menguak fakta pencairan cek perjalanan

Upload: ilmugratis

Post on 15-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Menguak fakta pencairan Cek PErjalanan

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Menguak Fakta Pencairan Cek Perjalanan

    1/3

    Menguak Fakta Pencairan Cek Perjalananhttp://www.antikorupsi.org/id/content/menguak-fakta-pencairan-cek-perjalanan

    Bola liar yang digulirkan oleh Agus Condro disambut oleh PPATK dengan merelase adanya transaksi travelers

    cheque ke anggota DPR. Di indikasikan pemberian chequemerupakan upaya memuluskan kandidat Gubernur

    Senior Bank Indonesia periode 1999-2004.

    Bagaimana sebenarnya menelusuri jejak transaksi cek perjalanan seperti analisis yang dilakukan PPATK.

    Antikorupsi.Org berusaha menggalinya dari seorang Akuntan Register Negara yang telah mendapat Certified Fraud

    Examiner yaitu Leonardus J.E. Nugroho,CFE. Berikut ini penjelasannya.

    Dari kasus pemberian cek perjalanan kepada anggota DPR dalam kaitan pemilihan Deputi Gubernur Senior di BI,

    yang harus kita lihat pertama, ada fakta pengakuan dari Agus Condro. Kedua, ada petunjuk catatan keuangan dari

    PPATK sekitar 400 traveler cek yang dicairkan oleh 41 orang anggota DPR. Ketiga, ada pengakuan dari politisi kalo

    tidak salah Pak Hakam Naja yang ditawari tetapi menolak. Itu artinya, ada tiga hal yang bisa dijadikan bahan

    masukan oleh KPK sebagai data awal. Kalau bahasa investigasinya predicationatau predikasi.

    Nah dari situ kemudian muncul banyak pertanyaan diantaranya ; Jika berbicara mengenai cek perjalanan lantas jejak

    apa yang bisa ditelusuri? Langkah apa yang seharusnya ditempuh oleh penegak hukum KPK sehingga dapat

    menemukan alat bukti yang cukup? apakah cek perjalanan sebagai dokumen perbankan memiliki kekuatan hukum

    yang valid, kuat dan tak terbantahkan sehingga KPK tidak perlu menunggu lebih lama untuk memulai penyelidikan

    kasus ini?

    Untuk menjawab empat pertanyaan tadi secara jelas bahwa kita baca kita tahu kewenangan KPK itu sangat luar

    biasa. PPATK sendiri juga sudah menyatakan kalau KPK mau gampang kok, di sana banyak ahlinya. Memang betul

    KPK banyak ahlinya tapi tidak sesederhana itu, KPK memang harus ketat betul, apa saja yang sudah ditemukan dan

    apa yang belum itu dikumpulkan. Saat ini, secara lisan saya dengar KPK baru sebatas melakukan penyelidikan

    belum sampe tahap penyidikan.

    Ok, kita mulai dari persoalan travelers cheque. Cek perjalanan prinsipnya merupakan alat pembayaran yang umum

    digunakan dan sah diakui. Cuma ada kelebihannya kalau kita mencaikan check di Bank maka akan

    dicatat nomornya, yang ngeluarin Bank mana, nomor serinya berapa, yang tanda tangan siapa yang narik siapa dan

    pasti KTP pun diminta

    Sekarang itu mudah karena kita punya system perbankan sudah cukup baik. Ada prinsip pengenalan nasabah Know

    Your Customer Principle. Bank-bank harus melaporkan kegiatan yang mencurigakan ke BI, bank-bank juga harus

    menyalurkan laporan yang mecurigakan ke PPATK. Semua transaksi dicatat apapun bentuknya itu harus dilaporkan.

  • 5/26/2018 Menguak Fakta Pencairan Cek Perjalanan

    2/3

    Ini mudah karena setahu kita cek ini cek domestic ceknya local. Kecuali cek dari luar negeri repot ceknya local ini

    bisa dicari nanti.

    Nah, dengan system yang ada penyidik dengan kewenangan yang dimiliki akan mudah memperoleh siapa pembeli

    yang pertama kali, membeli cek dengan no seri tertentu dan siapa yang mencairkan cek dengan no seri yang sama.

    Dari situ akan terlihat hubungan antara orang pertama yang membeli check, dengan orang yang mencairkan di bank.

    apakah hubungan dagang, bisnis, apakah memang beli membeli. Tidak menutup kemungkinan cek yang dibelikan

    kepada Agus Condro dan koleganya bukan dari kantong pembeli (Miranda) tetapi bisa saja dari sponsor lain.

    Bisa saja kan setelah diperiksa cek itu yang beli ternyata bukan Miranda. Kalau pun miranda yang membeli, patut

    dipertanyakan duitnya dari mana. Duit dia apa bukan, dihubungkan dengan gaya hidup , gaya belanja, imbang ga

    dengan penghasilannya. Kalau ga dari mana duitnya kan harus dijelasin. Nah kalau memang ini terbukti ada sponsor

    akan terkuak adanya conflict of interest.

    Terus bagaimana kalau duitnya dicairin semua, mungkin ga diproses. Jika sudah dicairkan justru akan memudahkan

    penyidik. Jika belum dicairkan malah kita semua ga tahu sebenarnya jumlah check 400, 600 atau mungkin 1000

    lembar. Kalo belum dicairkan berarti masih off booksulit diketahui siapa saja yang menerima. Tetapi jika sudah

    masuk system pencatatan Bank akan sangat mudah sekali.

    Saya coba mengutip hasil survey sebuah lembaga di Amerika yang menyimpulkan bahwa biasanya hanya orang

    yang kurang berpendidikan yang segera membelanjakan uang haram yang diterimanya tanpa melalui proses

    konversi pada saat menempatkan harta. Jadi kita beruntung kenapa karena di indonesia banyak orang yang secara

    akademis bersekolah tapi tidak berpendidikan.

    Publik tidak perlu khawatir bukti secara fisik hilang karena meskipun hilang dengan system perbankan tetap akan

    ditemui. Apalagi, Pasal 26 A huruf a UU pemberantasan korupsi memungkinkan KPK menggunakan alat bukti lain

    berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optic atau yang

    serupa dengan itu. Selain itu, yang dimaksud dengan dokumen tidak harus travelers cheque tapi adalah setiap

    rekaman data dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar yang dapat dikeluarkan denngan atau tanpa bantuan suatu

    sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas maupun terekam secara elektronik yang

    berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.

    Jadi meskipun travelers cheque itu sudah ga ada tapi di bank pasti terecord catatan keuangannya di dalam

    system. Sekarangpaper loadnih, kita setor kita transfer cukup pakai HP Phonebanking disana dicatat pembicaraan

    kita. Bukti sudah diperluas UU sudah memberikan tempat bermain buat KPK sehingga lebih leluasa. Cuma kalau

    ditanya kenapa kesannya KPK lambat saya ga tahu karena saya ga di KPK.

    Ada beberapa alternatif lain bagi KPK untuk segera menyelesaikan kasus ini yaitu KPK bisa minta kepada unit

    khusus investigasi Perbankan, karena di Peraturan BI No. 3/10/PBI/2001 tentang Prinsip Pengenalan Nasabah BI

  • 5/26/2018 Menguak Fakta Pencairan Cek Perjalanan

    3/3

    mewajibkan kepada semua bank untuk menyampaikan laporan transaksi yang mencurigakan kepada satuan atau

    unit khusus investigasi Perbankan. Aturan ini ada di UU PBI mulai tahun 2001 sebelum PPATK ada. Jadi kalau mau

    KPK bisa minta Kepala Unit Bank di BI, Cuma yang jadi masalah berani ga dikeluarin karena Miranda Bosnya.

    Yang kedua ke PPATK, PPATK kemarin sudah dikeluarkan sudah dirilis. Cuma data yang dipunya oleh PPATK itu

    hanya bisa digunakan pada proses penyidikan. Penyidik kalau menurut UU Pencucian Uang itu bisa mengabaikan

    prinsip rahasia bank kalau memang kasusnya sudah masuk dan terkait kasus pencucian uang. Tapi meskipun

    ketentuan ini hanya mengatur kegiatan pencucian uang tetap masih dimungkinkan ditempuh KPK karena salah satu

    poin pencucian uang adalah hasil dari korupsi itu di pasal 2.

    Jika tindak pidana korupsinya tidak ada diharapkan Polisi, Kejaksaan dan instansi penegak hukum di luar KPK

    segera menyiapkan tim untuk membuktikan pencucian uang. Uang darimana, dipakai apa disimpannya dimana.

    Kepolisian dapat mengembangkan kasus lain yang menyangkut tindak pidana pencucian uang apabila uang hasil

    korupsi gagal dilacak dan disita oleh Negara melalui KPK.

    Nah sekarang orang harus berani meneriakan KPK karena kalau bukan kita siapa yang mengawasi KPK. Kita

    maklumi bahwa KPK punya strategi, KPK punya kebijakan, KPK punya prioritas. Tetapi jangan terbuai dengan

    statement itu. Bisa saja memang dimainkan. Jadi kita tahu kalau teman-teman yang didalam itu pada main kita

    ingetin lagi. Itu saja yang saya bisa sampaikan, terimakasih. (Sugiyanti/Agus)