mengenal dpr untuk parlemen remaja
TRANSCRIPT
PARLEMEN REMAJAPARLEMEN KAMPUS
Bahan ini disusun atas nama pribadi berdasarkan UU & Peraturan perundangan lainnya, bahan-bahan materi ajar serta berdasarkan pengalaman pribadi sebagai simulator Parlemen Kampus dan Parlemen Remaja (Handrini Ardiyanti)
=
DPR ?= = Legislasi
lambat
= ?
?
Wakil partai? Anggota Fraksi ?= +
Wakil Rakyat Rakyat : keseluruhan perorangan atau individu yang hidup di wilayah negara
DPR ?
• LEGISLATIF = membuat peraturan • PARLEMEN = tempat “bicara” (parler) dan
merundingkan.• PERWAKILAN = wakil rakyat = merumuskan
“General Will” dg menentukan / membuat Public Policy yang mengikat seluruh masyarakat & Peraturan yang dibuatnya mencerminkan & mengadopsi aspirasi rakyat
DPR ?
Fungsi ?Tugas dan Wewenang ?Hak DPR?Mekanisme Persidangan ?Cara mengambil keputusan ?Kode Etik ?
Fungsi DPR• Legislasi• Pengawasan• Anggaran
Rakyat
PEMILU
PePerwakilanrwakilan
LegislasiLegislasi BudgetLegislation ControlLegislation Control Budgetary ControlBudgetary Control
PengawasanPengawasan
Fungsi Utama
Political ControlPolitical Control
Fungsi Legislasi> Jenis RUU :
1. RUU dari DPR (berasal dari Anggota, Komisi, Gabungan Komisi, Badan Legislasi).
2. RUU dari DPD diajukan kepada DPR (menjadi RUU dari DPR).3. RUU dari Presiden diajukan kepada DPR, penyusunan oleh
instansi pemrakarsa.4. RUU dari DPR, Presiden, dan DPD disusun berdasarkan Prolegnas (dalam keadaan tertentu DPR dan Presiden dapat mengajukan
RUU di luar Prolegnas). Tahapan Pembahasan RUU? (Pasal 99 Tatib DPR) DuaTingkat Pembicaraan : Tk. I
dan Tk.II RUU yang telah mendapat persetujuan bersama diajukan kepada Presiden untuk
disahkan/ditandatangani. RUU yang tidak mendapat persetujuan bersama tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu. RUU yang telah disetujui bersama tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu 30 hari, RUU sah menjadi UU. RUU yang telah disahkan atau sah menjadi UU diumumkan dalam Lembaran Negara. Pemerintah wajib menyebarluaskan UU yang telah diundangkan.
Pembahasan RUU di DPR
• RUU diajukan sesuai dengan Prolegnas.• RUU dari DPR dapat diajukan oleh Anggota, Komisi,
Gabungan Komisi, atau Badan Legislasi.• RUU dari DPD diajukan kepada DPR menjadi RUU dari
DPR.• RUU dari Presiden diajukan kepada Pimpinan DPR.• Setiap RUU diajukan dilengkapi dengan Naskah
Akademik.• Dalamproses pengajukan RUU dari DPR, dapat
diadakan kunjungan untuk menyerap aspirasi masyarakat (dalamnegeri/luar negeri).
Prosedur Pengajuan RUU dari DPRDapat diajukan oleh : Anggota (Psl 109 (2) TATIB) Komisi/Gabungan Komisi/BALEG (Psl 130(4) TATIB) > Pembulatan/Harmonisasi Baleg (Psl 115 ,116,117) > Pimpinan DPR (Psl 111 (1) TATIB) >> Rapat Paripurna (Psl 112 (1), (2) dengan keputusan :
a) Persetujuan tanpa perubahan(Psl 130 (10))
b) Persetujuan dg Perubahan (Psl 122 )
c)Penolakan (Pasal 119 : Tidak boleh diajukan lg dalam masa sidang itu)
jika persetujuan dengan perubahan maka BAMUS menugaskan Komisi/Baleg/Pansus untuk menyempurnakan (Psl 119) kemudian disampaikan ke Pimpinan DPR dan Pimpinan menyampaikan kepada PRESIDEN yang kemudian menunjuk menteri (dlm 60 hari)( Psl 130 (11))
sedang di DPR prosesnya Pimpinan DPR > Penyebarluasan oleh Setjen DPR (Psl 22 (1) UU 10/2004 . Dari Rapat Paripurna >> Rapat Bamus DPR untuk menetapkan jangka waktu penyelesaian RUU, & menentukan penganan suatu RUU oleh alat kelengkapan DPR) >> Pembahasan >> Persetujuan
> Proses pengajuan RUU dari DPD sama menjadi RUU dari DPR
SKEMA PENGAJUAN RUU DARI DPD KE DPR
Sekretariat Jenderal DPR RI 9
Sekretariat Jenderal DPR RI 10
Usulan ANGGOTA(Psl 109 ayat (2) & 119 ayat ayat (1) Tatib DPR)
Usulan KOMISI/GABUNGAN KOMISI(Psl109 ayat (1), Psl 116 ayat (1) & Psl 119 ayat (1) Tatib DPR)
Usulan BALEG(Psl 119 ayat (2) Tatib DPR)
BALEG (Harmonisasi bersama pengusul)(Psl 116 & Psl 117 Tatib DPR)
Pimpinan DPR(Psl 119 ayat (1) Tatib DPR)
Rapat Paripurna DPR (Pengambilan keputusan didahului Pendapat Fraksi) (Psl 122 ayat (1) Tatib DPR)
Persetujuan tanpa Perubahan (Psl 122 ayat (2) huruf a Tatib DPR)
Persetujuan dengan Perubahan (Psl 122 ayat (2) huruf b Tatib DPR)
Penolakan (Psl 122 ayat (2) huruf c Tatib DPR)
Bamus menugaskan Komisi/Baleg/Pansus untuk penyempurnaan dan pembahasan (Psl 123 Tatib DPR)
Pimpinan DPR (Psl 127 ayat (2) Tatib DPR)Presiden (Psl 21 ayat (2) UU 10/2004)Penyampaian RUU kpd Pimpinan DPD (untuk RUU tertentu) (Psl 32 ayat (2) UU 10/2004)
Penyebaran RUU oleh Setjen DPR (Psl 22 ayat (1) UU 10/2004)
Pimpinan DPR
Rapat Paripurna DPR (Penyampaian RUU) (Psl 119 ayat (1) Tatib DPR)
Rapat Bamus (Penjadwalan) (Psl 46 ayat (1) Tatib DPR)
Rapat Paripurna DPR (Apabila Presiden tidak menyampaikan surat Presiden dalam waktu 60 hari) (Psl 128 ayat (2) Tatib DPR)
Disampaikan Pemberitahuan dimulainya Pembahasan kepada Pimpinan DPD (untuk RUU tertentu) (Psl 32 ayat (2) UU 10/2004)
Pembahasan (Psl 129 s.d. 150 Tatib DPR)
12
3
12
3
PEMBAHASAN/PENGAJUAN RUU DARI PRESIDEN
• UU 10/2004 ttg Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; Perpres No. 68/2005 ttg Tata Cara Mempersiapkan RUU, RPERPU, RPP, RPERPRES
• Proses pengajuan/pembahasan :
Menhukham >> Menteri/Pimpinan Pemerintah Non-departemen >> Rapat Paripurna DPR >> (Pemberitahuan & RUU dibagikan) >> Penyebarluasan oleh Instansi Pemrakarsa >> Rapat Bamus DPR guna menetapkan jangka waktu penyelesaian RUU & menentukan penganan suatu RUU oleh alat kelengkapan DPR >> PEMBAHASAN 2 Tahapan
SKEMA RUU YANG BERASAL DARI PRESIDEN
Sekretariat Jenderal DPR RI 12
Penyebarluasan oleh Instansi Pemrakarsa (Psl. 22 ayat (2) UU 10/2004)
Penyebarluasan oleh Instansi Pemrakarsa (Psl. 22 ayat (2) UU 10/2004)
Disampaikan kpd Pimpinan DPD (untuk RUU tertentu),
Psl. 22 ayat (2) UU 10/2004)
Disampaikan kpd Pimpinan DPD (untuk RUU tertentu),
Psl. 22 ayat (2) UU 10/2004)
SKEMA PEMBERIAN PERTIMBANGAN ATAS RUU TERTENTU OLEH DPDSKEMA PEMBERIAN PERTIMBANGAN ATAS RUU TERTENTU OLEH DPD
Sekretariat Jenderal DPR RI 13
RUU yang berkaitan dengan APBN, Pajak, Pendidikan, dan Agama (Psl. 154 ayat (1) UU 27/2009 & Psl. 154 Tatib DPR)
Apabila tidak memberi
pertimbangan dalam jangka waktu 30 hari, dianggap tidak
memberikan dan pembahasan
dapat dilakukan, kecuali APBN 14
hari sebelum persetujuan
diambil (Psl. 154 ayat (4) UU 27/2009)
Pembicaraan Tingkat Idalam Rapat Komisi/Gab. Komisi/ Baleg/BANGGAR/Pansus
Dengan acara:1. Pengantar Musyawarah
a. Penjelasan DPR;b. Pandangan Presiden dan DPD (dalam hal terkait kewenangan DPD)
2. Pembahasan DIM (Daftar Inventarisasi Masalah) yang diajukan Presiden.3. Penyampaian Pendapat Mini: a. Fraksi, b. DPD (dalam hal terkait
kewenangan DPD); c. Presiden.
RUU dari DPR
Pembicaraan Tkt IIdalam Rapat Paripurna
Dengan acara:1. Penyampaian Laporan
yang berisi:a. proses;b. Pendapat mini
fraksi;c. Pendapat mini
DPD;d. Hasil
pembicaraan tingkat I
2. Pernyataan persetujuan atau penolakan oleh masing-masing fraksi secara lisan yang diminta oleh Pimpinan;
3. Penyampaian Pendapat akhir Presiden
Pembicaraan Tingkat Idalam Rapat Komisi/Gab. Komisi/ Baleg/BANGGAR/Pansus
Dengan acara:1. Pengantar Musyawarah:
a. Penjelasan Presiden;b. Pandangan fraksi dan DPD (dalam hal terkait kewenangan DPD)
2. Pembahasan DIM yang diajukan oleh fraksi-fraksi 3. Penyampaian Pendapat Mini: a. Fraksi, b. DPD (dalam hal terkait
kewenangan DPD); c. Presiden.
RUU dari PEMERINTAH
Sekretariat Jenderal DPR RI 15
PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANGPEMBICARAAN TINGKAT I
Sekretariat Jenderal DPR RI 16
PEMBICARAAN TINGKAT II
PENGESAHAN RUU (Pasal 37 & 38 UU 10/2004 jo. Pasal 150 ayat (5) Tatib DPR)
Sekretariat Jenderal DPR RI 17
MEKANISME PEMBENTUKAN PERPU(PASAL 25 UU NO. 10 TAHUN 2004)
(1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
(2) Pengajuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk pengajuan rancangan undang-undang tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang menjadi undang-undang.
(3) Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ditolak Dewan Perwakilan Rakyat, maka Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut tidak berlaku.
(4) Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ditolak Dewan Perwakilan Rakyat, maka Presiden mengajukan rancangan undang-undang tentang pencabutan peraturan pemerintah pengganti undang-undang tersebut yang dapat mengatur pula segala akibat dari penolakan tersebut.
Sekretariat Jenderal DPR RI 18
PRESIDEN MEMBENTUK PERPU
HAL IHWAL KEGENTINGAN MEMAKSA
PEMBAHASAN DI DPR (DALAM PERSIDANGAN YANG BERIKUT)(Pasal 36 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004)
SETUJU DITOLAK
UU PERPU TIDAK BERLAKU(Pasal 36 ayat (3) UU No. 10 Tahun 2004)
PRESIDEN MENGAJUKAN RUU TENTANG PENCABUTAN PERPU(Pasal 36 ayat (4) UU No. 10 Tahun 2004)
SKEMA PEMBAHASAN PERPU
(Pasal 22 ayat (1) UUD 1945)
(Pasal 36 ayat (2) UU 10/2004)
Sekretariat Jenderal DPR RI 19
Fungsi Pengawasan• Apa yang diawasi ? PASAL 20A UUD 1945 > Pelaksanaan UU, APBN & Kebijakan Pemerintah• Hak DPR ? Interpelasi, Menyatakan Pendapat, Angket.
Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:
a. kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia internasional;
b. tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; atau
c. dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum
• Hak Anggota DPR ? mengajukan usul RUU; menyampaikan usul dan pendapat; mengajukan pertanyaan; memilih dan dipilih; membela diri; imunitas; protokoler; dan keuangan dan administratif.
Alat Kelengkapan utk kelancaran PENGAWASAN
Pimpinan
BAMUS
Komisi
BALEG
Badan Anggaran
BAKNBK
BKSAP
BURT
PANSUS
alat kelengkapan
lain
HAK DPR
Hak Interpelasi Hak interpelasi diusulkan oleh paling sedikit 25 (dua puluh
lima) orang anggota DPR dan lebih dari 1 (satu) fraksi.
Pengusulan hak interpelasi disertai dengan dokumen yang memuat sekurang-kurangnya:
a. materi kebijakan dan/atau pelaksanaan kebijakan Pemerintah yang akan dimintakan keterangan;
b. alasan permintaan keterangan.
Usul tersebut menjadi hak interpelasi DPR apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri lebih dari ½ jumlah anggota DPR dan keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari ½ jumlah anggota DPR yang hadir.
Hak Interpelasi (2)
Dalam hal rapat paripurna DPR menyetujui usul interpelasi sebagai hak interpelasi DPR, Presiden dapat hadir untuk memberikan penjelasan tertulis terhadap materi interpelasi dalam rapat paripurna berikutnya.
Apabila Presiden tidak dapat hadir untuk memberikan penjelasan tertulis, Presiden menugasi menteri/pejabat terkait untuk mewakilinya.
Hak Interpelasi (3) DPR memutuskan menerima atau menolak keterangan dan
jawaban.
Dalam hal DPR menerima keterangan dan jawaban, usul hak interpelasi dinyatakan selesai dan materi interpelasi tersebut tidak dapat diusulkan kembali.
Dalam hal DPR menolak keterangan dan jawaban, DPR dapat menggunakan hak DPR lainnya.
Keputusan untuk menerima atau menolak keterangan dan jawaban harus mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri lebih dari ½ jumlah anggota DPR dan putusan diambil dengan persetujuan lebih dari ½ jumlah anggota DPR yang hadir.
Hak Angket Hak angket diusulkan oleh paling sedikit 25 orang anggota
DPR dan lebih dari 1 fraksi.
Pengusulan hak angket disertai dengan dokumen yang memuat sekurang-kurangnya:
a. materi kebijakan dan/atau pelaksanaan undang-undang yang akan diselidiki; dan
b. alasan penyelidikan.
Usul tersebut menjadi hak angket DPR apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri lebih dari ½ jumlah anggota DPR dan keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari ½ jumlah anggota DPR yang hadir.
Hak Angket (2)
DPR memutuskan menerima atau menolak usul hak angket.
Dalam hal DPR menerima usul hak angket, DPR membentuk panitia angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPR dengan keputusan DPR.
Dalam hal DPR menolak usul hak angket, usul tersebut tidak dapat diajukan kembali.
Panitia angket, dalam melakukan penyelidikan, selain meminta keterangan dari Pemerintah, dapat juga meminta keterangan dari saksi, pakar, organisasi profesi, dan/atau pihak terkait lainnya.
Hak Angket (3)
Dalam melaksanakan tugasnya, panitia angket dapat memanggil warga negara Indonesia dan/atau orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia untuk memberikan keterangan.
Warga negara Indonesia dan/atau orang asing wajib memenuhi panggilan panitia angket.
Panitia angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPR paling lama 60 hari sejak dibentuknya panitia angket.
Rapat paripurna DPR mengambil keputusan terhadap laporan panita angket.
Hak Angket (4) Apabila pada rapat paripurna DPR mengenai pengambilan
keputusan terhadap laporan panita angket, memutuskan bahwa pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah, bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, DPR dapat menggunakan hak menyatakan pendapat.
Apabila pada rapat paripurna DPR tersebut, memutuskan bahwa pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, usul hak angket dinyatakan selesai dan materi angket tersebut tidak dapat diajukan kembali.
Keputusan DPR tersebut harus mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri lebih dari ½ jumlah anggota DPR dan putusan diambil dengan persetujuan lebih dari ½ jumlah anggota DPR yang hadir.
Hak Menyatakan Pendapat Hak menyatakan pendapat diusulkan oleh paling sedikit 25 (dua puluh lima) orang anggota
DPR.
Usul tersebut menjadi hak menyatakan pendapat DPR apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri paling sedikit ¾ dari jumlah anggota DPR dan keputusan diambil dengan persetujuan paling sedikit ¾ dari jumlah anggota DPR yang hadir
DPR memutuskan menerima atau menolak usul hak menyatakan pendapat.
Dalam hal DPR menerima usul hak menyatakan pendapat, DPR membentuk panitia khusus yang terdiri atas semua unsur fraksi DPR dengan keputusan DPR.
Panitia khusus melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPR paling lama 60 (enam puluh) hari sejak dibentuknya panitia khusus.
Rapat paripurna DPR mengambil keputusan terhadap laporan panitia khusus
Dalam hal DPR menolak usul hak menyatakan pendapat, usul tersebut tidak dapat diajukan kembali.
Fungsi Anggaran
• PASAL 23 AYAT (2) UUD 1945, RUU APBN DIAJUKAN OLEH PEMERINTAH UNTUK DIBAHAS BERSAMA DENGAN DPR DENGAN MEMPERHATIKAN PERTIMBANGAN DPD.
• PASAL 23 AYAT (3) UUD 1945, APABILA DPR TIDAK MENYETUJUI, PEMERINTAH MENJALANKAN APBN TAHUN LALU. DPR BERPERAN AKTIF SEJAK PERENCANAAN SAMPAI DENGAN PERHITUNGAN ANGGARAN.
Sekretariat Jenderal DPR RI 32
Sekretariat Jenderal DPR RI 33
SIKLUS DAN MEKANISME PENYUSUNAN PENETAPAN APBN
SKEMA PEMBAHASAN DAN PENETAPAN APBN
Sekretariat Jenderal DPR RI34
Pembahasan ( Pembicaraan Tingkat I)
Sekretariat Jenderal DPR RI 35
SIKLUS APBN DPR-RI
Mengenal Masa Persidangan DPR TAHUN SIDANG: Dimulai pada tanggal 16 Agustus dan diakhiri pada tanggal 15
Agustus tahun berikutnya. Tahun Sidang dibagi dalam 4 Masa Persidangan.
MASA PERSIDANGAN: Meliputi Masa Sidang dan Masa Reses (kecuali pada akhir periode
keanggotaan tidak ada masa reses) MASA SIDANG: Masa DPR melakukan kegiatan terutama di gedung DPR. MASA RESES: Masa DPR melakukan kegiatan di luar Masa Sidang, terutama di
luar gedung DPR untuk melaksanakan kunjungan kerja.
Contoh Pembagian Masa Persidangan DPR
MASA PERSIDANGAN IMasa Sidang : 16 Agustus—Akhir OktoberMasa Reses : Awal November—Akhir November
MASA PERSIDANGAN IIMasa Sidang : Akhir November—Tengah DesemberMasa Reses : Tengah Desember—Tengah Januari
MASA PERSIDANGAN IIIMasa Sidang : Tengah Januari—Awal MaretMasa Reses : Awal Maret—Tengah April
MASA PERSIDANGAN IVMasa Sidang : Tengah April—Tengah JuniMasa Reses : Tengah Juni—15 Agustus
Mengenal Sifat Rapat di DPR Rapat terbuka yang sedang berlangsung dapat diusulkan
untuk dinyatakan tertutup, baik oleh ketua rapat maupun oleh anggota rapat atau salah satu fraksi, dan atau pihak yang diundang menghadiri rapat tersebut.
Pembicaraan dan keputusan dalam RAPAT TERTUTUP yang bersifat rahasia, DILARANG diumumkan / disampaikan kepada pihak lain atau publik.
Karena sifatnya dan/atau karena hal tertentu, baik atas usul ketua rapat atau anggota maupun atas usul salah satu fraksi dan/atau pemerintah yang menghadiri rapat tersebut, rapat dapat memutuskan untuk mengumumkan seluruh atau sebagian pembicaraan dalam rapat tertutup itu.
Memahami Tata Cara Rapat di DPR Rapat dibuka oleh Ketua Rapat, dihadiri lebih dari separuh jumlah
anggota rapat yang terdiri atas lebih dari separuh unsur fraksi; Ketua rapat hanya berbicara selaku pimpinan rapat untuk menjelaskan
masalah yang menjadi pembicaraan, menunjukkan duduk persoalan yang sebenarnya, mengembalikan pembicaraan kepada pokok persoalan dan menyimpulkan pembicaraan anggota rapat;
Apabila ketua rapat hendak berbicara selaku anggota rapat, untuk sementara pimpinan rapat diserahkan kepada anggota pimpinan rapat yang lain, dan yang bersangkutan berpindah duduk ke kursi anggota;
Ketua rapat mengatur giliran berbicara menurut urutan pendaftaran anggota yang berbicara;
Anggota yang berbicara tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan, dan Ketua rapat dapat memperingatkannya;
Memahami Tata Cara Interupsi
Ketua rapat memberikan kesempatan kepada anggota rapat melakukan interupsi untuk: a. meminta penjelasan tentang duduk persoalan yang sedang dibicarakan, b. menjelaskan soal yang di dalam pembicaraan menyangkut diri dan/atau tugasnya, c. mengajukan usul prosedur tentang soal yang sedang dibicarakan, dan d. mengajukan usul agar rapat ditunda sementara.Lamanya Interupsi dilakukan ditentukan Ketua Rapat
Mengetahui Tata Cara Penundaan Rapat
Ketua rapat dapat menunda rapat jika pada waktu yang ditentukan rapat belum dihadiri oleh separuh jumlah anggota rapat yang terdiri atas lebih dari separuh unsur fraksi;
Ketua rapat menunda penyelesaian acara rapat untuk dibicarakan dalam rapat berikutnya apabila acara yang ditetapkan belum terselesaikan, sedangkan waktu rapat telah berakhir;
Ketua rapat dapat menutup dan atau menunda rapat yang sedang berlangsung dengan persetujuan peserta rapat, dalam hal kejadian luar biasa;
PERSYARATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kuorum terpenuhi bila lebih dari ½ jumlah anggota rapat, dan lebih dari ½ jumlah fraksi
Kuorum terpenuhi bila lebih dari ½ jumlah anggota rapat, dan lebih dari ½ jumlah fraksi
Kuorum tidak terpenuhi
Kuorum tidak terpenuhi
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Rapat Ditunda maksimal 2 kali, tidak lebih dari 24 jam.
Rapat Ditunda maksimal 2 kali, tidak lebih dari 24 jam.
Kuorum terpenuhi
Kuorum terpenuhi
Kuorum tetap tidak terpenuhi
Kuorum tetap tidak terpenuhi
PENYELESAIANNYA DISERAHKAN KEPADA PIMPINAN DPR RI
PENYELESAIANNYA DISERAHKAN KEPADA PIMPINAN DPR RI
MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN
>> melalui musyawarah mufakat
>> melalui voting/suara terbanya
MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN MUFAKAT
Mekanisme pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak
Rapat telah memenuhi Kuorum
Secara Terbuka, bila terkait dengan kebijakan
Secara Rahasia, bila terkait dengan nama orang atau masalah lain
Satu kali pengambilan keputusan apabila disetujui ½ jumlah anggota yang hadir
Bila tidak tercapai 1 kali pemungutan suara, diupayakan jalan keluar yang disepakati atau melaksanakan pemungutan suara berjenjang untuk memperoleh 2 pilihan berdasarkan peringkat jumlah suara terbanyak
Mekanisme pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak secara terbuka
Anggota yang hadir secara Terbuka menyatakan :1.Setuju;2.Menolak;3.Abstain;
Lisan
Mengangkat Tangan.
Berdiri.
Tertulis.
Disetujui lebih dari ½ anggota yang hadir.
Tidak disetujui
ADA KEPUTUSAN /
SELESAI.
Pemungutan suara berjenjang.
Pemungutan suara ulang pada rapat yang di-tangguhkan, tidak lebih dari 24 jam.
DEADLOCK / KEBUNTUAN karena Kuorum tak tercapai.
Masalahnya Menjadi Batal.
Pemungutan suara 1 kali
Diperoleh 2 pilihan
Tdk diperoleh 2 pilihan
Mekanisme pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak secara RAHASIA
Anggota yang hadir secara Rahasia menyatakan :1.Setuju;2.Menolak;3.Abstain
ADA KEPUTUSAN /
SELESAI
Pemungutan suara ulang pada rapat itu juga, tidak lebih dari 24 jam
Masalahnya Menjadi Batal
Cara Tertulis.Tanpa
nama;Tanpa
tandatangan;
Tanpa nama fraksi
Cara lain dengan tetap menjamin sifat kerahasiaan
DEADLOCK / KEBUNTUAN karena Kuorum tak tercapai
Disetujui lebih dari ½ anggota yang hadir.
Tidak disetujui
Pemungutan suara berjenjang.
Pemungutan suara 1 kali
Diperoleh 2 pilihan
Tdk diperoleh 2 pilihan
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PELAKSANAAN HAK MENYATAKAN PENDAPAT
Rapat telah memenuhi Kuorum, lebih dari 2/3 dari seluruh anggota.
Pengambilan Keputusan dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 anggota yang hadir.
Hak Menyatakan Pendapat DPR tentang
adanya pelanggaran oleh Presiden dan/ atau Wakil Presiden
disetujui.
Hak Menyatakan Pendapat DPR
ditolak.
Keputusan DPR disampaikan
kepada Presiden.
Keputusan DPR disampaikan kepada Mahkamah Konstitusi
untuk mendapatkan keputusan.
Keputusan DPR tentang Hak Menyatakan
Pendapat ditolak olehMahkamah Konstitusi.
Keputusan DPR tentang Hak
Menyatakan Pendapat dibenarkan oleh
Mahkamah Konstitusi.
DPR menyelenggarakan Rapat Paripurna untuk
meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
kepada MPR.
Semoga bermanfaat yaaa ^_^