menimbang - audit board of indonesia...indonesia nomor 4844); 3 mengingat : 1. undang-undang nomor...

138

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

BUPATI KOLAKA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA

NOMOR 1 TAHUN 2014V.

TENTANG

PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAMA ESA

BUPATI KOLAKA,

Menimbang : a. bahwa wiiayah. kabupaten Kolaka memiliki

kondisi geografis, geologis, dan demografis

yang rawan teijadinya bencana, baik yang

disebabkan oleh faktor alam, faktor non

alam maupun oleh perbuatan manusia yang

menyebabkan kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, danipak psikologis

dan korban jiwa yang dalam keadaan

tertentu dapat menghambat pembangunan

daerah;

I

BUPATI KOLAKA

PROV1NSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA

NOMOR 1 TAHUN 2014

TENTANG

PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOLAKA,

Menimbang : a. bahwa wilayah kabupaten Kolaka memiliki

kondisi geografis, geologis, dan demografls

yang rawan teijadinya bencana, baik yang

disebabkan oleh faktor alam, faktor non

alam maupun oleh perbuatan manusia yang

menyebabkan kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dampak psikologis

dan korban jiwa yang dalam keadaan

tertentu dapat menghambat pembangunan

daerah;

l

Page 2: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

b. bahwa untuk mengantisipasi resiko

bencana dan memulihkan kondisi pasca

bencana yang sesuai dengan tatanan nilai-

nilai yang hidup tumbuh dan berkembang

dalam kehidupan masyarakat diperlukan

adanya upaya penyelenggaraan

penanggulangan bencana secara

sisternatis, terencana, terkoordinasi dan

terpadu;

c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 9

Undang-undang Nomor 24 tahun '2007,

wewenang Pemerintah Daerah dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana

harus menetapkan kebijakan daerah di

wilayahnya selaras dengan pembangunan

daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan

sebagaimana dimaksud pada huruf a,

huruf b dan huruf c, perlu membentuk

Peraturan Daerah Kabupaten Kolaka

tentang Penyelenggaraan Penanggulangan

Bencana.

2

b. bahwa untuk mengantisipasi resiko

bencana dan memulihkan kondisi pasca

bencana yang sesuai dengan tatanan nilai-

nilai yang hidup tumbuh dan berkembang

dalam kehidupan masyarakat diperlukan

adanya upa}ÿa penyelenggaraan

penanggulangan bencana secara

sistematis, terencana, terkoordinasi dan

terpadu;

c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 9

Undang-undang Nomor 24 tahun 2007,

wewenang Pemerintah Daerah dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana

harus menetapkan kebijakan daerah di

wilayahnya selaras dengan pembangunan

daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan

sebagaimana dimaksud padk huruf a,

huruf b dan huruf c, perlu membentuk

Peraturan Daerah Kabupaten Kolaka

tentang Penyelenggaraan Penanggul&ngan

Bencana.

2

Page 3: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959

tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat

II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

1822);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah keduakalinya

dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun

2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

3

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959

tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat

II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

1822);

2. Undang-Undang Nomof 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah keduakalinya

dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun

2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

3

Page 4: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004

tentang Jalan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4441);

5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4723);

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4725);

4

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004

tentang Jalan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4441);

5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4723);

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4725);;

4

Page 5: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009

tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4967);

8. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5038);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 33,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4988);

10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5063);

5

7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009

tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4967);

8. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5038);9

. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 33,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4988);

10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

Tambahan Lembarani Negara Republik

Indonesia Nomor 5063);;

5

Page 6: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pernbentukan Peraturan Perundang-

undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

12. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012

Tentang Pengadaan Tanah untuk

Pembangunan bagi Kepentingan Umum

13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005

tentang Pedoman Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4593);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006

tentang Jalan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2006 Nomor 30, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4638);

6

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

12. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012

Tentang Pengadaan Tanah untuk

Pembangunan bagi Kepentingan Umum

13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005

tentang Pedornan Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4593);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006

tentang Jalan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2006 Nomor 30, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4638);

6

Page 7: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4737);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 89 Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4741);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Penanggulangan

Bencana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4828);

7

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4737);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 89 Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4741);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Penanggulangan

Bencana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4828);

7

Page 8: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

18. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008

tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan

Bencana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4829);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008

tentang Peran Serta Lembaga Internasional

dan Lembaga Asing Non Pemerintahan dalam

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4830);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4858);

8

18. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008

tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan

Bencana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4829);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008

tentang Peran Serta Lembaga Internasional

dan Lembaga Asing Non Pemerintahan dalam

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4830);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4858);

8

Page 9: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

21. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005

tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan

Pembangunan untuk Kepentingan Umum

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36

Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah bagi

Pelaksanaan Pembangunan untuk

Kepentingan Umum;

22. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008

tentang Badan Nasional Penanggulangan

Bencana;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46

Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan

Tata Keija Badan Penanggulangan Bencana

Daerah;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

Tahun 2014 Pembentukan Produk Hukum

Daerah.

9

21. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005

tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan

Pembangunan untuk Kepentingan Umum

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36

Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah bagi

Pelaksanaan Pembangunan untuk

Kepentingan Umum;

22. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008

tentang Badan Nasional Penanggulangan

Bencana;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46

Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan

Tatai Keija Badan Penanggulangan Bencana

Daeirah;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

Tahun 2014 Pembentukan Produk Hukum

Daerah.

9

Page 10: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

25. Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulan Bencana Nomor 1 Tahun 2008

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Nasional Penanggulan Bencana.

26. Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulan Bencana Nomor 3 Tahun 2008

Tentang Pedoman Pembentukan Badan

Penanggulan Bencana Daerah;

27. Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulan Bencana Nomor 4 Tahun 2008

Tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Penanggulangan Etencana;

28. Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulan Bencana Nomor 6 Tahun 2008

Tentang Pedoman Penggunaan Dana Siap

Pakai.

29. Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulan Bencana Nomor 9 Tahun 2008

Tentang Protap Tim Reaksi Cepat.

10

25. Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulan Bencana Nomor 1 Tahun 2008

Tentang Organisasi dan Tata Keija Badan

Nasional Penanggulan Bencana.

26. Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulan Bencana Nomor 3 Tahun 2008

Tentang Pedoman Pembentukan Badan

Penanggulan Bencana Daerah;

27. Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulan Bencana Nomor 4 Tahun 2008

Tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Penanggulangan Bencana;

28. Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulan Bencana Nomor 6 Tahun 2008

Tentang Pedoman Penggunaan Dana Siap

Pakai.

29. Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulan Bencana Nomor 9 Tahun 2008

Tentang Protap Tim Reaksi Cepat.

10

Page 11: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

30. Peraturan Daerah Kabupaten Kolaka Nomor

12 Tahun 2009 Tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten

Kolaka.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN KOLAKA

dan

BUPATI KOLAKA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG

PENYELENGGARAAN

PENANGGULANGAN BENCANA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kolaka.

2. Kepala Daerah adalah Bupati Kolaka.

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kolaka.

11

30. Peraturan Daerah Kabupaten Kolaka Nomor

12 Tahun 2009 Tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Keija Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten

Kolaka.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN KOLAKA

dan

BUPATI KOLAKA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANGPENYELENGGARAAN

PENANGGULANGAN BENCANA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kolaka.

2. Kepala Daerah adalah Bupati Kolaka.

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kolaka.

ll

Page 12: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Kolaka.

5. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang

selanjutnya disingkat BNPB adalah lembaga pemerintah

non-departemen yang dipimpin oleh pejabat setingkat

menteri yang dibentuk oleh Pemerintah, sebagai badan

yang benvenang menyelenggarakan penanggulangan

bencana pada tingkat nasional.

6. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya

disebut disingkat BPBD adalah Badan Penanggulangan

Bencana Daerah Kabupaten Kolaka.

7. Kepala Badan adalah Kepala Pelaksana Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kolaka.

8. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau faktor non alam maupun factor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

dan dampak psikologis.

12

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Kolaka.

5. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang

selanjutnya disingkat BNPB adalah lembaga pemerintah

non-departemen yang dipimpin oleh pejabat setingkat

menteri yang dibentuk oleh Pemerintah, sebagai badan

yang berwenang menyelenggarakan penanggulangan

bencana pada tingkat nasional.

6. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya

disebut disingkat BPBD adalah Badan Penanggulangan

Bencana Daerah Kabupaten Kolaka.

7. Kepala Badan adalah Kepala Pelaksana Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kolaka.

8. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan menggÿnggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau faktor non alam maupun factor

manusia sehingga mengakibatkan tiimbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugiam harta benda,

dan dampak psikologis.

12

Page 13: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

9. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan

oleh alam, antara lain berupa gempa bumi karena alam,

tsunami, letusan gunung berapi, banjir, kekeringan, angin

topan, putting beliung, tanah longsor, kebakaran

hutan/lahan karena faktor alam, dan kejadian

antariksa/benda-benda angkasa.

10. Bencana Non Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

kebakaran hutan/lahan disebabkan karena manusia,

kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi/teknologi,

dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran

lingkungan, kegiatan keantariksaan, dan kejadian luar

biasa yang diakibatkan oleh hama penyakit tanaman,

epidemik dan wabah.

11. Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan

oleh manusia, meliputi kerusuhan sosial dan konflik

sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat

dan teror.

13

9. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan

oleh alam, antara lain berupa gempa bumi karena alam,

tsunami, letusan gunung berapi, banjir, kekeringan, angin

topan, putting beliung, tanah longsor, kebakaran

hutan/lahan karena faktor alam, dan kejadian

antariksa/benda-benda angkasa.

10. Bencana Non Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

kebakaran hutan/lahan disebabkan karena manusia,

kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi/teknologi,

dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran

lingkungan, kegiatan keantariksaan, dan kejadian luar

biasa yang diakibatkan oleh hama penyakit tanaman,

epidemik dian wabah.

11. Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan

oleh manusia, meliputi kerusuhan sosial dan konflik

sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat

dan teror.

13

Page 14: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

12. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah

serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan

pembangunan yang berisiko timbulnva bencana, meliputi

prabencana, tanggap darurat, pemulihan dini dan

pascabencana.

13. Pencegahan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko

bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana

maupun pengurangan kerentanan pihak yang terancam

bencana.

14. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan

akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu

tertentu, berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,

hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau

kehilangan harta benda, dan gangguan terhadap kegiatan

masyarakat.

15. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui

pengorganisasian, serta melalui langkah yang tepat guna

dan berdaya guna.

14

12. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah

serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan

pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, meliputi

prabencana, tanggap darurat, pemulihan dini dan

pascabencana.

13. Pencegahan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengurangi atau rnenghilangkan risiko

bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana

maupun pengurangan kerentanan pihak 3'ang terancam

bencana.

14. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan

akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu

tertentu, berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,

hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau

kehilangan harta benda, dan gangguan terhadap kegiatan

masyarakat.

15. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui

pengorganisasian, serta melalui langkah yang tepat guna

dan berdaya guna.

14

Page 15: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

16. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian

peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang

kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat

olehlembaga yang berwenang.

17. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi

risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi

ancaman bencana

18. Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian

bencana untuk menangani dampak buruk yang

ditimbulkan, meliputi kegiatan evakuasi korban,

penyelamatan nyawa dan harta benda, pemenuhan

kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,

serta pemulihan darurat prasarana dan sarana.

19. Korban Bencana adalah orang atau kelompok orang yang

menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

20. Pemulihan adalah upaya yang dilakukan pada saat

pascabencana, yang terdiri dari rehabilitasi dan

rekonstruksi.

15

16. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian

peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang

kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat

olehlembaga yang berwenang.

17. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi

risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi

ancaman bencana

18. Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian

bencana untuk menangani dampak buruk yang

ditimbulkan, meliputi kegiatan evakuasi korban,

penyelamatan nyawa dan harta benda, pemenuhan

kebutuhan dasarr, perlindungan, pengurusan pengungsi,

serta pemulihan darurat prasarana dan sarana.

19. Korban Bencana adalah orang atau kelompok orang yang

menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

20. Pemulihan adalah upaya yang dilakukan pada saat

pascabencana, yang terdiiri dari rehabilitasi dan

rekonstruksi.

15

Page 16: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

21. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua

aspek pelayanan publik sampai pada tingkat yang

memadai dengan sasaran utama untuk normalisasi atau

berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan

kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana

seperti pada kondisi sebelum terjadinya bencana.

22. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua

prasarana dan sarana serta kelembagaan pada wilayah

pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun

masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan

berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan

budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya

peranserta masyarakat dalam segala aspek kehidupan

bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

23. Pengelolaan Bantuan Penanggulangan Bencana adalah

kegiatan penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian

bantuan yang disediakan dan digunakan pada

prabencana, saat tanggap darurat, pemulihan dini dan

pascabencana.

24. Bantuan Tanggap Darurat Bencana adalah bantuan

untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan

darurat.

16

21. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua

aspek pelayanan publik sampai pada tingkat yang

memadai dengan sasaran utama untuk normalisasi atau

berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan

kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana

seperti pada kondisi sebelum terjadinya bencana.

22. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua

prasarana dan sarana serta kelembagaan pada wilayah

pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun

masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan

berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan

budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya

peranserta masyarakat dalam segala aspek kehidupan

bermasyarakat pada willayah pascabencana.

23. Pengelolaan Banituan Penanggulangan Bencana adalah

kegiatan penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian

bantuan yang disediakan dan digunakan pada

prabencana, saat tanggap darurat, pemulihan dini dan

pascabencana.

24. Bantuan Tanggap Darurat Bencana adalah bantuan

untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan

darurat.

16

Page 17: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

25. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disebut disingkat

KLB adalah status yang diterapkan untuk

mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah

penyakit yang ditandai dengan kejadian meningkatnya

kesakitan atau kematian yang bermakna secara

epidemilogis pada suatu daerah dalam kurun waktu

tertentu.

26. Dana Penanggulangan Bencana adalah dana yang

digunakan bagi penanggulangan bencana untuk tahap

prabencana, saat tanggap darurat, pemulihan dini

dan/atau pascabencana.

27. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang

selanjutnya disebut APBN adalah rencana keuangan

tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat.

28. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang

selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan

tahunan Pemerintah Daerah yang disetujiui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

25. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disebut disingkat

KLB adalah status yang diterapkan untuk

mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah

penyakit yang ditandai dengan kejadian meningkatnya

kesakitan atau kematian yang bermakna secara

epidemilogis pada suatu daerah dalam kurun waktu

tertentu.

26. Dana Penanggulangan Bencana adalah dana yang

digunakan bagi penanggulangan bencana untuk tahap

prabencana, saat tanggap darurat, pemulihan dini

dan/atau pascabencana.

27. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang

selanjutnya disebut APBN adalah rencana keuangan

tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan

Perwakilani Rakyat.

28. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang

selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan

tahunan Pemerintah Daerah yang disetujjui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

17

Page 18: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

BAB II

ASAS , PRINSIP DAN TUJUAN

Pasal 2

(1)Asas dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana,

yaitu :

a. kemanusiaan;

b. keadilan;

c. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

d. keseimbangan, keselarasan, dan keserasian;

e. ketertiban dan kepastian hukum;

f. kebersamaan;

g. kelestarian budaya dan lingkungan hidup;

h. berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

(2) partisipasi. Prinsip dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana, yaitu:

a. pengurangan resiko;

b. cepat dan tepat;

c. prioritas;

d. koordinasi dan keterpaduan;

e. berdayaguna dan berhasilguna;

f. transparansi dan akuntabilitas;

g. kepentingan umum;

h. proporsionalitas;

18

BAB II

ASAS , PRINSIP DAN TUJUAN

Pasal2

(1) Asas dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana,

yaitu :

a. kemanusiaan;

b. keadilan;

c. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;d. keseimbangan, keselarasan, dan keserasian;

e. ketertiban dan kepastian hukum;

f. kebersamaan;

g. kelestarian budaya dan lingkungan hidup;

h. berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

(2) partisipasi. Prinsip dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana, yaitu:

a. pengurangan resiko;

b. cepat dan tepat;

c. prioritas;

d. koordinasi dan keterpaduan;

e. berdayaguna dan berhasilguna;

f. transparansi dan akuntabilitas;

g.. kepentingan umum;

h. proporsionalitas;

18

Page 19: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

i. profesionalitas;

j. kemitraan;

k. pemberdayaan;

1. nondiskriminasi; dan

m. nonproletisi;

n. kemandirian;

o. kearifan lokal;

p. membangun kembali kearah yang lebih baik; dan

q. berkelanjutan.

Pasal 3

Tujuan penyelenggaraan penanggulanga n bencana yaitu :

a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari

ancaman bencana;

b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah

ada;

c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana

secara terencana, terpadu, terkoordinasi, menyeluruh dan

berkelanjutan dan ;

d. menghargai budaya lokal

e. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta

swasta;

f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan

kedermawanan;

g. meminimalisasi dampak bencana;19

i. profesionalltas;

j. kemitraan;

k. pemberdayaan;

1. nondiskriminasi; dan

m. nonproletisi;

n. kemandirian;

o. kearifan lokal;

p. membangun kembali kearah yang lebih baik; dan

q. berkelanjutan.

Pasal 3

Tujuan penyelenggaraan penanggulangan bencana yaitu :

a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari

ancaman bencana;

b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah

ada;

c. menjamin terselbnggaranya penanggulangan bencana

secara terencana, terpadu, terkoordinasi, menyeluruh dan

berkelanjutan dan ;

d. menghargai budaya lokal

e. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta

swasta;

f. mendorong semamgat gotong royong* kesetiakawanan dan

kedermawanan;

g. meminimalisasi dampak bencana;19

Page 20: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

h. menciptakan perdarnaian dalam kehidupan

bermasyarakat; dan

i. mengurangi kerentanan dan meningkatkati kemampuan

masyarakat dalam menghadapi bencana

BAB III

TANGGUNGJAWAB DAN WEWENAWG

Pasal 4

(1) Pemerintah Daerah adalah penanggungjawab dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(2) Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab

penanggulangan bencana, pemerintah daerah

melimpahkan tugas penyelenggaraan penanggulangan

bencana kepada BPBD.

(3) Perangkat daerah lainnya wajib memberikan dukungan

teknis kepada BPBD sesuai kebutuhan.

Pasal 5

Tanggungjawab Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana meliputi :

a., pengurangan risiko bencana dan pemanduan pengurangan

risiko bencana melalui program pembangunan;

b. perlindungan masj^arakat dari dampak bencana;

20

h. menciptakan perdarnaian dalam kehidupan

bermasyarakat; dan

i. mengurangi kerentanan dan ineningkatkan kemampuan

masyarakat dalam menghadapi bencana

BAB III

TANGGUNGJAWAB DAN WEWENANG

Pasal 4

(1) Pemerintah Daerah adalah penanggungjawab dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(2) Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab

penanggulangan bencana, pemerintah daerah

melimpahkan tugas penyelenggaraan penanggulangan

bencana kepada BPBD.

(3) Perangkat daerah lainnya wajib memberikan dukungan

teknis kepada BPBD sesuai kebutuham.

Pasal 5

Tanggungjawab Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana meliputi:

a. pengurangan risiko bencana dan pemanduan pengurangan

risiko bencana melalui program pembangunan;

b. perlindungan masyarakat dari dampak bencana;

20

Page 21: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

c. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi

yang terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan

minimum;

d. pengalokasian dana penanggulangan bencana yang

memadai dalam APBD; dan

e. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam

bentuk dana siap pakai;

f. pemulihan kondisi dari dampak bencana sesuai

kemampuan daerah; dan

g. pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari

ancaman dan dampak bencana.

Pasal 6

(1) Wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana meliputi: :

a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana di

Daerah, selaras dengan kebijakan pembangunan

Daerah;

b. pembuatan perencanaan pembangunan yang

memasukan unsur-unsur kebijakan penanggulangan

bencana;

c. menetapkan status dan tingkatan bencana daerah;.

21

c. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi

yang terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan

minimum;

d. pengalokasian dana penanggulangan bencana yang

memadai dalam APBD; dan

e. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam

bentuk dana siap pakai;

f. pemulihan kondisi dari dampak bencana- sesuai

kemampuan daerah; dan

g. pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari

ancaman dan dampak bencana.Pasal6

(l)Wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana meliputi: :

a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana di

Daerah, selaras dengan kebijakan pembangunan

Daerah;

b. pembuatan perencanaan pembangunan yang

memasukan unsur-unsur kebijakan penanggulangan

bencana;

c. menetapkan status dan tingkatan bencana daerah;.

21

Page 22: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

d. pelaksanaan kerjasama dalam penanggulangan

bencana dengan Provinsi lain dan/atau

Kabupaten/ Kota;

e. pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi

sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana;

f. pemmusan kebijakan pencegahan penguasaan dan

pengurasan sumber daya alam yang melebihi

kemampuan alam dan dampak perubahan iklim; dan

g. pengendalian pengumpulan dan penyaluran

sumbangan bencana yang berbentuk uang atau barang.

(2) Penetapan status dan tingkat bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c memuat indikator yang

meliputi:

a. jumlah korban;

b. kerugian harta benda;

c. kerusakan prasarana dan sarana;

d. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan

e. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.

22

d. pelaksanaan keijasama dalam penanggulangan

bencana dengan Provinsi lain dan/atau

Kabupaten / Kota;

e. pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi

sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana;

f. perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan

pengurasan sumber daya alam yang melebihi

kemampuan alam dan dampak perubahan iklim; dan

g. pengendalian pengumpulan dan penyaluran

sumbangan bencana yang berbentuk uang atau barang.

(2) Penetapan status dan tingkat bencana sebagaimana

dimaksud pada a}ÿat (1) huruf c memuat indikator yang

meliputi:

a. jumlah korban;

b. kerugian harta benda;

c. kerusakan prasarana dan sarana;

d. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan

e. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.

22

Page 23: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 7

Dalam hal pemerintah daerah belum dapat melaksanakan

wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1),

pemerintah daerah harus meminta bantuan dan/ atau

dukungan kepada Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah

sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

BAB IV

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

KABUPATEN KOLAKA

Pasal 8

Susunan Organisasi BPBD K terdiri atas:

a. Kepala Badan;

b. Unsur Pengarah; dan

c. Unsur Pelaksana.

Pasal 9

(1) Unsur Pengarah penanggulangan bencana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 huruf b mempunyai fungsi :

a. Menyusun konsep pelaksanaan kebijakan

penanggulangan bencana di Kabupaten Kolaka; dan

b. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan

penanggulangan bencana dii Kabupaten Kolaka;

23

Pasal 7

Dalam hal pemerintah daerah belum dapat melaksanakan

wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1),

pemerintah daerah harus meminta bantuan dan/ atau

dukungan kepada Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah

sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

BAB IV

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

KABUPATEN KOLAKA

Pasal8

Susunan Organisasi BPBD K terdiri atas:

a. Kepala Badan;

b. Unsur Pengarah; dan

c. Unsur Pelaksana.

Pasal9

(1) Unsur Pengarah penanggulangan bencana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 huruf b mempunyai fungsi:

a. Menyusun konsep pelaksanaani kebijakan

penanggulangan bencana diiKabupaten Kolaka; dan

b. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan

penanggulangan bencana diiKabupaten Kolaka;:

23

Page 24: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(2) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas :

a. Pejabat Pemerintah Kabupaten Kolaka yang terkait

dengan penanggulangan bencana;

b. Anggota masyarakat, profesional dan ahli.

(3) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b dipilih melalui uji kepatutan dan

kelayakan (fit and propper test) yang dilakukan oleh DPRD

Kabupaten Kolaka.

Pasal 10

(1) Unsur pelaksana penanggulangan bencana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 huruf c mempunyai fungsi :

a. koordinasi;

b. komando; dan

c. Pengendalian dalam penyelenggaraan penanggulangan

bencana di wilayah Sulawesi Tenggara.

(2) Keanggotaan unsur pelaksana penanggulangan bencana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tenaga

profesional dan ahli.

24

(2) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas :

a. Pejabat Pemerintah Kabupaten Kolaka yang terkait

dengan penanggulangan bencana;

b. Anggota masyarakat, profesional dan ahli.

(3) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b dipilih melalui, uji kepatutan dan

kelayakan (fit and propper test) yang dilakukan oleh DPRD

Kabupaten Kolaka.

Pasal 10

(1) Unsur pelaksana penanggulangan bencana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 huruf c mempunyai fungsi :

a. koordinasi;

b. komando; dan

c. Pengendalian dalam penyelfenggaraan penanggulangan

bencana di wilayah Sulawesi Tenggara.

(2) Keanggotaan unsur pelaksana penanggulangan bencana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tenaga

profesional dan ahli.

24

Page 25: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

P a s a l 1 1

Fungsi Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (1) huruf a meliputi:

a. Koordinasi BPBD dengan instansi atau lembaga

dinas/badan secara horisontal pada tahap prabencana,

saat tanggap darurat dan pascabencana, dilakukan dalam

bentuk:

1. penyusunan kebijakan dan strategi penanggulangan

bencana;

2. penyusunan perencanaan penanggulangan bencana;

3. penentuan standar kebutuhan minimun;

4. pembuatan prosedur tanggap darurat bencana;

5. pengurangan resiko bencana;

6. pembuatan peta rawan bencana;

7. penyusunan anggaran penanggulangan bencana;

8. penyediaan sumber daya/logistik penanggulangan

bencana;dan

9. pendidikan dan pelatihan, penyelenggaraan

gladi/simulasi penanggulangan bencana.

b. Koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana

dapat dilakukan melalui kerjasama dengan

lembaga/organisasi dan pihak-pihak lain yang terkait

sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

25

Pasal 11

Fungsi Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (1) huruf a meliputi:

a. Koordinasi BPBD dengan instansi atau lembaga

dinas/badan secara horisontal pada tahap prabencana,

saat tanggap darurat dan pascabencana, dilakukan dalam

bentuk:

1. penyusunan kebijakan dan strategi penanggulangan

bencana;

2. penyusunan perencanaan penanggulangan bencana;

3. penentuan standar kebutuhan minimun;

4. pembuatan prosedur tanggap darurat bencana;

5. pengurangan resiko bencana;

6. pembuatan peta rawan bencana;

7. penyusunan anggaran penanggulangan bencana;

8. penyediaan sumber daya/logistik penanggulangan

bencana;dan

9. pendidikan dan pelatihan, penyelenggaraan

gladi/simulasi penanggulangan bencana.

b. Koordlinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana

dapat dilakukan melalui keijasama dengan

lembaga/organisasi dan pihak-pihak lain yang terkait

sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

25

Page 26: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

c. Kerjasama yang melibatkan peran serta negara lain,

lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah

dilakukan melalui koordinasi BNPB sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Pasal 12

(1) Fungsi Komando sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (1) huruf b dilakukan dalam status keadaan darurat

bencana.

(2) Dalam status keadaan darurat bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) Bupati menunjuk seorang

komandan penanganan darurat bencana atas usul Kepala

BPBD.

(3) Komandan Penanganan Darurat Bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) mengendalikan kegiatan

operasional penanggulangan bencana, dan berwenang

mengaktifkan dan meningkatkan Pusat Pengendalian

Operasi menjadi Pos Komando.

(4) Komandan Penanganan Darurat Bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) memiliki kewenangan komando

memerintahkan instansi/lembaga terkait meliputi :

a. penyelamatan;

b. pengerahan sumber daya manusia;

26

c. Kerjasama yang melibatkan peran serta negara lain,

lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah

dilakukan melalui koordinasi BNPB sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Pasal 12

(1) Fungsi Komando sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (1) huruf b dilakukan dalam status keadaan darurat

bencana.

(2) Dalam status keadaan darurat bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) Bupati menunjuk seorang

komandan penanganan darurat bencana atas usul Kepala

BPBD.

(3) Komandan Penanganan Darurat Bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) mengendalikan kegiatan

operasional penanggulangan bencana, dan berwenang

mengaktifkan dan meningkatkan Pusat Pengendalian

Operasi menjadi Pos Komando.

(4) Komandan Penanganan Darurat Bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) memiliki kewenangan komando

memerintahkan instansi/lembaga terkait meliputi:

a. penyelamatan;

b. pengerahan sumber daya manusia;

26

Page 27: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

c. pengerahan peralatan; dan

d. pengerahan logistik.

(5) Komandan Penanganan Darurat Bencana dalam

melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Bupati.

Pasal 13

Fungsi Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (1) huruf c dilakukan dalam hal:

a. penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau

berangsur menjadi sumber ancaman bahaya bencana;

b. penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam yang

berpotensi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur

berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;

c. pengurasan sumberdaya alam yang melebihi daya

dukungnya yang menyebabkan ancaman timbulnya

bencana;

d. perencanaan dan penegakan rencana tata ruang wilayah

dalam kaitan penanggulangan bencana;

e. kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh

lembaga/organisasi pemerintah dan non-pemerintah;

f. penetapan kebijakan pembangunan yang berpotensi

menimbulkan bencana; dan

27

c. pengerahan peralatan; dan

d. pengerahan logistik.

(5) Komandan Penanganan Darurat Bencana dalam

melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Bupati.

Pasal 13

Fungsi Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (1) huruf c dilakukan dalam hal:

a. penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau

berangsur menjadi sumber ancaman bahaya bencana;

b. penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam yang

berpotensi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur

berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;

c. pengurasan sumberdaya alam yang melebihi daya

dukungnya yang menyebabkan ancaman timbulnya

bencana;

d. perencanaan dan penegakan rencana tata ruang: wilayah

dalam kaitan penanggulangan bencana;

e. kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh

lembaga/organisasi pemerintah dan non-pemerintah;

f. penetapan kebijakan pembangunan yang berpotensi

menimbulkan bencana; dan

27

Page 28: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

g. pengumpulan dan penyaluran bantuan berupa uang

dan/atau barang serta jasa lain yang diperuntukan untuk

penanggulangan bencana diwilayahnya, termasuk

pemberian ijin pengumpulan sumbangan di wilayahnya.

Pasal 14

Ketentuan mengenai susunan organisasi, tata kerja,

eselonisasi dan kepegawaian pada BPBD Kabupaten Kolaka

adalah sesuai peraturan perundang - undangan yang

berlaku.

BAB V

PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 15

Penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah

dilaksanakan berdasarkan 4 (empat) aspek, meliputi :

a. sosial ekonomi dan budaya masyarakat;

b. kelestarian lingkungan hidup;

c. kemanfaatan dan efektivitas; dan

d. lingkup luas wilayah.

28

g. pengumpulan dan penyaluran bantuan berupa uang

dan/atau barang serta jasa lain yang diperuntukan untuk

penanggulangan bencana diwilayahnya, termasuk

pemberian ijin pengumpulan sumbangan di wilayahnya.

Pasal 14

Ketentuan mengenai susunan organisasi, tata keija,

eselonisasi dan kepegawaian pada BPBD Kabupaten Kolaka

adalah sesuai peraturan perundang - undangan yang

berlaku.

BAB V

PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 15

Penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah

dilaksanakan berdasarkan 4 (empat) aspek, meliputi:

a. sosial ekonomi dan budaya masyarakat;

b. kelestarian lingkungan hidup;

c. kemanfaatan dan efektivitas; dan

d. lingkup luas wilayah.

28

Page 29: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 16

(1) Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana,

Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya dapat:

a. melakukan kerjasama dengan daerah lain;

b. menetapkan status darurat bencana dan daerah rawan

bencana menjadi daerah terlarang untuk permukiman;

dan/atau

c. mencabut atau mengurangi sebagian atau seluruh hak

kepemilikan setiap orang atas suatu benda sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Setiap orang yang hak kepemilikannya dicabut atau

dikurangi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

berhak mendapat ganti rugi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

(3) Daerah rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 17

Penyelenggaraan penanggulangan bencana atas 3 (tiga) tahap

meliputi:

a. prabencana;

b. saat tanggap darurat; dan

c. pascabencana.

29

Pasal 16

(1) Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana,

Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya dapat:

a. melakukan kerjasama dengan daerah lain;

b. menetapkan status darurat bencana dan daerah rawan

bencana menjadi daerah terlarang untuk permukiman;

dan/atau

c. mencabut atau mengurangi sebagian atau seluruh hak

kepemilikan setiap orang atas suatu benda sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Setiap orang yang hak kepemilikannya dicabut atau

dikurangi sebagaimana dimaksud pada ay at (1) huruf c

berhak mendapat ganti rugi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

(3) Daerah rawan bencana sebagaimana > dimaksud pada ayat

(1) huruf b diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 17

Penyelenggaraan penanggulangan bencana atas 3 (tiga) tahap

meliputi: -

a. prabencana;

b. saat tanggap darurat;dan

c. pascabencana.

29

Page 30: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Bagi an Kedua

Prabencana

Pasal 18

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap

prabencana, meliputi :

a. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan

b. dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana

Paragraf Kesatu

Situasi Tidak Terjadi Bencana

Pasal 19

(1) Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi

tidak terjadi bencana meliputi:

a. perencanaan penanggulangan bencana;

b. Pengenalan dan pemantauan peringatan dini;

c. pengurangan risiko bencana;

d. pencegahan;

e. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;

f. persyaratan analisis risiko bencana;

g. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang

wilayah;

h. pendidikan dan pelatihan; dan

i. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

30

Bagian Kedua

Prabencana

Pasal 18

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap

prabencana, meliputi :

a. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan

b. dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana

Paragraf Kesatu

Situasi Tidak Teijadi Bencana

Pasal 19

(1) Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi

tidak terjadi bencana meliputi:

a. perencanaan penanggulangan bencana;

b. Pengenalan dan pemantauan peringatan dini;

c. pengurangan risiko bencana;

d. pencegahan;

e. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;

f. persyaratan analisis risiko bencana;

g. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang

wilayah;

h. pendidikan dan pelatihan; dan

i. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

301

Page 31: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(2) Untuk mendukung penyelenggaraan penanggulangan

bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui penelitian

dan pengembangan di bidang kebencanaan.

Pasal 20

(1) Perencanaan penanggulangaan bencana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a, merupakan

bagian dari perencanaan pembangunan daerah yang

disusun berdasarkan hasil analisis risiko bencana dan

upaya penanggulangan bencana yang dijabarkan dalam

program kegiatan dan rincian anggaran.

(2) Perencanaan penanggulangaan bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), meliputi :

a. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;

b. pemahaman tentang kerentanan masyarakat;

c. analisis kemungkinan dampak bencana;

d. pemilihan tindakan pengurangan risiko bencana;

e. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan

dampak bencana; dan

f. alokasi tugas, kewenangan dan sumberdaya yang

tersedia.

31

(2) Untuk mendukung penyelenggaraan penanggulangan

bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana

dimaksud pada ay at (1) dapat dilakukan melalui penelitian

dan pengembangan di bidang kebencanaan.

Pasal 20

(1) Perencanaan penanggulangaan bencana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a, merupakan

bagian dari perencanaan pembangunan daerah yang

disusun berdasarkan hasil analisis risiko bencana dan

upaya penanggulangan bencana yang dijabarkan dalam

program kegiatan dan rincian anggaran.

(2) Perencanaan penanggulangaan bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), meliputi :

a. pengenalan dan pengkajiani ancaman bencana;

b. pemahaman tentang kerentanan masyarakat;

c. analisis kemungkinan dampak bencana;

d. pemilihan tindiakan pengurangan risiko bencana;

e. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan

dampak bencama; dan

f. alokasi tugas, kewenangan dan sumberdaya yang

tersedia.

31

Page 32: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(3) Penyusunan rencana penanggulangan bencana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)

dikoordinasikan oleh BPBD, berdasarkan pedoman yang

ditetapkan oleh BNPB.

(4) Rencana penanggulangan bencana disusun untuk jangka

waktu 5 (lima) tahun dan dievaluasi secara berkala setiap 2

(dua) tahun atau sewaktu-waktu apabila teijadi bencana.

(5) Rencana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati

Pasal 21

(1) Pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b, merupakan kegiatan

untuk mengurangi ancaman dan kerentanan serta

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

menghadapi bencana.

(2) Pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan melalui kegiatan:

a. Sistim peringatan dini;

b. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

c. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;

d. pengembangan budaya sadar bencana;

e. pembinaan komitmen terhadap penyelenggaraan

penanggulangan bencana; dan

32

(3) Penyusunan rencana penanggulangan bencana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)

dikoordinasikan oleh BPBD, berdasarkan pedoman yang

ditetapkan oleh BNPB.

(4) Rencana penanggulangan bencana disusun untuk jangka

waktu 5 (lima) tahun dan dievaluasi secara berkala setiap 2

(dua) tahun atau sewaktu-waktu apabila teijadi bencana.

(5) Rencana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati

Pasal 21

(1) Pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b, merupakan kegiatan

untuk mengurangi ancaman dan kerentanan serta

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

menghadapi bencana.

(2) Pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan melalui kegiatan:

a. Sistim peringatan dini;

b. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

c. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;

d. pengembangan budaya sadar bencana;

e. pembinaan komitmen terhadap penyelenggaraan

penanggulangan bencana; dan

32

Page 33: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

f. penerapan upaya-upaya fisik, nontisik dan pengaturan

penanggulangan bencana.

Pasal 22

(1) Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat

(1) huruf c dilakukan untuk mengurangi atau

menghilangkan risiko bencana dengan cara mengurangi

ancaman bencana dan kerentanan pihak yang terancam

bencana.

(2) Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui kegiatan :

a. identiflkasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya

atau ancaman bencana;

b. pemantauan terhadap :

1. penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam;

2. penggunaan teknologi tinggi;

c. pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan

pengelolaan lingkungan hidup; dan

d. penguatan ketahanan sosial masyarakat.

(3) Kegiatan pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

menjadi tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan masyarakat.

33

f. penerapan upaya-upaya fisik, nonfisik dan pengaturan

penanggulangan bencana.

Pasal 22

(1) Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat

(1) huruf c dilakukan untuk mengurangi atau

menghilangkan risiko bencana dengan cara mengurangi

ancaman bencana dan kerentanan pihak vang terancam

bencana.

(2) Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui kegiatan :

a. identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya

atau ancaman bencana;

b. pemantauan terhadap :

1. penguasaan dan pengeloliaan sumberdaya alam;

2. penggunaan teknologi tinggi;

c. pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan

pengelolaan lingkungan hidup; dan

d. penguatan ketahanan sosial masyarakat.

(3) Kegiatan pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

menjadi tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan masyarakat.

33

Page 34: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 23

Pemaduan penanggulangan bencana dalam perencanaan

pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat

(1) huruf d, dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui

koordinasi, keterpaduan dan sinkronisasi dengan

memasukkan unsur-unsur penanggulangan bencana ke

dalam rencana pembangunan Daerah.

Pasal 24

(1) Persyaratan analisis risiko bencana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf e, dilakukan

untuk mengetahui dan menilai tingkat risiko dari suatu

kondisi atau kegiatan yang dapat menimbulkan bencana;

(2) Persyaratan analisis risiko bencana digunakan sebagai

dasar dalam penyusunan analisis mengenai dampak

lingkungan, penataan ruang serta pengambilan tindakan

pencegahan dan mitigasi.

(3) Analisis risiko bencana disusun berdasarkan persyaratan

analisis risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian

terhadap suatu kondisi atau kegiatan yang mempunyai

risiko tinggi menimbulkan bencana.

34

Pasa' 23

Pemaduan penanggu'angan bencana da'am perencanaan

pembangunan sebaga'mana d'maksud da'am Pasa' 20 ayat

(1) huruf d, d''akukan o'eh Pemer'ntah Daerah me'a'u'

koord'nas', keterpadnan dan s'nkron'sas' dengan

memasukkan unsur-unsur penanggu'angan bencana keda'am rencana pembangunan Daerah.Pasa' 24

(1) Persyaratan ana''s's r's'ko bencana sebaga'mana

d,maksud da,am Pasa, 20 ayat (1) huruf e, d,,akukan

untuk mengetahu, dan men,,a, t,ngkat r,s,ko dar, suatu

kond,s, atau keg,atan yang dapat men,mbu,kan bencana;

(2) Persyaratan ana,,s,s r,s,ko bencana d,gunakan sebaga,

dasar da,am penyusunan ana,,s,s mengena, dampak

,,ngkungan, penataan ruang serta pengamb,,an t,ndakan

pencegahan dan m,t,gas,.

(3) Ana,,s,s r,s,ko bencana d,susun berdasarkan persyaratan

ana,,s,s r,s,ko bencana me,a,u, pene,,t,an dan pengkaj,an

terhadap suatu kond,s,, atau keg,atan yang mempunya,

r,s,ko t,ngg, men,mbu,kan bencana.

34

Page 35: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(4) Setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko

tinggi menimbulkan bencana, wajib dilengkapi dengan

analisis risiko bencana,

(5) BPBD sesuai dengan kewenangannya, melakukan

pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan analisis

risiko bencana.

Pasal 25

(1) Pelaksanaan dan periegakan rencana tata ruang wilayah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf f,

dilakukan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang

sesuai rencana tata ruang wilayah.

(2) Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) mencakup pemberlakuan peraturan yang

berkaitan dengan penataan ruang, standar keselamatan, dan

penerapan sanksi terhadap pelanggamya.

(3) Dalam pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang

wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuat peta

rawan bencana untuk diinformasikan kepada masyarakat

di daerah rawan bencana:

(4) Pemerintah Daerah secara berkala melaksanakan

pemantauan dan evaluasi terhadap perencanaan,

pelaksanaan tata ruang dan pemenuhan standard

keselamatan.

(4) Setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko

tinggi menimbulkan bencana, wajib dilengkapi dengan

analisis risiko bencana,

(5) BPBD sesuai dengan kewenangannya, melakukan

pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan analisis

risiko bencana.

Pasal 25

(1) Pelaksanaan dan periegakan rencana tata ruang wilayah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 aj'at (1) huruf f,

dilakukan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang

sesuai rencana tata ruang wilayah.

(2) Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) mencakup pemberlakuan peraturan yang

berkaitan dengan penataan ruang, standar keselamatan, dan

penerapan sanksi terhadap pelanggarnya.

(3) Dalam pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang

wilayah sebagaimana dimaksud padai ayat (1), dibuat peta

rawan bencana untuk diinformasikan kepada masyarakat

di daerah rawan bencana:'

(4) Pemerintah Daerah secara berkala melaksanakan

pemantauan dan evaluasi terhadap perencanaan,

pelaksanaan tata ruang dan pemenuhan standard

keselamatan.

35

Page 36: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 26

(1) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 20 ayat (1) huruf g, diselenggarakan untuk

meningkatkan kesadaran, keperdulian, kemampuan, dan

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.

(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dan

masyarakat, baik perorangan niaupun kelompok, lembaga

kemasyarakatan dan pihak lainnya, dalam bentuk

pendidikan formal, non formal dan informal berupa

pelatihan dasar, lanjutan, teknis. simulasi, dan gladi.

Pasal 27

(1) Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf h,

merupakan standar yang harus dipenuhi dalam

penanggulangan bencana.

(2) Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan

mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh BNPB.

36

Pasal 26

(1) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 20 ayat (1) huruf g, diselenggarakan untuk

meningkatkan kesadaran, keperdulian, kemampuan, dan

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.

(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dan

masyarakat, baik perorangan maupun kelompok, lembaga

kemasyarakatan dan pihak lainnya, dalam bentuk

pendidikan formal, non formal dan informal berupa

pelatihan dasar, lanjutan, teknis. simulasi, dan gladi.

Pasal 27

(1) Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf h,

merupakan standar yang harus dipenuhi dalam

penanggulangan bencana.

(2) Persyaratani standar teknis penanggulangan bencana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan

mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh BNPB.

36

Page 37: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Paragraf Kedua

Situasi Terdapat Potensi Terjadinya Bencana

Pasal 28

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi

terdapat potensi terjadinya bencana meliputi :

a. kesiapsiagaan;

b. peringatan dini; dan

c. mitigasi bencana.

Pasal 29

(1) Kesiapsiagaan penanggulangan bencana untuk

memastikan terlaksananya tindakan yang cepat dan tepat

pada saat terjadi bencana.

(2) Kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dalam bentuk:

a. penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan

kedaruratan;

b. pengorganisasian, pemasangan dan pengujian system

peringatan dini (early warning system);

c. penyediaan dan penyiapan barang-barang pasokan

pemenuhan kebutuhan dasar;

37

Paragraf Kedua

Situasi Terdapat Potensi Terjadinya Bencana

Pasal 28

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi

terdapat potensi teijadinya bencana meliputi:

a. kesiapsiagaan;

b. peringatan dini; dan

c. mitigasi bencana.

Pasal 29

(1) Kesiapsiagaan penanggulangan bencana untuk

memastikan terlaksananya tindakan yang cepat dan tepat

pada saat teijadi bencana.

(2) Kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dalam bentuk:

a. penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan

kedaruratan;

b. pengorganisasian, pemasangan dan pengujian system

peringatan dini (early warning system) ÿ

c. penyediaan dan penyiapan barang-barang pasokan

pemenuhan kebutuhan dasar;

37

Page 38: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

d. penyiapan personil, prasarana dan sarana yang akan

dikerahkan dan digunakan dalam pelaksanaan

prosedur tetap;

e. pemasangan petunjuk tentang karakteristik bencana

dan penyelamatan di tempat-tempat rawan bencana;

f. penginventarisasian wilayah rawan bencana dan lokasi

aman untuk mengevakuasi pengungsi sertia jalur

evakuasi aman;

g. penyuluhan, pelatihan, gladi dan simulasi tentang

mekanisme tanggap darurat;

i. penyiapan lokasi evakuasi; dan

j. penyusunan dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap

darurat bencana.

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah menyiapkan sarana dan prasarana

umum dan khusus dalam penanggulangan bencana di

Daerah dalam upaya mencegah, mengatasi dan

menanggulangi terjadinya bencana, sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Sarana dan prasarana umum meliputi :

a. peralatan peringatan dini (early warning system) sesuai

kondisi dan kemampuan Daerah;

38

d. penyiapan personil, prasarana dan sarana yang akan

dikerahkan dan digunakan dalam pelaksanaan

prosedur tetap;

e. pemasangan petunjuk tentang karakteristik bencana

dan penyelamatan di tempat-tempat rawan bencana;

f. penginventarisasian wilayah rawan bencana dan lokasi

aman untuk mengevakuasi pengungsi serta jalur

evakuasi aman;

g. penyuluhan, pelatihan, gladi dan simulasi tentang

mekanisme tanggap darurat;

i. penyiapan lokasi evakuasi; dan

j. penyusunan dan pernutakhiran prosedur tetap tanggap

darurat bencana.

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah menyiapkan sarana dan prasarana

umum dan khusus dalam penanggulangan bencana di

Daerah dalam upaya mencegah, mengatasi dan

menanggulangi teijadinya bencanaÿ sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Sarana dan prasarana umum meliputi:

a. peralatan peringatan dini (early warning system) sesuai

kondisi dan kemampuan Daerah;

38

Page 39: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

b. posko bencana beserta peralatan pendukung seperti peta

lokasi bencana, alat komunikasi, tenda darurat, genset

(alat penerangan), kantong mayat dan lain-lain;

c. kendaraan operasional sesuai dengan kondisi daerah;

d. peta rawan bencana;

e. rule dan lokasi evakuasi pengungsi;

f. prosedur tetap penanggulangan bencana;

g. dapur umum berikut kelengkapan logistik;

h. pos kesehatan dengan tenaga medis dan obat-obatan;

i. tenda-tenda darurat untuk penampungan dan evakuasi

pengungsi, penyiapan velbed serta penyiapan tandu

dan alat perlengkapan lainnya;

j. sarana air bersih dan sarana sanitasi/MCK di tempat

evakuasi pengungsi, dengan memisahkan sarana

sanitasi/MCK untuk laki-laki dan perempuan;

k. peralatan pendataan bagi korban jiwa akibat bencana

(meninggal dan luka-luka, pengungsi, bangunan

masyarakat, pemerintah dan swasta); dan

1. lokasi sementara pengungsi.

(3) Sarana dan prasarana khusus meliputi :

a. media center sebagai pusat informasi yang mudah

diakses dan dijangkau oleh masyarakat;

39

b. posko bencana beserta peralatan pendukung seperti peta

lokasi bencana, alat komunikasi, tenda darurat, genset

(alat penerangan), kantong mayat dan lain-lain;

c. kendaraan operasional sesuai dengan kondisi daerah;d. peta rawan bencana;

e. rule dan lokasi evakuasi pengungsi;

f. prosedur tetap penanggulangan bencana;

g. dapur umum berikut kelengkapan logistik;

h. pos kesehatan dengan tenaga medis dan obat-obatan;

i. tenda-tenda darurat untuk penampungan dan evakuasi

pengungsi, penyiapan velbed serta penyiapan tandu

dan alat perlengkapan lainnya;

j. sarana air bersih dan sarana sanitasi/MCK di tempat

evakuasi pengungsi, dengan memisahkan sarana

sanitasi/MCK untuk laki-laki dan perempuan;

k. peralatan pendataan bagi korban jiwa akibat bencana

(meninggal dan luka-luka, pengungsi, bangunan

masyarakat, pemerintlah dan swasta); dan

1. lokasi sementara pengungsi.

(3) Sarana dan prasarana khusus meliputi:

a. media center sebagai pusat informasii yang mudah

diakses dan dijangkau oleh masyarakat;

39

Page 40: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

b. juru bicara resmi/penghubung yang bertugas

menginformasikan kejadian bencana kepada instansi

yang memerlukan di Pusat maupun di Daerah, media

massa dan masyarakat;

c. rumah sakit lapangan beserta dukungan alat

kelengkapan kesehatan;

d. trauma center oleh Pemerintah Daerah ataupun

lembaga masyarakat peduli bencana yang berfungsi

untuk memulihkan kondisi psikologis masyarakat

korban bencana;

e. alat transportasi dalam penanggulangan bencana;

f. lokasi ku buran massal bagi korban yang meninggal;dan

g. sarana dan prasarana khusus lainnya.

(4) BPBD bertanggungjawab untuk mengoperasionalkan

penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

bencana di Daerah.

Pasal 31

(1) Pemerintah Daerah menyusun rencana penanggulangan

kedaruratan bencana, sebagai acuan dalam pelaksanaan

penanggulangan bencana pada keadaan darurat, yang

pelaksanaannya dilakukan secara terkoordinasi oleh BPBDi.

(2) Rencana penanggulangan kedaruratan bencana dapat

dilengkapi dengan penyusunani rencana kontinjensi.

40

b. juru bicara resmi/penghubung yang bertugas

menginformasikan kejadian bencana kepada instansi

yang memerlukan di Fusat maupun di Daerah, media

massa dan masyarakat;

c. rumah sakit lapangan beserta dukungan alat

kelengkapan kesehatan;

d. trauma center oleh Pemerintah Daerah ataupun

lembaga masyarakat peduli bencana yang berfungsi

untuk memulihkan kondisi psikologis masyarakat

korban bencana;

e. alat transportasi dalam penanggulangan bencana;

f. lokasi kuburan massal bagi korban yang meninggal;dan

g. sarana dan prasarana khusus lainnya.

(4) BPBD bertanggungjawab untuk mengoperasionalkan

penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

bencana di Daerah.

Pasal 31

(1) Pemerintah Daerah menyusun rencana penanggulangan

kedaruratan bencana, sebagai acuan dalam pelaksanaan

penanggulangan bencana pada keadaan darurat, yang

pelaksanaannya dilakukan secara terkoordinasi oleh BPBDi.

(2) Rencana penanggulangan kedaruratan bencana dapat

dilengkapi dengan penyusunani rencana kon/tinjensi.

40

Page 41: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 32

(1) Dalam pelaksanaan kesiapsiagaan untuk penyediaan,

penyimpanan serta penyaluran logistik dan peralatan ke

lokasi bencana, disusun sistem manajemen logistik dan

peralatan oleh BPBD, sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Pembangunan sistem manajemen logistik dan peralatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk

mengoptimaikan logistik dan peralatan yang ada pada

masing-masing instansi/lembaga dalam jejaring kerja

BPBD.

(3) Fungsi penyelenggaraan manajemen logistik dan peralatan

adalah :

a. sebagai penyelenggara manajemen logistik dan

peralatan yang memiliki tanggungjawab, tugas dan

wewenang di Daerah;

b. sebagai titik kontak utama bagi operasional

penanggulangan bencana di wilayah bencana yang

meliputi dua atau lebih Kabupaten/Kota yang

berbatasan;

c. mengkoordinasikan semua pelayanan dan

pendistribusian bantuan logistik dan peralatan di

wilayah bencana;

41

Pasal 32

(1) Dalam pelaksanaan kesiapsiagaan untuk penyediaan,

penyimpanan serta penyaluran logistik dan peralatan ke

lokasi bencana, disusun sistem manajemen logistik dan

peralatan oleh BPBD, sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Pembangunan sistem manajemen logistik dan peralatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk

mengoptimalkan logistik dan peralatan yang ada pada

masing-masing instansi/lembaga dalam jejaring kerja

BPBD.

(3) Fungsi penyelenggaraan manajemen logistik dan peralatan

adalali :

a. sebagai penyelenggara manajemen logistik dan

peralatan yang memiliki tanggungjawab, tugas dan

wewenang di Daerah;

b. sebagai titik kontak utama bagi operasional

penanggulangan bencana di wilayah bencana yang

meliputi dua atau lebih Kabupaten/Kota yang

berbatasan;

c. mengkoordinasikan semua pelayanan dan

pendistribusian bantuan logistik dan peralatan di

wilayah bencana;

41

Page 42: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

d. sebagai pusat informasi, verifikasi dan evaluasi situasi

di wilayah bencana;

e. memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua

lembaga yang terlibat dalam penanggulangan bencana

dan melaporkannya secara periodik kepada Kepala

BNPB;

f. membantu dan memandu operasi di wilayah bencana

pada setiap tahapan manajemen logistik dan peralatan;

dan

g. menjalankan pedoman sistem manajemen logistik dan

peralatan penanggulangan bencana secara konsisten.

Pasal 33

(1) Peringatan dini merupakan tindakan cepat dan tepat

dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta

mempersiapkan tindakan tanggap darurat.

(2) Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilakukan dengan cara :

a. pengamatan gejala bencana;

b. penganalisaan data hasil pengamatan;

c. pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisa;

d. penyebarluasan hasil keputusan; dan

e. pengambilan tindakan oleh masyarakat.

42

d. sebagai pusat informasi, veriflkasi dan evaluasi situasi

di wilayah bencana;

e. memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua

lembaga yang terlibat dalam penanggulangan bencana

dan melaporkannya secara periodik kepada Kepala

BNPB;

f. membantu dan memandu operasi di wilayah bencana

pada setiap tahapan manajemen logistik dan peralatan;

dan

g. menjalankan pedoman sistem manajemen logistik dan

peralatan penanggulangan bencana secara konsisten.

Pasal 33

(1) Peringatan dini merupakan tindakan cepat dan tepat

dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta

mempersiapkan tindakan tanggap darurat.

(2) Peringatan dini sebagaimanai dimaksud pada ayat (1),

dilakukan dengan cara:

a. pengamatan gejala bencana;

b. penganalisaan data hasil pengamatan;

c. pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisa;

d. penyebanluasan hasil keputusan; dan

e. pengambilan tindakan oleh masyarakat.

42

Page 43: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(3) Pengamatan gejala bencana dilakukan oleh

instansi/lembaga yang berwenang sesuai dengan jenis

ancaman bencana, untuk memperoleh data mengenai

gejala bencana yang kemungkinan akan terjadi, dengan

memperhatikan kearifan lokal.

(4) Instansi/lembaga yang berwenang menyampaikan hasil

analisis kepada BPBD sesuai dengan lokasi dan tingkat

bencana, sebagai dasar dalam mengambil keputusan dan

menentukan tindakan peringatan dini.

(5) Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

wajib disebarluaskan oleh Pemerintah Daerah, lembaga

penyiaran swasta, dan media massa di Daerah dalam

rangka mengerahkan sumberdaya.

(6) BPBD mengkoordinasikan tindakan yang diambil oleh

masyarakat untuk menyelamatkan dan melindungi

masyarakat.

Pasal 34

(1) Mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi risiko dan

dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap

masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana.

(2) Kegiatan mitigasi bencana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dilakukan melalui:

43

(3) Pengamatan gejala bencana dilakukan oleh

instansi/lembaga yang berwenang sesuai dengan jenis

ancaman bencana, untuk memperoleh data mengenai

gejala bencana yang kemungkinan akan teijadi, dengan

memperhatikan kearifan lokal.

(4) Instansi/lembaga yang berwenang menyampaikan hasil

analisis kepada BPBD sesuai dengan lokasi dan tingkat

bencana, sebagai dasar dalam mengambil keputusan dan

menentukan tindakan peringatan dini.

(5) Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

wajib disebarluaskan oleh Pemerintah Daerah, lembaga

penyiaran swasta, dan media massa di Daerah dalam

rangka mengerahkan sumberdaya.

(6) BPBD mengkoordinasikan tindakan yang diambil oleh

masyarakat untuk menyelamatkan dan melindungi

masyarakat

Pasal34

(1) Mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi risiko dan

dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap

masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana.

(2) Kegiatan mitigasii bencana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dilakukan melalui:

43

Page 44: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

a. perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang wilayah

yang berdasarkan pada analisis risiko bencana;

b. pengaturan pembangunan, penyediaan infrastruktur

dan tata bangunan; dan

c. penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan

penyuluhan, baik secara konvensional maupun

modern.

(3) Dalam rangka pelaksanaan mitigasi bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan (2), Pemerintah Daerah

menyusun informasi kebencanaan, basis data (data base)

dan peta kebencanaan yang meliputi :

a. luas wilayah Kabupaten, Kecamatan dan

Kelurahan/Desa;

b. jumlah penduduk Kabupaten, Kecamatan dan

Kelurahan / Desa;

c. jumlah rumah masyarakat, gedung pemerintah, pasar,

sekolah, puskesmas, rumah sakit, tempat ibadah,

fasilitas umum dan fasilitas sosial;

d. jenis bencana yang sering terjadi atau berulang;

e. daerah rawan bencana dan risiko bencana;

f. cakupan luas wilayah rawan bencana;

g. lokasi pengungsian;

h. jalur evakuasi;

44

a. perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang wilayah

yang berdasarkan pada analisis risiko bencana;

b. pengaturan pembangunan, penyediaan infrastruktur

dan tata bangunan; dan

c. penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan

penyuluhan, baik secara konvensional maupun

modern.

(3) Dalam rangka pelaksanaan mitigasi bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan (2), Pemerintah Daerah

menyusun informasi kebencanaan, basis data (data base)

dan peta kebencanaan yang meliputi :

a. luas wilayah Kabupaten, Kecamatan dan

Kelurahan/ Desa;

b. jumlah penduduk Kabupaten, Kecamatan dan

Kelurahan / Desa;

c. jumlah rumah masyarakat, gedung pemerintah, pasar,

sekolah, puskesmas, rumah sakit, tempat ibadah,

fasilitas umum dan fasilitas sosial;

d. jenis bencana yang sering teijadi atau berulang;

e. daerah rawan bencana dan risiko bencana;

f. cakupan luas wilayah i rawan bencana;

g. lokasi pengungsian;

h. jalur evakuasi;

44

Page 45: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

i. sumberdaya manusia penanggulangan bencana; dan

j. hal lainnya sesuai kebutuhan.

(4) Informasi kebencanaan, basis data (data base) dan peta

kebencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

berfungsi untuk :

a. menyusun kebijakan, strategi dan rancang tindak

penanggulangan bencana;

b. mengidentifikasi, memantau bahaya bencana,

kerentanan dan kemampuan dalam menghadapi

bencana;

c. memberikan perlindungan kepada masyarakat di

daerah rawan bencana;

d. pengembangan sistem peringatan dini;

e. mengetahui bahaya bencana, risiko bencana dan

kerugian akibat bencana; dan

f. menjalankan pembangunan yang beradaptasi pada

bencana dan menyiapkan masyarakat hidup selaras

dengan bencana.

Pasal 35

Dalam rangka mitigasi bencana, Pemerintah Daerah sesuai

kewenangannya :

a. untuk kawasan rawan longsor, melakukan :

45

i. sumberdaya manusia penanggulangan bencana; dan

j. hal lainnya sesuai kebutuhan.

(4) Informasi kebencanaan, basis data (data base) dan peta

kebencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

berfungsi untuk :

a. menyusun kebijakan, strategi dan rancang tindak

penanggulangan bencana;

b. mengidentifikasi, memantau bahaya bencana,

kerentanan dan kemampuan dalam menghadapi

bencana;

c. memberikan perlindungan kepada masyarakat di

daerah rawan bencana;

d. pengembangan sistem peringatan dini;

e. mengetahui bahaya bencana, risiko bencana dan

kerugian akibat bencana; dan

f. menjalankan pembangunan yang beradaptasi pada

bencana dan menyiapkan masyarakat hidup selaras

dengan bencana.

Pa8al35

Dalam rangka mitigasi bencana, Pemerintah Daerah sesuai

kewenangannya:

a. untuk kawasan rawan longsor, melakukan :

45

Page 46: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

1. pengendalian pemanfaatan ruang dengan

mempertimbangkan tipologi dan tingkat kerawanan

atau risiko bencana;

2. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman

penduduk serta penentuan relokasi penduduk; dan

3. pembatasan pendirian bangunan, kecuali untuk

pemantauan ancaman bencana.

b. untuk kawasan rawan longsor dengan tingkat kerawanan

tinggi (kemiringan lebih besar dari 40 %), , menetapkan :

1. ketentuan pelarangan kegiatan permukiman; dan

2. ketentuan pelarangan kegiatan penggalian dan

pemotongan lereng.

c. untuk kawasan rawan longsor dengan tingkat kerawanan

sedang (kemiringan 20% sampai dengan 40%),

menetapkan :

1. ketentuan pelarangan pembangunan industri/pabrik;

2. pengosongan lereng dari kegiatan manusia;

3. ketentuan pelarangan pemotongan dan penggalian

lereng; dan

4. pembatasan kegiatan pertambangan bahan galian

golongan c, dengan memperhatikan kestabilan lereng

dan dukungan reklamasi lereng.

46

1. pengendalian pemanfaatan ruang dengan

mempertimbangkan tipologi dan tingkat kerawanan

atau risiko bencana;

2. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman

penduduk serta penentuan relokasi penduduk; dan

3. pembatasan pendirian bangunan, kecuali untuk

pemantauan ancaman bencana.

untuk kawasan rawan longsor dengan tingkat kerawanan

tinggi (kemiringan lebih besar dari 40 %), , menetapkan :

1. ketentuan pelarangan kegiatan permukiman; dan

2. ketentuan pelarangan kegiatan penggalian dan

pemotongan lereng.

untuk kawasan rawan longsor dengan tingkat kerawanan

sedang (kemiringan 20% sampai dengan 40%),

menetapkan :

1. ketentuan pelarangan pembangunan industri/ pabrik;

2. pengosongan lereng dari kegiatan manusia;

3. ketentuan pelarangan pemotongan dan penggalian

lereng; dkn

4. pembatasan kegiatan pertambangan bahan galian

golongan c, dengan memperhatikan kestabilan lereiig

dan dukungan reklamasi lereng.

46

Page 47: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

d. untuk kawasan rawan longsor dengan tingkat kerawanan

rendah (kemiringan lebih kecil dari 20%), ditetapkan

sebagai kawasan tidak layak untuk industri.

Pasal 36

Dalam rangka mitigasi bencana untuk kawasan rawan

gelombang pasang, Pemerintah Daerah sesuai

kewenangannya, menetapkan :

a. pengendalian pemanfaatan ruang, dengan

mempertimbangkan karakteristik, jenis dan ancaman

bencana; dan

b. pengendalian bangunan, kecuali pendirian bangunan

untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan

kepentingan umum.

c. Garis sempadan dimaksud juga termasuk sungai dan laut.

Pasal 37

Dalam rangka mitigasi bencana untuk kawasan rawan banjir,

Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya, menetapkan :

a. penetapan batas dataran banjir;

b. pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan

pengendalian pembangunan fasilitas umum dengan

kepadatan rendah;

c. ketentuan pelarangan kegiatan untuk fasilitas umum; dan

d. pengendalian kegiatan permukiman.

47

d. untuk kawasan rawan longsor dengan tingkat kerawanan

rendah (kemiringan lebih kecil dari 20%), ditetapkan

sebagai kawasan tidak layak untuk industri.

Pasal 36

Dalam rangka mitigasi bencana untuk kawasan rawan

gelombang pasang, Pemerintah Daerah sesuai

kewenangannya, menetapkan :

a. pengendalian pemanfaatan ruang, dengan

mempertimbangkan karakteristik, jenis dan ancaman

bencana; dan

b. pengendalian bangunan, keeuali pendirian bangunan

untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan

kepentingan umum.

c. Garis sempadan dimaksud juga termasuk sungai dan laut.

Pasal 37

Dalam rangka mitigasi bencana untuk kawasan rawan banjir,

Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya, menetapkan :

a. penetapan batas dataran banjir;

b. pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan

pengendalian pembangunan fasilitas umum dengan

kepadatan rendah;

c. ketentuan pelarangan kegiatan untuk fasilitas umum; dan

d. pengendalian kegiatan permukiman.

47

Page 48: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 38

Pencegahan bencana akibat daya rusak air dilakukan melalui

a. kegiatan fisik, dalam rangka pencegahan bencana

dilakukan melalui pembangunan sarana dan prasarana

yang ditujukan untuk mencegah kerusakan dan/atau

bencana yang diakibatkan oleh daya rusak air;

b. kegiatan nonfisik, dalam rangka pencegahan bencana

dilakukan melalui :

1. pengaturan, meliputi :

a) penetapan kawasan rawan bencana pada setiap

wilayah sungai;

b) penetapan sistem peringatan dini pada setiap

wilayah sungai;

c) penetapan prosedur operasi standar sarana dan

prasarana pengendalian daya rusak air; dan

d) penetapan prosedur operasi standar evakuasi

korban bencana akibat daya rusak air.

2. Pembinaan, meliputi :

a) penyebarluasan informasi dan penyuluhan; dan

b) pelatihan tanggap darurat.

3. pengawasan, meliputi :

48

Pasal 38

Pencegahan bencana akibat daya rusak air dilakukan melalui

a. kegiatan fisik, dalam rangka pencegahan bencana

dilakukan melalui pembangunan sarana dan prasarana

yang ditujukan untuk mencegah kerusakan dan/atau

bencana yang diakibatkan oleh daya rusak air;

b. kegiatan nonfisik, dalam rangka pencegahan bencana

dilakukan melalui :

1. pengaturan, meliputi :

a) penetapan kawasan rawan bencana pada setiap

wilayah sungai;

b) penetapan sistem peringatan dini pada setiap

wilayah sungai;

c) penetapan prosedur operasi standar sarana dan

prasarana pengendalian daya rusak air; dan

d) penetapan prosedur operasi standar evakuasi

korban bencana akibat daya rusak air.

2. Pembinaan, meliputi:

a) penyebarluasan informasi dan penyuluhan; dan

b) pelatihan tanggap darurat.

3. pengawasan, meliputi:

48

Page 49: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

a) pengawasan penggunaan lahan pada kawasan

rawan bencana sesuai dengan tingkat kerawanan

daerah yang bersangkutan; dan

b) pengawasan terhadap kondisi dan fungsi sarana dan

prasarana pengendalian daya rusak air.

4. pengendalian, meliputi :

a) pengendalian penggunaan lahan pada kawasan

rawan bencana sesuai dengan tingkat kerawanan

daerah yang bersangkutan; dan

b) upaya pemindahan penduduk yang bermukim di

kawasan rawan bencana.

c. penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai,

dilakukan dengan mekanisme penataan ruang dan

pengoperasian prasarana sungai sesuai dengan

kesepakatan para pemangku kepentingan (

stakeholders).

Pasal 49

(1) Pemerintah Daerah sesuai dengan wewenang dan

tanggungjawabnya menetapkan kawasan rawan bencana

pada setiap wilayah sungai, meliputi kawasan rawan:

a. banjir;

b. kekeringan;

49

a) pengawasan penggunaan lahan pada kawasan

rawan bencana sesuai dengan tingkat kerawanan

daerah yang bersangkutan; dan

b) pengawasan terhadap kondisi dan fungsi sarana dan

prasarana pengendalian daya rusak air.

4. pengendalian, meliputi :

a) pengendalian penggunaan lahan pada kawasan

rawan bencana sesuai dengan tingkat kerawanan

daerah yang bersangkutan; dan

b) upaya pemindahan penduduk yang bermukim di

kawasan rawan bencana.

c. penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai,

dilakukan dengan mekanisme penataan ruang dan

pengoperasian prasarana sungai sesuai dengan

kesepakatan para pemangku kepentingan (

stakeholders).

Pasal 49

(1) Pemerintah Daerah sesuai dengan wewenang dan

tanggungjawabnya menetapkan kawasan rawan bencana

pada setiap wilayah sungai, meliputi kawasan rawan:

a. banjir;

b. kekering$n;

49

Page 50: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

c. erosi dan sedimentasi;

d. longsor;

e. ambles;

f. perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi dan

fisika air;

g. kepunahan jenis tumbuhan dan/atau satwa; dan/atau

h. wabah penyakit.

(2) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibagi ke dalam zona rawan bencana berdasarkan

tingkat kerawanannya.

(3) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada

ayat (I) menjadi masukan untuk penyusunan rencana tata

ruang wilayah.

(4) Pemerintah Daerah wajib mengendalikan pemanfaatan

kawasan rawan bencana dengan melibatkan masyarakat.

Pasal 40

(1) Pemerintah Daerah sesuai dengan wrewenang dan

tanggungjawabnya menetapkan sistem peringatan dini.

(2) Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh instansi terkait sesuai dengan wewenang

dan tanggungjawabnya.

50

c. erosi dan sedimentasi;

d. longsor;

e. ambles;

f. perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi dan

flsika air;

g. kepunahan jenis tumbuhan dan/atau satwa; dan/atau

h. wabah penyakit.

(2) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibagi ke dalam zona rawan bencana berdasarkan

tingkat kerawanannya.

(3) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) menjadi masukan untuk penyusunan rencana tata

ruang wilayah.

(4) Pemerintah Daerah wajib mengendalikan pemanfaatan

kawasan rawan bencana dengan melibatkani masyarakat.

Pasal 40

(1) Pemerintah Daerah sesuai dengan wewenang dan

tanggungjawabnya menetapkan sistem peringatan dini.

(2) Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh instansi terkait sesuai dengan wewenang

dan tanggungjawabnya.

50

Page 51: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 4.1

(1) Dalam hal tingkat kerawanan bencana akibat daya rusak

air secara permanen mengancam keselamatan jiwa,

Pemerintah Daerah dapat menetapkan kawasan rawan

bencana tertutup bagi permukiman.

(2) Biava yang timbul akibat penetapan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggungjawab

Pemerintah Daerah.

Pasal 42

Dalam rangka mitigasi bencana untuk kawasan rawan

bencana geologi, Pemerintah Daerah dan Pemerintah

Kabupaten/Kota sesuai kewenangannnya, melakukan :

a. pengendalian pemanfaatan ruang dengan

mempertimbangkan karakteristik, jenis dan ancaman

bencana;

b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman

penduduk; dan

c. pengendalian pendirian bangunan kecuali untuk

kepentingan pemantauan ancaman bencana dan

kepentingan umum.

51

Pasal 41

(1) Dalam hal tingkat kerawanan bencana akibat daya rusak

air secara permanen mengancam keselamatan jiwa,

Pemerintah Daerah dapat menetapkan kawasan rawan

bencana tertutup bagi permukiman.

(2) Biaya yang timbul akibat penetapan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggungjawab

Pemerintah Daerah.

Pasal 42

Dalam rangka mitigasi bencana untuk kawasan rawanbencana geologi, Pemerintah Daerah dan PemerintahKabupaten/Kota sesuai kewenangannnya, melakukan :

a. pengendalian pemanfaatan ruang dengan

mempertimbangkan karakteristik, jenis dan ancaman

bencana;

b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman

penduduk; dan

c. pengendalian pendirian bangunan kecuali untuk

kepentingan pemantauan ancaman bencana dan

kepentingan umum.

51

Page 52: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Bagian Ketiga

Tanggap Darurat

Pasal 43

(1) Pemerintah Daerah melaksanakan penyelenggaraan

penanggulangan bencana secara langsung dengan

memanfaatkan unsur-unsur potensi kekuatan

penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi,

prasarana dan sarana yang tersedia.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan

dengan cara mencari, menolong dan menyelamatkan serta

memberikan santunan dan/atau bantuan kepada korban

bencana tanpa perlakuan diskriminasi.

(3) Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat

tanggap darurat dilakukan melalui beberapa kegiatan,

meliputi :

a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,

kerusakan, kerugian dan sumberdaya;

b. penentuan status keadaan darurat bencana;

c. pencarian, penyelamatan dan evakuasi masyarakat

yang terkena bencana;

d. pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban bencana

sesuai standar pelayanan minimal;

52

Bagian Ketiga

Tanggap Darurat

Pasal 43

(1) Pemerintah Daerah melaksanakan penyelenggaraan

penanggulangan bencana secara langsung dengan

memanfaatkan unsur-unsur potensi kekuatan

penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi,

prasarana dan sarana yang tersedia.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan

dengan cara mencari, menolong dan menyelamatkan serta

memberikan santunan dan/atau bantuan kepada korban

bencana tanpa perlakuan diskriminasi.

(3) Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat

tanggap darurat dilakukan melalui beberapa kegiatan,

meliputi :

a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,

kerusakan, kerugian dan sumberdaya;

b. penentuan status keadaan darurati bencana;

c. pencarian, penyelamatan dan evakuasi masyarakat

yang terkena bencana;

d. pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban bencana

sesuai standar pelayanan minimal;

52

Page 53: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

e. perlindurigan terhadap korban yang tergolong kelompok

rentan; dan

f. pemulihan dini prasarana dan sarana vital.

(4) Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat

tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

dikendalikan BPBD sesuai dengan kewenangannya.

Paragraf Kesatu

Pengkajian secara Cepat dan Tepat

Pasal 44

Pengkajian secara cepat dan tepat, dilakukan untuk

menentukan kebutuhan dan tindakan yang tepat dalam

penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, melalui

identifikasi terhadap :

a. cakupan lokasi bencana;

b. jumlah korban bencana ;

c. kebutuhan dasar;

d. kerusakan prasarana dan sarana;

e. gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta

pemerintahan; dan "

f. kemampuan sumberdaya alam maupun buatan.

53

e. perlindungan terhadap korban yang tergolong kelompok

rentan; dan

f. pemulihan dini prasarana dan sarana vital.

(4) Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat

tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

dikendalikan BPBD sesuai dengan kewenangannya.

Paragraf Kesatu

Pengkajian secara Cepat dan Tepat

Pasal 44

Pengkajian secara cepat dan tepat, dilakukan untuk

menentukan kebutuhan dan tindakan yang tepat dalam

penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, melalui

identifikasi terhadap :

a. cakupan lokasi bencana;

b. jumlah korban bencana ;

c. kebutuhan dasar;

d. kerusakan prasarana dan sarana;

e. gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta

pemerintahan; dan

f. kemampuan sumberdaya alam maupun buatan.

53

Page 54: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Paragraf Kedua

Penentuan Status Keadaan Darurat Bencana

Pasal 45

(1) Dalam hal terjadi bencana Bupati menetapkan pernyataan

bencana dan penentuan status keadaan darurat bencana,

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pernyataan bencana dan penentuan status keadaan

darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan segera setelah terjadinya bencana.

(3) Penentuan status keadaan darurat bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan (2), BPBD mempunyai

kemudahan akses yang meliputi :

a. pengerahan sumberdaya manusia;

b. pengerahan peralatan;

c. pengerahan logistik;

d. pengadaan barang/jasa;

e. pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau

barang;

f. penyelamatan; dan

g. komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kemudahan akses

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan

Peraturan Bupati.

54

Paragraf Kedua

Penentuan Status Keadaan Darurat Bencana

Pasal 45

(1) Dalam hal teijadi bencana Bupati menetapkan pernyataan

bencana dan penentuan status keadaan darurat bencana,

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pernyataan bencana dan penentuan status keadaan

darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan segera setelah teijadinya bencana.

(3) Penentuan status keadaan darurat bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan (2), BPBD mempunyai

kemudahan akses yang meliputi :

a. pengerahan sumberdaya manusia;

b. pengerahan peralatan;

c. pengerahan logistik;

d. pengadaan barang/jasa;

e. pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau

barang;

f. penyelamatan; dan

g. komando untuk memerintahkan instansi/ lembaga.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kemudahan akses

sebagaimana dimaksud! pada ayat (3) diatur dengan

Peraturan Bupati.

54

Page 55: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Paragraf Ketiga

Pengerahan Sumberdaya Manusia, Peralatan dan Logistik

Pasal 46

(1) Kepala BPBD berwenang mengerahkan sumberdaya

manusia yang potensial, peralatan, dan logistik dari

instansi/lembaga di Daerah dan masyarakat untuk

melakukan tanggap darurat, pada saat keadaan darurat

bencana. -

(2) Pengerahan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik,

dilakukan untuk menyelamatkan dan mengevakuasi

korban bencana, memenuhi kebutuhan dasar, dan

memulihkan fungsi prasarana dan sarana vital yang rusak

akibat bencana.

(3) Dalam hal sumberdaya manusia, peralatan, dan logistik

tidak tersedia dan/atau tidak memadai, Pemerintah

Daerah dapat meminta bantuan kepada pemerintah

kabupaten/kota lain, provinsi dan/atau Pemerintah.

(4) Pemerintah Daerah dapat menanggung biaya pengerahan

dan mobilisasi sumberdaya, peralatan dan logistik dari

provinsi,Kabupaten/Kota lain sebagaimana dimaksud

pada ayat (3).

(5) Penerimaan dan penggunaan sumberdaya manusia,

peralatan dan logistik di lokasi bencana sebagaimana

55

Paragraf Ketiga

Pengerahan Sumberdaya Manusia, Peralatan dan Logistik

Pasal 46

(1) Kepala BPBD berwenang mengerahkan sumberdaya

manusia yang potensial, peralatan, dan logistik dari

instansi/lembaga di Daerah dan masyarakat untuk

melakukan tanggap darurat, pada saat keadaan darurat

bencana. - .

(2) Pengerahan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik,

dilakukan untuk menyelamatkan dan mengevakuasi

korban bencana, memenuhi kebutuhan dasar, dan

memulihkan fungsi prasarana dan sarana vital yang rusak

akibat bencana.

(3) Dalam hal sumberdaya manusia, peralatan, dan logistik

tidak tersedia dan/atau tidak memadai, Pemerintah

Daerah dapat meminta bantuan kepada pemerintah

kabupaten/kota lain, provinsi dan/atau Pemerintah.

(4) Pemerintah Daerah dapat menanggung biaya pengerahan

dan mobilisasi sumberdaya, peralatan dan logistik dari

provinsi,Kabupaten/Kota lain sebagaimana dimaksud

pada ayat (3).

(5) Penerimaani dan penggunaan sumberdaya manusia,

peralatan dan logistik di lokasi bencana sebagaimana

55

Page 56: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

dimaksud pada ayat (1), (2), (3), dan (4), dilaksanakan di

bawah kendali Kepala BPBD;

(6) Ketentuan dan tata cara pemanfaatan sumber daya

manusia yang potensial, peralatan, dan logistik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Bupati.

Paragraf Keempat

Pengadaan barang dan/atau Jasa serta Konstruksi Darurat

Pasal 47

(1) Pengadaan barang dan/atau jasa serta konstruksi darurat

dilaksanakan secara terencana dengan memperhatikan

jenis dan jumlah kebutuhan, kondisi dan karakteristik

wilayah bencana.

(2) Pada saat keadaan darurat bencana, pengadaan barang

dan/atau jasa serta konstruksi darurat untuk

penyelenggaraan tanggap darurat bencana dilakukan

melalui pembelian/pengadaan langsung yang efektif dan

efisien sesuai dengan kondisi pada saat keadaan tanggap

darurat.

(3) Pengadaan barang dan/atau jasa serta konstruksi darurat

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi :

a. pencarian dan penyelamatan korban bencana;

56

dimaksud pada ayat (1), (2), (3), dan (4), dilaksanakan di

bawah kendali Kepala BPBD;

(6) Ketentuan dan tata cara pemanfaatan sumber daya

manusia yang potensial, peralatan, dan logistik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Bupati.

Paragraf Keempat

Pengadaan barang dan/atau Jasa serta Konstruksi Darurat

Pasal 47

(1) Pengadaan barang dan/atau jasa serta konstruksi darurat

dilaksanakan secara terencana dengan memperhatikan

jenis dan jumlah kebutuhan, kondisi dan karakteristik

wilayah bencana.

(2) Pada saat keadaan darurat bencana, pengadaan barang

dan/atau jasa serta konstruksi darurat untuk

penyelenggaraan tanggap darurat bencana dilakukan

melalui pembelian / pengadaan langsung yang efektif dan

efisien sesuai dengan kondisi pada saat keadaan tanggap

darurat.

(3) Pengadaan barang dan/atau jasa serta konstruksi darurat

sebagaimana dimaksud pada ayat (2),,meliputi:

a. pencarian dan penyelamatan korban bencana;

56

Page 57: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

b. pertolongan darurat;

c. evakuasi korban bencana;

d. kebutuhan air bersih dan sanitasi;

e. pangan;

f. sandang;

g. pelayanan kesehatan;

h. penampungan serta tempat hunian sementara/hunian

tetap; dan

i. perbaikan jalan, jembatan dan prasarana irigasi.

(4) Pengadaan barang dan/atau jasa serta konstruksi darurat

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan oleh

Organisasi Perangkat Daerah sesuai setelah memperoleh

persetujuan Kepala BPBD, sesuai kewenangannya.

(5) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat

diberikan secara lisan dan diikuti persetujuan secara tertulis

dalam waktu paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua puluh

empat) jam.

Paragraf Kelima

Penyelamatan

Pasal 43

(1) Penyelamatan dan evakuasi korban dilakukan dengan

memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat

bencana yang teijadi, melalui upaya:

57

b. pertolongan darurat;

c. evakuasi korban bencana;

d. kebutuhan air bersih dan sanitasi;

e. pangan;

f. sandang;

g. pelayanan kesehatan;

h. penampungan serta tempat hunian sementara/hunian

tetap; dan

i. perbaikan jalan, jembatan dan prasarana irigasi.

(4) Pengadaan barang dan/atau jasa serta konstruksi darurat

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan oleh

Organisasi Perangkat Daerah sesuai setelah memperoleh

persetujuan Kepala BPBD, sesuai kewenangannya.

(5) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat

diberikan secara lisan dan diikuti persetujuan secara tertulis

dalam waktu paling lam bat 3 x 24 (tiga kali dua puluh

empat) jam.

Paragraf Kelima

Penyelamatan

Pasal 48

(1) Penyelamatan dan evakuasi korban dilakukan dengan

memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat

bencana yang teijadi, melalui upaya:

57

Page 58: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

a. pencarian dan penyelamatan korban;

b. pertolongan darurat; dan atau

c. evakuasi korban.

.(2) Pencarian, penyelamatan dan evakuasi masyarakat

yang terkena bencana sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), dilaksanakan oleh tim reaksi cepat dengan melibatkan

unsur masyarakat di bawah komando Komandan

penanganan darurat bencana, sesuai dengan lokasi dan

tingkatan bencananya.

(3) Dalam hal terjadi ekskalasi bencana, BPBD dapat meminta

dukungan kepada BNPB untuk melakukan penyelamatan

dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana.

(4 Pencarian dan pertolongan terhadap korban bencana

sebagaimana dimaksud ayat (1) dihentikan dalam hal :

a. seluruh korban telah ditemukan, ditolong, dan

dievakuasi; atau

b. setelah jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak dimulainya

operasi pencarian, tidak ada tanda-tanda korban akan

ditemukan.

(5) Penghentian pencarian dan pertolongan terhadap korban

bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b

dapat dilaksanakan kembali dengan pertimbangan adanya

58

a. pencarian dan penyelamatan korban;

b. pertolongan darurat; dan atau

c. evakuasi korban.

.(2) Pencarian, penyelamatan dan evakuasi masyarakat

yang terkena bencana sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), dilaksanakan oleh tim reaksi cepat dengan melibatkan

unsur masyarakat di bawah komando Komandan

penanganan darurat bencana, sesuai dengan lokasi dan

tingkatan bencananya.

(3) Dalam hal teijadi ekskalasi bencana, BPBD dapat meminta

dukungan kepada BNPB untuk melakukan penyelamatan

dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana.

(4 Pencarian dan pertolongan terhadap korban bencana

sebagaimana dimaksud ayat (1) dihentikan dalam hal :

a. seluruh korban telah ditemukan, ditolong, dan

dievakuasi; atau

b. setelah jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak dimulainya

operasi pencarian, tidak ada tanda-tanda korban akan

ditemukan.

(5) Penghentian pencarian dan pertolongan terhadap korban

bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b

dapat dilaksanakan kembali dengan pertimbangan adanya

58

Page 59: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

informasi baru raengenai indikasi keberadaan korban

bencana;

(6) Dalam pertolongan darurat bencana, diprioritaskan pada

masyarakat yang mengalami luka parah dan kelompok

rentan.

(7) Terhadap masyarakat terkena bencana yang meninggal

dunia, dilakukan upaya identifikasi dan pemakaman.

Paragraf Keenam

Kebutuhan Dasar

Pasal 49

(1) Dalam keadaan tanggap darurat bencana, Pemerintah

Daerah menyediakan bantuan pemenuhan kebutuhan

dasar sesuai standar minimal, yang meliputi:

penampungan/tempat hunian sementara;

a. pangan;

b. sandang ;

c. kebutuhan air bersih, air minum dan sanitasi;

d. pelayanan kesehatan;

e. pelayanan psikososial;

f. pelayanan pendidikan; dan

g. sarana kegiatan ibadah.

(2) Masyarakat luas dapat berperan serta dalam

pengumpulan dan pembagian kebutuhan dasar

59

informasi baru mengenai indikasi keberadaan korban

bencana;

(6) Dalam pertolongan darurat bencana, diprioritaskan pada

masyarakat yang mengalami luka parah dan kelompok

rentan.

(7) Terhadap masyarakat terkena bencana yang meninggal

dunia, dilakukan upaya identifikasi dan pemakaman.

Paragraf Keenam

Kebutuhan Dasar

Pasal 49

(1) Dalam keadaan tanggap darurat bencana, Pemerintah

Daerah menyediakan bantuan pemenuhan kebutuhan

dasar sesuai standar minimal, yang meliputi:

penampungan/tempat hunian sementara;

a. pangan;

b. sandang;

c. kebutuhan air bersih, air minum dan sanitasi;

d. pelayanan kesehatan;,

e. pelayanan psikososial;

f. pelayanan pendidikan; dan

g. sarana kegiatan ibadah.

(2) Masyarakat Unas dapat berperan serta dalam

pengumpulan dan pembagian kebutuhan dasar

59

Page 60: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai bentuk

keguyupan dibawah koordinasi BPBD.

Paragraf Ketujuh

Kelompok Rentan

Pasal 50

(1) Perlindungan terhadap korban yang tergolong kelompok

rentan dilaksanakan dengan memberikan prioritas kepada

korban bencana yang mengalami luka parah dan kelompok

rentan, berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan,

pelayanan kesehatan, dan psikososial.

(2) Kelompok rentan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. bavi, balita, dan anak-anak;

b. ibu yang sedang mengandung atau menyusui;

c. penyandang cacat; dan

d. orang yang kondisi fisik melemah akibat sakit atau

lanjut usia dan orang yang terganggu kejiwaannya^

(3) Upaya perlindungan terhadap kelompok rentan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh

instansi/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh BPBD,

dengan pola pendampingan/fasilitasi.

60

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai bentuk

keguyupan dibawah koordinasi BPBD.

Paragraf Ketujuh

Kelompok Rentan

Pasal 50

(1) Perlindungan terhadap korban yang tergolong kelompok

rentan dilaksanakan dengan memberikan prioritas kepada

korban bencana yang mengalami luka parah dan kelompok

rentan, berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan,

pelayanan kesehatan, dan psikososial.

(2) Kelompok rentan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. bayi, balita, dan anak-anak;

b. ibu yang sedang mengandung atau menyusui;

c. penyandang cacat; dan

d. orang yang kondisi fisik melemah akibat sakit atau

lanjut usia dan orang yang terganggu kejiwaannyaÿ

(3) Upaya perlindungan terhadap kelompok rentan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh

instansi/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh BPBD,

dengan pola pendampingan/ fasilitasi.

60

Page 61: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Paragraf Kedelapan

Pemulihan Dini Pasal 51

Pemulihan dini fungsi prasarana dan sarana vital di lokasi

bencana. dilakukan untuk menjamin keberlangsungan

kehidupan masyarakat, yang dilaksanakan dengan segera

oleh instansi/lembaga terka.it dan dikoordinasikan oleh BPBD

sesuai kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Bagian Keempat

Pasca Bencana

Paragraf Kesatu

Umum

Pasal 52

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap

pascabencana, meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.

Paragraf Kedua

Rehabilitasi

Pasal 53

(1) Dalam rangka mempercepat pemulihan kehidupan

masyarakat pada tahap pascabencana, Pemerintah Daerah

bertanggungjawab untuk menetapkan dan melaksanakan

prioritas kegiatan rehabilitasi, meliputi:

61

Paragraf Kedelapan

Pemulihan Dini

Pasal 51

Pemulihan dini fungsi prasarana dan sarana vital di lokasi

bencana, dilakukan untuk menjamin keberlangsungan

kehidupan masyarakat, yang dilaksanakan dengan segera

oleh instansi/lembaga terkait dan dikoordinasikan oleh BPBD

sesuai kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Bagian Keempat

Pasca Bencana

Paragraf Kesatu

Umum

Pasal 52

Fenyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap

pascabencana, meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.

Paragraf Kedua

Rehabilitasi

P$sal 53

(1) Dalam rangka mempercepat pemulihan kehidupan

masyarakat pada tahap pascabencana, Pemerintah Daerah

bertanggungjawab untuk menetapkan dan melaksanakan

prioritas kegiatan rehabilitasi, meliputi:

61

Page 62: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

a. perbaikan lingkungan daerah bencana;

b. perbaikan prasarana dan sarana umum;

c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;

d. Lebih Lanjut pemulihan sosial psikologis;

e. pelayanan kesehatan;

f. rekonsiliasi dan resolusi konflik;

g. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;

h. pemulihan keamanan dan ketertiban;

i. pemulihan fungsi pemerintahan; dan

j. pemulihan fungsi pelayanan publik.

(2) Ketentuan rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.,

Paragraf Ketiga

Rekonstruksi Pasal 54

(1) Dalam rangka mempercepat pembangunan kembali

prasarana dan sarana serta kelembagaan pada wilayah

pascabencana, Pemerintah Daerah bertanggungjawab

menetapkan prioritas dan melaksanakan kegiatan

rekonstruksi, terdiri dari :

a. pembangunan kembali prasarana dan sarana;

b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;

c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya

masyarakat;62

a. perbaikan lingkungan daerah bencana;

b. perbaikan prasarana dan sarana umum;

c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;

d. Lebih Lanjut pemulihan sosial psikologis;

e. pelayanan kesehatan;

f. rekonsiliasi dan resolusi konflik;

g. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya; ,

h. pemulihan keamanan dan ketertiban;

i. pemulihan fungsi pemerintahan; dan

j. pemulihan fungsi pelayanan publik.

(2) Ketentuan rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.,

Paragraf Ketiga

Rekonstruksi

Pasal 54

(1) Dalam rangka mempercepat pembangunan kembali

prasarana dan sarana serta kelembagaan pada wilayah

pascabencana, Pemerintah Daerah bertanggungjawab

menetapkan priority dan melaksanakan kegiatanrekonstruksi, terdiri dari :

a. pembangunan kembali prasarana dan sarana;

b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;

c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya

masyarakat;62

Page 63: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan

peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;

e. partisipasi dan peranserta lembaga dan organisasi

kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat;

f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;

g. peningkatan fungsi pelayanan publik; dan

h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

(2) Prioritas kegiatan rekonstruksi berdasarkan pada analisis

kerusakan dan kerugian akibat bencana.

(3) Ketentuan rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB VI

PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA NON

ALAM DAN BENCANA SOSIAL

Bagian Kesatu Bencana Non Alam

Pasal 55

Bencana non alam meliputi:

a. kebakaran hutan/lahan yang disebabkan oleh manusia;b. kecelakaan transportasi;c. kegagalan konstruksi/teknologi;d. dampak industri;e. ledakan nuklir;

63

d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan

peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;

e. partisipasi dan peranserta lembaga dan organisasi

kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat;

f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;

g. peningkatan fungsi pelayanan publik; dan

h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

(2) Prioritas kegiatan rekonstruksi berdasarkan pada analisis

kerusakan dan kerugian akibat bencana.

(3) Ketentuan rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB VI

PBNYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA NON

ALAM DAN BENCANA SOSIAL

Bagian KesatuBencana Non Alam

Pasal 55

Bencana non alam meliputi:

a. kebakaran hutan/lahan yang disebabkan oleh manusia;b

. kecelakaan transportasi;c. kegagalan konstruksi/teknologi;d

. dampak industri;e. ledakan nuklir;

63

Page 64: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

f. pencemaran lingkungan hidup;g. kegiatan keantariksaan; danh. kejadian luar biasa yang diakibatkan oleh hama penyakit

tanaman, epidemik dan wabah.Paragraf Kesatu

Analisis Resiko Bencana Non Alam

Pasal 56

(1) Setiap usaha dan atau kegiatan yang berpotensi

menimbulkan dampak penting terhadap bencana non

alam, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan

atau kesehatan dan keselamatan manusia, wajib

melakukan analisis risiko bencana bukan alam;

(2) Analisis risiko bencana bukan alam sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pengkajian risiko;

b. pengelolaan risiko; dan atau

c. komunikasi risiko;

(3) Format, prosedur, metode dan evaluasi analisa resiko

ditentukan oleh SKPD atau instansi terkait di bawah

koordinasi BPBD.

64

f. pencemaran lingkungan hidup;g. kegiatan keantariksaan; danh

. kejadian luar biasa yang diakibatkan oleh hama penyakittanaman, epidemik dan wabah.

Paragraf Kesatu

Analisis Resiko Bencana Non Alam

Pasal 56

(1) Setiap usaha dan atau kegiatan yang berpotensi

menimbulkan dampak penting terhadap bencana non

alam, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan

atau kesehatan dan keselamatan manusia, wajib

melakukan analisis risiko bencana bukan alam;

(2) Analisis risiko bencana bukan alam sebagaimana

dimaksud pada ay at (1) meliputi:

a. pengkajian risiko;

b. pengelolaan risiko; dan atau

c. komunikasi risiko;

(3) Format, proseduri, metode dan evaluasi analisa resiko

ditentukan oleh SKPD atau instansi terkait di bawah

koordinasi BPBD.

64

Page 65: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Paragraf Kedua

Penanggulangan

Pasal 57(1) Setiap orang wajib melakukan penanggulangan bencana

non alam;

(2) Bencana non alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan:

a. pemberian informasi peringatan bencana non alam

kepada masyarakat;

b. pengisolasian bencana non alam;

c. penghentian sumber bencana non alam; dan atau

d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Pasal 58

Dalam penanggulangan bencana non alam pada tahap

tanggap darurat dan pasca bencana, berlaku ketentuan

sebagaimana diatur dalam Pasal 44 dan pasal 55.

Paragraf Ketiga

Pemulihan

Pasal 59(1) Setiap orang, kelompok orang atau badan hukum yang

menyebabkan bencana non alam wajib melakukan

pemulihan fungsi lingkungan hidup;

65

Paragraf Kedua

Penanggulangan

Pasal 57

(1) Setiap orang wajib melakukan penanggulangan bencana

non alam;

(2) Bencana non alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan:

a. pemberian informasi peringatan bencana non alam

kepada masyarakat;

b. pengisolasian bencana non alam;

c. penghentian sumber bencana non alam; dan atau

d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Pasal 58

Dalam penanggulangan bencana non alam pada tahap

tanggap darurat dan pasca bencana, berlaku ketentuan

sebagaimana diatur dalam Pasal 44 dan pasal 55.

Paragraf Ketiga

Pemulihan

Pasal 59

(1) Setiap orang, kelompok; orang atau badan hukum yang

menyebabkan bencanai non alam wajib melakukan

pemulihan fungsi lingkungan hidup;

65

Page 66: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(2) Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tahapan:

a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan

unsur pencemar;

b. remediasi;

c. rehabilitasi;

d. restorasi; dan atau

e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

(3) Biaya pemulihan fungsi lingkungan hidup wajib

ditanggung pihak penyebab rusaknya fungsi lingkungan

hidup akibat aktivitas industri atau semacamnya diancam

denda Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah) sampai

Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah) dan ancaman

kurungan 1 (satu) Tahun Penjara atau sesuai Peraturan

Perundang - Undangan yang berlaku.

Paragraf Keempat

Pemeliharaan

Pasal 60

(1) Pemeliharaan lingkungan hidup antara lain dilakukan

melalui upaya konservasi sumberdaya alam;

(2) Konservasi sumberdaya alam sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi kegiatan:

66

(2) Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana

dimaksud pada ay at (1) dilakukan dengan tahapan:

a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan

unsur pencemar;

b. remediasi;

c. rehabilitasi;

d. restorasi; dan atau

e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

(3) Biaya pemulihan fungsi lingkungan hidup wajib

ditanggung pihak penyebab rusaknya fungsi lingkungan

hidup akibat aktivitas industri atau semacamnya diancam

denda Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah) sampai

Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah) dan ancaman

kurungan 1 (satu) Tahun Penjara atau sesuai Peraturan

Perundang - Undangan yang berlaku.

Paragraf Keempat

Pemeliharaan

Pasal 60

(1) Pemeliharaan lingkungan hidup antara lain dilakukan

melahii upaya konservasi sumberdaya alam;

(2) Konservasi sumberdaya alam sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi kegiatan:

66

Page 67: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

a. perlindungan sumberdaya alam;

b. pengawetan sumberdaya alam; dan

c. pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam;

d. semua kegiatan ditetapkan dalam peraturan

perundangundangan yang berlaku.

Bagi an Kedua

Bencana Sosial

Pasal 62

Bcncana sosial meliputi:

a. kerusuhan sosial;

b. konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas

masyarakat; dan

c. teror.

Paragraf Kesatu

Kewaspadaan Dini Masyarakat

Pasal 62

(1) Penyelenggaraan kewaspadaan dini masyarakat menjadi

tanggungjawab dan dilaksanakan oleh masyarakat, yang

difasilitasi dan dibina oleh Pemerintah Daerah;

(2) Dalam penyelenggaraan fasilitasi kewaspadaan dini

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati

melaksanakan:

67

a. perlindungan sumberdaya alam;

b. pengawetan sumberdaya alam; dan

c. pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam;

d. semua kegiatan ditetapkan dalam peraturan

perundangundangan yang berlaku.

Bagian Kedua

Bencana Sosial

Pasal 62

Bencana sosial meliputi:

a. kerusuhan sosial;

b. konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas

masyarakat; dan

c. teror.

Paragraf Kesatu

Kewaspadaan Dini Masyarakat

Pasal 62

(1) Penyelenggaraan kewaspadaan dini masyarakat menjadi

tanggungjawab dan dilaksanakan oleh masyarakat, yang

difasilitasi dan dibina oleh Pemerintah Daerah;

(2) Dalam penyelenggaraan fasilitasi kewaspadaan dini

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati

melaksanakan:

67

Page 68: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

a. pembinaan dan pemeliharaan ketentraman, ketertiban

dan perlindungan masyarakat dalam menghadapi

kemungkinan terjadinya bencana sosial ;

b. pengkoordinasian Camat dalam penyelenggaraan

kewaspadaan dini masyarakat; dan

c. pengkoordinasian kegiatan instansi vertikal dalam

penyelenggaraan kewaspadaan dini masyarakat.

Pasal 63

(1) Dalam rangka penyelenggaraan kewaspadaan dini

masyarakat, dibentuk Forum Kewaspadaan Dini

Masyarakat (FKDM) yang dilakukan oleh masyarakat dan

difasilitasi oleh Pemerintah Daerah;

(2) Keanggotaan FKDM terdiri atas wakil-wakil organisasi

masyarakat, perguruan tinggi, lembaga pendidikan, tokoh

masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan

elemen masyarakat lainnya:

(3) FKDM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai

tugas:

a. menjaring, menampung, mengkoordinasikan, dan

mengkomunikasikan data dan informasi dari

masyarakat mengenai potensi ancaman keamanan,

68

a. pembinaan dan pemeliharaan ketentraman, ketertiban

dan perlindungan masyarakat dalam menghadapi

kemungkinan teijadinya bencana sosial ;

b. pengkoordinasian Camat dalam penyelenggaraan

kewaspadaan dini masyarakat; dan

c. pengkoordinasian kegiatan instansi vertikal dalam

penyelenggaraan kewaspadaan dini masyarakat.

Pasal 63

(1) Dalam rangka penyelenggaraan kewaspadaan dini

masyarakat, dibentuk Forum Kewaspadaan Dini

Masyarakat (FKDM) yang dilakukan oleh masyarakat dan

difasilitasi oleh Pemerintah Daerah;

(2) Keanggotaan FKDM terdiri atas wakil-wakil organisasi

masyarakat, perguruan tinggi, lembaga pendidikan, tokoh

masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan

elemen masyarakat lainnya:

(3) FKDM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai

tugas:

a. menjaring, menampung, mengkoordinasikan, dan

mengkomunikasikan data dan informasi dari

masyarakat mengenai potensi ancaman keamanan,

68

Page 69: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

gejala atau peristiwa bencana dalam rangka upaya

pencegahan dan penanggulangannya secara dini; dan

b. memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan

bagi Bupati mengenai kebijakan yang berkaitan dengan

kewaspadaan dini masyarakat;

(4) Pembentukan FKDM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh Bupati.

Paragraf Kedua

Pemulihan Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

Pasal 64

(1) Dalam rangka membantu masyarakat di daerah rawan

bencana guna menurunkan ketegangan, serta memulihkan

kondisi sosial kehidupan masyarakat, Pemerintah Daerah

melaksanakan kegiatan rekonsiliasi melalui upaya-upaya

mediasi persuasive dengan melibatkan tokoh masyarakat

dengan tetap memperhatikan situasi, kondisi, dan

karakter serta budaya masyarakat setempat dan

menjunjung rasa keadilan;

(2) Pelaksanaan kegiatan rekonsiliasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan oleh instansi/lembaga terkait

secara terkoordinasi dengan BPBD, sesuai kewenangan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

69

gejala atau peristiwa bencana dalam rangka upaya

pencegahan dan penanggulangannya secara dini; dan

b. memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan

bagi Bupati mengenai kebijakan yang berkaitan dengan

kewaspadaan dini masyarakat;

(4) Pembentukan FKDM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh Bupati.

Paragraf Kedua

Pemulihan Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

Pasal 64

(1) Dalam rangka membantu masyarakat di daerah rawan

bencana guna menurunkan ketegangan, serta memulihkan

kondisi sosial kehidupan masyarakat, Pemerintah Daerah

melaksanakan kegiatan rekonsiliasi melalui upaya-upaya

mediasi persuasive dengan melibatkan tokoh masyarakat

dengan tetap memperhatikan situasi, kondisi, dan

karakter serta budaya masyarakat setempat dan

menjunjung rasa keadilan;

(2) Pelaksanaan kegiatan rekonsiliasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan oleh instansi/ lembagg. terkait

secara terkoordinasi dengan BPBD, sesuai kewenangan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

69

Page 70: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 65

(1) Dalam rangka pemulihan kondisi sosial, ekonomi dan

budaya masyarakat yang terkena dampak bencana,

Pemerintah Daerah melakukan kegiatan pemulihan sosial,

ekonomi dan budaya, melalui:

a. layanan advokasi dan konseling;

b. bantuan stimulan aktivitas ekonomi; dan

c. pelatihan;

(2) Pelaksanaan kegiatan pemulihan sosial, ekonomi dan

budayamasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh instansi/lembaga terkait, berkoordinasi

dengan BPBD.

Paragraf Ketiga

Pemulihan Keamanan dan Ketertiban

Pasal 66

(1) Dalam rangka pemulihan keamanan dan ketertiban yang

ditujukan untuk membantu masyarakat dalam

memulihkan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat

di daerah terkena dampak bencana, Pemerintah Daerah

melaksanakan kegiatan, melalui upaya:

a. mengaktifkan kembali fungsi lembaga keamanan dan

ketertiban di daerah bencana;

70

Pasal 65

(1) Dalam rangka pemulihan kondisi sosial, ekonomi dan

budaya masyarakat yang terkena dampak bencana,

Pemerintah Daerah melakukan kegiatan pemulihan sosial,

ekonomi dan budaya, melalui:

a. layanan advokasi dan konseling;

b. bantuan stimulan aktivitas ekonomi; dan

c. pelatihan;

(2) Pelaksanaan kegiatan pemulihan sosial, ekonomi dan

budayamasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh instansi/lembaga terkait, berkoordinasi

dengan BPBD.

Paragraf Ketiga

Pemulihan Keamanan dan Ketertiban

Pasal 66

(1) Dalam rangka pemulihan keamanan dan ketertiban yang

ditujukan untuk membantu masyarakat dalam

memulihkan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat

di daerah terkena dampak bencana, Pemerintah Daerah

melaksanakan kegiatan, melalui upaya:

a. mengaktifkan kembali fungsi lembaga keamanan dan

ketertiban di daerah bencana;

70

Page 71: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

b. meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan

pengamanan dan ketertiban; dan

c. meningkatkan koordinasi dengan instansi / lembaga

yang berwenang di bidang keamanan dan ketertiban;

(2) Pelaksanaan kegiatan pemulihan keamanan dan

ketertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

oleh instansi/lembaga terkait, berkoordinasi dengan

BPBD.

BAB VII

PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

Bagian Kesatu

Sumber Pendanaan

Pasal 67

(1) Dana penyelenggaraan penanggulangan bencana

bersumber dari:

a. APBN;

b. APBD;

c. masyarakat; dan

d. sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.

71

b. meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan

pengamanan dan ketertiban; dan

c. meningkatkan koordinasi dengan instansi / lembaga

yang berwenang di bidang keamanan dan ketertiban;

(2) Pelaksanaan kegiatan pemulihan keamanan dan

ketertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

oleh instansi/lembaga terkait, berkoordinasi dengan

BPBD.

BAB VII

PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTU AN BENCANA

Bagian Kesatu

Sumber Pendanaan

Pasal 67

(1) Dana> penyelenggaraan penanggulangan bencana

bersumber dari:

a. APBN;

b. APBD;

c. masyarakat; dan ÿ ÿ

d. sumber l&innya yang sah dan tidak mengikat.

71

Page 72: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(2) Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran

penanggulangan bencana dalam APBD secara memadai,

yang digunakan untuk menanggulangi bencana pada

tahap prabencana, saat tanggap darurat, pemulihan dini,

dan pascabencana.

(3) Pemerintah Daerah menyediakan dana siap pakai dalam

anggaran penanggulangan bencana yang berasal dari

APBD yang ditempatkan dalam anggaran BPBD dan harus

selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan pada saat

tanggap darurat dan besaran dana siap pakai dalam

kisaran 5 sampai dengan 7 persen dari APBD.

Pasal 63

(1) Pemerintah Daerah mendorong partisipasi masyarakat

dalam penyediaan bantuan yang bersumber dari

masyarakat, dengan cara :

a. memfasilitasi masyarakat yang akan memberikan

bantuan dana penanggulangan bencana;

b. memfasilitasi masyarakat yang akan melakukan

pengumpulan dana penanggulangan bencana; dan

c. meningkatkan kepedulian masyarakat untuk

berpartisipasi dalam penyediaan bantuan.

72

(2) Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran

penanggulangan bencana dalam APBD secara memadai,

yang digunakan untuk menanggulangi bencana pada

tahap prabencana, saat tanggap darurat, pemulihan dini,

dan pascabencana.

(3) Pemerintah Daerah menyediakan dana siap pakai dalam

anggaran penanggulangan bencana yang berasal dari

APBD yang ditempatkan dalam anggaran BPBD dan harus

selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan pada saat

tanggap darurat dan besaran dana siap pakai dalam

kisaran 5 sampai dengan 7 persen dari APBD.

Pasal 68

(1) Pemerintah Daerah mendorong partisipasi masyarakat

dalam penyediaan bantuan yang bersumber dari

masyarakat, dengan cara :

a. memfasilitasi masyarakat yang akan memberikan

bantuan dana penanggulangan bencana;

b. memfasilitasi masyarakat yang akan melakukan

pengumpulan dana penanggulangan bencana; dan

c. meningkatkan kepedulian masyarakat untuk

berpartisipasi dalam penyediaan bantuan.

72

Page 73: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(2 Bantuan yang bersumber dari masyarakat dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima oleh Pemerintah Daerah yang dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD.

(3) Setiap pengumpulan bantuan penanggulangan bencana di Daerah, wajib mendapatkan izin dari Pemerintah Daerah dan/atau instansi/lembaga terkait.

(4) Dalam kondisi khusus, permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan setelah pelaksanaan kegiatan pengumpulan bantuan penanggulangan bencana.

(5) Tata cara perizinan pengumpulan bantuan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3) dan (4) diatur lebih lanjut oleh Bupati, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Pengelolaan Dana APBD

Paragraf Kesatu

Penyusunan Program/Kegiatan

Pasal 69

(1 Penyusunan program/kegiatan dalam rangka

penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap

prabencana berpedoman pada ketentuan peraturan

perundang-undangan tentang penyelenggaraan

penanggulangan bencana dan pengelolaan keuangan

Daerah.

73

(2 Bantuan yang bersumber dari masyarakat dalam negerisebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima olehPemerintah Daerah yang dilaporkan dandipertanggungjawabkan kepada DPRD.

(3) Setiap pengumpulan bantuan penanggulangan bencana diDaerah, wajib mendapatkan izin dari Pemerintah Daerahdan/atau instansi/lembaga terkait.

(4) Dalam kondisi khusus, permohonan izin sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dapat diajukan setelahpelaksanaan kegiatan pengumpulan bantuanpenanggulangan bencana.

(5) Tata cara perizinan pengumpulan bantuanpenanggulangan bencana sebagaimana dimaksud padaayat (1), (2), (3) dan (4) diatur lebih lanjut oleh Bupati,sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Pengelolaan Dana APBD

Paragraf Kesatu

Penyusunan Program/Kegiatan

Pasal 69

(1 Penyusunan program/kegiatan dalam rangka

penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap

prabencana berpedoman pada ketentuan peraturan

perundang-undangan tentang penyelenggaraan

penanggulangan bencana dan pengelolaan keuangan

Daerah.

73

Page 74: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(2) Program/kegiatan dan pendanaan dalam rangka

penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap

prabencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

direncanakan dan dilaksanakan melalui program/kegiatan

dan pendanaan secara regular tahunan dalam

APBD/Perubahan APBD, yang ditetapkan dengan

Peraturan Daerah.

(3) Pendanaan secara reguler tahunan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dimungkinkan untuk diusulkan dari sumber

pendanaan lainnya seperti dari APBN melalui DIPA bersifat

anggaran dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan.

Paragraf Kedua

Penggunaan Dana

Pasal 70

(1) Dana penanggulangan bencana harus digunakan sesuai

dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang

meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat,

pemulihan dini dan/atau pascabencana.

(2) Penggunaan dana penanggulangan bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan guna mendukung

kegiatan rutin dan operasional berupa sosialisasi,

pembinaan, pengawasan dan pengerahan sumberdaya.

74

(2) Program/kegiatan dan pendanaan dalam rangka

penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap

prabencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

direncanakan dan dilaksanakan melalui program/kegiatan

dan pendanaan secara regular tahunan dalam

APBD/Perubahan APBD, yang ditetapkan dengan

Peraturan Daerah.

(3) Pendanaan secara reguler tahunan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dimungkinkan untuk diusulkan dari sumber

pendanaan lainnya seperti dari APBN melalui DIPA bersifat

anggaran dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan.

Paragraf Kedua

Penggunaan Dana

Pasal 70

(1) Dana i penanggulangan bencana harus digunakan sesuai

dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang

meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat,

pemulihan dini dan/atau pascabencana.

(2) Penggunaan dana penanggulangan bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dil&kukan guna mendukung

kegiatan rutin dan operasional berupa sosialisasi,

pembinaan, pengawasan dan pengerahan sumberdaya.

74

Page 75: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(3) Penggunaan dana yang bersifat rutin sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), dipergunakan dalam kegiatan

pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat,

pemulihan dini, rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.

Pasal 71

(1) Pencarian, penyelamatan, pertolongan darurat dan

evakuasi korban bencana dengan melibatkan unsur

masyarakat, diutamakan menggunakan tenaga relawan

terlatih, yang dilakukan berdasarkan penugasan dari

Kepala BPBD.

(2) Pengerahan sumberdaya manusia dari unsur masyarakat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjang dengan

dana operasional yang bersifat pemberian insentif yang

patut dan wajar sesuai kemampuan anggaran yang

tersedia.

(3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dibebankan pada anggaran yang tersedia dan bersifat

siap pakai untuk tanggap darurat bencana pada

DPA/DPPA-BPBD dan/atau dari sumber dana lainnya

yang memungkinkan dan dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penggunaan dana yang bersifat rutin sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), dipergunakan dalam kegiatan

pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat,

pemulihan dini, rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.

Pasal 71

(1) Pencarian, penyelamatan, pertolongan darurat dan

evakuasi korban bencana dengan melibatkan unsur

masyarakat, diutamakan menggunakan tenaga relawan

terlatih, yang dilakukan berdasarkan penugasan dari

Kepala BPBD.

(2) Pengerahan sumberdaya manusia dari unsur masyarakat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjang dengan

dana operasional yang bersifat pemberian insentif yang

patut dan wajar sesuai kemampuan anggaran yang

tersedia.

(3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dibebankan pada anggaran yang tersedia dani bersifat

siap pakai untuk tanggap darurat bencana pada

DPA/DPPA-BPBD dan/atau dari sumber dana lainnya

yang memungkinkan dan dapat dipertanggungjawabkan.

75

Page 76: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 72

(1) Pelaksanaan kegiatan tanggap darurat bencana pada

aspek fisik prasarana/sarana bersifat penanggulangan

darurat/sementara dengan teknis konstruksi darurat

untuk:

a. kegiatan penanggulangan darurat bencana pada fisik

prasarana/sarana infrastruktur sumberdaya air yang

rusak berat/longsor/hancur akibat bencana,

dilakukan dengan cara pembersihan longsoran,

pembuatan tanggul dengan timbunan tanah, dan/atau

jenis penanggulangan darurat lainnya;

b. kegiatan penanggulangan darurat bencana pada fisik

prasarana/sarana infrastruktur jalan dan jembatan

yang rusak berat/hancur akibat bencana dilakukan

dengan pembentukan badan jalan atau jenis

penanggulangan darurat lainnya;

c. kegiatan penanggulangan darurat bencana pada

/sarana bidang pendidikan yang rusak

berat/hancur/ambruk, dilakukan dengan cara

membangun ruang kelas belajar berupa bangunan

dengan teknis konstruksi darurat, pemasangan tenda-

tenda, atau jenis penanggulangan darurat lainnya;

76

Pasal 72

Pelaksanaan kegiatan tanggap darurat bencana pada

aspek fisik prasarana/ sarana bersifat penanggulangan

darurat/sementara dengan teknis konstruksi darurat

untuk:

a. kegiatan penanggulangan darurat bencana pada fisik

prasarana/sarana infrastruktur sumberdaya air yang

rusak berat/longsor/hancur akibat bencana,

dilakukan dengan cara pembersihan longsoran,

pembuatan tanggul dengan timbunan tanah, dan/atau

jenis penanggulangan darurat lainnya;

b. kegiatan penanggulangan darurat bencana pada fisik

prasarana/sarana infrastruktur jalan dan jembatan

yang rusak berat/hancur akibat bencana dilakukan

dengan pembentukan badan jalan atau jenis

penanggulangan darurat lainnya;

c. kegiatan penanggulangan darurat bencana pada

/sarana bidang pendidikan yang rusak

berat/hancur/ambruk, dilakukan dengan cara

membangun ruang kelas belajar berupa bangunan

dengan teknis konstruksi daruratÿ pemasangan tenda-

tenda, atau jenis penanggulangan darurat lainnya;

76

Page 77: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

d. kegiatan penanggulangan darurat bencana pada fisik

prasarana/sarana bidang kesehatan yang rusak

berat/hancur akibat bencana dilakukan dengan cara

membangun ruang rawat inap dengan konstruksi

darurat dan/atau jenis penanggulangan darurat

lainnya; dan

e. kegiatan penanggulangan darurat bencana pada

instalasi air bersih yang dibangun Pemerintah Daerah:

yang belum diserahterimakan menjadi asset milik

Pemerintah Kabupaten/Desa yang rusak berat/hancur

akibat bencana, dilakukan dengan cara perbaikan

sementara.

(2) Pendanaan kegiatan penanggulangan darurat bencana

pada fisik prasarana/sarana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dan b, dibebankan pada anggaran yang

tersedia dan bersifat siap pakai pada DPA/DPPA - BPBD,

kecuali apabila anggarannya tidak mencukupi dapat

menggunakan anggaran belanja tidak terduga melalui

mekanisme sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

77

d. kegiatan penanggulangan darurat bencana pada flsik

prasarana/sarana bidang kesehatan yang rusak

berat/hancur akibat bencana dilakukan dengan cara

membangun ruang rawat inap dengan konstruksi

darurat dan/atau jenis penanggulangan darurat

lainnya; dan

e. kegiatan penanggulangan darurat bencana pada

instalasi air bersih yang dibangun Pemerintah Daerah

yang belum diserahterimakan menjadi asset milik

Pemerintah Kabupaten/Desa yang rusak berat/hancur

akibat bencana, dilakukan dengan cara perbaikan

sementara.

(2) Pendanaan kegiatan penanggulangan darurat bencana

pada fisik prasarana/sarana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dan b, dibebankan pada anggaran yang

tersedia dan bersifat siap pakai pada DPA/DPPA - BPBD,

kecuali apabila anggarannya tidak mencukupi dapat

menggunakan anggaran belanja tidak terduga melalui

mekanisme sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

77

Page 78: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(3) Pendanaan kegiatan penanggulangan darurat bencana

pada fisik prasarana/sarana bidang pendidikan, kesehatan

dan instalasi air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf c, d, dan e dapat menggunakan anggaran belanja

tidak terduga atau diusulkan untuk memperoleh

pendanaan dari anggaran Perubahan APBD atau dari

APBD tahun anggaran berikutnya.

Paragraf Ketiga

Penatausahaan

Pasal 73

(1) Penatausahaan pengeluaran keuangan yang menggunakan

anggaran belanja tidak terduga, sebagaimana sistem dan

prosedur yang berlaku dalam penatausahaan pengeluaran

keuangan belanja APBD secara regular tahunan.

(2) Sistem dan prosedur penatausahaan keuangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. Surat Penyediaan Dana (SPD);

b. Surat Permintaan dan Pembayaran (SPP);

c. Surat Perintah membayar (SPM);

d. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D); dan

e. Surat Pertanggungjawaban Penggunaan Dana (SPJ).

78

(3) Pendanaan kegiatan penanggulangan darurat bencana

pada fisik prasarana/sarana bidang pendidikan, kesehatan

dan instalasi air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf c, d, dan e dapat menggunakan anggaran belanja

tidak terduga atau diusulkan untuk memperoleh

pendanaan dari anggaran Perubahan APBD atau dari

APBD tahun anggaran berikutnya.

Paragraf Ketiga

Penatausahaan

Pasal 73

(1) Penatausahaan pengeluaran keuangan yang menggunakan

anggaran belanja tidak terduga, sebagaimana sis tern dan

prosedur yang berlaku dalam penatausahaan pengeluaran

keuangan belanja APBD secara regular tahunan.

(2) Sistem dan prosedur penatausahaan keuangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (l), ,meliputi:

a. Surat Penyediaan Dana (SPD);

b. Surat Permintaan dan Pembayaran (SPP);

c. Surat Perintah membayar (SPM);

d. Surat PerintahiPencairan Dana (SP2D); dan

e. Surat Pertanggungjawaban Penggunaan Dana (SPJ).

78

Page 79: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Paragraf Keempat

Pertanggungjawaban

Pasal 74

(1) Pertanggungjawaban penggunaan dana belanja tidak

terduga untuk pelaksanaan kegiatan dilakukan

sebagaimana penatausahaan keuangan dan

pertanggungjawaban dalam pelaksanaan belanja kegiatan

APBD secara reguler tahunan.

(2) Pertanggungjawaban penggunaan dana belanja tidak

terduga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

pertanggungjawaban aspek admin istrasi dan aspek

mater il.

(3) Pertanggungjawaban aspek administrasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) merupakan pertanggungjawaban

atas bukti-bukti yang sah atas administrasi pengeluaran

keuangan berdasarkan system dan prosedur

penatausahaan keuangan.

(4) Pertanggungjawaban aspek materil sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) merupakan pertanggungjawaban yang

menunjukkan kesesuaian antara pertanggungjawaban

administrasi dengan realisasi capaian hasil kinerja

kegiatan, baik kegiatan yang bersifat fisik konstruksi

prasarana/sarana maupun kegiatan non fisik.

Paragraf Keempat

Pertanggungjawaban

Pasal 74

(1) Pertanggungjawaban penggunaan dana belanja tidak

terduga untuk pelaksanaan kegiatan dilakukan

sebagaimana penatausahaan keuangan dan

pertanggungjawaban dalam pelaksanaan belanja kegiatan

APBD secara reguler tahunan.

(2) Pertanggungjawaban penggunaan dana belanja tidak

terduga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

pertanggungjawaban aspek administrasi dan aspek

mater il.

(3) Pertanggungjawaban aspek administrasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) merupakan pertanggungjawaban

atas bukti-bukti yang sah atas administrasi pengeluaran

keuangan berdasarkan system dan prosedur

penatausahaan keuangan.

(4) Pertanggungjawaban aspek materil sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) merupakan pertanggungjawaban yang

menunjukkan kesesuaian antara pertanggungjawaban

administrasi dengan realisasi capaian hasil kinerija

kegiatan, baik kegiatan yang bersifat fisik konstruksi

prasarana/sarana maupun kegiatan non fisik.

79

Page 80: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Bagi an Ketiga

Pengelolaan Bantuan Bencana

Pasal 75

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengelolaan sumberdaya

bantuan bencana pada tahap prabencana, pada saat

tanggap darurat, pemulihan dini dan pascabencana,

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2 Masyarakat dapat berpartisipasi dalam penyediaan dan

penyaluran bantuan bencana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pengelolaan

bantuan penanggulangan bencana ditetapkan dengan

Peraturan Bupati

Pasal 76

(1) Pemerintah Daerah menyediakan bantuan pemenuhan

kebutuhan dasar masyarakat yang terkena bencana di

Daerah, untuk jangka waktu yang ditentukan oleh Bupati.

(2) Pemerintah Daerah menyediakan dan memberikan

bantuan bencana kepada korban bencana, terdiri dari:

a. santunan duka cita;

b. santunan kecacatan;

c. pinjaman lunak untuk usaha produktif;

d. bantuan pemenuhan kebutuhan dasar;

80

Bagian Ketiga

Pengeiolaan Bantuan Bencana

Pasal 75

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengeiolaan sumberdava

bantuan bencana pada tahap prabencana, pada saat

tanggap darurat, pemulihan dini dan pascabencana,

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2 Masyarakat dapat berpartisipasi dalam penyediaan dan

penyaluran bantuan bencana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pengeiolaan

bantuan penanggulangan bencana ditetapkan dengan

Peraturan Bupati

Pasal 76

(1) Pemerintah Daerah menyediakan bantuan pemenuhan

kebutuhan dasar masyarakat yang terkena bencana di

Daerah, untuk jangka waktu yang ditentukan oleh Bupati.

(2) Pemerintah Daerah menyediakan dan memberikan

bantuan bencana kepada korban bencana, terdiri dari:

a. santunan dukaicita;

b. santunan kecacatan;

c. pinjaman lunak untuk usaha produktif;

d. bantuan pemenuhan kebutuhan dasar;

80

Page 81: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

e. pembiayaan perawatan korban bencana di rumah sakit;

dan

f. perbaikan rumah rusak.

(3) Mekanisme pemberian bantuan bencana kepada korban

bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi :

a. pendataan;

b. identifikasi;

c. verifikasi; dan

d. penyaluran.

(4) Tata cara penyediaan pemberian dan besarnya bantuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3),

ditetapkan dengan Peraturan Bupati

Bagian Keempat

Pemeliharaan

Pasal 77

(1) Pemeliharaan terhadap bantuan berupa barang dikelola

oleh satuan Keija yang ditunjuk oleh Bupati.

(2) Bantuan yang karena sifatnya mudah rusak dan/atau

mengenal waktu kadaluwarsa diprioritaskan

pendistribusiannya.

81

e. pembiayaan perawatan korban bencana di rumah sakit;

dan

f. perbaikan rumah rusak.

(3) Mekanisme pemberian bantuan bencana kepada korban

bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi :

a. pendataan;

b. identifikasi;

c. verifikasi; dan

d. penyaluran.

(4) Tata cara penyediaan pemberian dan besarnya bantuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3),

ditetapkan dengan Peraturan Bupati

Bagian Keempat

Pemeliharaan

Pasal 77

(1) Pemeliharaan terhadap bantuan berupa barang dikelola

oleh satuan Keija yang ditunjuk oleh Bupati.

(2) Bantuan yang karena sifatnya mudah rusak dan/atau

mengenal waktu kadaluwarsa diprioritaskan

pendistribusiannya.

81

Page 82: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

BAB VIII

KERJASAMA

Pasal 78

Dalam pelaksanaan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi di Daerah, Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama antar daerah, dengan Instansi/lembaga pemerintah, BUMN/BUMD, swasta dan lembaga kemasyarakatan serta pihak lainnya baik di dalam maupun di luar negeri, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu

Hak Masyarakat

Pasal 79

(1) Setiap orang berhak:

a. mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman,

khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana;

b. mendapatkan pendidikan, pelatihan dan keterampilan

dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;

c. mendapatkan informasi secara tertulis dan atau lisan

tentang kebijakan penanggulangan bencana oleh

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten;

82

BAB VIII

KERJASAMA

Pasal 78

Dalam pelaksanaan penanggulangan bencana danpenanganan pengungsi di Dae rah, Pemerintah Daerah dapatmelakukan keijasama antar daerah, denganInstansi/'lembaga pemerintah, BUMN/BUMD, swasta danlembaga kemasyarakatan serta pihak lainnya baik di dalammaupun di luar negeri, sesuai keteutuan peraturanperundang-undangan.

BAB IX

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu

Hak Masyarakat

Pasal 79

(1) Setiap orang berhak:

a. mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman,

khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana;

b. mendapatkan pendidikan, pelatihan dan keterampilan

dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;

c. mendapatkan informasi secara tertulis dan atau lisan

tentang kebijakan penanggulangan bencana oleh

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten;

82

Page 83: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

d. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan

pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan

kesehatan termasuk dukungan psikososial;

e. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap

kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang

berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan

f. melakukan pengawasan sesuai dengan

mekanisme yang diatur atas pelaksanaan

penanggulangan bencana.

(2) Setiap orang terkena bencana berhak mendapatkan

bantuan pemenuhan kebutuhan dasar;

(3) Setiap orang berhak untuk memperoleh ganti kerugian

karena terkena bencana yang disebabkan oleh kegagalan

konstruksi dan/atau teknologi.

Pasal 80

(1) Hak mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan

keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan

bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1)

huruf b dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan formal

dan non formal di semua jenjang pendidikan formal agar

dimasukkan dalam kurikulum sekolah (Muatan Lokal);

83

d. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan

pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan

kesehatan termasuk dukungan psikososial;

e. berpartisipasi dalam penganibilan keputusan terhadap

kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang

berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan

f. melakukan pengawasan sesuai dengan

mekanisme yang diatur atas pelaksanaan

penanggulangan bencana.

(2) Setiap orang terkena bencana berhak mendapatkan

bantuan pemenuhan kebutuhan dasar;

(3) Setiap orang berhak untuk memperoleh ganti kerugian

karena terkena bencana yang disebabkan oleh kegagalan

konstruksi dan/atau teknologi.

Pasal 80

(1) Hak mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan

keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan

bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1)

huruf b dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan formal

dan non formal di semua jenjang pendidikan formal agar

dimasukkan dalam kurikulum sekolah (Muatan Lokal);

83

Page 84: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(2) Kegiatan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan

sebagaimana dimaksud ayat (1) akan diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Bupati.

Bagi an Kedua Kewajiban Masyarakat

Pasal 81

Setiap orang berkewajiban:

a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis,

memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan dan

kelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. memberikan informasi yang benar kepada publik tentang

penanggulangan bencana; dan

c. melakukan kegiatan penanggulangan bencana

Bagian Ketiga

Hak, Kewajiban dan Peran Lembaga Kemasyarakatan

Pasal 82

Lembaga kemasyarakatan berhak:

a. mendapatkan kesempatan dalam upaya kegiatan

penanggulangan bencana;

b. mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan kegiatan

penanggulangan bencana;

84

(2) Kegiatan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan

sebagaimana dimaksud ayat (1) akan diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Bupati.

Bagian KeduaKewajiban Masyarakat

Pasal 81

Setiap orang berkewajiban:

a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis,

memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan dan

kelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. memberikan informasi yang benar kepada publik tentang

penanggulangan bencana; dan

c. melakukan kegiatan penanggulangan bencana

Bagian Ketiga

Hak, Kewajiban dan Peran Lembaga Kemasyarakatan

Pasal 82

Lembaga kemasyarakatan berhak:

a. mendapatkan kesempatan dalam upaya kegiatan

penanggulangan bencana;

b. mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan kegiatan

penanggulangan bencana;

84

Page 85: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

c. melaksanakan kegiatan pengumpulan barang dan atau

uang untuk membantu kegiatan penanggulangan bencana

dapat berkoordinasi dengan BPBD.

Pasal 83

Lembaga kemasyarakatan wajib:

a. berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah;

b. memberikan dan melaporkan kepada instansi yang

berwenang dalam pengumpulan barang dan atau uang

untuk membantu kegiatan penanggulangan bencana.

Pasal 84

Lembaga kemasyarakatan dapat berperan menyediakan

sarana dan pelayanan untuk melengkapi kegiatan

penanggulangan bencana yang dilaksanakan oleh masyarakat

dan Pemerintah Daerah.

Bagian Keempat Peran Lembaga Usaha Dan Lembaga Internasional

Paragraf Kesatu Peran Lembaga Usaha

Pasal 85

Lembaga usaha mendapatkan kesempatan dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik secara

tersendiri maupun secara bersama dengan pihak lain.

85

c. melaksanakan kegiatan pengumpulan barang dan atau

uang untuk membantu kegiatan penanggulangan bencana

dapat berkoordinasi dengan BPBD.

Pasal 83

Lembaga kemasyarakatan wajib:

a. berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah;

b. memberikan dan melaporkan kepada instansi yang

berwenang dalam pengumpulan barang dan atau uang

untuk membantu kegiatan penanggulangan bencana.

Pasal 84

Lembaga kemasyarakatan dapat berperan menyediakan

sarana dan pelayanan untuk melengkapi kegiatan

penanggulangan bencana yang dilaksanakan oleh masyarakatdan Pemerintah Daerah.

Bagian KeempatPeran Lembaga Usaha Dan Lembaga Interaasional

Paragraf KesatuPeran Lembaga Usaha

Pasal 85

Lembaga usaha mendapatkan kesempatan dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik secara

tersendiri maupun secara bersama dengan pihak lain.

85

Page 86: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 86(1) Lembaga usaha menyesuaikan kegiatannya dengan

kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana;

(2) Lembaga usaha berkewajiban menyampaikan laporan

kepada Pemerintah Daerah dan BPBD, serta

menginformasikan kepada publik secara transparan;

(3) Lembaga usaha wajib mengindahkan prinsip kemanusiaan

dalam melaksanakan fungsi ekonominya dalam

penanggulangan bencana.

Paragraf Kedua

Peran Lembaga Internasional

Pasal 87

(1) Lembaga internasional dapat berperanserta dalam upaya

penanggulangan bencana dan mendapat jaminan

perlindungan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah

terhadap para pekeijanya, sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Lembaga internasional dalam melaksanakan kegiatan

penanggulangan bencana berhak mendapatkan akses yang

aman ke wilayah bencana.

86

Pasal 86

(1) Lembaga usaha menyesuaikan kegiatannya dengan

kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana;

(2) Lembaga usaha berkewajiban menyampaikan laporan

kepada Pemerintah Daerah dan BPBD, serta

menginformasikan kepada publik secara transparan;

(3) Lembaga usaha wajib mengindahkan prinsip kemanusiaan

dalam melaksanakan fungsi ekonominya dalam

penanggulangan bencana.

Paragraf Kedua

Peran Lembaga Internasional

Pasal 87

(1) Lembaga internasional dapat berperanserta dalam upaya

penanggulangan bencana dan mendapat jaminan

perlindungan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah

terhadap para pekeijanya, sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Lembaga internasional dalam mel&ksanakan kegiatan

penanggulangan bencana berhak mendapatkan akses yang

aman ke wilayah bencana.

86

Page 87: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 88

(1) Lembaga internasional berkewajiban menyelaraskan dan

mengkoordinasikan kegiatannya dalam penanggulangan

bencana dengan kebijakan penanggulangan bencana yang

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan BPBD;

(2) Lembaga internasional berkewajiban memberitahukan

kepada Pemerintah Daerah dan BPBD mengenai aset-aset

penanggulangan bencana yang digunakan;

(3) Lembaga internasional berkewajiban mentaati

ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang

berlaku dan menjunjung tinggi adat dan budaya Daerah;

(4) Lembaga internasional berkewajiban mengindahkan

ketentuan yang berkaitan dengan keamanan dan

keselamatan.

Pasal 89

(1) Lembaga internasional menjadi mitra masyarakat

dan Pemerintah Daerah serta BPBD dalam

penanggulangan bencana;

(2) Pelaksanaan penanggulangan bencana oleh lembaga

internasional diatur sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan.

87

Pasal 88

(1) Lembaga internasional berkewajiban menyelaraskan dan

mengkoordinasikan kegiatannya dalam penanggulangan

bencana dengan kebijakan penanggulangan bencana yang

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan BPBD;

(2) Lembaga internasional berkewajiban memberitahukan

kepada Pemerintah Daerah dan BPBD mengenai aset-aset

penanggulangan bencana yang digunakan;

(3) Lembaga internasional berkewajiban mentaati

ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang

berlaku dan menjunjung tinggi adat dan budaya Daerah;

(4) Lembaga internasional berkewajiban mengindahkan

ketentuan yang berkaitan dengan keamanan dan

keselamatan.

Pasal 89

(1) Lembaga internasional menjadi mitra masyarakatdan Pemerintah Daerah serta BPBD dalam

penanggulangan bencana;

(2) Pelaksanaan penanggulangan bencana oleh lembaga

internasional diatur sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan.

87

Page 88: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

BAB X

PENGAWASAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN

Bagian Kesatu

Pengawasan

Pasal 90

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan dan

pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana dan

barang bantuan penanggulangan bencana di Daerah.

(2) BPBD bersama Instansi Pengawas Fungsional melakukan

pengawasan terhadap penyaluran bantuan dana dan

barang bantuan yang dilakukan oleh masyarakat kepada

korban bencana di Daerah.

Pasal 91

(1) Dalam melaksanakan pengawasan terhadap pengumpulan

dan penyaluran dana dan barang bantuan, DPRD dan

masyarakat dapat meminta dilakukan audit terhadap

laporan pengumpulan dan penyaluran bantuan.

(2) Apabila dari hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditemukan adanya penyimpangan, maka penyelenggara

pengumpulan dan penyaluran bantuan harus

mempertanggungjawabkan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

88

BAB X

PENGAWASAN DAN PBRTANGGUNG JAWABAN

Bagian Kesatu

Pengawasan

Pasal 90

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan dan

pertanggungj awaban terhadap pengelolaan dana dan

bar an g bantuan penan ggulangan bencana di Daerah.

(2) BPBD bersama Instansi Pengawas Pungsional melakukan

pengawasan terhadap penyaluran bantuan dana dan

barang bantuan yang dilakukan oleh masyarakat kepada

korban bencana di Daerah.

Pasal 91

(1) Dalam melaksanakan pengawasan terhadap pengumpulan

dan penyaluran dana dan barang bantuan, DPRD dan

masyarakat dapat meminta dilakukan audit terhadap

laporan pengumpulan dan penyaluran bantuan.

(2) Apabila dari hasil audit sebagaimanai dimaksud pada ayat

(1) ditemukan adanya penyimpangan, makai penyelenggara

pengumpulan dan penyaluran bantuan harus

mempertanggungjawabkan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

88

Page 89: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Bagian Kedua

Pertanggungjawaban

Pasal 92

(1) Pertanggungjawaban atas penggunaan dana dan barang bantuan meliputi pertanggungjawaban dana dan barang bantuan pada tahap prabencana, tanggap darurat, pemulihan dini dan pascabencana.

(2) Pertanggungjawaban penggunaan dana dan barang bantuan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dilakukan secara khusus sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi kedaruratan dan dilaksanakan sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi.

(3) Pemerintah Daerah menyebarluaskan informasi kepada masyarakat tentang pendapatan serta penggunaan dana dan barang bantuan.

BAB XI PENYELESAIAN SENGKETA

Bagian Kesatu Umum

Pasal 93(1) Penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalu pengadilan

atau di luar pengadilan.

(2) Pilihan penyelesaian sengketa dilakukan secara sukarela

oleh para pihak yang bersengketa.

89

Bagian Kedua

Pertanggungjawaban

Pasal 92

(1) Pertanggungjawaban atas penggunaan dana dan barangbantuan meliputi pertanggungjawaban dana dan barangbantuan pada tahap prabencana, tanggap darurat,pemulihan dini dan pascabencana.

(2) Pertanggungjawaban penggunaan dana dan barangbantuan penanggulangan bencana pada saat tanggapdarurat dilakukan secara khusus sesuai dengankebutuhan, situasi, dan kondisi kedaruratan dandilaksanakan sesuai dengan prinsip akuntabilitas dantransparansi.

(3) Pemerintah Daerah menyebarluaskan informasi kepadamasyarakat tentang pendapatan serta penggunaan danadan barang bantuan.

BAB XI

PENYELESAIAN SENGKETA

Bagian KesatuUmum

Pasal 93

(1) Penyelesaian sengketa d&pat ditempuh mel&lu pengadilan

atau di luar pengadilan.

(2) Pilihan penyelesaiian sengketa dilakukan secara sukarela

oleh para pihak yang bersengketa.

89

Page 90: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(3) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh

apabila upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan

yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau

para pihak yang bersengketa.

Bagian Kedua

Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

Pasal 94

(1) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan untuk

mencapai kesepakatan mengenai :

a. bentuk dan besarnya ganti rugi;

b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau

perusakan;

c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan

terulangnya pencemaran dan/atau perusakan;

dan/atau

d. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negative

terhadap lingkungan hidup.

(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku

terhadap tindak pidana sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Lingkungan Hidup.

(3) Dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan, dapat

digunakan jasa mediator dan/atau arbiter untuk

membantu menyelesaikan sengketa.

90

(3) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh

apabila upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan

yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau

para pihak yang bersengketa.

Bagian Kedua

Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

Pasal 94

(1) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan untuk

mencapai kesepakatan mengenai:

a. bentuk dan besarnya ganti rugi;

b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau

perusakan;

c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan

terulangnya pencemaran dan/atau perusakan;

dan/atau

d. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negative

terhadap lingkungan hidup.

(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku

terhadap tindak pidana sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Lingkungan Hidup.

(3) Dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan, dapat

digunakan jasa mediator dan/atau arbiter untuk

membantu menyelesaikan sengketa.

90

Page 91: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Bagian Ketiga Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

Paragraf Kesatu Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan

Pasal 95

(1) Setiap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang

melakukan perbuatan melanggar hukum dan

menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan

hidup, wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan

tindakan tertentu.

(2) Setiap orang yang melakukan pemindahtanganan,

pengubahan sifat dan bentuk usaha, dan/atau kegiatan

dari suatu badan usaha yang melanggar hukum, tidak

melepaskan tanggungjawab hukum dan/atau kewajiban

badan usaha tersebut.

Paragraf Kedua

Tanggungjawab Mutlak

Pasal 96

Setiap orang yang tindakannya dan/atau usahanya

mengakibatkan bencana non alam, bertanggungjawab

mutlak atas kerugian yang terjadi, tanpa perlu pembuktian

unsur kesalahan.

91

Bagian KetigaPenyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

ParagrafKesatuGanti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan

Pasal 95

(1) Setiap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang

melakukan perbuatan melanggar hukum dan

menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan

hidup, wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan

tindakan tertentu.

(2) Setiap orang yang melakukan pemindahtanganan,

pengubahan sifat dan bentuk usaha, dan/atau kegiatan

dari suatu badan usaha yang melanggar hukum, tidak

melepaskan tanggungjawab hukum dan/atau kewajiban

badan usaha tersebut.

Paragraf Kedua

Tanggungjawab Mutlak

Pasal 96

Setiap orang yang tindakannya dan/atau usahanya

mengakibatkan bencana non alam, bertanggungjawab

mutlak atas kerugian yang teijadi, tanpa penlu pembuktian

unsur kesal&han.

91

Page 92: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Paragraf Ketiga

Hak Gugat Pemerintah Daerah

Pasal 97

Pemerintah Daerah berwenang mengajukan gugatan ganti

rugi dan tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau

kegiatan yang menyebabkan pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan

kerugian lingkungan hidup.

Paragraf Keempat

Hak Gugat Masyarakat

Pasal 98

(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan

kelompok (class action) untuk kepentingan dirinya sendiri

dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila

mengalami kerugian.

(2) Gugatan perwakilan kelompok (class action) dapat

diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa,

dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil

kelompok dan anggota kelompoknya.

92

Paragraf Ketiga

Hak Gugat Pemerintah Daerah

Pasal 97

Pemerintah Daerah berwenang mengajukan gugatan ganti

rugi dan tindakan tertentu cerhadap usaha dan/atau

kegiatan yang menyebabkan pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup yang , mengakibatkan

kerugian lingkungan hidup.

Paragraf Keempat

Hak Gugat Masyarakat

Pasal 98

(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan

kelompok (class action) untuk kepentingan dirinya sendiri

dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila

mengalami kerugian.

(2) Gugatan perwakilan kelompok (olass action) dapat

diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa,

dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil

kelompok dan anggota kelompoknya.

Page 93: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Paragraf Kelima

Hak Gugat Organisasi Kemasyarakatan

Pasal 99

(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggungjawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi kemasyarakatan berhak mengajukan gugatan.

(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.

(3) Organisasi kemasyarakatan dapat mengajukan gugatan apabila memenuhi persyaratan:a. berbentuk badan hukum;b. menegaskan di dalam anggaran dasamya bahwa

organisasi tersebut didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasamya paling singkat 2 (dua) tahun.

BAB XII

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

Pasal 100

(1) Pemantauan terhadap penyelenggaraan penanggulangan

bencana diperlukan sebagai upaya untuk memantau

secara terus menerus terhadap pelaksanaan

penyelenggaraan penanggulangan bencana.

93

Paragraf Kelima

Hak Gugat Organisasi Kemasyarakatan

Pasal 99

(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggungjawab perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup, organisasikemasyarakatan berhak mengajukan gugatan.

(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud padaayat (1), terbatas pada tuntutan untuk melakukantindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi,kecuali biaya atau pengeluaran riil.

(3) Organisasi kemasyarakatan dapat mengajukan gugatanapabila memenuhi persyaratan:a. berbentuk badan hukum;

b. menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa

organisasi tersebut didirikan untuk kepentinganpelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengananggaran dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun.

bab xn

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

Pasal 100

(1) Pemantauan terhadap penyelenggaraan penanggulangan

bencana diperlukan sebagai upaya untuk memantau

secara terus menerus terhadap pelaksanaan

penyelenggaraan penanggulangan bencana.

93

Page 94: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

(2) Pemantauan terhadap penyelenggaraan penanggulangan

bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan

oleh BPBD serta dapat melibatkan Badan Perencanaan

Penelitian Pembangunan Daerah dan Badan Lingkungan

Hidup, sebagai bahan evaluasi menyeluruh dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana.<

Pasal 101

(1) Penyusunan laporan penyelenggaraan penanggulangan

bencana dilakukan oleh BPBD.

(2) Pelaporan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) bersifat regular bulanan/ triwulanan/

semesteran.

(3) Pelaporan bulanan/ triwulanan/ semesteran sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) meliputi laporan realisasi

keuangan dan realisasi capaian hasil kinerja kegiatan,

dilengkapi dengan permasalahan yang dihadapi dan upaya

pemecahan masalah dalam pelaksanaan kegiatan.

(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan kepada Bupati.

94

(2) Pemantauan terhadap penyelenggaraan penanggulangan

bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan

oleh BPBD serta dapat melibatkan Badan Perencanaan

Penelitian Pembangunan Daerah dan Badan Lingkungan

Hidup, sebagai bahan evaluasi menyeluruh dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana.i

Pasal 101

(1) Penyusunan laporan penyelenggaraan penanggulangan

bencana dilakukan oleh BPBD.

(2) Pelaporan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) bersifat regular bulanan/ triwulanan/

semesteran.

(3) Pelaporan bulanan/triwulanan/semesteran sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) meliputi laporan realisasi

keuangan dan realisasii capaian hasil kineija kegiatan,

dilengkapi dengan permasalahan yang dihadapi dan upaya

pemecahan masalah dalam pelaksanaan kegiatan.

(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan kepada Bupati.

94

Page 95: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 102

(1) Pelaporan penggunaan dana bantuan keuangan atau

bantuan sosial penanggulangan bencana, dilakukan

penerima bantuan sosial.

(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan pada saat kegiatan tanggap darurat

bencana/ penanggulangan bencana telah merealisasikan

keuangan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah

bantuan keuangan /bantuan sosial, atau setelah 100%

(seratus persen) direalisasikan.

(3) Pelaporan realisasi keuangan untuk pengembalian atas

kelebihan penerimaan Daerah tahun-tahun sebelumnya

yang telah ditutup, dilakukan oleh Bendahara Belanja

Tidak terduga.

(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3)

disampaikan kepada Bupati.

Pasal 103

Evaluasi terhadap penyelenggaraan penanggulangan bencana

di Daerah dilakukan dalam rangka pencapaian standar

minimal pelayanan dan peningkatan kinerja

penanggulangan bencana.

95

Pasal 102

(1) Pelaporan penggunaan dana bantuan keuangan atau

bantuan sosial penanggulangan bencana, dilakukan

penerima bantuan sosial.

(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan pada saat kegiatan tanggap darurat

bencana/penanggulangan bencana telah merealisasikan

keuangan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah

bantuan keuangan/bantuan sosial, atau setelah 100%

(seratus persen) direalisasikan.

(3) Pelaporan realisasi keuangan untuk pengembalian atas

kelebihan penerimaan Daerah tahun-tahun sebelumnya

yang telah ditutup, dilakukan oleh Bendahara Belanja

Tidak terduga.

(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3)

disampaikan kepada Bupati.

Pasal 103

Evaluasi terhadap penyelenggaraan penanggulangan bencana

di Daerah dilakukan dalam rangka pencapaian standar

minimal pelayanan dan peningkatan kinerja

penanggulangan bencana.

95

Page 96: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

BAB XIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 104

Setiap Orang atau Badan karena kelalaiannya melakukan

pembangunan beresiko tinggi yang tidak dilengkapi dengan

analisa resiko bencana dipidana sesuai dengan ketentuan

Perundang - Undangan yang berlaku.

BAB XIV

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 105

(1) Dalam hal bencana terjadi pada saat APBD belum ditetapkan, maka pendanaan kegiatan tanggap darurat bencana dapat memanfaatkan uang Kas Daerah yang tersedia.

(2) Pemanfaatan uang Kas Daerah yang tersedia untuk kegiatan tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan:a. penentuan status keadaan darurat bencana atau

pernyataan kejadian bencana;b. kebutuhan pendanaan kegiatan tanggap darurat

bencana pada aspek sosial kemanusiaan atau pada aspek fisik prasarana/sarana;

96

BAB XIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 104

Setiap Orang atau Badan karena kelalaiannya melakukan

pembangunan beresiko tinggi yang tidak dilengkapi dengan

analisa resiko bencana dipidana sesuai dengan ketentuan

Perundang - Undangan yang berlaku.

BAB XIV

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 105

(1) Dalam hal bencana teijadi pada saat APBD belumditetapkan, maka pendanaan kegiatan tanggap daruratbencana dapat memanfaatkan uang Kas Daerah yangtersedia.

(2) Pemanfaatan uang Kas Daerah yang tersedia untukkegiatan tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan berdasarkan:a. penentuan status keadaan darurat bencana atau

pernyataan kejadian bencana;b

. kebutuhan pendanaan kegiatan tanggap daruratbencana pada aspek sosial kemanusiaan atau padaaspek fisik prasarana/sarana;

96

Page 97: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

c. kebutuhan pendanaan kegiatan tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud pada huruf b, terlebih dahulu diformulasikan dalam DPA-SKPD yang dibahas dan disetujui oleh Tim anggaran;

d. dasar pelaksanaan dan pengeluaran keuangan kegiatan tanggap darurat bencana adalah DPA-SKPD yang memperoleh pengesahan PPKD dan persetujuan Sekretaris Daerah; dan

e. pelaksanaan pengeluaran keuangan dari uang Kas Daerah yang tersedia terlebih dahulu ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

(3) Pengeluaran uang kas yang tersedia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, selanjutnya diinformasikan kepada DPRD dan dituangkan dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD.

Pasal 106Penatausahaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban serta pelaporan, pengawasan dan pemeriksaan kegiatan tanggap darurat bencana dengan memanfaatkan uang Kas Daerah yang tersedia sebagaimana dimaksud pada Pasal 139, dilakukan, Inspektorat Daerah dan Badan Pengawas Keuangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

97

c. kebutuhan pendanaan kegiatan tanggap daruratbencana sebagaimana dimaksud pada huruf b, terlebihdahulu diformulasikan dalam DPA-SKPD yang dibahasdan disetujui oleh Tim anggaran;

d. dasar pelaksanaan dan pengeluaran keuangan kegiatan

tanggap darurat bencana adalah DPA-SKPD yangmemperoleh pengesahan PPKD dan persetujuanSekretaris Daerah; dan

e. pelaksanaan pengeluaran keuangan dari uang KasDaerah yang tersedia terlebih dahulu ditetapkandengan Peraturan Bupati.

(3) Pengeluaran uang kas yang tersedia sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf e, selanjutnyadiinformasikan kepada DPRD dan dituangkan dalamRancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD.

Pasal 106

Penatausahaan, pelaksanaan dan pertanggungj awaban sertapelaporan, pengawasan dan pemeriksaan kegiatan tanggapdarurat bencana dengan memanfaatkan uang Kas Daerahyang tersedia sebagaimana dimaksud pada Pasal 139,dilakukan, Inspektorat Daerah dan Badan PengawasKeuangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

97

Page 98: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

BAB XV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 107

Semua program dan kegiatan berkaitan dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang telah ditetapkan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhimya program dan kegiatan, kecuali ditentukan lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 109

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus telah

ditetapkan dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung

sejak berlakunya Peraturan Daerah ini.

Pasal 110

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

98

BAB XV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 107

Semua program dan kegiatan berkaitan denganpenyelenggaraan penanggulangan bencana yang telahditetapkan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah inidinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnyaprogram dan kegiatap, kecuali ditentukan lain berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 109

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus telah

ditetapkan dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung

sejak berlakunya Peraturan Daerah ini.

Pasal 110

Peraturan Daerah ini mulai berl&ku pada tanggal

diundangkan.

98

Page 99: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannva

dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kolaka.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2014 NOMOR 1

NOMOR REGISTRASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR 1 TAHUN2014

Ditetapkan di Kolaka P a ^ jpijggad, 6 Mei 2014

Diundangkan di Kolaka

99

Agar setiap orang ciapat mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kolaka.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2014NOMOR 1

NOMOR REGISTRASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN

KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR 1 TAHUN2014

Ditetapkan di Kolaka

Diundangkan di Kolaka

ÿÿtÿaal, 6 Mei 2014

99

Page 100: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran
Page 101: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA

NOMOR 1 TAHUN 2014

TENTANG

PENYELENGGAR\AN PENANGGULANGAN BENCANA

I. UMUM

Dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 antara lain

disebutkan bahwa Negara Republik Indonesia berkewajiban

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum..., dan

seterusnya. Dalam hal perlindungan terhadap kehidupan dan

penghidupan, termasuk perlindungan terhadap bahaya atau

risiko bencana alam bagi penduduk Kabupaten Kolaka, maka

Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Kolaka terpanggil untuk menerbitkan Peraturan

Daerah Tentang Penanggulangan Bencana di Kabupaten

Kolaka sebagaimana diamanatkan juga oleh Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.

Sebagai wilayah yang secara geografis termasuk daerah

rawan bencana alam karena kedekatannya dengan Samudera

Hindia dan juga sebagai kabupaten yang memiliki kawasan

100

PEN JELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA

NOMOR 1 TAHUN 2014

TENTANG

PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

I. UMUM

Dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 antara lain

disebutkan bahwa Negara Republik Indonesia berkewajiban

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum..., dan

seterusnya. Dalam hal perlindungan terhadap kehidupan dan

penghidupan, termasuk perlindungan terhadap bahaya atau

risiko bencana alam bagi penduduk Kabupaten Kolaka, maka

Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Kolaka terpanggil untuk menerbitkan Peraturan

Daerah Tentang Penanggulangan Bencana di Kabupaten

Kolaka sebagaimana diamanatkan juga oleh Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.

Sebagai wilayah yang secara geograiis termasuk daerah

rawan bencana alam karena kedekatannya dengan Samudera

Hindia dan juga sebagai kabupaten yang memiliki kawasan

100

Page 102: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

industri dengan segala kemungkinan bencana teknologi

maupun konflik social, maka lahirnya peraturan daerah ini

merupakan langkah antisipatif yang sudah menjadi

kebutuhan. Dimaksudkan juga sebagai langkah konkrit

untuk mendinamisasi atau memobilisasi kepedulian warga

masyarakat terhadap ancaman bencana yang sewaktu-waktu

datang melanda wilayah pemukimannya.

Paradigma konvensional di Indonesia yang bersifat reaktif

terhadap bencana sudah waktunya ditinggalkan untuk

diganti dengan pradigma baru yang berciri proaktif dengan

langkah-langkah koordinatif. Artinya, disaat sekarang

penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara

terencana sejak fase prabencana, fase tanggap darurat dan

fase pascabencana. Dengan pengelolaan yang proaktif dan

terprogram itu maka risiko dapat ditekan serendah mungkin.

Apalagi dalam era otonomi daerah sekarang ini, masalah

penanggulangan bencana tidak lagi bersifat sentrlistik di

pusat tetapi sudah menjadi kewenangan daerah otonom

sehingga pemerintah daerah akan dengan mudah

mengggerakkan warga masyarakat untuk ikut berperanserta

dalam kegiatan penanggulangan bencana guna menghindari

budaya pemerintah centries seperti di masa lalu. BPBD yang

mempunyai fungsi koordinasi, komando dan pengendalian

101

industri dengan segala kemungkinan bencana teknologi

maupun konflik social, maka lahirnya peraturan daerah ini

merupakan langkah antisipatif yang sudah menjadi

kebutuhan. Dimaksudkan juga sebagai langkah konkrit

untuk mendinamisasi atau memobilisasi kepedulian warga

masyarakat terhadap ancanian bencana yang sewaktu-waktu

datang melanda wilayah pemukimannya.

Paradigma konvensional di Indonesia yang bersifat reaktif

terhadap bencana sudah waktunya ditinggalkan untuk

diganti dengan pradigma baru yang berciri proaktif dengan

langkah-langkah koordinatif. Artinya, disaat sekarang

penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara

terencana sejak fase prabencana, fase tanggap darurat dan

fase pascabencana. Dengan pengelolaan yang proaktif dan

terprogram itu maka risiko dapat ditekan serendah mungkin.

Apalagi dalam era otonomi daerah sekarang ini, masalah

penanggulangan bencana tidak lagi bersifat sentrlistik di

pusat tetapi sudah menjadi kewenangan daerah otonom

sehingga pemerintah daerah akan dengan mudah

mengggerakkan warga masyarakat untuk ikut berperanserta

dalam kegiatan penanggulangan bencana guna menghindari

budaya pemerintah centries seperti di masa lalu. BPBD yang

mempunyai fungsi koordinasi, komando dan pengendalian

101

Page 103: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

akan menciptakan cara kerja yang efisien dan efektif dalam

kendali Sekretaris Daerah sebagai Kepala BPBD ex officio

karena jabatan Sekretaris Daerah yang membawahi SKPD,

Badan maupun institusi-institusi lain di daerah.

Materi muatan dalam Peraturan Daerah ini mencakup

segala permasalahan kebencanaan secara komprehensif

sehingga penuntasan masalah secara parsial dapat dihindari.

Antara lain yang diatur adalah hal-hal menyangkut:

1. Tanggungjawab pemerintah daerah terhadap

pengelolaan aksi pra bencana, aksi tanggap darurat dan

aksi pasca bencana yang dikoordinasi, dikomando dan

dikendalikan oleh Badan Penanggulangan Bencana

Daerah;

2. Mekanisme pengelolaan serta penggunaan yang

tepatasas dari segala sumber daya yang dimiliki

pemerintah daerah dan masyarakat;

3. Pengidentifikasian macam-macam bencana dan cara

mengantisipasi risikonya;

4. Hak dan kewajiban masyarakat serta tanggungjawab

mutlak korporasi;

5. Mobilisasi masyarakat guna membangun budaya

kewaspadaan dini terhadap bencana;

102

akan menciptakan cara kerja yang eflsien dan efektif dalam

kendali Sekretaris Daerah sebagai Kepala BPBD ex officio

karena jabatan Sekretaris Daerah yang membawahi SKPD,

Badan maupun institusi-institusi lain di daerah.

Materi muatan dalam Peraturan Daerah ini mencakup

segala permasalahan kebencanaan secara komprehensif

sehingga penuntasan masalah secara parsial dapat dihindari.

Antara lain yang diatur adalah hal-hal menyangkut:

1. Tanggungjawab pemerintah daerah terhadap

pengelolaan aksi pra bencana, aksi tanggap darurat dan

aksi pasca bencana yang dikoordinasi, dikomando dan

dikendalikan oleh Badan Penanggulangan Bencana

Daerah;

2. Mekanisme pengelolaan serta penggunaan yang

tepatasas dari segala sumber daya yang dimiliki

pemerintah daerah dan masyarakat;

3. Pengidentifikasian macam-macam bencana dan cara

mengantisipasi irisikonya;

4. Hak dan kewajiban masyarakat serta tanggungjawab

mutlak korporasi;

5. Mobilisasi masyarakat guna membangun budaya

kewaspadaan dini terhadap bencana;

102

Page 104: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

6. Hal-hal lain yang bertujuan memberikan pelayanan

public secara optimal.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup Jelas.Pasal 2

ayat (1)Huruf a :

Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” termanifestasi dalam penyelenggaraan penanggulanganbencana, sehingga Peraturan Daerah ini memberikan perlindungan danpenghormatan hak-hak asasi manusia, harkat dan martabat: setiap masyarakat secara proporsional.

Huruf b :Yang dimaksud dengan”asas keadilan” adalah bahwa setiap materi muatan ketentuan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana harus mencerminkan keadilan secaraproporsional bagi setiap masyarakat tanpa kecuali.

103

6. Hal-hal lain yang bertujuan memberikan pelayanan

public secara optimal.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas.Pasal 2

ayat(l)Huruf a :

Yang dimaksud dengan "asaskemanusiaan" termanifestasi dalam

penyelenggaraan penanggulanganbencana, sehingga Peraturan Daerah inimemberikan perlindungan danpenghormatan hak-hak asasi manusia,harkat dan martabat setiap masyarakatsecara proporsional.

Huruf b :

Yang dimaksud dengan"asas keadilan"adalah bahwa setiap materi muatanketentuan dalam penyelenggaraanpenanggulangan bencana harusmencerminkajii keadilan secaraproporsional bagi setiap masyarakat tanpakecuali.

103

Page 105: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Huruf c :Yang dimaksud dengan “asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras? gplongan, gender, atau status sosial.

Huruf d :Yang dimaksud dengan “asas keseimbangan” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana mencerminkan keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan.

Yang dimaksud dengan “asas keselarasan” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana mencerminkan keselarasan tata kehidupan dan lingkungan.

Yang dimaksud dengan ”asas keserasian? adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.

104

Hviruf c :

Yang dimaksud dengan "asas kesamaankedudukan dalam hukum dan

pemerintahan,, adalah bahwa materi

muatan ketentuan dalam penyelenggaraanpenan ggulangan bencana, tidak bolehberisi hal-hal yang membedakan latarbelakang, antara lain, agama, suku, ras?golongan, gender, atau status sosial.

Huruf d :

Yang dimaksud dengan "asaskeseimbangan" adalah bahwa materimuatan ketentuan dalam penyelenggaraanpenanggulangan bencana mencerminkankeseimbangan kehidupan sosial danlingkungan.

Yang dimaksud dengan "asas keselarasan"adalah bahwa materi muatan ketentuan

dalam penyelenggaraan penanggulanganbencana mencerminkan keselarasan tata

kehidupan dan lingkungan.

Yang dimaksud dengan "asas keserasianfadalah bahwa materi muatan ketentuan

dalam penyelenggaraan penanggulanganbencana mencerminkan keserasian

lingkungan dan kehidupan sosialmasyarakat.

104

Page 106: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Huruf e :Yang dimaksud dengan “asas ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui adanya jaminan kepastian hukum.

Huruf f :V .

Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah bahwapenyelenggaraan penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas dan tanggungjawab bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/ Kota dan masyarakat yang dilakukan secara gotong royong.

Huruf g :Yang dimaksud dengan “asas kelestarian lingkungan hidup”adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana mencerminkan kelestarian lingkungan untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

105

Huruf e :

Yang dimaksud dengan "asas ketertibandan kepastian hukum" adalah bahwamateri muatan ketentuan dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencanaharus dapat menimbulkan ketertibandalam masyarakat melalui adanya jaminankepastian hukum.

Huruf f:

Yang dimaksud dengan "asaskebersamaan" adalah bahwa

penyelenggaraan penanggulangan bencanapada dasarnya menjadi tugas dantanggungj awab bersama Pemerintah,

Pemerintah Daerah, Pemerintah

Kabupaten/ Kota dan masyarakat yangdilakukan secara gotong royong.

Huruf g :Yang dimaksud dengan "asas kelestarianlingkungan hidup"adalah bahwa materi muatan ketentuan

dalam penyelenggaraan penanggulanganbencana mencerminkan kelestarian

lingkungan untuk generasi sekarang dangenerasi yang akan datang.

Page 107: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Huruf f :Yang dimaksud dengan “prinsi p transparanr adalah bahwa penyelenggaraanpenanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabel” adalah bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapatdipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

Huruf g :Cukup jelas

Huruf h :Cukup jelas

Huruf i :Cukup jelas

Huruf j :Cukup jelas

Huruf k :Cukup jelas

Huruf 1:Yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminasi” adalah bahwa dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.

108

Huruff:

Yang dimaksud dengan "prinsip transparan"adalah bahwa penyelenggaraanpenanggulangan bencana dilakukan secaraterbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

Yang dimaksud dengan "prinsipakuntabel" adalah bahwa penyelenggaraanpenanggulangan bencana dilakukansecara terbuka dan dapatdipertanggungjawabkan secara etik danhukum.

Huruf g :Cukup jelas

Huruf h :

Cukup jelasHuruf i:

Cukup jelasHuruf j :

Cukup jelasHuruf k :

Cukup jelasHuruf 1 :

Yang dimaksud dengan "prinsipnondiskriminasi,, adalah bahwa dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencanatidak memberikan perlkkuan yang berbedaterhadap jenis kelamin, suku, agama, ras,dan aliran politik apa pun.

108

Page 108: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Huruf m :Yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah dilarang menyebarkan agama atau key akin an pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.

Huruf n :Cukup jelas

Huruf o :Cukup jelas

Huruf j :Cukup jelas

Huruf p :Cukup jelas

Huruf q:Cukup jelas

Pasal 3Cukup jelas

Pasal4Cukup jelas

Pasal5Huruf a

Cukup jelas Huruf b :

Cukup jelas

109

Huruf m :

Yang dimaksud dengan "nonproletisi"adalah dilarang menyebarkan agama ataukeyakinan pada saat keadaan daruratbencana, terutama melalui pemberianbantuan dan pelayanan darurat bencana.

Huruf n :

CukupjelasHuruf o :

Cukup jelasHuruf j :

Cukup jelasHuruf p :

CukupjelasHuruf q:

Cukup jelasPasal 3

Cukup jelasPasal 4

Cukup jelasPasal 5

Huruf a

Cukup jelasHuruf b :

Cukup jelas

109

Page 109: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Huruf h :Yang dimaksud dengan “asas berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi” adalah bahwa dalam penyelenggaraanpenanggulangan bencana harusmemanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal sehmggamempermudah dan mempercepat proses penanggulangan bencana, baik pada tahap pencegahan, pada saat terjadi bencana, pemulihan segera ( early recovery) maupun pada tahap pascabencana.

Huruf i :Yang dimaksud dengan “asas partisipasi” adalah bahwa penanggulan bencana harus melibatkan masyarkat dan stake houlder.

ayat (2) :Huruf a :

Yang dimaksud dengan “prinsip pengurangan resiko” adalah

Huruf b :Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah bahwa dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.

Huruf c :

106

Huruf h :

Yang d'maksud dengan "asas berbas's''mu pengetahuan dan tekno'og'

" ada'ah

bahwa da'am penye'enggaraan

penanggu'angan bencana harusmemanfaatkan ''mu pengetahuan dantekno'og' secara opt'ma' seh'nggamempermudah dan mempercepÿt prosespenanggu'angan bencana, ba'k pada tahappencegahan, pada saat te'jad' bencana,pemu''han segera ( ear'y recovery) maupunpada tahap pascabencana.

Huruf ' :

Yang d'maksud dengan "asas part's'pas'"ada'ah bahwa penanggu'an bencana harusme''batkan masyarkat dan stake hou'der.

ayat (2) :Huruf a :

Yang d'maksud dengan "pr'ns'ppengurangan res'ko" ada'ah

Huruf b :

Yang d'maksud dengan "pr'ns'p cepat dantepat" ada'ah bahwa da'ampenye'enggaraan penanggu'angan bencanaharus d''aksanakan secara cepat dan tepatsesua' dengan tuntutan keadaan.

Huruf c :

106

Page 110: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.

Huruf d :Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwapenyelenggaraan penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung.

Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah bahwapenyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerjasama yang baik dan saling mendukung.

Huruf e :Yang dimaksud dengan “prinsip berdayaguna” adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat, dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.

Yang dimaksud dengan “prinsip berhasilguna” adalah bahwa kegiatan penyelenggaraan penanggulangan bencana harus berhasilguna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.

107

Yang dimaksud dengan "prinsip prioritas"adalah bahwa apabila teijadi bencana,kegiatan penanggulangan harus mendapatprioritas dan diutamakan pada kegiatanpenyelamatan jiwa manusia.

Huruf d :

Yang dimaksud dengan "prinsipkoordinasi" adalah bahwa

penyelenggaraan penanggulangan bencanadidasarkan pada koordinasi yang baik dansaling mendukung.

Yang dimaksud dengan "prinsipketerpaduan" adalah bahwapenyelenggaraan penanggulangan bencanadilakukan oleh berbagai sektor secaraterpadu yang didasarkan pada kerjasamayang baik dan saling mendukung.

Huruf e :

Yang dimaksud dengan "prinsipberdayaguna" adalah bahwa dalammengatasi kesulitan masyÿrakat,dilakukan dengan tidak membuang waktu,tenaga, dan biaya yang berlebihan.

Yang dimaksud dengan tprinsipberhasilguna" adalah bahwa kegiatanpenyelenggaraan penanggulangan bencanaharus berhasilguna, khususnya dalammengatasi kesulitan masyarakat dengantidak membuang waktu, tenaga, dan biayayang berlebihan.

107

Page 111: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Huruf c :Yang dimaksud dengan pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.

Huruf d :Yang dimaksud dengan dana penanggulangan bencana yang memadai dalam APE3D, yaitu dana yang dicadangkan oleh Pemerintah Daerah untuk dapat dipergunakan sewaktu- waktu apabila terjadi bencana.

Huruf e :Cukup jelas

Huruf f :Cukup jelas

Huruf g :Cukup jelas

Pasal6Ayat (1)

Huruf a :Cukup jelas

Huruf b :Cukup jelas

Huruf c :Cukup jelas

Huruf d :Cukup jelas

Huruf e :

no

Huruf c :

Yang dimaksud dengan pengungsi adalah orangatau kelompok orang yang terpaksa ataudipaksa keluar dari tempat tinggalnya untukjangka waktu yang belurn pasti sebagai akibatdampak buruk bencana.

Huruf d :

Yang dimaksud dengan dana penanggulanganbencana yang memadai dalam APBD, yaitudana yang dicadangkan oleh PemerintahDaerah untuk dapat dipergunakan sewaktu-waktu apabila teijadi bencana.

Huruf e :

Cukup jelasHuruf f:

Cukup jelasHuruf g :

Cukup jelasPasal6

Ayat (1)Huruf a:

Cukup jelasHuruf b:

Cukup jelasHuruf c :

Cukup jelasHuruf d :

Cukup jelasHuruf e :

110

Page 112: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Cukup jelas Huruf f :

Cukup jelas Huruf g :

Yang dimaksud dengan pengendalian adalah Sebagai pengawas terhadap penyelengaraan pengumpulan uang atau barang yang diselengggarakan oleh masyarakat, termasuk pemberisn ijin yang menjadi kewenangan SKPE) yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang sosial.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal7Cukup jelas

Pasal8Cukup jelas

Pasal9Cukup jelas

Pasal 10Cukup jelas

Pasal 11Cukup jelas

Pasal 12Cukup jelas

Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14yang dimaksud jasa lain adalah misalnya bertindak sebagai relawan

ill

Cukup jelasHuruf f:

Cukup jelasHuruf g :

Yang dimaksud dengan pengendalianadalah Sebagai pengawas terhadappenyelengaraan pengumpulan uang ataubarang yang diselengggarakan olehmasyarakat, termasuk pemberisn ijin yangmenjadi kewenangan SKPD yangmenyelenggarakan urusan pemerintah dibidang sosial.

Ayat(2)Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelasPasal 8

Cukup jelasPasal 9

Cukup jelasPasal 10

Cukup jelasPasal 11

Cukup jelasPasal 12

Cukup jelasPasal 13

Cukup jelasPasal 14

yang dimaksud jasa lain adalah misalnyabertindak sebagai relawan

ill

Page 113: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 15Peraturan perundang-undangan yang dimaksud

dalam pasal ini adalah Peramran yang diterbitkan

oleh Menteri Dalam Negeri, Peraturan Kepala

BNPB.

Pasal 16Cukup jelas

Pasal 17Cukup jelas

Pasal 18Cukup jelas

Pasal 19Cukup jelas

Pasal 20Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fYang dimaksud dengan "analisis risiko bencana” adalah kegiatan penelitian dan

112

Pasal 15

Peraturan perundang-undangan yang dimaksud

dalam pasal ini adalah Peraturan yang diterbitkan

oleh Menteri Dalam Negeri, Peraturan Kepala

BNPB.

Pasal 16

Cukup jelasPasal 17

Cukup jelasPasal 18

Cukup jelasPasal 19

Cukup jelasPasal 20

Ayat: (1)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Cukup i jelasHuruf f

Yang dimaksud dengan "analisis risikobencana" adalah kegiatan penelitian dan

112

Page 114: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

studi tentang kegiatan yang memungkinkan terjadinya bencana Hurufg

Huruf hCukup jelas

Huruf iCukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 21Ayat (1) :

Cukup jelas Ayat (2) :

Huruf a :Yang dimaksud dengan “ancamanbencana” adalah setiap gejala/bencana alam atau kegiatan/peristiwa yangberpotensi menimbulkan bencana.

Huruf b :Yang dimaksud dengan “kerentananmasyarakat” adalah kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang mengakibatkan ketidakmampuan dalam inenghadapi ancaman bencana.

Huruf c :Yang dimaksud dengan “analisis kemungkinan dampak bencana” adalah upaya penilaian tingkat risiko

113

stud' ten tang keg'atan yangmemungk'nkan te'jad'nya bencana Huruf

g

Huruf h

Cukup je'asHuruf '

Cukup je'as

Ayat (2)Cukup je'as

Pasa' 21

Ayat (1) :Cukup je'as

Ayat (2) :Huruf a :

Yang d'maksud dengan "ancamanbencana" ada'ah set'ap geja'a'bencanaa'am atau keg'atan'per'st'wa yangberpotens' men'mbu'kan bencana.

Huruf b:

Yang d'maksud dengan "kerentananmasyarakat" ada'ah kond's' sos'a',

ekonom', dan budaya masyarakat yangmengak'batkan ket'dakmampuan da'ammenghadap' ancaman bencana.

Huruf c :

Yang d'maksud dengan "ana''s'skemungk'nan dampak bencana" ada'ahupaya pen''a'an t'ngkat r's'ko

113

Page 115: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

kemungkinan terjadi dan dampak yang ditimbulkan oleh bencana.

Huruf d :Yang dimaksud dengan “tindakan pengurangan risiko bencana” adalah upaya yang dilakukan dalam menghadapi risiko bencana.

Huruf e :Yang dimaksud dengan “penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana” adalah penentuan prosedur dan tata kerja pelaksanaan.

Huruf f :Yang dimaksud dengan “alokasi tugas, kewenangan, dan sumberdaya yang tersedia” adalah perencanaan alokasi tugas, kewenangan, dan sumberdaya yang ada pada setiap instansi/lembaga yang terkait.

Ayat (3) :Cukup jelas

Ayat (4) :Cukup jelas

Ayat (5) :Cukup jelas

Pasal 22Ayat (1) :

Cukup jelas Ayat (2) :

114

kemungkinan teijadi dan dampak yangditimbulkan oleh bencana.

Huruf d :

Yang dimaksud dengan "tindakanpengurangan risiko bencana" adalah

upaya yang dilakukan dalam menghadapirisiko bencana.

Huruf e :

Yang dimaksud dengan "penentuanmekanisme kesiapan dan penanggulangandampak bencana" adalah penentuanprosedur dan tata keija pelaksanaan.

Huruf f:

Yang dimaksud dengan "alokasi tugas,kewenangan, dan sumberdaya yangtersedia* adalah perencanaan alokasitugas, kewenangan, dan sumberdaya yangada pada setiap instansi/lembaga yangterkait.

Ayat (3) :Cukup jelas

Ayat (4) :Cukup jelas

Ayat (5) :Cukup jelas

Pasal 22

Ayat (1) :Cukup jelas

Ayat (2) :

114

Page 116: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Huruf a :Kegiatan pengenalan dan pemantauan risiko bencana dimaksudkan untuk mendapatkan data-data ancaman, kerentanan, dan kemampuan masyarakat untuk menghadapi bencana. Ketiga aspek tersebut kemudian digunakan untuk melaksanakan analisis risiko bencana.

Huruf b :Cukup jelas

Huruf c :Cukup jelas

Huruf d :Cukup jelas

Huruf e :Yang dimaksud dengan “upaya fisik” adalah kegiatan pembangunan sarana dan prasarana, perumahan, fasilitas umum, dan bangunan konstruksi lainnya.Yang dimaksud dengan “upaya nonfisik” adalah kegiatan pelatihan dan penyadaran masyarakat.

Pasal 23Ayat (1) :

Cukup jelas Ayat (2) :

115

Huruf a :

Kegiatan pengenalan dan pernantauanrisiko bencana dimaksudkan untuk

mendapatkan data-data ancaman,kerentanan, dan kemampuan masyarakatuntuk menghadapi bencana. Ketiga aspektersebut kernudian digunakan untukmelaksanakan analisis risiko bencana.

Huruf b :

Cukup jelasHuruf c :

Cukup jelasHuruf d :

Cukup jelas

Huruf e :

Yang dimaksud dengan "upaya fisik"adalah kegiatan pembangunan sarana danprasarana, perumahan, fasilitas umum,dan bangunan konstruksi lainnya.Yang dimaksud dengan "upaya nonfisik"adalah kegiatan pelatihan dan penyadaranmasyarakat.

Pasal 23

Ayat (1) :Cukup jelas

Ayat (2) :

115

Page 117: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Huruf a :Cukup jelas

Huruf b :Angka 1 :

Yang dimaksud dalam ketentuan ini yaitu kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur, berpotensi menjadi sumber bahaya bencana.

Angka 2 :Yang dimaksud dalam ketentuan ini yaitu pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur, berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana.

Huruf c :Cukup jelas

Huruf d :Cukup jelas

Ayat (3) :Cukup jelas

Pasal 24Cukup jelas

Pasal 25Cukup jelas

Pasal 26Cukup jelas

116

Huruf a :

Cukup jelasHuruf b :

Angka 1 :Yang dimaksud dalam ketentuan iniyaitu kontrol terhadap penguasaandan pengelolaan sumberdaya aiamyang secara tiba-tiba dan/atauberangsur, berpotensi menjadisumber bahaya bencana.

Angka 2 :Yang dimaksud dalam ketentuan iniyaitu pemantauan penggunaanteknologi yang secara tiba-tibadan/atau berangsur, berpotensimenjadi sumber ancaman ataubahaya bencana.

Huruf c :

Cukup jelasHuruf d :

Cukup jelasAyat (3) :

Cukup jelas,

Pasal 24

Cukup jelasPasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

U6

Page 118: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 27Cukup jelas

Pasal 28Cukup jelas

Pasal 29Cukup jelas

Pasal 30Cukup jelas

Pasal 31Cukup jelas

Pasal 32Ayat (1) :

Cukup jelasAyat (2) :

Yang dimaksud dengan “rencana kontinjensi” adalah suatu proses perencanaan ke depan terhadap keadaan yang tidak menentu untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat atau kritis dengan menyepakati skenario dan tujuan, menetapkan tindakan teknis dan manajerial, serta tanggapan dan pengerahan potensi yang telah disetujui bersama.

Pasal 33Ayat (1)

Yang dimaksud dengan sistem manajemen logistic dan peralatan penanggulangan bencana adalah suatu sistem yang menjelaskan tentang logisitik dan peralatan yang dibutuhkan untuk

117

Pasal 27

Cukup jelasPasal 28

Cukup jelasPasal 29

Cukup jelas

Pasal 30

Cukup jelasPasal 31

Cukup jelasPasal 32

Ayat (1) :Cukup jelas

Ayat (2) :Yang dimaksud dengan "rencana kontinjensi"adalah suatu proses perencanaan ke depanterhadap keadaan yang tidak menentu untukmencegah, atau menanggulangi secara lebihbaik dalam situasi darurat atau kritis denganmenyepakati skenario dan tujuain, menetapkantindakan teknis dan manajerial, sertatanggapan dan pengerahan potensi yang telahdisetujui bersama.

Pasal 33

Ayat (1)Yang dimaksud dengan sistem manajemenlogistic dan peralatan penanggulangan bencanaadalah suatu sistem yang menjelaskan tentanglogisitik dan peralatan yang dibutuhkan untuk

117

Page 119: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

menanggula ngi bencana pada masa prabencana, pada saat terjadi bencana, pemulihan dini dan pada pascabencana.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat; (3)Cukup jelas

Pasal 34Cukup jelas

Pasal 35Cukup jelas

Pasal 36Cukup jelas

Pasal 37Cukup jelas

Pasal 38Huruf a

Yang dimaksud dengan "yang dimaksud dengan "batas dataran banjir" adalah luas genangan, tinggi genangan dan lama genangan banjir.

Huruf bYang dimaksud dengan ' dataran banjir” adalah dataran di sekitar sungai yang dibatasi oleh genangan banjir, paling sedikit periode 50 (lima puluh) tahunan.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

118

menanggulangi bencana pada masaprabencana, pada saat terjadi bencana,pemulihan dini dan pada pascabencana.

Ayat(2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 34

Cukup jelasPasal 35

Cukup jelasPasal 36

Cukup jelasPasal 37

Cukup jelasPasal 38

Huruf a

Yang dimaksud dengan "yang dimaksuddengan "batas dataran banjir"adalah luasgenangan, tinggi genangan dan lama genanganbanjir.

Huruf b

Yang dimaksud dengan "dataran banjir" adalahdataran di sekitar sungai yang dibatasi olehgenangan banjir, paling sedikit periode 50 (limapuliih) tahunan.

Huruf c

Cukup jelas.Huruf d

Cukup jelas.

118

Page 120: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 39Cukup jelas

Pasal 4G>Cukup jelas

Pasal 41Cukup jelas

Pasal 42Cukup jelas

Pasal 43Cukup jelas

Pasal 44Ayat: (1) :

Cukup jelas Ayat: (2) :

Cukup jelas Ayat: (3) :

Huruf a :Pengkajian secara cepat pada saat tanggap darurat ditujukan untuk menentukan tingkat kerusakan dan kebutuhan upaya penanggulangannya secara cepat.

Huruf b :Cukup jelas

Huruf c :Termasuk dalam pen3'elamat:an dan evakuasi masyarakat terkena bencana adalah pelayanan kegawatdaruratan kesehatan.

119

Pasal 39

Cukup jelasPasal 40

Cukup jelas

Pasal 41

Cukup jelasPasal 42

Cukup jelasPasal 43

Cukup jelasPasal 44

Ayat (1) :Cukup jelas

Ayat (2) :Cukup jelas

Ayat (3) :Huruf a :

Pengkajian secara cepat pada saat tanggapdarurat ditujukan untuk menentukantingkat kerusakan dan kebutuhan upayapenanggulangannya secara cepat.

Huruf b :

Cukup jelasHuruf c :

Termasuk dalam penyelamatan danevakuasi masyarakat terkena bencanaadalah pelayanan kegawatdaruratankesehatan.

119

Page 121: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Huruf d :Cukup jelas

Huruf e :Yang dimaksud dengan masyarakat rentan bencana adalah anggota masyarakat yang membutuhkan bantuan karena keadaan yang disandangnya, diantaranya masyarakat lanjut usia, penyandang cacat, bayi, balita, anak-anak, serta ibu hamil dan menyusui.

Huruf f :Cukup jelas

Ayat (4) :Cukup jelas

Pasal 45Huruf a

Cukup jelas Huruf b

Cukup jelas Huruf c

Cukup jelas Huruf d

Termasuk dalam kerusakan prasarana dan sarana adalah kerugian materiil dan nonmateriil

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

120

Huruf d :

Cukup je'asHuruf e :

Yang d'maksud dengan masyarakat rentanbencana ada'ah anggota masyarakat yangmembutuhkan bantuan karena keadaan

3,ang d'sandangnya, d'antaranya

masyarakat 'anjut us'a, penyandang cacat,bay,, ba,,ta, anak-anak, serta ,bu ham''dan menyusu,.Huruf f:

Cukup je,asAyat: (4) :

Cukup je,as

Pasa, 45

Huruf a

Cukup je,asHuruf b

Cukup je,asHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Termasuk dalam kerusakan prasarana dansarana adalah kerugian materiil dannonmateriil

Huruf e

Cukup jelasHuruf f

Cukup jelas

120

Page 122: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 46Ayat: (1) :

Yang dimaksud dengan status keadaan darurat dimulai sejak status siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan.

Ayat (2) :Cukup jelas

Ayat (3) :Huruf a :

Cukup jelas Huruf b :

Yang dimaksud dengan “pengerahan peralatan” dalam ketentuan ini, antara lain, adalah peralatan transportasi darat, udara dan laut, peralatan evakuasi, peralatan kesehatan, peralatan air bersih, peralatan sanitasi, jembatan darurat, alat berat, tenda, dan hunian sementara.

Huruf c :Yang dimaksud dengan "pengerahan logistik” dalam ketentuan ini, antara lain, adalah bahan pangan, sandang, obat- obatan, air bersih, dan sanitasi.

Huruf d :Cukup jelas

Huruf e :Cukup jelas

Huruf f :Cukup jelas

121

Pasal 46

Ayat (1) :Yang dimaksud dengan status keadaan daruratdimulai sejak status siaga darurat, tanggapdarurat, dan transisi darurat ke pemulihan.

Ayat: (2) :Cukup jelas

Ayat (3) :Huruf a :

Cukup jelasHuruf b :

Yang dimaksud dengan "pengerahanperalatan" dalam ketentuan ini, antara

lain, adalah peralatan transportasi darat,udara dan laut, peralatan evakuasi,peralatan kesehatan, peralatan air bersih,peralatan sanitasi, jembatan darurat, alatberat, tenda, dan hunian sementara.

Huruf c :

Yang dimaksud dengan "pengerahanlogistik" dalam ketentuan ini, antara lain,adalah bahan pangan, sandang, obat-obatan, air bersih, dan sanitasi.

Huruf d :

Cukup jelasHuruf e :

Cukup jelasHuruf f:

Cukup jelas

121

Page 123: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Huruf g :Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 47Ayat (1) :

Yang dimaksud dengan “instansi/lembaga” dalam ketentuan ini, antara lain, Badan SAR, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial.

Yang dimaksud dengan “masyarakat” dalam ketentuan ini, antara lain, relawan dan lembaga swadaya masyarakat, yang memiliki kemandirian, keterampilan, kompetensi, dan pengetahuan, serta komitmen dan semangat yang tinggi dalam penyelenggaraan bantuan kemanusiaan.

Ayat (2) :Yang dimaksud dengan “menyelamatkan dan mengevakuasi korban bencana” dalam ketentuan ini, antara lain, pencarian dan penyelamatan, pertolongan darurat, dan evakuasi korban.

Yang dimaksud dengan “pemenuhan kebutuhan dasar” dalam ketentuan ini, antara lain, pemenuhan kebutuhan air bersih dan

122

Huruf g :Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 47

Ayat (1) :Yang dimaksud dengan "instansi/lembaga"dalam ketentuan ini, antara lain, Badan SAR,

Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian NegaraRepublik Indonesia, Dinas Pekeijaan Umum,Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial.

Yang dimaksud dengan "masyarakat" dalamketentuan ini, antara lain, relawan dan

lembaga swadaya masyarakat, yang memilikikemandirian, keterampilan, kompetensi, danpengetahuan, serta komitmen dan semangatyang tinggi dalam penyelenggaraan bantuankemanusiaan.

Ayat (2) :Yang dimaksud dengan "menyelamatkan danmengevakuasi korban bencana* dalam

ketentuan ini, antara lain, pencarian danpenyelamatan, pertolongan darurat, danevakuasi korban.

Yang dimaksud dengan "pemenuhankebutuhan dasar" dalam ketentuan ini, antara

lain, pemenuhan kebutuhan air bersih dan

122

Page 124: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, dan penampungan sementara.

Yang dimaksud dengan “pemulihan fungsi prasarana dan sarana vital” dalam ketentuan ini, antara lain, berfungsinya kembali instalasi air minum, aliran listrik, jaringan komunikasi, dan transportasi.

Ayat. (3) :Cukup jelas

Ayat (4) :Cukup jelas

Ayat (5) :Cukup jelas

Ayat (6) :Cukup jelas

Pasal 48Cukup jelas

Pasal 49Cukup jelas

Pasal 50Cukup jelas

Pasal 51Cukup jelas

Pasal 52Cukup jelas

Pasal 53Cukup jelas

Pasal 54

123

sanitasi, pangan, sandang, pelayanankesehatan, dan penampungan sementara.

Yang dimaksud dengan "pemulihan fungsiprasarana dan sarana vital" dalam ketentuan

ini, antara lain, berfungsinya kembali instalasiair minum, aliran listrik, jaringan komunikasi,dan transportasi.

Ayat (3) :Cukup jelas

Ayat (4) :Cukup jelas

Ayat (5) :Cukup jelas

Ayat (6) :Cukup jelas

Pasal 48

Cukup jelasPasal 49

Cukup jelasPasal 50

Cukup jelasPasal 51

Cukup jelasPasal 52

Cukup jelasPasal 53

Cukup jelasPasal 54

123

Page 125: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Cukup jelas Pasal 55

Cukup jelas Pasal 56

Huruf aCukup jelas

Huruf b :Yang dimaksud dengan “kecelakaantransportasi” adalah kecelakaan transportasi darat, laut, maupun udara yang bersifat massal seperti kecelakaan kereta api, kapal laut dan pesawat.

Huruf c :Yang dimaksud dengan “kecelakaankonstruksi/teknologi” adalah kecelakaan akibat penggunaan dan penerapan teknologi yang menimbulkan bencana, seperti pengeboran minyak bumi, pembuatan senjata nuklir dan ekplorasi tambang.

Huruf d :Cukup jelas

Huruf e :Cukup jelas

Huruf f :Yang dimaksud dengan pencemaranlingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

124

Cukup jelasPasal 55

Cukup jelasPasal 56

Huruf a

Cukup jelasHuruf b:

Yang dimaksud dengan "kecelakaantransportasi,, adalah kecelakaan transportasidarat, laut, maupun udara yang bersifat massalseperti kecelakaan kereta api, kapal laut danpesawat.

Huruf c :

Yang dimaksud dengan "kecelakaankonstruksi/teknolbgi* adalah kecelakaan akibatpenggunaan dan penerapan teknologi yangmenimbulkan bencana, seperti pengeboranminyak bumi, pembuatan senjata nuklir danekplorasi tambang.

Huruf d :

Cukup jelasHuruf e :

Cukup jelasHuruf f:

Yang dimaksud dengan i pencemaranlingkungan adalah masuk atau dimasukkannyamakhluk hidup, zat, energi, dan/ataukomponen lain ke dalami lingkungan hidup olehkegiatan manusia sehingga melampaui bakumutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

124

Page 126: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Huruf g :Yang dimaksud dengan “kegiatan keantariksaan” adalah kegiatan yang berkaitan dengan ruang angkasa yang menimbulkan bencana, antara lain, peluncuran satelit dan eksplorasi ruang angkasa.

Huruf h :Cukup jelas

Pasal 57Ayat (1) :

Yang dimaksud dengan “analisis risiko bencana nonalam” adalah prosedur yang antara lain digunakan untuk mengkaji pelepasan dan peredaran produk rekayasa genetik dan pembersihan ( clean up) limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Ayat (2) :Huruf a :

Pengkajian risiko meliputi seluruh proses mulai dari identifikasi bahaya, penaksiran besarnya konsekuensi atau akibat, dan penaksiran kemungkinan munculnya dampak yang tidak diinginkan, baik terhadap keamanan dan kesehatan manusia maupun lingkungan hidup.

Huruf b :Pengelolaan risiko meliputi evaluasi risiko atau seleksi risiko yang memerlukan

125

Huruf g :Yang dimaksud dengan "kegiatankeantariksaan" adalah kegiatan yang berkaitandengan ruang angkasa yang menimbulkanbencana, antara lain, peluncuran satelit daneksplorasi ruang angkasa.

Huruf h :

Cukup jelas

Pasal 57

Ayat (1) :Yang dimaksud dengan "analisis risiko bencananoÿlam" adalah prosedur yang antara laindigunakan untuk mengkaji pelepasan danperedaran produk rekayasa genetik danpembersihan ( clean up) limbah BahanBerbahaya dan Beracun (B3).

Ayat (2) :Huruf a:

Pengkajian risiko meliputi seluruh prosesmulai dari identifikasi bahaya, penaksiranbesarnya konsekuensi atau akibat, danpenaksiran kemungkinan munculnyadampak yang tidak diinginkan, baikterhadap keamanan dan kesehatanmanusia maupun lingkungan hidup.

Huruf b:

Pengelolaan risiko meliputi evaluasi risikoatau seleksi risiko yang memerlukan

125

Page 127: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

pengelolaan, identifikasi pilihanpengelolaan risiko, pemilihan tindakan untuk pengelolaan, danpengimplementasian tindakan yang dipilih.

Huruf c :Yang dimaksud dengan “komunikasi risiko” adalah proses interaktif dari pertukaraninformasi dan pendapat diantara individu, kelompok, dan institusi yang berkenaan dengan risiko.

Ayat (3) :Cukup jelas

Pasal 58Cukup jelas

Pasal 59Cukup jelas

Pasal 60Ayat (1) :

Yang dimaksud dengan setiap orang adalah orangperorangan, kelompok atau badan hukum sebagai subjek hukum.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas Huruf b

Yang dimaksud dengan ’’remediasi” adalah upaya pemulihan pencemaran lingkungan hidup untuk memperbaiki mutu lingkungan hidup.

126

pengelolaan, identifikasi pilihanpengelolaan risiko, pemilihan tindakanuntuk pengelolaan, danpengimplementasian tindakan yang dipilih.

Huruf c :

Yang dimaksud dengan "komunikasirisiko" adalah proses interaktif daripertukaraninformasi dan pendapatdiantara individu, kelompok, dan institusiyang berkenaan dengan risiko.

Ayat (3) :Cukup jelas

Pasal 58

Cukup jelasPasal 59

Cukup jelasPasal 60

Ayat (1) :Yang dimaksud dengan setiap orang adalahorang

perorangan, kelompok atau badan hukumsebagai subjek hukum.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Yang dimaksud dengan "remediasi" adalahupaya pemulihan pencemaran lingkunganhidup untuk memperbaiki mutulingkungan hidup.

126

Page 128: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Huruf c :Yang dimaksud dengan "rehabilitasi” adalah upaya pemulihan untuk inengembalikan nilai, fungsi, dan manfaat lingkungan hidup termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan,memberikan perlindungan, danmemperbaiki ekosistem.

Huruf d :Yang dimaksud dengan ”restorasi” adalah upaya pemulihan untuk menjadikan lingkungan hidup atau bagian-bagiannya berfungsi kembali sebagaimana semula.

Huruf e :Cukup jelas

Ayat (3) :Cukup jelas

Pasal 61Cukup jelas

Pasal 62Cukup jelas

Pasal 63Cukup jelas

Pasal 64Cukup jelas

Pasal 65Ayat (1) :

Cukup jelas Ayat (2) :

127

Huruf c :

Yang dimaksud dengan "rehabilitasi"adalah upaya pemulihan untukmengembalikan nilai, fungsi, dan manfaatlingkungan hidup termasuk upayapencegahan kerusakan lahan,memberikan perlindungan, danmemperbaiki ekosistem.

Huruf d :

Yang dimaksud dengan "restorasi" adalahupaya pemulihan untuk menjadikanlingkungan hidup atau bagian-bagiannyaberfungsi kembali sebagaimana semula.

Huruf e :

Cukup jelas

Ayat: (3) :Cukup jelas

Pasal 61

Cukup jelasPasal 62

Cukup jelasPasal 63

Cukup jelasPasal 64

Cukup jelasPasal 65

Ayat (1) :Cukup jelas

Ayat (2) :

127

Page 129: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Rekonsiliasi ditujukan untuk membantumasyarakat di daerah bencana dan rawan konflik sosial untuk inenurunkan eskalasi konflik sosial dan ketegangan sertamemulihkan kondisi sosial kehidupanmasyarakat.

Pasal 66Ayat: (1)

Pemulihan kondisi sosial, ekonomi dan budaya ditujukan untuk membantu masyarakat terkena dampak bencana dalam rangka memulihkan kondisi kehidupan sosial, ekonomi dan budaya, seperti kondisi sebelum terjadi bencana.

Ayat: (2)Cukup jelas

Pasal 67Ayat (1) :

Pemulihan keamanan dan ketertiban ditujukan untuk membantu masyarakat dalam memulihkan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah terkena dampak bencana agar kembali seperti kondisi sebelum terjadi bencana.

Ayat (2) :Cukup jelas

Pasal 68Cukup jelas

Pasal 69Cukup jelas

128

Rekonsiliasi ditujukan untuk membantumasyarakat di daerah bencana dan rawankonflik sosial untuk menurunkan eskalasi

konflik sosial dan ketegangan sertamemulihkan kondisi sosial kehidupanmasyarakat.

Pasal 66

Ayat: (1)Pemulihan kondisi sosial, ekonomi dan budayaditujukan untuk membantu masyarakatterkena dampak bencana dalam rangkamemulihkan kondisi kehidupan sosial, ekonomidan budaya, seperti kondisi sebelum terjadibencana.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 67

Ayat (1) :Pemulihan keamanan dan ketertiban ditujukanuntuk membantu masyarakat dalammemulihkan kondisi keamanan dan ketertiban

masyarakat di daerah terkena dampak bencanaagar kembali seperti kondisi sebelum teijadibencana.

Ayat (2) :Cukup jelas

Pasal 68

Cukup jelasPasal 69

Cukup jelas

128

Page 130: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 70Cukup jelas

Pasal 71Cukup jelas

Pasal 72Cukup jelas

Pasal 73Ayat (1)

Cukup jelas Ayat: (2) :

Yang dimaksud dengan DPA adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh PenggunaAnggaran.

Yang dimaksud dengan DPPA adalah dokumen yang memuat

perubahan pendapatan belanja danpembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran olehPengguna Anggaran.

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 74Cukup jelas

Pasal 75Cukup jelas

Pasal 76Cukup jelas

Pasal 77

129

Pasal 70

Cukup jelasPasal 71

Cukup jelasPasal 72

Cukup jelasPasal 73

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2) :Yang dimaksud dengan DPA adalah dokumenyang memuat pendapatan, belanja danpembiayaan yang digunakan sebagai dasarpelaksanaan anggaran oleh PenggunaAnggaran.

Yang dimaksud dengan DPPA adalah dokumenyang memuat

perubahan pendapatan belanja danpembiayaan yang digunakan sebagai dasarpelaksanaan perubahan anggaran olehPengguna Anggaran.

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 74

Cukup jelasPasal 75

Cukup jelasPasal 76

Cukup jelasPasal 77

129

Page 131: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Yang dimaksud dengan pendataan, yaitu kegiatan pengumpulan data yang lengkap, terpercaya dan dapatdipertanggungjawabkan mengenaikeseluruhan jumlah korban bencana yang meninggal dunia pada suatu wilayah lokasi bencana. Pendataan dapat dilakukan pada saat tanggap darurat dan pascabencana di lokasi bencana maupun lokasi pengungsi.

Huruf b :Yang dimaksud dengan identifikasi, merupakan langkah lanjutan setelah pendataan yang dimaksudkan untuk mengetahui atau mengenai lebih lanjut mengenai ahli waris dari korban bencana yang meninggal dunia.

Huruf c :Verifikasi dilakukan dengan cara mendatangi pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan korban bencana calon penerima bantuan, untuk mengecek

130

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Yang dimaksud dengan pendataan, yaitukegiatan pengumpulan data yang lengkap,terpercaya dan dapatdipertanggungjawabkan mengenaikeseluruhan jumlah korban bencana yangmeninggal dunia pada suatu wilayahlokasi bencana. Pendataan dapatdilakukan pada saat tanggap darurat danpascabencana di lokasi bencana maupunlokasi pengungsi.

Huruf b :

Yang dimaksud dengan identifikasi,merupakan langkah lanjutan setelahpendataan yang dimaksudkan untukmengetahui atau mengenai lebih lanjutmengenai ahli wans dari korban bencanayang meninggal dunia.

Huruf c :

Verifikasi dilakukan dengan caramendatangi pihak-pihak yang memilikihubungan dengan korban bencana calonpenerima bantuan, untuk mengecek

130

Page 132: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

kebenaran data dan informasi yang dibuat pe tugas identiflkasi. Pe tugas veriflkasi dapat menghubungi langsung orang-onmg yang termasuk keluarga korban, saudara, kerabat atau pemuka masyarakat, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,mengobservasi, mencatat danmendokumentasikan bukti-buktikebenaran data dan informasi tentang korban yang sudah dimiliki sebelumnya.

Huruf d :Penyaluran dilakukan kepada korban atau ahli waris korban. Ahli waris adalah orang yangberhak menerima warisan santunan duka cita, dalam hal ini orang tua korban (ayah atau ibu), suami atau isteri korban, atau anak sah korban.

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 78Cukup jelas

Pasal 79Cukup jelas

Pasal 80Cukup jelas

Pasal 81Cukup jelas

Pasal 82Cukup jelas

kebenaran data dan informasi yang dibuatpetugas identiflkasi. Petugas verifikasidapat menghubungi langsung orang-orangyang termasuk keluarga korban, saudara,kerabat atau pemuka masyarakat,mengajukan pertanyaan-pertanyaan,mengobservasi, mencatat danmendokumentasikan bukti-bukti

kebenaran data dan informasi tentangkorban yang sudah dimiliki sebelumnya.

Hurufd :

Penyaluran dilakukan kepada korban atauahli waris korban. Ahli waris adalah orang3ÿangberhak menerima warisan santunanduka cita, dalam hal ini orang tua korban(ayah atau ibu), suami atau isteri korban,atau anak sah korban.

Ayat (4)

Cukup jelasPasal 78

Cukup jelasPasal 79

Cukup jelasPasal 80

Cukup jelasPasal 81

Cukup jelasPasal 82

Cukup jelas

1311

Page 133: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 83Cukup jelas

Pasal 84Cukup jelas

Pasal 85Cukup jelas

Pasal 86Cukup jelas

Pasal 87Cukup jelas

Pasal 88Cukup jelas

Pasal 89Cukup jelas

Pasal 90 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Bantuan luar negeri baik berasal dari pemerintah (bilateral-multilateral) maupun non pemerintah diperkenankan, sepanjang bantuan tersebut tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 91Cukup jelas

Pasal 92Cukup jelas

Pasal 93Ayat (1)

132

Pasal 83

Cukup jelasPasal 84

Cukup jelasPasal 85

Cukup jelasPasal 86

Cukup jelasPasal 87

Cukup jelasPasal 88

Cukup jelasPasal 89

Cukup jelasPasal 90

Ayat(1)Cukup jelas

Ayat (2)Bantuan luar negeri baik berasal daripemerintah (bilateral-multilateral) maupun nonpemerintah diperkenankan, sepanjang bantuantersebut tidak mengikat dan tidak bertentangandengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 91

Cukup jelasPasal 92

Cukup jelasPasal 93

Ayat (1)

132

Page 134: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Cukup jelas Ayat: (2)

Cukup jelas Ayat: (3)

Penyebarluasan informasi mengenaipendapatan serta penggunaan bantuan dilakukan melalui media massa dan media elektronik atau media lainnya

Pasal 94Ayat: (1)

Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan untuk melindungi hak keperdataan para pihak yang bersengketa, Penyelesaian sengketa dapat dilaksanakan melalui pengadilan (litigasi) atau di luar pengadilan (alternative dispute resolution).

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat: (3)Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya putusan yang berbeda mengenai satu sengketa lingkungan hidup, untuk menjamin kepastian hukum.

Pasal 95Cukup jelas

Pasal 96Ayat (1)

133

____________________

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyal: (3)

Penyebarluasan informasi mengenaipendapatan serta penggunaan bantuandilakukan melalui media massa dan media

elektronik atau media lainnyaPa sal 94

Ayat (1)Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan untukmelindungi hak keperdataan para pihak yangbersengketa. Penyelesaian sengketa dapatdilaksanakan melalui pengadilan (litigasi) ataudi luar pengadilan (alternative disputeresolution).

Ayat(2)Cukup jelas

Ayat (3)Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan untukmencegah teijadiiiya putusan yang berbedamengenai satu sengketa lingkungan hidup,

untuk menjamin kepastian hukum.

Pasal 95

Cukup jelas

Pasal 96

Ayat (1)

133

Page 135: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Ketentuan dalam ayat ini merupakan realisasi asas yang ada dalam hukum lingkungan hidup yang disebut asas pencemar membayar (volunteer pays principle). Selain diharuskan membayar ganti rugi, pencemar dan/atau perusak lingkungan hidup dapat pula dibebani oleh hakim untuk melakukan tindakan hukum tertentu, misalnya perintah untuk:a. memasang atau memperbaiki unit

pengolahan limbah sehingga limbah sesuai dengan baku mutu lingkungan hidup yang ditentukan;

b. memulihkan fungsi lingkungan hidup; dan/atau

c. menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup.

Ayat (2) :Yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang perorangan, kelompok atau badan hukum sebagai subjek hukum.

133

Ketentuan dalam ayat ini merupakan realisasiasas yang ada dalam hukum lingkungan hidupyang disebut asas pencemar membayar(volunteer pays principle). Selain diharuskanmembayar ganti rugi, pencemar dan/

'

atau

perusak lingkungan hidup dapat pula dibebanioleh hakim untuk melakukan tindakan hukum

tertentu, misalnya perintah untuk:a. roemasang atau memperbaiki unit

pengolahan limbah sehingga limbah sesuaidengan baku mutu lingkungan hidup yangditentukan;

b. memulihkan fungsi lingkungan hidup;

dan/atauc. menghilangkan atau memusnahkan

penyebab timbulnya pencemaran dan/atauperusakan lingkungan hidup.

Ayat (2) :Yang dimaksud dengan setiap orang adalahorang perorangan, kelompok atau badanhukum sebagai subjek hukum.

133

Page 136: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 97Yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang perorangan, kelompok atau badan hukum sebagai subjek hukum.

Yang dimaksud dengan “bertanggung jawab mutlak” atau strict liability adalah unsur kesalalian tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat: sebagai dasar pembayaran ganti rugi. Ketentuan ayat ini merupakan lex specialis dalam gugatan tentang perbuatan melanggar hukum pada umumnya. Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibebankan terhadap pencemar atau perusak lingkungan hidup menurut ketentuan ini dapat ditetapkan sampai batas tertentu.

Yang dimaksud dengan “sampai batas waktu tertentu” adalah jika menurut penetapan peraturan perundang-undangan ditentukan keharusan asuransi bagi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan atau telah tersedia dana lingkungan hidup.

Pasal 98Yang dimaksud dengan “kerugian lingkungan hidup” adalah kerugian yang dmbul akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang bukan merupakan hak milik privat. Tindakan tertentu merupakan tindakan pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan serta pemulihan fungsi lingkungan hidup guna menjamin. tidak akan terjadi atau terulangnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup

134

Pasal 97

Yang dimaksud dengan setiap orang adalah orangperorangan, kelompok atau badan hukum sebagaisubjek hukum.

Yang dimaksud dengan "bertanggung jawab mutlak*atau strict liability adalah unsur kesalahan tidakperlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagaidasar pembayaran ganti rugi. Ketentuan ay at inimerupakan lex specialis dalam gugatan tentangperbuatan melanggar hukum pada umumnya.Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibebankanterhadap pencemar atau perusak lingkungan hidupmenurut ketentuan ini dapat ditetapkan sampaibatas tertentu.

Yang dimaksud dengan "sampai batas waktutertentu" adalah jika menurut penetapan peraturanperundang-undangan ditentukan keharusanasuransi bagi usaha dan/atau kegiatan yangbersangkutan atau telah tersedia dana lingkunganhidup.

Pasal 98

Yang dimaksud dengan "kerugian lingkunganhidup" adalah kerugian yang timbul akibatpencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidupyang bukan merupakan hak milik privat. Tindakantertentu merupakan tindakan pencegahan danpenanggulangani pencemaran dan/atau kerusakanserta pemulihan fungsi lingkungan hidup gunamenjamini tidak akan teijadi atau terulangnyadampak negatif terhadap lingjcungan hidup

134

Page 137: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Pasal 99Cukup jelas

Pasal 100

Ayat: (1)Cukup jelas

Ayat: (2)Cukup jelas

Ayat (3)Ketentuan mengenai persyaratan bagi organisasi kemasyarakatan dalam mengajukan gugatan dimaksudkan untuk mencegah adanya organisasi kemasyarakatan yang mengajukan gugatan untuk memperoleh keuntungan secara finansial bagi lembaganya dengan memanfaatkan sengketa lingkungan.

Pasal 101Cukup jelas

Pasal 102Cukup jelas

Pasal 103Cukup jelas

Pasal 104Cukup jelas

Pasal 105Cukup jelas

Pasal 106Cukup jelas

Pasal 107

135

Pasal 99

Cukup jelasPasal 100

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Ketentuan mengenai persyaratan bagiorganisasi kemasyarakatan dalam mengajukangugatan dimaksudkan untuk mencegah adanyaorganisasi kemasyarakatan yang mengajukangugatan untuk memperoleh keuntungan secarafinansial bagi lembaganya denganmemanfaatkan sengketa lingkungan.

Pasal 101

Cukup jelasPasal 102

Cukup jelasPasal 103

Cukup jelasPasal 104

Cukup jelasPasal 105

Cukup jelasPasal 106

Cukup jelas

Pasal 107

135

Page 138: Menimbang - Audit Board of Indonesia...Indonesia Nomor 4844); 3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran

Cukup jelas Pasal 108

Cukup jelas Pas al 109

Cukup jelas Pasal 110

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA NOMOR 1

136

Cukup jelasPasal 108

Cukup jelasPasal 109

Cukup jelasPasal 110

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOLAKANOMOR 1

136