mengawal demokrasi di kabupaten tegal · badan pengawas pemilihan umum kabupaten tegal iv sambutan...

195
I MENGAWAL DEMOKRASI Di Kabupaten Tegal

Upload: others

Post on 21-Feb-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

I MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

II

Ikbal FaizalHarpendi Dwi Pratiwi

Sri AnjarwatiBuhori Muslim

IstibsarohMualifatun

Khaerozyah UlfaKokoh Junia Khotama

Abdi Mulyawan

III MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

MENGAWAL DEMOKRASI DI KABUPATEN TEGAL

184 Halaman ; 14,8 x 21 cm

ISBN : 978-623-92060-0-0

Editor : Zhientian Aldianto Pratama

Diterbitkan :

BAWASLU KABUPATEN TEGAL

Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Tegal

Jl. Merak No.1B, Slawi Kulon, Kecamatan. Slawi, Tegal, Jawa Tengah 52419

Cetakan Pertama November 2019

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

IV

SAMBUTAN

KETUA BAWASLU PROVINSI JAWA TENGAH

Salah satu kelemahan organisasi atau lembaga adalah ketidakmampuan mendokumentasikan segenap aktivitas yang telah dijalankan. Padahal kegiatan tersebut terkadang sangat penting untuk dipahami dan dibaca ulang oleh publik. Kegiatan kePemiluan dan pengawasan Pemilu jelas adalah salah satu peristiwa penting yang semestinya tercatat dan terkabarkan dengan baik.

Bawaslu Provinsi Jawa Tengah menyadari hal tersebut, dan oleh karenanya mendorong seluruh jajaran pengawas Pemilu di Jawa Tengah untuk membiasakan diri menuliskan setiap kegiatan yang telah dilakukan dan kemudian pada bagian akhir pengawasan membuat catatan utuh dalam sebuah buku yang berisi hasil-hasil dan evaluasi pengawasan.

Pemilu serentak yang dilaksanakan pertama kali pada tahun 2019, adalah sekaligus yang pertama kali diawasi oleh Bawaslu Kabupaten/Kota yang bersifat tetap. Publik berhak untuk mengetahui apakah keberadaan pengawas Pemilu yang bersifat tetap tersebut memberikan dampak yang signifikan bagi kegiatan pengawasan dan peningkatan kualitas Pemilu di tanah air. Dan bagi Bawaslu Kabupaten/Kota mandat dari Undang-Undang No.7 Tahun 2017 tersebut sekaligus menjadi amanat yang harus dikerjakan secara paripurna.

Bawaslu Kabupaten Tegal sebagai bagian pengawasan nasional oleh Bawaslu, turut berkontribusi memberikan informasi hasil pengawasan kepada publik dengan menghaturkan berbagai capaian kepengawasan. Hasil penindakan yang pernah dilakukan, peranan Pengawas TPS, pengawasan pemungutan suara ulang, bahkan analisis terhadap hasil Pemilu dan keterwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Tegal menjadi bagian beberapa catatan dan evaluasi dalam buku yang dikemas dalam gaya penulisan yang cukup serius.

Buku tersebut diharapkan dapat memberikan sekilas gambaran peranan Bawaslu Kabupaten Tegal dalam mengawal Pemilu serentak tahun 2019. Catatan-catatan lain tentu masih banyak tersebar dalam berbagai

V MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

dokumen pengawasan, upaya pencegahan dan langkah-langkah tegas penindakan. Tidak berlebihan kiranya jika selanjutnya Bawaslu Kabupaten Tegal menerbitkan buku “Mengawal Demokrasi” Pemilu serentak 2019 ini sebagai bagian pertanggungjawaban kinerja kepada masyarakat.

Ketua Bawaslu Provinsi Jawa Tengah

M. Fajar Saka

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

VI

KATA PENGANTAR

KETUA BAWASLU KABUPATEN TEGAL

Alhamdulillah saat ini telah hadir di antara kita sebuah buku tentang pemilihan umum (Pemilu). Buku yang secara khusus memaparkan seputar Pemilu Tahun 2019 di Kabupaten Tegal ini, hadir untuk masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Kabupaten Tegal. “Mengawal Demokrasi di Kabupaten Tegal” sebagai judul buku terkandung maksud untuk menyampaikan seputar dinamika penegakkan demokrasi penyelenggaraan Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Tegal. Oleh karena itu, sebelum banyak berbicara tentang seputar penerbitan buku ini, tak luput kami sampaikan bahwa kehadiran buku ini adalah atas berkat rahmat Allah SWT. Dan dengan didorong keinginan luhur untuk kebaikan bangsa dan negara Indonesia kedepan yang lebih baik.

Tentang rujukan kehidupan, tak seorangpun hidup di dunia ini tanpa melihat kehidupan orang lain untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam menghadapi kehidupan. Karenanya, rujukan yang ideal dan diakui oleh kebanyakan orang yakni Nabi Muhammad SAW. Untuk itu tepat kiranya di sesi paragraf kedua ini saya sampaikan doa berupa keselamatan dan rahmat Tuhan selalu menyertai beliau.

Buku ini sebenarnya hadir dari sebuah keterbatasan. Namun, besarnya tuntutan dan keinginan untuk mendokumentasikan sejarah Pemilu itulah yang bisa mendobrak benteng keterbatasan itu. Ketika Bawaslu sebagai lembaga baru dituntut untuk menunjukkan eksistensinya. Maka, semua insan di Bawaslu Kabupaten Tegal dituntut untuk bisa melahirkan karya dan inovasinya dalam bekerja.

Jika dikatakan tulisan ilmiah, kenyataannya kita belum percaya diri bahwa tulisan tersebut ilmiah. Jika dikatakan tidak ilmiahpun kumpulan tulisan ini sengaja dibuat dengan sistematika dan konten ilmiah. Sebenarnya, bukan tentang ilmiah atau tidak ilmiahnya yang kita inginkan. Tetapi, bagaimana Bawaslu sebagai lembaga yang mengawasi proses Pemilu di Indonesia ini mampu menghadirkan sebuah karya dalam melakukan kerjanya. Kedepan, berharap buku ini dapat menjadi sebuah alternative referensi bagi semua pihak yang berkepentingan.

Tak bisa dipungkiri keberadaan sesuatu itu tergantung darimana

VII MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

melihatnya. Jika sisi kebaikan yang diinginkan maka sesuatu itu akan dianggap baik dan bernilai manfaat. Namun, jika bukan sisi kebaikan maka sesuatu itu tak akan bernilai apa-apa. Bahkan, cenderung banyak kekurangannya. Anggaplah buku ini sebagai suatu hal yang baik niscaya akan bernilai manfaat. Lagi pula, meskipun dibuat oleh kalangan pemula, namun tulisan ini lebih menceritakan sebuah pengalaman para penulisnya dalam menghadapi Pemilu.

Akhirnya, Bawaslu Kabupaten Tegal mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang tinggi kepada para penulis yang telah bersusah payah dalam menyusun tulisannya masing-masing. Tak luput juga terimakasih kepada jajaran sekretariat yang telah ikut membidani lahirnya buku ini. Semoga menjadi amal baik yang akan memberikan kemanfaatan di kehidupan kelak.

Selanjutnya, tak ada seorangpun di dunia ini yang sempurna karena kesempurnaan itu sejatinya hanya milik sang pencipta. Sebagai makhluk hanya bisa berikhtiar mendekati kesempurnaan. Sudah mafhum buku ini banyak kekurangan di sana sini. Untuk itu, kami sangat mengharap kritik konstruktif kepada semua pihak demi penyempurnaan buku ini kedepan.

Ketua Bawaslu Kabupaten Tegal

Ikbal Faizal

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

VIII

TIM PENYUSUN

PENGARAH PENULISIkbal Faizal Ikbal Faizal

Harpendi Dwi Pratiwi Harpendi Dwi PratiwiSri Anjarwati Sri Anjarwati

Buhori Muslim Buhori MuslimIstibsaroh Istibsaroh

MualifatunPEMBINA Khaerozyah Ulfa

M.Solehudin Kokoh Junia KhotamaAbdi Mulyawan

KOORDINATOR ASISTEN PENULISKokoh Junia Khotama Wandi Prayogi

Asto MugionoEDITOR Bayu Kurniawan Dwi

Zhientian Aldianto Pratama

Dede Praja Purnama

SEKRETARIATAndika Asykar

Achmad Iqbal ChisnudinRizka Fitriani

Gita Prameswari Y

Diterbitkan olehBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

KABUPATEN TEGAL

Jl. Merak No.1B, Slawi Kulon, Kecamatan. Slawi, Tegal, Jawa Tengah 52419

IX MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

DAFTAR ISI

Penindakan Pelanggaran Pemilu 2019 Di Kabupaten Tegal............... 1

Keterwakilan Perempuan Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal Hasil Pemilu 2019 ................................................. 21

Peranan Pengawas TPS Pada Pemilu 2019 Kabupaten Tegal .......... 40

Analisis Tingkat Kepatuhan Dan Akuntabilitas Laporan Dana Kampanye Partai Politik Pemilu Tahun 2019 Di Kabupaten Tegal... 63

Analisis Hasil Calon Anggota DPRD Kabupaten Tegal Terpilih.... 105

Urgensi Pelatihan Saksi Partai Politik Pada Pemilihan Umum Tahun 2019 Di Kabupaten Tegal ............................................................... 122

Penanganan Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye Oleh Bawaslu Kabupaten Tegal .............................................................. 147

Penyebab dan Dampak Pemungutan Suara Ulang Di Kabupaten Tegal................................................................................................. 162

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

X

Ikbal FaizalHarpendi Dwi Pratiwi

Sri AnjarwatiBuhori Muslim

IstibsarohMualifatun

Khaerozyah UlfaKokoh Junia Khotama

Abdi Mulyawan

1 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

PENINDAKAN PELANGGARAN PEMILU 2019

DI KABUPATEN TEGAL

Ikbal FaizalKetua Bawaslu Kabupaten TegalDivisi Penanganan Pelanggaran

[email protected]

Abstract

This paper examines the work of the Bawaslu Kabupaten Tegal in the field of violation enforcement. Departing from an experience and data possessed by the Tegal Regency Election Supervisory Body in the field of election violation enforcement, this paper identifies various types of election violations both in the form of findings (the active role of election supervisors as a result of election monitoring) as well as reports from the public who have the right choose. In this study a qualitative approach was used through the study of literature and documentation related to the work of violating election actions in 2019. The results of the study showed that the Election Supervisory Body of Tegal Regency had committed violations in the 2019 elections of 40 violations consisting of 31 administrative violations, 7 criminal violations and 2 violations of the code of ethics.

Keywords : Bawaslu Kabupaten Tegal, Violence Enforcement, election

Abstrak

Tulisan ini mengkaji tentang kinerja Bawaslu Kabupaten Tegal di bidang penindakan pelanggaran. Berangkat dari sebuah pengalaman dan data-data yang dimiliki Bawaslu Kabupaten Tegal di bidang penindakan pelanggaran Pemilu, tulisan ini mengidentifikasi berbagai jenis pelanggaran Pemilu baik yang bersifat temuan (peran aktif dari

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

2

pengawas Pemilu sebagai hasil pengawasan Pemilu) maupun yang bersifat laporan dari masyarakat yang mempunyai hak pilih. Dalam kajian ini digunakan pendekatan kualitatif melalui studi literatur dan dokumentasi yang terkait dengan kerja penindakan pelanggaran Pemilu di tahun 2019. Hasil kajian menunjukkan bahwa Bawaslu Kabupaten Tegal telah melakukan penindakan pelanggaran pada Pemilu tahun 2019 sejumlah 40 pelanggaran terdiri dari 31 pelanggaran administrasi, 7 pelanggaran pidana dan 2 pelanggaran kode etik.

Kata Kunci: Bawaslu Kabupaten Tegal, Penindakan pelanggaran, Pemilu

A. PENDAHULUAN

Pemilu yang bebas dan adil merupakan salah satu indikator prosedural bagi ada tidaknya demokrasi di suatu negara. Bagaimana Pemilu itu dilaksanakan, berikut implikasi-implikasinya, juga bisa dijadikan indikator tentang bagaimana demokrasi di suatu negara itu berjalan (Marijan, 2008).

Untuk membangun kebebasan dan keadilan dalam Pemilu memerlukan adanya konsistensi penegakkan peraturan. Tanpanya Pemilu akan berjalan tak beraturan, lebih jauh lagi akan mengotori makna demokrasi dalam Pemilu. Selain itu, aturan juga diperlukan untuk mengurangi distrust rakyat terhadap pesta demokrasi Pemilu.

Prinsip penyelenggaraan Pemilu salah satunya adalah berkepastian hukum, prinsip ini erat hubungannya dengan salah satu dari tujuan suatu hukum itu dibuat. Tujuan hukum ada tiga, yaitu kepastian, keadilan dan kemanfaatan, yang merupakan satu rangkaian yang saling berhubungan satu sama lain. Kepastian hukum merupakan manifestasi dari kewajiban imperatif para penyelenggara Pemilu dalam melaksanakan ketentuan yang ada di

3 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

dalam perundang-undangan. Bersumber pada norma hukum, akan memberikan kepastian pada semua pihak yang terlibat dalam Pemilu, sehingga peserta Pemilu dan masyarakat mempunyai harapan terhadap penyelenggara Pemilu dapat menjaga kelangsungan demokrasi (Jurdi, 2018). Dengan syarat Semua ketentuan yang mengatur Pemilu harus konsisten satu sama lain, sehingga tidak terjadi kontradiksi antar-ketentuan atau antar peraturan. Disamping juga, peraturan haruslah berkarakter responsif.(Herawati, Sukma, & Hananto, 2019)

Di sinilah penegakkan peraturan Pemilu menjadi penting, termasuk keberadaan lembaga yang bertugas untuk mengawasi tegaknya aturan Pemilu menjadi penting. Karena itu juga lembaga badan pengawas Pemilu (Bawaslu) menjadi penting pula.

Kiprah Bawaslu dalam melakukan pengawasan agar tetap tegaknya peraturan Pemilu tentu ditunggu publik. Untuk membuktikan kerja-kerja Bawaslu itu maka tulisan-tulisan tentang kerja Bawaslu menjadi penting dan strategis. Penindakan pelanggaran Pemilu merupakan salah satu dari kerja Bawaslu. Untuknya menyuguhkan tulisan penindakan pelanggaran Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Tegal ini menjadi strategis. Karena paling tidak tulisan ini akan menjadikan lembaga Bawaslu terasa dan terlihat eksistensinya. Menulis berarti mendokumentasikan sebuah kejadian. Kedepan akan menjadi sejarah bagi penanganan Pemilu di tahun 2019.

Penelitian tentang penindakan pelanggaran Pemilu masih sedikit, karenanya kajian ini menjadi kontribusi untuk menambah perbendaharaan tentang penindakan pelanggaran atau tentang pemilihan umum. Disamping juga, penelitian tentang pemilihan umum di Kabupaten Tegal akan menambah khasanah perbendaharaan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

4

tentang Kabupaten Tegal. Sejurus dengan hal itu, tulisan ini juga dapat menambah referensi kajian tentang Kabupaten Tegal dengan berbagai potensinya.

Tidak semua Bawaslu Kabupaten/kota memproses semua jenis pelanggaran. Hal itu banyak kemungkinan, bisa jadi suksesnya Bawaslu dalam melakukan pencegahan atau mungkin sudah dewasanya masyarakat menghadapi Pemilu atau bisa jadi ada kemungkinan lainnya. Yang jelas Bawaslu Kabupaten Tegal itu satu diantara Bawaslu yang telah memproses pelanggaran pidana Pemilu hingga ketetapan hukum dari pengadilan tinggi. Tidak hanya itu, Bawaslu Kabupaten Tegal juga merupakan Bawaslu yang memproses laporan pelanggaran administrative yang diproses dengan pemeriksaan terbuka melalui sidang. Dalam penelitan ini akan dipaparkan jenis pelanggaran yang terjadi di Kabupaten Tegal, pelanggran mana saja yang termasuk dalam temuan atau laporan.

B. METODE PENELITIAN

Tulisan ini merupakan analisa pribadi penulis dari pengalaman penulis yang bertugas sebagai Ketua Bawaslu Kabupaten Tegal dan menduduki Divisi Penindakan Pelanggaran Bawaslu Kabupaten Tegal. Tulisan ini bisa dikategorikan sebagai tulisan kualitatif. Sebagaimana disampaikan oleh D. Jean Clandinin dan F. Michael Conely, pengalaman adalah titik-tolak dan istilah kunci dalam semua bidang studi ilmu pengetahuan sosial. Akan tetapi, syarat-syarat ilmiah, social, dan filosofis saling bekerja sama merumuskan kerangka acuan yang dapat mengubah/menggeser definisi “apa yang sahih dari pengalaman untuk diteliti”. Salah satu kerangka acuan yang ditetapkan adalah prinsip epistemologis yang menyatakan bahwa makna terkandung dalam teks, dan bahwa studi-teks – khususnya teori dekonstruksi – menjadi focus utama bidang pendidikan,

5 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

antropologi, sosiologi, studi linguistic, dan lain-lainnya.(Clandinin & Conely, 2009)

Penulisan ini secara metodologis disusun dengan kerangka yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengumpulan data terkait penindakan pelanggaran Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Tegal.

2. Pencarian pemahaman tentang penindakan pelanggaran Pemilu dari regulasi yang digunakan dalam penindakan pelanggaran Pemilu. metode yang digunakan dengan menggunakan kata penindakan. Kata penindakan dicari kandungannya dalam regulasi Pemilu yakni Undang undang nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan umum, Perbawaslu nomor 7 tahun 2018, Perbawaslu nomor 8 tahun 2018 dan Perbawaslu nomor 31 tahun 2018.

3. Pemaparan hasil data dan dokumen penindakan pelanggaran Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Tegal.

4. Penyimpulan

C. PERSPEKTIF TEORI

1. Memahami Regulasi penindakan Pelanggaran

Dasar yang digunakan dalam penindakan pelanggaran pada Pemilu tahun 2019 antara lain :

a. Undang Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum;

b. Peraturan Bawaslu Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum;

c. Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum;

d. Peraturan Bawaslu Nomor 31 Tahun 2018 tentang Sentra

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

6

Penegakan Hukum Terpadu.

Untuk mengetahui tentang maksud dari penindakan pelanggaran maka perlu dipaparkan hal sebagai berikut sesuai dengan regulasi yang ada.

a. Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

Jika ditelisik menggunakan kata penindakan di Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, maka paling tidak terdapat 14 kata penindakan. Kata penindakan tersebut melekat pada tugas dan wewenang Bawaslu mulai Bawaslu Republik Indonesia hingga panwaslu Kecamatan dan Panwas LN.

Jika dikelompokkan kata penindakan di dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2017 dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Kata penindakan bersamaan dengan kata pencegahan yang ini menunjukkan tugas dari Bawaslu di semua tingkatan. Kata tersebut terdapat di Pasal 99 poin b, Pasal 97 poin a, Pasal 101 poin a dan Pasal 105 poin a.

Secara umum redaksinya adalah melakukan pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran dan sengketa Pemilu merupakan tugas dari Bawaslu di semua tingkatan.

2) Kata penindakan dirangkai dengan kata pelanggaran yang menunjukkan tugas dari Bawaslu di semua tingkatan. Kata tersebut terdapat di Pasal 94 poin 2, Pasal 98 poin 2 dan Pasal 102 poin 2.

Secara umum pada poin kedua ini adalah pada apa saja tugas dalam melakukan penindakan pelanggaran.

7 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Karenanya, pada poin ini di Pasal-Pasal yang telah disebutkan ada tambahan sedaksi sebagai penjelas dari tugas Bawaslu.

Diantara penindakan pelanggaran yang dilakukan adalah :

a) menerima, memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pemilu;

b) menginvestigasi dugaan pelanggaran Pemilu;

c) menentukan dugaan pelanggaran administrasi Pemilu, dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu, dan/atau dugaan tindak pidana Pemilu;

d) memutus pelanggaran administrasi Pemilu

3) Kata penindakan dirangkai dengan kata sengketa yang menunjukkan tugas dari Bawaslu di semua tingkatan. Kata tersebut terdapat di Pasal 94 poin 3, Pasal 98 poin 3 dan Pasal 102 poin 3.

Seperti halnya pada poin 2 dan poin 3 ini juga berisi tentang sebuah penjabaran tugas Bawaslu terkait item tugas penindakan sengketa. Karenanya beberapa Pasal dilanjutkan dengan redaksi sebagai penjabarannya yakni :

a) Menerima permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu;

b) Memverifikasi secara formal dan materiel permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu;

c) Melakukan mediasi antar pihak yang bersengketa;

d) Melakukan proses adjudikasi sengketa proses Pemilu;

e) Memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu4) Kata penindakan dirangkai dengan kata pelanggaran

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

8

yang menunjukkan penjebaran kewenangan Bawaslu di semua tingkatan. Kata tersebut terdapat di Pasal 95 item g, Pasal 99 item f, Pasal 103 item f, Pasal 106 item e dan Pasal 112 item b.

Secara jelas redaksinya berbunyi kurang lebih sebagai berikut: meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran administrasi, pelanggaran kode etik, dugaan tindak pidana Pemilu, dan sengketa proses Pemilu.

b. Perbawaslu 7 Tahun 2018 Tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum

Kata penindakan di perbawaslu nomor 7 tahun 2018 tentang temuan dan laporan ini terdapat di 2 (dua) Pasal yakni :

1) Pasal 2 poin 2 yang kata-katnya adalah Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/ Desa, Panwaslu LN, dan/atau Pengawas TPS wajib melakukan penindakan terhadap dugaan pelanggaran Pemilu.

2) Pasal 3 poin 1 yang kata-katanya adalah Penindakan merupakan serangkaian proses penanganan pelanggaran yang berasal dari Temuan/Laporan untuk ditindaklanjuti oleh instansi yang berwenang.

c. Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2018 Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum.Untuk di perbawaslu nomor 8 tahun 2018 tidak terdapat kata penindakan.

d. Peraturan Bawaslu Nomor 31 Tahun 2018 tentang Sentra

9 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Penegakan Hukum Terpadu

Untuk perbawaslu nomor 31 tahun 2018, kata penindakan ada di 4 (empat) Pasal dimana 3 (tiga) Pasal terangkai dengan kata koordinator divisi penindakan hal ini menunjukkan pembagian kerja dalam lembaga Bawaslu. Ketiga Pasal tersebut adalah Pasal 6, 7 dan 8. Sedangkan satu Pasal lagi untuk menunjukkan kelengkapan dalam lembaga sentra penegak hukum terpadu (Gakkumdu) yang diantaranya adalah divisi penindakan pelanggaran.

Berangkat dari regulasi diatas dapat disimpulkan bahwa penindakan pelanggaran adalah tugas badan pengawas Pemilu (Bawaslu) dimana implementasi kerja penindakannya adalah pertama, menerima, memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pemilu; kedua, menginvestigasi dugaan pelanggaran Pemilu; ketiga, menentukan dugaan pelanggaran administrasi Pemilu, dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu, dan/atau dugaan tindak pidana Pemilu; dan keempat, memutus pelanggaran administrasi Pemilu

2. Pelanggaran Pemilu tahun 2019

Jenis dugaan pelanggaran Pemilu sesuai dengan peraturan Bawaslu nomor 7 tahun 2018 itu ada empat yakni pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu, pelanggaran administratif Pemilu, tindak pidana Pemilu dan/atau pelanggaran peraturan perunadang-undangan lainnya (Bawaslu RI, 2018a). Diantara pelanggaran-pelanggaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu.

Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu adalah

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

10

pelanggaran terhadap etika Penyelenggara Pemilu yang berdasarkan sumpah dan/atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai Penyelenggara Pemilu.(Bawaslu RI, 2018a)

b. Pelanggaran administratif Pemilu.

Pelanggaran Administratif Pemilu adalah perbuatan atau tindakan yang melanggar tata cara, prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu.(Bawaslu RI, 2018b)

c. Tindak pidana Pemilu.

Tindak Pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pemilihan Umum.(Bawaslu RI, 2018a)

d. Pelanggaran peraturan perundang-undangan lainnya

Pelanggaran peraturan perundang-undangan lainnya adalah pelanggaran dalam proses Pemilu tetapi bukan termasuk pada pelanggaran Pemilu.

Dari jenis pelanggaran Pemilu yang ada tersebut, selanjutnya ditindaklanjuti sesuai dengan jenis pelanggarannya. Masing-masing jenis pelanggaran akan ditindaklanjuti oleh Bawaslu atau diteruskan kepada lembaga-lembaga sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi lembaga tersebut. Diantara tindaklanjut dari berbagai jenis pelanggaran di atas sesuai Perbawaslu 7 tahun 2018 dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dan/atau dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu secara terstruktur, sistematis dan masif yang diterima oleh Bawaslu atau

11 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota diteruskan untuk ditindaklanjuti dengan mekanisme penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu dan penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilu yang terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif;

b. Dugaan Tindak Pidana Pemilu yang telah memenuhi syarat formil dan syarat materil, diregistrasi dan dilakukan pembahasan pada Gakkumdu untuk ditindaklanjuti;

c. Dugaan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu yang telah memenuhi syarat formil dan syarat materil diregistrasi dan ditindaklanjuti dengan proses penanganan Pelanggaran Pemilu;

d. Dugaan pelanggaran peraturan perundang undangan lainnya yang telah memenuhi syarat formal dan syarat materil diregistrasi dan ditindaklanjuti dengan proses penanganan pelanggaran; dan/atau

e. Dugaan Pelanggaran Pemilu telah ditangani dan diselesaikan oleh Pengawas Pemilu pada tingkatan tertentu tidak diregistrasi

Dilihat dari asal usul munculnya pelanggaran Pemilu itu, sesuai dengan Perbawaslu 7 tahun 2018 terbagi menjadi dua yakni:

a. Temuan pelanggaran Pemilu

Temuan Pelanggaran yang selanjutnya disebut Temuan adalah hasil pengawasan Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/ Desa, Panwaslu LN, dan/ atau Pengawas TPS pada setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

12

yang mengandung dugaan pelanggaran. (Bawaslu RI, 2018a)

b. Laporan pelanggaran Pemilu

Laporan Dugaan Pelanggaran yang selanjutnya disebut Laporan adalah laporan langsung Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, Peserta Pemilu, atau pemantau Pemilu kepada Bawaslu dan/atau Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan/atau Pengawas TPS pada setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.(Bawaslu RI, 2018)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelanggaran di Kabupaten Tegal.

Penindakan pelanggaran di Kabupaten Tegal telah berjalan sesuai dengan regulasi. Dari perjalanan penanganan penindakan pelanggaran di Kabupaten Tegal telah menangani pelanggaran sejumlah 40 pelanggaran.

Pelanggaran yang telah ditangani oleh Bawaslu Kabupaten Tegal dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Temuan Pelanggaran

Pelanggaran yang ditemukan oleh jajaran Bawaslu Kabupaten Tegal itu dapat kita lihat pada tabel berikut ini :

13 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Tahapan

Jenis Pelanggaran

Administrasi Kode Etik

Pidana Pemilu

Pelanggaran Hukum Lainnya

Pencalonan Anggota

DPR, DPD, DPRD

Provinsi, DPRD

Kabupaten/kota dan Presiden

dan Wakil Presiden

1

Kampanye Anggota

DPR, DPD, DPRD

Provinsi, DPRD

Kabupaten/kota dan Presiden

dan Wakil Presiden,

Laporan dan Audit Dana Kampanye

28 2 4

Masa Tenang 1

Berangkat dari tabel tersebut di atas, maka dapat dipaparkan sebagai berikut :

a. Pelanggaran Administratif Pemilu

Pelanggaran administrasi yang telah ditangani oleh Bawaslu Kabupaten Tegal yang merupakan temuan dari pengawas Pemilu antara lain: Temuan pelanggaran administrasi berjumlah 39 pelanggaran dimana pelanggaran tersebut tersebar di semua kecamatan se-Kabupaten Tegal dengan rincian dapat dilihat pada tabel. Pelanggaran administrasi ini kecenderungannya terkait pemasangan alat

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

14

peraga kampanye (APK) yang tidak sesuai dengan ketentuan tata cara dan prosedur yang ada. Dari masing-masing pelanggaran administrasi di kecamatan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

NO KECAMATAN JUMLAH PELANGGARAN

1 Pagerbarang 2

2 Balapulang 4

3 Bumijawa 1

4 Talang 2

5 Dukuhturi 2

6 Pangkah 2

7 Kedungbanteng 6

8 Tarub 2

9 Kramat 3

10 Warureja 6

b. Pelanggaran Kode Etik

Bawaslu Kabupaten Tegal dalam hal pelanggaran kode etik hanya menangani dua pelanggaran yang terjadi di Kecamatan Pangkah. Pelanggaran kode etik tersebut terkait dengan etika pengawas Pemilu adhoc yang tidak boleh menerima uang transport selain dari haknya yang sah dari negara. Namun, belakangan diketahui dan terbukti menerima amplop pengganti transport dari peserta Pemilu pada saat melakukan pengawasan.

15 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Karena alasan tersebut, melalui mekanisme yang berlaku Bawaslu Kabupaten Tegal memutuskan pengawas Pemilu adhoc yang terlibat untuk diberi peringatan keras terakhir. Ini wujud keseriusan lembaga Bawaslu Kabupaten Tegal dalam menegakkan keadilan Pemilu baik kepada peserta Pemilu maupun kepada jajaran internal Bawaslu

c. Pelanggaran Pidana Pemilu

Tidak semua kecamatan dapat menangani pelanggaran pidana Pemilu tergantung adanya temuan atau laporan yang telah ditangani. Namun, ketika dipaparkan jenis pelanggaran pidana Pemilu ini dapat dipaparkan sesuai tabel sebagai berikut :

NO KECAMATAN JUMLAH KETERANGAN

1 Balapulang 1 Berhenti di pembahasan pertama Gakkumdu

2 Bumijawa 1 Berhenti di pembahasan kedua Gakkumdu

3 Adiwerna 1

Sampai putusan di Pengadilan tinggi yang amarnya menjatuhkan pidana penjara 3 bulan dan pidana denda Rp. 3.000.000 (tiga juta

rupiah)

4 Kramat 1 Terhenti di Pembahasan kedua Gakkumdu

d. Pelanggaran hukum lainnya.

Untuk pelanggaran hukum lainnya, Bawaslu Kabupaten Tegal tidak menanganinya.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

16

2. Laporan pelanggaran

Laporan pelanggaran Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Tegal dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tahapan

Jenis Pelanggaran

Adminisitrasi Kode Etik Pidana Pemilu

Lainn-ya

Logistik, kampanye Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/kota dan Presiden dan Wakil Presiden, Laporan dan Audit Dana Kampanye

1

Rekapitulasi Penghitungan Suara

2

Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilu

1

Dari hasil tabel di atas maka kami akan mencoba memaparkan masing-masing pelanggaran. Dan ini akan saya kelompokkan sesuai dengan jenis pelanggaran sebagai pilihan variatif.

a. Pelanggaran administratif PemiluPelanggaran administrasi dari laporan masyarakat yang

telah ditangani oleh Bawaslu Kabupaten Tegal berjumlah satu pelanggaran. Laporan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut. Pada tanggal 31 Mei 2019 laporan masuk dari H. Sururi, SH di Bawaslu Kabupaten Tegal perihal

17 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

pelanggaran admintrasi yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Tegal kemudian laporan tersebut di registrasi pada tanggal 11 Juni 2019. Uraian dari permohonan pemohon adalah KPU tidak melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan administrasi mengenai pekerjaan bakal calon Anggota DPRD Kab. Tegal atas nama Muhammad Adi Prajamukti, SH, MH.

Dalam proses pemeriksaan terbuka melalui persidangan memutuskan

1) Menolak laporan pelapor.

2) Menyatakan terlapor tidak terbukti melanggar tata cara, prosedur atau mekanisme organisasi.

b. Pelanggaran Kode EtikUntuk laporan pelanggaran kode etik Bawaslu Kabupaten

Tegal tidak ada sehingga tidak melakukan penanganan. Untuk itu pada point ini Bawaslu Kabupaten tidak bisa memaparkan

c. Pelanggaran Pidana PemiluLaporan pelanggaran pidana Pemilu merupakan jenis

pelanggaran yang dilaporkan kepada pengawas Pemilu oleh warga negara indonesia yang memiliki hak pilih. Laporan merupakan partisifasi dari rakyat dan hak rakyat untuk melakukannya. Untuk itu laporan pidana Pemilu dapat dilihat dalam tabel berikut :

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

18

No Pelapor Jenis Pelanggaran Pidananya Terlapor Keterangan

1 Masruri HAT

Dugaan pengrusakan alat peraga kampa-nye (APK) berupa

bendera

Moch Syakur

Berhenti di pembahasan

pertama Gakkumdu

2 WarnadiDugaan pemberian suara lebih dari satu

kali

KPPS, PTPS, PPS,

Jaodah, Achmad

Syaifudin, Iswaeni Krisgiati

Berhenti di pembahasan

kedua Gakkumdu

3 H. SururiDugaan pemalsuan

dokumen pendaftaran calon anggota DPRD

Kabupaten Tegal

M. Bin-tang Adi

Prajamuk-ti

Berhenti di pembahasan

kedua Gakkumdu

d. Pelanggaran hukum lainnyaUntuk laporan pelanggaran Hukum lainnya Bawaslu

Kabupaten Tegal tidak ada sehingga tidak melakukan penanganan. Untuk itu pada point ini Bawaslu Kabupaten tidak bisa memaparkannya.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bawaslu Kabupaten Tegal mendapatkan temuan pelanggaran sejumlah 36 (tiga puluh enam) jenis yakni pelanggaran administrasi sejumlah 30 (tiga puluh), pelanggaran kode etik sejumlah 2 (dua) jenis dan pelanggaran pidana Pemilu sejumlah 4 (empat) jenis, 1 (satu) diantara pelanggaran pidana tersebut telah diputus oleh pengadilan tinggi.

19 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

2. Bawaslu Kabupaten Tegal mendapatkan laporan pelanggaran sejumlah 4 (empat) jenis yakni 1 (satu) jenis pelanggaran administrasi dan 3 (tiga) jenis dugaan pelanggaran pidana.

3. Bawaslu Kabupaten Tegal tidak menangani pelanggaran hukum lainnya.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

20

DAFTAR PUSTAKA

Clandinin, D. J., & Conely, F. M. Metode Pengalaman Pribadi. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009

Herawati, R., Sukma, N. M., & Hananto, U. D. Kepastian Hukum Pemilu dalam Pemilu Serentak 2019 Melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang, 4(3). 2019

Jurdi, F. Pengantar Hukum Pemilihan Umum, Jakarta : Prenada Media. 2018

Marijan, K. Mendemokratiskan Pemilu dari Sistem Sampai Elemen Teknis (p.vii). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008.

Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 7 tahun 2018 tentang Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan Umum

Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum.

21 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

KETERWAKILAN PEREMPUAN DI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

TEGAL HASIL PEMILU 2019

Harpendi Dwi PAnggota Bawaslu Kabupaten TegalDivisi Hukum, Data dan Informasi

[email protected]

Abstract

General Elections held simultaneously for the first time in 2019 resulted in the number of members elected to sit in the Tegal Regency House of Representative for the period 2019-2024 of 50 (fifty) peoples. However, of that number there were only 11 (eleven) female members of them. This shows that the representation of women in the legislature is still low. With the affirmative action regulated in Law Number 7 of 2017 concerning General Elections and Law Number 11 of 2011 concerning Amendments to Law Number 2 of 2008 concerning Political Parties, it actually provides enormous opportunities for political parties in determining women’s participation and representation to occupy political positions.The author uses a qualitative research method with an analitical-deskriptif approach to describe the condistion or level of representation of women in the legislative body of the Tegal Regency House of Representatives, based on the origin of political parties and electoral districts.

Keyword : Political Parties, General Elections, Affirmative Actions, Women’s Representation.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

22

Abstrak

Pemilihan Umum yang dilaksanakan secara serentak untuk pertama kalinya tahun 2019 menghasilkan jumlah anggota yang terpilih untuk duduk di kursi DPRD Kabupaten Tegal periode 2019-2024 sebanyak 50 (lima puluh) orang. Namun demikian dari jumlah tersebut hanya ada 11 (sebelas) orang anggota perempuan diantaranya. Hal ini menunjukkan bahwa Keterwakilan Perempuan di lembaga legislatif masih sangat rendah. Dengan adanya tindakan affirmative (affirmative action) yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, sesungguhnya memberi peluang yang sangat besar kepada partai politik dalam menentukan partisipasi dan keterwakilan perempuan untuk menduduki jabatan politik. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis untuk mendeskripsikan kondisi atau tingkat keterwakilan perempuan di lembaga legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal baik berdasarkan asal partai politik maupun daerah pemilihan.

Kata kunci : Partai Politik, Pemilihan Umum, Affirmative Actions, Keterwakilan Perempuan

A. PENDAHULUANDi dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang

Pemilihan Umum disebutkan Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

23 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Indonesia Tahun 1945. Hal ini untuk menjamin tercapainya cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun demikian untuk dapat mewujudkan kehidupan demokrasi yang dicita-citakan tersebut masih terasa sangat sulit, karena masih terdapat berbagai macam hambatan terutama terkait dengan perlindungan, penghormatan dan pemenuhan hak asasi manusia, serta hak dasar yang meliputi hak sipil dan politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Keterwakilan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan adalah pengejawantahan pemenuhan hak politik terhadap kaum perempuan yang merupakan prasyarat untuk mewujudkan demokrasi sejati. Pemilu di era reformasi sebenarnya membuka peluang bagi bangsa Indonesia menjadi negara yang lebih demokratis, dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada setiap warga negara untuk untuk dapat berperan aktif menjadi subyek untuk menentukan wakil-wakilnya baik di lembaga eksekutif maupun legislatif. Dalam rangka mendorong peran aktif perempuan untuk berpartisipasi dalam dunia politik, perlu strategi komunikasi politik perempuan dengan menerapkan counter komunikasi politik: pengarusutamaan gender, tindakan afirmatif, pendidikan politik untuk perempuan, dan pendidikan kewarganegaraan bagi perempuan (Mukarom Zaenal, 2008). Kebijakan dalam bentuk tindakan affirmatif (affirmative actions) kuota 30 % keterwakilan perempuan baik dalam kepengurusan partai politik maupun syarat pencalonan dalam Pemilu legislatif nyatanya belum mampu memberikan jaminan kepada jumlah atau prosentase keterwakilan perempuan yang terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Perempuan mulai diikutsertakan dalam partai-partai politik, adalah sebagai upaya rekonstitusi formasi politik yang ada

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

24

sebelumnya (Ani Widyani Soetjipto, 2011) . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan deskripsi keterwakilan perempuan yang terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal dalam rentang waktu pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2009 sampai dengan 2019, berdasarkan basis daerah pemilihan maupun asal partai politik, sehingga dapat dianalisis apa yang menjadi kendala partai politik di Kabupaten Tegal untuk memenuhi kuota 30 % keterwakilan perempuan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal.

B. METODE PENELITIANMetode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

pendekatan deskriptif-analisis, yaitu penelitian yang menggambarkan karakteristik dari fenomena yang terdapat pada keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif yang dikorelasikan dengan undang-undang dan peraturan-peraturan terkait, yang melindungi hak politik perempuan. Untuk mendapatkan data yang digunakan dalam tulisan ini, penulis mengumpulkan data empirik yang berasal dari dokumen-dokumen terkait hasil pengawasan penyelenggaraan Pemilu 2019 yang dilakukan oleh Bawaslu Kabupaten Tegal sesuai dengan latar belakang penulis, membaca literatur teoritis dari berbagai buku dan jurnal serta peraturan perundang-undangan baik bersumber dari internet maupun elektronik.

C. PERSPEKTIF TEORIDalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

partai politik maupun tentang pemilihan umum tidak satupun yang secara eksplisit menjelaskan mengenai pengertian keterwakilan perempuan, sehingga penulis perlu mencari referensi yang lain. Di dalam penjelasan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, diperoleh penjelasan mengenai keterwakilan perempuan namun dengan terminologi yang berbeda

25 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

yaitu “keterwakilan wanita” adalah pemberian kesempatan dan kedudukan yang sama bagi wanita untuk melaksanakan peranannya dalam bidang eksekutif, yudikatif, legislatif, kepartaian, dan pemilihan umum menuju keadilan dan kesetaraan jender (Astrid Anugrah, 2009). Menurut Kamus Bahasa Indonesia secara etimologi kata “wanita” berarti perempuan dewasa atau sebaliknya kata “perempuan” mempunyai arti wanita, sedangkan “ keterwakilan” memiliki arti hal atau keadaan terwakili, sehingga dalam terminologi keterwakilan wanita mempunyai arti yang sama dengan keterwakilan perempuan.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Perjalanan Panjang Peraturan Perundang-Undangan yang

Mengatur Keterwakilan Perempuan Dalam Politik di Indonesia.

Dalam sejarah bangsa Indonesia, perlindungan terhadap hak-hak perempuan dalam berpolitik secara formal telah diatur dengan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 sebagai peraturan tertinggi dalam hierarki peraturan perundang-undangan pada Pasal 27 ayat (1) menyebutkan : “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Selanjutnya pada tahun 1952, Indonesia meratifikasi konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa mengenai Hak Perempuan (UN Convention on Political Right of Women) melalui Undang-Undang Nomor 68 Tahun 1958 dibawah pemerintahan Presiden Soekarno. Hak-hak perempuan juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 bagian Kesembilan dari Hak Asasi Manusia Dan Kebebasan Dasar Manusia (Bab III), dari Pasal 45 sampai dengan Pasal 51, adalah bagian integral dari Hak Asasi Manusia (HAM).

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

26

Kebijakan afirmasi (affirmative action) terhadap perempuan pasca amandemen Undang-Undang Dasar 1945 diawali dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003 Tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD Pasal 65 ayat (1) dinyatakan: “Setiap Partai Politik Peserta Pemilu dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota untuk setiap Daerah Pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30 %.” Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik berturut-turut : Pasal 2 ayat (5) UU No. 2 Tahun 2008 menentukan: “Kepengurusan partai politik tingkat pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun dengan menyertakan paling rendah 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan”. Pasal 11 ayat (1) huruf e mengatur : “rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender”. Pasal 20 UU No. 2 Tahun 2008: “Kepengurusan Partai Politik tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3) disusun dengan memperhatikan keterwakilan perempuan paling rendah 30% (tiga puluh perseratus) yang diatur dalam AD dan ART Partai Politik masing-masing”.

Melalui Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD : Pasal 8 ayat (1) poin (d), partai politik untuk bisa menjadi peserta Pemilu harus memenuhi persyaratan yaitu: “menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat”. Pasal 53 : “daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 memuat paling sedikit 30% keterwakilan perempuan”. Lebih jauh Pasal 66 ayat (2) juga menyatakan: “KPU, KPU

27 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota mengumumkan persentase keterwakilan perempuan dalam daftar calon tetap partai politik masing-masing pada media massa cetak harian nasional dan media massa elektronik nasional.”

Perkembangan selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur juga mengenai keterwakilan perempuan dalam lembaga Legislatif yaitu: Pasal 95 ayat (2) : Pimpinan komisi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota komisi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik mengatur lebih rinci keterlibatan perempuan dalam politik yaitu dalam : Pasal 2 ayat (1) : Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 30 (tiga puluh) orang warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah menikah dari setiap provinsi. Pasal 2 ayat (2): Pendirian dan pembentukan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyertakan 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan. Pasal 2 ayat (5) : Kepengurusan Partai Politik tingkat pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dengan menyertakan paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menyebutkan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

28

lagi yaitu : Pasal 8 Ayat (2) Partai politik yang tidak memenuhi ambang batas perolehan suara pada Pemilu sebelumnya atau partai politik baru dapat menjadi Peserta Pemilu setelah memenuhi persyaratan: e. menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat. Pasal 55 Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 memuat paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan. Pasal 56 ayat (2) Di dalam daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap 3 (tiga) orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 (satu) orang perempuan bakal calon.

Terakhir untuk pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2019 melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, keterwakilan perempuan diatur pada : Pasal 173 ayat (2) Partai politik dapat menjadi peserta Pemilu setelah memenuhi persyaratan e. menyertakan paling sedikit 30 % (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat. Pasal 245 Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 243 memuat keterwakilan perempuan paling sedikit 30% (tiga puluh persen). Pasal 246 ayat (2) Di dalam daftar bakat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap 3 (tiga) orang bakal calon terdapat paling sedikit 1 (satu) orang perempuan bakal calon.

2. Peran Partai Politik dalam Pemilihan UmumKonsepsi dasar demokrasi adalah “ rakyat yang berkuasa”

atau “dari rakyat , oleh rakyat dan untuk rakyat” (goverment of rule by the people). Pemerintahan dari rakyat mengandung makna bahwa pemerintahan ditentukan dari rakyat melalui mekanisme yang telah ditentukan. Pemerintah oleh rakyat berarti dalam menjalankan tugasnya pemerintah diawasi oleh rakyat,

29 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan rakyat. Sedangkan pemerintahan untuk rakyat dimaksudkan bahwa pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya semata-mata diabdikan untuk kepentingan rakyatnya. Mekanisme formal yang dipergunakan oleh kebanyakan negara yang menganut sistem demokrasi baik yang sudah matang maupun yang masih dalam proses transisi termasuk salah satunya Indonesia adalah melalui mekanisme Pemilihan Umum. Pemilu merupakan salah satu indikator demokratis atau tidaknya suatu negara.

Pemilihan Umum (Pemilu) menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi sebagai berikut: “ Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UndangUndang Dasar.” Dapat dikatakan tujuan penyelenggaraan pemilihan umum itu ada 4 (empat) (Jimly Asshiddiqie, 2014) yaitu :

a. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai.

b. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan.

c. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat.

d. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi manusia.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

30

Selain penyelenggara, ada aktor lain yang sangat penting peranannya dalam penyelenggaraan pemilihan umum, yaitu partai politik. Menurut Yves Meny And Andrew Knapp, ”a democratic system without political parties or with single party is impossible or at any rate hard to imagine (sistem demokrasi tanpa partai-partai politik atau dengan satu partai adalah tidak mungkin atau bagaimanapun sulit untuk membayangkannya“ (Meny, Yves and Andrew Knapp : 1998).

Secara umum partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya (Budiardjo, M : 2008). Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik juga disebutkan bahwa : “ Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

Dalam hal ini ada beberapa peranan penting partai politik berdasarkan Undang- Undang Pasal 11 No. 2 tahun 2008 mengenai partai politik sebagai berikut.

a. Sebagai sarana pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat Indonesia.

31 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

b. Menciptakan iklim kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat.

c. Sebagai wadah untuk menyerap, menghimpun, dan menyalurkan aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan Negara.

d. Sebagai wadah untuk tempatnya berpartisipasi warga Negara dalam kegiatan politik.

e. Sebagai lembaga rekrutmen politik dalam mengisi jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

3. Keterwakilan Perempuan Dalam Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal 2009-2019

Sejak pemberlakuan kebijakan afirmasi (affirmative action) terhadap perempuan pasca amandemen Undang-Undang Dasar 1945 dalam pelaksanaan pemilihan umum khususnya untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal, fakta emprik menunjukkan bahwa kuota minimal 30 % baik sebagai syarat kepengurusan partai politik maupun syarat pencalonan, tidak linier dengan hasil jumlah atau persentase keterwakilan perempuan yang terpilih di lembaga legislatif tersebut.

Pada pemilihan umum tahun 2009 yang secara nasional diikuti oleh 38 partai politik, untuk Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal hanya 33 partai politik yang mengajukan daftar calonnya dan hanya 11 partai politik yaitu Hanura, PKS, PAN, Gerindra, PKB, Golkar, PPP, PDIP, Demokrat, PKNU dan Partai Buruh yang berhasil menempatkan wakilnya duduk di kursi dewan. Data menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan yang terpilih dari

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

32

50 kursi yang ada, hanya 3 perempuan dari 3 partai politik yang terpilih atau 6 %.

Tabel 1 :

Daftar Calon Perempuan Terpilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal Pemilu 2009

NoNama

Partai PolitikNama Calon Daerah Pemilihan Jml

1. DemokratHj. Ayu

Palaretin, S.Sos.

Tegal 3

( Jatinegara, Bojong, Bumijawa)

1

2. PDI Perjuangan Hj. Marhamah, S.H.

Tegal 4

(Margasari,Balap-ulang, Pagerbarang

1

3. PKB Umi Azkiyani, S.Psi.

Tegal 6

(Kramat, Suradadi, Warurejo)

1

Jumlah Total 3Persentase 6 %

Selanjutnya pada penyelenggaran Pemilihan Umum 2014, untuk Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Tegal yang memperebutkan 50 kursi, sebanyak 14 partai politik mengikuti kontestasi. Hasilnya 12 parpol meloloskan wakilnya terpilih menjadi anggota DPRD, 10 diantaranya (20 %) adalah perempuan yang berasal dari 6 partai politik berbeda yaitu PDI Perjuangan, Gerindra, PKB, Demokrat, PPP dan PKS.

33 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Tabel 2 :

Daftar Calon Perempuan Terpilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal Pemilu 2014

No Partai Politik Nama Calon Daerah

Pemilihan Jumlah

1. PDI Perjuangan

Endang Suprapti

Tegal 1

( Lebaksiu, Slawi, Dukuhwaru)

1

2. Gerindra Ninik L. Budiarti, S.M.

Tegal 1

( Lebaksiu, Slawi, Dukuhwaru)

1

3. PDI Perjuangan

Hj.Lina Agustina,

S.I.P.

Tegal 2

(Adiwerna, Talang,

Dukuhturi)

1

4. PDI Perjuangan

Nurkholifah, S.H.

Tegal 4

(Tarub, Pangkah, Kedungbanteng)

1

5. PDI Perjuangan Hj. Sri Lestari

Tegal 5

(Jatinegara, Bojong,

Bumijawa)

1

6. PKB Noviyatul Farokh, S.I.P.

Tegal 5

(Jatinegara, Bojong,

Bumijawa)

1

7. DemokratHj. Ayu

Palaretin, S.Sos.

Tegal 5

(Jatinegara, Bojong,

Bumijawa)

1

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

34

8. PPP Nur Fasikha

Tegal 5

(Jatinegara, Bojong,

Bumijawa)

1

9. PDI Perjuangan

Hj. Erni. A.Md.Par.

Tegal 6

(Margasari, Balapulang, Pagerbarang

1

10. PKS Siti Tonisah

Tegal 6

(Margasari, Balapulang, Pagerbarang

1

Jumlah Total 10Persentase 20 %

Pemilu 2019 yang untuk pertama kalinya dilaksanakan serentak dengan menggabungkan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilu legislatif, untuk Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal yang mengajukan calon 13 partai politik. Hasilnya sebanyak 11 partai politik yaitu PKB, Gerindra, PDI Perjuangan, Golkar, Nasdem, PKS, Perindo, PPP, PAN, Hanura dan Demokrat menempatkan wakilnya di kursi dewan. Dari 50 kursi yang diperebutkan 12 kursi (24 %) diisi oleh perempuan yang berasal dari 6 partai yang berbeda.

Tabel 3 :

Daftar Calon Perempuan Terpilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal Pemilu 2019

No. Partai Politik Nama Calon Daerah Pemilihan Jml

1. PKB Umi Azkiyani, S.Psi.I.

Tegal 1

( Lebaksiu, Slawi, Dukuhwaru)

1

35 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

2. Gerindra Ninik L. Budiarti, S.M.

Tegal 1

( Lebaksiu, Slawi, Dukuhwaru)

1

3. PDI Perjuangan Hj.Lina Agustina

Tegal 2

(Adiwerna, Talang,

Dukuhturi)

1

4. PDI PerjuanganRagil Tresna

Setyaningrum, S.S.I.T.

Tegal 3

(Kramat, Suradadi, Warureja)

1

5. Golkar Saminah

Tegal 3

(Kramat, Suradadi, Warureja)

1

6. Perindo Khikmah Riwayati, S.H.

Tegal 3

(Kramat, Suradadi, Warureja)

1

7. PDI Perjuangan Rita Iryanti, S.T.

Tegal 4

(Tarub, Pangkah, Kedungbanteng)

1

8. PDI Perjuangan Nurkholifah, S.H.

Tegal 4

(Tarub, Pangkah, Kedungbanteng)

1

9. PKB Hj. Noviyatul Farokh, S.I.P.

Tegal 5

(Jatinegara, Bojong,

Bumijawa)

1

10. PPP Nur Fasikha

Tegal 5

(Jatinegara, Bojong,

Bumijawa)

1

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

36

11. PDI Perjuangan Rosmalia Yuniar, S.E.

Tegal 6

(Margasari, Balapulang,

Pagerbarang)

1

12. PDI Perjuangan Hj. Erni, A.Md.Par.

Tegal 6

(Margasari, Balapulang,

Pagerbarang)

1

Jumlah Total 12Persentase 24 %

E. ANALISISBerdasarkan tabel data hasil Pemilu 2009, 2014 dan 2019 yang

tersebut di atas dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Keterwakilan perempuan yang terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Tegal dari sisi jumlah dan persentase hasil dari pelaksanaan 3 kali Pemilu terakhir cenderung mengalami peningkatan meskipun belum memenuhi kuota minimal 30 %.

2. Hanya ada 2 (dua) partai politik yaitu PDI Perjuangan dan PKB yang secara konsisten selalu meloloskan wakilnya menjadi anggota DPRD Kabupaten Tegal, meskipun dari sisi jumlah dan persentase juga tidak konsisten.

3. Hanya ada 8 (delapan) orang perempuan yaitu Hj. Ayu Palaretin, S.Sos. (Demokrat), Umi Azkiyani, S.Psi.I., Noviyatul Farokh, S.I.P. (PKB) , Ninik Budiarti, S.M. (Gerindra), Hj. Lina Agustina, Nurkholifah, S.H., Hj. Erni, A.Md.Par. (PDI Perjuangan), dan Nur Fasikha (PPP) yang mampu terpilih 2 (dua) kali menjadi Anggota DPRD Kabupaten Tegal.

4. Daerah pemilihan yang selalu ada keterwakilan perempuannya

37 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

yang terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Tegal hanya 2 yaitu dapil (Jatinegara, Bojong, Bumijawa) serta (Margasari, Balapulang, Pagerbarang)

F. PENUTUP1. Kesimpulan

a. Negara secara normatif telah memberikan jaminan terhadap hak –hak perempuan melalui proses panjang sejarah penyusunan peraturan perundang-undangan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih besar kepada perempuan untuk dapat berperan aktif dalam berbagai institusi politik.

b. Kebijakan afirmatif (affirmative actions) yang dapat melindungi hak-hak perempuan dalam pelaksanaan pemilihan umum harus tetap ditegaskan dalam regulasi, baik dalam kepengurusan partai politik sebagai syarat keikutsertaan parpol dalam Pemilu maupun syarat pengajuan daftar calon oleh partai politik.

c. Keterwakilan perempuan yang terpilih menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal perlu di tingkatkan untuk mencapai minimal 30 %, mengingat faktanya hasil 3 (tiga) kali Pemilu terakhir belum tercapai.

2. Sarana. Tuntutan untuk meningkatkan jumlah keterwakilan

perempuan pada institusi politik, harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas perempuan melalui proses kaderisasi, pendidikan politik dan kemampuan manajerial sehingga diharapkan tidak hanya sekedar terpilih, tapi juga mampu terlibat secara aktif membuat regulasi yang pro perempuan serta mampu memperjuangkan aspirasi dan kepentingan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

38

masyarakatnya.

b. Seluruh stakeholders terutama pemerintah dan partai politik dapat memperbanyak program pemberdayaan perempuan melalui pendidikan politik, kepemimpinan dan manajerial untuk mengubah mindset berpikir dan bersikap serta meningkatkan kapasitas dan kemampuan perempuan.

39 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, Astrid, Keterwakilan Perempuan Dalam Politik, Jakarta : Pancuran Alam Jakarta, 2009.

Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta : Raja Grafindo, 2014.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2008.

Widyani Soetjipto, Ani. Politik Harapan: Perjalanan Politik Perempuan Indonesia Pasca Reformasi. Tangerang: Penerbit Marjin Kiri. 2011.

Meny, Yves, & Andrew Knapp. Government and Politicies in Western Europe: Britain, France, Italy, Germany. London : Ofxord University Press. 1998.

Mukarom, Zaenal. Perempuan dan Politik: Studi Komunikasi Politik tentang Keterwakilan Perempuan di Legislatif, Jurnal Mediator, Vol. 9.No. 2 Desember 2008.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

40

PERANAN PENGAWAS TPS PADA PEMILU 2019 DI KABUPATEN TEGAL

Istibsaroh

Anggota Bawaslu Kabupaten Tegal

Divisi Organisasi dan SDM

[email protected]

AbstractIndonesia is a democratic country, succession on April 17 2019, the people of Indonesia have carried out people’s parties which are held every 5 (five) years. The 2019 elections were held simultaneously by electing the president and vice president, the House of Representatives from the central to the Regional level and electing the Regional representative council (DPD). The success of the 2019 elections simultaneously, can not be separated from the important role of polling station supervisors, who are the pioneers of election observers, tasked with overseeing the process of implementing the vote counting at the polling station (TPS). Bawaslu Kabupaten Tegal has 4533 TPS supervisors, who are tasked with guarding the people’s votes at the polling station. 4533 polling stations were spread across 18 sub-districts, 287 villages and sub-districts and 4533 polling stations. The share of TPS supervisors is very large so that the simultaneous elections will run well and safely. In the spirit of the people, watch the general election together with Bawaslu to uphold electoral justice, resulting in a dignified democratic electionKeyword : TPS Supervisor, Election, Bawaslu

41 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

AbstrakIndonesia merupakan negara demokrasi, suksesi 17 April 2019 rakyat Indonesia telah melaksanakan pesta rakyat yang dilakukan setiap 5 ( lima ) tahun sekali. Pemilu 2019 ini dilaksanakan serentak dengan memilih presiden dan wakil presiden, Dewan Perwakilan Rakyat dari tingkat pusat sampai Daerah serta memilih dewan perwakilan Daerah ( DPD ). Keberhasilan Pemilu serentak 2019, tidak lepas dari peran penting pengawas TPS, yang merupakan pionir pengawas Pemilu, bertugas mengawasi proses pelaksanaan pungut hitung ditempat pemungutan suara ( TPS ). Bawaslu Kabupaten Tegal memiliki 4533 pengawas TPS, yang bertugas mengawal suara rakyat di tempat pemungutan suara. 4533 pengawas TPS tersebar di 18 kecamatan, 287 desa dan kelurahan serta di 4533 TPS.Andil pengawas TPS sangat besar sehingga pelaksanaan Pemilu serentak berjalan dengan baik dan aman. Dengan semangat bersama rakyat awasi Pemilu bersama Bawaslu tegakkan keadilan Pemilu, menghasilkan Pemilu demokratis yang bermartabat

Kata Kunci : Pengawas TPS, Pemilu, Bawaslu

A. PENDAHULUAN

Pemilu adalah salah satu bagian terpenting dalam suatu negara dalam membentuk suatu pemerintahan. Pada negara yang menganut sistem demokrasi yang sistem pemerintahannya dipilih oleh rakyat, untuk rakyat yang menurut undang-undang dilaksanakan lima tahun sekali.

Sejarah pelaksanaan Pemilu di Indonesia. Kelembagaan Pengawas Pemilu baru muncul pada pelaksanaan Pemilu 1982, dengan nama Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu (Panwaslak Pemilu). Dilatar belakangi oleh protes-protes atas banyaknya pelanggaran dan manipulasi penghitungan suara yang dilakukan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

42

oleh para petugas Pemilu pada Pemilu 1971. Karena palanggaran dan kecurangan Pemilu yang terjadi pada Pemilu 1977 jauh lebih masif. Tuntutan pembentukan penyelenggara Pemilu yang bersifat mandiri dan bebas dari kooptasi penguasa semakin menguat. Untuk itulah dibentuk sebuah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat independen yang diberi nama Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi campur tangan penguasa dalam pelaksanaan Pemilu menurut Dede Sri Kartini ( 2017 ).

Perubahan mendasar terkait dengan kelembagaan Pengawas Pemilu baru dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003. Pengawas Pemilu adalah Panitia Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panita Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan yang melakukan pengawasan terhadap seluruh proses penyelenggaraan Pemilu.

Selanjutnya kelembagaan pengawas Pemilu dikuatkan melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Pasal 1 Angka 15 “ Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disebut Bawaslu, adalah badan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Adapun Bawaslu dalam pelaksanaan pengawasan berada sampai dengan tingkat kelurahan/desa dengan urutan Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, dan Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) di tingkat kelurahan/desa.

Sebagian kewenangan dalam pembentukan Pengawas Pemilu merupakan kewenangan dari KPU. Namun selanjutnya berdasarkan Keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap judicial review yang dilakukan oleh Bawaslu terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, rekrutmen pengawas Pemilu sepenuhnya menjadi kewenangan

43 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

dari Bawaslu. Kewenangan utama dari Pengawas Pemilu menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 adalah untuk mengawasi pelaksanaan tahapan Pemilu, menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi, pelanggaran pidana Pemilu, serta kode etik).

Terdapat banyak dinamika kelembagaan pengawas Pemilu ternyata masih berjalan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu. Secara kelembagaan pengawas Pemilu dikuatkan kembali dengan dibentuknya lembaga tetap Pengawas Pemilu di tingkat provinsi dengan nama Badan Pengawas Pemilu Provinsi (Bawaslu Provinsi). Pada bagian kesekretariatan Bawaslu juga didukung oleh unit kesekretariatan eselon I dengan nomenklatur Sekretariat Jenderal Bawaslu. Terdapat juga kewenangan Bawaslu untuk menangani sengketa Pemilu.

Pada perkembanganya, ada perubahan pada Undang – Undang Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelengara Pemilu, Menjadi Undang – Undang Nomor 7 tahun 2017 Tentang Pemilu. Ada banyak perbedaan dengan Undang – Undang nomor 15 Tahun 2011. Diantaranya, Pengawas Pemilu diperkuat lagi baik dari sisi Personil Pengawas Pemilu, maupun dari Kewenangan dalam menangani pelanggaran Pemilu serentak 2019. Dari sisi Personil Pengawas, dalam Undang – Undang nomor 7 tahun 2017, mengamanahkan kepada Bawaslu RI untuk membentuk pengawas dari Pengawas Provinsi, Pengawas Kabupaten yang bersifat permanen dan membentuk pengawas Kecamatan, Panitia Pengawas desa dan Pengawas tempat pemungutan suara ( PTPS ) yang bersifat Ad Hoc.

Untuk itu perlu kiranya menulis tentang Pentingnya pengawas TPS, yang dalam perjalan pengawasan Pemilu serentak yang dilaksaknakan pada tanggal 17 April 2019, ditulis sebagai sejarah

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

44

bagi Bawaslu karena pada Pemilu serentak 2019 ini adalah Pemilu yang melibatkan banyak sekali Pengawas Pemilu. Dan Pengawas Pemungutan Suara ( PTPS ) ini adalah Poinir Pengawas Pemilu, sebagai ujung tombak dari puncak pengawasan yang dilakukan oleh pengawas Pemilu.

B. METODE PENELITIANPada buku ini, penulis menyajikan tulisan berdasarkan data

sekunder dan pengalaman pribadi sebagai anggota Bawaslu Kabupaten Tegal Divisi Sumber Daya Manusia dan Organisasi yang bertugas menangani pembentukan Pengawas TPS. Dimaksudkan dengan metode tulisan kualitatif adalah bahwa data yang digunakan berdasar sekunder. Penulis menggunakan data dokumen dari laporan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan.

1. Sumber dan Jenis DataDalam penulisan ini menggunakan dokumen Laporan Panitia pengawas Pemilu Kecamatan berakiatan dengan Pembentukan Pengawas TPS. literatur kepustakaan yang sesuai dengan pokok bahasan, yaitu seperti buku, Undang – Undang dan media online.

2. Pengumpulan DataApa yang disampaikan penulis dalam buku ini adalah Bawaslu Kabupaten Tegal mempunyai kewenangan membentuk Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, dimana Pengawas Pemilu kecamatan yang memiliki kewenangan membentuk Penitia Pengawas Desa dan Pengawas Tempat Pemungutan Suara ( PTPS ). Secara hirarki struktur kelembagaan Pembentukan pengawas TPS menjadi tanggungjawab Bawaslu Kabupaten Tegal melalui jajaran dibawahnya yaitu Panwaslu Kecamatan, sehingga data yang digunakan dalam penulisan berasal dari dokumen laporan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan berkaitan

45 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

dengan Pembentukan Pengawas TPS. Selain itu, penulis juga melakukan analisis terhadap laporan tersebut.

3. Kesimpulan didapatkan setelah melihat adanya kajian pustaka sebagai dasar, pembahasan yang didalamnya terdapat tata cara, proses dan hambatan pemebentukan Pengawas TPS. Dari kesimpulan yang diambil dapat digunakan untuk merekomendasikan perbaikan kedepan.

C. KAJIAN PUSTAKA1. Pengertian Pengawas dan TPS

Pengertian Pengawas dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah orang yang mengawasi. Pengertian TPS menurut Undang – undang tahun 2017 Pasal 1 angka 25 “Tempat Pemungutan suara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat dilaksankannya pemungutan suara”. Dari penjelasan tersebut dapat juga diartikan bahwa tempat pemungutan suara ( TPS ) adalah Tempat pemilih memberi suara dan mengisi surat suara mereka dalam pemilihan umum.

Di lokasi TPS terdapat logistik Pemilu berupa tempat memberikan suara yang umumnya berupa bilik suara, di mana pemilih bisa memilih calon atau partai pilihannya secara rahasia. Surat suara yang telah diberikan kepada pemilih,setelah dicoblos akan dimasukkan ke dalam kotak suara dengan disaksikan oleh para saksi dan perlengkapan lain untuk pencoblosan surat suara.

Menurut undang - Undang Nomor 7 tahun 2017 Pasal 1 angka 23 disebutkan bawah ” pengawas Tempat pemungutan suara, adalah Petugas yang dibentuk oleh pengawas kecamatan untuk membantu panwaslu kelurahan atau desa”.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

46

2. Tugas dan Kewenangan pengawas TPS

Pengawas Tempat Pemungutan Suara ( PTPS), bertugas antara lain mengawasi pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS dan rekapitulasi hasil penghitungan suara di TPS.

Pasal 114 Undang – Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu, bahwa Pengawas TPS berwenang menyampaikan keberatan dalam hal ditemukannya dugaan pelanggaran, kesalahan dan/atau penyimpangan administrasi pemungutan dan penghitungan suara, menerima salinan berita acara dan sertifikat pemungutan dan penghitungan suara dan melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal itu Pengawas TPS, yakni mengawasi persiapan pemungutan suara, pelaksanaan pemungutan suara, persiapan penghitungan suara, pelaksanaan penghitungan suara dan pergerakan hasil penghitungan suara dari TPS ke PPS.

a. Mengawasi persiapan pemungutan dan penghitungan suara;

b. Pengawasi pelaksanaan pemungutan suara;

c. Mengawasi persiapan penghitungan suara;

d. Mengawasi pelaksanaan penghitungan suara;

e. Mengawasai hasil perhitungan suara dari TPS ke PPS

Sementara dalam Pasal 115 menjelaskan bahwa, Pengawasa TPS berhak Menyampaikan keberatan dalam hal ditemukannya dugaan pelanggaran, kesalahan, dan/atau penyimpangan administrasi pemungutan dan penghitungan suara dan Menerima salinan berita acara dan sertifikat pemungutan dan penghitungan suara, serta melaksanakan wewenag lain sesuia dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

47 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

3. Kewajiban Pengawas TPS

Sedangkan, dalam Pasal 116 Undang – Undang nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu, Pengawas TPS berkewajiban untuk menyampaikan laporan hasil pengawasan pemungutan dan penghitungan suara kepada Panwaslu Kecamatan melalui Panwaslu Kelurahan/ Desa dan menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Panwaslu, Kecamatan melalui Panwaslu Kelurahan/desa.

a. Menyampaikan laporan hasil pengawasan pemungutan dan penghitungan suara;

b. Menyampaikan laporan dugaan pelanggaran pidana pemilihan yang terjadi di TPS kepada Panwas Kecamatan melalui Pengawas Desa/Kelurahan;

c. Menyampaikan dokumen hasil pemungutan dan penghitungan suara kepada Pengawas Desa/Kelurahan dan;

d. Melaksanakan kewajiban lain yang diperintahkan oleh ketentuan peraturan perundang-undang.

4. Perencanaan Rekrutmen Pengawas

Menurut Rothwell & Kazanas (2003), sebagian besar praktisi SDM sepakat bahwa perencanaan sumber daya manusia berfokus pada menganalisis kebutuhan SDM organisasi karena kondisi organisasi berubah, dan kemudian menyediakan strategi untuk membantu menaggapi secara proaktif terhadap perubahan tersebut dari waktu ke waktu. Perencanan SDM membantu memastikan dengan benar jumlah dan jenis orang yang tepat agar tersedia pada saat yang tepat dan di tempat yang tepat untuk menerjemahkan rencana organisasi menjadi kenyataan. Proses ini menjadi strategis ketika beberapa upaya dilakukan untuk mengantisipasi “persediaan dan tuntutan” SDM jangka panjang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

48

relatif terhadap perubahan kondisi yang dihadapi organisasi, dan kemudian menggunakan program departemen SDM dalam upaya memenuhi kebutuhan SDM yang teridentifikasi.

Perencanaan strategis untuk sumber daya manusia sangat di butuhkan, karena ketidakpastian lingkungan yang pada awalnya sama kemudian mengalami evolusi perencanaan bisnis strategis yang komprehensif yang juga membuat kebutuhan perencanaan strategis untuk sumber daya manusia meningkat. Perubahan dalam kondisi ekonomi, teknologi, geografis, demografi, pemerintahan, dan social mengharuskan perusahaan untuk mengantisipasi kebutuhan SDM dan kemampuan jangka panjang, bukan hanya bereaksi untuk kebutuhan jangka pendek untuk menggantikan pekerja.

Menurut Millmore (2007), Human Resource Planning (HRP) atau perencanaan sumber daya manusia adalah nama yang diberikan untuk proses formal yang dirancang untuk memastikan bahwa organisasi memiliki kemampuan sumber daya manusia yang dapat mendukung pencapaian tujuan strategisnya. Hal ini melibatkan peramalan kebutuhan masa depan terkait penyediaan dan permintaan tenaga kerja serta menyusun perencanaan SDM untuk merekonsiliasi ketidaksesuaian di antara keduanya.

Ketika dilihat sebagai hubungan penting antara organisasi dan strategi SDM, HRP dapat dianggap sebagai mekanisme penghubung yang memenuhi tiga peran penting: menyelaraskan rencana SDM untuk strategi organisasi dengan tujuan memajukan pencapaian mereka; mengungkap masalah SDM yang bisa mengancam kelayakan strategi organisasi dan dengan demikian mengarah pada reformulasi mereka; dan bertindak dalam hubungan timbal balik dengan strategi organisasi seperti

49 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

itu dimana persoalan SDM menjadi masukan utama ke dalam proses pembentukan strategi.

Menurut Abdullah (2014), Perencanaan merupakan kegiatan atau aktifitas persiapan yang dilakukan dengan merumuskan (melakukan perhitungan dan pertimbangan) dan menetapkan keputusan tentang langkah-langkah penyelesaian masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan secara terarah pada satu tujuan organisasi.

Berdasarkan pandangan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai perencanaan, yaitu langkah – langkah yang ditetapkan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Langkah tersebut meliputi, menentukan tujuan/sasaran yang ingin dicapai. Selanjutnya adalah mengkaji kondisi yang berkembang, mengetahui potensi yang di miliki, dan potensi apa saja yang telah terpenuhi dan belum terpenuhi. Terakhir menentukan langkah – langkah untuk mencapai tujuan berdasarkan perhitungan potensi yang di miliki.

Jika dihubungkan dengan perencanaan terhadap rekrutmen SDM, maka: Pertama, yang dimaksud dengan menetapkan tujuan/sasaran dalam rekrutmen SDM adalah kuantitas dan kualitas calon SDM yang di butuhkan dalam sebuah organisasi/perusahaan. Kedua, yang di maksud mengkaji kondisi yang berkembang, mengetahui potensi yang dimiliki, dan potensi apa saja yang telah terpenuhi dan belum terpenuhi dalam rekrutmen SDM adalah potensi reputasi organisasi, gaji, manfaat yang didapatkan karyawan, kondisi kerja, minat intrinsik, pekerjaan, keamanan kerja, peluang untuk pendidikan dan pelatihan, prospek karir, dan lokasi kantor atau pabrik yang nantinya akan menjadi penawaran nilai untuk menarik calon SDM. Ketiga, yang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

50

dimaksud langkah – langkah untuk menacapai tujuan adalah menentukan penawaran nilai yang akan ditawarkan kepada calon SDM, menentukan sumberi internal atau eksternal untuk mencari calon SDM, yang terakhir adalah menentukan metode perekrutan sesuai dengan sumber calon SDM baik internal maupun eksternal.

Kesimpulanya, Perencanaan rekrutmen yang dimaksud merupakan kegiatan atau aktifitas persiapan yang dilakukan dengan merumus dan menetapkan keputusan tentang langkah-langkah penyelesaian masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan secara terarah, sesuai dengan strategi rekrutmen yang telah disusun, yang berkaitan dengan strategi perusahaan, guna mencapai tujuan organisasi.

D. HASIL PEMBAHASAN1. Rekrutmen Pengawas TPS

Di kabupaten Tegal terdapat 4533 TPS dan sudah dilaksanakan pengawasan oleh pengawas TPS pada Pemilu 2019. Untuk itu Bawaslu Kabupaten Tegal membutuhkan 4533 Pengawas TPS sebagai pionir untuk mengawasi TPS. Dengan Kebutuhan pengawas yang sangat besar ini, Bawaslu Kabupaten Tegal melalui Pengawas Kecamatan melakukan pembentukan Pengawas TPS guna untuk melaksanan salah satu amanat Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Pasal 106 huruf g “ mengangkat dan memberhentikan Pengawas TPS, dengan memperhatikan masukan Panwaslu Kelurahan / Desa “.

Alasan lain Pembentukan Pengawas TPS karena Pengawas TPS dinilai sangat penting dalam Pengawasan Pemilu 2019, Segala kegiatan Pungut hitung dilaksanakan ditataran paling

51 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

bawah yaitu di Tempat Pemungutan Suara ( TPS ). TPS menjadi pusat kegiatan seluruh rakyat dapat menyampaikan aspirasinya dalam memilih pemimpinnya dengan memberikan hak suaranya dengan mencoblos pilihan pemimpinnya. Dimana di tempat pemungutan suara ( TPS ) terdapat banyak potensi kecurangan Pemilu, untuk itu perlu dilakukan Pengawasan secara maksimal.

Bawaslu Kabupaten Tegal telah menyelesaikan proses Pembentukan PTPS Pemilu tahun 2019 se Kabupaten Tegal sejumlah 4533 Pengawas TPS, dengan lancar dan memenuhi syarat ketentuan yang berlaku. Pengawas TPS ini dibentuk 1 bulan sebelum pelaksanaan Pemilu. Tugas pokoknya mengawasi jalannya Pemilihan umum sebelum dan pada saat hari H-1 yaitu tanggal 17 april 2019, mulai dari pengiriman distribusi logistik dari PPS ke KPPS, untuk memastikan bahwa semua perlengkapan untuk pelaksanaan pungut hitung tidak ada permasalahan, melakukan pencegahan pelanggaran dan meminimalisir kecurangan Pemilu. Sebanyak 4533 orang Pengawas TPS yang sudah menjalankan tugas pengawasan pada Pemilu yang berazazkan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dan demokratis dapat diwujudkan dan mendapatkah hasil Pemilu yang bermartabat.

Pada saat Pelaksanaan Pembentukan PTPS se-Kabupaten Tegal, Bawaslu Kabupaten Tegal melaksanakan pembekalan kepada Pengawas Pemilu Kecamatan Divisi SDM sebanyak 2 (dua) kali yaitu pada tanggal 1 Februari 2019 dan 21 Februari 2019 serta 1 (satu) kali rapat Koordinasi dengan 2 (dua) Anggota dan Kasek Panwaslu Kecamatan se-Kabupaten Tegal pada tanggal 11 Februari 2019, yang ini merupakan tindak lanjut dari Surat keputusan Bawaslu Provinsi Nomor 035/BAWASLU PROV.JT/OT.00/III/2019, Instruksi Pembentukan serta Penetapan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

52

Pengawas TPS. Pembentukan Pengawas TPS di mulai dengan memberikan pembekalan tentang tata cara dan mekanisme Pembentukan Pokja, seleksi administrasi dan wawacara bagi calon Pengawas TPS,pengumuman lulus administrasi, serta pengumuman hasil akhir.

Secara teknis materi yang diberikan pada saat rakor internal dengan Anggota (Divisi SDM) berkaitan dengan Pedoman Pembentukan Pengawas TPS, Pengisian Lampiran Pengawas TPS 2019 dan Timeline Pengawas TPS 2019.

Pada pelaksaannya ada perubahan timeline dalam Pembentukan Pengawas TPS yaitu :

a. Sosialisasi Petunjuk Teknis pembentukan Pengawas TPS dari mulai 28 Januari sampai 3 Februari 2019.

b. Proses seleksi.

1) Pengumuman pendaftaran (7 Hari ), tanggal 4-10 Februari 2019;

2) Pendaftaran,Penerimaan,Penelitian berkas administrasi serta wawancara (9 hari ) tanggal 11-21 Februari 2019;

3) Pengumuman perpanjangan Gelombang 1 (3 hari), 22-24 februari 2019;

4) Pendaftaran Perpanjangan (3 hari) 25 – 27 Februari 2019;

5) Pengumuman Calon PTPS oleh Pokja dan Tanggapan dari masyarakat (3 Hari) tanggal 27 Februari – 1 Maret 2019;

6) Klarifikasi atas tanggapan masyarakat dan pleno Panwaslu Kecamatan tentang Pengawas TPS terpilih, tanggal 4-6 Maret 2019;

7) Pengumuman Pengawas TPS terpilih (5 hari) tanggal 8-12 Maret 2019;

53 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

8) Laporan tahapan Penjaringan sekaligus penyampaian berkas seleksi dari Panwaslucam ke Bawaslu Kabupaten (5 hari), tanggal 9-13 Maret 2019;

9) Pelantikan Pengawas TPS dan BIMTEK (1 hari), tanggal 25 Maret 2019;

10) Pada tanggal 7 Maret 2019, ada surat Keputusan Bawaslu RI berkaitan tentang dibuka kembali untuk gelombang 2 (dua) perpanjangan untuk kecamatan yang belum memenuhi syarat dan ketentuan,timeline yang keluarkan gelombang 2 (dua) :

a) Pengumuman Perpanjangan gelombang 2 dimulai (4 hari) mulai tanggal 6- 10 Maret 2019;

b) Pengumuman Calon pengawas TPS gelombang 2, tanggal 11 Maret 2019;

c) Klarifikasi atas tanggapan masyarakat dan pleno Panwas Kecamatan tentang Pengawas TPS terpilih, tanggal 12 Maret 2019;

d) Pengumuman Pengawas TPS terpilih , tanggal 13 Maret 2019. Sampai pada batas akhir yang telah ditentukan, Bawaslu Kabupaten Tegal dengan kebutuhan 4533 Pengawas TPS sudah memenuhi dengan sesuai dengan ketentuan syarat - syarat yang berlaku menurut Peraturan Perundang–Undangan, menetapkan serta melantik 4533 Pengawas TPS pada tanggal 25 Maret 2019.

Adapun ketentuan Persyaratan Pendaftaran menjadi Pengawas TPS adalah sebagai berikut:

a. Warga Negara Indonesia;

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

54

b. Pada saat pendaftaran berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun.

c. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945;

d. mempunyai integritas, berkepribadian yang kuat, jujur, dan adil;

e. memiliki kemampuan dan keahlian yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Pemilu, ketatanegaraen, kepartaian, dan pengawasan Pemilu;

f. berpendidikan paling rendah sekolah menengah atas atau sederajat

g. berdomisili di kelurahan/desa setempat dalam Negara Kesaturan Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP);

h. mampu secara jasmani, rohani, dan bebas dari penyalahgunaan narkotika;

i. mengundurkan diri dari keanggotaan partai politik sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun pada saat mendaftar sebagai calon PTPS;

j. mengundurkan diri jabatan politik, jabatan di pemerintahan, dan/atau di badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah pada saat mendaftar sebagai calon;

k. tidak pernah dipidana penjara selama 5 (lima) tahun atau lebih, dibuktikan dengan surat pernyataan;

l. bersedia bekerja penuh waktu yang dibuktikan dengan surat pernyataan;

m. bersedia tidak menduduki jabatan politik, jabatan di pemerintahan, dan/atau badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah selama masa keanggotaan apabila terpilih; dan

55 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

n. tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan sesama Penyelenggara Pemilu

Bawaslu Kabupaten Tegal telah melaksanakan Pembentukan PTPS dari mulai pembekalan kepada Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan yang berkaitan dengan pembentukan Pokja, Pengumuman Pendaftaran, Penerimaan berkas, Penelitian Administrasi, Pengumuman lulus administrasi, teswawancara dan pengumuman berjalan dengan baik walaupun pada prosesnya ada kendala, akan tetapi Bawaslu melakukan berbagai upanya untuk mengatasi kendala tersebut,sehingga bisa berjalan sesuai timeline, selanjutnya pelantikan secara serentak dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan yaitu pada tanggal 25 maret 2019.

Bawaslu Kabupaten Tegal menginginkan dan memiliki harapan bahwa Pengawas PTPS yang dibentuk memiliki intergritas, kapabilitas dan etika serta dapat menjalankan dan menjaga amanah yang diemban menjadi pengawas TPS dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar. Karena Pengawas TPS adalah wajah Bawaslu Baik atau tidaknya, sukses tidaknya Bawaslu dalam mengawal demokrasi ada pada puncak Pemilu 2019. Sehingga visi misi Bawaslu membawa dan memperoleh hasil Pemilu yang bermartabat dapat dicapai. Untuk itu Pengawas TPS harus memiliki pengetahuan tentang kePemiluan yang lebih dari penyelenggara Pemilu lainnya.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

56

INFOGRAFIS TATA CARA DAN MEKANISME PEMBENTUKAN PENGAWAS TPS PADA PEMILU 2019

BAWASLU KABUPATEN TEGAL

INFOGRAFIS PENGAWAS TPS YANG TELAH DIBENTUK BAWASLU KABUPATEN TEGAL PADA PEMILU 2019

57 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

DATA JUMLAH PENGAWAS TPS PEMILU 2019

BAWASLU KABUPATEN TEGAL

NO KECAMATAN JUMLAH TPS

JUMLAH PTPS

JUMLAH YANG SUDAH

DILANTIK

1 ADIWERNA 359 359 359

2 BALAPULANG 271 271 271

3 BOJONG 221 221 221

4 BUMIJAWA 309 309 309

5 DUKUHTURI 268 268 268

6 DUKUHWARU 195 195 195

7 JATINEGARA 202 202 202

8 KEDUNGBANTENG 127 127 127

9 KRAMAT 314 314 314

10 LEBAKSIU 280 280 280

11 MARGASARI 317 317 317

12 PAGERBARANG 178 178 17813 PANGKAH 300 300 30014 SLAWI 214 214 214

15 SURADADI 275 275 275

16 TALANG 273 273 273

17 TARUB 244 244 244

18 WARUREJA 186 186 186

JUMLAH 4.533 4.533 4.533

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

58

PETA PERSEBARAN PENGAWAS TPS PADA PEMILU 2019

59 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

2. Output kinerja Pengawas TPSDalam suatu pelaksanaan kegiatan pengawasan ,capaian dan hasilnya dapat diukur dengan dokumen dan data. Salah satu indikator dalam menilai keberhasilan dan baik tidaknya kinerja Pengawas TPS dalam menjalankan tugas dan Kewajibannya adalah dengan memberikan laporan berupa data dan dokumentasi . Tertib administrasi dalam bentuk Laporan kinerja Pengawasan tempat Pemungutan Suara (PTPS) yang dilakukan oleh Bawaslu Kabupaten Tegal secara hirarkis sebagai perangkat pengawas Pemilu ditingkat Kabupaten.

Adanya Pengawas TPS ( PTPS ), untuk mencegah pelanggaran Pemilu dan meminimalisir terjadinya kecurangan pada saat pelaksanaan punguit hitung di TPS sebagai titik kulminnasi pelaksanaan Pemilu serentak 2019. Sejak dilantik tanggal 25 Maret 2019 pengawas TPS sudah mulai melaksanakan tugasnya sampai proses pungut hitung selesai, dengan menerima formulir model C dari KPPS sebagai hasil pengawasan. Selain Formulir model C, kewajiban pengaws TPS juga memberikan laporan Form A hasil Pengawasan,Foto dokumen C1 Plano dan dokumen lain berkaitan dengan kejadian – kejadian khusus.

Bagi Bawaslu kabupaten Tegal dokumen Form A Pengawasan, Salinan Formulir model C dari KPU serta foto – foto dokumntasi menjadi dokumen yang sangat penting, karena dokumen tersebut adalah dokumen yang sangat dibutuhkan Bawaslu sebagai lembaga yang memberi keterangan pada saat ada gugatan perselisihan hasil pemilihan Umum di MK.

3. Hambatan pengawas TPSProses pembentukan pengawas yang cukup menyita banyak dan pikiran untuk mencari strategi mengatasi hambatan pada saat

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

60

Pembentukan Pengawas TPS, adapun hambatan tersebut adalah :

a. Batasan Umur Pengawas TPS minimal 25 tahun;

b. Letak geografis;

c. Sumber daya Manusia baik dikota maupun diperdesaan;

d. Faktor Ekonomi;

e. Bimtek dilakukan dikelas besar, sehingga dengan kemampuan sumber daya manisu yang berbeda- beda, kapasitas penyerapan materi, pengetahuan dan informasi yang disampaikan dalam bimbingan teknis kurang maksimal;

f. Bimtek pertama dan kedua jaraknya sangat jauh, menjadikan waktu untuk belajar Pengawas TPS terbatas;

4. Analisa hambatan dalam pembentukan Pengawas TPS

a. Berdasarkan hasil analisa, hambatan menganai faktor usia minimal 25 tahun, itu dikarena diusia tersebut adalah usia yang produktif dan sudah bekerja sehingga sulit menemukan pengawas yang penuh waktu.

b. Letak geografis mempengaruhi pada saat pemebetukan Pengawas TPS karena untuk didaerah pengunungan usia 25 hampir semua merantau kekota. Sementara dikota usia 25 sudah memiliki pekerjaan tetap.

c. Dari sisi sumber daya manusia ada kesulitan dan keterbatasan sumber daya manusia di daerah pengunungan.

d. Faktor ekonomi menjadi salah satu hambatan pada saat pembetukan pengawas TPS, karena masyarakat atau orang yang sudah memiliki ekonomi mapan tidak mau menjadi PTPS.

e. Kemampuan dan Pengetahuan kePemiluan Pengawas TPS masih masih harus ditingkatkan,puncak semua pengawasan tahapan Pemilu pada hari H, dan ini berada pada wilayah kewenangan dan tanggung jawab pengawas TPS.

61 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

E. KESIMPULAN

Hasil akhir dari semuanya berupa evaluasi kegiatan, dan ini juga berlaku bagi pengawas Pemilu. Evaluasi dilakukan oleh Bawaslu melalui tingkatan berjenjang. Pengawas TPS yang secara kelembagaan termasuk bagian dalam Bawaslu Kabupaten Tegal juga dilakukan evaluasi, akan tetapi evaluasi kinerja Pengawas TPS dilakukan oleh Panwaslu kecamatan, dengan tetap mendengarkan masukan dari Panitia Pengawas Desa. Dari penilaian atau evaluasi dari Panwaslucam, digunakan Bawaslu Kabupaten Tegal menilai apakah kinerja pengawas TPS sudah berjalan sesuai ketentuan dan sesuai harapan.Bawaslu Kabupaten Tegal menilai bahwa Pengawas TPS melaksanakan tugas pengawasan dengan baik, mencatat semua yang terjadi dan hasil pengawasan dalam Form A Pengawasan. Hasil pengawasan pengawas TPS yang tertuang dalam Form A Pengawasan merupakan output dari kinerja pengawas TPS. Sehingga menjadi dokumen penting bagi Bawaslu kabupaten Tegal untuk mendapat laporan dokumen dan data tersebut, untuk mengetahui apa yang terjadi di TPS sejak mulai pendistribusian logistik, pungut hitung selesai dan Pengawas TPS memperoleh Salinan form C dari KPPS. Dilihat dari hasil pengumpulan dokumen laporan tidak terjadi banyak permasalahan yang ditemukan atau dilaporkan di tempat pemungutan suara, sehingga pelaksanaan Pemilu serentak pada tanggal 17 april 2017 berjalan baik, lancar dan aman.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

62

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ma’ruf. Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan. Aswaja Pressindo : Yogyakarta. 2014.

Millmore, M., Lewis, P., Saunders, M., Thornhill, A., dan Morrow, T. Strate-gic Human Resource Management Contemporary issues. England : Pearson Education Limited. 2007.

Rothwell, W.J., dan Kazanas, H.C. Planning & Managing Human Resources : Strategic Planning for Personnel Mannagement. Amherst : Press, Inc. 2003.

Dede Sri Kartini. Demokrasi dan Pengawsan Pemilu. Journal of Gover-nance, Desember 2017. Volime 2, No. 2 146.

Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Ang-gota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu Umum

Undang - Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu

Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu

Surat keputusan Bawaslu Provinsi Nomor 035/BAWASLU PROV.JT/OT.00/III/2019 Instruksi Pembentukan serta Penetapan Pengawas TPS

Kamus Besar Bahasa Indonesia

63 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN DAN AKUNTABILITAS LAPORAN DANA KAMPANYE

PARTAI POLITIK PEMILU TAHUN 2019 DI KABUPATEN TEGAL

Khaeroziyah UlfaStaf Divisi Sengketa

[email protected]

Abstract

This study aims to explore the compliance and accountability of campaign finance reports by political parties participating in the 2019 elections in Tegal Regency. Political parties are public institutions that should provide accountability for the public funds they use in order to become a means of aspirations for the community in matters of politics and government. The accountability variable used in this study is political party compliance with election campaign fund reporting regulations and campaign fund accountability which is a requirement for the realization of good governance. The demand for campaign funds is so large that election participants must try to prepare funds. Funds used by election participants may come from election participants as well as legal contributions from other parties which are governed by laws and regulations. However, from the funds raised there arose various issues regarding the level of compliance and accountability of campaign finance reports reported to election administrators.

Keyword : Election, Campaign Funds, Obedience, Accountability

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi mengenai kepatuhan dan akuntabilitas laporan dana kampanye oleh partai politik

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

64

peserta Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Tegal. Partai politik adalah lembaga publik yang seharusnya memberikan pertanggungjawaban atas dana publik yang mereka gunakan dalam rangka menjadi sarana aspirasi bagi masyarakat dalam hal politik dan pemerintahan. Variabel akuntabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepatuhan partai politik atas regulasi pelaporan dana kampanye Pemilu dan akuntabilitas dana kampanyeyang merupakan syarat perwujudan good governance. Tuntutan dana kampanye yang begitu besar ini menjadikan peserta Pemilu harus berusaha menyiapkan dana. Dana yang digunakan peserta Pemilu dapat berasal dari peserta Pemilu maupun sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. Namun, dari dana yang dikumpulkan muncul berbagai persoalan mengenai tingkat kepatuhan dan akuntabilitas laporan dana kampanye yang dilaporkan pada penyelenggara Pemilu.

Kata kunci : Pemilu, Dana Kampanye, Kepatuhan, Akuntabilitas.

A. PENDAHULUAN

Indonesia adalah Negara yang menganut sistem demokrasi untuk membentuk negara yang lebih baik. Sistem demokrasi ini diwujudkan dalam sebuah pelaksanaan partisipasi atau peran rakyat dalam menentukan wakil-wakil rakyat yang akan menduduki kursi pemerintahan. Partisipasi tersebut berupa penggunaan hak suara dalam menentukan pemimpin Negara di periode selanjutnya. Mengingat kepemimpinan anggota eksekutif dan legislatif di negara Indonesia terbatas oleh masa jabatan, maka diperlukan pengumpulan hak-hak suara rakyat untuk kepemimpinan di periode selanjutnya dengan menggunakan sistem demokrasi langsung yaitu sebuah program pemerintah yang disebut dengan Pemilihan Umum, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara dan pelaksanaan pengawasan Pemilu yang dilakukan oleh lembaga Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

65 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum menjelaskan bahwa pemilihan umum adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Demi mewujudkan pelaksanaan Pemilu yang sesuai dengan regulasi yang ada, maka diperlukan sebuah pengawasan. Pengawasan ini dilakukan tidak hanya terkait teknis Pemilu saja namun juga mencakup administrasinya seperti pengawasan dana kampanye partai politik. Pengawasan dana kampanye merupakan bagian dari tugas Bawaslu untuk meminimalisir bentuk pelanggaran seperti penyelewengan dana kampanye maupun manipulasi dana kampanye.

Pendanaan partai politik yang mengusung para calon haruslah benar-benar jelas. Secara praksis, keberadaan partai secara faktual hanya bergaung seolah menjadikan rakyat sebagai tema sentral jelang kampanye dan atau saat kampanye dilakukan melalui kegiatan sosial, event olah raga, demonstrasi ataupun tampilan lips service lainnya yang menjadikan rakyat sebagai komoditas. Namun ketika telah terpilih menjadi wakil rakyat dan bahkan berada pada lingkungan elite kekuasaan, kadang mereka menestapakan harapan rakyat yang terbuai oleh setumpuk janji di tengah hingar bingar hajatan demokrasi lima tahunan tersebut. Bahkan dalam beberapa kasus hukum misalnya antar elite terkesan saling melindungi, menutupi kesalahan, dan ironisnya melakukan korupsi berjamaah.

Mengenai sumber keuangan partai politik, awalnya dana operasional partai politik dan dana kampanye didapatkan dari iuran

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

66

anggota partai politik. Hubungan ideologis yang kuat antara partai politik dan anggota partai politik menyebabkan para anggota partai politik secara sukarela memberikan dana iuran kepada partai politik (Sidik Pramono, 2013). Namun sejalan dengan perubahan struktur sosial masyarakat dan penataan sistem pemerintahan demokrasi yang semakin kompleks, kini nyaris tidak ada partai politik yang hidup sepenuhnya dari iuran anggota (Didik Supriyanto,2013). Diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum dan PKPU Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Dana Kampanye, bahwa partai politik dalam sumber keuangannya adalah dari iuran anggota partai politik, sumbangan yang sah menurut hukum, bantuan keuangan dari APBN dan APBD. Keleluasaan sumber dana tersebut maka diperlukannya adanya transparansi kepada publik oleh partai politik yang berjenjang sesuai tahapan dengan tujuan transparansi keuangan kepada publik, laporan tersebut adalah Laporan Awal Dana Kampanye (LADK), Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK) dan Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK). Akuntabilitas serta kepatuhan laporan juga dipertanggungjawabkan dengan diadakannya audit laporan dana kampanye yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik.

Perlu diketahui pula bahwa, Studi tentang audit dana kampanye sebenanrnya meminjam dari studi akuntansi keuangan. khususnya tentang konsep audit. Beberapa ahli yang memiliki kapasitas dalam studi akuntansi keuangan memberikan batasan tentang audit. Menurut Arens and Loebbecke (2000, 9), audit adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut mereka, proses audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan

67 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

independen. Sedangkan Asosiasi Akuntan Amerika Serikat (2001) menjelaskan bahwa audit adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Adapun Meisser (2003) menjabarkan bahwa audit adalah proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan.

Menurutnya, hasil dari penugasan tersebut dikomunikasikan kepada pihak pengguna yang berkepentingan. Proses audit tersebut dilakukan oleh orang yang berkompeten dan hasilnya diserahkan kepada pihak yang relevan dan berkepentingan. Kemudian, untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas laporan dana kampanye para calon, maka ada ketentuan audit kepatuhan dari akuntan publik, yaitu dengan opini patuh atau tidak patuh. Tujuan audit kepatuhan adalah untuk menilai kesesuaian laporan yang disampaikan para calon dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang dana kampanye. KPU melakukan seleksi KAP untuk melakukan Pembiayaan Pemilu di Indonesia audit dana kampanye sebagai bagian dari jasa konsultan.

Dari pemaparan mengenai kewajiban pembukuan dan penyampaian laporan dana kampanye partai politik peserta Pemilu, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN DAN AKUNTABILITAS LAPORAN DANA KAMAPNYE PARTAI POLITIK Pemilu TAHUN 2019 DI KABUPATEN TEGAL”. Dengan rumusan masalah mengenai, bagaimana tingkat kepatuhan dan akuntabilitas

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

68

laporan dana kampanye peserta Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Tegal ?. diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan sumbangan pemikiran yang dapat menambah wawasan masyarakat maupun untuk keperluan akademis.

B. METODE PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian “Analisis Tingkat Kepatuhan Dan Akuntabilitas Laporan Dana Kampanye Partai Politik Pemilu Tahun 2019 Di Kabupaten Tegal” ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik deskriptif analitis. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi literatur melalui kajian pustaka yang terkait dengan pokok bahasan sebagai data primer dan data sekunder berupa laporan dari lembaga yang mempunyai perhatian kepada Pemilu khususnya terkait Dana Kampanye Pemilu yaitu dokumen pemerintah baik pusat maupun daerah dan juga lembaga penyelenggara Pemilu terkait seperti KPU, Bawaslu, KAP sebagai lembaga audit dana kampanye, serta pemberitaan di media cetak atau media elektronik.

C. PERSPEKTIF TEORI1. Pandang Tentang Partai Politik

Secara etimologi, kata politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu “polis” yang berarti kota atau komunitas secara keseluruhan. Konsep tentang “polis” adalah proyek idealis Plato dan Aristoteles dalam Firmanzah (2008). Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, mulai banyak ilmuan yang memberikan definisi tentang politik, antara lain adalah sebagai berikut:

Budiardjo mengatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis. Untuk menggapai

69 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

the good life ini menyangkut bermacam-macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem, serta cara-cara melaksanakan tujuan itu. Definisi lain mengenai partai politik telah dikemukakan oleh beberapa ahli politik pula diantaranya menurut ahli politik Carl J. Friedrich yang dikutip (dalam Miriam Budiardjo, 2008) adalah sebagai berikut: “Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil. (a political party is a group of human beings, stably organized with the objective of securing or maintaning for its leader the control of a goverment, with the futher objective of giving to member of the party, through such control ideal and material benefits and advantages)” (Miriam Budiardjo, 2008:404).

Kemudian Sigmund Neumann (dalam Miriam Budiardjo, 2008) mengemukaan definisi partai politik sebagai berikut. “Partai politik adalah organisasi dari aktifitas-aktifitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda “(a political party is the articulate organization of society’s activepolitical agent; those who are concerned with the control of govermental policy power, and who complete for popular support with other group or groups holding divergent view)” (Miriam Budiardjo, 2008). Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Partai politik Pasal 1 ayat 1, partai politik didefinisikan sebagai

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

70

organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dari berbagai penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik merupakan sebuah organisasi yang dibentuk berdasarkan kumpulan orang-orang yang memiliki arah pemikiran dan tujuan yang sama untuk mendapatkan sebuah kekuasaan dalam pemerintahan dan menjadi penghubung antara masyarakat sipil dengan pemerintah, yang memberikan informasi secara bottom up maupun top down. Melihat dari pengertian diatas bahwa peran Partai Politik di suatu negara Demokrasi sangat diperhitungkan eksistensinya terutama dalam perhelatan pesta demokrasi rakyat atau pemilihan umum. Peran partai politik tergambarkan dalam fungsi partai politik, adapun fungsi partai politik oleh Miriam Budiardjo dalam A. Rahman H. I (2007) terkait fungsi partai politik yang melekat dalam suatu partai politik sebagai berikut:

a. Komunikasi Politik

Komunikasi politik merupakan fungsi menyalurkan berbagai macam pendapat dan aspirasi masyarakat ditengah keberagaman pendapat masyarakat modern yang terus berkembang. Pendapat atau aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tidak berbekas apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada, proses tersebut dinamakan (interest aggregation). Setelah penggabungan pendapat dan aspirasi tersebut diolah

71 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

dan dirumuskan sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang (interest articulation). Jika peran utama ini tidak dilakukan pasti akan terjadi kesimpang siuran isu dan saling berbenturan.

Setelah itu, partai politik merumuskannya menjadi usul kebijakan yang kemudian dimasukan dalam program atau partai untuk diperjuangkan atau disampaikan melalui parlemen kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum (public policy). Demikianlah tuntutan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik. Di sisi lain, partai politik juga berfungsi memperbincangkan dan menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Dengan demikian terjadi dua arus komunikasi dari atas ke bawah maupun bawah ke atas informasi tersampaikan dengan baik. Peran partai sebagai penghubungan sangat penting, karena disatu pihak kebijakan pemerintah perlu perlu dijelaskan kepada seluruh masyarakat, dan dipihak lain juga pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat.

Menurut Sigmund Neumann dalam hubungannya dengan komunikasi politik,partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga pemerintah yang resmi dan yang mengaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas. Namun tak jarang pelaksanaan fungsi komunikasi politik ini menghasilkan informasi yang mengandung isu-isu yang meresahkan masyarakat karena memihak salah satu kelompok (Miriam Budiardjo, 2008).

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

72

b. Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik merupakan sebuah proses dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana dia berada. Proses ini merupakan faktor penting dalam terbentuknya budaya politik (political culture) suatu bangsa karena proses penyampaiannya tersebut berupa norma-norma dan nilai-nilai dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Suatu definisi yang dirumuskan oleh seorang ahli sosiologi politik M. Rush (dalam A. Rahman H.I., 2007) adalah sebagai berikut. Sosialisasi politik adalah proses yang melaluinya orang dalam masyarakat tertentu belajar mengenali sistem politiknya. Proses ini sedikit banyak menentukan persepsi dan reaksi mereka terhadap fenomena politik (political socialization may be defined is the process by which individuals in a given society become acquainted with the political system and which to a certain degree determines their perceptions and their reactions to political phenomena).

A. Rahman H. I. juga mengatakan bahwa fungsi sosialisasi politik partai juga dapat dipandang sebagai suatu upaya menciptakan citra bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting jika dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai pemerintahan melalui kemenangan dalam pemilihan umum. Lebih penting lagi apabila partai politik dapat menjalankan fungsi sosialisasi untuk mendidik anggotaanggotanya menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dan menempatkan kepentingan sendiri dibawah kepentingan bersama.

73 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

c. Rekrutmen Politik

Rekruitmen politik merupakan fungsi untuk mempersiapkan kepemimpinan internal maupun nasional karena setiap partai membutuhkan kader-kader yang berkualitas untuk dapat mengembangkan partainya. Rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin.

d. Pengatur Konflik Politik

Pengatur konflik politik merupakan fungsi untuk membantu mengatasi konflik diantara masyarakat atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Pendapat lain menurut ahli Arend Lijphart (A. Rahman H.I., 2007) perbedaan– perbedaan atau perpecahan ditingkat massa bawah dapat diatasi oleh kerja sama diantara elite-elite politik. Dalam konteks kepartaian, para pemimpin partai adalah elite politik.

Teori fungsi partai milik Miriam Budiardjo diatas selaras dengan fungsi partai politik berdasarkan undang-undang partai politik di Indonesia yaitu, Undang – Undang No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik Pasal 11 ayat 1 menyatakan bahwa partai politik adalah sebagai sarana :

1) Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2) Penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa untuk mensejahterakan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

74

masyarakat.

3) Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.

4) Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan

5) Rekrutmen politik dalam proses pengisisan jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Dengan melekatnya beberapa fungsi dalam partai politik diatas, partai politik menjadi salah satu faktor penting bagi tegaknya negara demokrasi. Hal ini dikarenakan partai politik menjadi sarana mobilitas aspirasi masyarakat dan pemerintah. Selain itu, partai politik menjadi sarana informasi dalam memberikan penjelasan mengenai keputusan keputusan politik yang diambil pemerintah. Secara ringkas partai politik dapat dikatakan sebagai penghubung antara warga negara dengan pemerintahnya. Selain itu partai juga melakukan fungsi-fungsi seperti komunikasi politik, sosialisasi politik, rekruitmen politik, pengatur konflik politik, pendidikan politik, pemersatu kebangsaan untuk mensejahterakan masyarakat, dan partisipasi politik. Pelaksanaan fungsi-fungsi ini dapat dijadikan instrumen untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan partai politik dalam menjalankan tugasnya.

Maka dari itu segala bentuk kegiatan politik terutama di kegiatan kampanye perlu di adakan pembukuan serta pelaporan dana kampanye. Dan tuntutan kepada partai politik untuk terbuka dan memberikan pertanggungjawaban kepada publik sesungguhnya telah diatur dalam beberapa undang-undang. Salah satu dari Undang-Undang tersebut adalah Undang-

75 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Undang-Undang KIP Nomor 14 Tahun 2008 Pasal 15 Tentang Informasi Publik yang wajib disediakan oleh partai politik adalah: Asas dan tujuan, Program umum dan kegiatan partai politik, Nama dan alamat susunan kepengurusan dan perubahannya, Pengelolaan dan penggunaan dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, Mekanisme pengambilan keputusan partai, Keputusan partai, Informasi lain yang ditetapkan oleh undang-undang yang berkaitan dengan partai politik (Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik Jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Kewajiban Partai Politik Sebagai Badan Publik).

2. Dana Kampanye Pemilu

Pengaturan dana kampanye ditujukan untuk mendorong Pemilu yang adil antara peserta Pemilu. Öhman dan Zainulbhai (2007) menyebutkan bahwa laporan dana kampanye merupakan suatu dokumen yang harus dibuat oleh peserta Pemilu untuk menyampaikan rincian pendapatan dan belanja kampanye yang tidak hanya harus diaudit akuntan publik, tetapi juga harus diumumkan kepada publik. Dalam konteks Indonesia, menurut Supriyanto dan Wulandari (2013), pengaturan dana kampanye memiliki beberapa tujuan. Pertama, pengaturan dana kampanye dapat mencegah kemungkinan partai politik, anggota legislatif dan pejabat eksekutif mengabaikan kepentingan rakyat dan terjebak untuk melayani kepentingan penyumbang dana. Kedua, pengaturan dana kampanye juga bisa mengembalikan kepercayaan kepada politisi dan partai politik yang kini tengah jatuh akibat banyaknya kasus korupsi yang membelit mereka. Ketiga, pengaturan dana kampanye akan mendorong akuntabilitas

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

76

politisi dan partai politik sehingga kredibilitas mereka di mata publik meningkat.

Dana Kampanye menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum adalah sejumlah biaya berupa uang, barang dan jasa yang digunakan Peserta Pemilu untuk membiayai kegiatan Kampanye Pemilu. Dalam perhelatan pesta demokrasi atau Pemilu didalam suatu negara yang selain disukseskan oleh penyelenggara Pemilu dan rakyat selaku pemilik hak suaranya. Namun, dalam hal ini pemilihan umum tidak luput atas partisipasi dari partai politik peserta pemilihan umum. Partai politik peserta Pemilu diberikan waktu bagi kader usungannya untuk melakukan aktivitas kampanye diwaktu yang telah ditetapkan. Masa kampanye yang dilaksankan tidak lepas dari adanya pembiayaan ataupun pendanaan kampanye demi terselenggaranya kampanye yang lebih menyentuh kepada masyarakat dengan tujuan mendapatkan kursi pemerintahan. Pembiayaan atau pendanaan ini didapatkan partai politik melalui APBN, harta pribadi peserta Pemilu dan Sumbangan yang sah menurut hukum. Pendanaan tersebut dalam pemilihan umum di namakan Dana Kampanye yang aturannya dana kampanye sendiri telah diatur secara lengkap dan jelas di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, PKPU Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Dana Kampanye.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum menjelaskan dalam Pasal 325 yang intinya bahwa sumber dana kampanye Pemilu presiden dan wakil presiden menjadi tanggung jawab Pasangan Calon. Dapat diperoleh dari Pasangan Calon yang bersangkutan, Partai politik dan/atau Gabungan partai politik yang mengusulkan pasangan Calon dan sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain serta dapat didanai dari APBN. Dan pada Pasal 329 dijelaskan yang

77 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

pada intinya Dana kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang didanai dan menjadi tanggung jawab Partai Politik Peserta Pemilu masing-masing. Dana Kampanye Pemilu bersumber dari partai politik, calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari partai politik yang bersangkutan dan sumbangan yang sah menunrt hukum dari pihak lain. Dana kampanye berupa uang, barang dan/atau jasa, yang apa bila dana kampanye Pemilu berupa uang maka ditempatkan pada rekening khusus dana kampanye Partai Politik peserta Pemilu pada bank dan apabila dana kampanye Pemilu berupa sumbangan dalam bentuk barang dan/atau jasa dicatat berdasarkan harga pasar yang wajar pada saat sumbangan itu diterima. Selain itu, dalam Pasal 332 dijelaskan mengenai dana kampanye peserta Pemilu Calon DPD yang pada intinya Kegiatan Kampanye Pemilu anggota DPD didanai dan menjadi tanggung jawab calon anggota DPD masing-masing. Sumber dana kampanye diperoleh dari: calon anggota DPD yang bersangkutan dan sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain. Adapun Dana Kampanye yang bersumber dari sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c berasal dari: perseorangan, kelompok; dan/atau, perusahaan atau badan usaha nonpemerintah.

Dalam pelaksanaan kampanye peserta Pemilu baik partai politik atau calon bisa mengumpulkana dana publik. Sesuai amanat Pasal 257 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum bahwa dana itu bisa berasal dari perseorangan, kelompok, perusahaan, dan badan nonpemerintah. Karenanya, perserta Pemilu wajib mempertanggungjawabkan pendanaan kampanyenya secara akuntabel dan transparan. Hal ini penting

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

78

mengingat adanya keterkaitan dalam tata kelola pemerintahan bersih nantinya ketika terbentuk pemerintahan baru. Serta dari aturan tersebut, para kontestan Pemilu 2019 bisa menerima dana untuk kampanye dari perseorangan yang jumlahnya maksimal Rp2,5 miliar. Sementara dana sumbangan dari kelompok, perusahaan dan atau badan non pemerintah jumlahnya paling banyak Rp25 miliar. Mengingat pentingnya dana kampanye dalam mempengaruhi tata kelola pemerintahan pasca Pemilu, maka Negara mengaturnya sehingga bisa menciptakan pemerintahan baru yang bebas intervensi. Pengaturan ini sekaligus memberikan kesempatan yang adil kepada peserta Pemilu dalam pendanaan kampanye yang memerlukan dana besar. Aspek-aspek yang diatur dalam ketentuan pengaturan dana kampanye misalnya pada penyumbang dan identitasnya, besaran, rekening dana kampanye, ketentuan pelaporannya kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan auditnya. Ketentuan itu membebankan kewajiban kepada peserta Pemilu dan calon untuk menyampaikan laporan dalam tenggat waktu yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan. Setelah menerima sumbangan, Peserta Pemilu 2019 wajib mencatat Laporan Awal Dana Kampanye (LADK), Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK) dan Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK) selama tahapan Pemilu berlangsung. Ketiganya memiliki fungsi masing-masing (Hendi Purnawan:2019).

Laporan Dana Kampanye menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pasangan calon, tim kampanye, partai politik peserta Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan calon DPD peserta Pemilu.

79 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Ketentuan tersebut telah termaktub dalam Pasal 334. Adapun pembukuan dan penyampaian Laporan Dana kampanye meliputi beberapa jenis yaitu:

a. Pembukuan dan Penyampaian Laporan Awal Dana Kampanye

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Dana Kampanye Pemilihan Umum, Laporan Awal Dana Kampanye yang selanjutnya disingkat LADK adalah pembukuan yang memuat informasi RKDK, sumber perolehan saldo awal atau saldo pembukaan, rincian perhitungan penerimaan dan pengeluaran yang diperoleh sebelum pembukaan RKDK, penerimaan sumbangan yang bersumber dari Pasangan Calon Partai Politik atau Gabungan Partai Politik, Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing Pasangan Calon (bagi calon presiden), Nomor Pokok Wajib Pajak Partai Politik (bagi Calon DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota) serta Nomor Pokok Wajib Pajak Calon DPD (bagi calon DPD). Periode pelaporan laporan awal dana kampanye adalah sejak tanggal pembukaan Rekening Khusus Dana Kampanye (RKDK) dan ditutup satu hari seblum masa kampanye. Adapun Pasangan Calon dan/atau Tim Kampanye tingkat nasional, daerah provinsi, dan/atau daerah kabupaten/kota wajib menyampaikan LADK sebagaimana dimaksud kepada KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, dan KPU/KIP Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya. Penyampaian LADK sebagaimana dimaksud dilakukan 1 (satu) Hari setelah periode penutupan LADK sebagaimana dimaksud diatas paling lambat pukul 18.00 waktu setempat.

b. Pembukuan dan Penyampaian Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

80

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Dana Kampanye Pemilihan Umum, Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye yang selanjutnya disingkat LPSDK adalah pembukuan yang memuat seluruh penerimaan yang diterima Peserta Pemilu setelah LADK disampaikan kepada KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota. Pembukuan LPSDK sebagaimana dimaksud dibuka 1 (satu) Hari setelah penutupan pembukuan LADK dan ditutup 1 (satu) Hari sebelum LPSDK disampaikan kepada KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, dan KPU/KIP Kabupaten/Kota. Terdapat batasan-batasan terkait kisaran sumbangan yang sah menurut hukum ialah terkait sumber dan jumlah sumbangan dana kampanye. Sumber sumbangan dana kampanye, menurut PKPU Nomor 24 Tahun 2018 Pasal 7 ayat 3-5 yang pada intinya bahwa Dana Kampanye yang bersumber dari sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain sebagaimana dimaksud berasal dari: perseorangan, kelompok; dan/atau perusahaan atau badan usaha nonpemerintah. Adapun Sumbangan yang berasal dari perseorangan sebagaimana dimaksud termasuk sumbangan dari: suami/istri dan/atau keluarga Pasangan Calon; dan suami/istri dan/atau keluarga dari Pengurus Partai Politik, anggota Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang mengusulkan Pasangan Calon. Dan Sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain sebagaimana dimaksud, tidak berasal dari tindak pidana dan bersifat tidak mengikat. Dengan batasan Jumlah sumbangan dana kampanye yang diatur didalam PKPU Nomor 24 Tahun 2018 Pasal 10, Dana Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang berasal dari sumbangan pihak lain perseorangan sebagaimana dimaksud paling banyak bernilai Rp2.500.000.000,00 (dua

81 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

milyar lima ratus juta rupiah) selama masa Kampanye. Dana Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang berasal dari sumbangan pihak lain kelompok,dan/atau perusahaan atau badan usaha nonpemerintah sebagaimana dimaksud paling banyak bernilai Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima milyar rupiah) selama masa Kampanye. Diatur pula dalam Pasal 16, Dana Kampanye Pemilu anggota DPR dan DPRD yang berasal dari sumbangan pihak lain perseorangan sebagaimana dimaksud paling banyak bernilai Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) selama masa Kampanye. Dana Kampanye Pemilu anggota DPR dan DPRD yang berasal dari sumbangan pihak lain kelompok,perusahaan atau badan usaha nonpemerintah sebagaimana dimaksud paling banyak bernilai Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima milyar rupiah) selama masa Kampanye. Dan diatur dalam Pasal 22, Dana Kampanye Pemilu anggota DPD yang berasal dari sumbangan pihak lain perseorangan sebagaimana dimaksud bernilai paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) selama masa Kampanye. Dana Kampanye Pemilu anggota DPD yang berasal dari sumbangan pihak lain kelompok, perusahaan atau badan usaha nonpemerintah sebagaimana dimaksud bernilai paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah) selama masa Kampanye.

c. Pembukuan dan Penyampaian Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Dana Kampanye Pemilihan Umum, Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye yang selanjutnya disingkat LPPDK adalah pembukuan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

82

yang memuat seluruh penerimaan dan pengeluaran Dana Kampanye. LPPDK sebagaimana dimaksud menyajikan seluruh penerimaan dan pengeluaran Dana Kampanye dalam bentuk uang, barang, dan jasa yang disertai dengan bukti pengeluaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Pembukuan LPPDK sebagaimana dimaksud dimulai sejak 3 (tiga) Hari setelah penetapan Pasangan Calon dan ditutup 8 (delapan) Hari setelah Hari pemungutan suara. Adapun Tim Kampanye sesuai dengan tingkatannya wajib menyampaikan LPPDK di tingkat provinsi dan/atau kabupaten/kota sebagaimana dimaksud kepada Tim Kampanye tingkat nasional.

D. ANALISIS PEMBAHASAN1. Kepatuhan Waktu Pelaporan Dana Kampanye

Ketepatan waktu pelaporan yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari tanggal dimana laporan dana kampanye dikumpulkan di daerah Kabupaten Tegal. Unsur kepatuhan ketepatan waktu pelaporan ini memiliki 4 indikator yang harus dipenuhi yang terdiri, Laporan Awal Dana Kampanye pada tanggal 23 September 2018, Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye pada tanggal 2 Januari 2019 dan Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye pada tanggal 26 April 2019 yang keseluruhan laporan tersebut diserahkan kepada KPU Kabupaten Tegal dengan tenggat waktu hingga pukul 18.00 WIB waktu setempat. Berikut laporan dana Kampanye yang diuji kepatuhan serta akuntabilitas nya oleh KAP di wilayah Kabupaten Tegal :

a. Laporan Awal Dana Kampanye (LADK)

Penyerahan RKDK dan LADK di kantor KPU Kabupaten Tegal, sebagaimana ketentuan PKPU Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Dana Kampanye beserta perubahan-perubahannya

83 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

yang menyatakan:

1) Pembukaan RKDK dilakukan paling lambat 1 (satu) Hari sebelum dimulainya masa Kampanye;

2) Penyampaian LADK dilakukan 1 (satu) Hari setelah penutupan LADK (Pembukuan LADK dimulai sejak pembukaan RKDK dan ditutup 1 hari sebelum masa Kampanye).

Adapun kepatuhan Partai Politik peserta Pemilu dalam penyampaian laporan awal dana kampanye dilakukan sesuai ketentuan seperti yang telah di atur tersebut diatas yaitu pada tanggal 28 September 2018. Partai Politik yang telah menyampaikan LADK pada tanggal 23 September 2018, 13 Parpol menyampaikan LADK kepada KPU Kab. Tegal PKB, P. Gerindra, PDIP, P. Golkar, P. NasDem, P. Berkarya , PKS, P. Perindo, PPP, PSI (perbaikan), PAN, Hanura, Demokrat dan pasangan tim kampanye calon PWP nomor urut 01 dan 02 juga menyampaikan LADK kepada KPU Kab. Tegal. Kecuali untuk PKPI dan PBB yang diberi kesempatan untuk menyerahkan LADK dan LPSDK sebelum tahapan masa kampanye rapat umum yaitu sebelum tanggal 10 Maret 2019 yang berdasarkan SE KPU RI Nomor : 292/PL.01.6.SD/03/kpu/II/2019 tertanggal 18 Februari 2019 Perihal Partai Politik yang terlambat atau tidak menyampaikan LADK. Dengan adanya SE tersebut PBB menyerahkan LADK dan LPSDK pada tanggal 8 Maret 2019 serta PKPI menyerahkan LADK dan LPSDK pada tanggal 10 Maret 2019. Namun hanya ada 1 (satu) Partai yang tidak menyerahkan LADK dan LPSDK yaitu partai Garuda, dilengkapi dengan surat pernyataan yang dibuat oleh Partai Garuda diserahkan kepada KPU Kabupaten Tegal Nomor:10/PG.KAB-TGL/

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

84

II/2019 tertanggal 5 Maret 2019, Perihal Surat Pemberitahuan dan Pernyataan yang pada isinya Partai Garuda tidak dapat menyerahkan LADK dikarenakan partai tidak mengajukan caleg di setiap dapil diwilayah Kabupaten Tegal. Berikut pemaparan penyampaian laporan awal dana kampanye oleh partai politik peserta Pemilu yang dilaporkan oleh partai politik kepada KPU dan Bawaslu Kabupaten Tegal yang pada isinya memuat bukti-bukti RKDK serta melaporkan dana awal dana kampanye partai politik peserta Pemilu.

85 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Tabel 1.

Tingkat kepatuhan Pelaporan LADK Patai Politik peserta Pemilu

Partai PolitikJumlah

Saldo Awal Pembukaan

StatusNo

Partai Politik/Tim

Pemenangan

Kepatuhan Pelaporan

LADKNama Bank

1. GERINDRA Melapor JATENG 500.000 Perbaikan2. PDIP Melapor BRI 1.000.000 Perbaikan3. BERKARYA Melapor BRI 154.000 Perbaikan4. PSI Melapor BRI 100.000 Perbaikan5. GOLKAR Melapor BRI 1.000.000 Perbaikan6. PKB Melapor JATENG 300.000 Perbaikan7. NASDEM Melapor BRI 100.000 Perbaikan8. HANURA Melapor JATENG 50.000 Perbaikan9. PPP Melapor BRI 100.000 Perbaikan10. DEMOKRAT Melapor BRI 1.000.000 Lengkap11.

GARUDA - - - Tidak Menyerahkan

12. PAN Melapor JATENG 50.000 Perbaikan13. PERINDO Melapor BRI 200.000 Perbaikan14. PKS Melapor BRI 10.000.000 Perbaikan15. PKPI Melapor JATENG 500.000 Perbaikan16. PBB Melapor BJB 100.000 Perbaikan

Total Keseluruhan LADK Kabupaten Tegal

15.154.000

b. Laporan Penerimaan Dana Kampanye

Penyampaian LPSDK di kantor KPU Kab. Tegal, sebagaimana ketentuan peraturan KPU yang menyatakan penyampaian LPSDK dilakukan tanggal 2 Januari 2019. Dalam hal ini, kepatuhan peyampaian dana kampanye diawasi oleh

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

86

Bawaslu Kabupaten Tegal yang sebelum tanggal 2 januari 2019, Bawaslu Kabupaten Tegal melakukan pengawasan langsung kegiatan konsultasi LPSDK oleh Partai Politik di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tegal sejak tanggal 29 s.d. 31 Desember 2018, hampir semua Parpol yang datang ke KPU Kabupaten Tegal untuk berkonsultasi diantaranya: Garuda, PSI, Perindo, PPP, PKB, PDIP, Demokrat, Berkarya, dan Hanura.

Tabel 2.

Ringkasan Hasil PengawasanLaporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK)

Peserta Pemilu Tahun 2019

No Nama Parpol

Tanggal & Waktu Penyerahan

RINGKASAN LPSDK

UANG BARANG JASA JML

1. PKB 2 Januari 2019

16.09 WIB

Rp -

Rp 131.909.250

Rp -

Rp 131.909.250

2Partai

Gerindra2 Januari

201915.22 WIB

Rp -

Rp 130.499.250

Rp 298.244.000

Rp 428.743.250

3PDIP 2 Januari

201917.39 WIB

Rp 2.398

Rp 191.520.750

Rp 457.914.000

Rp 649.437.148

4Partai Golkar

2 Januari 2019

16.06 WIB

Rp -

Rp 9.100.000

Rp 228.193.500

Rp 237.293.500

5Partai

Nasdem 2 Januari 2019

13.37 WIB

Rp 77.677.500

Rp 162.770.500

Rp 125.000

Rp 240.573.000

6Partai

Garuda - - - - -

7Partai

Berkarya 2 Januari 2019

18.10 WIB

Rp -

Rp -

Rp 1.000.000

Rp 1.000.000

87 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

8 PKS 2 Januari 2019

14.03 WIB

Rp 50.000.000

Rp 16.432.250 Rp - Rp

66.432.250

9Partai

Perindo 2 Januari 2019

18.44 WIB

Rp -

Rp -

Rp 13.580.000

Rp 13.580.000

10 PPP 2 Januari 2019

08.10 WIB

Rp 7.310.681

Rp 16.853.900

Rp 73.490.000

Rp 97.654.581

11 PSI 2 Januari 2019

16.30 WIB

Rp -

Rp -

Rp -

Rp -

12 PAN 2 Januari 2019

16.00 WIB

Rp -

Rp 44.983.000

Rp -

Rp 44.983.000

13Partai

Hanura2 Januari

201914.19 WIB

Rp 5.000.000

Rp 49.981.000

Rp -

Rp 54.981.000

14 Demokrat 2 Januari 2019

13.45 WIB

Rp -

Rp 15.994.750

Rp 55.030.000

Rp 71.024.750

15 PBB 8 Maret 2019

13.05 WIB

Rp -

Rp -

Rp - Rp -

16 PKPI 10 Maret 2019

14.34 WIB

Rp -

Rp -

Rp - Rp -

CAPRES /

CAWAPRES TANGGAL DAN WAKTU

PENYERAHAN

RINGKASAN LPSDK

UANG BARANG JASA JUMLAH

1.

Joko Widodo-Ma'ruf Amin

2 Januari 2019

15.32 WIB

Rp -

Rp -

Rp - Rp -

2

Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin

Uno

2 Januari 2019

17.39 WIB

Rp -

Rp -

Rp -

Rp -

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

88

c. Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye

Penyampaian LPPDK di kantor KPU Kabupaten Tegal, penyampaian LPPDK dimulai sejak 3 Hari setelah penetapan Pasangan Calon dan ditutup 8 hari setelah Hari pemungutan suara. Berdasarkan hasil pengawasan penyampaian LPPDK pada tanggal 2019, berikut kami sampaikan hasil-hasilnya: Penyampaian LPPDK Partai Politik peserta Pemilu Tahun 2019

Tabel 3.Laporan Penyampaian Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye

Partai Politik Peserta Pemilu di Kabupaten Tegal

No Nama Partai Politik

Tanggal Penyampaian Waktu

Calon Dprd Melaporkan KetYa Tidak

1 PKB 30 April 13.10 WIB √ ─ 50

2 GERINDRA 1 Mei 14.00 WIB √ ─ 48

3 PDI-P 1 Mei 14.48 WIB √ ─ 484 GOLKAR 1 Mei 17.30 WIB √ ─ 485 NASDEM 30 April 13.15 WIB √ ─ 506 BERKARYA 1 Mei 13.08 WIB √ ─ 147 PKS 29 April 13.00 WIB √ ─ 508 PERINDO 30 April 12.00 WIB √ ─ 509 PPP 26 April 15.39 WIB √ ─ 3910 PSI 30 April 21.20 WIB √ ─ 1311 PAN 30 April 11.05 WIB √ ─ 3712 HANURA 29 April 11.50 WIB √ ─ 44

13 DEMOKRAT 30 April 16.00 WIB √ ─ 5014 PBB 30 April 16.00 WIB √ ─ Tidak15 PKPI 28 April 15.50 WIB √ ─ Tidak16 GARUDA ─ ─ ─ ─ Tidak

89 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

2. Akuntabilitas Dana Kampanye

Tujuan membuka laporan dana kampanye (yang didalamnya termasuk daftar penyumbang dan rincian penerimaan dan pengeluaran) adalah menguji prinsip akuntabilitas, yakni memastikan tanggungjawab partai politik, calon anggota legislatif dan pejabat eksekutif dalam penerimaan dan pengeluaran dana kampanye itu rasional, sesuai etika dan tidak melanggar peraturan perundang-undangan (Didik Supriyanto dan Lia Wulandari,2013). Laporan dana kampanye di uji akuntabilitasnya melalui audit kampanye untuk mengukur kepatuhan dan akuntabilitas atas Laporan dana kampanye yang telah diserahkan oleh Partai Politik peserta Pemilu di Kabupaten Tegal. Dari keseluruhan laporan dana kampanye yang telah di sampaikan ke KPU Kabupaten Tegal kemudian di kirimkan ke Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk dilakukan audit dana kampanye untuk menghindari adanya manipulasi dana kampanye.

Audit dana kampanye sendiri telah dilakukan oleh KAP yang ditugaskan oleh KPU Provinsi Jawa Tengah berdasarkan perjanjian kontrak terkait pelaksanaan pekerjaan Jjasa konsultasi audit dana kampanye peserta Pemilu 2019, untuk melakukan perikatan asurans dengan keyakinan memadai dan memberikan pendapat terhadap kepatuhan laporan dana kampanye terhadap partai tertentu. Adapun dalam pelaksanaannya KAP berpedoman pada Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 1781/PL.01.6Kpt/03/KPU/XI/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Laporan Dana Kampanye Pemilihan Umum. Dengan berdasarkan Ketentuan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Dana Kampanye Pemilihan Umum yang telah dirubah dengan PKPU Nomor 29 Tahun 2018 dan PKPU

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

90

Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Dana Kampanye.

Prosedur audit yang direkomendasikan untuk menguji asersi Laporan Dana Kampanye Partai Politik Peserta Pemilu berdasarkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 1781/PL.01.6Kpt/03/KPU/XI/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Laporan Dana Kampanye Pemilihan Umum. Berikut rincian prosedur audit dana kampanye :

a. Rekening Khusus Dana Kampanye (RKDK)1) Partai Politik Peserta Pemilu membuka RKDK atas

nama Partai Politik Peserta Pemilu yang terpisah dari rekening pribadi Partai Politik pada Bank Umum dan dibuka bersama oleh perwakilan 2 (dua) orang Pengurus Partai Politik sesuai tingkatannya.

2) Partai Politik Peserta Pemilu membuka RKDK tidak melampaui ketentuan pembukaan RKDK yaitu paling lambat 1 (satu) hari sebelum dimulainya masa kampanye.

3) Partai Politik Peserta Pemilu mengelola RKDK dengan menunjuk pengelola RKDK yang bertugas khusus untuk mengelola RKDK, yang dilengkapi surat pernyataan dari Partai Politik Peserta Pemilu.

b. Laporan Awal Dana Kampanye (LADK)Partai Politik Peserta 1) Pemilu menyusun LADK yang memuat informasi:

a) RKDK;

b) Saldo awal atau saldo pembukaan;

c) Sumber perolehan saldo awal atau saldo pembukuan

d) Jumlah rincian perhitungan penerimaan dan pengeluaran yang sudah dilakukan sebelum penyampaian LADK, apabila saldo awal merupakan sisa dari penerimaan dana dengan peruntukan kampanye yang diperoleh sebelum periode

91 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

pembukuan LADK;

e) Penerimaan sumbangan yang bersumber dari Partai Politik dan pihak lain;

f) Saldo per penutupan pembukuan LADK; dan

g) Nomor Pokok Wajib Pajak Partai Politik Peserta Pemilu.

2) Partai Politik Peserta Pemilu mematuhi periodepembukuanLADK yaitu dimulai sejak pembukaan RKDK dan ditutup 1 (satu) hari sebelum masa Kampanye

3) Pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota mematuhi penyerahan LADK tidak melampaui waktu yang telah ditetapkan yaitu 1 (satu) hari setelah periode penutupan LADKpaling lambat pukul 18.00 waktu setempat kepada KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh, dan KPU/KIP

4) Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya, yang dilengkapi dengan:

a) Formulir Model LADK1-PARPOL atau Formulir Model LADK1.HP-PARPOL

b) Formulir Model LADK2-PARPOL atau Formulir Model LADK2.HP-PARPOL

c) Formulir Model LADK3-PARPOLatau Formulir Model LADK3.HP-PARPOL

d) Formulir Model LADK4-PARPOLatau Formulir Model LADK4.HP-PARPOL

e) Formulir Model LADK5-PARPOLatau Formulir Model LADK5.HP-PARPOL

f) Formulir Model LADK6-PARPOL atau Formulir Model LADK6.HP-PARPOL

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

92

g) Formulir Model LADK7-PARPOLatau Formulir Model LADK7.HP-PARPOL

h) Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Perseorangan

i) Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Kelompok dan

j) Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Badan Usaha Non Pemerintah.

c. Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK)

1) Partai Politik Peserta Pemilu menyusun LPSDK yang memuat informasi seluruh penerimaan sumbangan dana kampanye yang diterima setelah pelaporan LADK

2) Partai Politik Peserta Pemilu mematuhi periode pembukuan LPSDK yang dimulai 1 (satu) hari setelah periode penutupan LADK dan ditutup 1 (satu) hari sebelum laporan penerimaan sumbangan disampaikan kepada KPU,KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota.

3) Partai Politik Peserta Pemilu menyusun LPSDK yang memuat pembukuan seluruh penerimaan sumbangan Dana Kampanye yang diterima setelah pembukuan LADK.

4) Partai Politik Peserta Pemilu mematuhi penyerahan LPSDK tidak melampaui waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan jadwal sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan KPU tentang Tahapan, Program dan Jadwal disampaikan kepada KPU,KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota paling lambat pukul 18.00 waktu setempat, yang dilengkapi dengan:

93 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

a) Formulir Model LPSDK1-PARPOL

b) Formulir Model LPSDK2-PARPOL

c) Formulir Model LPSDK3-PARPOL

d) Formulir Model LPSDK4-PARPOL dan Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Perseorangan

e) Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Kelompok dan Surat Pernyataan Penyumbang Pihak Lain Badan Usaha Non Pemerintah.

d. Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK)

1) Partai Politik Peserta Pemilu menyusun LPPDK yang memuat pembukuan seluruh penerimaan sumbangan dan pengeluaran Dana Kampanye dalam bentuk uang, barang, dan/atau jasa yang dikonversikan dengan nilai uang, termasuk utang dan diskon pembelian barang atau jasa yang melebihi batas kewajaran transaksi jual beli secara umum.

2) Partai Politik Peserta Pemilu mematuhi periode pembukuan LPPDK yang dimulai sejak 3 (tiga) hari setelah ditetapkan sebagai Partai Politik Peserta Pemilu dan ditutup 8 (delapan) hari setelah hari pemungutan suara.

3) Pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota Peserta Pemilu Anggota DPR dan DPRD

4) Menyampaikan Laporan Dana Kampanyepaling lambat 15 (lima belas)hari setelah pemungutan suara paling lambat pukul 18.00 waktu setempatkepada KAP yang telah ditunjuk oleh KPUdilampiri dengan LADK dan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

94

LPSDK sertadilengkapi dengan:

a) Formulir Model LPPDK1-PARPOL

b) Formulir Model LPPDK2-PARPOL

c) Formulir Model LPPDK3-PARPOL

d) Formulir Model LPPDK4-PARPOL

e) Formulir Model LPPDK5-PARPOL

f) Formulir Model LPPDK6-PARPOL

g) Formulir Model LPPDK7-PARPOL

h) Surat pernyataan penyumbang pihak lain perseorangan

i) Surat pernyataan penyumbang pihak lain kelompok

j) Surat pernyataan penyumbang pihak lain badan usaha non pemerintah

k) Copy bukti Tagihan/Utang (jika ada)dan

l) Bukti-bukti Transaksi Penerimaan dan Transaksi Pengeluaran.

5) Partai Politik Peserta Pemilu bertanggung jawab bahwa seluruh calon anggota legislatif yang berasal dari Partai Politik Peserta Pemilu melaporkan dan melampirkan laporan pencatatan penerimaandan pengeluaran Dana Kampanye Calon Anggota DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota.

6) Dana Kampanye Pemilu AnggotaDPR dan DPRD bersumber dari:

a) Partai Politik

b) Calon anggota DPR dan DPRD dariPartai Politik bersangkutan; dan/atau

c) Sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain.

95 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

7) Sumbangan dari Partai Politik atau Gabungan Partai Politik dan pihak lain harus dilengkapi dengan identitas penyumbang.

8) Sumbangan yang berasal dari Perusahaan atau badan usaha nonpemerintah wajib dilampiri salinan akta pendirian perusahaan atau badan usaha.

9) Penerimaan sumbangan Dana Kampanye yang dilakukan dengan cara memindahkan dana dari nomor rekening penyumbang ke RKDK, disertai identitas penyumbang.

10) Identitas penyumbang dapat berupa surat keterangan dari bank yang bersangkutan.f.Sumbangan Dana Kampanye yang dilakukan melalui setoran tunai pada bank, disertai dengan surat pernyataan penyumbang.

11) Partai Politik Peserta Pemilu mencatat dan melaporkan seluruh sumbangan (mencakup uang, barang, dan/atau jasa yang dikonversikan dengan nilai uang, termasuk utang dan diskon pembelian barang atau jasa yang melebihi batas kewajaran transaksi jual beli secara umum) yang diterima ke dalam Daftar Penerimaan Sumbangan.

12) Dana Kampanye yang berupa uang, wajib ditempatkan pada RKDK terlebih dahulu sebelum digunakan untuk kegiatan Kampanye Pemilu.

13) Partai Politik Peserta Pemilu mematuhi jumlah penerimaan sumbangan (mencakup uang, barang, dan/atau jasa yang dikonversikan dengan nilai uang, termasuk utang dan diskon pembelian barang atau jasa yang melebihi batas kewajaran transaksi jual beli secara

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

96

umum) yang dilaporkan dalam LADK, LPSDK dan LPPDK tidak melebihi jumlah di bawah ini;

a) Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) untuk sumbangan pihak lain perseorangan; dan

b) Rp25.000.0000.000,00 (dua puluh lima milyar) untuk penyumbang kelompok dan/atau badan usaha non pemerintah.

14) Partai Politik Peserta Pemilu tidak menggunakan dana dari sumbangan yang dilarang, apabila Partai Politik Peserta Pemilu menerima sumbangan yang dilarang maka Partai Politik Peserta Pemilu mematuhi ketentuan sebagai berikut:

a) Tidak menggunakan sumbangan tersebut

b) Melaporkan sumbangan yang dilarang tersebut; dan

c) Menyetorkan sumbangan yang dilarang tersebut ke kas Negara paling lambat 14 (empat belas)hari setelah masa Kampanye berakhir

15) Pengeluaran Kampanye untuk pembelian barang dinilai berdasarkan harga pasar yang wajar untuk barang tersebut.

16) Partai Politik Peserta Pemilu dan/atau Tim Kampanye daerah provinsi, dan/atau daerah kabupaten/kota wajib mencatat seluruh pengeluaran berupa uang, barang, dan/atau jasa dalam pembukuan khusus Dana Kampanye dan terpisah dari pembukuan keuangan pribadi Partai Politik Peserta Pemilu. (1781/PL.01.6Kpt/03/KPU/XI/2018)

Kriteria Audit dana kampanye dijadikan acuan terhadap

97 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

pelaksanaan audit dana kampanye partai politik peserta Pemilu untuk mengukur tingkat kepatuhan dan akuntabilitas terhadap laporan dana kampanye yang dilaporkan oleh Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2019 dikabupaten Tegal yang mulai dilakukan pada tanggal 2 Mei 2019 hingga 31 Mei 2019. Berikut hasil audit laporan dana kampanye Partai Politik Peserta Pemilu 2019 di Kabupaten Tegal :

TEMUAN PADA HASIL AUDIT DANA KAMPANYE PARTAI

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

98

POLITIK PEMILU TAHUN 2019 DI KABUPATEN TEGAL

NoPartai Politik

Temuan Hasil Audit KAP

1 PKBTerdapat ketidaksesuaian klasifikasi antara

penyumbang dari Parpol danperoranganKAP

Siswanto

2 Partai Gerindra Tidak terdapat temuan

KAP Sophian

Wongsargo

3 PDIP Tidak terdapat temuanKAP Riza,

Adi, Syahril & Rekan

4 Partai Golkar Tidak terdapat temuan

KAP Ashari & Ida

Nurhayati

5 Partai Nasdem

a. pada aktivitas pelaporan LPSDK tanggal 11-15 Mei 2019 ditemukan transaksi antara penerimaan sumbangan yang berasal dari partai politik, calon DPRD Partai Nasdem, Perseorangan, kelompok, badan usaha swasta,daftar penyumbang caleg dalam LPSDK 1 & 2 dengan LPSDK 4 isinya tidak sama.

b. Terdapat temuan perbedaan antara LPPDK dengan dokumen yang memuat informasi pendukung jumlah pengeluaran tidak sesuai dengan sisa dari pengeluaran.

c. Tidak tercatat hasil penerimaan sumbangan uang tunai yang bersumber dari partai politik & sumbangan perseeorangan pada RKDK.

KAP Dr. Rahadja

6 Partai Garuda

Tidak ada temuan karena tidak menyampaikan laporan dana kampanye

-

99 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

7 Partai Berkarya

a. Terdapat temuan pada RKDK, pembukaan rekening khusus dana kampanye tidak sesuai dengan periode pembukaan rkdk namun sekaligus pada penetapan menjadin peserta Pemilu.

b. Temuan pada pelaporan LADK, tidak terdapat transaksi penerimaan & pengeluaran.

KAP Tarmizi Achmad

8 PKS Tidak terdapat temuan

KAP Darsono & Budi Cahyo

Santoso

9 Partai Perindo

Terapat temuan pada pelaporan LPPDK, beberapa dokumen belum terlampir.

KAP Ganung AB

10 PPP

a. Temuan pada aktivitas asersi Parpol terkait dengan LADK terdapat temuan pembukuan LADK yaitu 1 hari sebelum pembukuan.

b. Tidak ditemukan tanda terima LADK Parpol

c. Tidak terlampirnya LADK-5 Parpol.

d. Pembukuan LADK dimulai yaitu 1 hari sebelum pembukaan RKDK.

e. Terdapat beberapa sumbangan uang tunai yang tidak dimasukan kedalam RKDK.

KAP Tri Bowo,

Yulianti

11 PSI

Tidak terdapat temuan KAP Bayudi, Yohana,

Suzyi, Arie

12 PANKetidakpatuhan pada aktivitas pembiayaan yaitu seluruh pengeluaran kampanye menggunakan dana yang ditempatkan dalam RKDK.

KAP Suhartati &

Rekan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

100

13 Partai Hanura

Ketidakpatuhan pada aktivitas pembiayaan yaitu seluruh pengeluaran kampanye menggunakan dana yang ditempatkan dalam RKDK.

KAP Sodikin & Haryanto

14 Demokrat

a. Temuan berdasarkan hasil konfirmasi dilapangan kepada para penyumbang bahwa ada ketidaksesuaian dengan pembukuan pada laporan dana kampanye partai.

b. Temuan tidak akurat terkait uji akurasi penerimaan dana kampanye partai.

c. Penerimaan sumbangan dari Caleg tidak diakumulasi pada lampiran LPPDK-2 namun ada di LPPDK 7 per Caleg.

d. Aktivitas pengeluaran dana kampanye beberapa tidak disertai bukti & dokumen pendukung.

KAP Arnestesa

Dari penyajian data diatas diketahui bahwa partai politik peserta Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Tegal telah melaksanakan tanggungjawabnya dengan membukukan dan menyampaikan laporan dana kampanye kepada KPU Kabupaten Tegal yang pada waktu. Bawaslu Kabupaten Tegal juga hadir pada saat penyampaian laporan dana kampanye. Hal tesebut sebagai bentuk kepatuhan partai politik peserta kampanye, meskipun terdapat temuan yang rata-rata keselahan disebabkan oleh faktor teknis namun tidak melanggar aturan yang berlaku pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 24 Tahun 2019 Tentang Dana Kampanye yang telah di rubah menjadi Komisi Pemilihan Umum Nomor 34 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Dana Kampanye. Menunjukan

101 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

bahwa laporan dana kampanye dianggap patuh terhadap aturan dan akuntabilitas laporan dana kampanye terkait kebijakan pengelolaan, penerimaan dan pengeluaran dana kampanye yang sesuai regulasi yang ada. Hal ini selaras dengan pengertian dari sendiri yaitu, Akuntabilitas merupakan permasalahan penting dalam kontrol publik.

Bagi partai politik akuntabilitas dapat menunjukkan kredibilitasnya dalam menjalankan roda pemerintahan jika nantinya mereka terpilih. Salah satu indikator akuntabilitas adalah kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku terkait dengan pelaporan keuangan, kepatuhan tersebut dapat diketahui dari hasil audit kepatuhan pelaporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik Indikator akuntabilitas lainnya adalah transparansi partai politik dalam menginformasikan dana yang digunakan selama kampanye. Dana kampanye ini akan menjadi informasi biaya politik. Beberapa penelitian mengenai korupsi menunjukkan bahwa tingginya biaya politik menimbulkan potensi terjadinya tindakan korupsi (Kristiadi, 2008).

E. PENUTUP1. Kesimpulan

Pada Pemilu tahun 2019 Partai Politik peserta Pemilu telah melaksanakan penyampaian laporan dana kampanye sesuai dengan ketetapan waktu. Fenomena ini menunjukan bahwa partai politik peserta Pemilu dianggap patuh dengan kebijakan yang ada terkait pelaporan dana kampanye, dimana penyampaian laporan diawasi oleh Bawaslu Kabupaten Tegal. Meskipun didalam hasil audit terdapat beberapa temuan terkait akuntabilitas yang rata-rata temuan itu terkait human error atau kesalahan dalam penghitangan sehingga terdapat selisih dalam penyampaian dana kampanye antara yang dilaporkan laporan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

102

dengan bukti yang terlampir pada laporan dana kampanye. Menunjukan bahwa laporan dana kampanye dianggap patuh terhadap aturan dan akuntabilitas laporan dana kampanye terkait kebijakan pengelolaan, penerimaan dan pengeluaran dana kampanye yang sesuai regulasi yang ada.

2. Saran

Saran bagi pengembangan penelitian ini adalah dapat menggunakan faktor-faktor akuntabilitas lain seperti:

a. Tingkat kemudahan akses laporan keuangan partai politik bagi masyarakat umum.

b. Tingkat kualitas SDM akuntansi yang dimiliki partai politik.

c. Implementasi Sistem Informasi Akuntansi Partai Politik.

d. Laporan keuangan konsolidasi partai politik tingkat pusat dan daerah.

103 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

DAFTAR PUSTAKA

A , Rahman, H.I. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007.

Budiarjo,Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka. 2008.

Didik Supriyanto dan Lia Wulandari, Basa-Basi Dana Kampanye Pengabaian Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas Peserta Pemilu. Jakarta : Yayasan Perludem. 2013.

Firmanzah, Mengelola Partai Politik; Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik Di Era Demokrasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2008.

Öhman, Magnus dan Hani Zainulbhai (ed). Political Finance Regulation: The Global Experience. Washington DC: International Foundation for Election System (IFES). 2007.

Öhman, Magnus. Buku Pedoman Pengawasan Keuangan Politik. Jakarta : International Foundation Electoral System (IFES). 2013.

Sidik Pramono. Pengendalian Keuangan Partai Politik. Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan. 2013.

Armansyah Nasution. Quo Vadis Partai Politik?. Jakarta: STIH. Iblam Dalam Jurnal Ultimatum, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2008.

Didik Supriyanto. Kebijakan Bantuan Keuangan Partai Politik: Review Terhadap PP No.5/2009 Dalam Rangka Penyusunan Peraturan Pemerintah Baru Berdasar UU No.2/2011, dalam Dana Kampanye: Pengaturan Tanpa Makna. Jurnal Perludem

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

104

Volume 3 Mei 2012.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Kewajiban Partai Politik Sebagai Badan Publik

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Dana Kampanye

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 34 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Dana Kampanye

Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 1781/PL.01.6Kpt/03/KPU/XI/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Laporan Dana Kampanye Pemilihan Umum

Hendi Purnawan. 2019. Bawaslu Awasi Dana Kampanye Demi Pemerintahan Baru Bebas Intervensi. https://www.bawaslu.go.id/ id/berita/bawaslu-awasi-dana-kampanye-demi-pemerintahan-barubebas intervensi. Diakses pada tanggal 10 September 2019

105 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

ANALISIS HASIL CALON ANGGOTA DPRD KABUPATEN TEGAL TERPILIH

Sri Anjarwati

Anggota Bawaslu Kabupaten Tegal

Divisi Pengawasan, Humas dan Hubungan Antar Lembaga

[email protected]

Abdi Mulyawan

Staf Divisi Pengawasan, Humas dan Hubungan Antar Lembaga

[email protected]

Abstract

The definition of democracy as a general election is a minimalist democratic definition according to Samuel P Huntington. Open, free and fair elections are the essence of democracy, an inevitable sine qua non. In this view, Huntington quite clearly defines it as the best method for the people because it directly determines its leader through democracy. Legitimacy of the people to the leader who is currently considered the most effective is through the holding of elections, which is a fundamental condition of democracy. The holding of an election will depend on the system in force in a country. Indonesia at this time in its election administration system uses an open proportional system, so that each vote obtained will greatly affect the electability of the candidates that are carried. Primordialism is a person’s ties in social life that are very adherent to the things that are brought from birth in the form of ethnicity, beliefs, race, customs, birth areas and so forth.

Based on the above understanding it can be concluded that, primordialism is a feeling of belonging to someone who highly respects social ties in the form of values, norms, and habits that originate from ethnicity, race, tradition and culture that were brought in since a new

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

106

individual was born. This study aims to determine that to become a member of the District Parliament not necessarily from the surrounding population in order to get a lot of votes. However, after the 2019 election, data was obtained that not all DPRD members were residents from their constituencies. This shows that in choosing voters it is not only the background of domicile that is the basis for voting but how to campaign well. Regency DPRD is the people’s representative in charge of conveying people’s aspirations and people’s interests. Thus the people’s representatives are spread throughout the region. If it is associated with primodial theory, people will tend to support and fight for their origin in the forum.

Keyword : the election, Analysis, Open Proportional

Abstrak

Definisi demokrasi sebagai pemilihan umum yang merupakan definisi demokratis minimalis menurut Samuel P Huntington. Pemilihan umum yang terbuka, bebas dan adil adalah esensi dari demokrasi suatu sine qua non yang tidak dapat dielakan. Dalam pandangan ini Huntington cukup jelas mengartikan sebagai metode yang paling baik untuk rakyat karena secara langsung menentukan pemimpinnya melalui demokrasi. Legitimasi rakyat terhadap pemimpin yang saat ini di anggap paling efektif yaitu melalui penyelenggaraan Pemilu, dimana menjadi syarat mendasar dari demokrasi. Penyelenggaraan Pemilu akan sangat bergantung dari sistem yang berlaku pada suatu Negara. Indonesia pada saat ini dalam sistem penyelenggaraan Pemilunya menggunakan sistem proporsional terbuka, sehingga setiap suara yang diperoleh akan sangat berpengaruh pada keterpilihan dari kandidat yang diusung. Primordialisme adalah ikatan-ikatan seseorang dalam kehidupan sosial yang sangat berpegang teguh terhadap hal-hal yang dibawa sejak lahir baik berupa suku bangsa, kepercayaan, ras, adat istiadat, daerah kelahiran

107 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

dan lain sebagainya. Berdasarkan Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, primordialisme merupakan suatu perasaan-perasaan dimiliki oleh seseorang yang sangat menjunjung tinggi ikatan sosial yang berupa nilai-nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang bersumber dari etnik, ras, tradisi dan kebudayaan yang dibawa sejak seorang individu baru dilahirkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa untuk menjadi anggota DPRD Kabupaten tidak harus dari penduduk sekitar agar memperoleh banyak suara. Namun setelah Pemilu 2019 selesai diperoleh data bahwa tidak seluruhnya anggota DPRD merupakan warga sekitar dari daerah pemilihannya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memilih para pemilih tidak hanya latar belakang domisili saja yang menjadi dasar untuk memilih tetapi bagaimana cara berkampanye dengan baik. DPRD Kabupaten merupakan perwakilan rakyat bertugas menyampaikan aspirasi rakyat dan kepentingan rakyat. Dengan demikian maka perwakilan rakyat tersebar diseluruh daerah. Jika dikaitkan dengan teori primodial maka orang akan cenderung mendukung dan memperjuangakan daerah asalnya dalam forum.

Kata Kunci : Pemilu, Analisis, Proporsional Terbuka.

A. PENDAHULUANPelaksanaan pemilihan umum di Indonesia telah dilaksanakan

dari tahun 1955. Dimana tahun 1955 merupakan Pemilu pertama kali yang bertujuan untuk memilih Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) beserta konstituante yang ada pada era pemerintahan orde lama sebanyak 260 kursi yang di perebutkan untuk posisi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan 520 kursi untuk Konstituante di tambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat oleh pemerintah. Pada Pemilu tahun 1955 ada 5 (lima) partai politik yang memperoleh kursi di DPR yaitu Partai Masyumi, Partai Nahdlatul Ulama, Partai Komunis Indonesia, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Pada

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

108

pelaksanaan pemilihan umum merupakan indikator dalam system demokrasi karena rakyat dapat berpartisipasi dalam menentukan pilihan politiknya terhadap pemerintah dan Negaranya. Melalui pemilihan umum rakyat dapat memilih para wakilnya untuk duduk di parlemen maupun struktur pemerintahannya. Samuel P Huntington(2001) mendefinisikan demokrasi sebagai pemilihan umum yang merupakan definisi demokratis minimalis.

Pemilihan umum yang terbuka, bebas dan adil adalah esensi dari demokrasi suatu sine qua non yang tidak dapat dielakan. Dalam pandangan ini Huntington cukup jelas mengartikan sebagai metode yang paling baik untuk rakyat karena secara langsung menentukan pemimpinnya melalui demokrasi. Legitimasi rakyat terhadap pemimpin yang saat ini di anggap paling efektif yaitu melalui penyelenggaraan Pemilu, dimana menjadi syarat mendasar dari demokrasi. Penyelenggaraan Pemilu akan sangat bergantung dari sistem yang berlaku pada suatu negara. Pada umumnya, terdapat dua sistem yang dikenal secara luas yang diberlakukan negara-negara dunia, yaitu sistem proporsional terbuka dan sistem electoral college. Sistem proporsional akan melihat aspek perolehan suara yang diperoleh oleh kandidat secara keseluruhan, sedangkan electoral college akan melihat pada aspek suara yang diperoleh berdasarkan perwakilan melalui partai politik tertentu. Indonesia pada saat ini dalam sistem penyelenggaraan Pemilunya menggunakan sistem proporsional terbuka, sehingga setiap suara yang diperoleh akan sangat berpengaruh pada keterpilihan dari kandidat yang diusung. Dalam konteks pemilihan legislatif, juga dikenal aturan pemilihan seperti sistem pemilihan proporsional terbuka dan proporsional tertutup. Bahkan pada beberapa negara ada yang menerapkan gabungan dari keduanya. Indonesia pernah menerapkannya pada pemilihan umum legislatif yang dilaksanakan

109 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

pada masa pemerintahan Orde Baru.

Pada tahun 2019, Indonesia melaksanakan pemilihan umum yang bersamaan antara pemilihan Presiden dan pemilihan legislatif. Hal ini didasarkan pada keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 tertanggal 23 januari 2014 yang mengatakan pemisahan penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tidak konstitusional. Yang kemudian dimaknai bahwa penyelenggaraan dua Pemilu tersebut harus dilakukan secara serentak dalam satu hari Pemilihan Umum. Dalam mempersiapkan pelaksanaan pemilihan umum 2019 tersebut, Pemerintah Indonesia dan DPR mempersiapkan aturan hukum sebagai landasan pelaksanaan Pemilihan Umum. Pemilu serentak 2019 tentu menjadi tantangan dan peluang bagi seluruh elemen bangsa dalam perbaikan sistem politik dan demokrasi di Indonesia. Agar Pemilu serentak 2019 dapat terlaksana dengan baik diperlukan kesungguhan dari pemerintah dan anggota parlemen untuk tidak terjebak dalam permainan politik yang oportunis dan pragmatis,penyelenggaraan Pemilu serentak 2019 harus menjadi referensi sistem Pemilu baru di Indonesia. Tulisan ini dibuat sebagai upaya melihat aspek-aspek apa yang perlu dilakukan dalam suksesi pelaksanaan Pemilu serentak 2019.

B. METODE1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian normatif atau metode penelitian kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada.

2. Sumber data

Data yang diperlukan berupa data sekunder atau data kepustakaan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

110

dan dokumen yang berupa bahan-bahan hukum sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang sifatnya mengikat dan tertdiri dari :

1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

2) Keputusan KPU Nomor 84 / PL.01.9-Kpt/3328/KPU-Kab/VII/2019 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal.

3) Keputusan KPU Nomor 85 / PL.01.9 - Kpt /3328/KPU-Kab/VII/2019 tentang Penetapan Calon Terpilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Dalam Pemilihan Umum Tahun 2019.

b. Bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer, yaitu :

1) Hasil-hasil penelitian baik tesis atau disertasi maupun hasil penelitian hukum perseroan

2) Buku-buku, malakah maupun jurnal hukum yang berkaitan dengan hukum perseroan Bahan hukum tersier.

c. Bahan hukurn tersier adalah bahan-bahan yang dapat memperjelas persoalan yang ditemukan pada bahan-bahan hukum primer dan sekunder, yaitu :

1) Kamus-kamus Hukum;

2) Kamus-kamus Bahasa.

3. Analisis Data

Pada penelitian hukurn normatif ini, pengolahan data hanya ditujukan pada analisis data secara deskriptif kualitatif, dimana materi atau bahan-bahan hukum tersebut untuk selanjutnya akan

111 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

dipelajari dan dianalisis muatannya, sehingga dapat diketahui taraf sinkronisasinya, kelayakan norma, serta pengajuan gagasan-gagasan norma yang baru.

C. PRESPEKTIF TEORI

Menurut Kun Maryati, dkk (2014:17), “Primordialisme adalah ikatan-ikatan seseorang dalam kehidupan sosial yang sangat berpegang teguh terhadap hal-hal yang dibawa sejak lahir baik berupa suku bangsa, kepercayaan, ras, adat istiadat, daerah kelahiran dan lain sebagainya”. Berdasarkan Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, primordialisme merupakan suatu perasaan-perasaan dimiliki oleh seseorang yang sangat menjunjung tinggi ikatan sosial yang berupa nilai-nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang bersumber dari etnik, ras, tradisi dan kebudayaan yang dibawa sejak seorang individu baru dilahirkan. Sikap primordialisme sangat mempengaruhi pola perilaku seorang individu dalam hubungan sosial. Primordialisme dapat menyebabkan seseorang menjunjung tinggi hasil dari kebudayaannya dan memiliki rasa kesetiaan yang sangat tinggi pula. Apabila seseorang tidak bisa menyesuaikan dengan keadaan masyarakat yang multikultur, maka sikap primordialisme akan dapat memicu konflik sosial yang tentunya dapat memecah belah kerukunan antar warga.

Primordialisme dapat menyebabkan seseorang memiliki rasa kesetiaan yang tinggi terhadap budayanya. Sikap primordialisme merupakan sikap yang sangat sulit untuk dihilangkan dari diri seseorang karena biasanya terbentuk sejak seorang individu masih sangat kecil dalam lingkungan keluarga. Sikap primordialisme yang ada dalam masyarakat akan melahirkan sebuah etnosentrisme, yaitu fanatisme suku bangsa. Etnosentrisme memiliki sifat tidak rasional, emosional, dan sentimental. Menurut Herimanto dan Winarno

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

112

(2016:111), “Etnosentris merupakan suatu kecenderungan yang melihat nilai atau norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang mutlak serta menggunakannya sebagai tolok ukur kebudayaan lain”.

Menurut Nanda dan Warms dalam Sidabalok (2010:214), “Etnosentris adalah pandangan bahwa budaya seseorang lebih unggul dibandingkan budaya yang lain”. Menurut Rusdiyanta (2009:105), “Etnosentris adalah suatu kecenderungan untuk menggunakan ukuran kelompok atau kebudayaan kita untuk menilai orang atau kebudayaan lain”. Etnosentrisme bermula dari adanya perasaan primordial yang dibawanya sejak lahir oleh individu dalam kelompok etnisnya kemudian berkembang menjadi lebih kompleks lagi.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bawa sikap primordialisme memiliki dampak positif dan juga negatif bagi setiap orang yang memilikinya. Dampak positif dari adanya sikap primordialisme adalah bermanfaat untuk memperkuat rasa kesetiaan seseorang terhadap kelompok etnisnya dan juga untuk meningkatkan moral, rasa nasionalisme serta patriotisme dalam diri seseorang. Sikap primordialisme juga dapat dijadikan sebagai pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat ketika menghadapi berbabagi bentuk perubahan sosial. Namun, sikap primordialisme juga banyak mengakibatkan dampak negatif bagi masyarakat multikultur karena sikap primordialisme memicu timbulnya perpecahan yang sudah pasti merugikan bagi individu atau kelompok etnis lain. Sikap seperti ini sangat menghambat proses harmonisasi masyarakat dan menghambat proses pembangunan nasional.

D. PEMBAHASAN

1. Anggota DPRD Kabupaten Tegal mencalonkan diri diluar

113 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

domisili Pemilu 2019 telah berakhir dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Kebanyakan orang beranggapan bahwa untuk menjadi anggota DPRD Kabupaten haruslah dari penduduk sekitar agar memperoleh banyak suara. Namun setelah Pemilu 2019 selesai diperoleh data bahwa tidak seluruhnya anggota DPRD merupakan warga sekitar dari daerah pemilihannya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memilih para pemilih tidak hanya latar belakang domisili saja yang menjadi dasar untuk memilih tetapi bagaimana cara berkampanye. Dengan baik.

Tabel 1. Anggota DPRD Kabupaten Tegal mencalonkan diri diluar

domisili

Nama Partai

Nama Anggota

DPRD Kb. Tegal

Jenis Kelamin

Alamat Domisili

Asal Dapil Caleg

Daerah Pemilihan

PKS Arip Budiono, S.IP L

Desa Tegalwangi Rt 018/006 Kecamatan

Talang

Dapil 2 Tegal 1

Partai Golkar

Adhitya Zulton Prakosa, SH,

MHL

Jl. Wijaya Kusuma 21 No. 6 Slawi Rt 007/005 Kelurahan Kudaile

Kecamatan Slawi

Dapil 1 Tegal 2

PPP Naufal Sholeh L

Pesayangan Rt 14/03

Kecamatan Talang

Dapil 2 Tegal 4

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

114

Partai Golkar

Agus Solichin, S.Psi L

Perum Saphire

Ricidence Blok B1

Rt 004/002 Kelurahan

Procot Kecamatan

Slawi

Dapil 1 Tegal 6

INFO GRAFIS PEROLEHAN KURSI BERDASARKAN SESUAI DAPIL & DI LUAR DAPIL

2. Persebaran Anggota DPRD Kabupaten Tegal

DPRD Kabupaten merupakan perwakilan rakyat bertugas menyampaikan aspirasi rakyat dan kepentingan rakyat. Dengan

115 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

demikian maka perwakilan rakyat tersebar diseluruh daerah. Jika dikaitkan dengan teori primodial maka orang akan cenderung mendukung dan memperjuangakan daerah asalnya dalam forum. Namun bagaimana jika persebaran anggota DPR yang tidak merata maka dapat terjadi ketimpangan dimana daerah yang tidak memiliki anggota DPRD tidak diperjuangkan penuh oleh anggota DPRD.

Tabel 2.Persebaran Anggota DPRD Kabupaten Tegal

NoNama Partai

Pengusung

No. Urut Nama

Peringkat Suara Sah

Dalam Partai Politik

JK Kecamatan

1 Partai Gerindra 8 Hamid 1 L Adiwerna

2 PDI Perjuangan 1 Nursidik 1 L Adiwerna

3 PKB 3 Hj. Nofiyatul Faroh, S.IP 1 P Bojong

4 PKB 2 Drs. Munif 3 L Bojong5 PPP 1 Nur Fasikha 1 P Bojong

6 PKB 1 Sayid abdul Kodir 2 L Bumijawa

7 Partai Gerindra 1

Rizqo wildan Aguinaldo,

SP1 L Bumijawa

8 Partai Golkar 1 Nurudin, SH 1 L Bumijawa

9 Partai Hanura 1 Khamami,

S.Ag, MM 1 L Dukuhturi

10 PDI Perjuangan 3 Agung Yudi

Kurniawan 2 L Dukuhwaru

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

116

11 PDI Perjuangan 1

Bambang Romadhon Irawanto

1 L Jatinegara

12 PKB 1H.

Miftachudin, S.Pd.I

1 L Kramat

13 Partai Golkar 3 Saminah 1 P Kramat

14 PPP 4 Khaeru Sholeh, SH 1 L Kramat

15 PKB 1 A. Jafar, ST 1 L Lebaksiu

16 PKB 3Umi

Azkiyani, s.Psi.I

2 P Lebaksiu

17 Partai Golkar 1

Muhammad Khuzaeni,

SE, SH1 L Lebaksiu

18 PKB 1 H. Mu’min, S.Pd.I 1 L Margasari

19 PDI Perjuangan 6 Rosmalia

Yuniar, SE 1 P Margasari

20 PDI Perjuangan 8 Sugono 2 Margasari

21 PDI Perjuangan 1 Hj. Erni,

A.Md.Par 3 P Margasari

22 Partai Demokrat 1 Sriyanto, S.si 1 L Margasari

23 PKB 3 Drs. Akhmad Sayuti 2 L Pagerbarang

24 Partai Gerindra 1 H. Samsuri 1 L Pagerbarang

25 PKB 1 Agus Salim, SE 1 L Pangkah

26 Partai Gerindra 1

Ade Krisna Mulyawan,

SH1 L Pangkah

117 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

27 PDI Perjuangan 1 Rita Iryanti,

ST 1 P Pangkah

28 Partai Golkar 1 Agus Silichin,

S.Psi 1 L Salwi

29 Partai Gerindra 1 Ninik

Budiarti, SM 1 P Slawi

30 PDI Perjuangan 8 Memet Said,

ST 1 L Slawi

31 Partai Demokrat 1

Oriega Ayudya, S.Kom,

B.Info Tech, M.BA

1 L Slawi

32 Partai Golkar 1

Adhitya Zulton

Prakosa, SH, MH

1 L Slawi

33 Partai Gerindra 1 Rudi

Indrayani, SH 1 L Suradadi

34 PDI Perjuangan 1 Rustoyo 1 L Suradadi

35 PDI Perjuangan 8 Ragil Trasna 2 P Suradadi

36 PKS 1 Bakhrun, SH, M.Kn 1 Suradadi

37 Partai Perindo 9 Khikmah

Riwayati 1 P Suradadi

38 PKS 1 Arip Budiono, S.IP 1 L Talang

39 PKB 5 Khujatul Islam, S.Pd.I 1 L Talang

40 PKB 10 Moh. Faiq, S.Pi 2 L Talang

41 PKB 2 Didi Permana 3 L Talang

42 PDI Perjuangan 3 Hj. Lina

Agustina P Talang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

118

43 Partai Nasdem 1 Moh. Irfah,

SE 1 L Talang

44 PAN 1 H. Samsul Huda, S.Ag 1 L Talang

45 PPP 1 Naufal Sholeh 1 L Talang

46 PKB 2 Catur Buana Zanbika 2 L Tarub

47 Partai Gerindra 2 Abu Suud 2 L Tarub

48 PDI Perjuangan 3 Nurkholifah,

SH 2 P Tarub

49 Partai Golkar 4

Muhammad Bintang Adi Prajamukti,

SH, MH

1 L Tarub

50 PKB 9H. Wasbun

Jauhara Khalim, SE

2 L Warureja

Tabel diatas dapat menunjukan bahwa tidak semua kecamatan di kabupaten Tegal memiliki anggota DPRD. Ada dua kecamatan yang tidak memiliki anggota DPRD yaitu kecamatan Balapulang dan Kedungbanteng. Dengan demikian perlu perjuangan lebih agar aspirasi dari dua kecamatan tersebut dapat disampai pada gedung DPRD.Tabel diatas dapat menunjukan bahwa tidak semua kecamatan di kabupaten Tegal memiliki anggota DPRD. Ada dua kecamatan yang tidak memiliki anggota DPRD yaitu kecamatan Balapulang dan Kedungbanteng. Dengan demikian perlu perjuangan lebih agar aspirasi dari dua kecamatan tersebut dapat disampai pada gedung DPRD.

119 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

INFO GRAFIS JUMLAH PERSEBARAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN TEGAL DALAM KECAMATAN

E. PENUTUP

1. KesimpulanDalam perhelatan Penyelenggaraan Pemilihan Umum serentak

Tahun 2019 dalam hal ini adalah pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tegal bahwa seorang calon anggota DPRD untuk memperoleh kursi di DPRD ternyata dari hasil analisa sesuai dengan surat keputusan Komisi Pemilihan Umum tidak harus dari daerah pemilihan (Dapil) atau Kecamatan tempat tinggal yang sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-El) yang dimiliki oleh para Anggota DPRD yang terpilih tetapi bagaimana teknis para calon Anggota DPRD tersebut untuk

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

120

mendapatkan simpati agar para pemilih mau menjatuhkan pilihanya kepada calon Anggota DPRD tersebut.

121 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

DAFTAR PUSTAKA

Kun Maryati. Sosiologi. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2014.

Herimanto,dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2016.

Sibadalok,Indri. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba Humanika. 2010.

Rainse, Usman,dkk. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi

(Teori dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta. 2009.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

122

URGENSI PELATIHAN SAKSI PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 DI

KABUPATEN TEGAL

MualifatunStaf Hukum, Data, dan Informasi Bawaslu Kabupaten Tegal

[email protected]

Abstract

Witnesses of the political party (Parpol) become inseparable in the elections (elections). The existence of witnesses to the parties in the elections is very strategic and determine because the witnesses are the spearhead of the party, namely to supervise the process of voting and counting the vote at the polling stations (TPS), be a key and proof tool if There is a dispute or claim on the election, as well as the most important link in the saving of people’s voices mandated to the party. With such a central position, a witness in the elections is equipped with training or technical guidance on the functions, roles, rights, and obligations in carrying out its duties effectively. This research uses a juridical method of empirical research with a statutory approach and a conceptual approach. The results of this research is the urgency of witness training to be conducted, this aims to realization of witnesses who understand the rules of law and skilled in carrying out their duties. A qualified witness is a prerequisite to the implementation of the voting and counting of votes in an honest, fair, safe and orderly manner in accordance with legislation.

Keyword : Urgency, Witness Training Political, Election

123 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Abstrak

Saksi partai politik (parpol) menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam pemilihan umum (Pemilu). Keberadaan saksi bagi parpol dalam Pemilu sangat strategis dan menentukan karena saksi parpol merupakan ujung tombak partai, yaitu untuk mengawasi proses pemungutan dan penghitungan suara di tempat pemungutan suara (TPS), menjadi kunci dan alat bukti jika terjadi sengketa atau gugatan atas hasil Pemilu, serta mata rantai terpenting dalam penyelamatan suara rakyat yang diamanatkan kepada partai. Dengan posisi yang demikian sentral, maka seorang saksi dalam Pemilu dibekali pelatihan atau bimbingan teknis mengenai fungsi, peran, hak, dan kewajiban dalam menjalankan tugasnya secara efektif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis empiris dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Hasil penelitian ini adalah urgensi pelatihan saksi parpol untuk dilaksanakan, hal ini bertujuan agar terwujudnya saksi yang paham dengan aturan perundang-undangan dan terampil dalam melaksanakan tugasnya. Saksi yang mumpuni menjadi prasyarat pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara berlangsung jujur, adil, aman dan tertib sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kata kunci: Urgensi, Pelatihan Saksi Parpol, Pemilu.

A. PENDAHULUAN

Secara umum pemilihan umum lahir dari konsepsi dan gagasan besar demokrasi yang merujuk pada pendapat John Locke dan Rousseau, keterjaminan kebebasan, keadilan dan kesetaraan bagi individu dalam segala bidang. Dalam demokrasi, ada nilai-nilai partisipatif dan kedaulatan yang dijunjung tinggi dan harus dijalankan oleh warga negara dan instrumen negara baik pada level legislatif, yudikatif maupun eksekutif. Hubungan antara warga negara dan negara meskipun masih berjarak namun dapat difasilitasi oleh

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

124

berbagai lembaga dan elemen masyarakat karena adanya kebebasan bagi semua pihak untuk ikut serta secara aktif dalam pembangunan nasional baik pembangunan politik maupun bidang-bidang lainnya. Masyarakat diberikan ruang untuk berperan aktif dan menjadi bagian dari proses demokrasi. Meskipun secara substansial, keikusertaan mereka masih cenderung prosedural dan momentum (Norm Kelly dan Sefakor Ashiagbor, 2011).

Salah satu elemen penting dalam pelaksanaan Pemilu yaitu keberadaan saksi parpol. Hal ini dikarenakan saksi parpol mempunyai peran yang strategis dalam mengawal proses pemungutan dan penghitungan suara di TPS sampai penetuan hasil perolehan suara masing-masing partai politik peserta Pemilu. Pelatihan saksi parpol merupakan sebuah urgensi yang harus dijalankan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum yang termuat dalam pasal 351 ayat (8) mengamanatkan bahwa saksi dilatih oleh Bawaslu.

Pengalaman pada Pemilu sebelum nya menunjukkan salah satu penyebab dari problem atau kisruh pada kegiatan pemungutan dan penghitungan suara di sejumlah TPS, rekapitulasi penghitungan suara tingkat oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi hingga KPU RI/Pusat dikarenakan saksi parpol tidak sepenuhnya memenuhi kualifikasi yang diharapkan. Sebelum diberlakukan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, pelatihan saksi parpol dibebankan kepada masing-masing parpol, sehingga ada perbedaan pemahaman mengenai teknis dan pelaksanaan tugas saksi antara parpol yang satu dengan yang lainnya. Namun setelah diberlakukan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, tugas untuk melakukan pelatihan saksi parpol dibebankan kepada Badan pengawas Pemilu (Bawaslu), sehingga diharapkan pelatihan saksi parpol yang melalui satu pintu tersebut dapat berjalan sesuai dengan

125 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

aturan yang berlaku.

Tugas Saksi dalam Pemilu cukup berat dan kompleks, terutama di TPS atau PPK, KPU Kabupaten/Kota yang rawan dengan potensi kecurangan. Oleh karena itu saksi parpol harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai peraturan perundangan khususnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu, PKPU dan Perbawaslu terkait dengan pemungutan dan penghitungan suara. Berdasarkan paparan diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimana urgensi pelatihan saksi parpol dalam Pemilu?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis mengenai urgensi pelatihan saksi parpol dalam Pemilu.

B. METODE PENELITIANDalam penelitian ini penulis meggunakan metode penelitian

yuridis empiris, yaitu kajian yang memandang hukum sebagai kenyataan, mencakup kenyataan sosial, kenyataan kultur dan lain-lain. Kajian empiris bersifat deskriptif. Kajian-kajian hukum empiris antara lain: Sosiologi Hukum, Antropologi Hukum, dan Psikologi Hukum. Dapat diimpulkan bahwa kahian empiris mengkaji law in action. Dengan demikian, kajian empiris dunianya adalah das sein (kenyataan yang ada di dalam masyarakat). Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konsep (conceptual approach). Pendekatan konsep beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam ilmu hukum (Marzuki P. M., 2010). Pendekatan konsep berperan penting ketika permasalahan yang harus dijawab tidak mempunyai pijakan yuridis yang sempurna. Ketika Penulis dihadapkan pada kondisi ketidaksempurnaan legalitas, megharuskan mengangkat ke atas abstraksi suatu konsep. Selain itu pendekatan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

126

konsep ini dimaksudkan untuk mengupas secara komprehensif tentang urgensi pelatihan saksi parpol dalam Pemilu.

C. PERSPEKTIF TEORI

1. Memahami Konsep Urgensi Pelatihan Saksi ParpolUrgensi jika dilihat dari bahasa Latin “urgere” yaitu (kata

kerja) yang berarti mendorong. Jika dilihat dari bahasa Inggris bernama “urgent” (kata sifat) dan dalam bahasa Indonesia “urgensi” (kata benda). Istilah urgensi merujuk pada sesuatu yang mendorong kita, yang memaksa kita untuk diselesaikan. Dengan demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindaklanjuti. Urgensi yaitu kata dasar dari “urgen” mendapat akhiran “i” yang berarti sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama atau unsur yang penting (Abdurrahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, 2004).

Pelatihan sendiri adalah proses pembelajaran keahlian, peraturan, sikap, ataupun konsep pengetahuan untuk meningkatkan serta mengembangkan kinerja. Pelatihan umumnya dilakukan sesuai prosedur yang terorganisir dan sistematis serta dibuat seperti proses pendidikan dalam jangka waktu pendek (Mohammad Noer, 2019).

Urgensi pelatihan saksi parpol dinilai sebagai suatu keharusan untuk dilaksanakan. Asumsi ini didasari dari proses pemungutan dan penghitungan suara yang rawan akan kericuhan dan permasalahan. Dengan adanya pelatihan saksi parpol maka diharapkan segala bentuk permasalahan dalam proses rekapitulasi pemungutan dan penghitungan suara di TPS bisa diselesaikan dengan satu pemahaman yang sama diantara para saksi.

127 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

2. Pelatihan Saksi Parpol

Saksi parpol adalah orang yang mendapat surat mandat tertulis dari tim kampanye atau Pasangan Calon yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, Pengurus Partai Politik tingkat Kabupaten/Kota atau tingkat di atasnya untuk Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, dan calon perseorangan untuk Pemilu Anggota DPD (Dwi Putra Nugraha, 2019). Adapun tugas saksi antara lain sebagai berikut:

a. Menghadiri persiapan, pembukaan TPS serta pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara di dalam TPS

b. Mengikuti pemeriksaan terhadap perlengkapan pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS

c. Menyaksikan pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS

d. Meminta penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS kepada Ketua KPPS.

e. Mengajukan keberatan atas terjadinya kesalahan dan /atau pelanggaran dalam pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara ke KPPS. Pastikan keberatan tersebut tercatat dalam Formulir Model C2-KPU. Catatan keberatan harus dibuat terperinci menggambarkan kejadian khusus tersebut. Jangan lupa untuk menyampaikan pula keberatan Anda pada peserta Pemilu yang menugaskan Anda.

f. Menerima: salinan formulir Model A.3-KPU, Model A.4-KPU dan Model A.DPK-KPU; salinan Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara; dan salinan sertifikat

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

128

hasil Penghitungan Suara. (Pasal 506 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang dengan sengaja tidak memberikan salinan 1 (satu) eksemplar berita acara pemungutan dan penghitungan suara, sertifikat hasil penghitungan suara kepada Saksi Peserta Pemilu dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).).

Adapun larangan saksi dan PTPS antara lain yaitu :

a. Mempengaruhi dan mengintimidasi Pemilih dalam menentukan pilihannya.

b. Melihat Pemilih mencoblos Surat Suara dalam bilik suara.

c. Mengerjakan atau membantu mempersiapkan perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara serta mengisi formulir pemungutan suara dan hasil penghitungan suara.

d. Mengganggu kerja KPPS dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

e. Mengganggu pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara.

Tugas saksi peserta Pemilu dalam tahapan Pemilu

a. Sebelum hari pemungutan suara

1) Menyiapkan Surat Mandat sebagai Saksi dari Peserta Pemilu tingkat Kabupaten/Kota kepada KPPS dan meminta bukti tanda terima surat paling lambat 1 hari sebelum Pemilu;

2) Menyiapkan kelengkapan seperti KTP dan Formulir C-6 (Surat Pemberitahuan Waktu & Tempat Pemungutan

129 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Suara) untuk dibawa pada saat bertugas.

b. Hari Pemungutan Suara

1) Pra Pemungutan Suara

a) Hadir selambat-lambatnya Pukul 06.30.

b) Membawa kelengkapan seperti KTP dan Formulir C-6 (Surat Pemberitahuan Waktu & Tempat Pemungutan Suara) untuk dibawa saat bertugas.

c) Membawa dan menyerahkan surat mandat yang ditandatangani oleh: 1. Pasangan Calon atau tim kampanye tingkat Kabupaten/Kota atau tingkat di atasnya, untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden;

d) Pimpinan Partai Politik tingkat Kabupaten/Kota atau tingkat diatasnya, untuk Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota; dan

e) Calon anggota DPD untuk Pemilu anggota DPD.

f) Mengenakan Tanda Pengenal Saksi yang diterima dari KPPS.

g) Membawa kelengkapan tulis menulis.

h) Bersama-sama Ketua dan anggota KPPS memastikan bahwa kotak suara dalam keadaan digembok/ dengan alat pengaman lainnya dan tersegel serta kelengkapan dan kondisi TPS sesuai ketentuan.

i) Menghadiri kegiatan KPPS berupa: membuka kotak suara, mengeluarkan seluruh isi kotak suara, mengidentifikasi jenis dokumen dan peralatan, menghitung jumlah setiap jenis dokumen dan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

130

peralatan, memeriksa keadaan seluruh Surat Suara, tinta, segel, alat untuk mencoblos pilihan, sampul kertas, karet pengikat surat suara, kantong plastik, formulir, tali pengikat alat pemberi tanda pilihan dan alat bantu tunanetra, menandatangani Surat Suara yang akan digunakan oleh pemilih.

Kegiatan ini wajib ditulis dalam Berita Acara Kegiatan dan ditandatangani oleh 2 orang KPPS dan Saksi Peserta Pemilu. (Pasal 354 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017)

2) Pemungutan Suara

a) Mengikuti rapat pemungutan suara dan proses Sumpah/Janji Anggota KPPS.

b) Memastikan sampul Surat Suara dalam keadaan tersegel dan jumlah Surat Suara sesuai ketentuan.

c) Memastikan bahwa kotak suara benar-benar kosong dan dikunci/diamankan dengan alat pengaman kembali setelah semua isi dikeluarkan telah diperiksa KPPS.

d) Memastikan bahwa nama Pemilih sesuai dengan daftar nama yang tercantum di DPT, DPTb dan DPK

e) Memastikan bahwa Pemilih tidak memiliki tanda khusus bahwa dia telah memberikan suara (seperti bekas tinta di jarinya).

f) Memastikan bahwa setiap Surat Suara yang diterima Pemilih tidak cacat dan ada tanda-tanda khusus/rusak

g) Memastikan bahwa setiap Surat Suara yang diterima Pemilih sudah ditandatangani oleh ketua KPPS.

131 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

h) Apabila ada Pemilih menggunakan KTP asli dan KK Asli, mereka akan diberikan kesempatan memilih setelah jam 12.00 WIB.

i) Catatan: Memastikan penyandang disabilitas yang mempunyai halangan fisik agar dapat menggunakan hak pilihnya dengan didampingi oleh pendamping. Pemberian bantuan terhadap Pemilih dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Bagi Pemilih yang tidak dapat berjalan, pendamping yang ditunjuk membantu Pemilih menuju bilik suara, dan pencoblosan Surat Suara dilakukan oleh Pemilih sendiri; b. Bagi Pemilih yang tidak mempunyai dua belah tangan dan tunanetra, pendamping yang ditunjuk membantu mencoblos Surat Suara sesuai kehendak Pemilih.

3) Setelah Penutupan TPSa) Memastikan seluruh Pemilih yang telah terdaftar

dalam formulir model C7.DPT-KPU, Model C7.DPTb-KPU dan Model C7.DPK-KPU telah selesai memberikan suara.

b) Memastikan untuk pendokumentasian C7 DPT, C7 DPTb dan C7 DPK

c) Memastikan KPPS dan Petugas Ketertiban TPS mengatur keseimbangan jumlah Pemilih terhadap Surat Suara yang masih tersedia. (kecocokan antara C7 dengan sisa Surat Suara)

d) Memastikan bahwa Surat Suara yang tidak terpakai telah diberi tanda silang besar oleh petugas KPPS.

e) Memastikan bahwa petugas KPPS telah mencatat

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

132

jumlah Surat Suara yang tidak digunakan / rusak (cacat terdapat coretan dan sebagainya).

4) Penghitungan Suara

a) Memastikan KPPS menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam penghitungan suara.

b) Memastikan KPPS melakukan:

i. pencatatan jumlah Pemilih yang terdaftar dalam salinan DPT, DPTb, DPK, dan Pemilih disabilitas yang menggunakan hak pilihnya; Jumlah Surat Suara yang diterima termasuk Surat Suara cadangan; Jumlah Surat Suara yang rusak/ keliru dicoblos; Jumlah Surat Suara yang tidak digunakan termasuk sisa Surat Suara cadangan.

ii. penjumlahan : 1. Surat Suara yang digunakan, 2. Surat Suara yang rusak atau keliru dicoblos, 3. Surat Suara yang tidak digunakan, termasuk sisa Surat Suara cadangan, harus sama dengan jumlah Surat Suara yang diterima termasuk Surat Suara cadangan oleh KPPS untuk masing-masing Pemilu.

c) Saksi memastikan proses Penghitungan Suara dilakukan secara berurutan dimulai dari Penghitungan Suara untuk: 1. Surat Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden; 2. Surat Suara Pemilu Anggota DPR; 3. Surat Suara Pemilu Anggota DPD; 4. Surat Suara Pemilu Anggota DPRD Provinsi; dan 5. Surat Suara Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota.

133 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

d) Untuk Daerah Pemilihan di DKI Jakarta Saksi memastikan proses Penghitungan Suara dilakukan secara berurutan dimulai dari Penghitungan Suara untuk: 1. Surat Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden; 2. Surat Suara Pemilu Anggota DPR; 3. Surat Suara Pemilu Anggota DPD; 4. Surat Suara Pemilu Anggota DPRD Provinsi.

e) Saksi memastikan KPPS melakukan penghitungan suara dengan cara:

i. Membuka kunci dan tutup kotak suara dengan disaksikan oleh semua pihak yang hadir;

ii. Mengeluarkan Surat Suara dari kotak suara dan diletakkan di meja Ketua KPPS;

iii. Menghitung jumlah Surat Suara dan memberitahukan jumlah tersebut kepada yang hadir serta mencatat jumlahnya;

iv. Mencocokkan jumlah Surat Suara yang terdapat di dalam kotak suara dengan jumlah Pemilih yang hadir dalam formulir Model C7.DPT-KPU, Model C7.DPTb-KPU, dan Model C7.DPK-KPU;

v. Membuka Surat Suara lembar demi lembar;vi. Dalam hal ditemukan Surat Suara tidak berada

pada kotak suara yang sesuai maka: Sebelum dihitung:Ketua KPPS menunjukkan Surat Suara tersebut kepada Saksi, PTPS, Anggota KPPS, Pemantau Pemilu, atau masyarakat/ Pemilih yang hadir. Memasukkan Surat Suara ke dalam kotak suara sesuai dengan jenis Pemilu.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

134

Setelah dihitung:Ketua KPPS menunjukkan Surat Suara tersebut kepada Saksi, PTPS, Anggota KPPS, Pemantau Pemilu, atau masyarakat/ Pemilih yang hadir. Membuka Surat Suara dan memeriksa tanda coblos pada Surat Suara sesuai dengan jenis Pemilu dan mencatatnya ke dalam formulir Model C1 Plano sesuai jenis Pemilu dalam bentuk tally.

f) Memeriksa pemberian tanda coblos pada Surat Suara;

g) Menunjukkan kepada Saksi, Pengawas TPS, Anggota KPPS, Pemantau Pemilu atau masyarakat/ Pemilih yang hadir dengan ketentuan 1 (satu) Surat Suara dihitung 1 (satu) suara dan dinyatakan sah atau tidak sah;

h) Menyampaikan hasil penelitiannya kepada Saksi, Pengawas TPS, Pemantau atau masyarakat, dengan suara yang terdengar jelas;

i) Mencatat hasil Penghitungan Suara ke dalam formulir Model C1.Plano-PPWP, Model C1.Plano-DPR, Model C1.Plano-DPD, Model C1.Plano-DPRD Provinsi, dan Model C1.PlanoDPRD Kabupaten/Kota yang ditempel pada papan atau tempat tertentu dengan cara tally;

j) Mencatat hasil penghitungan jumlah Surat Suara masing-masing Pemilu dalam formulir Model C1.Plano-PPWP/DPR/DPD/DPRD Provinsi/DPRD Kab/Kota;

k) Menghitung hasil pencatatan perolehan suara dan

135 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

ditulis dengan angka dan huruf sesuai perolehan suara masing-masing Pasangan Calon, Partai Politik, dan calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, jumlah seluruh suara sah, jumlah suara tidak sah, serta jumlah gabungan suara sah dan tidak sah;

l) Mengumumkan hasil perolehan suara Pasangan Calon, Partai Politik dan calon anggota DPR, calon anggota DPD, Partai Politik dan calon anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/ Kota dengan suara yang terdengar jelas;

m) Mengisi Sertifikat Hasil Penghitungan Suara masing-masing jenis Pemilu dalam formulir: 1. Model C1-PPWP berhologram, Model C1-DPR berhologram, 2. Model C1-DPD berhologram, 3. Model C1-DPRD Provinsi berhologram, 4. Model C1-DPRD Kab/Kota berhologram beserta salinannya;

n) Mengisi pernyataan keberatan Saksi atau catatan kejadian khusus kedalam formulir Model C2-KPU jika ada;

o) Mengisi Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam formulir C-KPU.

p) Mendokumentasikan formulir: 1. Model C1.Plano-PPWP, 2. Model C1.Plano-DPR, 3. Model C1.Plano-DPD, 4. Model C1.Plano-DPRD Provinsi, 5. Model C1.Plano-DPRD Kab/Kota, 6. Model C7.DPT-KPU, 7. Model C7.DPTb-KPU, dan Model C7.DPK-KPU setelah ditandatangani oleh KPPS dan Saksi yang hadir.

q) Meminta Salinan formulir: a. Model A.3-KPU, Model A.4-KPU dan Model A.DPK-KPU; b. Berita

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

136

Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara; dan c. Sertifikat hasil Penghitungan Suara.

r) Mencatat bila ada pelanggaran terjadi dan dilaporkan kepada Pengawas TPS.

s) Mengawal proses penyimpanan kotak suara dari TPS ke PPS Desa/Kelurahan.

t) Menandatangani berita acara apabila pelaksanaan pemungutan suara berjalan sesuai ketentuan.

u) Apabila tidak ada keberatan maka Saksi tetap mengisi dan menandatangani Formulir Model C2 Catatan Kejadian Khusus dan Keberatan Saksi pada formulir lembaran pernyataan keberatan saksi dan diisi NIHIL.

v) Jika terdapat keberatan, maka Saksi mencatat dengan jelas isi keberatan Saksi pada Model C2 Catatan Kejadian Khusus dan Keberatan Saksi.

w) Saksi memastikan bahwa seluruh dokumen pemungutan suara dimasukkan ke dalam kotak suara dan di segel.

x) Bila ada indikasi/kesalahan oleh petugas maka : Saksi TPS harus segera meminta KPPS untuk melakukan pembetulan saat itu juga. Bila tidak dihiraukan maka Saksi harus mencatat dengan detail, sehingga jika diperlukan dapat diadukan sebagai pelanggaran;

y) Mencatat dengan jelas isi keberatan Saksi pada Model C2 Catatan Kejadian Khusus dan Keberatan Saksi.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaturan saksi secara tegas termuat dalam Pasal 351 ayat

137 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

(3), ayat (7), dan ayat (8) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum yang menyatakan bahwa pelaksanaan pemungutan suara disaksikan oleh saksi peserta Pemilu kemudian saksi harus menyerahkan mandat tertulis dari pasangan calon atau tim kampanye, partai politik peserta Pemilu, atau calon anggota DPD kepada KPPS serta saksi dilatih oleh Bawaslu.

Jika dicermati, pengaturan pelatihan saksi secara tertulis dilatih oleh bawaslu, sehingga partai politik diminta untuk menyampaikan daftar nama saksi peserta Pemilu yang diberi mandat oleh partai politik. Namun dari rumusan undang-undang tersebut tidak ditemukan rumusan pasti ketentuan sanksi bagi parpol yang tidak menyerahkan daftar nama saksi yang secara langsung tidak mengikuti pelatihan saksi parpol oleh Bawaslu.

Ketentuan mengenai asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik terdapat dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang berbunyi:

“Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:1. kejelasan tujuan;2. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;3. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;4. dapat dilaksanakan;5. kedayagunaan dan kehasilgunaan;6. kejelasan rumusan; dan7. keterbukaan

Selain asas-asas tersebut, dalam sebuah materi muatan perundang-undangan harus pula tercermin asas-asas berikut yang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

138

terdapat dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang berbunyi:“Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas:1. Pengayoman;2. Kemanusiaan;3. Kebangsaan;4. Kekeluargaan;5. Kenusantaraan;6. Bhinneka Tunggal Ika;7. Keadilan;8. Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum Dan Pemerintahan;9. Ketertiban Dan Kepastian Hukum; Dan/Atau10. Keseimbangan, Keserasian, Dan Keselarasan.”

Lebih lanjut, Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 menegaskan:

“Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.”

Menurut Penjelasan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, yang dimaksud dengan “asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan”, antara lain:

1. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;

2. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.Melihat dari bunyi pasal tersebut dapat kita ketahui bahwa

dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik

139 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

harus mengacu pada berbagai asas di atas, termasuk pula dalam pembentukan sebuah undang-undang. Selain itu, asas-asas tersebut juga menjadi pedoman dalam merumuskan suatu ketentuan pidana.

Maria Farida Indrati Soeprapto dalam bukunya yang berjudul Ilmu Perundang-Undangan: Proses dan Teknik Pembentukannya, mengatakan bahwa ketentuan pidana merupakan ketentuan yang mutlak ada dalam peraturan perundang-undangan, sehingga perumusan ketentuan pidana terebut tergantung pada masing-masing peraturan perundang-undangan. Namun demikian, peraturan perundang-undangan yang dapat mencantumkan ketentuan pidana hanya undang-undang dan peraturan daerah (Maria Farida Indrati Soeprapto, 2007).

Meskipun rumusan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tidak secara eksplisit menyebutkan sanksi bagi parpol yang tidak mengikuti pelatihan saksi, akan tetapi pelatihan saksi parpol harus tetap dilaksanakan. Hal ini didasarkan pada konsep urgensi pelatihan saksi parpol.

Setiap sumber daya manusia membutuhkan sebuah proses pembelajaran, pengetahuan, keahlian yang harus dilatih dan dikembangkan agar menjadi manusia yang mempunyai nilai dan cakap akan kemampuan soft skill maupun hard skill. Begitu pula dengan saksi parpol yang membutuhkan sebuah pelatihan yang bersifat urgent dikarenakan mempunyai tugas berat untuk mengawal proses rekapitulasi pemungutan dan penghitungan suara.

Disamping pelatihan, para saksi parpol dibekali oleh Bawaslu berupa buku panduan, video tutorial untuk digunakan sebagai panduan bagi saksi parpol dalam menjalankan tugas dan kewajibannya serta fasilitas lainnya yang mendukung proses pelatihan tersebut. Pelatihan saksi parpol oleh Bawaslu dilakukan di

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

140

tingkat kecamatan, pemateri berasal dari panitia pengawas Pemilu tingkat kecamatan (Panwaslucam). Sebelum melakukan pelatihan saksi parpol, Panwaslucam terlebih dahulu mendapakan bimbingan teknis oleh Bawaslu Kabupaten. Ada Tiga materi pokok pelatihan saksi yang terdiri dari:

1. Manajemen saksi sebagai mesin pendulang suara2. Manajemen saksi sebagai operator penghitungan suara, serta3. Manajemen saksi sebagai penjaga perolehan suara.

Semua materi terinci menjadi sub-sub pembahasan dalam bentuk modul. Saksi parpol yang telah ditugaskan partai untuk mengikuti seluruh proses kegiatan pemungutan dan penghitungan suara di TPS wajib melaporkannya kepada pimpinan partai segera setelah proses kegiatan di TPS. Adapun laporan saksi parpol memuat dua hal penting, yaitu temuan-temuan di lapangan yang berisi penyimpangan dan pelanggaran yang dilakukan oleh petugas KPPS, serta hasil pemungutan dan penghitungan suara di TPS.

Adapun proses krusial yang wajib diketahui saksi diantaranya pada saat penghitungan suara di TPS dan rekapitulasi suara. Penghitungan suara di TPS kemungkinan besar berlangsung lama, sebagai dampak dari kerumitan tehnik pemberian suara, potensi masalah yang mungkin ditimbulkan yaitu terkait dengan digunakannya tehnik mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar partai politik dan/atau nama calon pada surat suara, maka tingkat ketidaksahan dalam surat suara akan lebih tinggi, sehingga antisipasi yang harus dilakukan adalah saksi parpol harus dipersiapkan secara khusus sehingga memiliki stamina dan konsentrasi yang tinggi dalam menyaksikan proses penghitungan suara di TPS. Ketidaksiapan dan ketidakcermatan saksi akan sangat merugikan partai. Sedangkan rekapitulasi suara BPP DPR, adalah bilangan yang diperoleh dari pembagian jumlah suara sah seluruh

141 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

partai politik peserta Pemilu, hal yang perlu dicermati yaitu terkait dengan digunakannya tehnik pencoblosan, maka tingkat kesulitan dalam melihat lubang dalam surat suara akan lebih tinggi, sehingga saksi harus dipersiapkan secara khusus agar memiliki stamina dan konsentrasi yang tinggi dalam menyaksikan proses penghitungan suara di TPS. Ketidaksiapan dan ketidakcermatan saksi akan sangat merugikan partai.

Pada proses rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di kecamatan, hal-hal yang penting untuk dipantau adalah :

1. Penerimaan hasil rekapitulasi suara dari PPS.2. Pembuatan berita acara penerimaan hasil rekapitulasi suara dari

PPS.3. Penyimpanan dan pengamanan kotak suara.4. Rapat pleno rekaputulasi.5. Peserta yang hadir dalam rapat pleno (anggota KPU Kabupaten/

Kota, para saksi dan Panwaslu Kabupaten/Kota).6. Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara (penulisannya

ke dalam berita acara dan sertifikat).7. Pembuatan dan penandatanganan berita acara rekapitulasi hasil

penghitungan perolehan suara.Dalam mempersiapkan pengawasan rekapitulasi suara di KPU

Kabupaten/Kota, saksi parpol di tingkat Kabupaten harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Meminta koordinator saksi di tingkat kecamatan untuk menyerahkan rekapitulasi perolehan suara dari semua di wilayah desa yang bersangkutan dan kecamatan.

2. Berdasarkan atas hasil rekapitulasi suara di tingkat kecamatan, saksi di tingkat kabupaten menyusun rekapitulasi suara dari semua kecamatan.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

142

3. Data hasil rekapitulasi dari seluruh desa tersebut menjadi bahan pembanding dalam proses pengawasan rekapitulasi suara di KPU Kabupaten/Kota.

Selain itu saksi parpol juga harus mengetahui kewajiban dan larangan saat melaksanakan tugasnya termasuk soal kondisi surat suara sah dan tidak sah atau batal, serta soal prosedur sinkronisasi data surat suara. Di antara larangan saksi tersebut adalah tidak dibenarkan melakukan kecurangan, mempengaruhi dan mengintimidasi pemilih dalam menentukan pilihannya, mengerjakan atau membantu mempersiapkan perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara dan hasil penghitungan suara, menggangu kerja KPPS atau KPU dalam melakukan tugas dan wewenangnya, mengganggu pelaksanaan pemungutan suara, penghitungan suara, rekapitulasi suara dan lain-lain.

Hal lainnya yang menjadi fokus perhatian saksi parpol yaitu sah tidaknya surat suara. Pengertian Surat Suara Sah Berdasarkan Pasal 386 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu dan Pasal 54 PKPU Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum, Surat Suara yang dinyatakan Sah sebagai berikut : Sahnya Tanda Coblos Pada Surat Suara Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota:

1. Surat Suara ditandatangani oleh Ketua KPPS;

2. Surat Suara dalam keadaan baik (tidak rusak);

3. Surat Suara tidak terdapat tanda/coretan;

4. Dicoblos menggunakan alat coblos yang disediakan di TPS.

Peran strategis saksi parpol tersebut yang kemudian harus mendapatkan fokus pelatihan yang maksimal agar saksi parpol mampu menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik sesuai

143 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

dengan peraturan yang berlaku.

Untuk melaksanakan amanat undang-undang, Bawaslu Kabupaten Tegal mengadakan pelatihan saksi sebagai berikut:

Berdasarkan table di atas, diketahui bahwa terdapat delapan partai yang mengikuti pelatihan, antara lain partai Gerindra, PKS, Partai Nasdem, Perindo, Hanura, PPP, PAN, Demokrat dan satu pasangan calon nomor urut dua, sedangkan ada beberapa partai yang tidak mengikuti pelatihann seperti PDIP, PKB, Golkar, PSI, Berkarya, dan Paslon 01. Partai tersebut tidak menyerahkan daftar nama saksi, sehingga tidak mengikuti

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

144

pelatihan oleh Bawaslu. Namun Bawaslu Kabupaten Tegal tetap menyerahkan buku pelatihan saksi agar partai tersebut dapat melakukan bimbingan teknis sendiri di masing-masing internal partai.

E. SIMPULAN

1. Kesimpulan

Dari penjelasan yang telah disampaikan dimuka, dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain:

a. Pemilihan umum tahun 2019 memberikan contoh yang nyata terhadap penyelenggaraan demokrasi di Indonesia. Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia tidak lepas dari dukungan semua pihak, salah satunya yaitu saksi parpol. Saksi adalah perwakilan yang mendapatkan mandat peserta Pemilu yang bertugas memastikan pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara berjalan jujur, adil dan sesuai peraturan perundang-undangan. Keberadaan saksi parpol menjadi sangat penting dalam pemilihan umum untuk memastikan proses pemungutan dan hasil penghitungan suara di TPS bagi masing-masing partai politik, pasangan calon presiden dan wakil presiden. Sudah seharusnya saksi parpol diberikan bekal yang cukup untuk menjalankan perannya dengan baik. Melalui pelatihan dan bimbingan teknis maka diharapkan saksi mampu menjalankan tugas, hak, kewajiban dan larangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b. Dalam Pasal 351 ayat (8) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum mengamanatkan pelatihan saksi peserta Pemilu dilakukan oleh Bawaslu. Sebagai konsekuensi yuridis terhadap undang-undang tersebut, maka partai politik peserta Pemilu diminta untuk menyampaikan daftar nama saksi yang akan mengikuti pelatihan. Namun

145 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

dalam undang-undang tersebut tidak secara eksplisit menyebutkan sanksi ataupun ketentuan sanksi bagi parpol yang tidak menyerahkan daftar nama saksi yang akan mengikuti pelatihan. Implikasi yang ditimbulkan yaitu banyak partai politik tidak menyampaikan daftar nama saksi yang secara langsung tidak mengikuti pelatihan saksi oleh bawaslu. Bertolak dari ketentuan perundang-undangan yang dinilai masih fleksibel terhadap pelatihan saksi, maka konsep yang perlu dipahami yaitu Urgensi pelatihan saksi parpol dalam Pemilu. Keberadaan saksi yang mempunyai peran strategis dalam mengawal proses pemungutan dan penghitungan suara di TPS. Oleh karena itu diperlukan sebuah pelatihan saksi agar Pemilu berjalan sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh undang-undang.

2. RekomendasiMemperhatikan keseluruhan substansi pada penelitian ini, penulis merekomendasikan beberapa hal yaitu:

a. Pelatihan saksi parpol bersifat urgent, maka harus dirubah syarat teknis pelaksanaanya oleh Bawaslu Republik Indonesia.

b. Pengaturan mengenai sanksi bagi parpol yang tidak mengikuti pelatihan oleh bawaslu belum dirumuskan secara tegas, sehingga diperlukan sebuah evaluasi terhadap regulasi yang ada.

c. Dalam menyerahkan daftar nama saksi, parpol harus menyertakan surat mandat dan syarat mengikuti pelatihan agar saksi yang didaftarkan memenuhi kualifikasi.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

146

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana. 2004.

Dwi Putra Nugraha. Buku Saku Saksi Peserta Pemilu Tahun 2019, Jakarta: Bawaslu RI. 2019

Maria Farida Indrati Soeprapto. Ilmu Perundang Undangan : Proses dan Teknik Pembentukannya, Yogyakarta : Kansius. 2007.

Marzuki, P. M. Penelitian Hukum, Cetakan ke-6. Jakarta : Prenada Media. 2010.

Norm Kelly dan Sefakor Ashiagbor. Partai Politik dan Demokrasi dalam Perspektif Teoritis dan Praktis. Washington DC : National Democratic Institute. 2011.

Soekanto, S., Mamudji, S. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Cet. VII. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2003.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Perundang PKPU Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Dalam Pemilihan Umum

Mohammad Noer, Artikel Pelatihan Saksi Partai Politik, diakses dari http://www.national.republika.co.id pada tanggal 12 September 2019 pukul 22.01

147 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

PENANGANAN PELANGGARAN PEMASANGAN ALAT PERAGA KAMPANYE OLEH BAWASLU

KABUPATEN TEGAL

Kokoh Junia Khotama

Staf Divisi Penindakan Pelanggaran Bawaslu Kabupaten Tegal

[email protected]

Abstract

The 2019 election is one of the history for Indonesia. This is because the election of 2019 was concurrent elections for the first time, the simultaneous elections of the elections of the executive and legislative. With the frequent election of electoral participants becoming more and more the same campaign effect in various places. One of the campaign methods is the installation of campaign props, the method is the choice of many electoral participants because it is considered cheap and durable. But with the many installations of the campaign props there are also numerous violations of the installation provisions.

This research discusses how the installation conditions of the campaign props. The results of this study were expected that the elections to the election participants will be more understanding of the provisions and not many problems regarding the campaign trainer.

Keyword : Campaign Viewer Tool, Handling violations, Pemilu

Abstrak

Pemilu 2019 merupakan salah satu sejarah untuk Indonesia. Hal ini karena pada Pemilu 2019 merupakan Pemilu serentak untuk yang pertama kali, Pemilu serentak yaitu pemilihan eksekutif dan legislatif. Dengan serentaknya Pemilu peserta Pemilu menjadi lebih banyak dan efeknya kampanye yang bersamaan diberbagai tempat. Salah satu

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

148

metode kampanye adalah pemasangan Alat Peraga Kampanye, metode tersebut menjadi pilihan banyak peserta Pemilu karena dianggap murah dan tahan lama. Namun dengan banyaknya pemasangan Alat Peraga Kampanye banyak juga yang melanggar ketentuan pemasangannya.

Penelitian ini membahas mengenai bagaimana ketentuan pemasangan Alat Peraga Kampanye. Hasil dari penelitian ini diharap agar Pemilu kedepanya para peserta Pemilu akan lebih memahami mengenai ketentuan dan tidak terjadi banyak masalah mengenai Alat Peraga Kampanye.

Kata Kunci : Alat Peraga Kampanye, Penanganan Pelanggaran, Pemilu

A. PENDAHULUAN

Salah satu hasil perubahan UUD 1945 adalah adanya ketentuan mengenai pemilihan umum. Dalam UUD NRI 1945 ketentuan ini dimaksudkan untuk memberi landasan hukum yang lebih kuat bagi Pemilu sebagai salah satu wahana pelaksanaan kedaulatan rakyat. Dengan adanya ketentuan itu dalam UUD 1945, maka lebih menjamin waktu penyelenggaraan Pemilu secara teratur regular (perlima tahun) maupun menjamin proses dan mekanisme serta kualitas penyelenggaraan Pemilu yaitu langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil (Ni‟Matul Huda:2006 :221). Pemilihan Umum tahun 2019 telah selesai dan terlaksana dengan baik secara keseluruhan. Pelaksanaan Pemilu yang baik pada tahun 2019 perlu di pertahankan bahkan ditingkatkan pada pada Pemilu selanjutnya. Kesuksesan tidak lepas dari partisipasi masyarakat dan juga Penyelenggara Pemilu yang terdiri dari Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu dan Dewan kehormatan Penyelenggara Pemilu. Ketiga penyelenggara Pemilu tersebut sebagai satu kesatuan fungsi Penyelenggara Pemilu untuk menyelenggarakan Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

149 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara langsung oleh rakyat.

Setiap Pemilu tidak lepas dari apa yang disebut kampanye. Jenis kampanye diatur dalam Undang-Undang No. 7 Than 2017 tentang Pemilihan Umum pada Pasal 275. Salah satu jenis kampanye yang paling diminati oleh Peserta Pemilu adalah Pemasangan Alat Peraga. Perserta Pemilu cenderung lebih menyukai cara ini karena harga yang relative murah dan tahan lama, maksudnya sekali pasang dapat bertahan beberapa bulan.

Minat peserta Pemilu untuk melakukakan kampanye dengan metode pemasangan alat peraga setiap hari bertambah. Semakin bertambahnya alat peraga mengakibatkan benturan didalamnya. Benturan tersebut terjadi dalam berbagai macam sisi mulai dari sisi regulasi sampai benturan dengan warga yang bukan peserta Pemilu. Regulasi yang di langgar mulai dari Perbawaslu, PKPU sampai dengan Peraturan daerah setempat.sedangkan benturan dengan warga bersumber pada pemasangan Alat Peraga Kampanye di lahan pribadi, hal tersebut sempat menjadi konflik yang muncul.

Banyaknya konflik yang terjadi akibat pemasangan Alat Peraga Kampanye di Kabupaten Tegal menjadi hal menarik untuk dibahas dari sisi peraturan perundang-undangan. Penulis berharap agar kedepannya banyak pembelajaran yang dapat diambil sehingga untuk Pemilu berikutnya tidak banyak terjadi pelanggaran mengenai Alat Peraga Kampanye.

B. METODE PENELITIANMetode adalah proses, prinsip-prinsip atau tata cara memecahkan

suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode peneltian dapat diartikan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

150

sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah dalam melakukan penelitian (Soerjono Soekanto:2005:4)

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum adalah:

“Suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistemika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari suatu gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisis dan memeriksa secara mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.”

Mengingat pentingnya metode penelitian, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis dan sifat PenelitianJenis yang digunakan dalam penulisan ini adalah

jenis penelitian hukum yuridis normatif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti dengan merujuk pada ketentuan-ketentuan hukum yang terkait (Soerjono Soekanto:2005:49). Pemilihan metode ini dilakukan untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab permasalahan hukum sebagaimana dirumuskan di depan, dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian eksplanatoris yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan lebih dalam suatu gejala (Soerjono Soekanto:2005:56).

2. Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian hukum

151 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

normatif adalah data sekunder,( Maria S.W Sumardjono: 1997:10) yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier(Sudikno Mertokusumo : 2009 : 29).a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang mengikat dan berlaku umum terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan perundang-undangan (Sudikno Mertokusumo : 2009 : 29). Adapun sumber hukum primer yang akan digunakan terdiri dari :

1) Undang-Undang Dasar 1945;

2) Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum;

3) Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Kampanye Pemilihan Umum;

4) Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 31 Tahun 2018 Tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu;

5) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2018 tentang Kampanye Pemilihan Umum;

6) Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2011 tentang Ketertiban Umum;

7) Peraturan Bupati Nomor 53 tahun 2013 Tentang Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pemilihan Umum di Kabupaten Tegal;

8) Keputusan KPU Kabupaten Tegal nomor 55/PL.01.5-Kpt/3328/KAB/IX/2018 tentang Penetapan Lokasi

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

152

Pemasangan Alat Peraga Kampanye pada Pemilihan Umum Tahun 2019.

b. Bahan Hukum SekunderBahan hukum sekunder (secondary sources), yaitu

bahan-bahan yang memberikan informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi sumber bahan hukum primer serta implementasinya.

c. Bahan Hukum TersierBahan hukum tersier (tertiery sources) yaitu bahan-

bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan.

3. Analisis hasilData yang dikumpulkan dari hasil penelitian ini

kemudian disusun secara sistematis, untuk selanjutnya dianalisis oleh penulis secara kualitatif (Maria S.W Sumandjono :10). Penelitian yang menggunakan analisis data kualitatif ini merupakan penelitian yang mengandalkan data verbal dan non numerik lainnya sebagai dasar analisis dan pemecahan masalah yang dikaji. Analisis data akan dilakukan dengan metode pendekatan kualitatif, yaitu tatacara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu dengan menguraikan apa adanya pada suatu kondisi tertentu atas data-data yang telah diperoleh.

C. PRESPEKTIF TEORIPaham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari paham

kerakyatan sebab pada akhirnya, hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan negara atau pemerintah diartikan sebagai hukum yang berbuat atas dasar kekuasaan atau kedaulatan rakyat. Begitu eratnya hubungan antara paham negara hukum yang demokratis atau democratische rechstaat ( Ni‟Matul

153 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Huda : 76). Dalam kaitannya dengan negara hukum, kedaulatan rakyat merupakan unsur material negara hukum, selain masalah kesejahteraan rakyat. Di negara-negara Eropa Konstinental, konsepsi negara hukum mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama perkembangan terhadap asas legalitas yang semula diartikan sebagai pemerintahan berdasarkan undang-undang (wetmatigheid van bestuur) kemudian berkembang menjadi pemerintahan berdasarkan hukum (rechmatigheid van bestuur). Terjadinya perkembangan konsepsi negara hukum materiil sehingga pemerintah diserahi tugas dan tanggung jawab yang semakin berat dan besar untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Namun, pemerintah diberikan pula ruang gerak yang semakin longgar, yang cenderung melahirkan pemerintahan yang bebas (vrij bestuur) disertai ruang kebijaksanaan yang longgar berupa (freies ermesse)(SF.Marbun:2001:22).

Pemahaman tentang negara hukum memberikan gambaran jelas bahwa segala sesuatu yang dilaksanakan oleh penyelenggara negara/pejabat negara harus berlandasakan hukum yang berlaku. Tidak sesuainya tindakan pebajat negara dengan peraturan perundang-undangan dapat berakibat cacat hukum pada setiap keputusan yang dikeluarkankan. Kesesuaian keputusan pejabat harus mengikuti peraturan diatasnya pada setiap tingkatan. Hal ini selaras dengan asas hukum yaitu Lex superior derogat legi inferiori. Pengertian dari asas tersebut yang dikutip dari website Kemenkumham Peraturan perundang-undangan bertingkat lebih tinggi mengesampingkan peraturan perundang-undangan tingkat lebih rendah, kecuali apabila substansi peraturan perundang-undangan lebih tinggi mengatur hal-hal yang oleh undang-undang ditetapkan menjadi wewenang peraturan perundang-undangan tingkat lebih rendah.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

154

D. PEMBAHASAN1. Pemasalahan Pemasangan Alat Peraga Kampanye yang

termasuk Pelanggaran AdministratifPemasangan Alat Peraga Kampanye yang melanggar

ketentuan dikabupaten Tegal tercatat 34.440. Jumlah tersebut bisa dikatakan besar dibandingkan kabupaten-kabupaten lain. Dengan jumlah pelanggaran pemasangan Alat Peraga Kampanye sebesar itu tentunya melanggar berbagai macam peraturan perundang-undang. Bukan hanya peraturan mengenai Pemilu saja yang dilanggar tetapi Peraturan Daerah dan juga dugaan Pelanggaran Pidana disitu juga terjadi.

Pemasangan Alat Peraga Kampanye merupakan salah satu metode kampanye yang diatur pada Pasal 275 (1) d yang berbunyi sebagai berikut :

a. Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 267 dapat dilakukan melalui:

1) Pertemuan Terbatas;2) Pertemuan Tatap Muka;3) Penyebaran Bahan Kampanye Pemilu Kepada Umum;4) Pemasangan Alat Peraga Di Tempat Umum;5) Media Sosial;6) Iklan Media Massa Cetak, Media Massa Elektronik,

Dan Internet;7) Rapat Umum;8) Debat Pasangan Calon Tentang Materi Kampanye

Pasangan Calon; Dan9) Kegiatan Lain Yang Tidak Melanggar Larangan

Kampanye Pemilu dan ketentuan peraturan perundang-undangan

Maka dari itu sah apabila Peserta Pemilu menggunakan

155 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Alat Peraga Kampanye dalam kampanyenya namun tidak serta merta pemasangannya bebas tanpa aturan. Dalam Undang-undang Nomor 7 tentang Pemilu juga mengatur larangan mengenai pemasangan Alat Peraga Kampanye yaitu pada Pasal 280 (1) hurug g yaitu tentang merusak dan/atau menghilangkan Alat Peraga Kampanye.

Undang-Undang Pemilu mengatur tentang Alat Peraga Kampanye namun dalam undang-undang tersebut tidak disebutkan sama sekali apa yang disebut alat peraga kampanye. Definisi mengenai apa itu Alat Peraga Kampanye baru ditemukan pada Perbawaslu Nomor 28 tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umum dan Peraturan KPU Nomor 23 tahun 2018 tentang Kampanye Pemilihan Umum. Dua peraturan tersebut menyebutkan Definis Alat Peraga Kampanye sama persis yaitu semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, program, dan/atau informasi lainnya dari Peserta Pemilu, simbol atau tanda gambar Peserta Pemilu, yang dipasang untuk keperluan Kampanye yang bertujuan untuk mengajak orang memilih Peserta Pemilu tertentu. Dengan demikian sudah jelas apa yang disebut dengan Alat Peraga Kampanye.

Larangan pemasangan Alat peraga Kampanye diatur dalam PKPU Nomor 23 tahun 2018 Pasal 34 ayat (2) dan laranagannya sebagai berikut :

a. tempat ibadah, termasuk halaman;b. tempat ibadah, termasuk halaman c. gedung milik pemerintah; dan d. lembaga pendidikan (gedung dan sekolah)

Larangan pemasangan Alat peraga Kampanye tidak hanya diatur dalam PKPU saja namun dari pihak Pemerintah daerah pun mempunyai aturan mengenai larangan pemasangan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

156

Alat peraga Kampanye yang diatur dalam Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2011 tentang Ketertiban Umum. Dalam Peraturan Daerah tersebut diatut pada Pasal 3 Huruf l yang berbunyi sebagai berikut : memasang spanduk, baliho, bando jalan, neon box dan sejenisnya yang pemasangannya melintang di atas jalan dan di bahu jalan

Peraturan daerah tersebut juga di dukung dengan Peraturan Bupati Nomor 53 tahun 2013 tentang Pemasangan Alat Peraga Kampanye pemilihan Umum di Kabupaten Tegal. Pada Pasal 3 Perbub Tersebut mengatur mengenai daerah-daerah yang bebas dari Alat peraga Kampanye, antara lain sebagai berikut :

a. Jalan Akhmad Yani sampai dengan Jalan Jendral Soedirman (gerbang Kota Slawi Sebelah Utara sampai dengan perempatan Slawi Pos);

b. Jalan Dr. Soetomo ke Barat sampai dengan Jalan Cut Nyak Dien;

c. Area lingkungan instansi/perkantoran Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

d. Area lingkungan rumah dinas Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

e. Area lingkungan tempat ibadah;f. Area lingkungan lembaga pendidikan;g. Area SPBU;h. Area lingkungan rumah sakit/tempat pelayanan kesehatan;i. Area terminal dan sub terminal;j. Area lingkungan stasiun;k. Area taman dan alun-alun;l. Haltem. Jembatan

157 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

n. Tiang listrik dan tiang telpon dan;o. pohon

Banyaknya peraturan yang mengatur mengenai Alat Peraga Kampanye membuktikan bahwa hal ini sejalan dengan teori negara hukum. Negara dalam hal ini tidak sewenang-wenang karena segala tindakkannya sudah diatur dalam hukum tertulis. Sehingga masyarakat luas termasuk peserta Pemilu dapat mematuhinya dengan baik.

Bawaslu Kabupaten Tegal dalam penanganan Alat Peraga Kampanye yang melanggar sudah melakukan langkah preventif dan represif. Langkah preventif yang dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada peserta Pemilu dan juga sudah melakukan rekomendasi tetapi tidak membuat peserta Pemiluberhenti melanggarar. Langkah represif yang dilakukan dengan cara melakukan penertiban bersama dengan instansi – instansi lain di Kabupaten Tegal.

2. Dugaan pelanggaran Pidana Pemilu terkait Alat Peraga Kampanye.

Hal ini bermula pada laporan warga yang benama Masuri. Laporan yang disampaikan pada pengawas kecamatan Warureja. Dalam laporannya menyampaikan bahwa terjadi perusakan Alat Peraga Kampanye yang terjadi pada kecamatan tersebut. Dugaan awal Pasal yang dilanggar adalah Pasal 280 ayat (1) huruf g, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya itu adalah larangan perusakan Alat Peraga Kampanye.

Karena merasa bahwa Alat Peraga Kampanye dirusak seseorang maka pelapor melaporkan perusakan tersebut. Kemudian dari Panwaslu Kecamatan Warureja meneruskan ke Gakkumdu Kabupaten Tegal dan diadakan rapat pembahasan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

158

pertama oleh Gakkumdu. Dalam pembahasan Gakkumdu dibahas dalam sisi pidana dimana perusakan Alat Peraga Kampanye termasuk dalam ketentuan pidana yaitu pada Pasal 521 Undang –Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Bunyi dari pasal tersebut adalah sebagai berikut Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim Kampanye Pemilu yang dengan sengaja melanggar larangan pelaksanaan Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, atau huruf j dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).

Ancaman hukuman yang diberikan pada pasal tersebut cukup berat jika terbukti bersalah. Pembahasan pertama Gakkumdu membahas tentang saksi yang dibawa oleh pelapor. Saksi yang dibawa oleh pelapor tidak memenuhi kualifikasi sebagai saksi. Kualifikasi untuk menjadi saksi sudah diatur secara jelas oleh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), didalamnya menyebutkan saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Tidak terpenuhinya saksi yang dibawa oleh pelapor dikarenakan saksi tidak melihat sendiri apa kejadian siapa yang melakukan penyobekan Alat Peraga Kampanye tersebut, saksi hanya mengetahui Alat Peraga Kampanye telah disobek.

Setelah membahas saksi, pembahasan saksi membahas mengenai barang bukti yang diajukan. Barang bukti yang dibawah adalah Alat Peraga Kampanye yang sudah disobek. Namun barang bukti ini belum memenuhi unsur kerusakan

159 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

yang sesuai dengan Pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi : Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau, sebagian milik orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Dengan rumusan demikian maka unsur pengerusakan tidak terpenuhi karena bukti yang diajukan tidak rusak total dan masih dapat diperbaiki.

3. Permasalahan APK dengan lahan pribadiPermasalah ini muncul di Kabupaten Tegal dengan

adanya surat masuk yang berasal dari salah satu perusahaan obat yang ada di Kabupaten Tegal. Dalam suratnya mengatakan bahwa perusahaan tersebut merasa terganggu dengan adanya pemasangan Alat Peraga Kampanye di halaman depan pintunya. Pemasangan Alat Peraga Kampanye tersebut tidak melanggar ketentuan Perbawaslu maupun Peraturan KPU namun hal tersebut menjadi masalah. Penyelesaian terhadap masalah tersebut dengan memberikan penjelasan secara langsung kepada pihak perusahaan. Penjelasan diberikan langsung oleh Koordinator Penindakan Pelanggaran Ikbal Faizal, S.Sos.I.

Setelah beberapa hari kemudian Alat Peraga Kampanye yang berada di halaman pintu perusahaan tersebut telah bersih. Hilangnya Alat Peraga Kampanye kemungkinan dibersihkan oleh pihak perusahaan dan kemungkinan disimpan pihak perusahaan sampai ada pihak yang memintanya.

E. PENUTUP

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

160

1. KesimpulanPelanggaran pemasangan Alat peraga Kampanye termasuk dalam pelanggaran Administrasi. Namun ada kemungkinan masuk dalam pelanggaran pidana Pemilu dan pelanggaran hukum lainnya. Untuk pelanggaran hukum lainnya walaupun tidak melanggar ketentuan pemasangan Alat Peraga Kampanye dalam peraturan Pemilu tetap harus memperhatikan batas lahan milik pribadi karena dapat menimbulkan gesekan horizontal.

2. SaranUntuk peserta Pemilu, tim kampanye dan yang terlibat didalamnya untuk Pemilu kedepannya agar lebih memperhatikan peraturan yang berlaku. Jika semua pihak taat kepada peraturan yang berlaku maka tidak akan terjadi gesekan yang dapat menyebabkan permasalahan.

Untuk kedepannya lebih baik ada sanksi yang lebih tegas untuk pelanggaran pemasangan Alat peraga Kampanye karena jika sanksi hanya berupa penertiban Alat peraga Kampanye akan membuat pihak yang berwenang menertibkan kewalahan dan peserta Pemilu akan memasang terus menerus.

DAFTAR PUSTAKA

Ni‟Matul Huda. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo. 2006.

161 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia Press. 2005.

Maria S.W Sumardjono. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Sebuah Panduan Dasar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 1997.

Sudikno Mertokusumo. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Liberty. 2009.

SF. Marbun. Eksistensi Asa-asas Umum Penyelenggaraan Pemerintah Yang Layak Dalam Menjelmakan Pemerintahan Yang Baik dan Bersih Di Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana UNPAD, Bandung. 2001.

Undang-Undang No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu

Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 31 Tahun 2018 tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu

Kemenkumham, harmonisasi peraturan perundang-undangan diakses pada tanggal 11 September 2019 pukul 01.00 WIB

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

162

PENYEBAB DAN DAMPAK PEMUNGUTAN SUARA ULANG DI KABUPATEN TEGAL

Buhori MuslimAnggota Bawaslu Kabupaten Tegal

Divisi Penyelesaian [email protected]

Abstract

This study discusses the occurrence of violations that are caused by negligence or human error during the voting process so that it results in the re-voting (PSU) in the event of holding simultaneous general elections in 2019 in the Tegal district.

Simultaneous general elections in 2019 are general elections held simultaneously between the Election of Regency DPRD, Provincial DPRD, DPD, DPR RI and the Presidential and Vice President Elections which are held at the same time, namely on 17 April 2019 throughout the territory of the Unitary Republic of Indonesia. The basis of this simultaneous election is Law number 7 of 2017 concerning General Election. Based on this Law, the implementation of the PSU has the authority in the ranks of the Komisi Pemilihan Umum (KPU) on the recommendation of the Bawaslu staf. Recommendations from the Election Supervisory Body can be sourced from the findings of Election Supervisors as well as reports from the public and election participants, which of course through the study of the Election Supervisory Body. The object of the finding or report can affect the acquisition of the results of votes in the electoral contestant. The occurrence of PSU has quite a broad social impact for the community.

Keywords: Re-voting, social influence, human error

163 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang terjadinya pelanggaran yang diakibatkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia “human error” pada saat proses pemungutan suara sehingga berakibat pada terjadinya Pemungutan Suara Ulang (PSU) dalam hajat penyelenggaraan pemilihan umum serentak tahun 2019 di wilayah kabupaten Tegal.

Pemilihan umum serentak tahun 2019 adalah pemilihan umum yang dilaksanakan serentak antara Pemilihan DPRD Kabupaten, DPRD Provinsi, DPD, DPR RI dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang dilaksankan dalam waktu bersamaan yaitu pada tanggal 17 April 2019 diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dasar dari pelaksanaan Pemilu serentak ini adalah Undang-Undang nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemiihan Umum. Berdasarkan Undang-Undang tersebut pelaksanaan PSU kewenangannya ada pada jajaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) atas rekomendasi dari jajaran Bawaslu. Rekomendasi dari Bawaslu ini bisa bersumber dari temuan Pengawas Pemilu maupun laporan dari masyarakat dan peserta Pemilu, yang tentunya melalui kajian dari Bawaslu. Obyek temuan atau laporan tersebut dapat berpengaruh pada perolehan hasil suara peserta Pemilu. Terjadinya PSU berdampak sosial cukup luas bagi masyarakatnya.

Kata kunci : Pemungutan suara ulang, dampak sosial, kesalahan manusia

A. PENDAHULUAN

Dalam sebuah negara demokrasi, Pemilu merupakan salah satu pilar utama dari sebuah proses akumulasi kehendak masyarakat. Pemilu merupakan prosedur demokrasi untuk memilih pemimpin. Diyakini pada sebagian besar masyarakat beradab dimuka bumi ini, Pemilu adalah mekanisme pergantian kekuasaan (suksesi) yang paling aman, bila dibanding dengan cara-cara lain. Sudah barang pasti bila dikatakan, Pemilu merupakan pilar utama dari sebuah demokrasi (Hidayat, Sardini Nur, 2011, hal. 1)

Pemilu juga menjadi alat utama untuk mengukur tingkat

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

164

partisipasi politik masyarakat dalam berdemokrasi. Partisipasi politik merupakan suatu aktivitas tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada dua variable penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik seseorang. Pertama, aspek kesadaran politik terhadap pemerintah (sistem politik). Kedua, menyangkut bagaimana penilaian serta apresiasi terhadap kebijakan pemerintah dan pelaksanaan pemerintahnya (Surbakti, 2010, hal. 140).

Rabu, 17 April 2019 menjadi babak baru bagi Indonesia dalam menyelenggarakan pemilihan umum. Seluruh warga negara Indonesia untuk pertama kalinya akan memilih secara serentak calon anggota legislatif (Pileg) dan capres-cawapres (Pilpres).Dengan adanya keserentakan ini, Pemilu tahun 2019 memiliki beberapa perbedaan dengan Pemilu pada periode sebelumnya. Mulai dari penyelenggaraan, jumlah parpol peserta Pemilu, hingga metode penghitungan suara parpol. Perbedaan itu ditandakan dengan digabungkannya dua jenis Pemilu tersebut.

Pemilu secara serentak ini dampak dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam gugatan nomor 14/PUU-XI/2013 yang diputus pada 23 Januari 2014. Dengan penyelenggaraan Pemilu serentak 2019, nantinya para pemilih yang sudah terdaftar pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) harus membawa lima surat suara sekaligus ke bilik suara untuk dicoblos. Lima surat suara itu untuk memilih anggota DPRD tingkat kabupaten/kota, anggota DPRD tingkat provinsi, anggota DPR RI, anggota DPD, serta calon presiden dan wakil presiden.

Dengan tehnis yang kelihatan sederhana ini ternyata tidak semua pemilih bisa memahaminya. Bahkan peyelenggara Pemilu itu sendiri banyak yang tidak tepat mengimplementasikan

165 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

regulasi tentang pemungutan suara. Tidak sedikit Petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) yang salah menyikapi ketika ada pemilih yang menggunakan KTP elektronik dan tidak terdaftar pada DPT dan DPTb. Inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Kabupaten Tegal pada Pemilihan Umum tahun 2019.

B. METODOLOGI PENELIT IAN

Metodologi Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif dari sumber informasi dan data studi dokumentasi dengan lokasi penelitian di Kabupaten Tegal. Metode ini digunakan karena tugas dan kewenangan Bawaslu sebagai pengawas Pemilu yang secara faktual langsung melaksanakan tugas pengawasan pada seluruh tahapan Pemilu, data ini dijadikan data primer dan sebagai data skunder dalam penulisan ini disertakan literatur- literatur yang relevan sebagai dasar penulisan.

C. PERSPEKTIF TEORI

Diskursus mengenai Pemungutan Suara Ulang (selanjutnya disebut PSU) adalah suatu diskursus yang relatif baru dalam sistem Pemilu di Indonesia. Diskursus ini tidak pernah terjadi dalam Pemilu di Indonesia di masa lalu, bahkan membicarakannya juga merupakan sesuatu yang tabu. Diskursus tentang PSU dalam Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pemilihan Umum (selanjutnya disebut Undang - Undang Pemilu) diatur dalam Bagian Kesatu Pasal 372. Dalam Ayat (1) Pasal tersebut diatur, pemungutan suara di TPS dapat diulang apabila terjadi bencana alam dan/atau kerusuhan yang mengakibatkan hasil pemungutan suara tidak dapat digunakan atau penghitungan suara tidak dapat dilakukan. Hal-hal yang dapat menjadi sebab diselenggarakannya

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

166

pemungutan suara ulang diatur dalam Ayat (2) dari Pasal 327 Undang-Undang Pemilu. Dirumuskan, pemungutan suara di TPS wajib diulang apabila dari hasil penelitian dan pemeriksaan Pengawas TPS terbukti terdapat keadaan yang diatur dalam huruf (a) sampai dengan huruf (d). Dalam huruf (a) dikemukakan bahwa pemungutan suara di TPS wajib diulang apabila dari hasil penelitian dan pemeriksaan Pengawas TPS terbukti terdapat pembukaan kotak suara dan/atau berkas pemungutan dan penghitungan suara tidak dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam huruf (b) diatur pemungutan suara di TPS wajib diulang apabila dari hasil penelitian dan pemeriksaan Pengawas TPS terbukti terdapat petugas KPPS meminta Pemilih memberikan tanda khusus, menandatangani, atau menuliskan nama atau alamat pada surat suara yang sudah digunakan. Sedangkan dalam huruf (c) diatur petugas KPPS merusak lebih dari satu surat suara yang sudah digunakan oleh Pemilih sehingga surat suara tersebut menjadi tidak sah; dan/atau dalam huruf (d) pemilih yang tidak memiliki kartu tanda penduduk elektronik dan tidak terdaftar di daftar pemilih tetap dan daftar pemilih tambahan.

Awal mula pemungutan suara ulang diatur dalam Pasal 373 Undang-Undang Pemilu. Dirumuskan dalam Ayat (1) Pasal tersebut, bahwa pemungutan suara ulang diusulkan oleh KPPS dengan, menyebutkan keadaan yang menyebabkan diadakannya pemungutan suara ulang. Dalam Ayat (2) dikemukakan bahwa usul KPPS diteruskan kepada PPK dan selanjutnya diajukan kepada KPU Kabupaten/Kota untuk pengambilan keputusan diadakannya pemungutan suara ulang. Dalam Ayat (3) diatur pemungutan suara ulang di TPS dilaksanakan paling lama sepuluh hari setelah hari pemungutan suara berdasarkan keputusan KPU

167 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Kabupaten/Kota. Ditegaskan dalam Ayat (4) bahwa pemungutan suara ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan untuk satu kali pemungutan suara ulang.

Selain pemungutan suara ulang, dalam Bagian Kedua diatur tentang penghitungan suara ulang dan rekapitulasi suara ulang yang ditegaskan dalam Pasal 374 Undang – Undang Pemilu. Dalam Ayat (1) dari Pasal tersebut dirumuskan penghitungan suara ulang berupa penghitungan ulang surat suara di TPS, rekapitulasi suara ulang di PPK, KPU Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi. Ayat (2) dari Pasal 374 tersebut berisi rumusan mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan dilakukannya suatu penghitungan suara ulang. Dikemukakan dalam Ayat tersebut, penghitungan suara di TPS dapat diulang apabila terdapat hal-hal yang ditentukan dalam huruf (a) sampai dengan huruf (h).

Disamping ketentuan bahwa pemungutan suara ulang diusulkan oleh KPPS seperti dikemukakan dalam Pasal 373 Ayat (1) di atas, dalam Pasal Pasal 375 Ayat (1) juga diatur bahwa dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 374 ayat (2), saksi Peserta Pemilu atau Pengawas TPS juga dapat mengusulkan penghitungan ulang surat suara di TPS yang bersangkutan. Dalam Ayat (2) diatur penghitungan ulang surat suara di TPS harus dilaksanakan dan selesai pada hari yang sama dengan hari pemungutan suara.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Regulasi

Sesuai dengan tuntutan dan dinamika perkembangan masyarakat maka hampir di setiap periode Pemilu terjadi perubahan dan/atau pergantian peraturan perundang-undangan yang tentunya berdampak kepada perubahan kebijakan dari penyelenggara

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

168

pemilihan umum. Hal ini tentunya dilakukan dalam upaya penyempurnaan dan penyesuaian antara peraturan perundang-undangan sebelumnya dengan peraturan perundang-undangan yang sekarang. Namun demikian tidak semua materi dalam ketentuan peraturan perundang-undangan sebelumnya dirubah. Terkait dengan ketentuan pemungutan suara ulang pada dasarnya tidak mengalami perubahan terutama pada nomenklatur penyebabnya, namun perubahan signifikan terutama pada pihak yang mempunyai kewenangan untuk meneliti dan memeriksa proses pemungutan suara ketika terdapat kesalahan prosedur atau pelanggaran. Pada Pemilu tahun 2019 pihak yang mempunyai kewenangan tersebut ada pada Pengawas Tempat Pemungutan Suara (selanjutnya disebut Pengawas TPS), sedangkan pada periode Pemilu sebelumya hanya ada pada Pengawas Pemilu Kecamatan (Panwascam).

Paling tidak Ada empat dasar hukum yang bisa dijadikan pedoman untuk dilaksakanakannya proses Pemungutan Pemungutan Suara Ulang.a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan

Umum;

b. PKPU Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Tahapan, Program, Dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019;

c. PKPU Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pemungutan dan Perhitungan Suara dalam Pemilu;

d. Peraturan Bawaslu No 2 Tahun 2019 tentang Pengawasan Pemungutan dan Perhitungan Suara dalam Pemilu;

e. Pengaturan PSU ini juga terdapat pada Pasal 65 sampai dengan Pasal 77 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Dalam Pemilihan Umum. Dan secara spesifik dalam pasal 77 PKPU Nomor 3 tersebut menjelaskan bahwa ketentuan mengenai Penghitungan Suara di TPS berlaku mutatis mutandis untuk Penghitungan Suara ulang di TPS. Istilah mutatis mutandis

169 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

memiliki arti “sejak semula dengan sendirinya ikut berlaku (Marbun, 2012, hal. 198)

2. Sumber Daya Manusia (SDM)Hasil peneletian menunjukkan bahwa faktor utama penyebab

timbulnya PSU adalah lemahnya kapasitas Sumber daya manusia (SDM) penyelenggara tehnis ditingkat TPS yaitu Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (selanjutnya disebut KPPS), sehingga banyak terjadi humman eror, Selain itu permasalahan ini juga bisa berakibat pada timbulnya kecur angan Pemilu ( electoral malpractice) maupun jual beli suara (vote buying). Faktanya banyak peserta Pemilu yang menggunakan waktu jeda proses PSU dilaksanakan, untuk mempengaruhi pilihan pemilih.

Penyebab lain terjadinya pelaksanaan PSU bisa karena ketidak tahuan warga akan hal yang tidak boleh dilakukan selama pelaksanaan pemungutan suara, hingga unsur kesengajaan warga melakukan pelanggaran karena fanatisme yang berlebihan.

3. Pemungutan Suara Ulanga. Penyebab PSU

Dari Hasil Pengawasan Jajaran Bawaslu Kabupaten Tegal pada saat tahapan Pemungutan Suara tanggal 17 April 2019, mendapatkan dua (2) temuan Pengawas TPS yang menyebabkan harus diulangnya Proses Pemungutan Suara.

1) TPS 24 Desa Dukuhwringin, Kecamatan Slawi, sebab penggunaan hak pilih oleh :

a) Frety Anggi Safitri, alamat Kampung Penggilingan Rt 017/ Rw 007, Cakung, Jakarta

b) Moh. Azis Suswanto, alamat Jl. Utan Panjang II Rt 002/Rw 010, Kemayoran, Jakarta

2) TPS 04 Desa Blubuk, Kecamatan Dukuhwaru, sebab

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

170

penggunaan hak pilih oleh Anita Widiastuti, alamat Perum Griya Permai Blok G.322 , Kelurahan Caringin, Kec.Legok, Kab. Tangerang

Pengawas TPS di ke dua TPS tersebut, menemukan pelanggaran berupa Penggunaaan Surat suara oleh warga yang bukan domisili setempat sesuai dengan E-KTP yang dimiliki dan tidak terdaftar pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan Daftar Pemilih Tambahan (DPTb). Saat itu PTPS tersebut langsung berkoordinasi ke Panwascam yang diteruskan ke Bawaslu Kabupaten Tegal. Setelah melalui Kajian yang mendalam, dengan Cepat Bawaslu Kabupaten Tegal menyampaikan surat rekomendasi Pemungutan Suara Ulang Kepada KPU Kabupaten Tegal, dengan Nomor 269/Bawaslu Prov.JT.26/PM.01.01/IV/2019. Tertanggal 17 april 2019 Perihal Rekomendasi Pemungutan Suara Ulang.

b. Pelaksanaan PSUBerdasarkan surat rekomendasi dari Bawaslu tersebut

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tegal langsung menindaklanjuti dengan melaksanakan proses PSU pada hari Sabtu tanggal 20 April 2019. Waktu pelaksanaan PSU ini telah sesuai dengan materi rekomendasi dari Bawaslu yaitu paling lambat dilaksanakan sepuluh hari setelah Pemungutan suara, sesuai ketentuan Undang-undang nomor 7 tahun 2019.

171 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Tabel 1

DAFTAR PEMUNGUTAN SUARA ULANG

DI KABUPATEN TEGAL

TPS Desa Kecamatan TanggalPasal

PelanggaranKeterangan

4 Blubuk DukuhwaruSabtu,

20 April 2019

Pasal 372 ayat (2) huruf (d),Undang-

Undang Pemilu No. 7 tahun 2017,

Penggunaan surat suara tidak oleh

warga yang bukan domisili

setempat sesuai dengan

E-KTP dan tidak terdaftar

dalam DPT dan DPTB

24 Dukuhwringin SlawiSabtu,

20 April 2019

Pasal 372 ayat (2) huruf (d),Undang-

undang Pemilu No. 7 tahun 2017,

Penggunaan surat suara tidak oleh

warga yang bukan domisili

setempat sesuai dengan

E-KTP dan tidak terdaftar

dalam DPT dan DPTB

Sumber: Humas Bawaslu Kab Tegal

Berdasarkan surat rekomendasi tersebut maka jajaran Bawaslu Kabupaten Tegal melaksanakan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan proses Pemungutan Suara Ulang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

172

secara koprehensip dari mulai tahapan pengiriman logistik PSU, Proses Pemungutan dan Penghitungan suara sampai pengiriman kembali logistik hasil PSU ke Panitia Pemilihan Pemilihan Kecamatan (PPK) untuk diikutsertakan pada saat rekap hasil pemungutan suara ditingkat kecamatan, karena pada saat itu tahapan rekapitulasi tingkat kecamatan sudah mulai berlangsung. Hal ini demi menjaga kualitas penyelenggaraan pemilihan umum dan tatanan demokrasi, sehingga terpilih wakil-wakil rakyat yang demokratis sesuai dengan kehendak rakyat.

c. Tingkat PartisipasiBerdasarkan jumlah DPT, Formulir C6 yang

terdistribusikan dan kehadiran pemilih pada dua TPS yang mengalami PSU, tingat partisipasinya mencapai 87 %. Prosentase ini tergolong tinggi melampaui rata-rata partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 ini, yakni 80,90 %, padahal mayoritas pemilih di kedua TPS tersebut adalah perantau, sehingga ada yang sudah kembali merantau. Antusiasme Pemilih untuk mensukseskan Pemilu kali ini cukup besar. Mereka sadar politik untuk memilih, dan mempunyai kewajiban moral untuk memberikan suaranya dalam suatu Pemilu tersebut dengan baik (must vote well), demi terwujudnya demokrasi di Indonesia.

d. Dampak PSUPelaksanaan PSU di Desa Dukuhwringin dan Blubuk

cukup memberikan dampak psikogolis sosial terhadap masyarakatnya. Bahwasanya masyarakat merasa belum terbiasa dengan kasus seperti ini dan menganggap bahwa hal ini merupakan hal yang baru dan tabu. Informasi yang tersebar bukan hanya di sekitar Kecamatan saja, melainkan hingga kancah nasional sehingga membuat masyarakat

173 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

resah. Pelaksanaan proses PSU yang memiliki proses serta pengamanan yang cukup ketat. Personil yang datang ke lokasi PSU cukup banyak baik dari TNI maupun Polri bersenjata lengkap sehingga suasana sedikit mencekam. Ditambah dengan datangnya berbagai awak media yang mengadakan liputan langsung dari lokasi PSU tersebut.

Meski begitu justru dampak psikologis lebih berat mengarah kepada petugas yang melaksanakan PSU, hal ini mempengaruhi kondisi psikologis petugas karena merasa telah melakukan kesalahan fatal yang berdampak pada pengulangan proses tersebut.

Meskipun dalam prosentasenya TPS yang melaksanakan PSU terlihat tidak signifikan, namun disisi lain kegiatan Pemungutan dan Penghitungan Suara Ulang menunjukkan dampak lain yang kurang baik, diantaranya yaitu :

1) Menyita waktu Pemilih2) Menambah beban biaya operasional Penyelenggara Pemilu

serta Pihak terkait dalam pemilihan sertempat3) Stigma amatiran melekat pada petugas tempat pemungutan

suara4) Tidak signifikan menambah atau mengurangi perolehan

suara.5) Beban psikologis masyarakat yang melaksanakan

pemungutan suara ulang

E. ANALISIS1. Kebutuhan SDM yang cukup banyak karena penambahan

jumlah TPS, sehingga sistem perekrutan kurang memperhatikan kemampuan (copability) dan integritas (integrity) serta tingkat kecakapan calon Petugas KPPS.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

174

2. Pelaksanaan Bimbingan teknis terkait regulasi pemungutan suara tidak dilakukan secara sistematis, simultan dan komperehensif kepada seluruh anggota KPPS.

3. Minim simulasi model pemilihan umum serentak antara pemilihan legislatif dan pemilihan presiden

F. KESIMPULANDalam pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2019

ada beberapa pelanggaran yang mengakibatkan PSU. Dan penyebab utama terjadinya PSU di Kabupaten Tegal adalah karena adanya pemilih yang menggunakan KTP elektronik bukan domosili setempat dan tidak terdaftar pada DPT dan DPTb diperbolehkan memilih oleh petugas KPPS, Padahal dalam rangka upaya pencegahan Pengawas TPS sebelumnya sudah mengingatkan terkait hal itu. Akhirnya hal ini menjadi temuan pelanggaran oleh Pengawas TPS yang dilanjutkan dengan rekomendasi pelaksanaan PSU. Adanya malpraktek yang berupa administrative error dalam proses pemungutan suara ini akan menjadi pijakan dalam memformulasikan upaya pencegahan pelanggaran Pemilu. Jadi dalam konteks ini pula, penyelenggara teknis harus lebih memperhatikan dan lebih sistematis dalam perekrutan dan pembekalan petugas KPPS. Peningkatan intensitas sosialisasi pendidikan pemilih akan menjadi hal yang sangat urgen untuk mengurangi potensi penyebab utama PSU, yang memang dampak psikologisnya begitu besar pada kondisi sosial masyarakat.

175 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Sardini Nur. Restorasi Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia. yogyakarta. 2011.

Marbun, R. Kamus Lengkap Hukum. Jakarta : Visimedia. 2012.

Ranuhandoko, I. Terminologi Hukum. Jakarta : Sinar Grafika. 2013.

Surbakti, R. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2010.

Hendrian Haswara Bayu. Re- Desain sertifikat Hasil Penghitungan suara di tempat pemungutan suara. Universitas Erlangga 2017.

Putra Adi Setya Perdana. Perbandingan Pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Dalam Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Pekalongan Dan Kebumen Tahun 2015. FISIP Universitas Diponegoro Semarang 2018

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Tahapan, Program, Dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pemungutan dan Perhitungan Suara dalam Pemilu.

Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pengawasan Pemungutan dan Perhitungan Suara dalam Pemilu.

https:/ /www.liputan6.com/cit izen6/read/3921832/ciri-cir i-demokrasidan-penerapannya-di-indonesia-dilengkapi-sejarahnya

https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=8794

http://ksp.go.id/partisipasi-pemilih-dalam-Pemilu/index.html, diakses 10 Oktober 2019.“Pemilu Serentak, Antusiasme Pemilih, dan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

176

Kompleksitasnya”

https://www.jawapos.com/opini/sudut-pandang/19/04/2019/Pemiluserentak-antusiasme-pemilih-dan-kompleksitasnya/, diakses 12 Oktober 2019.

177 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

TENTANG PENULIS

Ikbal Faizal, M.Pd

Ikbal panggilan akrabnya lahir di daerah pegunungan di kaki gunung slamet, lebih tepatnya di Desa Danawarih Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal pada hari selasa

14 oktober 1981. Dia lahir dan besar di keluarga biasa yang bermata pencaharian pedagang dari pasangan suami istri almarhum Mukhariri dan almarhumah Muidah.

Suami dari Dewi Masitoh ini memiliki tiga orang anak yang bernama Anis Bilkhusna Atika Faizal, Uli Shofwati Laduni Faizal dan Tiryaqil Akhyar Akhmada Faizal. Baginya, spirit luar biasa dalam menapaki kehidupan ini sering hadir dari ketiga belahan hatinya tersebut.

Lulusan S2 Magister Pendidikan ini, pernah mengenyam pendidikan di beberapa tempat dan beberapa jenjang pendidikan. Mulai dari MI Danawarih, MTs. Al-Islamiyah Danawarih, MAN Babakan Lebaksiu Tegal, IAIN Walisongo Semarang dan IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Hinga dirinya diberi amanah menjadi Ketua Bawaslu Kabupaten Tegal periode 2018 – 2023, Ikbal sebelumnya telah berpengalaman menjadi seorang pengawas Pemilu. Pertama, di tahun 2012 – 2014 pernah menjadi Ketua Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan Balapulang. Kedua, di tahun 2017 – 2018 pernah menjadi Ketua Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan Balapulang. Dalam bidang organisasi, Ikbal pernah aktif di organisasi kemahasiswaan, menjabat wakil Ketua PC IPNU Kabupaten Tegal, Wakil Ketua PC GP Ansor Kabupaten Tegal dan juga pernah menjabat Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Masnusia (LAKPESDAM) NU Kabupaten Tegal.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

178

Jejak intelektualnya sangat mudah dicari di Koran harian seputar Tegal, karena dia aktif menulis opini di media cetak. Disamping juga pernah menulis dan menjadi editor Buku Best Practise pemberdayaan di PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Tegal. Terakhir artikel ilmiahnya dipublish oleh jurnal oasis IAIN Syekh Nurjati Cirebon dengan judul “Aspirasi Perempuan Pedesaan Terhadap Pendidikan Islam (Studi Kasus di desa Harjawinangun Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal)”.

Harpendi Dwi Pratiwi, A.Md., S.I.Kom

Lahir di Lebaksiu , Kabupaten Tegal pada tanggal 1 Mei 1974. Menempuh pendidikan formal pada tahun 1986 lulus SD Negeri Lebaksiu Lor 3, tahun 1989 lulus SMP Negeri Lebaksiu, tahun 1992 lulus SMA Negeri Balapulang jurusan Ilmu Fisika, tahun 2003 lulus Diploma 3 Bahasa Inggris Universitas

Jenderal Soedirman Purwokerto, tahun 2014 lulus Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka dan sekarang masih melanjutkan di Magister Hukum pada Program Pasca Sarjana Universitas Pancasakti Tegal.

Anak kedua dari 4 bersaudara yang hobby olahraga dan berorganisasi ini memang tidak suka tinggal diam, terbukti pernah aktif dibeberapa organisasi antar lain Wakil Ketua Bidang Politik DPC Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Purwokerto Tahun 2000-2002, Pengurus LSM “Rama Duta” Purwokerto Tahun 2000-2003, Ketua Tim Advokasi Penyelesaian Masalah karyawan eks-Pabrik Gula kalibagor Banyumas dengan Direksi PTPN IX Tahun 2001, Wakil ketua Bidang Advokasi Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEM) Keluarga Besar Mahasiswa Bahasa Inggris Unsoed Purwokerto Tahun 2001-2002, Pengurus Bidang Pembinaan dan Pemandu Bakat Persatuan Bola basket Seluruh Indonesia (PERBASI) Kabupaten Tegal Tahun 2001-2003, Ketua

179 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Bidang Politik Forum Kajian dan Pengembangan Otonomi Daerah (FORKODA) Kabupaten Tegal Tahun 2002-2005, Komite Pemekaran Kabupaten Bandung Barat (KPKBB) Tahun 2003-2005, Sekretaris Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA-GmnI) Kabupaten Tegal Tahun 2009-2012, serta Koordinator Pekerja Sosial Masyarakat (PSM Dinsosnakertrans Kabupaten Tegal Tahun 2012-2017.

Sementara itu berbagai macam pelatihan, workshop dan lokakarya yang bertaraf nasional pernah diikuti, diantaranya : Simposium Nasional Politik Bahasa yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia (UI) Jakarta Tahun 2000, Lokakarya “Penyusunan Konsep Kebijakan Pengembangan LPKSM” oleh Badan Perlindungan Konsumen Nasional Republik Indonesia 2005, Workshop dan Pembekalan Uji Sampling Barang Beredar serta Workshop dan Pembekalan Pengamatan Pasar oleh Badan Perlindungan Konsumen Nasional Republik Indonesia Tahun 2007, Diklat “Dasar Pekerja Sosial Bagi TKSM” oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia di Yogyakarta Tahun 2012, Pelatihan Pendamping Pengurangan Pekerja Anak Mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PKH) oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia di Yogyakarta Tahun 2013 dan 2014, Seminar Peningkatan Kualitas SDM Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean oleh Universitas Terbuka di Tangerang Selatan Tahun 2014. Pada beberapa kesempatan sering menjadi narasumber untuk memberikan materi “ Public Speaking ” di kegiatan-kegiatan pelatihan baik yang diselenggarakan oleh organisasi kemahasiswaan maupun oleh perguruan tinggi.

Pernah bekerja sebagai Teknisi di PT Wirapetro Plastindo, Kendal Tahun 1996-1997, Kepala Divisi Event Organizer CV Aria Productions Bandung Tahun 2003, Sekretaris Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPeK) Tegal Tahun 2004-2017, HRD Manager Kreasindo

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

180

Productions Tegal Tahun 2006-2007, HRD Manager Hipotesa Productions Tegal 2007-2012, Pendamping PPA-PKH Dinsosnakertrans Kabupaten Tegal Tahun 2013-2014, Pendamping Gerakan Cinta Desa Bapermades Kabupaten Tegal Tahun 2014, Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kabupaten Tegal Tahun 2015-2017.

Pertama kali terlibat dalam kePemiluan dimulai pada tahun 2012 menjadi Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kecamatan Lebaksiu untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tegal serta Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2013, kemudian dilanjutkan untuk Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan wakil Presiden 2014. Pada tahun 2017 lolos seleksi dan terpilih menjadi Ketua Panitia Pengawas Pemilihan (Panwas) Kabupaten Tegal untuk penyelenggaran Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Tegal serta Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2018. Sekarang masih menjabat sebagai Anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten Tegal Periode 2018-2023, Divisi Hukum, Data dan Informasi.

Sri Anjarwati, M.Kom

Lahir di Ponorogo pada 12 Mei 1975 merupakan Anggota Bawaslu Kabupaten Tegal pada Divisi Pengawasan, Hubungan Masyarakat dan Hubungan Antar Lembaga. Beliau lulus Sarjana pada tahun 2001 dan lulus Pascasarjana tahun 2013. Istri dari M. Afifudin, S. Kom dan ibu 2 (dua) anak (Riezka

& Rizky) ini mempunyai pengalaman kePemiluan dari mulai menjadi Pemantau Pemilu Forum Rektor Pada Pemilu tahun 2004, Panwascam pada Pemilu gubernur tahun 2008, Anggota KPU Kab. Tegal periode 2008 - 2013, Pemantau Pemilu “Kemitraan” pada Pemilu tahun 2014, Anggota Bawaslu Kab. Tegal periode 2018 - 2023, selain aktif

181 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

sebagai penyelenggara Pemilu dan pemantau Pemilu, “Anjar “ sapaan akrabnya ini memiliki profesi sebagai seorang Dosen di salah satu Perguruan Tinggi di Kota Tegal sejak tahun 2001, dimana ketika aktif di kePemiluan maka Anjar harus cuti sementara waktu dari aktivitas mengejarnya. Anjar juga aktif di salah satu organisasi masyarakat yaitu Fatayat NU dari mulai Ranting sampai dengan Anggota Pimpinan Pusat (PP) Fatayat NU Bidang Ekonomi yg pada saat inipun untuk sementara waktu di tinggalkan guna fokus sebagai Anggota Bawaslu Kabupaten Tegal.

Istibsaroh, S.E

Lahir di Tegal, pada 25 Mei 1979 adalah Anggota Bawaslu Kabupaten Tegal, Divisi SDM dan organisasi.Anak kedua belas dari 12 bersaudara ini lulusan dari ekonomi akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sebelum menjadi

Anggota Bawaslu Kabupaten Tegal bekerja sebagai pendamping desa, yang bertugas memberdayakan masyarakat desa. Selama ini kegiatan yang dilakukan tidak jauh dari dunia pemberdayaan masyarakat. Tahun 2013-2014 menjadi tenaga pendukung di Panwaslu Kabupaten Tegal.

Buhori Muslim, S.Pd.I

Lahir di Tegal pada 30 Juli 1976. Dia lahir dan besar di sebuah desa yang banyak dimakamkannya para pepunden Kabupaten Tegal seperti Mbah Purbaya, mbah Hanggawana, Mbah Raden Ayu Giyanti Suba Leksana, lebih tepatnya Desa Kalisoka Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

182

Seorang yang sering akrab dipanggil “tad” kepanjangan ustad ini sekarang Menjabat sebagai anggota Bawaslu Kabupaten Tegal dan sebagai Koordinator Penyelesaian Sengketa periode 2018 – 2023. Lulusan S1 di salah satu perguruan tinggi ini memiliki tiga orang anak. Dia begitu mencintai anaknya sehingga sering berucap baginya anak adalah spirit dalam hidupnya. Baginya, apapun akan dilakukan jika untuk anak-anaknya.

Mualifatun, S.H

Lahir di Tegal, pada 30 Maret 1994 adalah

seorang mahasiswa dan staf Sekretariat Bawaslu

Kabupaten Tegal. Ia adalah mahasiswa dari

Universitas Diponegoro dengan program studi

Magister Ilmu Hukum. Ia mengawali karir di Bawaslu Kabupaten Tegal

sebagai Staf Koordinator Divisi Hukum, Data, dan Informasi yang

bertugas melakukan pengumpulan dan pengolahan data, penyiapan bahan

informasi KePemiluan. Anak pertama dari dua bersaudara ini lulusan

dari Ilmu Hukum Universitas Pacasakti Tegal. Pada masa kulianya ia

disibukan dengan berbagai organisasi diantaranya Dewan Perwakilan

FH UPS yang menjabat sebagai Sekretaris dan merupakan anggota

dari Organisasi Generasi Baru Indonesia (Genbi) Se-Karesidenan

Pekalongan. Ia juga pernah terpilih sebagai perwakilan mahasiswa

yang berkesempatan Sit In di Prince Of Songkla University Thailand

dan Universitas Utara Malaysia pada tahun 2016.

183 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal

Kokoh Junia Khotama, S.H

Lahir di Tegal, pada 29 juni 1994 adalah mahasiswa dan seorang staf Sekretariat Bawaslu Kabupaten Tegal, ia adalah mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada, dengan program studi Magister Kenotariatan, ia pun bekerja di Bawaslu Kabupaten Tegal sebagai staf

Penindakan Pelanggaran, yang bertugas membantu proses administrasi dalam penindakan pelanggaran Pemilu

Anak pertama dari 2 bersaudara ini lulusan dari Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret. Pada masa kulianya ia disibukan dengan berbagai organisasi diantaranya BEM FH UNS yang menjabat sebagai Kepala Divisi Kewirausahaan pada tahun 2015, Kemudian sebagai Anggota Teater Delik FH UNS dari awal hingga akhir masa kuliahnya di Surakarta. Sementara pada masa kuliahnya di Yogyakarta ia aktif Organisasi Keluarga Mahasiswa Notariat UGM pada Departemen Riset dan Keilmuan.

Abdi Mulyawan, S.H

Lahir di Karawang pada tanggal 20 November 1995, Saat ini saya tinggal di Griya Perdamaian Asri Rt 05/Rw 01 Kel. Kudaile, Kec. Slawi, Kab. Tegal, Seorang lulusan Sarjana Ilmu Hukum dari Universitas Pancasakti Tegal pada tahun 2018, Selama kuliah aktif berorganisasi salah satu diantaranya adalah menjadi Wakil

Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bulutangkis pada tahun 2015-2016 dan aktivitas keseharian sekarang ini adalah bekerja di Bawaslu Kabupaten Tegal sebagai Staf Teknis Analisis Hukum.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUMKabupaten Tegal

184

Khaeroziyah Ulfa, S.H.

Lahir di Tegal, 30 Agustus 1995 adalah staf divisi Penyelesaian Sengketa di Bawaslu Kabupaten Tegal. Tugasnya sebagai staff membantu mensukseskan kerja Bawaslu Kabupaten Tegal khususnya di dalam administrasi dan penyelesaian sengketa. Anak kedua

dari dua bersaudara ini menyelesaikan pendidikan Sarjana Ilmu Hukum di Universitas Pancasakti Tegal konsentrasi Hukum Perdata. Selain aktif dalam kegiatan akademiknya, ia juga aktif didalam organisasi

seperti Organisasi Generasi Baru Indonesia (Genbi) sebagai anggota. Serta Pengalaman lolos mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Kewirausahaan yang diadakan oleh Kemristekdikti.

185 MENGAWAL DEMOKRASIDi Kabupaten Tegal