mencetak sarjana muslim kaffah lewat pendidikan …

22
MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN PESANTREN KAMPUS Muksin Abstraksi: Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Ia merupakan lembaga pendidikan untuk mengkaji agama (at-tafaqquh fi ad-din). Artinya, pesantren adalah lembaga pendidikan untuk mengkaji ilmu-ilmu keagamaan yang disertai penanaman moralitas kehidupan (akhlaq) kepada santri-santrinya. Dalam perkembangannya, pesantren ternyata tetap eksis dan bertahan dengan ciri khasnya sebagai lembaga pendidikan keislaman meskipun banyak mengalami tekanan dan cobaan di zaman era globalisasi ini. Karena itulah, kepercayaan masyarakat terhadap pesantren tidak pernah luntur bahkan dianggap mampu untuk menjadi solusi alternatif bagi pendidikan para siswa saat ini ditengah semakin tergerusnya moral spritual mereka. Untuk menghadapi tantangan-tantangan di era ini, perguruan tinggi Islam khususnya, perlu menerapkan sistem pesantren kampus sebagai salah satu solusi meminimalisir segala kemungkinan yang berbau negatif yang selama ini melekat pada pendidikan perguruan tinggi, disamping sebagai upaya untuk memaksimalisasi segala kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa untuk mendapatkan output berupa sarjana muslim yang kaffah (sarjana yang mempunyai pengetahuan agama yang mumpuni dan profesional yang multiterampil). Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, bisa dilakukan lewat pesantren kampus program intensif. Dengan adanya pendidikan perguruan tinggi berbasis pesantren kampus ini, akan lahir generasi penerus bangsa yang benar-benar mumpuni serta berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman Kata Kunci: Pesantren, Kampus A. Pendahuluan Pendidikan bukanlah kata yang asing di telinga masyarakat awam sekalipun, karena seiring dengan laju perkembangan zaman, masyarakat Indonesia semakin tersadarkan tentang pentingnya pendidikan. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN PESANTREN KAMPUS

Muksin

Abstraksi:

Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Ia merupakan lembaga pendidikan untuk mengkaji agama (at-tafaqquh fi ad-din). Artinya, pesantren adalah lembaga pendidikan untuk mengkaji ilmu-ilmu keagamaan yang disertai penanaman moralitas kehidupan (akhlaq) kepada santri-santrinya. Dalam perkembangannya, pesantren ternyata tetap eksis dan bertahan dengan ciri khasnya sebagai lembaga pendidikan keislaman meskipun banyak mengalami tekanan dan cobaan di zaman era globalisasi ini. Karena itulah, kepercayaan masyarakat terhadap pesantren tidak pernah luntur bahkan dianggap mampu untuk menjadi solusi alternatif bagi pendidikan para siswa saat ini ditengah semakin tergerusnya moral spritual mereka. Untuk menghadapi tantangan-tantangan di era ini, perguruan tinggi Islam khususnya, perlu menerapkan sistem pesantren kampus sebagai salah satu solusi meminimalisir segala kemungkinan yang berbau negatif yang selama ini melekat pada pendidikan perguruan tinggi, disamping sebagai upaya untuk memaksimalisasi segala kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa untuk mendapatkan output berupa sarjana muslim yang kaffah (sarjana yang mempunyai pengetahuan agama yang mumpuni dan profesional yang multiterampil). Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, bisa dilakukan lewat pesantren kampus program intensif. Dengan adanya pendidikan perguruan tinggi berbasis pesantren kampus ini, akan lahir generasi penerus bangsa yang benar-benar mumpuni serta berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman

Kata Kunci: Pesantren, Kampus

A. Pendahuluan

Pendidikan bukanlah kata yang asing di telinga masyarakat awam sekalipun,

karena seiring dengan laju perkembangan zaman, masyarakat Indonesia semakin

tersadarkan tentang pentingnya pendidikan. Pendidikan bagi kehidupan umat

manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa

pendidikan sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang

sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep

pandangan hidup mereka.

Page 2: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

106|Al-Ibroh|Vol. 1 No.2 Desember 2016

Secara eksplisit, definisi pendidikan tertuang dalam UU Sisdiknas no 20 tahun

2003 BAB II (tentang dasar, fungsi dan tujuan) Pasal 3 yang menyatakan bahwa

tujuan pendidikan kita adalah yang tersebut di bawah ini:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis secara bertanggung jawab.1

Perumusan tujuan di atas, semakin menegaskan bahwa pendidikan merupakan

sarana yang mutlak diperlukan untuk mencapai kesejahteraan dan kemuliaan hidup.

Seiring dengan laju perkembangan zaman, banyak kita lihat berbagai lembaga

pendidikan mulai tumbuh dan berkembang, baik yang mengusung semangat

nasionalis, agamis maupun yang mengintegralkan keduanya, seperti munculnya SMP

Islam, SMA Katholik dan sebagainya. Salah satu bentuk lembaga pendidikan Islam

yang berkembang pesat di Indonesia adalah pondok pesantren.

Diskursus pendidikan pesantren selalu menarik perhatian masyarakat. Hal ini

dikarenakan oleh kemurnian pendidikan pesantren sendiri yang multidimensi.

Pesantren adalah lembagatafaqquh fiddin, tempat mengkaji agama (din). Karena din

adalah kehidupan, maka pesantren bukan hanya lembaga pendidikan yang mengkaji

ilmu-ilmu keislaman yang disertai penanaman moralitas (akhlaq) kepada santrinya,

tetapi juga lembaga pendidikan tentang kehidupan.2 Di pesantren sekurangnya

terdapat catur pusat pendidikan (madrasah, rumah tangga, masyarakat, dan masjid),

Dari keempat tempat inilah kehidupan para santri berpusat selama 24 jam.

Pada dasarnya, pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan tertua yang ada di

Indonesia. Lembaga ini ada dan berkembang di tanah Jawa sejak abad ke-17 M. Sejak

zaman penjajah, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan

berkembang di tengah-tengah masyarakat, dan keberadaannya telah mendapat

pengakuan dari masyarakat. Pesantren selama ini ikut terlibat dalam upaya

1Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(SISDIKNAS). 2M. Tidjani Djauhari, Masa Depan Pesantren Agenda yang Belum Terselesaikan, (Jakarta: Taj.

Publishing, 2008), ix.

Page 3: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

Muksin, Mencetak Sarjana Muslim|107

mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak hanya dari segi moril, namun telah pula ikut

serta memberikan sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan

pendidikan. Sebagai pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam (al-Tafaqquh fi al-Din)

telah banyak melahirkan Ulama, Tokoh masyarakat, Muballigh, Guru agama yang

sangat dibutuhkan masyarakat. Hingga kini pondok pesantren tetap konsisten dalam

melaksanakan fungsinya dengan baik, bahkan sebagian telah mengembangkan fungsi

dan perannya sebagai pusat pengembangan masyarakat.3

Dalam dinamika perkembangannya, pesantren tetap kokoh dan konsisten

mengikatkan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan dan

mengembangkan nilai-nilai Islam. Realitas ini tidak saja dapat dilihat ketika pesantren

menghadapi banyak tekanan dari pemerintah kolonial Belanda, namun pada masa

pasca-proklamasi kemerdekaan pesantren justru dihadapkan pada suatu tantangan

yang cukup berat, yaitu adanya ekspansi sistem pendidikan umum dan madrasah

modern.

Kenyataan lain yang juga menjadi tantangan pesantren yaitu adanya pencitraan

bahwa pesantren merupakan tempat yang kumuh dan ketinggalan zaman turut

mengurangi eksistensi pesantren dan semakin menyulitkan pergerakannya dalam

kehidupan masyarakat. Hal-hal tersebut di atas merupakan kekurangan dari

pendidikan pesantren selama ini disamping fanatisme terhadap Kiyai yang berlebihan

juga menjadi faktor lain rusaknya citra pesantren.

Berangkat dari pengalaman sosiologis itu, pesantren meneguhkan dirinya untuk

tetap melakukan akomodasi dan penyesuaian dalam menghadapi arus modernisasi.

Tetapi semua akomodasi dan penyesuaian itu dilakukan pesantren tanpa

mengorbankan esensi dan hal-hal dasar lainnya dalam eksistensi pesantren. Hal ini

relevan dengan sebuah diktum yang berbunyi: “Al-Muhafadhatu ‘ala al-Qadim al-Shalih

wa al-akhdu ‘ala al-Jadid al-Ashlah” (melestarikan nilai-nilai lama yang baik dan

mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik).

Dalam perkembangan terakhir, sistem pendidikan pesantren sangat bervariasi,

yang dapat diklasifikasikan sedikitnya menjadi lima tipe, yakni: (1) Pesantren yang

menyelenggarakan pendidikan formal yang menerapkan kurikulum nasional, baik

3Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta : Ditjen Binbaga Islam, 2003).

Page 4: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

108|Al-Ibroh|Vol. 1 No.2 Desember 2016

yang hanya memiliki sekolah keagamaan (MI, MTs, MA, dan PT Agama Islam)

maupun yang juga memiliki sekolah umum (SD, SLTP, SMU, SMK, dan Perguruan

Tinggi Umum), seperti Pesantren Tebuireng Jombang, Pondok Pesantren an-

Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura. (2) Pesantren yang menyelenggarakan

pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum

meski tidak menerapkan kurikulum nasional, seperti pesantren Gontor Ponorogo,

Pondok Pesantren al-Amien Prenduan Sumenep Madura, pesantren Maslakul Huda

Kajen Pati (Matholi’ul Falah) dan Darul Rahman Jakarta. (3) Pesantren yang hanya

mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrasah diniyah, seperti pesantren

Salafiyah Langitan Tuban, Lirboyo Kediri dan pesantren Tegalrejo Magelang. (4)

Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian (majlis ta’lim), dan (5)

Pesantren untuk asrama anak-anak pelajar sekolah umum dan mahasiswa.4

Merebaknya pendidikan pesantren tipe ke-5 (pesantren yang didalamnya

terdapat mahasiswa) menjadi sebuah fenomena yang sangat menarik untuk dicermati.

Hal ini bukan saja karena usia kelahirannya yang masih relatif muda, akan tetapi

manajemen atau pengelolaan pesantren mahasiswa memiliki spesifikasi tersendiri.

Berbeda dengan pesantren pada umumnya yang rata-rata menyelenggarakan

pendidikan keagamaan untuk jenjang pendidikan dasar sampai menengah saja.

Model pendidikan yang menggabungkan antara tradisi perguruan tinggi dan

tradisi pesantren diharapkan melahirkan lulusan yang dapat memahami ilmu-ilmu

modem secara baik pula. Lembaga pendidikan tinggi Islam dapat melahirkan lulusan,

yang paling tidak dapat tumbuh menjadi seorang ulama yang intelek atau intelek yang

ulama, sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri perguruan tinggi Islam di

Indonesia tempo dulu.

Mengingat masalah di atas, maka lulusan perguruan tinggi agama Islam

diharapkan memiliki dua kemampuan yang seimbang, yaitu lulusan yang memiliki

penguasaan yang baik terhadap ilmu keagamaan dan keilmuan professional.

Kegagalan lembaga perguruan tinggi agama Islam di Indonesia dalam mendidik dan

membina spiritualitas mahasiswa adalah karena lembaga perguruan tinggi tersebut

tidak memiliki sarana yang memadai untuk belajar, mengkaji dan mengamalkan

4Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, (Yogyakarta: LkiS, 2008), 196.

Page 5: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

Muksin, Mencetak Sarjana Muslim|109

aspek-aspek keagamaan tersebut, sehingga wawasan keagamaan mereka kering dan

rentan untuk diombang-ambingkan oleh gelombang pemikiran yang lebih besar dan

menyesatkan, sehingga bagi perguruan tinggi, adanya pondok pesantren adalah

sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar.

B. Sistem Pendidikan Pesantren

1. Sejarah Singkat Pendidikan Pesantren

Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren dari sudut historis kultural

dapat dikatakan sebagai pusat latihan (training centre) yang otomatis menjadi pusat

budaya Islam, yang disahkan atau dilembagakan oleh masyarakat, setidaknya oleh

masyarakat Islam sendiri yang secara de facto tidak dapat diabaikan oleh

pemerintah. Itulah sebabnya cendikiawan muslim, Nurcholish Madjid

mengatakan bahwa dari segi historis, pesantren tidak hanya identik dengan makna

keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous).5

Kehadiran pesantren pertama kali di Indonesia, tidak terdapat keterangan

yang pasti. Menurut pendataan yang dilakukan oleh Departemen Agama, pada

tahun 1984-1985, sebagaimana dikutip oleh Hasbullah, diperoleh keterangan

bahwa pesantren tertua didirikan pada tahun 1062 di Pamekasan Madura, dengan

nama pesantren Jan Tampes II. Akan tetapi, hal ini juga diragukan karena

tentunya ada pesantren Jan Tampes I yang lebih tua. Walaupun demikian,

pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang peran-

sertanya tidak diragukan lagi terutama bagi perkembangan Islam di Indonesia6.

Sedangkan menurut Hasbullah, pesantren di Indonesia memang tumbuh

dan berkembang sangat pesat, pada abad 19. Untuk Jawa saja terdapat tidak

kurang dari 1.853 pesantren, dengan jumlah santri tidak kurang dari 16.500 orang

santri. Jumlah tersebut belum termasuk pesantren-pesantren yang berkembang di

luar Jawa, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan lain-lain yang keagamaannya

terkenal sangat kuat.7

5Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan,(Jakarta: Paramadina, 1997),

3. 6Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), 41.

7Ibid., 139.

Page 6: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

110|Al-Ibroh|Vol. 1 No.2 Desember 2016

Sedangkan dari segi materi, perkembangannya terlihat pada tahun 1920-

an di pondok-pondok pesantren di Jawa Timur, seperti Pesantren Tebuireng

(Jombang), dan Pesantren Singosari (Malang), yang mengajarkan pelajaran-

pelajaran umum di pondok pesantren tersebut, seperti Bahasa Indonesia, Bahasa

Belanda, Berhitung, Ilmu Bumi, dan Sejarah.8

Pesatnya perkembangan pesantren pada masa ini antara lain, disebabkan

oleh hal-hal sebagai berikut: (1) para ulama dan Kiaimempunyai kedudukan yang

kokoh di lingkungan kerajaan dan keraton, yaitu sebagai penasehat raja atau

sultan. Oleh karena itu, pembinaan pondok pesantren mendapat perhatian besar

dari para Raja dan Sultan, (2) kebutuhan umat Islam akan sarana pendidikan yang

mempunyai ciri khas keislaman juga semakin meningkat, sementara sekolah-

sekolah Belanda pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu, (3)

hubungan tranformasi antara Indonesia dan Mekkah semakin lancar sehingga

memudahkan pemuda-pemuda Islam Indonesia untuk menuntut ilmu ke

Mekkah.9

Dalam perkembangannya, pondok pesantren mengalami perubahan yang

pesat, bahkan ada kecenderungan menunjukkan budaya. Di sebagian pesantren

telah mengembangkan kelembagaannya dengan membuka sistem madrasah,

sekolah umum, dan diantaranya ada yang membuka semacam lembaga

pendidikan kejuruan, seperti bidang pertanian, peternakan, teknik, dan

sebagainya.10

Kontak antara pesantren dan madrasah ini, menurut Abdurrahman

Mas’ud, baru terjadi secara intensif dan massif pada awal dekade 70-an11. Sebelum

itu, kedua lembaga ini cenderung berjalan sendiri-sendiri, baik karena latar

belakang pertumbuhannya yang berbeda maupun karena tantangan eksistensial

yang dihadapi masing-masing lembaga yang tidak sama. Meskipun kehadiran

lembaga pesantren di Indonesia bisa dilacak ke belakang, paling tidak sampai awal

abad ke-19 M, namun selama masa penjajahan yang amat panjang, lembaga itu

8Ibid., 149.

9Ibid., 102.

10Hanun Asrahah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), 190.

11H. Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta:PT. Logos Wacana Ilmu,

1999), 154.

Page 7: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

Muksin, Mencetak Sarjana Muslim|111

mengalami tekanan yang amat berat. Dengan demikian, ketika memasuki masa

kemerdekaan, pesantren pada dasarnya baru mulai menata diri kembali sebagai

lembaga kajian Islam setelah berperan sebagai benteng perjuangan umat Islam.

Pada saat yang hampir bersamaan, perkenalan madrasah ke dalam tradisi

pendidikan Islam (pesantren) baru mulai diintensifkan. Dengan dilatarbelakangi

oleh dinamika sosial, politik, kultural tertentu, hubungan pesantren dan madrasah

tersebut kemudian muncul dalam berbagai model yang bervariasi.12

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan

berkembang di tengah-tengah masyarakat, eksistensinya telah mendapat

pengakuan masyarakat. Ikut terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa, tidak hanya dari segi moril, namun telah pula ikut serta memberikan

sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan. Sebagai

pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam (at-tafaqquh fi ad-din) telah banyak

melahirkan Ulama, Tokoh masyarakat, Muballigh, Guru agama yang sangat

dibutuhkan masyarakat. Hingga kini pondok pesantren tetap konsisten

melaksanakan fungsinya dengan baik, bahkan sebagian telah mengembangkan

fungsinya dan perannya sebagai pusat pengembangan masyarakat.13

Dalam menghadapi era globalisasi dan informasi pondok pesantren perlu

meningkatkan peranannya karena Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad

SAW sebagai agama yang berlaku seantero dunia sepanjang masa. Ini berarti

ajaran Islam adalah global dan melakukan globalisasi untuk semua. Dalam Al-

Qur'an (Q.S.al-Hujurat: 13), dimana kunci dari ayat diatas yakni setiap persaingan

yang keluar sebagai pemenang adalah yang berkualitas, yaitu memiliki iman-

takwa, kemampuan, ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan.14 Disinilah

peran pondok pesantren perlu ditingkatkan dalam berbagai aspek dan bidang,

tuntutan globalisasi tidak mungkin dihindari. Oleh karena itu, salah satu langkah

bijak, kalau tidak mau kalah dalam persaingan, adalah mempersiapkan kader-

12

Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan Tradisi, (Yogyakarta:

LkiS, 2004), 77. 13

Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Ditjen Binbaga Islam, 2003),

1. 14

Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: LogosRaharjo, 2001) , 160.

Page 8: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

112|Al-Ibroh|Vol. 1 No.2 Desember 2016

kader dan lulusan pondok pesantren sejak dini agar mampu bersaing dengan

lulusan pendidikan yang bukan dari lembaga pendidikan pesantren.

Azyumardi Azra mengatakan, keunggulan SDM yang ingin dicapai

pondok pesantren adalah terwujudnya generasi muda yang berkualitas tidak

hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik.

Dalam kerangka ini, SDM yang dihasilkan pondok pesantren diharapkan tidak

hanya mempunyai perspektif keilmuan yang lebih integratif dan komprehensif

antara bidang ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu keduniaan tetapi juga memiliki

kemampuan teoritis dan praktis tertentu yang diperlukan dalam masa industri dan

pasca industry.15

Berkaitan dengan hal tersebut, Mulyasa mengatakan bahwa peserta didik

(santri) harus dibekali dengan berbagai kemampuan sejak dini sesuai dengan

tuntutan zaman dan reformasi yang sedang bergulir, guna menjawab berbagai

tantangan globalisasi dan modernisasi, berkontribusi pada pembangunan

masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, dan adaptif terhadap berbagai

perubahan.16

Oleh karena itu, dalam pengembangan pondok pesantren harus

berlandaskan kepada prinsip menatap, mengantisipasi dan memaknai masa depan

(futuristik), artinya pondok pesantren dikembangkan melalui sistem pendidikan

terpadudengan memadukan aktifitas pendidikannya untuk menyiapkan SDM

yang akan hidup pada masyarakat masa depan yang terbuka dan penuh tantangan,

persaingan, serta lebih banyak mangalami gangguan keimanan. Hanya manusia

yang berkualitas dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan keimanan serta

ketaqwaan dapat bertahan atau dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka17.

Dalam hal ini, Nurcholish Madjid mengatakan bahwa untuk memainkan

peranan yang besar dalam ruang lingkup nasional, pesantren-pesantren tidak

perlu kehilangan kepribadiannya sendiri sebagai tempat pendidikan keagamaan.

15

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam.Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, (Jakarta:

Logos, 2000) , 48. 16

Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu

Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002) , 180. 17

A. Tafsir dkk, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Mimbar Pustaka, 2004) , 199.

Page 9: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

Muksin, Mencetak Sarjana Muslim|113

Bahkan, tradisi-tradisi positif yang dimiliki pesantren sebenarnya merupakan ciri

khusus yang harus dipertahankan karena di sinilah letak kelebihannya18.

Berangkat dari pengalaman sosiologis itu, pesantren meneguhkan dirinya

untuk tetap melakukan akomodasi dan penyesuaian dalam menghadapi arus

modernisasi. Tetapi semua akomodasi dan penyesuaian itu dilakukan pesantren

tanpa mengorbankan esensi dan hal-hal dasar lainnya dalam eksistensi pesantren.

Hal ini relevan dengan sebuah diktum yang berbunyi: Al-Muha>fadhatu ‘ala>

al-Qadi>m al-Sha>lih wa al-akhdu ‘ala> al-Jadi>d al-Ashlah” (melestarikan

nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik).

2. Tujuan Pendidikan Pesantren

Tujuan pendidikan pesantren adalah setiap maksud dan cita-cita yang

ingin dicapai pesantren, terlepas apakah cita-cita tersebut tertulis atau hanya

disampaikan secara lisan. Terlalu sulit untuk dapat menemukan rumusan tujuan

pesantren secara tertulis, yang dapat dijadikan acuan tiap-tiap pesantren. Relatif

sedikit pesantren yang mampu secara sadar merumuskan tujuan pendidikan serta

menuangkan dalam tahap-tahap rencana kerja atau program. Kondisi ini menurut

Nurcholis Madjid lebih disebabkan oleh adanya kecenderungan visi dan tujuan

pesantren diserahkan pada proses inprovisasi yang dipilih sendiri oleh seorang

Kiai atau bersama-sama pembantunya.19

Pendidikan pesantren sangat menekankan pentingnya tegaknya Islam di

tengah-tengah kehidupan sebagai sumber utama moral atau akhlak mulia, dan

akhlak mulia ini merupakan kunci rahasia keberhasilan hidup bermasyarakat.

Dengan kata lain orientasi tujuan pendidikan pesantren sesungguhnya masih lebih

banyak bersifat inward looking daripada outward looking, atau masih lebih banyak

melihat ke dalam daripada keluar. Pandangan ke dalam berpendapat bahwa

dengan tegak dan tersebarnya agama Islam di tengah-tengah kehidupan, maka

kehidupan bersama dengan sendirinya akan menjadi baik, jadi semacam ada

18

Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997),

5. 19

Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997),

6.

Page 10: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

114|Al-Ibroh|Vol. 1 No.2 Desember 2016

trinckling down effect, yaitu efek moral baik yang diturunkan sebagai akibat tegaknya

Islam di tengah-tengah kehidupan. Dengan demikian, sebenarnya pandangan ke

dalam itu berfikir alternatif dan otomatis, yang dalam hal ini Islam sebagai

alternatif atau pilihan untuk menggantikan tata nilai kehidupan bersama, jika kita

menginginkan kehidupan bersama yang lebih baik atau lebih maju20.

Adapun tujuan didirikannya pondok pesantren ini pada dasarnya terbagi

kepada dua hal,21 yaitu:

a) Tujuan Khusus

Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu

agama yang diajarkan oleh Kiai yang bersangkutan serta mengamalkannya

dalam masyarakat.

b) Tujuan Umum

Yakni membimbing anak didik (santri) untuk menjadi manusia yang

berkepribadian Islam yang sanggup menjadi muballigh Islam dengan ilmu

agamanya dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.

Melihat dari tujuan tersebut, jelas sekali bahwa pesantren merupakan

lembaga pendidikan Islam yang berusaha menciptakan kader-kader muballigh

yang diharapkan dapat meneruskan misinya dalam dakwah Islam, disamping itu

juga diharapkan bahwa mereka yang belajar di pesantren menguasai betul akan

ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan oleh para Kiai.

3. Nilai-nilai Pendidikan Pesantren

Sistem pendidikan pesantren didasari, digerakkan, dan diarahkan oleh nilai-

nilai kehidupan yang bersumber pada ajaran dasar Islam. Ajaran dasar ini

berkelindan dengan struktur kontekstual atau realitas sosial yang digumuli dalam

kehidupan keseharian. Hasil perpaduan dari keduanya inilah yang membentuk

pandangan hidup, dan pandangan hidup inilah yang menetapkan tujuan

pendidikan yang ingin dicapai dan pilihan cara yang akan ditempuh.

20

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem

Pendidikan Pesantren,(Jakarta: INIS, 1994) , 68. 21

Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam {Islam dan Umum} (Jakarta: Bumi Aksara, 1993) , 248.

Page 11: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

Muksin, Mencetak Sarjana Muslim|115

Oleh karena itu, pandangan hidup seseorang selalu berubah dan

berkembang sesuai dengan perubahan dan perkembangan realitas sosial yang

dihadapi.22

Mengenai nilai-nilai yang terdapat dalam sistem pendidikan pesantren

diperoleh gambaran sebagai berikut: seperti telah disebutkan bahwa antara unsur

dan nilai dalam suatu sistem pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisah-pisahkan satu dari yang lain, ibarat gula dan manisnya. Manisadalah nilai

dari gula. Ia merupakan sesuatu yang secara esensial harus ada. Tidak ada gula

yang tidak manis: jika manisitu tidak ada, maka gula pun tidak ada. Sebaliknya

unsuradalah wujud luar dari gula. Bentuk gula dapat berwujud: pasir, tepung,

kubus, bola dan sebagainya. Warna gula dapat berwujud: putih, coklat, merah, dan

sebagainya. Jadi, wujud lahiriah boleh berbeda-beda, namun sifat esensialnya harus

sama, yaitu manis. Meskipun demikian, tidak semua yang memilik rasa manis itu

disebut gula. Tetapi tidak ada gula yang tidak manis. Nilai dasar pesantren adalah

ajaran Islam, tidak ada pesantren yang tidak mendasarkan nilainya kepada ajaran

Islam, tetapi tidak semua lembaga yang mendasarkan diri pada ajaran Islam adalah

pesantren.23

Sesuai dengan elemen yang membentuk pandangan hidup tersebut, yaitu

ajaran agama, maka nilai yang mendasari pesantren dapat digolongkan menjadi

dua, yaitu nilai yang memiliki kebenaran mutlak, dan nilai yang memiliki

kebenaran relatif. Nilai dengan kebenaran mutlak memiliki supremasi di atas

kebenaran relatif, dalam arti kebenarannya tidak boleh bertentangan dengan

kebenaran mutlak, keduanya tidak bertentangan. Nilai-nilai yang mendasari sebuah

pesantren dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Pertama : Nilai-nilai agama

yang memiliki kebenaran mutlak, yang dalam hal ini bercorak fikih-sufistik, dan

berorientasi kepada kehidupan ukhrawi, kedua : Nilai-nilai agama yang memiliki

kebenaran relatif, bercorak empiris dan pragmatis untuk memecahkan berbagai

masalah kehidupan sehari-hari menurut hukum agama. Kelompok nilai pertama

22

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem

Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994) , 26. 23

Ibid., 39-40.

Page 12: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

116|Al-Ibroh|Vol. 1 No.2 Desember 2016

superior di atas kelompok nilai kedua, dan kelompok nilai kedua tidak boleh

bertentangan dengan kelompok nilai pertama.24

Dalam kaitan ini, Kiai menjaga nilai-nilai agama kelompok pertama, sedang

ustadz dan santri menjaga nilai-nilai agama kelompok kedua. Kiai sebagai

pemimpin utama dalam Pondok Pesantren dan juga tokoh yang punya kharisma

dalam masyarakat, tempat para santri dan anggota masyarakat berorientasi dalam

masalah-masalah keagamaan dan berbagai masalah kehidupan lainnya merupakan

pembawa pembaharuan dan perubahan dalam masyarakat.25

Pesantren dengan pola hidup bersama antara santri dengan Kiai dan masjid

sebagai pusat aktivitas, merupakan sistem pendidikan yang khas yang tidak ada

pada lembaga pendidikan manapun. Hal ini disebabkan oleh nilai-nilai yang

mendasari, menggerakkan, mengarahkan kehidupan pesantren. Keunikan sistem

pendidikan yang ditampilkan dalam pondok pesantren dibandingkan dengan

sistem yang diterapkan dalam pendidikan pada umumnya,26 seperti:

a. Memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh

dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua

arah antara santri dan Kiai.

b. Kehidupan di pesantren menampilkan semangat demokrasi karena

mereka praktis bekerja sama mengatasi problema nonkurikuler mereka.

c. Para santri tidak mengidap penyakit "simbolik" yaitu perolehan gelar dan

ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah,

sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya

ijazah tersebut. Hal ini karena tujuan utama mereka hanya ingin mencari

keridhaan Allah SWT. semata-mata.

d. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme,

persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri dan keberanian hidup.

e. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintahan,

sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.

24

Ibid., 40. 25

Abdur Rahman Saleh dkk, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, (Depag RI, 1983), 75-76. 26

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: (PT. RajaGrafindo Persada, 1996), 162.

Page 13: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

Muksin, Mencetak Sarjana Muslim|117

C. Pesantren Kampus

1. Pengertian Pesantren Kampus

Di tengah dinamika sistem kehidupan dunia yang mulai meninggalkan

nilai-nilai moral dan pranata sosial, tampak jelas geliat lembaga-lembaga

pendidikan Islam khususnya pesantren menyiapkan peserta didiknya menjadi

manusia yang tidak saja memiliki kompetensi keilmuan dan life skill yang memadai,

namun juga menjunjung tinggi aspek moral sebagai landasan berpijak. Pesantren

yang membina para mahasiswa adalah tempat dimana calon-calon pengemban

amanah negara tumbuh dan belajar membekali diri dengan menyeimbangkan

kebutuhan material dan spiritual untuk menyongsong hiruk pikuk masa depan.

Kekuatan mahasiswa berbasis pesantren tidak diragukan lagi sebagai bagian

integral dari kelompok agent of change diharapkan mampu memberikan kontribusi

bagi pencerahan masyarakat dengan memperhatikan aspek normatif. Apalagi

tantangan dalam menghadapi era globalisasi dan informasi ke depan jauh lebih

berat lagi. Sehingga kegagalan pendidikan pesantren dalam melahirkan

sumberdaya santri yang memiliki kecakapan dalam bidang ilmu-ilmu keislaman

dan penguasaan teknologi secara sinergis berimplikasi terhadap kemacetan potensi

pesantren kapasitasnya sebagai salah satu agents of social change dalam berpartisipasi

mendukung proses transformasi sosial bangsa.

Adapun pengertian pesantren kampus berbeda dengan pesantren

mahasiswa. Pesantren mahasiswa yaitu pesantren yang dibangun secara khusus

untuk menerima mahasiswa sebagai santrinya, dan bisa saja dari berbagai

perguruan tinggi yang ada. Sedangkan pengertian pesantren kampus, adalah

pesantren yang berada dalam naungan kampus tertentu dan tidak mengambil

santri dari berbagai perguruan tinggi yang lain.27

Dari definisi di atas, maka baru disebut sebagai pesantren kampus jika

pesantren tersebut berada di bawah naungan perguruan tinggi tertentu dan

santrinya tidak berasal dari berbagai perguruan tinggi lainnya.

27

S. Nur Aisyah, Pesantren Mahasiswa Pesantren Masa Depan, Dalam Enriyani (ed). Menggagas

Pesantren Masa Depan, 2003, 255.

Page 14: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

118|Al-Ibroh|Vol. 1 No.2 Desember 2016

Mahasiswa sebagai sub-sistem dari kehidupan kampus, memiliki aset yang

berharga demi kelangsungan nilai dan sistem dalam pendidikan kampus di masa

depan. Selain itu, mahasiswa adalah pilar penyanggah perjuangan generasi ke

generasi di mana peran sosialnya dalam sejarah selalu diuntut untuk ditempatkan

pada posisi terhormat dan berwibawa baik dari aspek spiritual, intelektual, dan

emosional.28

Saat ini, dilihat dari keberadaannnya, asrama mahasiswa di Indonesia

dapat diklasifikasikan menjadi tiga model. Pertama, asrama mahasiswa sebagai

tempat tinggal sebagian mahasiswa aktif dan berprestasi dengan indikasi nilai

Indeks Prestasi (IP) tinggi. Kegiatan yang ada di asrama model ini ialah kegiatan

yang diprogramkan oleh para penghuninya, sehingga melahirkan kesan terpisah

dari cita-cita perguruan tinggi. Kedua, asrama mahasiswa sebagai tempat tinggal

pengurus atau aktivis intra dan ekstra kampus. Kegiatan yang ada di asrama model

kedua ini banyak terkait dengan kegiatan rutinitas intra dan ekstra kampus tanpa

ada kontrol dari perguruan tinggi. Ketiga, asrama mahasiswa sebagai tempat

tinggal sebagian mahasiswa yang memang berkeinginan berdomisili di asrama

kampus, tanpa ada persyaratan tertentu. Oleh sebab itu, kegiatan yang ada di

asrama model ketiga inipun tidak terprogram secara baik dan terkadang kurang

mendukung terhadap visi dan misi perguruan tingginya.

Perguruan tinggi, entah itu universitas, institut, sekolah tinggi, maupun

yang berbentuk akademi; dalam sehari-hari cukup disebut kampus. Dengan sebutan

itu, terkesanlah bahwa perguruan tinggi itu merupakan suatu lingkungan yang

eksklusif, dengan penghuni yang eksklusif juga.

Dengan begitu maka kampus adalah merupakan komunitas atau

masyarakat atau masyarakat yang tersendiri disebut masyarakat akademik (academic

community). Jadi, kata akademik adalah kata kunci, jika siapa saja yang ingin

memahami tentang kampus itu. Semua fenomena-fenomena dan permasalahan

penting yang menyangkut kampus atau perguruan tinggi, semuanya harus

28

T. Hasan & A. Barizi, Membuka Jendela Pendidikan: Mengurai Tradisi dan Integrasi Keilmuan

Pendidikan Islam, (PT . Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2004), 107-108.

Page 15: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

Muksin, Mencetak Sarjana Muslim|119

dipulangkan kepada hakekat kampus sebagai lembaga akademik, dan bersuasana

akademik.29

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan

pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.

Penyelenggaraan lembaga pendidikan pesantren berbentuk asrama yang

merupakan komunitas tersendiri dibawah pimpinan Kiai atau ulama’ dibantu oleh

seorang atau beberapa orang ulama atau para ustadz yang hidup bersama ditengah

para santri dengan masjid atau surau sebagai pusat kegiatan peribadatan

keagamaan, gedung-gedung sekolah atau ruang-ruang belajar sebagai pusat

kegiatan belajar mengajar, serta pondok atau asrama sebagai tempat tinggal

santri.30

Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para

santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang

terbuat dari bambu. Disamping itu kata pondok berasal dari bahasa

Arabfundu>qun yang berarti Hotel atau Asrama31. Sedangkan menurut M.

Dawam Rahardjo, bahwa pondok pesantren adalah suatu lembaga keagamaan

yang mengajarkan, mengembangkan, dan menyebarkan ilmu agama Islam.

Menurut Zamakhsyari Dhofier, pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya

adalah tempat belajar para santri. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat

tinggal sederhana yang terbuat dari bambu32.

Disamping itu kata pondok mungkin juga berasal dari bahasa Arab

fundu>qun,yang berarti hotel atau asrama. pesantren sendiri menurut pengertian

dasarnya adalah tempat belajar santri.

Sementara itu, Jailani (dalam Dhofier) memberikan batasan pesantren

adalah gabungan dari berbagai kata pondok dan pesantren, istilah pesantren

diangkat dari kata santri yang berarti murid atau santri yang berarti huruf sebab

29

Fadjar & Effendi, Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan, (Malang, P3UMM), 5-6. 30

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem

Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), 6. 31

H. Abuddin Nata,Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan

Islam, Gradsindo, Jakarta: 2001, 89. 32

Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai. (Jakarta: LP3ES, 2009), 18.

Page 16: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

120|Al-Ibroh|Vol. 1 No.2 Desember 2016

dalam pesantren inilah mula-mula santri mengenal huruf, sedang istilah pondok

berasal dari kata fundu>qun, yang mempunyai arti rumah penginapan atau hotel.33

Akan tetapi pondok di Indonesia khususnya di pulau jawa lebih mirip dengan

pemondokan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang

dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri.

Dari beberapa definisi yang diberikan oleh beberapa para ahli di atas, dapat

diambil sebuah kesimpulan bahwa pada prinsipnya pondok pesantren adalah

lembaga pendidikan yang bernafaskan Islam yang di dalamnya mengandung

beberapa komponen, diantaranya Kiai sebagai pengasuh sekaligus berperan

sebagai pendidik, masjid sebagai sarana peribadatan, sekaligus berfungsi sebagai

tempat pendidikan para santri, dan pondok pesantren sebagai sarana atau tempat

tinggal santri belajar.

2. Dasar Pendidikan Pesantren Kampus

a. Dasar religius

وما كان المؤمنون لينفروا كآفة فلولا نفر من كل فرقة منهم طآئفة ليتفقهوا في الدين ولينذروا

قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم يحذرون

Artinya: "Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya"

QS. Al-Taubah ayat 122 merupakan salah satu ayat al-Qur’an yang dijadikan

dasar religius dalam sistem pendidikan pesantren kampus.

b. Dasar dari segi Yuridis

Dasar ini diambil dari peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

1. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bab IV pasal 24 ayat I dan II yang

berbunyi (I) Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu

pengetahuan, pada perguruan tinggi berlaku kebebasan akademik dan

33

Ibid., 51.

Page 17: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

Muksin, Mencetak Sarjana Muslim|121

kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan, (II) Perguruan

tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai

pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan

pengabdian kepada masyarakat. (Hal 16).

2. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bab VI pasal 30 ayat II, III, IV yang

berbunyi (II) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta

didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan

nilai-nilai ajaran agamanya dan/ atau menjadi ahli ilmu agama (III)

Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan

formal, non formal, dan informal (IV) Pendidikan keagamaan berbentuk

ajaran diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera dan bentuk lain

yang sejenis.

Terkait dengan dasar dari segi yuridis atau hukum, maka pendirian

sebuah lembaga pendidikan pesantren kampus juga berdasarkan pada

Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional bab VI pasal 30 dan pasal 24.

c. Mencetak Sarjana Muslim Kaffah Melalui Mahasiswa Program Intensif

Salah satu tujaun dari perguruan tinggi Islam adalah mencetak para

sarjana yang benar-benar faham terhadap ajaran agamanya (sarjana muslim)

serta profesional dalam menjalankan tugas-tugas pendidikan dan pengabdian

kepada masyarakat.

Untuk mencetak sarjana muslim kaffah (yang memahami secara utuh

tugas-tugas dan agamanya) tersebut, sebuah lembaga khususnya perguruan

tinggi diharapkan menyelenggarakan sistem perguruan tinggi yang dapat

menggembleng para santri selama 24 jam dengan kegiatan yang mengandung

nilai-nilai pendidikan Islam. Mengapa 24 jam? Kaarena para mahasiswa yang

nyambi nyantri tersebut dididik mulai sejak bangun tidur sampai kembali tidur

di lingkungan pesantren dengan nilai-nilai keislaman. Maka wajar jika

dikatakan pendidikan pesantren kampus adalah pendidikan yang cocok untuk

Page 18: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

122|Al-Ibroh|Vol. 1 No.2 Desember 2016

menggembleng para mahasiswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan

harapan masyarakat.

Adanya persaingan yang semakin mengganas di era globalisasi ini juga

menuntut para mahasiswa perguruan tinggi Islam untuk bersaing dengan

perguruan tinggi lain. Oleh karenanya, para mahasiswa, terutama yang berasal

dari daerah Bali, Sulawesi, NTB, dan Kalimantan yang notabene kajian

keislamannya belum merata, tak akan cukup jika hanya dibekali ilmu setingkat

Aliyah atau SMA.

Satu hal yang menarik dari program intensif ini, yaitu para mahasiswa

mendapat bimbingan secara terus menerus dengan menanamkan nilai-nilai

luhur Islam dan sunnah murni pondok pesantren ke dalam jiwanya. Sekaligus

menciptakan komunitas ilmiah yang berwawasan luas di kalangan santri-

mahasiswa. Tak berlebihan jika berharap pada kelas intensif ini. Tunas-tunas

bangsa itu ditempa. Agar mereka kelak menjadi Muslim yang kaffah serta

sarjana yang bertanggung jawab, yang benar-benar memahami akan pesan

agamanya serta memberikan pencerahan kepada masyarakat. Dengan

demikian, mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin dan pejuang militan

yang mampu memandu masyarakatnya dengan ilmu yang dimilikinya serta

wawasan akan kekinian.

d. Mahasiswa Program Intensif sebagai Program Unggulan

Mahasiswa program Intensif adalah mahasiswa yang datang dari

berbagai pelosok nusantara dan memiliki keinginan kuat untuk menjadi santri

(menyantri) tetapi tidak meninggalkan kegiatan perkuliahan secara formal

seperti perguruan tinggi formal lainnya34. Mereka dididik dan dibina selama 24

jam dengan didampingi para dosen handal dan memiliki kredibilitas dan

kemampuan yang patut diperhitungkan dibidangnya. Hal ini menjadikan

asumsi dasar bahwa Perguruan Tinggi berbasis Pesantren Kampus memiliki

peran penting bagi penentuan kemajuan bangsa, negara dan utamanya agama.

Karenanya mahasiswa Perguruan Tinggi berbasis Pesantren Kampus program

34

Disampaikan oleh rektor IDIA Prenduan, KH. Maktum Jauhari, MA, dalam profil Pesantren

Perguruan Tinggi IDIA Prenduan tahun 2008.

Page 19: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

Muksin, Mencetak Sarjana Muslim|123

Intensif dapat dijadikan sebagai produk unggulan representatif dan kondusif

guna mewujudkan cita-cita mulia yaitu mencetak alumni yang berpengetahuan

luas, beriman sempurna dan beramal sejati serta profesional.

Berpengetahuan luas, karena mahasiswa Perguruan Tinggi berbasis

Pesantren Kampus dalam kegiatan akademisnya mereka tidak kurang porsi

suplai ilmu pengetahuan dan teknologi. Beriman sempurna karena agama

adalah pedoman hidup yang abadi. Lebih dari itu agama fungsinya adalah

sebagai pengendali umat untuk menentukan sikap dan perbuatan sekaligus

perbuatan dan tindakan itu menjadi menjadi tanggung jawab besar untuk

diperhitungkan dihadapan manusia dan Tuhannya. Beramal sejati karena

lingkungan pesantren yang menuntut mereka untuk mengamalkan ilmu dan

teori-teori ditengah komunitas masyarakat kecil yang indah damai untuk

kemudian menerapkan di tengah masyarakat luas. Sehingga gerak kehidupan

dan ritme pengamalan selalu dibarengi dengan proses penghambaan diri pada

Yang Maha Kuasa.

Eksistensi program Intensif ini juga diproyeksikan untuk menjadikan

mahasiswa berkepribadian mandiri dalam segala bidang, maka seluruh

kegiatan yang menyangkut perkembangan intelektual dikelola berdasarkan

inisiatif mahasiswa sendiri. Karenanya tidak heran jika dalam usia sangat dini

mereka sudah terbiasa dengan kerja-kerja intelektual dan skill yang dimilikinya

pun dapat dipertanggungjawabkan.

Perguruan Tinggi berbasis Pesantren Kampus dengan sistem

pesantrennya berusaha sekuat tenaga mengembalikan citra moralitas bangsa

yang buruk menjadi beradap dan berkepribadian luhur, negara Indonesia

harus kembali pada posisinya sebagai negara terhormat dimata dunia35, sebab

dengan menjunjung nilai-nilai moralitas yang tinggi suatu bangsa menjadi

besar di dunia Internasional. Dan mahasiswa Perguruan Tinggi berbasis

Pesantren Kampus program Intensif dengan pola pendidikan full day selama

24 jam penuh dididik dan dibina untuk menjadi sarjana-sarjana muslim

handal dalam segala bidang, calon mundirul qaum dan intelektual muslim sejati

35

KH. Moh. Fikri Husein, MA, Peranan Perguruan Tinggi Pesantren, dalam jurnal tahunan

WARKAT edisi Syawal 1429-Sya’ban 1430/2009-2010, Sumenep: AL-AMIENprinting, 125.

Page 20: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

124|Al-Ibroh|Vol. 1 No.2 Desember 2016

masa depan, yang di dalamnya terdapat lembaga penelitian bertaraf

internasional yang mampu mengembangkan dan melakukan perbaikan-

perbaikan atas pemikiran dan konsep-konsep lama yang dianggap tidak sesuai

dengan perkembangan zaman. Kemudian selain itu semua mahasiswa

Perguruan Tinggi berbasis Pesantren Kampus Program Intensif menjadi

pusat lembaga pengabdian pada masyarakat yang memiliki ketrampilan dalam

menempuh konsep-konsep pembangunan yang diperlukan masyarakat dan

dunia Islam dimasa-masa yang akan datang.

D. Kesimpulan

1. Untuk menjawab tantangan globalisasi pada sektor pendidikan, khususnya

pada pendidikan perguruan tinggi, dibutuhkan terobosan dan inovasi baru

untuk menjawab tantangan tersebut dan menghapus stigma negatif tentang

pendidikan perguruan tinggi di masyarakat.

2. Pendidikan Perguruan Tinggi berbasis Pesantren atau yang dikenal dengan

istilah Pesantren Kampus adalah salah satu terobosan yang sangat solutif

untuk menjawab tantangan global. Lewat pendidikan pesantren kampus ini

akan lahir tidak hanya sarjana-sarjana yang profesional, akan tetapi juga

sarjana-sarjana muslim kaffah, yaitu sarjana yang bertanggung jawab, yang

benar-benar memahami akan pesan agamanya serta memberikan pencerahan

kepada masyarakat.

3. Untuk mencetak sarjana muslim kaffah yang dimaksud, maka dibutuhkan

keseriusan dan perhatian yang lebih dari para penyelenggara pendidikan

perguruan tinggi dalam mendidik para mahasiswanya dengan kegiatan

kemahasiswaan dan kepesantrenan secara integal dan simultan. Seluruh

kegiatan tersebut dikemas dalam sebuah program yang disebut mahasiswa

program Intensif.

4. Mahasiswa program intensif adalah mahasiswa perguruan tinggi yang

menuntut ilmu pada sebuah perguruan tinggi yang berbasis pesantren

(pesantren kampus) yang diasramakan dan digembleng secara terus menerus

dengan nilai-nilai keislaman dan kepesantrenan. Sehingga nantinya para

mahasiswa ini akan mendapat sebutan Mahasantri, bukan hanya mahasiswa.

Page 21: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

Muksin, Mencetak Sarjana Muslim|125

Page 22: MENCETAK SARJANA MUSLIM KAFFAH LEWAT PENDIDIKAN …

126|Al-Ibroh|Vol. 1 No.2 Desember 2016

E. Daftar Pustaka

A. Barizi, &Hasan.Membuka Jendela Pendidikan: Mengurai Tradisi dan Integrasi Keilmuan

Pendidikan Islam, P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2004.

Aisyah, S. Nur.Pesantren Mahasiswa Pesantren Masa Depan, Dalam Enriyani (ed). Menggagas Pesantren Masa Depan, 2003.

Azra,Azyumardi. Pendidikan Islam.Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Jakarta: Logos, 2000.

Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta: Ditjen Binbaga Islam, 2003.

Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES

Djauhari, M.Tidjani.Masa Depan Pesantren Agenda yang Belum Terselesaikan, Jakarta: Taj. Publishing, 2008.

Fadjar &Effendi, Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan, Malang, P3UMM.

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Madjid,Nurcholis.Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina.

Maksum,H. Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999.

Mas’ud, Abdurrahman.Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan Tradisi, Yogyakarta: LkiS, 2004.

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai S i s t e m P e n d i d i k a n P e s a n t r e n , J a k a r t a : I N I S , 1 9 9 4 .

Mulyana, Dedy.Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.

Nata, H. Abuddin. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam, Gradsindo, Jakarta: 2001.

Rahim, Husni.Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos Raharjo, 2001.

Saleh, Abdur Rahman. dkk, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, Depag RI, 1983.

Tafsir, A. dkk, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Mimbar Pustaka, 2004.s