mendeskriditkan kurikulum

7
BIJAKKAH MENDESKRIDITKAN KURIKULUM 2006 (KTSP) DEMI KURIKULUM 2013 ( SYAHRIZAL (132103818920) Kelas BE/P2TK Pendas (S-2) 2013 ) Insan pendidikan harus mengakui bahwa hasil pendidikan yang mereka bina belum menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan masyarakat. Sekolah yang diharapkan bisa melahirkan generasi-generasi berkarakter baik ternyata justru menjadi anak yang berkarakter pengekor. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dianggap sebagai biang kerok kemunduran dan kebobrokan dunia pendidikan, salah satunya karena hanya memotivasi siswa untuk hal-hal yang berkenaan dengan kerja kognitif (ingatan) saja. Kurikulum memang memiliki sifat dinamis sehingga harus dievaluasi secara berkala dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Di Indonesia, perubahan kurikulum sudah terjadi sejak zaman penjajahan sampai kemerdekaan, kemudian dari zaman kemerdekaan sampai sekarang ini sudah banyak perobahan kurikulum. Sayangnya, belum ada perubahan signifikan dari perubahan kurikulum tersebut. Kualitas pendidikan yang menjadi tujuan utama dari dibentuknya suatu kurikulum belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Anehnya, munculnya kurikulum 2013, Pemerintah melalui Kemendikbud cendrung mendiskreditkan kurikulum sebelumnya, pada sosialisasi kurikulum 2013, KTSP dikatakan belum menggambarkan secara holistik domain (kognitif, afektif, psikomotorik), berorientasi pada buku teks, berpusat pada guru (teacher centered learning), belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan, beban belajar terlalu berat, dan sebagainya. Kemudian para pendukung kurikulum 2013 beramai ramai membenarkan dan mencari kelemahan kelemahan lain dari kurikulum 2006 (KTSP), bersama sama Kemendikbud dalam pelatihan implementasi kurikulum 2013, mereka membandingkan dengan kurikulum 2013 dengan KTSP dan KTSP memang dipojokan mendiskreditkan sebagai kurikulum yang sangat buruk sehingga harus segera di ganti secepatnya dan menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia. Tapi karena anggaran implementasinya oleh DPR RI di kurangi, maka hanya di laksanakan oleh sekolah sekolah sasaran terseleksi di seluruh kab/kota seluruh Indonesia. Sikap pemerintah yang diwakili kemendikbud yang mendiskreditkan kurikulum KTSP pada saat pemberlakuan kurikulum 2013, bukanlah sikap yang bijaksana. Apalagi alasan yang dikemukakan relatif sangat berbeda dengan konsep awal KTSP di susun. Kita sepakat bahwa kurikulum perlu diganti demi mengikuti perkembangan zaman. Namun, hendaknya alasan pergantian kurikulum haruslah logis dan proporsional, bukan dengan menjelek-jelekkan kurikulum terdahulu. Kita bisa perkirakan, ketika Kurikulum 2023 nanti lahir (siklus 10 tahunan kurikulum diganti), maka Kurikulum 2013 akan juga didiskreditkan pula. Apakah mereka lupa dengan konsep awal penyusunanKTSP, sehingga KTSP di jadikan kambing hitam kegagalan tersebut.

Upload: syahrizal-tj

Post on 20-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • BIJAKKAH MENDESKRIDITKAN KURIKULUM 2006 (KTSP) DEMI KURIKULUM 2013

    ( SYAHRIZAL (132103818920) Kelas BE/P2TK Pendas (S-2) 2013 )

    Insan pendidikan harus mengakui bahwa hasil pendidikan yang mereka bina belum menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan masyarakat. Sekolah yang diharapkan bisa melahirkan generasi-generasi berkarakter baik ternyata justru menjadi anak yang berkarakter pengekor. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dianggap sebagai biang kerok kemunduran dan kebobrokan dunia pendidikan, salah satunya karena hanya memotivasi siswa untuk hal-hal yang berkenaan dengan kerja kognitif (ingatan) saja.

    Kurikulum memang memiliki sifat dinamis sehingga harus dievaluasi secara berkala dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Di Indonesia, perubahan kurikulum sudah terjadi sejak zaman penjajahan sampai kemerdekaan, kemudian dari zaman kemerdekaan sampai sekarang ini sudah banyak perobahan kurikulum. Sayangnya, belum ada perubahan signifikan dari perubahan kurikulum tersebut. Kualitas pendidikan yang menjadi tujuan utama dari dibentuknya suatu kurikulum belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

    Anehnya, munculnya kurikulum 2013, Pemerintah melalui Kemendikbud cendrung mendiskreditkan kurikulum sebelumnya, pada sosialisasi kurikulum 2013, KTSP dikatakan belum menggambarkan secara holistik domain (kognitif, afektif, psikomotorik), berorientasi pada buku teks, berpusat pada guru (teacher centered learning), belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan, beban belajar terlalu berat, dan sebagainya.

    Kemudian para pendukung kurikulum 2013 beramai ramai membenarkan dan mencari kelemahan kelemahan lain dari kurikulum 2006 (KTSP), bersama sama Kemendikbud dalam pelatihan implementasi kurikulum 2013, mereka membandingkan dengan kurikulum 2013 dengan KTSP dan KTSP memang dipojokan mendiskreditkan sebagai kurikulum yang sangat buruk sehingga harus segera di ganti secepatnya dan menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia. Tapi karena anggaran implementasinya oleh DPR RI di kurangi, maka hanya di laksanakan oleh sekolah sekolah sasaran terseleksi di seluruh kab/kota seluruh Indonesia.

    Sikap pemerintah yang diwakili kemendikbud yang mendiskreditkan kurikulum KTSP pada saat pemberlakuan kurikulum 2013, bukanlah sikap yang bijaksana. Apalagi alasan yang dikemukakan relatif sangat berbeda dengan konsep awal KTSP di susun. Kita sepakat bahwa kurikulum perlu diganti demi mengikuti perkembangan zaman. Namun, hendaknya alasan pergantian kurikulum haruslah logis dan proporsional, bukan dengan menjelek-jelekkan kurikulum terdahulu. Kita bisa perkirakan, ketika Kurikulum 2023 nanti lahir (siklus 10 tahunan kurikulum diganti), maka Kurikulum 2013 akan juga didiskreditkan pula. Apakah mereka lupa dengan konsep awal penyusunanKTSP, sehingga KTSP di jadikan kambing hitam kegagalan tersebut.

  • 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

    KTSP adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

    Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan)

    KTSP pada prinsipnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Isi (SI), namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

    Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL. Meski dilakukan oleh satuan pendidikan masing-masing, namun semua KTSP yang dikembangkan oleh masing-masing sekolah dan daerah itu, akan memiliki warna yang sama, yakni warna yang digariskan oleh Standar Nasional Pendidikan (SNP).

    2. Keunggulan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

    Konsep awal pada saat implementasi KTSP tahun 2006 disampaikan keseluruh Indonesia dengan gegap gempita, sebahagian guru masih banyak yang menyimpan file-file Implementasi kurikulum tersebut, termasuk saya. Dari file-file tersebut tercatat beberapa kelebihan KTSP di antara yaitu: (1). Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. (2). Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan di sekolah yang merekapimpin. (3). KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Sekolah dapat menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai keterampilan hidup.

  • (4). KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut ahli beban belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. (5). KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan. (6). Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum. (7). Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan siswa dan kondisi daerahnya masing-masing. (8). Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar. (9). Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social budaya. (10). Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan. (11). Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi (pada satuan tingkat pendidikan) sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum. (12). Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untyuk menyususn dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan potensi sekolah kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah. (13). Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar siswa. (14). Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual. (15). Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah, masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik. (16). Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar. (17). Berpusat pada siswa. (18). Menggunakan berbagai sumber belajar. (19). kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan

    3. Kelemahan kurikulum KTSP Kemudian di akui juga bahwa KTSP bukan barang sempurna sehingga

    dikuatirkan banyak kalangan pada saat implementasinya dan itu sudah di sampaikan sebelum adanya wacana pengembangan kurikulum 2013. Kekuatirannya adalah sebagai berikut: (1). Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Sehingga terjadilah budaya copy paste pada administrasi kurikulum di karenakan minimnya kualitas guru dan sekolah.

  • (2). Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP, seperti alat peraga, sumber belajar dan lain lain. (3). Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya, penyusunannya, maupun prakteknya di lapangan. (4). Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untuk mendapatkan tunjangan profesi.

    Saya sepakat dengan berita Kompas edukasi (9 April 2013) menyatakan bahwa permasalahan pendidikan kita bukanlah semata pada kurikulum, tetapi perlunya kemauan untuk mengembangan diri, perilaku guru terhadap anak dan kesibukan guru sehingga lupa mengembangkan diri dengan alasan ekonomi, keluarga dan lain lain Artinya, perberlakuan kurikulum baru bukanlah karena kurikulum sebelumnya buruk, tetapi lebih banyak disebabkan kompetensi guru kita yang kurang optimal mengimplementasikannya.

    Kemudian pada saat praktisi pendidikan daerah, khususnya guru, masih belum memahami dan menerapkan secara seadanya konsep KTSP, ditandainya dengan masih banyaknya pelatihan KTSP dilaksanakan saat tahun 2012 oleh Dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota dengan mendatangkan Nara sumber dari kemendinas c.q Puskur dan BSNP sendiri, pemerintah melalui Kementrian pendidikan dan Kebudayaan (d.h Kementrian Pendidikan Nasioanal) sudah mengubah kurikulum tersebut. Perubahan kurikulum tentu akan berdampak besar pada perubahan-perubahan lain di tingkat stakeholder pendidikan, selain juga membutuhkan anggaran yang besar. Oleh sebab itu, agar nasib kurikulum yang kemudian diberi nama Kurikulum 2013 tidak setali tiga uang dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya, penting sekali dilakukan penggodokan sampai benar-benar matang

    3. Kurikulum 2013

    Membicarakan kelebihan Kurikulum sudah sangat luar biasa di sampaikan di media media online, tinggal ketik kata kurikulum 2013 maka akan tersaji semua keunggulan kutikulum 2013 sehingga menurut saya tidak perlu disampaikan disini lagi. Suka tidak suka semua stakeholder pendidikan harus menjalankannya, karena memang wewenang negara melalui lembaga yang ditunjuk untuk merevisi kurilulum agar dapat mengikuti perkembangan zaman.

    Di sebalik semua keunggulan kurikulum yang sudah di gembar-gemborkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bersama pendukungnya Ada beberapa catatan dari Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pendidikan yang menyerahkan petisi penolakan Kurikulum Baru 2013 (Jum'at-15/03/2013). Petisi itu telah disampaikan aktivis ICW kepada Mendikbud, supaya menjadi bahan evaluasi perubahan kurikulum. Setidaknya ada delapan alasan petisi Tolak Kurikulum 2013 ini harus ditolak antara lain:

  • 1) Pemerintah tidak mengevaluasi kurikulum sebelumnya. Pemerintah tidak melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah diterapkan sejak tahun 2006, tapi tiba tiba ingin mengubah kurikulum tersebut menjadi Kurikulum 2013.

    2) Perubahan kurikulum tidak mengacu SNP. Mekanisme perubahan kurikulum tidak mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Padahal, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) dengan jelas telah mengamanatkan pemerintah untuk mengembangkan kurikulum dengan mengacu kepada SNP

    3) Kurikulum 2013 cenderung mematikan kreatifitas guru.

    Kurikulum 2013 cenderung mematikan kreatifitas guru dan tidak mempertimbangkan konteks budaya lokal. Kurikulum baru ini sama saja membodohkan guru karena guru-guru tidak lagi membuat silabus dan LKS karena telah disiapkan oleh kemdikbud.

    4) Kebijakan perubahan kurikulum terburu-buru. Proses perumusan kebijakan perubahan kurikulum tidak terencana dan terburu-buru. Pemerintah sudah akan melaksanakan Kurikulum Baru pada tahun ajaran baru 2013/2014. Padahal, banyak guru yang belum dibekali dengan pengetahuan Kurikulum Baru yang akan diterapkan itu.

    5) Target training master teacher terlalu ambisius. Target training master teacher terlalu ambisius padahal waktu yang tersedia sangat pendek dan buku untuk guru sebagai pedoman guru dalam pelatihan dan pembelajaran belum dicetak. Guru yang harus disiapkan itu jumlahnya ratusan ribu. Efektifkah dengan waktu yang pendek sehingga terburu buru dihasilkan treaner/guru yang menguasai secara maksimal !

    6) Pemerintah tidak mengeluarkan dokumen Kurikulum 2013 dengan lengkap Sampai saat ini pemerintah belum mengeluarkan dokumen kurikulum 2013 secara lengkap bahkan raport semester 1 2013 resmi di sampaikan seminggu sebelum penerimaan raport semester 1, sehingga guru kelas 1, 4, 7 dan 10 kesulitan dalam mempalajari di karenakan berbeda dengan raport sebelumnya dan juga raport masih banyak berbentuk kopian dibanyak daerah karena waktu yang mepet antara keluarnya dokumen resmi raport denga tenggat waktu penyerahan raport. Hal ini memunculkan pertanyaan, bagaimana pula penyusunan buku untuk kelas yang belum melaksanakan kurikulum 2013 yaitu kelas 2,3,5,6,8,9,11 dan 12 ?

    7) Anggaran Kurikulum 2013 yang sangat besar. Anggaran Kurikulum Baru 2013 mencapai angka yang sangat besar, yaitu Rp 2,49 triliun. Tapi lebih dari setengahnya atau Rp 1,3 triliun, akan digunakan untuk proyek pengadaan buku yang berpotensi dikorupsi. Sementara, sudah menjadi rahasia umum bahwa pengadaan buku adalah lahan basah.

  • 8) Pengadaan buku Kurikulum 2013 pemborosan, bagaimana nasib buku BSE ! Pengadaan buku untuk Kurikulum 2013 merupakan proyek pemborosan. Pasalnya, setiap tahun sejak 2008, pemerintah aktif membeli hak cipta buku untuk buku sekolah elektronik (BSE). Jika memang perubahan kurikulum 2013 sudah direncanakan sejak 2010, seharunya pemerintah tidak melakukan pemborosan dengan membeli hak cipta buku yang bisa diganti dengan buku Kurikulum 2013.

    9) Pemerintah menyamakana kemampuan guru dan siswa di semua wilayah Walaupun dengan latarbelakang fasilitas dan pendidikan guru yang berbeda. pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam kurikulum 2013. Sehingga di ciptakan kurikulum satu untuk semua. Antara guru dan siswa di Jakarta, Jogja di samakan dengan guru dan siswa dari Papua, Kalimantan barat atau Aceh

    10) Tidak dilibatnya guru dalam mengembangan kurikulum 2013 Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013. Padahal guru adalah salah satu komponen utama dalam teori pengembangan kurikulum, guru menjadi unsur penting dalam kurikulum baru

    Tapi apa pun itu, kurikulum 2013 sudah dijalankan disekolah-sekolah yang ditunjuk oleh Kemendikbud secara bertahap. Harapan kita, pemerintah dapat selalu mendampingi para guru sebagai ujung tombak pelaksana kurikulum 2013. Guru diharapkan bisa mengamalkan dan mempraktekkan sosiolisasi kurikulum itu dengan baik. Sebab, sebaik apapun konsep kurikulum 2013, kalau itu tidak diikuti dengan pemahaman dan pendampingan yang terarah maka mustahil ia bisa membuahkan hasil yang baik.

    Masalah rendahnya mutu pendidikan di karenakan kualitas guru, seharusnya bukan dijawab dengan pergantian kurikulum baru. Semestinya pemerintah menjawabnya dengan pelatihan-pelatihan guru yang mampu meningkatkan kualitas guru. Pendidik kita banyak yang belum mengikuti pelatihan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Bahkan ada guru di daerah yang sudah puluhan tahun belum mendapatkan pelatihan guru dari pemerintah. Itulah fakta yang dapat dilihat dengan kasat mata, tanpa harus melakukan penelitian

    4. Penutup

    Semua pendidik atau masyarakat yang pernah sekolah di Lembaga Keguruan mengetahui, kurikulum memiliki sifat dinamis sehingga harus dievaluasi dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Di Indonesia sendiri, kita tahu, perubahan kurikulum sudah sering kali dirobah sejak kemerdekaan. Sayangnya, belum ada perubahan signifikan dari perubahan tersebut, selain pada wilayah administratifnya saja yang berubah. Kualitas pendidikan yang menjadi tujuan utama dari dibentuknya suatu kurikulum belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

    Setiap kurikulum sebenarnya memiliki tujuan yang baik, namun demikian penerapannya seringkali jauh dari harapan. KTSP misalnya, yang dipraktekkan di

  • tingkat satuan pendidikan, tidak sebagus apa yang ada dalam konsep. Ada banyak kendala KTSP, yang sebagian besar berpusat pada kemampuan guru.

    Dalam KTSP, guru memang dibebaskan untuk membuat silabus dan mengembangkan SK/KD, tetapi sebagaian besar guru justru mencontoh (copy-paste) yang sudah ada, atua mencontoh administrasi yang diberikan oleh Badan Standarisasi Pendidikan Nasional (BSNP).

    Sebenarnya konsep KTSP sudah baik, tetapi lagi-lagi dalam hal penerapannya terdapat kontradiksi keotonoman sekolah yang dibatasi dengan evaluasi Ujian Nasional, ini merupakan bukti bahwa pendidikan masih berjalan sentralistik. Kelulusan, bukan ditentukan oleh pihak sekolah secara otonom, tetapi ditentukan oleh pemerintah pusat. Ini yang kemudian menjadikan KTSP perlu untuk dikoreksi.

    Disaat KTSP mulai dipahami dan dipraktekkan oleh sekolah sekolah di indonesia, pemerintah malah mengakhiri napasnya. Kurikulum 2013 datang dan mulai diterapkan disejumlah sekolah sasaran. Perubahan kurikulum tentu akan berdampak besar pada perubahan-perubahan lain di tingkat stakeholder, selain juga membutuhkan anggaran yang besar.

    Munculnya kurikulum 2013, pemerintah melalui kementrian Pendidikana dan kebudayaan tampaknya mendiskreditkan KTSP. KTSP dikatakan belum menggambarkan secara holistik domain (kognitif, afektif, psikomotorik), berorientasi pada buku teks, berpusat pada guru (teacher centered learning), belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan, beban belajar terlalu berat, dan sebagainya. Ini tentu bukan tindakan yang bijak, tapi itu sudah jamak di lakukan oleh pengembangan kurikulum sebelumya, dan mungkin akan di rasakan juga oleh kurikulum 2013 pada 10 tahun yang akan datang.

    Pengembangan kurikulum secara tiba-tiba tentu akan membingungkan para pelaku pendidikan yang sebenarnya yaitu guru guru sendiri. Persoalan yang sering kita temui di lapangan, jangankan menyusun kurikulum, menjalankan kurikulum yang sudah adapun masih sulit. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya kongkrit untuk mengiringi suksesnya penyempurnaan kurikulum 2013 agar tidak bernasib sama dengan KTSP.

    Daftar Pustaka Kementrian Pendidikan Nasional, BSNP, 2007, Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di

    Sekolah Dasar,. Kementrian Pendidikan Nasional, BSNP 2007, Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan Di Sekolah Dasar Kementrian Pendidikan Nasional, 2007, Permendiknas No 22, 23 dan 24 Tahun 2006 Tentang

    Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Mulyasa, E (2003), Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013, Bandung, Remaja

    Rosdakarya http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/19/12564532/Ini.Kelemahan-

    kelemahan.Kurikulum.2013 http://pujasumarta.web.id/index.php/arsip-artikel/4-artikel/17-fkppri-menolak-kurikulum-2013 http://www.jpnn.com/read/2013/03/15/162929/Ini-Dia-Alasan-Kurikulum-Baru-Harus-Ditolak-