mengemis sebagai profesi (tinjauan antropologi hukum … · dapatkan dari bapak/ibu dapat...

92
MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum pada Masyarakat Cikokol Kota Tangerang) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Disusun oleh: Hotifah Hartati 106043101301 KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 H

Upload: ngotu

Post on 02-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

MENGEMIS SEBAGAI PROFESI

(Tinjauan Antropologi Hukum pada Masyarakat Cikokol

Kota Tangerang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Disusun oleh:

Hotifah Hartati

106043101301

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 H

Page 2: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya penulisan skripsi ini bukan hasil

karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 oktober 2010

Hotifah Hartati

Page 3: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

i

KATA PENGANTAR

Segala pujian serta rasa syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, dzat

yang menggenggam langit dan bumi, yang merajai hati manusia dan mampu meluluhkan

dan menguasai hati yang lirih dan yang memberikan kepada penulis kekuatan dan

kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat teriring salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang telah menebarkan cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia sehingga penulis

dapat menikmati indahnya hidup dalam naungan cahaya Islam. Semoga dihari akhirat

nanti seluruh umat Islam mendapatkan Syafa’atul Uzma dari beliau. Amiin

Skripsi ini sebagai bentuk nyata dari perjuangan penulis selama menuntut ilmu

di bangku kuliah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Berbagai

hambatan dan kesulitan selama proses penulisan skripsi ini dapat penulis lalui. Semua

ini karena do’a dan dukungan orang-orang yang ada di sekitar penulis. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada para

pihak yang telah mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Mukri Aji, MA dan Bapak Dr. M. Taufiki selaku Ketua Jurusan dan

Sekretaris Jurusan program studi Perbandingan Mazhab dan Hukum yang

Page 4: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

ii

dengan penuh kesabaran membimbing penulis selama menempuh pendidikan S1

di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk Drs. Noryamin Aini, MA selaku dosen pembimbing yang senantiasa

membimbing penulis dengan sabar dari awal hingga selesainya penulisan skripsi

ini.

4. Bapak/Ibu dosen pengajar Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberi

ilmu, pengalaman dan nasehat kepada penulis. Semoga ilmu yang penulis

dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal

kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen.

5. Pimpinan dan segenap staff Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

6. Bapak lurah beserta staff kelurahan Cikokol Tangerang yang telah memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan riset di kelurahan Cikokol serta telah

membantu dalam kelancaran birokrasi.

7. Sebagian masyarakat kelurahan Cikokol yang telah bersedia menjadi responden

guna mengumpulkan data untuk menyeselesaikan skripsi ini.

8. Ucapan terima kasih juga penulis hanturkan kepada ayahanda dan ibunda

tercinta, Bpk, Hamzah dan Ibu Titi muryati terimakasih yang seagung-agungnya

atas perhatian, cinta, kasih sayang, pengorbanan, keiklasan, kesabaran yang tak

pernah habis serta doa-doa yang tak henti-hentinya mereka panjatkan kepada

allah SWT agar penulis senantiasa mendapatkan kesuksesan dalam belajar,

bekerja, dan dalam hidup yang hanya sementara ini, juga atas perjungan mereka

Page 5: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

iii

yang telah mendidik dan mengajarkan penulis tentang arti kehidupan. Penulis

bangga ditakdirkan menjadi bagian dari hidup seorang sehebat dan setegar ayah

dan ibu.

9. Seluruh keluarga besar penulis kakak dan adik-adikku, kepada kakaku Amirudin

Spd. MA. teh karmilati S.E dan adik-adikku, syarif, zay, fikri dengan kecerian,

canda tawa mereka memberikan semangat kepada penulis agar penulis cepat

menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan PMF 2006. Selama 4 tahun kenal dan kuliah

bersama kalian merupakan hal terindah dalam hidup penulis.

11. Khusus untuk teman terbaik dan tersayang, anis dan raden, rival terima kasih

untuk motivasi yang tidak pernah dan henti kalian limpahkan untuk penulis.

Semoga semua pengorbanan dan kebaikan yang diberikan mendapatkan nilai

kebaikan di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

Tak ada gading yang tak retak, skripsi ini jauh dari kesempurnaan, saran dan

kritik sangat penulis harapkan demi kebaikan ke depan.

Ciputat, 3 Juni 2010

Hotifah Hartati

Page 6: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................. iv

Daftar Tabel ........................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7

D. Metode Penelitian ......................................................................... 8

E. Review Studi Terdahulu ............................................................... 9

F. Sistematika Penulisan .................................................................... 12

BAB II HUKUM DAN BUDAYA DALAM PERSPEKTIF

ANTROPOLOGI HUKUM DAN HUKUM ISLAM

A. Hukum dalam Perspektif Antropologi Hukum ............................. 13

B. Kesadaran Hukum dan Ketaatan Hukum ...................................... 17

C. Hukum dalam Perspektif Hukum Islam ......................................... 20

D. Budaya Kemiskinan dan Mengemis Pandangan Hukum Islam .... 24

E. Pengemis dan perilaku mengemis………………………………… 28

Page 7: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

v

BAB III PROFIL KELURAHAN CIKOKOL KOTA TANGERANG

A. Letak Geografis Kelurahan Cikokol ………………......…………. 35

B. Kondisi Demografis Kelurahan Cikokol……………………...….. 36

C. Kedaan sosiologis kelurahan Cikokol………………..…………... 38

BAB IV MENGEMIS SEBAGAI PROFESI PADA MASYARAKAT CIKOKOL

KOTA TANGERANG

A. Komunitas Pengemis Cikokol……………………………………. 44

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya Mengemis………..... 63

C. Mengemis Tinjauan Antropologi Hukum dan Hukum Islam…… 65

D. Penegakkan hukum yang mengatur kegiatan mengemis………… 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………… 75

B. Saran-saran ……………………………………………………… 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 8: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

vi

DAFTAR TABEL

2.1 Tingkat kemiskinan menurut pendapatan beras perkapita………… 26

3.1 Jumlah penduduk berdasarkan kk…………..................................... 41

3.2 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin………………………. 42

3.3 Jumlah penduduk berdasarkan usia………………………………… 42

3.4 Jumlah penduduk berdarkan kewarganegaraan……………………. 43

3.5 Jumlah penduduk berdasarkan tinggkat pendidikan……………….. 44

3.6 Jumlah sarana pendidikan negri……………………………………. 44

3,7 Sarana pendidikan swasta………………………………………….. 45

3.8 Jumlah keagamaan…………………………………………………. 46

3.9 Jumlah sarana ibadah………………………………………………. 47

3.10 Jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan……………………. 48

4.1 Data pendidikan terakhir responden……………………………….. 53

4.2 Data tempat tinggal responden …………………………………..... 55

4.3 Data usia pengemis……………………………………………….... 56

4.4 Identitas kelamin…………………………………………………… 57

Page 9: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

vii

4.4 Data sudah berapa lama bekerja menjadi pengemis……………….. 58

4.5 Data pekerjaan sebelum menjadi pengemis………………………... 59

4.6 Data siapakah yang mensosialisasikan mengemis………………….. 60

4.7 Data jam bekerja pengemis…………………………………………. 61

4.8 Data ststus pernikahan pengemis…………………………………… 62

4.9 Data daerah asal pengemis…………………………………………. 63

4.10 Data pendapatan pengemis perhari…………………………………. 64

Page 10: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal sebagai negara yang multikultural, multi etnik, agama,

ras, dan multi golongan. Bhinneka Tunggal Ika mencerminkan kemajmukan budaya

bangsa dalam naungan negara kesatuan republik Indonesia.1

Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling

abstrak dari adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-nilai budaya merupakan

konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat,

mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup.2

Kemajmukan budaya dalam konteks masyarakat Indonesia merupakan

pengertian yang majemuk pula, oleh karena pengertian kebudayaan itu sendiri

bergantung pada aspeks di dalam kehidupan masyarakat secara teoritis dianggap

pokok untuk pemahaman perilaku warga masyarakat.3

Setiap manusia mempunyai apa yang dinamakan prilaku (bebevior), yakni

suatu totalitas dari gerak motoris, persepsi dan fungsi kognitif dari fungsi. Salah

satu unsur dari perilaku adalah gerak sosial, yakni gerak yang terikat oleh empat

syarat : Pertama, diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, Kedua, terjadi

1 I Nyoman Nurjaya, Pengeloaan Sumber Daya Alam Dalam Perfektif Antropologi Hukum,

(Jakarta:Prestasi Pustaka Publiser,2008), h.2. 2Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta, Aksara Baru, 1980), h.204.

3E.K.M. Masinabow, Hukum dan Kemajmukan Budaya, Sumbangan Karangan Untuk

Menyambut Hari Ultah Tahun Ke-70 prof.T.O. I hromi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000), h.6.

Page 11: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

2

pada situasi tertentu, Ketiga, diatur oleh kaidah-kaidah tertentu, Keempat.

Terdorong oleh motivasi-motivasi tertentu.4

Kebiasaan dan kelaziman yang diterima dan dipakai masyarakat secara

berulang, yang dijadikan pedoman dan diterapkanya dalam pelaksanaan

mewujudkan kebahagiaan, kesejahtreaan, keseimbangaan, kerukunan, ketertiban,

keadilan dan kedamaian dalam melangsungkan kehidupan itu merupakan suatu

sistem kontrol-sosial.5

Dalam pandangan antropologi, dimana saja ada manusia hidup

bermasyarakat harus ada sistem kontrol sosialnya. Sistem kontrol sosial itu akan

mempunyai kekuatan hukum, apabila ia digunakan oleh kekuatan masyarakat guna

mengatur perilaku manusia dan masyarakat bersangkutan, supaya kehidupan

mereka teratur. Sepanjang masyarakat itu teratur, karena ada yang mengatur dan

mempunyai kekuasaan, maka pada masyarakat itu terdapat hukum.

Sebagai kelanjutan dari usaha manusia dari usaha manusia dalam

masyarakat untuk memelihara sistem kemasyarakat, maka ia menghasilkan

kesamaan dan keserasian perilaku dari anggota individu dalam masyarakat atau

sebagian dari masyarakat itu. Jadi jelaslah bahwa lapangan penulisan antropologi

hukum ditunjukan pada suatu garis perilaku yang menunjukan kejadian terus-

menerus.

4 Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia,( Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003),

h.6. 5 Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, (Bandung:PT.Alumni, 2006), h.6.

Page 12: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

3

Budaya kemiskinan seakan menjadi pilihan oleh sebagian masyarakat

Cikokol dan kemiskinan sering kali dipahami dalam pengertian sederhana, yakni

dalam keadaan kekuranganuang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak

terpenuhinya kebutuhan sehari-hari Padahal kemiskinan adalah masalah yang

sangat komplek, baik dari faktor penyebabnya maupun dampak yang akan

ditimbulkan dari masalah kemiskinan tersebut, dari masalah kemiskinan inilah

banyak orang yang mengambil profesi sebagai pengemis. Masalah pengemis adalah

masalah yang pelik.6 Ia tidak bisa dilihat hanya dari satu sudut pandang saja.

Di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa setiap manusia diperintahkan

untuk bekerja dan Al-Qur’an mendorong mereka melakukan usaha, serta

mengarahkan mereka menjadi orang-orang yang bersikap positif dalam menemukan

hidup dengan kesungguhan dan kerajinan agar dapat memberi dan memperoleh

manfaat untuk diri sendiri dan orang lain.7

Fenomena pengemis telah merebak luas dikota-kota besar di Indonesia,

khususnya Cikokol. Mereka mengganggu ketertiban umum, seperti kawasan lalu

lintas, dipersimpangan lampu merah, hingga mengganggu kenyamanan pejalan

kaki.

Di masyarakat Cikokol kota Tangerang jumlah pengemis setiap tahun

semakin meningkat. Ironisnya ada salah satu keluarga yang semua anggota

berprofesi sebagai pengemis dan menjadikan pekerjaan mengemis sebagai budaya,

6 Ali yafie, Nuansa Fiqih SoSial, ( Bandung : Mizan, 1995) , h.10.

7 Baqir Syarif Qorashi,Keringat Buruh Hak dan Peran Bekerja dalam Islam, (Jakarta : Al-

Huda, 2007), h.20.

Page 13: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

4

padahal mereka jelas mengetahui bahwa terdapat hukum yang mengatur tentang

larangan mengemis di daerah Cikokol.

Mengemis merupakan salah satu jalan pintas bagi orang miskin untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada yang benar-benar tidak mampu sehingga ia

harus mengemis di jalanan dan tidak sedikit pula yang berpura-pura mengemis

hanya untuk mengambil keuntungan semata. Ia terkadang mempunyai rumah

bahkan telephon selular. Dalam koran jawa pos, seorang bos pengemis mengakui

bahwa kesuksesan yang ia raih berawal dari hasil mengkoordinir pengemis-

pengemis disekitar tempat tinggalnya. Menurut pengakuan bos pengemis tersebut,

dari hasil mengkoordinir pengemis ia bisa membeli rumah, alat rumah tangga, dan

bahkan ia sanggup membeli mobil. Ia mempunyai anak buah yang dijadikan

sebagai pengemis. Dari hasil anak buah tersebut ia bisa menghasilkan 200 s/d 300

ribu perhari.8

Dikarenakan perbedaan tempat dan lingkungan, perbedaan sejarah dan asal-

usulnya, perbedaan semangat dan jiwanya, perbedaan akal dan cara berpikirnya,

perbedaanya budaya dan agama yang mempengaruhinya, maka perilaku budaya

manusia itu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Jadi tidak ada suatu

sistem pola perilaku manusia yang seragam, dan oleh karenanya tidak ada pula

suatu sistem kepribadian (personality) manusia itu yang sama.9

8http// www.jawapos.co.id/metropolis/indeks/php/acd,detail,5773 diakses pada tanggal 2

januarai 2009. 9 Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, h.5.

Page 14: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

5

Di luar persoalan agama dan pelanggaran ketertiban umum, setiap uang

yang diberikan kepada para pengemis membuat mereka merasa dihargai dan

menyebabkan menadahkan tanganya kepada orang lain. Sedekah yang kita berikan,

justru membuat pengemis semakin tergantung kepada pemberian orang lain tanpa

berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari mengemis. Akhirnya,

mereka akan menjadikan kegiatan mengemis sebagai mata pencahariaannya atau

sebagai profesi. Dalam hal ini bukan kemiskinan yang menjadi alasan, tetapi

budaya pada diri masyarakat itu sendiri yang sudah melekat. Mereka berfikir bahwa

mengemis adalah profesi yang menjanjikan, walaupun sebenarnya mereka mampu

untuk mengambil pekerjaan yang lebih baik selain dari mengemis. Karena itu

mereka berani melanggar peraturan yang terkait dengan larangan mengemis di

daerah tersebut. Padahal pemerintah setempat telah berusaha menegakkan hukum

dengan cara mengadakan pembersihan kota dengan menagkap dan mengusir para

pengemis tetapi mereka tetap tidak berhenti dan terus menjalankan profesinya.

Oleh karena itu penulis akan membahas apa yang akan menjadi dasar pada

perilaku yang ada di masyarakat Cikokol kota Tangerang dan bagaimana

penegakkan hukum terkait tentang masalah pengemis.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah

mengemis sebagai profesi dan faktor-faktor yang melatar belakangi masalah

tersebut, dengan sudut pandang Antropologi Hukum.Pada akhirnya penelitian ini

akan menjadi sebuah skripsi dengan judul ”MENGEMIS SEBAGAI PROFESI

(Tinjauan Antropologi Hukum pada Masyarakat Cikokol kota Tangerang )”.

Page 15: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

6

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar pembahasan dan penulisan skripsi ini tidak melebar dan lebih teraraH

maka penulis hanya membatasi tentang ruang lingkup pengemis yang berada di

Kelurahan Cikokol Kota Tangerang.

2. Rumusan Masalah

Dari pembatasan diatas maka masalah yang dapat penulis rumuskan adalah

sebagai berikut :

a. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi budaya mengemis dikomunitas

masyarakat Cikokol?

b. Bagaimana Profesi Pengemis dalam Perfekstif Antropologi Hukum?

c. Bagaimana penegakkan hukum yang mengatur kegiatan mengemis?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi budaya mengemis

di masyarakat Cikokol.

b. Untuk mengetahui tinjauan antropologi hukum terhadap budaya pengemis

sebagai profesi.

c. Untuk mengetahui bagaimana penegakkan hukum yang mengatur kegiatan

mengemis.

Page 16: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

7

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Bagi penulis, kegunaan yang diharapkan berkembangnya wawasan

khasanah dan peka terhadap masalah yang berkembang yang ada

dimasyarakat.

b. Bagi mahasiswa, memberikan sumbangan keilmuan tentang budaya

Pengemis yang berkembang dimasyarakat Cikokol

c. Bagi Masyarakat, memberikan informasi dan gambaran bagaimana

Masyarakat lebih memilih memberi kepada pengemis yang sebenarya.

D. Studi Review

Berdasarkan telaah yang dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan

penulis melihat ada yang membahas tentang pengemis, seperti pada skripsi dibawah

ini :

1. Syarif. Pengemis dalam perpspektif Al-Hadits; Analisa kritis Hadits hadits Hak

al-sail dalam kitab sunan Abi Daud. Jurusan Tafsir Hadits, Fakultas Usulludin,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1425 H/2004. Pada skripsi

ini membahas tentang pengemis yang di pandang dari kaca mata hadits,

mengenai analisa kritis hadits-hadits Haq al-Sail dalam kitab sunan Abi Daud.

Dan dalam skripsi ini tidak menerangkan tentang berkembangya budaya

mengemis sebagai profesi hanya menganalisis pengemis dari sudut pandang

hadist, dalam kitab Sunan Abi Daud.

Page 17: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

8

2. Muhammad Akmal. Pelayanan sosial bagi gelandangan dan pengemis di panti

sosial Bina Karya “pengudi luhur”bekasi. Jurusan Kesejahteraan Sosial,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas`Islam Syarif Hidayatullah

Jakarta 1430/2009. Pada skripsi ini membahas tentang bagaimana pelayanan

gepeng dan jenis pelayanan apa saja yang diberikan di panti sosial Bina Karya

dalam membina para gelandangan dan pengemis.

Dan yang dibahas dalam skripsi ini adalah tentang mengemis sebagai profesi

dalam tinjauan Antropologi Hukum, apa yang menjadi kultur dalam profesi

mengemis dan meneliti pengemis dari perfekstif Antropologi Hukum yang berada

didaerah Cikokol Tangerang. Jadi disinilah letak perbedaan dengan skripsi

sebelumnya.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan pendekatan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian antropologi hukum,

yaitu penelitian yang mempelajari garis perilaku yang terjadi secara berulang-

ulang dan terus menerus dilaksanakan, karena perilaku itulah merupakan sesuatu

yang menjadi kebiasaan dan menjadi hukum dalam masyarakat bersangkutan.10

Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif yaitu

suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data seteliti mungkin

tentang manusia, keadaan atau gejala gejala lainnya. Dalam hal ini,berupa kata-

10

Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia (Bandung: PT Alumni, 1986), h.27.

Page 18: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

9

kata tertulis dan lisan dari orang-orang yang bersangkutan .perilaku yang

diamati dengan menganalisa dan menguraikan serta mendeksripsikan budaya

mengemis pada masyarakat Cikokol yang telah penulis dapatkan dari informan

yaitu tokoh agama, kelurahan ,masyarakat setempat.

2. Sumber data

Adapun sumber data yaitu:

a. Data primer yaitu data yang dipeloreh secara langsung dari masyarakat11

data ini meliputi wawancara dengan pengemis ,masyarakat sekitar ,tokoh

agama dan lurah yang dianggap megetahui perilaku mengemis di

masyarakat Cikokol.

b. Data sekunder yaitu data yang dipeloreh dari bahan pustaka12

data ini

terdiri dari buku -buku artikel - artikel internet dan dari informasi lain

yang berkaitan dengan judul skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan

data dengan cara sebagai berikut :

a. Observasi

Obersasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami,

mecari jawaba,mencari bukti terhadap fenomena yang berkaitan dengan

11

Sukandarrumudi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004),h.104. 12

Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,

2003), h.6.

Page 19: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

10

perilaku masyarakat dengan mencatat fenomena tersebut guna

menemukan data analisis.

b. Indepth interview (wawancara mendalam)

Interview adalah mengadakan wawancara melalui percakapan tertentu

dengan subjek penelitian yaitu para pengemis lurah, tokoh agama dan

masyarakat sekitar dengan menunjukan pertanyaan yang berkaitan dengan

apa yang diteliti13

4. Studi dokumentasi

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adala pedoman wawancara dan pedoman observasi dan didukung dengan buku

catatan dan foto -foto.

5. Teknik analisis data

Penulisan ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, data-data yang

dipeloreh melalui wawancara dan pengamatan. Data akan diolah dan dianalisis

secara deskriptif untuk kemudian ditarik kesimpulannya.

6. Teknik penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu kepada pedoman

penulisan skripsi yang diterbitkan oleh fakultas syari’ah dan hukum universitas

islam negeri syarif hidayatullah Jakarta tahun 2007.

13

Sudarman Darwin, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2000),

h.105.

Page 20: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

11

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini, penulis membagi kedalam

empat bab,yang secara garis besar penulis jabarkan sebagai berikut:

BAB I : Bab ini Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

permasalahan, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian

dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II Bab ini membahas tentang hukum dan budaya dalam

perspekstif antropologi hukum dan hukum Islam yang terdiri

dari, hukum dalam perspektif antropologi hukum, kesadaran

hukum dan ketaatan hukum, hukum dalam perspektif hukum

Islam, budaya kemiskinan dan mengemis pandangan hukum

Islam, pengemis dan perilaku menngemis,faktor-faktor yang

mendorong orang mengemis.

BAB III Bab ini membahas Tentang profil kelurahan Cikokol Kota

Tangerang yaitu letak geografis kelurahan Cikokol, kondisi

demografis kelurahan Cikokol dan keadaan sosiologi.

BAB IV Bab ini menerangkan tentang mengemis sebagai profesi di

masyarakat Cikokol kota Tangerang, yang menerangkan

tentang komunitas pengemis Cikokol, factor-faktor yang

Page 21: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

12

mempengaruhi budaya mengemis, mengemis tinjauan

antropologi hukum dan hukum islam, kegiatan hukum yang

mengatur kegiatan mengemis.

BAB V Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari

pembahasan yang sebelumnya, dan juga saran-saran sebagai

sumbangsih untuk kemashalatan bersama.

Page 22: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

13

BAB II

HUKUM DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI HUKUM

A. Hukum dalam Perspektif Antropologi Hukum

Satu masalah yang belum mencapai kata putus di antara para ahli

hukum ialah tentang pendefinisian hukum. Bahkan Immanuel Kant ±150

tahun yang lalu berkata, “Noch suchen die Juristen eine Definition zu ihrem

Begriffe von Recht”. Pernyataan ini jika diterjemahkan berbunyi, “tidak

seorang ahli hukum pun yang mampu membuat definisi tentang hukum”.1

Namun demikian, para ahli hukum tetap mencoba mendefinisikan hukum

dilihat dari sudut pandang yang berbeda, yakni dari sudut pandang filsafat,

sosiologi, politik dan sejarah, dll.

Para ahli filsafat mendefinisikan hukum sebagai nilai yang

merupakan salah satu unsur pandangan manusia mengenai hal-hal yang harus

dianuti karena dianggap baik, dan hal-hal yang seharusnya dihindari karena

dianggap buruk.

Ahli sosiologi hukum atau sosiolog mendefinisikan hukum yang

secara umum berarti ilmu pengetahuan hukum yang menekankan pada studi

dan analisa secara empiris, terhadap hubungan timbal balik antara hukum

dengan gejala-gejala sosial lainnya.2

1 Lili Rasjidi, Filsafat Hukum “Apakah itu?”, (Bandung: Remadja Karya, 1985) cet.II,

h.1. 2 Sudjono Dirdjosisworo, Sosiologi Hukum, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), h. XI.

Page 23: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

14

Ahli politik atau politikus mendefinisikan “hukum sebagai produk

politik”. Sebagai fakta sebenarnya, bukan hanya hukum dalam arti Undang-

undang yang merupakan produk politik, tetapi juga bisa mencakup hukum

dalam arti-arti yang lain, termasuk konstitusi atau Undang-Undang Dasar.3

Ahli antropologi hukum, Pospisil4 menyebutkan bahwa hukum

sebagai bagian yang integral dari kebudayaan secara keseluruhan, dan karena

itu hukum dipelajari sebagai produk dari interaksi sosial yang dipengaruhi

oleh aspek-aspek kebudayaan yang lain, seperti politik, ekonomi, ideologi

dan religi, sedangkan Moore5 berpendapat bahwa hukum dipelajari sebagai

proses sosial yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat. Karena itu,

hukum dalam perspektif antropologi bukan semata-mata berwujud peraturan

perundang-undangan yang diciptakan oleh negara (state law), tetapi juga

hukum dalam wujudnya sebagai peraturan-peraturan lokal yang bersumber

dari suatu kebiasaan masyarakat (customary law/folk law), termasuk pula di

dalamnya mekanisme-mekansime pengaturan dalam masyarakat (self

regulation) yang juga berfungsi sebagai sarana kontrol sosial (control

social).6

Hukum sebagai aspek kebudayaan, mempunyai beberapa fungsi

fundamental untuk memelihara kedudukan masyarakat, yaitu:

3 Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h.6.

4 Nama lengkapnya Leopold Pospisil. Ia adalah antropolog pertama yang melakukan

penelitian lapangan di Papua New Guinea pada tahun 1950-an dan menuliskan buku tentang hasil

penelitiannya Kapauku Papuans and Their Law yang diterbitkan oleh Yale University Press. 5 Henrietta Moore adalah seorang ahli teori terkemuka antropologi feminist. Beberapa

karyanya adalah Feminisme dan Antrolopi, Anthropological Theory Today. 6 http://www.antropologi/antropologihukum.com

Page 24: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

15

1. Merumuskan pedoman bagaimana warga masyarakat seharusnya

berperikelakuan, sehingga terjadi integrasi minimal dalam masyarakat,

2. Menetralisasikan kekuatan-kekuatan dalam masyarakat, sehingga

dapat dimanfaatkan untuk mengadakan ketertiban,

3. Mengatasi persengketaan, agar keadaan semula pulih kembali, dan

4. Merumuskan kembali pedoman-pedoman yang mengatur hubungan

antara warga masyarakat dan kelompok-kelompok, apabila terjadi

suatu perubahan-perubahan.7

Antropologi hukum merupakan ilmu pengetahuan (logos) tentang

manusia (tropos) yang bersangkutan dengan hukum. Manusia yang dimaksud

adalah individu yang hidup bermasyarakat, bergaul antara yang satu dengan

yang lain, baik masyarakat yang masih sederhana budayanya (primitif)

maupun masyarakat yang sudah modern (maju). Budaya yang di maksud

adalah budaya hukum, yaitu segala bentuk perilaku budaya manusia yang

mempengaruhi atau yang berkaitan dengan masalah hukum.

Hukum dalam perspektif antropologi memiliki arti luas. Ia bukan saja

hukum dalam arti dan bentuk perilaku sebagai bentuk kebiasaan yang

berulang-ulang terjadi, sebagaimana dalam hukum adat, atau hukum dalam

arti dan bentuk dan bentuk kaidah peraturan perundangan, seperti hukum

dalam arti dan pendekatan normatif. Tetapi masalah hukum juga dilihat dari

segi kecendikiawanan (intelektual), filsafat, ilmu jiwa dan beberapa faktor

7 Soerjono soekanto, Antropologi Hukum, (Jakarta: Grafindo, 1982), h. 25.

Page 25: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

16

yang melatar belakangi hukum tersebut, serta cara-cara menyelesaikan

sesuatu yang timbul dalam masyarakat. 8

Dalam antropologi hukum, hukum ditinjau sebagai aspek dari

kebudayaan. Manusia dalam kehidupan bermasyarakat dibekali untuk berlaku

dengan menjunjung nilai-nilai budaya, yang mana dalam masyarakat tertentu

harus dijunjung tinggi. Nilai-nilai budaya tercakup secara lebih konkrit dalam

norma-norma sosial, yang diajarkan kepada setiap warga masyarakat supaya

dapat menjadi pedoman berlaku pada waktu melakukan berbagai peranan

dalam berbagai situasi sosial. Norma-norma sosial sebagian tergabung dalam

kaitan dengan norma lain, dan menjelma sebagai pranata atau lembaga sosial

yang semuanya lebih mempermudah manusia dalam mewujudkan perilaku

yang sesuai dengan tuntunan masyarakatnya atau yang sesuai dengan

gambaran ideal mengenai cara hidup yang dianut dalam kelompoknya.

Gambaran ideal atau desain hidup ini, yang merupakan kebudayaan dari

masyarakat itu, hendak dilestarikan melalui cara hidup warga masyarakat.

Salah satu cara untuk mendorong para anggota masyarakat supaya

melestarikan kebudayaan itu adalah hukum. 9

Dengan demikian, kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan

sistem nilai tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh warga yang

mendukung kebudayaan tersebut, karena dijadikan kerangka acuan dalam

8 Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2006), h. 4. 9 T.O. Ihromi, Antropologi dan Hukum, ( Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2000), cet

III, h. 4.

Page 26: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

17

bertindak dan bertingkah laku, maka kebudayaan cenderung menjadi tradisi

dalam suatu masyarakat.

Tingkah laku manusia menjadi sorotan utama dalam menilai hukum

yang berlaku di dalam masyarakat. Sementara masyarakat sendiri adalah

unsur kategori yang pertama dari hukum. Menurut sifat kodratnya,

masyarakat adalah sebuah kesatuan yang terbentuk dari sekelompok orang

yang secara bersama-sama terikat oleh usaha untuk saling mencukupi

kebutuhan hidup satu sama lain. Masyarakat bukan sekedar kumpulan orang

melainkan merupakan sebuah kesatuan.

Dari uraian di atas, masalah hukum dalam antropologi hukum berarti

bukan semata-mata masalah hukum yang normatif sebagaimana terdapat

dalam perundangan-undangan, atau masalah hukum yang merupakan pola

ulangan perilaku yang sering terjadi sebagaimana terdapat pada hukum adat,

tetapi hal yang terpenting hukum dilihat dari aspek budaya perilaku manusia

dan faktor- faktor yang mempengaruhinya.

Jadi antropologi melihat hukum itu sebagai aspek dari kebudayaan,

yaitu suatu aspek yang digunakan oleh kekuasaan masyarakat yang teratur

dalam mengatur perilaku masyarakat agar tidak terjadi penyimpangan yang

terjadi dari norma-norma sosial yang telah ditentukan dapat diperbaiki.10

B. Kesadaran dan Kepatuhan Hukum

Pada dasarnya supremasi hukum dijunjung tinggi atas kesadaran dan

kepatuhan masyarakat terhadap hukum. Paham kesadaran hukum

10

Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, h. 8.

Page 27: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

18

sebagaimana dikemukakan oleh G. E. Lagemeijer yang dikutip oleh Soerjono

Soekanto sebenarnya berkisar pada pikiran-pikiran yang menganggap, bahwa

kesadaran dalam diri warga-warga masyarakat merupakan suatu faktor yang

menentukan bagi sahnya hukum. Pada awalnya masalah kesadaran hukum

timbul di dalam proses penerapan daripada hukum positif tertulis. Di dalam

kerangka proses tersebut timbul masalah, oleh karena adanya ketidaksesuaian

antara dasar sahnya hukum (yaitu pengendalian sosial dari penguasa atau

kesadaran warga masyarakat) dengan kenyataan-kenyataan dipatuhinya (atau

tidak ditaatinya) hukum positif tertulis tersebut, merupakan suatu keadaan

yang dicita-citakan atau dikehendaki, bahwa ada keserasian proporsional

antar pengendalian sosial oleh penguasa, kesadaran warga masyarakat dan

kenyataan dipatuhinya hukum positif tertulis. Ide tentang kesadaran warga

masyarakat sebagai dasar sahnya hukum positif tertulis diketemukan di dalam

ajaran-ajaran tentang Rechtsgefuhl atau Rechtsbewusstsein yang intinya

adalah, bahwa tak ada hukum yang mengikat warga-warga masyarakat

kecuali atas dasar kesadaran hukumnya.11

Jadi, kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-

nilai yang terdapat di dalam diri manusia tentang hukum yang ada.

Sebenarnya yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum dan

bukan suatu penilaian hukum terhadap kejadian-kejadian yang konkrit dalam

masyarakat yang bersangkutan.

11

Soerjono Soekanto, Kesadarah Hukum dan Kepatuhan Hukum, (Jakarta: Rajawali,

1982), h. 145.

Page 28: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

19

Kepatuhan seseorang terhadap hukum tergantung pada situasi, kondisi

dan tempat. Dalam tindakan dikenal 2 istilah, yaitu: Behavior of Action

(perilaku terhadap tindakan) dan Behavior of Law (perilaku terhadap hukum).

Pada dasarnya hukum ada untuk ditaati dan dipatuhi. Namun, dalam keadaan

tertentu hukum hanya menjadi sebuah wacana yang diketahui tanpa dipatuhi.

Misalnya: semua orang mengetahui bahwa mencuri adalah perbuatan yang

dilarang dan ada sanksi bagi yang melakukannya, baik sanksi pidana (KUHP)

maupun sanksi moral dari masyarakat (cacian, hinaan, cibiran, dll). Namun,

dalam keadaan terdesak, misalnya kesulitan ekonomi, membuat seseorang

berani melanggar hukum yaitu dengan melakukan tindakan pencurian. Itu

hanyalah sebagian contoh kecil ketidakpatuhan seseorang pada hukum yang

berlaku dan tentunya masih banyak lagi tindakan-tindakan penyimpangan

hukum yang dilakukan secara sadar.

Selanjutnya Hoefnagels sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto

membedakan bermacam-macam derajat kepatuhan hukum sebagai berikut:

1. Seseorang berperikelakukan sebagaimana diharapkan oleh hukum dan

menyetujuinya hal mana sesuai dengan sistem nilai-nilai dari mereka

yang berwenang.

2. Seseorang berperikelaku sebagaimana diharapkan oleh hukum dan

menyetujuinya, akan tetapi dia tidak setuju dengan penilaian yang

diberikan oleh yang berwenang terhadap hukum yang bersangkutan.

3. Seseorang mematuhi hukum, akan tetapi dia tidak setuju dengan kaidah-

kaidah tersebut maupun pada nilai-nilai dari penguasa.

Page 29: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

20

4. Seseorang tidak patuh pada hukum, akan tetapi dia menyetujui hukum

tersebut dan nilai-nilai daripada mereka yang mempunyai wewenang dan

5. Seseorang sama sekali tidak menyetujui kesemuanya dan dia pun tidak

patuh pada hukum (melakukan protes).12

C. Hukum dalam Perspektif Hukum Islam

Dilihat dari segi kebahasaan, kata hukum bermakna “menetapkan

sesuatu pada yang lain” seperti menetapkan haram pada khamar atau halal

pada air susu. Sedang menurut istilah para ulama usul fiqh, sebagaimana

yang diungkapkan oleh Abu Zahrah adalah “Titah (khitab) Syari yang

berkaitan dengan perbuatan mukallaf, baik berupa tuntutan, pilihan atau

wadhi”. Yang dimaksud dengan khitab syari adalah ketentuan-ketentuan yang

ditetapkan Allah dan Rasul-Nya terhadap berbagai perbuatan mukallaf.

Seperti firman Allah; Dan dirikanlah Sholat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah

beserta orang-orang yang ruku‟. (al-Baqarah : 43) Ayat ini menyatakan

ketentuan hukum bahwa melaksanakan sholat dan membayar zakat adalah

kewajiban yang mesti dilaksanakan. Khitab melalui ayat ini membentuk

ketentuan yang harus dilaksanakan. Kemudian adapula khitab dalam bentuk

larangan, seperti firman Allah : Hai orang-orang yang beriman janganlah

suatu kaum mengolo-olok kaum yang lain, karena boleh jadi kaum yang

diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolok-olok. (al-Hujarat : 11)

12

Soerjono Soekanto, Kesadarah Hukum dan Kepatuhan Hukum, (Jakarta: Rajawali,

1982), h .234.

Page 30: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

21

Dua contoh diatas menunjukkan bahwa khitab syari yang mengikat para

mukallaf untuk mengerjakan dan meninggalkannya. Adapun khitab yang

dikemukakan dalam bentuk pilihan adalah ketentuan-ketentuan syari yang

memberi peluang kepada mukallaf.

untuk melaksanakan atau meninggalkannya. Seperti bunyi surat al-

Baqarah ayat 229 yang berbunyi : Jika kamu khawatir bahwa keduanya

(suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada

dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus

dirinya. Inilah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya,

dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka adalah orang-

orang yang zalim. Ayat ini memberi kebolehan bagi istri (melalui wali-

waliya) untuk mengajukan permohonan, iwadh (uang pengganti) kepada

suaminya, kalau rumah tangganya tidak harmonis dan sukar diperbaiki,

karena kesalahan dan kelalaian suaminya. Dalam kasus ini si istri boleh

mengajukan perceraian (khulu) atau mempertahankan pernikahannya.

Adapun maksud khitab wadhi adalah ketentuan syari tentang perbuatan

mukallaf yang mempengaruhi perbuatan (taklif), seperti pembunuhan yang

dilakukan seseorang anak terhadap orang tuanya sendiri dapat mempengaruhi

terhalangnya harta warisan yang ditinggalkannya. Rasulullah bersabda: orang

yang membunuh tidak memperoleh harta warisan dari orang yang terbunuh.

(H.R. Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah) Penjelasan dan contoh tentang

hukum Islam diatas menunjukkan bahwa hukum Islam adalah hukum yang

bersumber dari al-Qur‟an dan Hadits. Namun paparan rinci tentang norma-

Page 31: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

22

norma hukum dari kedua sumber tersebut, terutama hal-hal yang menyangkut

selain ibadah belum terjangkau secara tegas, sehingga diperlukan kajian

mendalam dan komprehensif guna menganalisa tujuan makna yang tersirat

dari satu nash. Untuk kajian ini ulama melahirkan berbagai metodologi dan

pendekatan kajian hukum Islam yang menjadi cabang ilmu pengetahuan

tersendiri, yaitu ushul fiqh (teori hukum Islam). Metodologi yang lahir untuk

menjangkau nash yang belum tegas didasari oleh dalil-dalil yang menjadi

acuan mujtahid, hal demikian antara lain:

1. Metode ijma, didasari oleh firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 59

yang berbunyi :

Hai orang-orang yang beriman, ta‟atilah Allah dan ta‟atilah Rasul-Nya

dan ulil amri diantara kamu. Perkataan amri yang terdapat pada ayat di atas

berarti hal, keadaan atau urusan yang bersifat umum meliputi urusan dunia

dan agama. Ulil amri dalam urusan dunia adalah raja, kepala negara,

pemimpin atau penguasa. Sedangkan ulil amri dalam urusan agama adalah

para mujtahid. Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa jika para ulil amri itu

telah sepakat tentang sesuatu ketentuan atau hukum dari suatu peristiwa,

maka kesepakatan mereka adalah ketentuan hukum yang mengikat dan harus

diikuti oleh kaum muslimin.

2. Metode Qiyas, dalil yang mengharuskan para mujtahid melakukan analogi

(qiyas) adalah dalil yang serupa dengan diatas surat an-Nisa ayat 59. disana

dinyataka bahwa Allah SWT memerintahkan kaum muslimin agar

Page 32: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

23

menetapkan segala sesuatu berdasarkan al-Qur‟an dan al-Hadits. Namun

jika tidak ada di dalamnya, maka hendaklah mengikuti ulil amri, dan jika

tidak ada pendapat ulil amri, maka boleh menetapkan hukum dengan

mengembalikan masalah tersebut kepada al-Quran dan al-Hadits dengan

menghubungkan atau membandingkannya dengan hal serupa yang ada di

dalam al-Quran dan al-Hadits. Cara yang demikian dinamakan qiyas.

Selain dari dua metodologi di atas, masih banyak cara yang dilakukan

oleh para mujtahid untuk mencari solusi penyelesaian masalah yang kian

berkembang pasca kenabian dan khulafaurrasyidun, seperti metode istihsan,

mashlahat al-mursalah, urf, syar‟un an qablana, istishhab, saddudz dzari‟ah

dan madzhab sahabat yang keseluruhan dari metodologi tersebut memiliki

kaidah-kaidah sendiri yang menjadi acuan dalam pemecahan masalah dan

semua mengacu kepada semangat nash (al-Qur‟an dan al-Hadits). Kaidah-

kaidah tersebut dibuat secara sistematis dan terbagi pada kaidah asasiyah dan

ghairu asasiyah. Kaidah asasiyah adalah kaidah yang disepakati oleh Imam

Mazhab berjumlah 5 macam (panca kaidah) yaitu: segala masalah tergantung

pada tujuannya, kemadharatan itu harus dihilangkan, kebiasaan itu dapat

dijadikan hukum, yakin itu tidak bisa dihilangkan dengan keraguan, dan

kesulitan itu dapat menarik kemudahan. Selanjutnya sebagian fuqaha

menambahkan dengan satu kaidah asasiayah lain yaitu “tiada pahala kecuali

dengan niat”. Dari kelima atau keenam kaidah tersebut diringkas oleh

Muhammad Izzuddin bin Abdis Salam dengan “menolak kerusakan dan

Page 33: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

24

menarik kemaslahatan”. Diantara kaidah asasiyah ini dibantu oleh kaidah

ghairu asasiyah yang jumlahnya diperdebatkan dikalangan fuqaha.

D. Budaya Kemiskinan dan Mengemis Pandangan Hukum Islam

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, pakaian, tempat berlindung,

pendidikan, dan kesehatan.13

Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan

alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan

dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.14

Kemiskinan

merupakan fenomena dalam kehidupan bermasyarakat yang menjadi masalah

bagi negara. Banyak cara yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam

mengakhiri masalah kemiskinan, tetapi hal ini masih menjadi problem besar

yang perlu perhatian khusus dalam menanganinya.

Kemiskinan yang telah berjalan dalam ruang dan rentang waktu yang

panjang memastikan, bahwa gejala tersebut tidak cukup diterangkan sebagai

realitas ekonomi. Artinya kemiskinan tidak sekedar gejala keterbatasan

lapangan kerja, pendapatan, pendidikan dan kesehatan masyarakat. Ini sudah

menjadi realitas sistem atau struktur dan tata nilai kemasyarakatan. Ia juga

memang suatu realitas budaya yang antara lain berbentuk sikap menyerah

kepada keadaan.15

13

Ahmad Sanusi, Agama di tengah Kemiskinan Refleksi atas Pandangan Islam dan

Kristen dalam Perspektif Kerjasama Antar Umat Beragama (Jakarta: Logos, 1999), h. 11. 14

Sajogyo Pudjiwati Sosiologi Pedesaan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

2002), h. 23. 15

Adi Sasono, “Masalah Kemiskinan dan Fatalisme”, dalam Sri Edi Swasono, ed,

Sekitar Kemiskinan dan Keadilan: Dari Cendiawan Kita tentang Islam (Jakarta: UI Press, 1987),

h. 38.

Page 34: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

25

Tata nilai dan stuktur sosial ekonomi serta perilaku dan

kecenderungan aktual yang telah terbiasa dengan kemiskinan ini juga bukan

saja menyebabkan mereka yang miskin untuk tetap miskin. Keadaan ini

membuat keluarga masyarakat tersebut juga miskin terhadap arti kemiskinan

itu tersendiri.16

Kebudayaan kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks

sejarah. Namun lebih cenderung untuk tumbuh dan berkembang di

masyarakat yang mempunyai seperangkat kondisi-kondisi sebagai berikut:

1. Sistem ekonomi yang rendah, sistem produksi yang rendah.

2. Tingkat pengangguran tertinggi dan tenaga kerja yang tidak terampil.

3. Upah buruh yang rendah.

4. Kegagalan golongan berpenghasilan rendah dalam meningkatkan

keadaan sosial ekonomi.

5. Tidak ada usaha untuk maju dan selalu beranggapan bahwa status

ekonomi yang rendah sebagai hasil ketidaksanggupan mereka untuk

meraih hidup lebih maju.

Cara hidup sebagai kaum miskin yang berkembang dalam kondisi ini

merupakan kebudayaan kemiskinan. Hal ini dapat ditelaah di wilayah

perkotaan maupun pedesaan, dan dapat diuraikan dalam kerangka dan ciri-ciri

sosial, ekonomi dan psikologis yang saling berkaitan.

16

Suparlan Pasudi, Kemiskinan di Perkotaan Studi Antropologi perkotaan, cet.III,

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995), h. 7.

Page 35: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

26

Kemiskinaan merupakan suatu adaptasi, penyesuaian dan sekaligus

juga merupakan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka di

dalam masyarakat yang berstrata kelas sangat individual, elastis, dan berisi

kapitalisme. Kebudayaan tersebut mencerminkan suatu upaya mengatasi rasa

putus asa dan tanpa harapan yang merupakan wujud dari kesadaran bahwa

mereka yang hidup dalam kemiskinan merasa mustahil dapat meraih sukses

di dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat yang

lebih luas.17

Masalah kemiskinan di Indonesia berdampak negatif terhadap

peningkatan arus urbanisasi ke kota-kota besar, sehingga terjadi kepadatan

penduduk dan daerah-daerah kubu yang jadi pemukiman para urban tersebut.

Kesulitan dan keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia serta

keterbatasan pengetahuan dan keterampilan menyebabkan mereka banyak

yang mencari nafkah untuk mempertahankan hidup dengan terpaksa menjadi

pengemis. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor munculnya budaya

mengemis.

Pada dasarnya pekerjaan mengemis merupakan pekerjaan yang sangat

dibenci oleh Rasulullah SAW.

اهلل رسىل قال: يقىل عور بن اهلل عبد سوعت: قال سعد بن الليث عن شعيب عن

وجهو في ليس القياهة يىم يأتي حتي يسأل الرجل يزال ها: وسلن عليو اهلل صلي

17 Mulyanto Sumardi, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, cet,II (Jakarta: CV

Rajawali, 1982), h. 7.

Page 36: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

27

18 (النسائي روه )لحن هن عة هز

Artinya: “siapa saja di antara kamu yang senantiasa meminta-minta,

maka ketika ia menjumpai Allah (di hari kiamat nanti) di

wajahnya tidak ada sepotong daging pun. (HR. an-Nasai).

Dengan ancaman yang keras ini, Rasulullah menjaga kehormatan

seorang muslim, membiasakan untuk bersikap iffah (menahan diri) dari

ketergantungan kepada orang lain. Sebaliknya selalu bergantung pada diri

sendiri dan menjauhkan diri dari meminta-minta kepada manusia.

Rasulullah memberikan kelonggaran mengemis bagi seseorang dalam

keadaan yang bersifat atau karena suatu kebutuhan yang mendesak. Maka,

bagi siapa yang terpaksa meminta-minta karena dorongan kebutuhan yang

mendesak dan meminta bantuan kepada pemerintah atau perorangan, maka

tiada dosa baginya untuk meminta-minta.

Islam memperbolehkan meminta-minta karena salah satu tiga perkara,

yaitu: 19

a. Orang yang menanggung suatu tanggungan, sebelum dia hidup

mampu dibolehkan baginya untuk meminta kepada orang lain hingga

ia dapat menyelesaikan tanggungannya itu, jika tanggungannya telah

selesai kemudian ia menahan diri dan tidak meminta lagi kepada

orang lain.

18

An-Nasai‟, Sunan an-Nasai’, (Bairut: Dar Ihya at-Thuros al-Arabi, tth), hal. 348. 19

Yusuf Al-Qordhowi, Halal Haram Dalam Islam, h.170.

Page 37: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

28

b. Orang yang ditimpa suatu musibah yang menyebabkan kehilangan

harta, dibolehkan baginya untuk meminta kepada orang lain hingga ia

mendapatkan penopang hidupnya.

c. Orang yang ditimpa bencana, yang menyebabkan kehilangan seluruh

harta benda, seperti: bencana tsunami, gunung meletus, gempa bumi,

dll.

E. Pengemis dan Perilaku Mengemis

Dalam kamus bahasa Indonesia, kata pengemis tidak mempunyai akar

kata akan tetapi merupakan sinonim dari peminta-minta atau orang yang

meminta-minta. Mengemis adalah sinonim dari kata meminta-minta sedekah.

Akar kata meminta yaitu minta yang artinya bertindak supaya diberi atau

mendapat sesuatu, memohon, mempersilahkan, memerlukan, menimbulkan.

Kata (al-sail) dalam bahasa arab,20

di samping artinya orang yang bertanya

juga mempunyai arti pengemis, yang meminta. Akar katanya dari (sa’ila)

yang artinya meminta-minta, memohon, menanyakan, memberi pertanyaan

atau bertanya.21

Menurut Kementerian Sosial R.I pengemis adalah orang-orang yang

mendapat penghasilan dari meminta-minta dimuka umum dengan berbagai

alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.22

Sedangkan secara terminologi mengemis adalah meminta bantuan,

derma, sumbangan baik kepada perorangan maupun lembaga. Pengemis

21 Ahmad Warson Munawwir, Al-munawwir: Kamus Arab Indoesia, (Surabaya:

Pustaka Progresif,1997), h. 692. 22

http//www.Indonesia//.ontime.com Kementrian kordinator Bidang Kesejahteraan

Rakyat, Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran, diakses pada tanggal 1 April 2010.

Page 38: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

29

identik dengan sosok individu yang berpenampilan serba kumal, yang

dijadikan sarana untuk mengungkapkan kebutuhan apa adanya dan juga bisa

menggunakan cara-cara lain.

Muthalib dan Sudjarwo dalam buku Ali Yafie memberikan tiga

gambaran umum pengemis, yaitu:23

1. Sekelompok orang miskin atau orang yang dimiskinkan oleh masyarakat,

2. Orang yang disingkirkan dari khalayak ramai, dan

3. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dari kemiskinan,

Sangat disayangkan, budaya mengemis yang tumbuh dalam

masyarakat Indonesia, bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang benar-

benar menghadapi kesulitan hidup, namun dimanfaatkan pula oleh segelintir

orang sebagai profesi untuk meraup kekayaan. Banyak cara yang dilakukan

para pengemis dalam menjalankan profesinya, baik oleh pengemis yang

benar-benar menghadapi kehidupan yang sulit sehingga ia terpaksa

mengemis, dan pengemis palsu yang hanya berpura-pura miskin.

Strategi atau cara-cara yang biasa dipakai para pengemis gadungan

hanya berpura-pura. Dalam menjalankan pekerjaannya, mereka menggunakan

trik-trik yang dapat menyakinkan orang lain untuk mencari belas kasihan dan

memberikan uang. Trik-trik yang biasa dipakai adalah sebagai berikut:

a. Menjual kemiskian

Para pengemis biasa berpenampilan kumuh, kotor, dan berpakaian

robek-robek atau compang camping. Tampilan seperti itu memberikan

23

Alie Yafie, Islam dan Problema Kemiskinan,( Jakarta: pesantren P3M, 1986 ), h. 3.

Page 39: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

30

kesan pada setiap orang yang melihatnya seakan-akan mereka sedang

memikul beban berat yang perlu dibantu dan mendorong orang lain

untuk memberi.

b. Menampilkan wajah kesedihan

Setiap sepanjang jalan di keramaian kota sering dijumpai pengemis

dari anak kecil hingga orang tua yang duduk di pinggir jalan dan

mengayunkan tangan dan mereka siap beraksi menampilkan wajah

kesedihan yang mendalam, agar membuka hati darmawan untuk

memberi.

c. Komunitas pengemis

Komunitas pengemis yaitu kumpulan sejumlah pengemis yang

terkoordinasi oleh kordinator yang menempatkan para pengemis-

pengemis di wilayah-wilayah tertentu, seperti di pusat kota dengan

lokasi yang berpindah-pindah dan para pengemis diwajibkan

menyetorkan uang hasil mengemis kepada kordinator pengemis yang

biasa dikenal bos pengemis.

d. Membawa anak

Membawa anak kecil yang digendong merupakan salah satu trik yang

dilakukan pengemis. Anak yang dibawa itu umumnya merupakan

anak pinjaman atau sewaan, untuk lebih menarik rasa iba orang lain

dengan harga sewaan mencapai Rp. 5000, - perharinya.24

24

Wawancara pribadi dengan Wati, Senin 23 Agustus 2010 pukul 10:00 WIB

Page 40: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

31

Pengerahan anak di bawah umur, yang biasa digendong atau pengemis

anak-anak memang dinilai efektif untuk menarik simpati belas kasih dari

dermawan. Hal ini termasuk mengeksploitasi anak. Dengan wajah polos dan

lugu, mereka menjadi „boneka magnet‟ bagi orang tua untuk mendapatkan

uang.

Menjadi pengemis memang bukan merupakan pilihan hidup untuk

mendapatkan nafkah. Namun dengan melakukan hal ini setidaknya mereka

mampu hidup berkecukupan. Hal ini diungkapkan diungkapkan Armasih, ibu

berumur 39 tahun, yang mengerahkan kedua anaknya Sofyan, 14 tahun dan

Rafi, 4 tahun. Keluarganya bisa membawa pulang Rp. 45.000,- setiap

harinya. Jika dikalkulasikan dalam sebulan, maka warga Jalan Pulau Nangka,

Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara ini mampu meraup uang sebesar Rp.

1.350.000,- setiap bulan. 25

F. Faktor-Faktor yang Mendorong Orang Mengemis

Ada banyak faktor yang mendorong orang untuk menjadi pengemis.

Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan eksternal, ada yang

bersifat permanen, dan ada yang bersifat mendadak. Faktor-faktor tersebut

adalah:26

1. Faktor urbanisasi

Diketahui bahwa di masyarakat Indonesia banyak terjadi

urbanisasi. Perpindahan penduduk mengakibatkan bermacam-macam dampak

25

http//pendapatan pengemis, perhari//.com diakses pada tanggal 20 April 2010. 26

Syarif, “ Pengemis dalam Perfektifs Al-Hadist (Analisis Kritis Hadis-hadist Haq al-

sail Dalam Kitab Sunan Abi Daud),” (Skripsi S1 Fakultas Ushuludin , Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 18.

Page 41: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

32

bagi masyarakat setempat (pribumi) dan masyarakat baru (pendatang).

Tindakan masyarakat berpindah dari desa ke kota didasarkan atas harapan

pelaku urbanisasi itu sendiri untuk mengubah perekonomian ke keadaan

yang lebih baik.27

Jiwa atau ide yang mendorong perpindahan ke kota disebut

urbanisme. Urbanisme menjadi motivasi manusia untuk berpindah ke kota,

dan urbanisme tersebut menimbulkan penambahan jumlah penduduk kota

yang terus meningkat. Dalam hal ini urbanisme adalah proses perpindahan ke

kota dan urbanisme adalah ide abstrak yang terwujud di dalam kesadaran

yang berorientasi ke kota.28

Dengan adanya urbanisasi maka semakin banyak tenaga kerja untuk

mendapatkan pekerjaan. Mereka tergolong dalam golongan pencari kerja

dengan berbagai macam latar belakang pendidikan, pengalaman dan keahlian

yang berbeda-beda. Peningkatan jumlah para pencari kerja dan urbanisasi di

Indonesia berhubungan dengan masalah pengangguran. Masalah

pengangguran oleh banyak pihak diungkapkan sebagai akibat keterbatasan

lapangan pekerjaan, pendidikan yang rendah dan keterampilan yang kurang

dari para pencari kerja.

Sutopo Yuwono melihat bahwa masalah ketenegakerjaan di Indonesia

bukan hanya terfokus pada keterbatasan lapangan pekerjaan, keterbatasan

pendidikan dan keterampilan tetapi seperti yang dikatakannya “bahwa tidak

27

Sns .s. Hutabarat, Masalah Pertambahan Penduduk, (Bandung: Lembaga

Penelitian Pendidikan Kependudukan Institut Keguruan dan Pendidikan (IKIP Bandung), h. 25.

28

Shogo Koyano, Pengkajian tentang Urbanisasi di Asia Tenggara, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 1996), h. 5.

Page 42: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

33

terpenuhinya lowongan-lowongan pekerjaan difaktorkan tidak tersedianya

tenaga-tenaga kerja yang berkualitas.”29

Masalah tenaga kerja berkualitas menjadi penting untuk diperhatikan,

untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja tersebut, karena masalah ini

menyangkut kepentingan perusahaan-perusahaan sebagai pengguna tenaga

kerja dan penyedia lapangan kerja. Ternyata perusahaan telah banyak

membuka banyak kesempatan kerja, tetapi fakta yang dihadapi oleh

perusahaan adalah kesulitan untuk mencari tenaga kerja yang sesuai dengan

kualifikasi perusahaan.

Karena kekurangan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki

para pencari kerja maka sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan.

Berangkat dari hal tersebut tidak sedikit masyarakat urban yang mengubah

profesinya menjadi pengemis atau pemulung, dengan alasan sebagai batu

loncatan untuk menyambung hidup di kota besar. Meski mereka menyadari

bahwa profesi yang dikerjakannya adalah kurang mulia.

2. Faktor ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan orang-orang yang mengalami kesulitan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari karena mereka memang tidak

punya gaji tetap, santunan-santunan rutin atau sumber-sumber kehidupan

yang lain. Sementara mereka sendiri tidak memiliki keterampilan atau

keahlian khusus yang dapat mereka manfaatkan untuk menghasilkan uang,

seperti orang-orang yang menyandang cacat, orang-orang yang menderita

29

Sutopo Yuwono, Kebijaksanaan Pekerjaan dan Masalah Angkatan Kerja Serta

Pengaruhnya bagi Pelaksanaan Pembangunan, (Jakarta: PT Lembaga Sarana Informatika, 1985),

h. 120-121.

Page 43: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

34

sakit, orang-orang yang sudah berusia lanjut sehingga tidak bisa lanjut

bekerja.30

3. Faktor kesulitan ekonomi

Orang-orang yang mengalami kesulitan ekonomi dan kerugian

harta yang cukup besar membutuhkan bantuan orang lain. Contohnya, para

pedagang yang jatuh bangkrut, atau para petani yang gagal panen secara total,

dan lain sebagainya. Mereka ini juga memerlukan bantuan karena sedang

mengalami kesulitan ekonomi secara mendadak sehingga tidak bisa

menghidupi kebutuhan keluarga.

Faktor-faktor kesulitan ekonomi yang muncul akibat tidak

seimbangnya antara penghasilan sehari-hari yang didapat dengan besarnya

nafkah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

anggota keluarga yang berjumlah banyak.31

Di antara faktor-faktor tersebut

yang berpengaruh untuk meminta-minta atau menjadi pengemis adalah

kemiskinan.

30

Koyano, Pengkajian tentang Urbanisasi di Asia Tenggara, h. 15. 31

Koyano, Pengkajian tentang Urbanisasi di Asia Tenggara, h, 19.

Page 44: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

35

BAB III

PROFIL KELURAHAN CIKOKOL KOTA TANGERANG

A. Letak Geografis Kelurahan Cikokol

Kelurahan Cikokol salah satu dari 8 (delapan) kelurahan yang berada

Kecamatan Tangerang Kota Tangerang dengan luas wilayah 417 ha terdiri dari

13 RW dan 66 RT. Jumlah kepala keluarga di kelurahan Cikokol sebanyak 5709

KK. Tahun 2011 jumlah penduduk Cikokol 19.123 jiwa.

Batas wilayah Cikokol bagian utara berbatasan dengan kelurahan

babakan dan Sebelah Selatan Cikokol berbatasan dengan Kelurahan

Penunggangan Utara, wilayah Cikokol bagian barat berbatasan dengan sungai

Cisadane, sedangkan daerah Cikokol bagian timur berbatasan dengan Kelapa

Indah atau Pakajon. 1

Secara geografis, Cikokol tak jauh dari pusat perkoataan, dalam hal ini

dari ibu kota Tangerang. Menurut data yang diperoleh, jarak kelurahan Cikokol

dari pusat kecamatan ada ± 3 km, dari ibu kota propinsi Banten ± 45 km dan dari

ibu kota negara sejauh ± 21 km. Dengan demikian kemudahan sarana tranportasi,

jalur hubungan lalu lintas antar kelurahan dapat di tempuh dengan baik.

1 Laporan Monografi Kelurahan Cikokol Kecamatan Tangerang Kota Tangerang

Tahun 2010.

Page 45: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

36

B. Kondisi Demografis Kelurahan Cikokol

Jumlah penduduk kelurahan Cikokol pada tahun 2010 berjumlah 19.123

jiwa dari 5.709 kk, terdiri dari 10.409 orang laki-laki dan 8.714 orang

perempuan.

Berikut tabel penduduk Cikokol berdasarkan kelompok usia:

Tabel 3.1

Jumlah penduduk Cikokol berdasarkan kelompok usia

No Umur (tahun) f %

1 0-5 1.064 5

2 6-10 1.610 8,5

3 11-15 2.539 14

4 16-20 2.014 10

5 21-25 2.079 10,5

6 25-30 2.228 11,5

7 30-35 1.224 7,5

8 36-40 2.270 12

9 41-45 2.009 11

10 46-50 817 4

11 51 keatas 1.179 6

Jumlah 19.123 100

Sumber data: laporan monografi kelurahan Cikokol tahun2010

Dari tabel diatas, dapat di ketahui bahwa penduduk dikelurahan Cikokol

dilihat dari kelompok umur relatife berimbang. Penduduk dengan kelompok

Page 46: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

37

umur 11-15 tahun menempati posisi jumlah terbanyak yaitu 2.539 orang.

penduduk dengan kelompok umur 46-50 tahun menempati posisi jumlah terkecil

yaitu 1.48 orang.berikut jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin:

Tabel 3.2

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin f %

1 Laki-laki 10.409 55

2 Perempuan 8.714 45

Jumlah 19.123 100

Sumber data: laporan monografi kelurahan Cikokol tahun 2010

Wilayah Cikokol sama halnya dengan wilayah-wilayah lain, jumlah

penduduk setiap tahun bertambah dan dari segi bagunan fisik pun bertambah

mengikuti arus perkembangan. Menurut data yang ada pada tahun 2009 sampai

2010 yaitu 3,20%. Dan warga Cikokol lebih dominan berjenis kelamin laki-laki

yaitu 10.409 jiwa atau 54%.

Kelurahan Cikokol terdiri dari 13 rukun warga (RW) dan 66 rukun

tetangga (RT), dimana setiap kelurahan tidak hanya dihuni oleh warga asli

kelurahan Cikokol saja, tetapi para pendatang yang tersebar di wilayah ini baik

yang tinggal di kontrakan maupun yang tinggal dikost-kostan. Pencatatan atau

pendataan penduduk dikantor kelurahan Cikokol berpedoman pada register yang

Page 47: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

38

telah ada antara lain register datang, pindah lahir dan meninggal dunia sehingga

untuk pencatatan atau pendataan selalu mengacu pada register yang berlaku.

C. Keadaan Sosiologis Kelurahan Cikokol

1. Agama dan kepercayaan

Mayoriatas masyarakat kelurahan Cikokol beragama islam dan Kristen

menempati posisi penganut terbanyak kedua.untuk keterangan lebih lanjut lihat

tabel di bawah ini:

Tabel 3.3

Penduduk Cikokol berdasarkan agama dan kepercayaan

No Jenis agama f %

1 Islam 10.052 53

2 Kristen 5.002 26

3 Katolik 1.000 5

4 Hindu 2.759 14

5 Budha 3.10 2

6 Aliran kepercayaan lainya - -

Jumlah 19.123 100

Sumber data: laporan monografi kelurahan Cikokol tahun 2010

2. Sarana ibadah

Keberadaan sarana mutlak dibutuhkan di tengah masyarakat di

kelurahan Cikokol. Karena sarana peribadatan sangat penting untuk menunjang

Page 48: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

39

kegiatan dalam beribadah. Untuk menjelaskan jumlah sarana peribadatan di

kelurahan Cikokol dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Jumlah sarana peribadatan di kelurahan Cikokol

No Sarana keperibadatan Jumlah

1 Masjid 12

2 Mushalla 18

3 Gereja -

4 Vihara -

5 Pura -

Sumber data: laporan monografi kelurahan Cikokol tahun 2010

3. Pendidikan

Warga kelurahan Cikokol usia diatas 55 tahun pada umumnya

berpendidikan SD, sedang bagi penduduk yang usianya di bawah 55 tahun

mayoritas berpendidikan SLTP dan SMA, Nbahkan semakin banyak pula lulusan

dari perguruan tinggi.2 Untuk hal ini lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut:

2 Laporan monografi tahunan kelurahan Cikokol tahun 2010

Page 49: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

40

Tabel 3.5

Penduduk Cikokol berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat pendidikan f %

1 Tidak sekolah 164 1

2 SD/MI 4099 35

3 SMP/SLTP 2654 23

4 SMA/SLTA 3349 30

5 Akademi/D3 733 6

6 Sarjana s1-s3 560 5

Jumlah 11.559 100

Sumber data: laporan monografi kelurahan Cikokol tahun 2010

Dari tabel tersebut diketahui bahwa penduduk dikelurahan Cikokol

dapat di katakan masih minim dalam hal pendidikan. Hal ini dapat dilihat dengan

banyaknya jumlah penduduk yang hanya tamat SD.

Adapun sarana pendidikan yang ada di Cikokol pendidikan agama dan

umum dari segi kuantitas cukup memadai. Sarana pendidikan di kelurahan

Cikokol terbagi dua yaitu sarana pendidikan negeri dan sarana pendidikan

swasta. Guna mendukung pendidikan formal pemerintah membangun sarana

pendidikan swasta jumlahnya lebih banyak dari sekolah dasar (SD) sampai

(SMA). Namun, pendidikan swasta jumlahnya lebih banyak dari sarana

pendidikan negeri. Berikut ini adalah tabel data sarana pendidikan negeri dan

sarana pendidikan swasta.

Page 50: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

41

Tabel 3.6

Jumlah Jiwa Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat pendidikan

f %

1 SDN

6 40

2 SMPN

5

33

3 SMAN

4

27

4

Universitas

- -

5

Jumlah

15

100

Sumber data: laporan Monografi kelurahan Cikokol Tahun, 2010

Tabel. 3.7

Jumlah Sarana Pendidikan Swasta

No Sarana pendidikan f Jumlah

1 Taman bermain(playgroup) 15 15

2 SLTP 22 22

3 SLTA 30 30

4 Perguruan tinggi 2 2

Jumlah 69 87

Sumber data: laporan Monografi kelurahan Cikokol Tahun 2010

Page 51: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

42

4. Ekonomi

Mata pencarian penduduk Cikokol bermacam-macam. Pada umumnya

mata pencaharian penduduk Cikokol sebagai karyawan swasta, mengenai hal ini

dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.8

Penduduk Cikokol menurut mata pencaharian Mata Pencarian

No Mata pencarian Jumlah %

1 PNS 354 5

2 ABRI 23 0,3

3 Karyawan Swasta 5.578 83,5

4 Pedagang 289 4,5

5 peTani 90 1

6 Pertukangan 40 0,5

7 Buruh tani 30 0,4

8 Pengsiun 53 0,8

9 Tidak bekerja 255 4

Jumlah 6.712 100

Sumber data : laporan Monografi kelurahan Cikokol Tahun, 2010

Menurut lurah Cikokol, Naman Bakri bahwa penduduk Cikokol

tergolongpada masyarakat menengah kebawah dengan pendapatan rata-rata ± 3

juta perbulan.3

Sedangkan pertu,buhan perekonomian kota Tangerang mengalami

peningkatan. Hal ini di karenakan adanya penambahan lapangan kerja dalam

3 Wawancara pribadi dengan bapak Naman Bakri. Rabu 7 september 2010, pukul 13:00

Page 52: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

43

sektor industri. Sebagaimana disampaikan oleh kepala bidang penempatan kerja

dinas tenaga kerja, bapak Anwar Sanusi “ berdasarkan data dinas tenaga kerja

kota Tangerang. Terdapat peningkatan peluang kerja sekitar 40 ribu peluang di

banding tahun lalu yang menempati 30 ribu peluang. Ada peningkatan hingga 20

persen”.4

4 Wawancara pribadi dengan bapak anwar sanusi, jum’at 26 november 2010, pukul 14:30

WIB

Page 53: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

44

BAB IV

MENGEMIS SEBAGAI PROFESI PADA MASYARAKAT CIKOKOL KOTA

TANGERANG

A. Komunitas Pengemis Cikokol

Data-data penelitian ini diambil berdasarkan wawancara dengan 37

narasumber yang terdiri dari: lurah Cikokol, 1 orang tokoh agama setempat, 5

orang warga Cikokol non pengemis dan 30 orang pengemis. Narasumber berasal

dari Rt. 03 Rw. 02 kelurahan Cikokol kecamatan Tangerang kota Tangerang.

Jumlah warga Rt 03 adalah 523 orang dan 170 Kepala Keluarga (KK).1

Fenomena kehadiran pengemis merupakan realitas sosial yang

berkembang di kota Tangerang saat ini. Faktor tersebut didasari oleh keadaan

sosial, ekonomi, keluarga dan tingkat urbanisasi yang tinggi menyebabkan

seseorang berprofesi sebagai pengemis untuk mencukupi kebutuhan hidup. Para

pengemis datang ke kota dengan motivasi untuk mencari pekerjaan yang lebih

baik dari pekerjaan mereka sebelumnya. Tetapi dengan latar belakang pendidikan

yang rendah dan keterbatasan pengalaman dan keahlian, maka sulit bagi mereka

untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini dikatakan oleh Bapak Simpen, 47 tahun

(seorang narasumber pengemis) sebagai berikut:

“Saya datang ke kota ini (Tangerang) ingin mencari pekerjaan yang

lebih baik walaupun saya hanya lulusan SD. Dari pada di kampung

jadi petani tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Karena

1 Wawancara pribadi dengan Bapak Hamdani, Selasa 12 Oktober 2010 Pukul 15:00 WIB.

Page 54: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

45

mencari pekerjaan di sini juga susah, untuk sementara ini saya

bekerja sebagai pengemis”.2

Para pengemis umumnya hadir dari keluarga kurang mampu. Mereka

lahir dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal yang jauh dari kecukupan.

Mereka berasal dari daerah, suku dan agama yang berbeda, seperti suku jawa,

sunda dan batak. Ironisnya pengemis di daerah Cikokol mayoritas beragama

Islam. Walaupun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda tetapi

kehidupan sosial mereka tetap berjalan baik.3

Dengan maraknya pengemis yang melakukan urbanisasi tidak lantas

menyadarkan mereka untuk memperbarui kartu tanda penduduk (KTP) mereka

agar sesuai dengan domisili mereka saat ini. Hal ini jelas menjadikan keberadaan

para pengemis itu tidak memiliki tanda kependudukan yang jelas di mata negara.

Kehadiran pengemis dapat diterima masyarakat tempat mereka tinggal.

Warga sekitar tempat tinggal pengemis tidak membedakan status sosial dan tidak

memarginalisasi ras dan suku tertentu. Para pengemis juga mengikuti kegiatan-

kegiatan kemasyarakatan seperti kerja bakti, gotong royong, dan pengajian

mingguan.4 Hal ini seperti dipaparkan oleh bapak Karyo (49 tahun) asal Solo. Ia

mengatakan bahwa dalam satu minggu ada dua kali pertemuan pengajian yang

dihadiri oleh para pemuda dan orang tua dari kalangan pengemis. Dia juga punya

2 Wawancara pribadi dengan Bapak Simpen, Rabu 1 September 2010 Pukul 10:00 WIB.

3 Wawancara pribadi dengan Bapak Sholeh, Rabu tanggal 1 September 2010 Pukul 11:00

WIB. 4 Wawancara pribadi dengan Bapak Mihar, warga Cikokol, Minggu 5 September 2010 Pukul

12:30 WIB.

Page 55: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

46

kebiasaan positif lain, seperti membaca Surat Yasin dan Tahlil pada kamis

malam.5

Para pengemis sangat memperhatikan pendidikan anak-anak dan

keluarganya. Ibu Nisa pengemis asal Cirebon, memiliki 3 anak yang dibesarkan

di Tangerang. Perhatiannya untuk pendidikan agama tergolong tinggi. Ia

mendaftarkan anaknya untuk belajar mengaji di TPA (Taman Pendidikan Al-

Qur‟an) Ulumul Quran, yang berada tak jauh dari pemukiman itu. Dengan iuran

Rp..7000, - perbulan. Peserta didiknya sangat beragam mulai dari SD sampai

SMP. Ia menegaskan bahwa “walaupun kita miskin tapi pendidikan anak

penting, agar mereka tidak seperti orang tuanya yang bodoh karena tidak

sekolah”.6 Kehadiran sosok Kak Nunung sebagai pengajar tunggal di TPA itu,

sangat membantu pendidikan, khususnya pendidikan agama di kawasan

pemukiman pengemis. Pengajian Iqra untuk anak kecil dan Al-Quran untuk ibu-

ibu menjadi sebuah pertanda kehidupan aktivitas beragama dan intensitas

beribadah yang tidak bisa dipandang sebelah mata.7

Pekerjaan mengemis yang terlihat setiap hari di pinggir-pinggir jalan

maupun dalam bentuk lain, rumah ke rumah pada dasarnya berangkat dari

persoalan yang klasik yaitu ekonomi. Hal inilah yang mendasari orang menjadi

peminta-minta atau pengemis.

5 Wawancara Pribadi dengan bapak Karno, Kamis tanggal 2 September 2001 Pukul 09:00

WIB. 6 Wawancara pribadi dengan ibu Nisa pada tanggal 5 September 2010.

7Ibid.

Page 56: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

47

1. Tingkat Pendidikan Pengemis

Pada umumnya para pengemis adalah orang-orang yang berpendidikan

rendah yaitu hanya mengenyam bangku sekolah sampai SD bahkan banyak

pula yang tidak lulus SD. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh bapak Adin

(40 tahun) pengemis asal Subang. “Dulu saya tidak sekolah, karena orang

tua saya tidak punya uang untuk biaya sekolah, gimana mau sekolah makan

saja sulit, makanya sekarang menjadi pengemis”.8 Pernyataan serupa juga

disampaikan oleh bapak Sholeh (31tahun),”waktu kecil orang tua saya tidak

sanggup membayar biaya sekolah, kemudian saya disuruh mengamen di

jalan”.9

Berikut ini adalah tabel data pendidikan para pengemis berdasarkan

hasil survei yang penulis lakukan

Tabel 4.1

Data Pendidikan Terakhir Narasumber Pengemis

No Tingkat Pendidikan F %

1 SD 12 40

2 SLTP 10 33

3 SLTA 0 0

4 Tidak Sekolah 8 27

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

8 Wawancara pribadi dengan bapak Adin, Rabu 18 Agustus 2010 Pukul 16:00 WIB.

9 Wawancara pribadi dengan bapak sholeh, Rabu 1 September 2010 Pukul 11:00 WIB.

Page 57: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

48

Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa mayoritas pengemis hanyalah

lulusan SD. Hal ini menunjukkan bahwa mengemis adalah sebuah pilihan

untuk mereka bertahan hidup karena dengan pendidikan yang rendah dan

keterbatasan keterampilan membuat mereka tersisihkan dari lapangan

pekerjaan.

2. Status Pekerjaan Pengemis

Pekerjaan pengemis pada dasarnya berangkat dari persoalan yang sama

yaitu tingkat ekonomi yang rendah dan keterbatasan lapangan pekerjaan. Hal

ini menjadi persoalan utama masyarakat menjadi peminta-minta atau

pengemis sehingga pekerjaan mengemis ini merupakan alternatif atau

pilihan terakhir manakala tidak mendapat kesempatan bekerja baik di

lembaga pemerintah ataupun perusahaan swasta. Karena di tengah desakan

ekonomi pekerjaan mengemis atau meminta-minta merupakan alternatif

untuk menghidupi keluarga sehari-hari.

Kesulitan ekonomi memaksa para pengemis mengambil profesi

meminta-minta atau menjadi pengemis, walaupun sebagian orang

menganggap bahwa mengemis merupakan pekerjaan yang hina tetapi

mereka tetap mempertahankan profesi tersebut demi mempertahankan hidup.

Berdasarkan status pekerjaan yang mereka tekuni ada dua jenis sistem

mengemis. Pertama, pengemis yang bekerja secara individual, yaitu

pengemis yang bekerja tanpa adanya bos dan rekan pengemisnya yang lain

di derah ini ada sekitar 21 orang, dan yang kedua yaitu pengemis yang

Page 58: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

49

bekerja secara kelompok, yaitu pengemis yang tinggal dan bekerja dengan

seorang bos serta beberapa karyawan pengemis lainnya ada sekitar 9 orang.10

Pengemis yang bekerja secara individual memiliki rumah sendiri.

Mereka tidak berkumpul dengan pengemis lainnya. Sedangkan pengemis

yang bekerja secara kelompok bertempat tinggal di lapak seorang bos, yaitu

dengan menyewa tanah pertahun Rp.. 1.000.000, - (satu juta rupiah) dibayar

secara angsur.11

Di tanah tersebut dibuat bangunan semi permanen dari

bambu-bambu dan beberapa kayu lainnya hingga menjadi rumah bilik untuk

mereka tempati.

Berikut ini tabel data tempat tinggal para pengemis.

Tabel 4.2

Data Tempat Tinggal Narasumber Pengemis

No Tempat Tinggal f %

1 Rumah saudara 3 10

2 Rumah sendiri 11 33

3 Kontrakan 8 27

4 Lapak 9 30

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

Tabel di atas menyebutkan bahwa umumnya pengemis tinggal di

rumah milik sendiri. Jika hal ini dikaitkan dengan sistem mengemis seperti

10

Wawancara pribadi dengan bapak Abdullah, kamis 21 Agustus 2010 Pukul 15:00 WIB. 11

Wawancara Pribadi dengan bapak Karno, Senin 5 September 2010 Pukul 12:30 WIB.

Page 59: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

50

yang sudah dipaparkan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

mayoritas pengemis bekerja secara individual.

3. Usia Pengemis

Profesi pengemis dapat dijalankan oleh siapa saja mulai dari anak-

anak sampai lanjut usia. Seperti Rahmat, seorang anak laki-laki berusia 10

tahun bekerja sebagai pengemis. Setiap hari ia berdiri di tepi jalan dan

menghampiri setiap mobil atau motor yang melintas.12

Lain halnya dengan

mbok Tuti, seorang wanita berumur 61 tahun Setiap hari ia duduk di pinggir

jalan untuk meminta uluran tangan orang yang melintas.13

Lihat tabel

berikut:

Tabel 4.3

Data Usia Narasumber Pengemis

No Kelompok Usia f %

1 10 - 14 Tahun 2 7

2 15 - 19 Tahun 1 3

3 20 - 29 Tahun 5 17

4 30 - 44 Tahun 11 37

5 45 - 74 Tahun 9 30

6 75+ 2 7

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

Mayoritas pengemis berusia 35 tahun ke atas. Pada umumnya usia 35

12

Wawancara pribadi dengan Rahmat, Kamis 26 Agustus 2010 Pukul 08:00 WIB. 13

Wawancara pribadi dengan mbok Tuti, Kamis 26 Agustus 2010 Pukul 09:00 WIB.

Page 60: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

51

tahun atau lebih rata-rata sudah memiliki keluarga dan memiliki anak serta

istri yang harus dinafkahi.

3. Identitas Kelamin

Pekerjaan mengemis tidak hanya dilakukan oleh laki-laki. Banyak juga

wanita yang menggeluti pekerjaan tersebut. Himpitan ekonomi menjadi

alasan mendasar bagi para wanita melakukan pekerjaan itu. Berikut ini

adalah data identitas pengemis berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.4

Identitas Kelamin Narasumber pengemis

No Identitas Kelamin f %

1 Laki-laki 20 67

2 Perempuan 10 33

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa perbandingan pengemis laki-laki

dan perempuan adalah 2 : 1. Hal ini dikarenakan laki-laki memegang

tanggungjawab yang lebih besar dalam keluarga yaitu sebagai pencari

nafkah sedangkan perempuan yang menggeluti profesi mengemis dilandasi

alasan untuk membantu suami.

4. Rentang Waktu Mengemis

Pekerjaan mengemis tidak hanya dilakukan dalam jangka waktu yang

Page 61: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

52

singkat melainkan mingguan atau bulanan. Ada pengemis yang

menjalaninya sampai hitungan tahunan sebagaimana diungkapkan oleh

seorang pengemis yang bernama bapak Barco (50 tahun) mengatakan bahwa

ia sudah 4 tahun menjalani profesi sebagai pengemis, ia tidak bisa bekerja

lagi sejak tubuhnya terkena penyakit kusta dan tidak ada sanak saudara yang

tinggal bersamanya dan membiayai hidupnya, sehingga ia memilih menjadi

pengemis.14

Berikut ini adalah data mengenai rentang waktu menjadi pengemis.

Tabel 4.5

Data Rentang Waktu Mengemis

No Rentang Waktu f %

1 Di atas 10 tahun 0 0

2 6 – 10 tahun 6 20

3 1 – 5 tahun 6 20

3 1 – 11 bulan 10 33

4 Kurang dari seminggu 8 27

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

Sebagaimana telah disebutkan dalam tabel di atas bahwa mayoritas

pengemis sudah menjalani pekerjaan tersebut dalam jangka waktu di bawah

1 tahun, ada juga yang sudah menjalaninya di atas 5 tahun bahkan pekerjaan

mengemis ini sudah dijadikan sebagai profesi untuk menghasilkan uang.

14

Wawancara pribadi dengan bapak Barco, Saptu 3 September 2010 Pukul 10:10 WIB.

Page 62: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

53

5. Pekerjaan Sebelum Menjadi Pengemis

Sebelum menjadi pengemis, para pengemis mempunyai pekerjaan lain

dan ada pula yang belum bekerja. Pekerjaan sebelum menjadi pengemis

sangat beraneka ragam yaitu pengamen, tukang becak, petani, pemulung dan

ada juga yang pengangguran.

Rendi anak berusia 15 tahun sebelum menjadi pengemis ia bekerja

sebagai pengamen. Ia mengamen dari angkot ke angkot atau ke rumah-

rumah warga. Ia memilih berpindah profesi menjadi pengemis karena

menjadi pengemen sering kali bersaing dengan pengamen dewasa yang lebih

besar darinya dan sering kali ia “dipalak” atau dimintai uang sehingga ia

takut.15

Berbeda dengan ibu Sumarni (53 tahun), sebelum bekerja sebagai

pengemis ia adalah seorang pemulung. Ketika memasuki bulan Ramadhan ia

mengganti profesi sebagai pengemis karena profesi ini dianggap lebih

menguntungkan, tetapi setelah bulan Ramadhan usai ia kembali lagi bekerja

sebagai pemulung.16

Di bawah ini tabel pekerjaan narasumber sebelum

menjadi pengemis, sebagai berikut:

15

Wawancara dengan Rendi, Senin 30 Agustus 2010 Pukul 09:00 WIB. 16

Wawancara dengan ibu Sumarni, Senin 30 Agustus 2010 Pukul 09:20 WIB.

Page 63: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

54

Tabel 4.6

Data Pekerjaan Sebelum Menjadi Pengemis

No Jenis Pekerjaan f %

1 Pengamen 6 23

2 Tukang becak 5 17

3 Petani 8 27

4 Pemulung 4 13

5 Tukang parker 2 7

6 Belum bekerja 5 17

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas, narasumber memberikan jawaban yang

beragam. Hal ini menandakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan

sebelum menjadi pengemis pun merupakan pekerjaan yang berpenghasilan

sangat rendah.

6. Ajakan untuk Mengemis

Hubungan pengemis satu dengan yang lainnya terkadang masih ada

ikatan keluarga sehingga dorongan untuk menjadi pengemis terkadang

timbul karena ajakan keluarga. Hal ini sebagaimana yang dialami Dodi (15

tahun). Ia menjadi pengemis karena ajakan ibunya, ia menjelaskan bahwa:

”Saya menjadi pengemis diajak oleh ibu. Ibu saya juga

pengemis. Kata ibu, dari pada saya tidak ada kegiatan lebih

baik mengemis mendapatkan uang. Ibu juga mengajak adik

saya yang lain. Hasil dari mengemis diberikan kepada ibu

dan setengahnya dipakai untuk jajan”.17

17

Wawancara pribadi dengan Dodi, Jum‟at 27 Agustus 2010 Pukul 09:00 WIB

Page 64: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

55

Selain karena ajakan keluarga, dorongan mengemis pun bisa timbul

karena dorongan hati nurani atau keinginan sendiri. Kasus ini sebagaimana

diungkapkan oleh bapak Bejo (29 tahun): “tidak ada yang mengajak saya

menjadi pengemis. Profesi tersebut diambil berdasarkan hati nurani atau

keinginan sendiri tak ada dorongan dari siapapun”.18

. Lihat tabel berikut:

Tabel 4.7

Data Ajakan Untuk Mengemis

No Data Pelaku f %

1 Keluarga 10 33

2 Saudara 5 17

3 Tetangga 7 23

4 Keinginan sendiri 8 27

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

Berdasarkan data di atas umumnya narasumber menjadi pengemis

karena ajakan dari pihak keluarga. Bahkan terkadang semua anggota

keluarga berprofesi sebagai pengemis.

7. Jam Kerja Pengemis

Dalam menjalankan aktivitas sebagai pengemis, para pengemis

memulai aktivitasnya dengan waktu yang berbeda. Ada yang memulai sejak

matahari terbit, tetapi ada juga yang memulai ketika siang hari. Berikut ini

adalah data mengenai jam keberangkatan pengemis. Seperti diungkapkan

oleh Tarno (52 tahun):

“Saya biasa berangkat jam 9 pagi, karena saat itu keadaan sudah

ramai banyak orang yang melintas di jalan-jalan untuk

mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing”.

18

Wawancara dengan bapak Bejo, Sabtu 28 Agustus 2010 Pukul 10:00 WIB

Page 65: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

56

Tabel 4.8

Data Jam Kerja Narasumber

No Jam Keberangkatan f %

1 Pukul 6.00 5 17

2 Pukul 7.00 8 27

3 Pukul 8.00 7 23

4 Pukul 9.00 10 33

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas pengemis memulai aktivitas

sejak pukul 9 pagi. Keberangkatan kerja mereka disesuaikan dengan

keramaian di tempat mereka mengemis.

8. Status Perkawinan Pengemis

Mayoritas pengemis berstatus sudah menikah. Berikut ini adalah data

mengenai status perkawinan narasumber.

Tabel 4.9

Data Status Perkawinan Narasumber

No Status Perkawinan f %

1 Belum berkeluarga 5 17

2 Sudah berkeluarga 25 83

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

Page 66: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

57

Pekerjaan mengemis dilakukan karena desakan ekonomi, terlebih bagi

mereka yang sudah berkeluarga. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan

oleh bapak Oding (40 tahun):

”Saya sudah menikah dan punya anak. Anak dan istri jadi

tanggungan. Kalau tidak bekerja seperti ini mau dikasih

makan apa mereka. Bekerja apa saja yang penting bisa makan

sehari-hari”19

9. Daerah Asal Pengemis

Berbagai literatur menyebutkan, peningkatan jumlah penduduk

perkotaan sangat berpengaruh pada tingginya masyarakat pendatang yang

ingin berkarir di ibu kota. Datang ke kota dengan harapan dan angan-angan

mendapat pekerjaan yang menjanjikan di kota yang mengakibatkan serta

berpengaruh terhadap lingkungan pemukiman. Dalam hal ini bapak Hamdani

selaku ketua rukun tetangga (RT) menegaskan bahwa “banyak warga

pendatang yang telah terdaftar di RT ini antara lain berasal dari Cirebon,

Palembang, Lampung, dan Indramayu. Setiap bulannya ada saja warga

pendatang dan menetap di sini”.20

Lihat tabel asal daerah seperti berikut:

Tabel 4.10

Data Daerah Asal pengemis

No Daerah Asal f %

1 Penduduk asli 2 7

2 Pendatang 28 93

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

19

Wawancara pribadi dengan bapak Oding, 16 Agustus 2010 Pukul 15:00 WIB. 20

Wawancara dengan Bapak Hamdani, Selasa 12 Oktober 2010 Pukul 15:00 WIB.

Page 67: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

58

Berdasarkan data di atas mayoritas pengemis berasal dari luar daerah.

Mereka merantau ke kota dengan tujuan awal untuk memperbaiki taraf

hidup, namun yang terjadi sebaliknya, mereka hanya menjadi aib bagi

masyarakat.

10. Penghasilan Pengemis

Penghasilan pengemis per hari memang tidak dapat ditentukan sebab

penghasilan pengemis tergantung dari hasil sedekah yang didapatkan. Bapak

Damacon (40 tahun) menegaskan bahwa “penghasilan kadang-kadang bisa

sampai Rp. 30.000,-/hari, tetapi pada saat bulan puasa terkadang

pendapatannya meningkat bisa sampai Rp.. 40.000,- – Rp.. 50.000,-/hari”.21

Tabel 4.11

Data Pendapatan Pengemis Perhari

No Data Pendapatan f %

1 Rp.. 15.000,- 5 17

2 Rp.. 20.000,- 7 23

3 Rp.. 25.000,- 8 27

4 Rp.. 30.000,- 10 33

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

21

Wawancara pribadi dengan Bapak Damacon, Rabu 11 Agustus 2010 Pukul 08:00 WIB.

Page 68: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

59

Seperti data di atas umumnya pendapatan pengemis sebesar Rp.

30.000, - Bila pendapatan mereka rata-rata Rp. 30.000, - maka dalam

sebulan mereka mendapatkan penghasilan Rp. 900.000,-. Ini pendapatan satu

pengemis, bila istri dan anak-anaknya berprofesi yang sama, maka

pendapatan pengemis meruoakan suatu yang menakjukkan, maka pengemis

sebenarnya tidak dapat dikategorikan masyarakat miskin karena badan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)22

menetapkan untuk standar tahun 2008

bahwa masyarakat yang digolongkan miskin apabila pendapatan rata-rata per

orang sebulannya kurang dari Rp. 500.000,-.

Pada setiap bulan Ramadhan pendapatan pengemis meningkat bisa dua

kali lipat dari hari biasanya. Bila dalam sehari ia mendapatkan Rp. 30.000,-

maka bila bulan puasa meningkat menjadi Rp. 50.000,- kadang lebih.

Artinya bila sehari mendapatkan Rp. 50.000,- dalam sebulan terkumpul Rp.

1.500.000,- karena pada bulan Ramadhan setiap manusia ingin mendapatkan

pahala dan berkah dan ini merupakan lahan dan kesempatan para pengemis

untuk meraih keuntungan.

Namun jika suatu saat mendapat pekerjaan yang lebih baik dan lebih

mapan dari pengemis maka mereka pun akan beralih dan berhenti menjadi

pengemis.23

22

www.standar.pendapatan/masyarakat/miskin.com/2archive.html diakses pada tanggal 26

Oktober hari Jumat pukul 12:00 WIB

23 Wawancara pribadi dengan bapak Tomo, Senin 30 Agustus 2010 Pukul 09:00 WIB.

Page 69: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

60

11. Perasaan Menjadi Sorotan Masyarakat Banyak

Suasana bathin para pengemis saat menjalankan profesi sebagai

pengemis, tidak lagi mengendali rasa malu, nilai-nilai rasa malu dalam diri

mereka sudah tumpul. Rasa malu tidak lagi penting karena kebutuhan atau

perut lapar jauh lebih penting. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Armia

(42 tahun). Sebagai berikut:

“Awal menjadi pengemis malu, karena menjadi sorotan orang

banyak. Tetapi kebutuhan hidup lebih penting dan yang

menjadi pengemis juga banyak tidak usah malu lagi”.24

Tabel 4.12

Perasaan Menjadi Sorotan Masyarakat Banyak

No Perasaan f %

1 Malu 10 33

2 Tidak malu 20 67

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

Hinaan dan cacian dari masyarakat yang memandang sebelah mata

tidak lagi menjadi halangan para pengemis. Sebuah konflik bathin antara

kebutuhan dan norma dalam diri manusia, kebutuhan hidup menghilangkan

rasa malu di dalam diri mereka.

24

Wawancara pribadi dengan Armia, Jumat 26 November 2010 pukul 10:10 WIB

Page 70: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

61

12. Respon Pengemis tentang Peraturan Larangan Mengemis

Para pengemis sadar bahwa perilaku mereka tidak baik dan dilarang

oleh agama. Mereka sebenarnya tahu ada peraturan tentang larangan

mengemis di daerah Cikokol. Lihat tabel berikut:

Tabel 4.13

Pengetahuan Pengemis tentang Peraturan

No Tingkat Pengetahuan f %

1 Mengetahui 25 83

2 Tidak tahu 5 17

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

Peraturan tidak lagi momok menakutkan bagi mereka, buktinya

mereka tetap menjalankan profesi tersebut dan tidak peduli bahwa perilaku

melanggar aturan seperti yang diungkapkan oleh Subki (33 tahun) sebagai

berikut:

“Saya tidak peduli dengan peraturan yang ada. Ketika saya

lapar, apakah pemerintah atau orang yang melarang dan

memandang sebelah mata pekerjaan ini mau menolong kalau

saya dan keluarga saya lapar. Saya di sini bekerja. Inilah

pekererjaan saya, mengemis. “25

25

Wawancara pribadi dengan Subki, Jumat 18 November 2010 pukul 10:10 WIB

Page 71: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

62

Tabel 4.14

Tindakan Pengemis Menyikapi Peraturan

No Tingkat Ketaatan f %

1 Peduli 6 0%

2 Tidak peduli 24 100

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

Peraturan berfungsi sebagai norma hukum dalam mengontrol

perilaku masyarakat dalam bertindak. Tetapi sebagian masyarakat mengemis

tidak lagi patuh terhadap hukum yang ada, dengan melangar peraturan

tersebut masyarakat pengemis termasuk warga yang tidak patuh terhadap

aturan.

13. Pengalaman Tertangkap Saat Razia

Sebagian besar pengemis tidak pernah tertangkap saat menjalankan

profesi mengemis. Mereka menghindar dengan berlari dan bersembunyi

menghindari kejaran petugas. Hal ini diungkapkan oleh Wati (36 tahun)

sebagai berikut:

“Alhamdulillah saya tidak pernah tertangkap saat razia, karena

biasanya saya lari dan mengumpat dan berpura-pura seakan

saya bukan pengemis atau orang yang mereka cari”. Pengakuan

Wati berbeda dengan Rini (45 tahun) sebagai berikut:”saya

pernah ditangkap dan dibawa ke dinas sosial tetapi saya bisa

bebas dibantu suami saya dengan ada surat keterangan dari Rw

dan perjanjian tidak mengemis lagi. Lihat tabel berikut:

Page 72: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

63

Tabel 4.15

Pengalaman Tertangkap Saat Razia

No Alternatif Jawaban F %

1 Pernah 6 20

2 Tidak pernah 24 80

Jumlah 30 100

Sumber: Data Lapangan Tahun 2010

Pengalaman tertangkap petugas dan dikarantina tidak menjadi

ukuran untuk tidak kembali mengemis. Para pengemis tetap mengemis

seakan tidak takut tertangkap kembali.

B. Faktor-Faktor yang Melatar belakangi Budaya Mengemis pada Komunitas

Pengemis

Faktor-faktor yang melatar belakangi budaya mengemis sebagai berikut:

1. Tidak memerlukan modal: faktor yang melatar belakangi berpindah profesi

atau mobilitas sosial pekerja pengemis yaitu tidak memerlukan modal, hanya

membutuhkan gelas bekas atau mangkok bekas sebagai alat untuk meletakan

uang pemberian orang. Hal ini diungkapkan oleh mbo Kana (52 tahun)

sebagai berikut:

”Pekerjaan ini mudah tidak perlu modal uang atau modal lainya.

Saya cukup memakai gelas bekas peralatan rumah yang sudah

bocor dan memang tidak terpakai lagi. Kadang saya juga

menggunakan gelas bekas minuman mineral yang diambil dari

pembuangan sampah”.26

26

Wawancara pribadi dengan mbo Kana, Minggu 22 Agustus 2010 Pukul 10:25 WIB.

Page 73: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

64

2. Mudah dan tidak memerlukan keterampilan. Siapa saja bisa melakukan

pekerjaan mengemis, hanya dengan menadahkan tangan kepada setiap orang

melintas di jalan. Ibu Aminah (35 tahun) mengungkapkan “saya tidak pernah

sekolah dan tidak mempunyai kemampuan dalam bidang apapun, makanya

pekerjaan ini menjadi pilihan karena tidak sulit”.27

Pekerjaan ini kadang harus

menampilkan wajah kesedihan agar orang lain iba dan kemudian memberi

uang.

3. Karena tidak ada pekerjaan lain. Pekerjaan pengemis adalah pekerjaan

alternatif terakhir karena tidak ada pekerjaan lainnya. “Lowongan pekerjaan

untuk menjadi pengemis terbuka kapan pun bagi seseorang yang

menginginkanya, tanpa ada syarat yang mutlak layaknya melamar di

perusahaan yang memerlukan syarat yang sangat rumit dan tes yang

merumitkan”.28

4. Tidak ada yang mengatur. Bebas terkendali mungkin itulah motto yang

relevan bagi komunitas pengemis. Pergi dan pulang kerja jam berapa pun

mereka sendiri yang mengatur. “Pekerjaan mereka tidak diatur oleh suara

bunyi bel yang mengatur mereka masuk, istirahat dan keluar dari

pekerjaan”.29

5. Penghasilan menarik. Pendapatan mengemis tidak berjauh berbeda dengan

mereka yang bekerja di pabrik-pabrik dalam hitungan hari. Perbedaannya

27

Wawancara pribadi dengan Ibu Aminah, Selasa, 24 Agustus 2010, Pukul 15:30 WIB. 28

Wawancara pribadi dengan bapak Tarno, Kamis, 26 Agustus 2010, Pukul 09: 20 WIB. 29

Wawancara dengan bapak Mail, Senin, 30 Agustus 2010, Pukul 11:00 WIB.

Page 74: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

65

mereka yang bekerja di pabrik-pabrik pekerjaannya lebih berat dan

memerlukan tenaga yang banyak seperti yang disampaikan oleh bapak Bejo

(29 tahun) “dari pada narik becak dah capek kadang penumpang tidak

memberi tarif yang sesuai, sedang pengemis hanya duduk di tepi jalan sudah

dapat uang”.30

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh ibu Wati” (36 tahun)

pekerjaan ini lumayan hasilnya daripada nyuci di komplek dengan gaji

200.000 rupiah per bulan belum lagi terkena marah karena mencucinya tidak

bersih”.31

Pengemis tidak memerlukan tenaga yang kuat karena hanya duduk

santai menunggu keibaan orang lain.

C. Profesi Mengemis dalam kajian Antropologi Hukum dan Hukum Islam

Sebagaimana telah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya bahwa

mengemis sudah menjadi profesi bagi sebagian masyarakat Cikokol (pribumi

maupun pendatang). Namun, sebagian besar pengemis yang ada di Cikokol

adalah masyarakat pendatang dari luar daerah seperti dari Cirebon, Lampung,

Palembang, Indramayu, dll.

Kesulitan ekonomi yang mereka alami di daerah asal, membuat mereka

berbondong-bondong merantau ke kota-kota besar khususnya ke daerah

JABODETABEK. Fenomena ini dapat ditemukan setiap hari raya besar umat

Islam yaitu Idul Fitri. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, setiap

30

Wawancara pribadi dengan bapak Bejo, Sabtu, 28 Agustus 2010, Pukul 10:00 WIB. 31

Wawancara pribadi dengan ibu Wati, Senin, 23 Agustus 2010, Pukul 10:00 WIB.

Page 75: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

66

menjelang hari raya Idul Fitri ada rutinitas mudik. Acara mudik atau lebih

dikenal dengan istilah pulang kampung dijadikan suatu moment untuk mengajak

saudara yang lainnya bekerja di kota dengan iming-iming merantau ke kota akan

dapat merubah nasib hidup. Harapan dan keinginan yang kuat untuk

memperbaiki taraf hidup membuat mereka berani untuk merantau ke Jakarta

walaupun belum tahu apa yang akan mereka lakukan dan dimana mereka akan

bekerja.

Harapan dan keinginan para urban untuk memperbaiki hidup di kota

ternyata tidaklah semudah dengan apa yang mereka bayangkan sebelumnya.

Tanpa adanya skill khusus dan jaringan relasi yang kuat membuat mereka

tersisihkan dari dunia pekerjaan sedangkan untuk kembali ke kampung asal

tentunya akan membuat mereka malu.

Menjadi pengemis bukanlah pilihan yang diharapkan. Namun, demi

menyambung hidup di kota dengan biaya hidup yang lebih mahal dari kampung,

membuat mereka rela untuk melakoni hidup sebagai pengemis. Perasaan malu

dan hina tentunya mereka alami. Berbagai cibiran, cacian, dan hinaan mereka

dapatkan juga. Namun, itu semua tidak menghalangi hasrat mereka untuk

menadahkan tangan menunggu belas kasih orang lain bahkan ada beberapa

oknum yang memanfaatkan kegiatan mengemis sebagai sarana untuk meraup

keuntungan. Sebagaimana diungkapkan oleh bapak Marno (45):

Page 76: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

67

“Saya udah cape jadi buruh. Kerjaannya berat tapi gajinya

kecil. Akhirnya saya mencoba jadi pengemis. Setelah saya

jalanin, ternyata mengemis itu menguntungkan. Kerjaannya

cuman duduk sambil menadahkan tangan tapi dapat uangnya

lumayan juga. Apalagi kalau pas hari besar separti idul fitri dan

idul adha”.32

Budaya hukum berasal dari budaya perasaan yaitu persaan malu,

perasaan terhormat, perasaan wajar dan tidak wajar. Nilai-nilai adalah tanda

tanda tingkah laku seseorang dalam bertindak yang di sebut norma. Rasa malu

mengatur tingkah laku seseorang dalam berperilaku. Kebiasaan-kebiasan tidak

baik ketika melembaga itu diangap suatu yang wajar.

Rasa malu atau nilai-nilai yang lahir dari hati manusia yang seharusnya

menjadi sebuah kontrol, semakin lama semakin menipis. Hal ini dapat menjadi

salah satu penyebab timbulnya krisis moral pada umat manusia. Hukum yang ada

tak berarti lagi karena menurut mereka hukum bukan harga mati. Budaya

mengemis ini lahir karena hilangnya budaya malu pada diri pengemis.

Agama Islam sangat menjunjung tinggi akhlak. Oleh karena itu nabi

Muhammad diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Karena dengan akhlak mulia manusia menjadi terhormat. Salah satu contoh

akhlak mulia adalah selalu menjadi tangan yang di atas, sebagaimana sabda nabi

Muhammad, “tangan di atas lebih baik dari tangan yang di bawah” (H.R.

Bukhori). Hadist nabi tersebut seharusnya dijadikan pedoman untuk selalu

berusaha menjadi manusia yang senantiasa memberi.

32

Wawancara pribadi dengan bapak Marno, Sabtu, 25 Agustus 2010, pukul 10:00 WIB.

Page 77: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

68

Namun, norma agama tersebut tidaklah diindahkan oleh komunitas

pengemis. Mereka tetap menikmati pekerjaannya tersebut. Di sini lain, hadist di

atas bisa menjadi magnet bagi masyarakat lainnya yang mempunyai kelebihan

harta. Pahala dan surga yang dijanjikan agama bagi mereka yang saling

mengasihi dan memberi serta yang memperbanyak shadaqah membuat para

dermawan selalu mengulurkan tangan pada pengemis yang menadahkan tangan.

Hal ini, tentunya dapat menjadi keuntungan tersendiri bagi para

pengemis. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa penghasilan

pengemis yang rata-rata di atas Rp. 20.000,-/hari sudah dapat untuk memenuhi

kehidupan mereka sehari-hari sehingga menjadikan mereka malas bekerja dan

menggantungkan hidup mereka dari belas kasih orang lain.

Melihat fenomena di atas penulis ingin mempersinggung dengan kaidah

hukum islam yang di sebut dengan al’adatu muhakamat (kebiasaan atau tradisi

bisa menjadi hukum ) yang mana kaedah-kaedah itu terbangun kuat diatas ayat-

ayat al-quran dan hadist.

Islam adalah agama dan cara hidup berdasarkan syari‟at Allah yang

terkandung dalam kitab Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Setiap orang

yang mengintegrasikan dirinya kepada Islam wajib membentuk seluruh hidup

dan kehidupannya berdasarkan syari‟at yang termaktub dalam Al-Qur‟an dan

As-Sunnah. Hal tersebut sebagaimana diungkap oleh Yusuf Qardhawi, syari‟at

Ilahi yang tertuang dalam Al-Qur‟an dan Sunnah merupakan dua pilar kekuatan

Page 78: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

69

masyarakat Islam dan agama Islam merupakan suatu cara hidup dan tata sosial

yang memiliki hubungan integral, utuh menyeluruh dengan kehidupan idealnya

Islam ini tergambar dalam dinamika hukum Islam yang merupakan suatu hukum

yang serba mencakup.33

Dalam Islam ada istilah maqasid syariah, yang bermaksud dan bertujuan

pensyariatan dalam islam. Untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang

peringkat maqasid syariah ada lima pokok yakni, agama, jiwa, akal, keturunan,

dan harta, yang berdasarkan pada tingkat kepentingan atau kebutuhan masing-

masing, yaitu:

Memelihara agama, bagi sebagian dari kalangan pengemis agama tidak

terlalu diperhatikan, karena mereka hanya melihat kepada kehidupan duniawinya

semata. Padahal agama mengajarkan hal-hal yang baik dan tidak pernah

mempersulit hambanya. Lalu memelihara jiwa (hifz an-Nafs) seperti

pensyariatan kewajiban memenuhi kebutuhan pokok hidup berupa makanan

untuk mempertahankan hidup. Bagi pengemis yang mungkin pekerjaannya itu

adalah suatu propesi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka hal itu

dibolehkan, karena bila kebutuhan itu diabaikan akan berakibat terancamnya

eksistensi bagi jiwa si pengemis. Memelihara akal (Hifz al-„Aql), seperti

dianjurkannya menuntut ilmu pengetahuan, apabila aktifitas ini dilakukan oleh

setiap manusia maka tidak akan merusak akal, namun sebaliknya jika hal ini

33

Yusuf Qardhawi, Malamih Al-Mujtama Al-Muslim Alladzi Nansyuduhu (Maktabah:

Wahbah, Kairo, 1993)h, 151.

Page 79: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

70

diabaikan maka akan merusak dan mempersulit pola pikir mereka. Seperti halnya

bagi pengemis yang meminta-minta hanya untuk kebutuhan hidupnya tanpa ingin

melakukan hal positif atau hal yang lebih bermanfaat lagi ini sangat merusak

pola bagaimana mereka memahami hidup itu, padahal banyak kegiatan yang

membuat mereka manfaat dari pada mengemis tersebut. Memelihara keturunan

(Hifz al-Nasl), hal ini sangat penting sekali dalam Islam karena keturunan akan

membawa nama baik martabat. Dari sebagian para pengemis kebanyak

melahirkan keturunan-keturan yang nantinya mereka akan mengikuti orang

taunya yang sebelumnya menjadi pengemis. Ini yang akan menyebabkan turunya

moral bagi aga Islam jika keturunan mereka tidak dijaga dengan baik.

D. Penegakan Hukum Yang Mengatur kegiatan Mengemis

1. Perda

Untuk menghilangkan atau meminimalisasi pengemis dan pemulung,

Dinas Sosial Kota Tangerang tengah menyiapkan regulasi berupa peraturan

daerah (Perda) tentang pembinaan pengemis dan pemulung. Hal ini disampaikan

oleh Trisna Wijaya, Humas pemerintahan kota Tangerang kepada penulis.

Menurutnya, perda ini tidak hanya mengatur pembinaan, akan tetapi juga akan

mengatur pelarangan kepada masyarakat untuk memberi uang kepada pengemis.

Masyarakat akan diajak untuk terbiasa memberi uang melalui lembaga-lembaga

Page 80: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

71

resmi. Dalam Perda ini juga akan diatur sanksi bagi yang memberi uang kepada

pengemis. Regulasi ini masih dalam tahapan internal.34

Para pengemis yang melakukan aksi mereka di perempatan lampu merah

dan memasuki kompleks perumahan dan perkantoran sudah dianggap merusak

pemandangan dan keindahan kota. Untuk menertibkan para pengemis,

pemerintah kota Tangerang melakukan razia atau operasi penertiban pengemis

setiap akhir pekan. Bagi pengemis yang tertangkap mereka akan dipulangkan ke

daerah asalnya.35

Nampaknya, usaha yang dilakukan oleh Pemkot Tangerang untuk

menertibkan pengemis belum membuahkan hasil yang maksimal. Sampai saat

ini, di kota Tangerang, khususnya di perempatan lampu merah, lokasi-lokasi

keramaian seperti mall dan terminal serta di halaman perkantoran masih sering

dijumpai para pengemis dengan berbagai macam aksinya.

Selain itu, masyarakat pun masih banyak yang merasa iba kepada mereka

dan mengasihi mereka dengan memberikan santunan uang “sedekah” yang dapat

menjadi pendapatan bagi mereka. Sebagaimana telah dijelaskan dalam sub bab

sebelumnya bahwa pendapatan dari hasil mengemis berkisar antara Rp. 15.000,-

Rp. 50.000,-/ hari atau sekitar Rp. 450.000,- – Rp. 1.500.000,-/ bulan. Ini

34

Wawancara pribadi dengan bapak Trisna Wijaya, Senin, 22 November 2010, pukul 13.00

WIB.

35 Wawancara pribadi dengan bapak Trisna Wijaya, Senin, 22 November 2010, pukul 13.00

WIB.

Page 81: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

72

merupakan pendapatan yang cukup besar sehingga hal inilah yang menjadi salah

satu faktor keberadaan mereka sulit dihilangkan.

2. Hukum Islam

Menurut teori hukum Islam (Ushul Fiqh), hukum Islam terbentuk atas 4

(empat) landasan yaitu Al Qur‟an dan Sunnah (landasan materiil), Ijma‟ (landasan

formal), dan Qiyas (aktivitas penyimpulan analogi yang efisien).

Dalam lingkungan masyarakat Islam sendiri berlaku 3 (tiga) kategori hukum,

yaitu:

Hukum Syariat (terdapat dalam Al Qur‟an dan Hadits) yang berkaitan

dengan perbuatan subyek hukum, berupa melakukan suatu perbuatan memilih

atau menentukan sesuatu sebagai syarat, sebab, atau penghalang;

Fiqh (Ilmu atau hasil pemahaman para ulama mujtahid) tentang hukum-hukum

syara‟ yang bersifat perbuatan yang dipahami dari dalil-dalilnya yang rinci;

Siyasah Syar‟iah (kewenangan Pemerintah/peraturan perundang-undangan) untuk

melakukan kebijakan yang dikehendaki kemaslahatan melalui aturan yang tidak

bertentangan dengan agama, meskipun tidak ada dalil tertentu.

Dalam pokok ajaran Islam ada beberapa hal yang melarang pengemis itu dijadikan

profesi, diantaranya ialah:

Page 82: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

73

a. Haram

Secara istilah haram ialah sesuatu yang apabila dikerjakan akan

mendapat dosa dan apabila ditinggalkan ia akan pemperoleh pahala. Bagi

pengemis yang melakukan pekerjaan itu setiap hari memang sudah menjadi

kebiasaannya, namun banyak pandangan dari sebagian orang hal itu sangat

hina. Mengemis bisa haram hukumnya jika dari sebagian mereka hanya untuk

memanfaatkan harta dari orang lain. Dan juga untuk memperkaya diri semata,

sedangkan ia mampu untuk melakukan pekerjaan lainnya. Dalam qaidah

fiqhiya dijelaskan

Apa saja yang dilakuakan, maka haram pula memintanya, apa pun yang

hukumnya haram dilakukan, memintanya kepada orang lain juga haram

hukumnya. Sebab tindakan tersebut berarti mengajak untuk melakukan

sesuatu yang diharamkan.

b. Mubah

Dalam arti luas mubah ialah boleh mengerjakan dan boleh

meninggalkan hal yang tidak diharamkan syari. Kaitannya dalam hukum

mengemis yang dijadikan sebagai profesi bisa mubah, apabila si pelaku

mengalami cacat yang tidak mungkin ia bisa melakukan pekerjaan yang lain,

atau bagi mereka yang sudah tidak memiliki apa-apa lagi maka jalan

mengemis bisa mubah hukumnya bagi mereka. Dalam qaidah fifhiyah

dijelaskan, apa yang dibolehkan karena darurat, hendaknya dilakukan dalam

ukuran sekedarnya.

Page 83: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

74

Bahwa dalam suatu kemudhartan atau bahaya harus di cegah dan dihilangkan,

dalam kaedah ini di tegaskan dalam upaya pencegahan terhadap bahaya atau

mudorat tersebut harus di sesuaikan dengan kadar kebutuhan, tidak boleh

lebih. Artinya, tindakan pencegahan tidak boleh melebihi kadar kebutuhan

yang semestinya.

Page 84: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis memaparkan mengenai, mengemis sebagai profesi tinjauan

antropologi hukum pada masyarakat Cikokol kota Tangerang berdasarkan hasil

pengamatan, penelitian, wawancara dan analisa, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan penelitian yaitu :

1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi budaya mengemis di daerah Cikokol ini

yaitu : A. Tidak memerlukan modal: faktor yang melatarbelakangi berpindah

profesi atau mobilitas sosial pekerja pengemis yaitu tidak memerlukan modal,

hanya membutuhkan gelas bekas atau mangkok bekas sebagai alat untuk

meletakan uang pemberian orang. B Mudah tidak memerlukan keterampilan :

siapa saja bisa melakukan pekerjaan mengemis, hanya menadahkan tangan

kepada setiap orang melintas dijalan dan menampilkan wajah kesedihan agar

orang lain iba dan kemudian memberi uang. C. Karena tidak ada pekerjaan

lain: Pekerjaan pengemisa dalah pekerjaan alternatif terakhir karena tidak ada

pekerjaan lainnya. Lowongan pekerjaan untuk menjadi pengemis terbuka

kapan pun seseorang menginginkanya. Tanpa ada syarat yang mutlak layaknya

melamar di perusahaan yang memerlukan syarat yang sangat rumit dan tes

yang merumitkan. D Tidak ada yang mengatur : Bebas terkendali mungkin

itulah motto yang relevan bagi komunitas pengemis. Pergi dan pulang kerja

Page 85: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

76

jam berapa pun mereka sendiri yang mengatur. Pekerjaan mereka tidak di atur

oleh suara bunyi bel yang mengatur mereka masuk dan istirahat dan keluar dari

pekerjaan. E Penghasilan menarik : pendapatan mengemis tidak berjauh

berbeda dengan mereka yang bekerja di pabrik-pabrik dalam hitungan hari

bedanya mereka yang yang bekerja dipabrik-pabrik pekerjaanya lebih berat

dan memerlukan tenaga yang banyak tetapi pengemis tidak memerlukan tenaga

yang kuat karna hanya duduk santai menunggu keibaan orang lain.

2. Dalam pandangan Antropologi hukum, Pekerjaan mengemis sudah dijadikan

profesi oleh sebagian masyarakat,rasa malu atau nilai-nilai yang lahir dari hati

manusia yang seharusnya menjadi sebuah control, semakin lama semakin

menipis.halnya ini dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya krisis moral

pada diri umat manusia.hukum yang ada tak berarti lagi. Karena menurut

mereka hukum bukan harga mati. Budaya mengemis ini lahir karena hilangya

budaya malu pada diri pengemis.

3. Dalam menegakkan peraturan mengenai kegiatan mengemis, pemerintah kota

tangerang telah berusaha menghilangkan para pengemis yang ada dijalan-jalan,

mall, di depan perkantoran dengan melakukan razia setiap pecan, tetapi usaha

besar pemerintah belum berhasil maksimal,karena hal itu tidak membuat jera

para pengemis.para pengemis sulit dihilngkan karena pendapatan pengemis

menguntungkan.

Page 86: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

77

B. Saran –saran

1. Kepada pemerintah kota Tangerang untuk tetap mengadakan razia dan hasil

dipakai untuk memilah-milah pengemis, terutama dipisahkan pengemis yang

memupunyai motivasi untuk beralih pekerjaan. Pembinaan tetap dilakukan

dengan berusaha menyentuh keserasian pemenuhan kebutuhan material dan

spiritual serta keserasian pemenuhan kebutuhan jangka pendek dan

jangkapanjang.

2. Kepada masyarakat agar memilih-milih dalam memberi kepada pengemis

karena ada pengemis yang benar-benar membutuhkan bantuan kita dan ada

juga yang pura-pura mengemis setiap receh yang kita berikan kepada para

pengemis membuat mereka betah menengadahkan tangannya kepada orang

lain. Sedekah yang kita berikan, malah membuat pengemis semakin

tergantung. Ujung-ujungnya, mereka akan menjadikan kegiatan mengemis

sebagai mata pencahariaannya atau sebagai profesi. Dalam hal ini bukan

kemiskinan yang menjadi alasan, tetapi budaya pada diri masyarakat itu

sendiri yang berfikir bahwa mengemis adalah profesi yang menguntungkan.

Page 87: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

78

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nurul dan Philipus. Sosiologi dan Politik, Jakarta:PT. Raja Grafindo

Persada, 2006

Al-Qordhoi, Yusuf. Halal Haram Dalam Islam. Jakarta: Akbar Media Eka

Sarana, 2004.

------------------------. Problema Kemiskinan Apa konsep Islam? Cet. II,

Surabaya :PT Bina Ilmu Offset, 1982.

An-Nasai’, Sunan an-Nasai’, Bairut: Dar Ihya at-Thuros al-Arabi, tth

Darwin, Sudarman. menjadi peneliti kualitatif. Bandung: Cv pustaka setia,

2002.

Djokroamidjojo, Bintoro. Teori dan Stategi Pembangunan Nasional,cet.VI

Jakarta: PT. Indayu Press, 1988.

Friedman, Lawrence M. System Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Bandung:

Nusa Media.2009.

http// www.jawapos.co.id/metropolis/indeks/php/acd,detail,5773 diakses

pada tanggal 2 januarai 2009.

http//.www. pnddk/mskn /antaranew/ipcd.htm diambil pada tanggal 6 agustus

2010.

http//www.pengemis.com/17-ribu-pengemis-raup-rp-229-miliar-perbulan.htm

diambil pada tanggal 6 agustus 2010.

Page 88: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

P a g e | 79

Hutabarat, Sns.s .Masalah pertambahan penduduk, Bandung: Lembaga

Penelitian Pendidikan Kependudukan Intitut Keguruan dan Pendidikan

IKIP Bandung.

Iqbali, Santono. “Gelandangan-pengemis di Kecamatan Kubu Karang

Asem,”. Artikel diakses pada 3 Agustus 2009 dari

http//ejurnal.unud.ac.id/abstarak/naskah.pdf.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropolog. Jakarta, Aksara Baru, 1980.

Koyano, Shogo. Pengkajian Tentang Urbanisasi di Asia Tenggara,

Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996.

Marzali, Amri Antropologi dan Pembangunan Indonesia, Cet.II, Jakarta :

Kencana Prenada Media Group, 2005

Masinabow,E.K.M. Hukum dan Kemajmukan Budaya, Sumbangan Karangan

Untuk Menyambut Hari Ultah Tahun Ke-70 prof.T.O. I hromi. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2000.

Media Cetak Koran Tempo Tanggal 26 September 2010

Muliadi Nur, Perilaku Hukum http://pojokhukum.blogspot.com

Nurjaya, Nyoman. Pengeloaan Sumber Daya Alam Dalam Perfektif

Antropologi Hukum, Jakarta:Prestasi Pustaka Publiser, 2008

Partant, Pius A. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola,1994.

Pasudi, Suparlan. Kemiskinan diperkotaan Studi Antropologi

perkotaan,cet.III, Jakarta :Yayasan Obor Indonesia 1995.

Page 89: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

P a g e | 80

Polhaupessy, Leornard F. Prilaku Manusia Pengantar Singkat Tentang

Psikologi, Penerjemah Samsunuwijayati, dkk. Bandung: Reflika

Aditama, 2006.

Poloma, Margaret M. Sosiologi Kontenporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2000.

Pudjiwati, Sajogyo. Sosiologi Pedesaan. Jogjakarta : Gadjah Mada Universty

Press ,2002.

Qorashi, Baqir Syarif. Keringat Buruh Hak dan Peran Bekerja dalam Islam,

Jakarta: Al-Huda, 2007.

Ramayulis. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: PT. Kalam Mulia, 2002.

Saebani, Beni Ahmad. Sosiologi Hukum, Bandung: Putaka Setia, 2007.

Sanusi, Ahmad. Agama ditengah Kemiskinan Refleksi atas Pandangan Islam

dan Kristen dalam Perfektif Kerjasama antar Umat Seragama. Jakarta

: Logos, 1999.

Sasono, Adi. Masalah Kemiskinan dan Fatalisme, dalam sri Edi Swasono,

ed, Sekitar Kemiskinan dan Keadilan : Dari Cendiawan Kita Tentang

Islam. Jakarta : Ui Press, 1987.

Soekanto, Soerjono. Hukum Adat Indonesia, Jakarta, PT Raja Grafindo

Persada, 2003.

Soeradji, Budi. “Fenomene Kemiskinan di Indonesis Pasca Pjpti” Dalam

Hady Prawoto, ed.,Seminar sehari Pengetasan Kemiskinan dan

Page 90: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

P a g e | 81

Kesenjangan Pemerataan Hasil Pembangunan, 24 juli 1993 Jakarta

:Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.

Sudjangi, Pengkajian Model Pendekatan Agama Dalam Pengetasan

Kemiskinan Melalui Jalur Agama, Dalam Nurhayati Djamas ed.

Model Pengentasan Kemiskinan Melalui Jalur Agama. Jakarta:

Departemen Agama RI, 1997.

Sukanto, Surjono. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2000.

Sumardi, Mulyanto Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, cet,II Jakarta:CV.

Rajawali, 1982

Syarif, “ Pengemis dalam Perfektifs Al-Hadist (Analisis Kritis Hadis-hadist

Haq al-sail Dala Kitab Sunsan Abi Daud),” (Skripsi S1 Fakultas

Usulludin , Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

Warson, Ahmad. Al-munawwir :Kamus Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka

Progresif, 1970

Wawancara dengan Bapak Oding, 16 agustus 2010 pukul 15:00 WIB

Wawancara dengan Bapak Barco, saptu 3 september 2010 pukul 10:10 WIB

Wawancara dengan Bapak Adin, rabu 18 agustus 2010 pukul 16:00 WIB

Wawancara dengan Bapak Karno, Senin 5september 2010 Pukul 12:30 WIB

Wawancara dengan Bapak Mihar, 28 agustus 2010 pukul 10:00 WIB

Wawancara dengan Ibu Aminah, jum’at 20 agustus 2010 pukul 17:00 WIB

Wawancara dengan mbo Tuti, kamis 26 agustus 2010 pukul 09:00 WIB

Page 91: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

P a g e | 82

Wawancara dengan Rahmat, kamis 26 agustus 2010 pukul 08:00 WIB

Wawancara dengan ibu Armia, minggu 29 agustus 2010 pukul 16:00 WIB

Wawancara dengan ibu Sumarni, senin agustus 2010 pukul 09:20 WIB

Wawancara dengan Karno, minggu 5 september 2010 pukul 12:00 WIB

Wawancara dengan Bapak Abdullah,kamis 21 agustus 2010 pukul 15:00 WIB

Wawancara dengan Bapak Amin ,rabu 25 agustus 2010 pukul 09:20 WIB

Wawancara dengan Bapak Bejo sabtu 28 agustus 2010 pukul 10:00 WIB

Wawancara dengan Bapak Damacon rabu 11 agustus 2010 pukul 08:00 WIB

Wawancara dengan Bapak Gino, minggu 22 agustus 2010 pukul 15.00 WIB

Wawancara dengan Bapak Hamdani,selasa 12 oktober 2010 pukul 15.00 WIB

Wawancara dengan Bapak Karno, Senin 5 September 2010 Pukul 12:30 WIB

Wawancara dengan Bapak Karno, Senin 5september 2010 Pukul 12:30 WIB

Wawancara dengan Bapak Mail, senin 30 agustus 2010 pukul 11:00 WIB

Wawancara dengan Bapak Mihar, minggu 5 september 2010 pukul12.30 WIB

Wawancara dengan Bapak Sholeh, Rabu 1 september 2010 pukul 11.00 WIB

Wawancara dengan Bapak Simpen, rabu 1 september 2010 pukul 10.00 WIB

Wawancara dengan Bapak Tarno kamis, 26 agustus 2010 pukul 09: 20 WIB

Wawancara dengan Bapak Tomo, senin 30 agustus 2010 pukul 09:00 WIB

Wawancara dengan dengan Rendi, senin 30 agustus 2010 pukul 09:00 WIB

Wawancara dengan Ibu Aminah selasa, 24 agustus 2010 pukul 15:30 WIB

Wawancara dengan ibu nisa, Sabtu, 5 september 2010 pukul 10.00 WIB

Wawancara dengan ibu Sumiati, saptu 28 agustus 2010 pukul 15:00 WIB

Page 92: MENGEMIS SEBAGAI PROFESI (Tinjauan Antropologi Hukum … · dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen. ... allah

P a g e | 83

Wawancara dengan ibu Wati senin, 23 agustus 2010 pukul 10:00 WIB

Wawancara dengan mbo Kana, minggu 22 agustus 2010 pukul 10:25 WIB

Wawncara dengan Dodi, jum’at 27 agustus 2010 pukul 09:00 WIB

Yafie, Ali. Nuansa Fiqih SoSial. Bandung :Mizan, 1995.

---------------.Islam dan Problema Kemiskinan. Jakarta : Pesantren P3M, 1986.

Yaqub, Haman .etos kerja islam petunjuk pekerjaan yang halal dan haram

dalam syariat islam, Jakarta: cv pedoman ilmu jaya, 1992.

Yuwono, Sutopo. Kebijaksanaan Pekerjaan dan Masalah Angkatan kerja

serta Pengaruhnya bagi Pelakssanaan Pembangunan, Jakarta: PT.

Lembaga Sarana Informatika, 1985.