaitu:

Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,

dan status sosial ekonomi. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun

dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang

memiliki keragaman sosial budaya. Berkomunikasi dengan komunitas profesi

sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Adapun taermasuk Kompetensi Profesional : Menguasai materi, struktur,

konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu,

Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang

diampu. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan

tindakan reflektif Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri. Dari Kompetensi Inti Guru yang terakhir untuk setiap guru

mata pelajaran dijabarkan lagi sewcara khusus sesuai mata pelajarannya.

Page 24: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

G. PERATURAN-PERATURAN YANG TERKAIT

1. Peraturan Menteri pendidikan Nasional nomor 19 tahun 2007 tetntang

standar pengelolaan pendidikan.

Peraturan menteri pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 19

tahun 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan dalam bab 2 tentang

pelaksanaan kegiatan sekolah “.Kegiatan sekolah/madrasah: 1)dilaksanakan

berdasarkan rencana kerjatahunan; 2)dilaksanakan oleh penanggung jawab

kegiatanyang didasarkan pada ketersediaan sumberdaya yang ada. b.Pelaksanaan

kegiatan sekolah/madrasah yang tidaksesuai dengan rencana yang sudah

ditetapkan perlumendapat persetujuan melalui rapat dewan pendidikdan komite

sekolah/madrasah. c.Kepala sekolah/madrasah mempertanggung-jawabkan

pelaksanaan pengelolaan bidang aka-demik pada rapat dewan pendidik dan bidang

non-akademik pada rapat komite sekolah/madrasahdalam bentuk laporan pada

akhir tahun ajaranyang disampaikan sebelum penyusunan rencanakerja tahunan

berikutnya.

Berdsarkan permen diatas jelas bagi kepala sekolah tetnatng tanggung

jawab pengelolaan sekolah bertanggungjawab dalam melaksanakan rencana kerja

dengan mengoptimlakna komponen sekolah yang ada.

1. Peraturan menteri pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 Tentang

standar proses untuk satuan pendidikan.

Dasar dan menengah “. Beban kerja minimal guru a. beban kerja guru

mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pem-

belajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik,

Page 25: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

serta melaksanakan tugas tambahan; . beban kerja guru sebagaimana dimaksud

pada huruf a di atas adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap

muka dalam 1 (satu) minggu. Untuk mencapai kerja 24 jam perminggu maka

seorang guru tidak boleh terlambat sesuai jadwal, karena apabila sering terlambat,

maka pasti tidak akan bias terpenuhi beban kerjanya sekalipun tidak perna alpa

dalam mengajar.

3.. Peraturan menteri pendidikan nasional republiikn idonesia nomor 15 tahun

2010 tentang standarp pelayanamn minimal pendidikan dasar di kabupaten/kota

Dalam permen ini dikatakan dalam ketentuan umum bahwa “ Standar pelayanan

minimal pendidikan Dasar Selanjutnya disebut SPM. Pendidikan adalah tolok

ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan diselenggarak

daerah kabupaten / kota.” Oleh karena itu maka tidak adalagi alasan bagi suatu

sekolah untuk tidak berusaha mencapai standar tersebut karena merupkan standar

yang paling di bawah.

Dalam permen ini juga dijelaskan tentang penyelenggaraan proses pembelajaran

yang ditiuntut kegiatan tatap muka adalah minimal 34 minggu dalam setahun. Dan

lebih husus lagi pada tingkat SMP yaitu kelas VII sampai IX minimal 27 jam

perminggu. Untukmencapai hal ini semua maka jika dalam jadwal pembelajaran

sudah terdapat minkmal 34 minggu dan 27 jam perminggu tetapi dalam

pelaksanaan setiap hari terjadi keterlambatan beberapa menit tiap jam pelajaran ,

maka ini menunjukkan tidak tercapainya standar minimal tersebut.

Pada sisi lain bahwa guru tetap adalah pegawai negeri sipil , maka dalam permen

ini juga dijelaskan kewajiban guru untuk bekerja selalam 37,5 jam perminggu.

Page 26: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

Sebagaimana dikatakan bahwa “ Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di

satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbinga tau melatihp esertad

idik, dan melaksanakan tugas tambahan” . Dengan ketentuan seperti ini maka

semakin jelas bagi guru bahwa keterlambatan datang mengajar merupakan

kekurangan dalam melaksanakan pelayananan minimal terhadap tugas guru.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri Satu Atap Pallantikang Maros yang

beralamat di kampung Bantabantaeng Lingkungan Panaikang, kelurahan

Pallantikang, kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi

Selatan.

B. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan selama 4 minggu yaitu pada tanggal 01 s/d 26 Novembe

Tahun 2010 dengan jadwal penelitian sebagai berikut:

NO KEGIATAN MG-1 

25 s/d 30

OKT

MG-2 

01 s/d 06

NOV

MG-3 

08 s/d 13

NOV

MG-4 

15 s/d 20

NOV

1. Membentuk tim peneliti

Koordinasi dengan

pihak terkait

Melengkapi dan

Page 27: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

memperbaiki proposal

penelitian

Menyiapkan fasilitas

yang diperlukan

(instrumen, dll)

2. Melaksanakan

penelitian

Mengolah data

Merencanakan siklus II

Jika ada.

√ v

3. Membuat rencana

tindak lanjut

Membuat laporan hasil

penelitian

v

1. C. Tim Peneliti

Tim peneliti terdiri dari 3 orang sebagai berikut:

NO NAMA JABATAN STATUS

1. Muhammad Akib, S. Pd Kepala SMPN Satap

Pallantikang Maros

Ketua Peneliti

2. Herlina Amrah,S. Pd Ur. Kur. SMPN Satap

Pallantikang Maros

Anggota Peneliti

3. Husain, S. Pd Ur. Kes. SMPN Satap Anggota Peneliti

Page 28: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

Pallantikang Maros

(curiculum vitae tim peneliti terlampir)

D. Pentahapan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian adalah:

1. Menganalisis permasalahan yang penting untuk diteliti

2. Membuat rencana penelitian

3. Membentuk tim peneliti

4. Mengkoordinasikan rencana penelitian kepada pihak terkait

5. Membuat proposal penelitian

6. Menyiapkan fasilitas penelitian (sarara prasarana, peralatan, bahan dll)

7. Melaksanakan penelitian dan melakukan pengamatan dengan

menggunakan instrumen sesuai perencanaan

8. Mengolah data hasil penelitian

9. Merefleksikan hasil penelitian dan membuat rencana tindak lanjut

10. Membuat laporan penelitian

E. Objek, sasaran, dan jenis tindakan

OBJEK PENELITIAN SASARAN

PENELITIAN

JENIS TINDAKAN

Semua guru SMP Negeri Satu

Atap Pallantikang Maros

Kompetensi

keperibadian

Pencatatan piket 

berkelanjuta

F. Siklus Tindakan

Penelitian ini dilakukan 2 (dua) siklus dengan perencanaan penelitian tindakan

masing-masing siklus sebagai berikut:

Page 29: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

SIKLUS I PERENCANAAN I MENYIAPKAN: 

1. Identifikasi permasalahan, objek penelitian,

sasaran penelitian, jenis tindakan yang akan

dilakukan.

2. Jenis data yang akan dijaring dan jenis instrumen

yang digunakan.

3. Cara pengolahan data hasil pengamatan.

4. Indikator keberhasilan dari tindakan.

5. Skenario pelaksanaan tindakan (waktu, tempat,

peserta, tim pengamat, fasilitas yang diperlukan,

langkah tindakan, dll)

PELAKSANAAN I Pelaksanaan tindakan I (pencatatan jam masuk kelas

dan jam keluar di kelas) berdasarkan jadwal

pelajaran.

PENGAMATAN I Pengamatan objek dengan menggunakan instrumen

yang telah disiapkan di perencanaan I

REFLEKSI I Pengkajian Dan Evaluasi Terhadap 

1. Proses tindakan I

2. Dampak tindakan I

SIKLUS II PERENCANAAN II melakukan penyempurnaan tindakan apabila

hasil refleksi I belum menunjukkan hasil

yang sesuai harapan (menjadi perencanaan II)

Page 30: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

atau

menetapkan untuk mengulang perencanaan

apabila hasil refleksi i sudah menunjukkan

hasil yang sesuai harapan

PELAKSANAAN II pelaksanaan tindakan ii (pencatatan jam tiba

disekolah)

atau

pengulangan pelaksanaan tindakan i (untuk

memastikan bahwa hasil siklus i bukan

merupakan faktor kebetulan)

PENGAMATAN II pengamatan dengan menggunakan instrumen yang

telah disiapkan di perencanaan ii

REFLEKSI II Pengkajian Dan Evaluasi Terhadap 

1. Proses tindakan II

2. Dampak tindakan I

G. Teknik pengumpulan data dan jenis instrumen yang digunakan

Berikut adalah data yang akan dijaring pada penelitian ini dan instrumen yang

digunakan untuk penjaringan data.

NO DATA YANG DIJARING JENIS INSTRUMEN

Kesesuaian Jam masuk kelas dengan Jam

Mengajar.

1. Lembar observasi jam masuk

lesa pada jam pertama

2. lembar observasi jam keluar

Page 31: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

dikelas pada jam terakhir

H. Teknik analisis data

Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif . jumlah guru yang

terlambat mengajar pada jam pertama pada setiap harinya dirata-ratakan kemudian

diprosesntasekan, hasil prosentase dari hasil prosentase dapat dilihat kategori

keterlabantan sebagaimana dipertimbangkan sebagai nilai kewajaran. Yang dibagi

menjadi 3 kategori yaitu :

1. Kategori tinggi yaitu 41% – keatas

2. Kategori sedang yaitu 21 – 40 %

3. Kategori rendah/ normal yaitu 0 – 20 %

BAB IV

SIKLUS TINDAKAN

A. Siklus I

Secara sistematik hasil penelitian ini disajikan dalam susunan:

(1) Perencanaan, (2) Pelaksanan tindakan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.

1. Perencanaan

Solusi untuk mengatasi masalah kedisiplinan guru perlu disusun kedalam suatu

program tindakan pendisiplinan. Penyusunan program tindakan pendisiplinan

dalam arti luas, berlangsung sejak mulai peneliti memberikan arahan, sampai

meyusun Rencana Pelaksanaan Pendisiplinan. Permasalahan yang perlu diatasi

untuk usaha peningkatan kedisiplinan guru dalam pelaksanaan tugas adalah

kedisiplinan masuk mengajar dan kedisiplinan meninggalkan kelas setelah

pembelajaran. Setelah mendapatkan masalah tersebut di atas, dilanjutkan dengan

Page 32: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

mengidentifikasi faktor penyebab lainnya. Karena melalui pemahaman berbagai

kemungkinan penyebab masalah, suatu tindakan dapat dikembangkan. Peneliti

menganggap bahwa penyebab masalah adalah sikap yang sudah terbiasa

dilakukan karena kurangnya pengawasan. Tindakan solusi masalah yang

digunakan oleh peneliti, yaitu perobahan sikap terhadap tugas dengan cara

pencatatan secara ketat oleh piket dan berkelanjutan. Dari masalah serta solusi

pemecahan masalah, maka peneliti melaksanakan perencanaan dengan

menyediakan lembar observasi yang akan digunakan setiap hari pada jam pertam

dan jam terakhir.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan pendisiplinan dengan pencatatan secara ketat untuk meningkatkan

kedisiplinan guru adalah sebagai berikut : 1)mencacat jam masuknya kelas oleh

guru yang mengajar pada jam pertama 2) mencatat keluarnya guru dari kelas pada

jam terakhir.

3.. Pengamatan /observasi

Berdasarkan hasil observasi dari tim peneliti yang dilakukan setiap hari sebelum

jam pertama hingga jam terakhir di sekolah diadakan pencatatn pergantian jam,

maka dapat dituliskan 2 macam data. Pertama tentang frekwensi keterlambatan

guru mengajar pada jam pertama dapat di lihart pada tabel 1 berikut ini. Kedua

frekwensi cepatnya guru meninggalkan kelas pada jam terakhir dapat dilihat pada

tabel 2 berikut ini.

Tabel. 1. Data Frekwensi keterlambatan guru menjar pada jam pertama

No Tanggal Frekwensi (%) Keterangan

Page 33: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

keterlambatan

1 01 – 11 – 2010 3 60

2 02 – 11 – 2010 1 20

3 03 – 11 – 2010 0 0

4 04 – 11 – 2010 1 20

5 05 – 11 – 2010 3 60

6 06 – 11 – 2010 1 20

Jumlah 9 —

Rata-rata 1,50 30

Tabel. 2. Data Frekwensi cepatnya guru selesai mengajar pada jam terakhir.

No Tanggal Frekwensi % cepat keluar Keterangan

1 01 – 11 – 2010 2 40

2 02 – 11 – 2010 1 20

3 03 – 11 – 2010 1 20

4 04 – 11 – 2010 2 40

5 05 – 11 – 2010 2 40

6 06 – 11 – 2010 2 40

Jumlah 10 —

Rata-rata 1,66 33,33

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborasi tim peneliti yang

dituliskan pada tabel frekwensui di atas dapat dilihat bahwa. Pada hari pertama

pencatatan terdapat 3 guru yang terlambat atau 60 % dari 5 guru yang mengajar

Page 34: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

pada jam pertama. Angka ini menunjukkan masih tingginya angka keterlambatan

guru yang masih berada di atas batas kategori tinggi yaitu 60%. Pada Hari kedua

dan keempat prosentase keterlambatan menurun hingga 1 orang guru atau 20 %.

Angka ini menunjukkan penurunan, angka ini menunjukan kategori normal. Pada

hari kelima kembali menunjukkan kenaikan kembali menjadi 3 orang guru yang

terlambat atau 60 %, angka ini masih berada pada kategori tinggi. Angka

menunjukkan kategori tinggi. Pada hari keenam keterlambatan derastis menurun

pada angka 1 orang guru atau 20 % , angka ini menunjukkan kategori normal.

Secara keseluruhan keterlambatan guru pada minggu pertama ini menuinjukkan

angka rata-rata yang berada pada kategori sedang yaitu 30 %. Angka ini masih

berada pada angka kategori sedang.

Hasil observasi terhadap guru yang cepat keluar berdasarkan data frekwensi

menunjukkan bahwa pada hari pertama pencatatan terdapat 2 guru yang cepat

keluar atau 40 % dari 5 guru yang mengajar pada jam terakhir. Angka ini

menunjukkan batas sedang yang mendekati tingginya angka kelalaian guru yang

menghampiri kategori tinggi. Pada Hari kedua dan ketiga prosentase kelalaian

menurun hingga 1 orang guru atau 20 %. Angka ini sudah berada pada kategori

normal. Pada hari keempat, kelima, dan keenam menunjukkan kenaikan kembali

hingga ada 2 orang guru yang lalai atau 40 %. Angka ini menunjukkan ke batas

sedang yang mendekati kategori tinggi . Secara keseluruhan kelalaian guru pada

minggu pertama menunjukkan angka yang sedang yaitu 33.33 %. Angka ini masih

perlu diturunkan. Angka ini berada pada angka kategori sedang namun perlu

mendapat perhatian serius sebab menghampiri angka tinggi.

Page 35: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

Selain pencatatan ketat yang dilakukan oleh kolaborasi peneliti juga ditugaskan

mendengarkan tanggapan sikap guru-guru yang berkembang . Sehingga secara

tidak sengaja guru –guru yang terlambat, karena memang sering terlambat

mengatakan sikap bahwa pencatatan itu hanya sebatas dalam kertas dan tidak

punya epek pengaruh sedikitpun terhadap penilaian dari kepala sekolah. Namun

sebagain juga sudah menngemukakan bahwa selalam ini kita terlambat karena

tidak perna juga dicatat dan dibukukan oleh kepala sekolah. Guru seperti ini yang

kedua tadi sudah langsung berobah dengan sistem pencatatn yang berkelanjutan

tetapi masih ada yang belum mempercayai bila hanya dicatat dan tidak akan

berpengaruh terhadap penilaian yang akan datang.

1. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dari tindakan pada siklus satu terlihat bahwa sudah

ada perubahan prilaku sebagian guru yang sering terlambat dan cepat keluar dari

kelas. Perubahan yang terjadi belum keseluruhan karena masih ada guru yang

menganggap bahwa pencatatan ini tidak ada apa-apanya, hanya sampai pada buku

catatan piket saja. Dari hasil pertemuan dengan tim peneliti terdapat satu masukan

bahwa masih perlu ada perbaikan tindakan untuk lebih meminimalkan, bahkan

hingga tidak ada lagi guru yang ingin terlambat dan cepat meninggalkan kelas

pada jam terakhir. Memang disadari oleh peneliti bahwa yang sering terlambat

dan cepat keluar pada jam yang tersedia adalah guru yang jarak tempat tinggalnya

agak jauh. Dari hasil wawancara dengan guru, tim peneliti menemukan masukan

faktor penyebab datang terlambat dan cepat keluar diantaranya; ada kegiatan yang

tidak bisa ditinggalkan, ada urusan keluarga, siswa tidak bergairah, ada ulangan,

Page 36: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

siswa gelisah, dan lain-lain. Ditambah perjalanan yang sering menjadi penghalang

yaitu macet dan cuaca yang tidak menentu. Berdasarkan hasil yang dipoeroleh

pada siklus I belum memuaskan peneliti maka tim peneliti menyepakati untuk

melajutkan pada siklus II. Perbaikan tindakan yang disepakati pada siklus II

adalah mewawancarai guru-guru dan mengumumkan hasil pengamatan

keterlambatan dan kelalaian cepat keluar setiap hari senin pada papan informasi

secara khusus.

B. Siklus II

Pelaksanaan siklus II ini pada dasarnya sama dengan silus I yaitu:

(1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi, dan (4) Repleksi.

1. Perencanaan.

Perencanan yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya sama yang dilaksanakan

pada siklus I dengan tambahan menyediakan papan pengumamn khusus untuk

mengumumkan hasil pencatatan piket pada hari terakhir serta wawancara dengan

guru-guru tersebut.

1. Pelaksanaan tindakan.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada dasarnya sama yang dilaksanakan pada

siklus I. Sebagai tambahan tindakan pada siklus II adalah setiap hari sabtu

sebelum peneliti meninggalkan sekolah menuliskan hasil observasi selama enam

hari yang berlalu pada papan pengumuan yang sudah disediakan dan

mewawancarai guru yang bersangkutan.

3.. Pengamatan /observasi

Page 37: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

Sebagaimana hasil observasi pada siklus I, maka pada siklus II dari tim peneliti

yang dilakukan setiap hari sebelum jam pertama hingga jam terakhir di sekolah

diadakan pencatatan pergantian jam maka dapat dituliskan 2 macam data. Pertama

tentang frekwensi keterlambatan guru mengajar pada jam pertama dapat dilihart

pada tabel 3 berikut ini. Kedua frekwensi cepatnya guru meninggalkan kelas pada

jam terakhir dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel. 3. Data Frekwensi terlambat mengajar mengajar pada jam pertama

No Tanggal Frekwensi % lambat

mengajar

Keterangan

1 08 – 11 – 2010 1 20

2 09 – 11 – 2010 0 0

3 10 – 11 – 2010 1 0

4 11 – 11 – 2010 0 0

5 12 – 11 – 2010 1 20

6 13 – 11 – 2010 0 20

Jumlah 3 —

Rata-rata 0,5 7,50

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborasi tim peneliti yang

dituliskan pada tabel frekwensui 3 di atas dapat dilihat bahwa. Pada hari

pertama ,kelim, dan keenam masih terdapat masing –masing 1 guru yang

terlambat atau 20 % dari 5 guru yang mengajar pada jam pertama. Angka ini

menunjukkan angka keterlambatan guru yang sudah berada pada kategori rendah

atau sudah dikatakan normal. Secara keseluruhan keterlambatan guru pada

Page 38: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

minggu kedua ini sudah menuinjukkan kategori yang rendah karena yang

terlambat sudah menunjukkan di bawah angka 20 %. Terbukti pada minggu kedua

Ini telah menunjukkan angka keterlambatan guru sudah mencapai 7,50 %

Tabel. 4. Data Frekwensi cepatnya guru selesai mengajar pada jam terakhir.

No Tanggal Frekwensi % cepat keluar Keterangan

1 08 – 11 – 2010 0 0

2 09 – 11 – 2010 1 0

3 10 – 11 – 2010 0 0

4 11 – 11 – 2010 0 20

5 12 – 11 – 2010 1 20

6 13 – 11 – 2010 0 0

Jumlah 2 —

Rata-rata 0,33 6,67

Hasil observasi terhadap guru yang cepat keluar berdasarkan data frekwensi

menunjukkan bahwa pada hari pertama, ketiga, keempat, dan keenam pencatatan

sudah tidak terdapat guru yang cepat keluar atau 0 % . atau keseluruhan guru yang

mengajar pada jam terakhir keluar tepat pada waktunya. Namun pada hari kedua

dan kelima masih terdapat masing-masing 1 orang guru atau 20 % guru yang

keluar sebelum waktunya. Angka ini menunjukkan bahawa angka kelalaian guru

yang sudah berada di batas kategori rendah atau normal. Secara keseluruhan

kelalaian guru pada minggu kedua ini sudah menuinjukkan angka yang cukup

rendah yaitu 6,67 %. Angka ini sudah berada di bawah angka rendah atau normal

yaitu 20 %.

Page 39: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dari tindakan pada siklus dua terlihat bahwa sudah

ada perubahan prilaku guru yang sering terlambat dan cepat keluar dari kelas

secara signipikan. Perubahan yang terjadi belum keseluruhan namun peneliti

menganggap bahwa sebenarnya dalam jiwa guru sudah terdapat perubahan sikap

namun maish perlu waktu pembiasaan yang cukup, sehingga pada hari – hari akan

datang diharapkan tidak ada lagi guru yang tidak mau berusaha keras untuk tidak

terlambat datang mengajar dan keluar dari kelas sebelum waktunya. Guru

menyadari bahwa masuk dan keluar tepat waktu adalah suatu kedisiplinan dalam

melaksanakan tugas. Masuk dan keluar tepat waktu dalam melaksanakan tugas

menjadi tekad bulat teman-teman guru. Usaha keras untuk datang ke sekolah

menjadi prioritas peneliti untuk peningkatan pendisiplinan guru di sekolah.

Tindakan pencatatan piket diperlukan untuk kelanjutan kedisiplinan di sekolah.

Berdasarkan hasil yang dipoeroloeh pada silus II peneliti merasa puas maka tim

peneliti menyepakati untuk tidak melanjutkan lagi pada siklus berikutnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pemabahasan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Pencatatan yang ketat oleh piket terhadap kedatangan guru pada jam

pertama dapat mengurangi keterlambatan guru mengajar.

Page 40: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

2. Pencatatan yang ketat oleh piket terhadap jam mengajar terakhir dapat

mengurangi cepatnya guru pulang sebelum waktunya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang peneliti temukan , maka dapat

peneliti sarankan :

1. Kepada kepala sekolah agar dapat menjadikan hasil penelitian sebagai

pertimbangan untuk menertibkan jam mengajar guru yang ada di sekolah.

2. Kepada Kepala Dinas dan jajaranya hingga pengawas sekolah agar dapat

menyarankan kepada kepala sekolah untuk menerapkan pencatatan piket

secara ketat untuk menertibkan guru yang ada di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan

Nasional. Jakarta.

2. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Guru. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional.

Jakarta.

3. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007

Tentang Standar Pengelolaan Nasional Pendidikan. Lembaran Negara RI

Tahun 2005. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Jakarta.

Page 41: Meningkatkan Kedisiplinan Guru Smp Negeri Satu Atap Pallantikang Melalui Penerapan Pencatatan Piket Secara Ketat Dan Berkelanjutan

4. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

41 Tahun 2007 Tentang Standar proses Departemen Pendidikan Nasional.

Jakarta.

5. Kusuma,Atmajaya.1984.“Peran Seorang Kepala Sekolah di Dalam

Meningkatkan Kedisiplinan dan Kerajinan Guru Bantunya di Sekolah.”