mengapa yesus memilih salib untuk menebus dosa manusia? - by stefanus tay & ingrid tay

3
Mengapa Yesus memilih salib untuk menebus dosa manusia? Pernahkan kita berfikir mengapa Yesus memilih penderitaan yang begitu berat sampai akhirnya mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia? Apakah tidak ada cara lain yang lebih mudah? St. Thomas Aquinas dalam Summa Theologica, Part III, q. 46. a 1 menjelaskan jawaban untuk pertanyaan “Apakah menjadi keharusan bagi Kristus untuk menderita [di salib] untuk menebus umat manusia?” Berikut ini adalah terjemahannya: (Silakan membaca selengkapnya dalam bahasa Inggris di link ini, silakan klik ) Keberatan 1: Kelihatannya tidak perlu bagi Kristus untuk menderita untuk menyelamatkan umat manusia. Sebab umat manusia tidak dapat dibebaskan kecuali oleh Allah…. dan tak ada satupun yang dapat mengharuskan Tuhan, sebab ini merupakan hal yang tidak sesuai dengan kemahakuasaan Tuhan. Maka kelihatannya tidak perlu Yesus menderita. Keberatan 2: Apa yang merupakan keharusan adalah bertentangan dengan apa yang dilakukan tanpa paksaan. Kristus menderita karena kehendak-Nya sendiri, sebab tertulis, “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” (Yes 53:7). Yesus mempersembahkan diri-Nya atas kehendak sendiri. Maka kelihatannya tidak menjadi keharusan bagi Yesus untuk menderita disalib. Keberatan 3: Selanjutnya, tertulis, “Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran” (Mzm 25:10). Tapi kelihatannya tidak perlu bahwa Ia harus menderita, sebab di pihak-Nya sebagai Kerahiman Ilahi, Ia akan memberikan karunia-karunia dengan tanpa syarat, maka kelihatannya dapat diterima bahwa tidak perlu diadakan semacam “pembayaran hutang dosa”, dan ju ga di pihak Keadilan Ilahi, di mana manusia memang layak menerima hukuman yang kekal. Maka kelihatannya tidak perlu Kristus menderita untuk membebaskan manusia dari dosa. Keberatan 4: Selanjutnya, kodrat malaikat yang lebih sempurna dari manusia… Tetapi Kristus tidak menderita untuk memperbaiki kodrat malaikat yang berdosa. Maka, kelihatannya, demikian juga tidak perlu Kristus menderita di salib bagi manusia. Sebaliknya, tertulis (Yoh 3:14- 15): “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada- Nya beroleh hidup yang kekal.”

Upload: gilbert-hanz

Post on 24-May-2017

228 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mengapa Yesus Memilih Salib Untuk Menebus Dosa Manusia? - By Stefanus Tay & Ingrid Tay

Mengapa Yesus memilih salib untuk menebus dosa manusia?

Pernahkan kita berfikir mengapa Yesus memilih penderitaan yang begitu berat

sampai akhirnya mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia? Apakah tidak

ada cara lain yang lebih mudah? St. Thomas Aquinas dalam Summa Theologica, Part

III, q. 46. a 1 menjelaskan jawaban untuk pertanyaan “Apakah menjadi keharusan

bagi Kristus untuk menderita [di salib] untuk menebus umat manusia?” Berikut ini

adalah terjemahannya: (Silakan membaca selengkapnya dalam bahasa Inggris di

link ini, silakan klik)

Keberatan 1: Kelihatannya tidak perlu bagi Kristus untuk menderita untuk

menyelamatkan umat manusia. Sebab umat manusia tidak dapat dibebaskan kecuali

oleh Allah…. dan tak ada satupun yang dapat mengharuskan Tuhan, sebab ini

merupakan hal yang tidak sesuai dengan kemahakuasaan Tuhan. Maka kelihatannya

tidak perlu Yesus menderita.

Keberatan 2: Apa yang merupakan keharusan adalah bertentangan dengan apa

yang dilakukan tanpa paksaan. Kristus menderita karena kehendak-Nya sendiri,

sebab tertulis, “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka

mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba

yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia t idak membuka

mulutnya.” (Yes 53:7). Yesus mempersembahkan diri-Nya atas kehendak sendiri.

Maka kelihatannya tidak menjadi keharusan bagi Yesus untuk menderita disalib.

Keberatan 3: Selanjutnya, tertulis, “Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan

kebenaran” (Mzm 25:10). Tapi kelihatannya tidak perlu bahwa Ia harus menderita,

sebab di pihak-Nya sebagai Kerahiman Ilahi, Ia akan memberikan karunia-karunia

dengan tanpa syarat, maka kelihatannya dapat diterima bahwa tidak perlu diadakan

semacam “pembayaran hutang dosa”, dan juga di pihak Keadilan Ilahi, di mana

manusia memang layak menerima hukuman yang kekal. Maka kelihatannya tidak

perlu Kristus menderita untuk membebaskan manusia dari dosa.

Keberatan 4: Selanjutnya, kodrat malaikat yang lebih sempurna dari manusia…

Tetapi Kristus tidak menderita untuk memperbaiki kodrat malaikat yang berdosa.

Maka, kelihatannya, demikian juga tidak perlu Kristus menderita di salib bagi

manusia.

Sebaliknya, tertulis (Yoh 3:14-15): “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di

padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang

yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”

Page 2: Mengapa Yesus Memilih Salib Untuk Menebus Dosa Manusia? - By Stefanus Tay & Ingrid Tay

Saya menjawab bahwa ….. terdapat beberapa arti terhadap kata “keharusan”. Di

satu sisi itu berarti dimana kodratnya yang menentukan demikian; dan dalam hal ini

maka nyata bahwa memang bukan keharusan, baik dari pihak Allah maupun dari

pihak manusia bahwa Kristus harus menderita. Namun di sisi yang lain sesuatu

dapat menjadi keharusan dari sesuatu sebab yang di luar dari dirinya; dan jika ini

terjadi, ini adalah sebab yang efis ien atau yang menggerakkan, sehingga dapat

membawa semacam keharusan ….. Maka walaupun tidak menjadi keharusan bagi

Kristus untuk menderita, jika dipandang dari keharusan yang memaksa, karena dari

pihak Allah tidak ada yang memaksa-Nya, dan dari pihak Kristus, karena Dia

menyerahkan diri-Nya dengan rela. Namun, dapat dikatakan bahwa penderitaan

Kristus adalah suatu keharusan, jika dilihat dari akhir/ tujuan maksudnya. Dan ini

dilihat dalam tiga hal:

1. Dari sudut pandang kita yang dibebaskan oleh Sengsara-Nya sesuai dengan Yoh

3:14-15: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga

Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya

beroleh hidup yang kekal.”

2. Dari sisi Kristus, yang menerima kemuliaan-Nya melalui kerendahan Sengsara-

Nya, dalam Luk 24:26: “Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk

masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”

3. Dari sisi Tuhan Allah Bapa, yang telah menentukan terlaksananya nubuat dalam

Perjanjian Lama, seperti tertulis dalam Luk 22:22, “Sebab Anak Manusia memang

akan pergi seperti yang telah ditetapkan…”Ia berkata kepada mereka: “Inilah

perkataan-Ku, …., yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku

dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur. Lalu Ia membuka

pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka:

“Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati

pada hari yang ketiga.” (Luk 24:44-46).

Jawaban terhadap keberatan 1: Ini adalah argumen berdasarkan keharusan dari

pihak Allah, dan seperti telah disebutkan di atas, tidak ada keharusan dalam hal ini.

Jawaban terhadap keberatan 2: Ini adalah argumen berdasarkan keharusan dari

pihak Kristus sebagai manusia, dan seperti telah disebutkan di atas, tidak ada

keharusan dalam hal ini.

Jawaban terhadap keberatan 3: Bahwa manusia harus dibebaskan oleh Sengsara

Kristus adalah sesuai dengan kasih setia Tuhan dan keadilan-Nya. Dengan keadilan-

Nya sebab dengan Sengsara Kristus maka Kristus menebus (membayar lunas) dosa-

dosa umat manusia dan manusia dibebaskan oleh keadilan Tuhan: dan dengan belas

kasih-Nya sebab karena manusia sendiri tidak dapat menebus dosa dari semua

kodrat manusia, menurut Rom 3:24-25, “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan

Page 3: Mengapa Yesus Memilih Salib Untuk Menebus Dosa Manusia? - By Stefanus Tay & Ingrid Tay

dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah

ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya.” Dan

belas kasih Tuhan akan semakin terlihat nyata daripada pengampunan dosa tanpa

penebusan melalui kayu Salib. Oleh karena itu dikatakan, “Tetapi Allah yang kaya

dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada

kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah

mati oleh kesalahan-kesalahan kita…” (Ef 2:4-5)

Jawaban untuk Keberatan 4: Dosa dari para malaikat adalah sesuatu yang tak

dapat diobati, namun tidak demikian dengan dosa manusia pertama (lihat Summa

Theologica, I, q. 64, a. 2)

Dengan melihat uraian di atas, maka memang sebenarnya bukan menjadi suatu

keharusan mutlak bagi Kristus untuk menderita di salib bagi kita, namun memang

itulah yang dipilih-Nya, dan ini sudah direncanakan-Nya sejak awal mula dunia.

Sebab Allah sudah mengetahui segala sesuatunya, bahwa manusia pertama akan

jatuh dalam dosa, dosa asal inilah yang akan diturunkan kepada semua umat

manusia, dan karena manusia tak dapat menebus dosanya sendiri, maka Allah

memutuskan untuk mengutus Putera-Nya sendiri untuk menebus dosa manusia

dengan sengsara-Nya di kayu salib. Penderitaan yang tak terlukiskan di kayu

salib tersebut adalah bukti kasih Allah yang tiada terbatas, dan juga bukti

keadilan yang sempurna, yang menunjukkan kejamnya akibat dosa, yang

harus dipikul oleh Kristus, untuk membebaskan kita manusia dari belenggu dosa.

Maka walaupun setetes darah-Nya sebenarnya cukup untuk menebus seluruh dosa

manusia, namun Yesus justru mau menyatakan yang lebih sempurna dan

“superabundant” daripada itu. Sebab Ia mau menunjukkan kasih yang melebihi dari

apa yang disyaratkan, kasih yang mengatasi segalanya. Kerendahan hati Yesus yang

ditunjukkan-Nya dengan kerelaan-Nya menjadi manusia dan menderita di kayu salib

merupakan “obat penawar”/ antidote bagi dosa asal Adam, yaitu kesombongan ingin

menjadi/ menyamai Allah. Ketaatan Kristus terhadap kehendak Allah Bapa

menawarkan ketidak-taatan Adam kepada Allah (lih. Rom 5:19). Semoga dengan

menghayati hal ini, kita semakin menghargai pengorbanan Kristus di kayu Salib, dan

berusaha sedapat mungkin menjauhkan diri kita dari dosa yang memisahkan kita

dari Allah.

Stefanus Tay & Ingrid Tay