mencari identitas komik indonesia - opaclib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-mk-alinda...

28
Mencari Identitas Komik Indonesia (Studi Komik Independen/ Fotokopi di Indonesia) Makalah Non-Seminar Dibuat oleh: Alinda Rimaya 1006710306 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2014 Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Upload: lekhanh

Post on 24-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Mencari Identitas Komik Indonesia

(Studi Komik Independen/ Fotokopi di Indonesia)

Makalah Non-Seminar

Dibuat oleh:

Alinda Rimaya

1006710306

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

2014

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 2: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 3: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 4: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 5: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 6: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Mencari Identitas Komik Indonesia (Studi Komik Independen/ Fotokopi di Indonesia)

Alinda Rimaya, Ade Armando

Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. Komik memiliki prospek yang baik dalam

perkembangan media moderen. Akhir tahun 1980-an hingga 1990-an, industri komik Indonesia mengalami

keruntuhan. Komikus di Indonesia mencoba bangkit, salah satunya dengan kemunculan komik independen.

Banyak komikus yang akhinya mendistribusikan karya mereka melalui festival-festival, hingga mencetak hasil

karya mereka dengan mengandalkan mesin fotokopi. Muncul istilah “copyleft”. Kemunculan komik fotokopi

menjadi salah satu fase penting dalam perkembangan komik Indonesia. Segala keunikan komik Indonesia ini

membuat komik banyak menyimpan banyak sekali potensial dalam dunia visual. Paper ini berfokus dalam upaya

menunjukkan adanya peluang yang besar komik independen atau fotokopi menjadi produk budaya yang

menunjukkan identitas komik Indonesia. Metode yang digunakan untuk menyusun paper ini adalah tinjauan

literatur dari berbagai macam sumber seperti buku, jurnal dan beberapa sumber dokumen lain yang terkait, yang

nantinya akan membantu menjawab permasalahan mengenai pencarian identitas komik Indonesia.

Looking for Identity of Indonesian Comics

(Study of Independent Comics / Copying in Indonesia)

Abstract

Comic have become part of the blend in the history of Indonesia. The comic has good prospects in the

development of the modern media. In the end of the 1980s to the 1990s, Indonesia experienced a collapse of the

comic industry. Anthologies in Indonesia try to rise, one of them with the appearance of independent comic.

Many of them distribute their works through festivals, print the results of their work by relying on copiers.

Appears the term “copyleft”. The emergence of comic photocopied became one of the crucial phases in the

development of Indonesia's comic. The uniqueness of this make Indonesia comic save a lot of potential in the

visual world. This Paper focuses on the effort to shows that there is a large opportunity independent comic or

photocopying became a cultural product that shows the comic identity of Indonesia. The methods used for

compiling this paper is a review of literature from a variety of sources such as books, journals and some other

related document source, which later would help answer concerns about Indonesia's comic identity.

Keyword : comic; copyleft; Indonesia; photocopied; rise

1

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 7: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Pendahuluan

Paper ini mencoba mengungkapkan budaya komik fotokopi, terkait dengan industri

komiknya dan usaha mencari kebenaran mengenai identitas komik Indonesia, dengan studi

literatur yang didapatkan penulis yaitu beberapa buku berkaitan dan komik independen

Indonesia.

Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. Komik memiliki

prospek yang baik dalam perkembangan media moderen Sebelum bahasa tulisan ditemukan,

gambar-gambar yang bersifat sekuensial telah dimanfaatkan sebagai media pendidikan dan

transfer tradisi oleh para tetua kepada generasi berikutnya. Penggunaan grafis sebelum tulisan,

yang mungkin sekedar nilai tanda atau untuk memenuhi kepuasaan estetis, merupakan

pengganti kata-kata dan pengisahan lisan. Batu paling sering digunakan sebagai salah satu alat

untuk menulis atau membuat gambar.

Di Ruang Tunggu, Komik Asyik Sendiri, Catatan Kuratorial Eksposisi Komik DI: Y

(Daerah Istimewa: Yourself), Hikmat Darmawan mengungkapkan: ”komik mengandung diam

dan gerak; ia dibaca, sekaligus dilihat; ia (lazimnya) mewujud sebagai buku, tapi dicerca

sebagai bacaan rendahan. Sebagai medium visual, komik mengandung seni rupa. Namun

sifat sekuensial komik1 membuatnya lebih sering dipadankan dengan film. Sifat sekuensial

komik juga membuatnya sangat cocok untuk penerapan plot dan narasi, sehingga sering pula

komik dipadankan dengan medium cerita seperti sastra”. Will Eisner, dalam bukunya

Graphic Strorytelling pada tahun 1996, mendefiniskan komik sebagai “tatanan gambar dan

balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik.” Pada tahun sebelumnya 1986, dalam

buku lainnya Comic and Sequential Art, Eisner mendefinisikan teknis dan struktur komik

sebagai sequential art “susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau

mendramatisir suatu ide. Dalam buku Understanding Comic tahun 1993, Scott McCloud

memberikan definisi komik, “juxtaposed pictorial and other images in deliberate sequence,

intended to convey information and/or to produce an aesthetic response in the viewer”. Lagi-

lagi menekankan bahwa komik adalah sebuah gambar yang sekuensial.

1 Menurut Will Eisner, dalam Comics and Sequential Art (1985), komik bisa berlaku sebagai seni sekuensial. Banyak pengamat, termasuk Scott McCloud dalam Understanding Comics (1995), mengidentikkan komik adalah seni sekuensial –lalu McCloud mengelaborasinya menjadi definisi komiknya yang terkenal, yakni “juxtaposed pictorial or other image in deliberate sequences, intended to convey information and/or to produce an aesthetic response in a viewer.”

2

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 8: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Komik menjadi salah satu media komunikasi yang identik dengan gambar. Dengan

kemampuannya menyampaikan informasi secara efektif dan efisien melalui caranya sendiri,

komik juga memberikan kesempatan berekpresi secara verbal dan visual, yang tetap berada

dalam batas-batas komunikasi (Lubis, 2009). Komik merupakan alat komunikasi massa yang

menggabungkan khayalan dan pandangan tentang kehidupan nyata yang dianggap sesuai

dengan masyarakat luas. Komik juga sangat erat hubungannya dengan budaya suatu bangsa

(Bonneff, 2008).

Pada tahun 1980-an pembaca komik Indonesia berubah. Sejak boom minyak tahun

1974, tingkat kemakmuran masyakat Indonesia meningkat pesat. Akhir tahun 1970-an dan

awal 1980-an, daya konsumi para remaja dan pemuda kita meningkat. Mereka (atau orang

tuanya) mampu mengeluarkan biaya yang besar untuk dapat membeli komik-komik bermutu

tinggi mayoritas buatan luar negeri yang beredar di toko-toko buku modern. Secara drastis

minat akan komik lokal dan terjemahan pun menurun. Modal yang kuat dan organisasi

penerbitan yang lebih baik daripada industri ‘rumahan’, penetrasi pasarnya jelas lebih kuat

dibanding komik-komik lokal yang diterbitkan dengan modal pas-pasan. Pasar juga tidak lagi

mengandalkan peminjaman buku dengan murah, mereka para konsumen merasa mampu dan

ingin memiliki, sehingga keuntungan taman-taman bacaan pun surut.

Tahun 1990-an, suasana memanas karena banyak kerusuhan dan semakin kerasnya

pergesekan politik nasional.Tahun 1994, majalah Tempo, Editor, dan tabloid Detik dibredel.

Lalu terbentuklah AJI (Aliansi Jurnalis Independen) yang menjadi salah satu titik oposisi

penting pada rezim Soeharto yang hampir tak terlawan itu. Sementara itu, gerakan kiri pun

menguat. Penyair Wiji Tukul memopulerkan kalimat “Hanya ada satu kata: lawan!” (semakin

populer, ketika sang penyair yang pernah disiksa dalam tahanan politik rezim Soeharto

menjadi “Orang Hilang”, diduga diculik dan dibunuh entah siapa). Protes Kedung Ombo.

Penculikan dukun santet oleh para “ninja” yang agak berbau politis. Di sinilah bermunculan

bibit komik-komik independen (underground) di Yogyakarta, Bandung dan Jakarta yang

berusaha untuk menyuarakan protes mereka. Mereka kemudian menempuh jalur

underground.2

2 Kata ‘underground’ didapat dari keberadaan sekelompok seniman di Perancis sekitar tahun 1920-an yang berkutat di bidang seni rupa. Mereka mengadakan pamerannya di dalam subway dan basement terletak di bawah tanah. Mereka melakukan hal ini karena mereka menganggap bahwa hasil karya mereka itu aneh dan tidak sesuai dengan pakem yang berlaku. Mereka menuju orang-orang tertentu dan beridelisme tinggi yang menghadiri pameran mereka.

3

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 9: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Sejak tahun 1960-an di Amerika Serikat, telah berlangsung gerakan ini yang kemudian

berkembang di Eropa sejak pertengahan tahun 1970-an. Imbasnya pun terasa hingga ke

Indonesia. Komik yang dibuat oleh para seniman dan diperbanyak dengan cara fotokopi ,

biasa disebut komik fotokopian dan disebar luaskan dari tangan ke tangan (hand to hand)

menyesuaikan dengan permintaan pasar. Konvensional memang, namun berjalan dengan

efektif dan efisien. Meskipun memang keuntungannya yang diperoleh tidak begitu besar,

namun dengan cara seperti ini para komikus Indonesia bisa mengukuhkan eksistensinya

secara perlahan dan semakin mematangkan gaya mereka dalam mencari wajah identitas

komik Indonesia.

Sejak tahun 1998 hingga awal 2000-an, komik independen atau fotokopi

popularitasnya memuncak terutama antara tahun 2000 hingga 2003. Terbitan komik

independen atau fotokopi begitu melimpah. Ironisnya, pada masa ini pula, terjadi penguatan

gaya komik mainstream aliran manga. Dengan begitu maraknya produksi mangaka lokal yang

banyak menggeruskan identitas nasional komik Indonesia atau lokal. Keadaan ini semakin

kontras dengan adanya gejala penurunan produksi komik independen atau fotokopi hingga

saat ini. Dengan latar belakang tersebut penulis berusaha memaparkan bahwa ada peluang

besar komik fotokopi dapat menjadi bentuk komik dengan identitas sebagai komik Indonesia.

Tinjauan Literatur

Sudah banyak pembahasan mengenai komik Indonesia, baik itu mengenai topik

persoalan identitas komik Indonesia, maupun kemunculan komik independen atau fotokopi

sebagai produk kebangkitan komik Indonesia yang dihasilkan oleh para seniman dan komikus

Indonesia. Persoalan bagaimana sebenarnya identitas komik Indonesia masih sering menjadi

pembahasan.

Marcel Bonneff dalam bukunya ‘Komik Indonesia’ (1998) mengatakan bahwa

“gambar merupakan cara yang ampuh untuk menyampaikan berbagai gagasan kepada anak-

anak dan publik buta huruf, terutama dalam bidang informasi, pendidikan dan periklanan.

Tanpa gambar mungkin publik sulit memberi reaksi terhadap gagasan tersebut. Di Indonesia,

dalam kampanye politik atau propaganda, tidak jarang menggunakan komik untuk menarik

perhatian rakyat akan suatu isu atau kebijakan pemerintah”.

4

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 10: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Dalam tulisannya, Arswendo Atmowiloto3 mengungkapkan bahwa komik dapat

memberikan sumbangan pada proses pertumbuhan kebudayaan nasional. Ia mengungkapkan

bahwa, “komik sebagai media ekspresi pribadi sekaligus terlibat dalam apa yang disebut

kebudayaan nasional. Mereka (komikus-komikus) adalah dinamikator-dinamikato yangkalau

dilihat dari sejarah dan hasilnya, komik mampu menampung masalah sosial, politik, agama,

sejarah, perjuangan, penerangan dan aspek-aspek lain dalam kebudayaan”.

Hikmat Darmawan, kritikus dan pemerhati komik, dalam bukunya ‘Dari Gatotkaca

Hingga Batman’ (2005) berpendapat bahwa sebaiknya isu identitas ditinjau dari dua sudut

pandang yaitu: “identitas sang komikus, sebagai proses penemuan jati diri dan ciri khas yang

berpengaruh terhadap karya-karyanya; dan identitas media suatu negara, yang sifatnya

multidimensional dan tidak bisa dikaji secara sepintas hanya dari unsur visual saja”.

Kemudian pada tulisannya ‘Di Ruang Tunggu, Komik Asyik Sendiri. Catatan Kuratorial

Eksposisi Komik DI: Y (Daerah Istimewa: Yourself)’, Hikmat Darmawan menyinggung

bagaimana pada tahun 1998, “bibit-bibit komik DIY (Do It Yourself) bertemu di Pekan Komik

& Animasi Nasional I, di galeri nasional Gambir. Pada titik ini, komik-komk DIY lebur ke

dalam keanekaragaman gaya yang mengagetkan: manga, superhero Amerika, avant garde,

BD Eropa dan sebagainya. PKAN I menandai pengukuhan etos DIY sebagai identitas

komikus Indonesia generasi ketiga”.4

Dalam tulisannya Degina Juvita, berjudul Melirik Sejarah dan Industri Komik

Indonesia, ia mengutip pernyataan Hikmat Darmawan yaitu “pada 1955, era R.A. Kosasih

dalam bukunya berjudul "Sri Asih", diprotes karena dianggap ke Amerika-an”. Kemudian

Kosasih membuat komik wayang yang memiliki unsur cerita rakyat, budaya, dan metodologi

yang dicocokkan dengan kondisi Indonesia. Komik dibuat melalui riset pada kitab-kitab, dan

diolah sesuai dengan bahasa komik”.

Imansyah Lubis dalam tulisnnya Komik Fotokopi Indonesia 1998-2001 (2009)

menyatakan dengan melihat dari sudut pandang ruang lingkup sosiologi, bahwa “persoalan

identitas menjadi penting karena adanya kecemderungan untuk membandungkan produk

dalam negeri (dalam hal ini komik) dengan produk luar, adanya keinginan untuk memiliki

3 Arswendo Atmowiloto, “Komik dan Kebudayaan Nasional”, dari Majalah Analisis Kebudayaan, Jakata, 1982, hal 109.

4 Dalam tulisan yang sama Hikmat Darmawan mengungkapkan secara kasar generasi pertama komikus Indonesia adalah generasi Kho Wang Gie (Put On) dan R.A. Kosasih, dkk., yang berjaya pada 1950-60-an. Generasi kedua dimulai oleh terbitnya Si Buta Dari Goa Hantu (1968) karya Ganes TH., dan majalah Eres pada 1970. Generasi ini berjaya sepanjang 1970-an hingga awal 1980-an

5

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 11: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

komik Indonesia dengan karakter yang ‘berbeda’ yang mampu untuk dibanggakan, dan

adanya kemudahan untuk membandingkan komik Indonesia dengan komik yang saat ini

menjadi jenis yang mainstream atau yang sedang menjadi trend”.

Alvanov Zplanzani, Hafiz Ahmad, dan Beny Maulana dalam bukunya ‘Histeria!

Komikita: Membedah Komikita Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan’ (2006)

mendefinisikan komik Indonesia sebagai “komik buatan orang Indonesia, yang diterbitkan

juga di Indonesia. Identitas bukanlah sesuatu yang sengaja dicari tetapi adalah sesuatu yang

didapatkan”. Kemudian seperti kata Machiko Maeyama, salah seorang mangaka yang

tinggal di Indonesia, yang juga dikutip dalam buku Histeria! Komikita: Membedah Komikita

Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan, bahwa “diharapkan akan terbentuk identitas komik

Indonesia: komik yang hanya bisa dihasilkan oleh orang Indonesia sendiri”.

Dalam tulisannya berjudul ‘Komik Indonesia Itu Maju: Tantangan Komikus

Underground Indonesia’ (2002), Tito Amanda memaparkan mengenai pendapat Athonk

pembuat komik kelas dunia asal Indonesia, yaitu “komik adalah media yang paling ideal.

Pilihan media yang lain yang saya pilih yaitu poster juga dibuat dalam panel kecil-kecil dan

memuat banyak tulisan. Media komik bagi saya memberikan kesempatan untuk

menyampaikan pesan secara lebih verbal. Gambar-gambar tanpa tulisan belumlah lengkap.

Kebutuhan menverbalkan pesan saya lakukan sebagai usaha untuk mendekatkan karya saya

dengan pembaca yang melihatnya. Penyebaran komik yang saya lakukan secara cuma-cuma,

serta memasang poster di papan pengumuman, di luar gedung pameran dan di pinggir jalan,

merupakan bagian dari usaha untuk mendekatkan karya saya dengan masyarakat”.

Metodologi Penelitian

Penulisan ini menggunakan metode yaitu kajian kepustakaan atau studi literatur.

Penulis melakukan analisis isi dari bahan bacaan seperti buku, jurnal penelitian, artikel online,

dan lain sebagainya. Kajian kepustakaan atau studi literatur berasal dari 2 sumber utama yaitu

dokumen asli Komik & Infrastrukturnya, serta Di Ruang Tunggu, Komik Asyik Sendiri.

Catatan Kuratorial Eksposisi Komik karya Hikmat Darmawan. Kajian kepustakaan atau studi

literatur lain yang digunakan adalah jurnal ilmiah yang fokusnya membahas masalah tentang

komik independen atau fotokopi di Indonesia dan komik itu sendiri. Jurnal yang digunakan

diantaranya Komik Indonesia Itu Maju: Tantangan Komikus Underground Indonesia (2002),

Komik Fotokopian Indonesia 1998-2001 (2009), Pemetaan Komik Indonesia Periode Tahun

6

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 12: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

1995-2008 (2012), Languange and Power, Exploring Political Cultures in Indonesia (1990),

Hilangnya Identitas Kultural Dalam Perkembangan Komik Lokal Indonesia. Kemudian

beberapa buku seperti Dari Gatotkaca Hingga Batman (2005), Histeria! Komikita:

Membedah Komikita Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan (2006), dan Komik Indonesia

(1998) agar dapat memperkaya kelengkapan data dalam paper ini. Kajian kepustakaan atau

studi literatur ini merupakan sarana untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data atau

informasi dengan membaca keseluruhan data dalam bahan yang telah di dapatkan. Data

tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang memaknainya.

Analisis dan Pembahasan

1.

Sejarah dari komik indonesia adalah sejarah perjuangan dari komik itu sendiri.

Kelahiran komik Indonesia dimulai beberapa dekade sebelum kemerdekaan dari Kolonialisasi

Belanda, jauh sebelum negara Indonesia ada dalam peta dunia. Secara historis, komik di

Indonesia diyakini telah muncul sejak adanya relief pada candi-candi di pulau Jawa dan

banyak dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu dan Islam. Candi Borobudur mengandung

sebelas seri bas-relief, yang mencakup sekitar 1460 adegan. Relief-relief ini memang sesuai

dengan definisi komik yaitu gambar-gambar dan bentukan-bentukan berderet dalam urutan

yang disengaja, dimaksudkan untuk memberi informasi dan/atau menghasilkan respon estetis

bagi pembacanya (Scott McCloud, 1993)5.

Namun, komik Indonesia modern belum benar-benar muncul hingga saat masa

kemerdekaan. Sebelum masa itu, masyarakat Indonesia terbiasa dengan komik dalam bentuk

strip, karkatur koran dan poster propaganda di masa penjajahan Belanda dan Jepang. Harian-

harian di masa itu memuat berbagai macam komik strip impor terjemahan dari Eropa dan

Amerika Serikat. Media massa adalah sarana penyebarluasan yang ampuh, contohnya yang

terjadi di Amerika Serikat. Buku komik terjemahan juga membanjiri pasaran. Pengaruh komik

strip itu begitu besar dan akhirnya mempengaruhi karya komik lokal. Tidak heran jika cara

bertutur dan gaya grafis dalam tradisi komik Indonesia banyak dipengaruhi komik barat

(Berman, 1998). Dalam Imagined Communities (1990), Ben Anderson menggambarkan

5 “Juxtaposed pictorial or other image in deliberate sequences, intended to convey information and/or to produce an aesthetic response in a viewer” (1993:9).

7

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 13: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

bagaimana komik menjadi sarana orang mengungkapkan alam pikiran dan cara rakyat

mengungkapkan komunikasi politik mengenai bagaimana penguasa mereka dalam simbol-

simbol. Dari sisi industri, komik Indonesia telah melewati tiga generasi, yaitu 1930-an, 1940-

1950-an, dan 1960-1970-an.

Kho Wan Gie6, seorang Tionghoa, menciptakan komik dalam bentuk komik strip

yang terbit secara rutin di surat kabar Sin Po. Awal terbitnya pada tanggal 2 Agustus 1930.

Ketika itu, Kho Wan gie menggunakan nama Sopoiku, memulai debutnya dengan

menceritakan tentang sosok lelaki gemuk bermata sipit, bernama Put On7 yang merupakan

seorang Indonesia keturunan Tionghoa, yang suka melindungi rakyat kecil. Menurut Bonneff,

dalam bukunya berjudul “Komik Indonesia” menempatkan titik awal sejarah pertumbuhan

komik di Indonesia adalah pada awal Perang Dunia Pertama, yaitu dengan dipublikasikannya

cerita bergambar bercorak realistis di harian Ratoe Timoer, di Solo, pada tahun 1939 oleh

Nasroen A. S berjudul “Mentjari Poetri Hidjaoe”.

Tahun 1953-1956 komik Indonesia diwarnai oleh cerita-cerita superhero yang

kemunculannya diilhami oleh komik Amerika seperti Superman, Tarzan, dan Flash Gordon.

Misalnya saja Sri Asih karya RA Kosasih dan Jakawana karya Adisoma. Setelah itu, komik

mulai dianggap tidak mendidik karena tingginya aksi kekerasan dan adegan buka-bukaan.

Pada tahun 1955 dilakukan pembakaran komik secara massal oleh pemerintah. Razia banyak

dilakukan, termasuk di taman-taman bacaan. Saat itu komik-komik itu dinilai tidak bagus

karena terlalu menganggap mengadaptasi budaya Barat. Hikmat Darmawan, peneliti dan

kritikus komik mengungkapkan, “Pada 1955, era R.A. Kosasih dalam bukunya berjudul "Sri

Asih", diprotes karena dianggap ke Amerika-an”. Kemudian Kosasih membuat komik wayang

yang memiliki unsur cerita rakyat, budaya, dan metodologi yang dicocokkan dengan kondisi

Indonesia.

Tahun 1956-1963 menjamurlah komik-komik itu. RA Kosasih dengan karya-karya

wayang seperti Ramayana dan Mahabharata mengalami masa jayanya. Memasuki tahun 1960-

an, minat membaca komik wayang menurun. Ini menjadi peluang bagi komik Medan, yang

waktu itu lebih mengambil cerita rakyat dan cerita aktual, untuk muncul. Taguan Hardjo

6 Salah satu tokoh pembuat komik legendaris pada waktu 1930-1960an. Komikus generasi pertama di Indonesia yanga karyanya mulai diterbitkan tahun 1929. Lahir di Indramayu tahun 1908, wafat tahun 1893. Karya awalnya, strip komik berjudul “Put On”, komik pertama dan pelopor komik humor di Indonesia.

7 Komik ini terus terbit selama 30 tahun sejak pertama kali. Sempat terhenti di masa pendudukan Jepang dari tahun 1942-1946. Terakhir terbit dalam media majalah Panjtawarna dan harian Warta Bhakti. Sejak peristiwa G30S PKI, kedua media ini berhenti terbit begitu juga Put On.

8

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 14: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

adalah salah satu dari beberapa komikus yang berhasil membuat karya-karya yang canggih

pada waktu itu. Sebut saja Hikayat Musang Berjanggut, Kapten Yani dan Perompak Lautan

Hindia, serta Keulana. Tahun 1963-1965 komik Indonesia banyak membawa pesan-pesan

propaganda politik Orde Lama. Isinya banyak mengenai perjuangan melawan

neokolonialisme, pemberontakan, dan ideologi. Akhir tahun 1965, ketika keadaan negara

lebih stabil, komik yang populer bukan lagi komik politik, tetapi roman remaja yang

menyorot kehidupan metropolitan remaja saat itu. Jan Mintaraga, Sim, dan Zaldy adalah tiga

dari sekian banyak komikus yang membuat komik roman remaja. Namun, karena sebagian

besar adalah adegan percintaan, komik ini sempat mengalami razia polisi tahun 1967 sehingga

popularitasnya menurun.

Tahun 1968-1980 usai tema percintaan muncul komik superhero gelombang kedua

dengan genre komik petualangan pendekar-pendekar ahli silat. Ganes TH mempelopori

popularitas komik jenis ini. Serial Si Buta dari Gua Hantu, Siluman Srigala Putih, Tuan Tanah

Kedawung, Si Djampang. Djair dengan tokoh Jaka Sembung, Hans Jaladara dengan Panji

Tengkorak. Komik Amerika juga terlihat lagi pengaruhnya. Misalnya, Laba-laba Merah karya

Kusbramiaya yang diinspirasi oleh Spiderman, Godam karya Wid NS dan Gundala karya

Hasmi. Namun, pada tahun 1980-an komik Indonesia mengalami masa surut akibat serbuan

komik asing, yaitu manga dan anime dari Jepang.

Di akhir tahun 1990-an, bersama mulai memudarnya masa kejayaan karya sastra

populer, komik asing mulai menyerbu dan menggusur komik Indonesia. Namun terlihat

semacam kebangkitan, meski bukan pada penerbitan resmi. Komik independen atau fotokopi

lahir di berbagai perguruan tinggi, seniman, dan komikus yang memproduksi dan

mendistribusikan karyanya di lingkungan kampus dan menggandakannya dengan mesin

fotokopi. Komik ini bebas hambatan komersial dan kepentingan dan menjadi media ekspresi

populer karena mayoritas komik ini mengekspresikan kepedulian sosial dan isu politik. Pada

tahun 1994-2000 adalah masa jaya komik independen atau fotokopi ini.

Awal abad ke-21, banyak komikus Indonesia mencoba bangkit dan berjuang melawan

hegemoni komik-komik dari luar negeri. Dengan penuh semangat dan keberanian mereka

memasarkan karya-karya mereka di pameran-pameran atau festival komik yang ada, atau

melakukan barter sesama komikus. Tidak sedikit yang melabeli karyanya dengan istilah

‘copyleft’ yang artinya siapapun diperbolehkan untuk menggandakan karya mereka namun

tidak untuk tujuan komersial. Masing-masing komikus pada era ini menonjolkan keunikan

9

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 15: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

mereka masing-masing. Keunikan identitas ini menawarkan kemungkinan yang lebih luas lagi

bagi medium komik dan narasi visual untuk terbuka ke segala arah.

2.

Hegemoni pemerintahan masa Orde Baru beserta pertumbuhan ekonominya membuat

komodifikasi seni rupa terpusat pada galeri dan karya independen. Komikus atau seniman

menggunakan teknik pembuatan komik independen atau fotokopi. Mereka mencoba tampil

berbeda dalam pembuatan komik dengan gaya gambar lebih variatif dan eksperimental. Dunia

atau industri komik di Indonesia dibanjiri oleh begitu banyaknya jenis komik yang

diperbanyak dengan cara fotokopi dan diedarkan secara langsung yaitu dari tangan ke tangan

sesuai dengan permintaan ‘pasar’, yang biasanya lebih banyak teman sesama penikmat komik

atau sesama komikus. Konvensional, namun efisien dan efektif. Keuntungan finansial yang

diperoleh tidak cukup besar, namun setidaknya cara ini membawa pengaruh yang besar. Para

komikus underground di Indonesia pada masa itu bisa sedikit demi sedikit mulai

mengukuhkan keberadaannya dan semakin mematangkan gaya mereka dalam mencari wajah

komik Indonesia yang hilang.

Gambar 1. Contoh bentuk karakter komik fotokopi

Tahun 1998 terjadi revolusi politik sosial di Indonesia, ledakan secara besar-besaran

kreatifitas dan media yang juga menyebabkan komik buatan komikus Indonesia mulai

perlahan menghilang. Komik-komik Indonesia bahkan tidak ada lagi yang beredar dipasaran

10

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 16: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

secara bebas. Biasanya hanya melalui festival-festival yang diadakan para komunitas komik,

yang akhirnya karena keterbatasan dana akibat tidak adanya pemasukan, komikus Indonesia

mencetak sendiri karya-karyanya dan dibukukan dengan format fotokopi. Kota-kota besar

seperti Jakarta, Bandung, danYogyakarta menjadi motor penggerak, yang seakan tidak pernah

kehabisan ide untuk terus meningkatkan kreatifitas para komikusnya. Begitu banyak komik

underground yang dihasilkan dari tiga kota besar tersebut.

Dalam wawancara Hikmat Darmawan8 menyatakan bahwa memang benar

kemunculan komik-komik independen dimulai pada tahun 1990-an. Itu era dimana para

komikus di Indonesia melakukan inovasi untuk mendobrak dominasi komik-komik asing

terutama yang berasal dari negara barat (Amerika Serikat & Eropa) dan Jepang. Ada

kegigihan dan kekerasan kepala dari komikus. Mereka menciptakan model produksi baru.

Komikus asli Indonesia beranggapan bahwa dominasi tersebut menggeser bahkan

menghilangkan jati diri atau wajah komik Indonesia. Karena banyak komikus yang meniru

gaya gambar komik-komik asing tersebut. Ada yang menggunakannya sebagai bentuk

apresiasi seni, namun ada yang membuat komik dengan gaya gambar komik asing tersebut

untuk dijadikan portofolio, batu loncatan masuk ke dalam industri komik di negara barat

(Amerika Serikat & Eropa). Komikus Beng Rahardian9 mengatakan, bahwa memang komik

independen merupakan antitesis terhadap industrialisasi komik. Komik independen tidak

terpukau oleh produksi masal, tidak harus merupakan kerja sebuah tim, dan banyak gagasan

yang dituangkan bersifat personal bahkan cenderung liar. Komik bukan hanya dijadikan

sebagai suatu karya seni, komik juga dijadikan media penyampaian gagasan, kritik atau

sindependenrian, yang merupakan karya jujur karena tidak ada pertimbangan laba dan pasar.

Kadang bebas melintasi batasan estetika, moral dan kultur. Hal ini yang menyebabkan banyak

penerbit besar tidak dapat menerima konsep komik fotokopi atau independen. Orientasi sudah

8 Pengamat budaya populer dengan kekhususan minat pada komik dan film. Menulis sejak 1994 di Tempo, Kompas, Gatra, Republika dan lain-lain. ukunya, kumpulan esai tentang komik berjudul Dari Gatot Kaca Hingga Batman: Potensi-potensi Naratif Komik (Yogyakarta: Penerbit Orakel, 2005), sedang dikemas ulang bersama kumpulan papernya yang lain. Ia ikut mendirikan beberapa komunitas, seperti Musyawarah Burung, Akademi Samali, dan kini bergiat di Laboratorium Kota Paramadina. Ia pernah menjadi redaktur majalah Madina. Saat ini ia menjadi redaktur Rumahfilm.org. Ia menjadi redaktur tamu untuk Fokus "Komik dan Kota" pada Februari 2009.

9 Pendiri Akademi Samali ini nyaris lengkap melakukan aktivitas untuk ikut memajukan komik Indonesia. Menjadi komikus, editor, penerbit komik dan mendirikan lembaga komik. Tahun 1994 ia mulai terjun ke duni perkomikan, saat kerja di studio Animic di Bandung. Mulai membuat komik tahun 1999, setelah bergabung dengan teman-teman komikus di Yogya. Membentuk kelompok studi Komik Teh Jahe untuk kemudian membuat komik independen hingga sekarang. Pernah memenangkan Kosasih Award tahun 2007, dengan karyanya “Tidur Panjang”.

11

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 17: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

sangat berbeda dan bisa dipastikan akan sangat sulir menemukan titik temunya. Ditambah lagi

adanya sistem royalti.

Hikmat Darmawan mengatakan bahwa sebenarnya asal mula kemunculan komik

independen di Indonesia berasal dari hasil gambar karya salah seorang bernama Sapto

Raharjo alias Athonk10. Seniman tato yang mengenyam pendidikan di Fakultas Ilmu Seni

Rupa – ISI Yogyakarta ini rajin memfotokopi karya-karyanya. Karya tersebut ditulis dalam

bahasa Inggris. Pilihan bahasa tersebut selain menjawab tantangan pasar internasional, juga

merupakan ekspresi personalnya. Sejak kuliah di ISI Yogyakarta tahun 1990, gaya dan

penampilan Athonk bergaya mirip punkers. Atribut budaya punk ini ia pakai sebagai salah

satu bentuk protesnya terhadap keadaan politik dan masyarakat Indonesia yang pada tahun

tersebut tidak toleran terhadap perbedaan. Mereka memandang segala sesuatu yang berbeda

dari mainstrem adalah ‘noda’. Sesuai dengan jamannya pada saat itu di era 90-an, pergerakan

mahasiswa melawan Orde Baru muncul lebih militan, terorganisasi dan lebih dekat dengan

kepentingan dan keadaan rakyat. Athonk sering membuat poster-poster protes terhadap

keadaan negara pada saat itu. Masterpiece karya Athonk keluar dalam bentuk poster art, atau

seni poster dimana karya yang ia buat dipenuhi dengan gambar-gambar kecil dan tulisan yang

mirip panel-panel yang biasa terdapat dalam komik. Posternya jelas menyuarakan

keberpihakannya pada rakyat. Proses pembuatannya pun tidaklah singkat, bisa dalam waktu

berbulan-bulan, bahkan hingga tahunan. Isi posternya begitu keras dan diarahkan sedekat

mungkin dengan rakyat jelata Indonesia. Sangat sarat dengan tema sosial.

Bad Times Story11 merupakan komik independen atau fotokopi di generasi awal

kemunculan komik independen di Indonesia dan komik pertama Athonk yang dibuat di

Yogyakarta. Komik yang dicetak pada tahun 1994 dibuat oleh Athonk. Komik ini yang paling

banyak menjadi bahan perbincangan ketika membahas masa kebangkitan ketiga komik

Indonesia setelah tahun 1940-an dan 1970-an, khususnya tentang komik independen. Komik

10 Athonk (Sapto Raharjo), lahir di Kendal, 15 Agustus 1971. Tinggal di Yogyakarta. Komikografi: Bad Times Story I (1994, swaterbit, Indonesia), Bad Times Story II: Pure Black Looking Clear (1997, swaterbit, Melbourne, Australia), Old Skull Comic Strips (2001, swaterbit, Hawaii, Amerika), Old Skull In The Garden (2003, swaterbit, New Orleans, Amerika), Strip Jams (2001, kompilasi komikus Melbourne, Australia). Sedang dikerjakan: Old Skull: Desert Island, Old Skull: Somewhere Between Heaven And Hell (kisah-kisah penjara, rencana 200 halaman komik strip), Old Skull: Jalan-jalan (animasi 3D), Bad Times Story 3: Bad Land (Darmawan,___)

11 Bad Time Story dimulai dengan kata “The Bendless Warfare of Black & White”. Digambarkan seorang malaikat memandangi poster bergambar iblis dengan paper “Reward”, malaikat tersebut berusaha menjebak 3 iblis dengan menyamar menjadi seekor ikan hiu. Namun 3 iblis tersebut berhasil lolos dan terdampar di sebuah pulau bernama Daliland.

12

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 18: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

ini dibuat dalam bahasa Inggris, dan di distribusikan dari tangan ke tangan hingga ke outlet

komik alternatif di negara Australia dan Amerika Serikat. Komik ini digandakan dengan cara

difotokopi sebanyak 50 eksemplar pada awalnya (Imanda, 2002). Komik lainnya yang juga

dibuat oleh Athonk yaitu: Bad Times Story #2: Pure Black Looking Clear, Bad Times Story

dan Bad Times Story #2 merupakan 2 komik yang saling bersambung, bercerita tentang 3

iblis dan 1 malaikat yang akhirnya berubah menjadi iblis. Komik tersebut di buat Athonk

ketika berada di Melbourne, Australia. Komik tersebut mendapat sambutan hangat.

Oldskull12, serial komik strip karya Athonk muncul dan terbit ketika ia tinggal di

Hawai. Di sini, tidak ada komunitas komik independen, bahkan komik independen juga tidak

ada di kampus-kampus yang biasanya menjadi tempat peredarannya. Oleh karena itu Athonk

berkonsentrasi membuat serial komik strip Oldskull yang berisi pengalaman-pengalamannya

selama berada di Hawai (Imanda, 2002). Tokoh ‘oldskull’, pria penuh tato dengan wajah

tengkorak yang menggambarkan dirinya sendiri. Secara berkala Athonk meneruskan serial

komik ini dengan membuat Oldskull: In the Garden dan Oldskull13 : In The Den of Sin.

Oldskull: In the Garden dan Oldskull : In The Den of Sin, yang merupakan lanjutan Oldskull.

Serial komik “Oldskull: In The Garden” dikenal banyak orang dan mendapat penghargaan

sebagai komik independen terbaik versi KONDE (Komik Indonesia Satu Dekade) pada

tahun 2007. Komikus Indonesia melihat hal ini sebagai salah satu inspirasi atau ide dalam hal

membuat komik. Akhirnya model komik tersebut digunakan oleh satu-persatu komikus

independen Indonesia. Komik Athonk isi ceritanya jelas memperlihatkan masalah kebebasan

melawan kesewenang-wenangan.

12 Oldskull dan Oldskull: In The Garden, banyak bercerita tentang kehidupannya Athonk di Honolulu, New Orleans, dan Melbourne. Ada cerita tentang bagaimana ia mengantri makanan gratis, tatto culture, rokok, ganja dan putau, musik dan sedikit tentang agama.

13 Oldskull : In The Den of Sin, bercerita tentang kehidupan penjara di sebuah penjara di Yogyakarta

13

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 19: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Gambar 2. Sampul ‘Bad Times Story’ dan Athonk alias Sapto Raharjo

Athonk tidak menyukai konsep hak cipta, itu sebabnya ia bekerja secara independen

demi menjamin kebebasannya dalam berkarya. Ia menerbitkan komiknya secara pribadi untuk

menjangkau pasar yang diincarnya, yaitu penggemar komik underground atau independen di

luar negeri. Keberhasilan Athonk terletak pada orisinialitas dan personalitas yang diterima

oleh ‘pasar’ spesifik seluruh dunia. Ekpresi komiknya muncul sebagai representasi

pengalammnya sejak kecil yang membentuk identitas yang khas (Indonesia:?): anti

militerisme, kapitalisme dan komunisme. Semangat pemberontakan, kebebasan berbicara dan

berekpresi membuat komik Athonk menjadi sangat politis. Apalagi kemunculannya berkisar

di puncak krisis politik di Indonesia (Imanda, 2002).

Gambar 3. Kumpulan Contoh Komik Strip Independen “Oldskull”

14

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 20: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Seniman komik independen seperti Athonk membuat karya detail dengan hanya

menggunakan bolpoint, spidol atau alat tulis atau gambar sederhana lainnya, penuh paper.

Komik juga dibuat kadang satu atau beberapa halaman dengan kertas HVS biasa, biasa dibuat

dalam waktu 1-2 bulan, seperti yang Athonk biasa lakukan. Proses penggandaan karya hanya

dengan mesin fotokopi. Athonk menghindari desain-desain tradisional dalam komik, ia

berusaha memberikan gambar dan simbol yang universal, agar komiknya mudah dinikmati

pembaca di seluruh dunia. Untuk alasan yang sama, ia menggunakan bahasa inggris, baginya

lebih banyak kesulitan memilih konteks bahasa Indonesia yang cocok bagi cerita dan seluruh

pembaca komik Indonesia.14 Athonk juga menggunakan frase-frase populer dari lagu-lagu

rock. 15 Garis-garis Athonk tebal dan kuat, kecuali karakter malaikat. Hampir tidak ada obyek

yang dibiarkan putih polos. Selain memberikan kesan klasik,warna hitam putih dipilih untuk

menekankan pesan yang ingin disampaikan.16 Selain Athonk, beberapa seniman atau komikus

independen pun menyemarakan industri komik di Indonesia. Beng Rahardian, komikus

independen yang bergerak di antara gaya gambar realisme dan surealisme. Ia cenderung

menggambar dengan gaya kartun, tapi bukan jenis kartun bergaris bersih dan rapi. Komik

buatannya sangat bertekstur disetiap gambar-gambarnya, figuratif dengan garis arsir. Ini

terlihat pada komiknya berjudul “Selamat Pagi Urbaz dan Benda Terbang”, yang terbit

pertama kali secara fotokopian. Baru pada tahun 2003 diterbitkan secara resmi oleh penerbit

kecil Terrant Books. Beng juga sempat membuat ‘komik eksperimental’ untuk Daging

Tumbuh edisi 4 (2002). Namun, baik dalam realisme maupun dalam surealisme, Beng selalu

memberikan “petuah” moral yang jelas. Dalam konteks ini, Beng adalah komikus DIY yang

mewarisi tradisi old school komik Indonesia (Darmawan, _______).

Kemudian ada Bambang Toko.17 Komiknya Rock Never Dies!, berisi gambar wajah-

wajah para musisi Rock legendaris yang di gambar bergaya realis. Dalam komik Bambang

14 Bahasa Indonesia baku bahkan terlalu kaku, dan bahasa informal sehari-hari akan mengacu pada etnis tertentu

15 Misalanya, ‘Seek and Dsetroy’ adalah lagu grup “Metallica’, ‘Appetite for Destruction’ adalah album Guns’ n Roses dan ‘Fade to Black’ adalah lagu The Rolling Stones (Imanda,2002).

16 Pilihan untuk menggunakan warna hitam putih ini ditekankan dalam sub judul untuk kedua buku komiknya: Bad Times Stories 1 bersubjudul: ‘The Endless Warfare of Black and White’, dan bagian 2 bersubjudul: ‘Pure Black Looking Clear’(Imanda, 2002).

17 Bambang ‘Toko’ Witjaksono, lahir di Yogya, 27 Maret 1973, dan tinggal di Yogyakarta. Banyak ikut serta dalam pameran dan kegiatan seni rupa di dalam mau pun luar negeri. (Darmawan,_____)

15

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 21: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Toko rupanya lebih tertarik menjelajahi kemungkinan narasi-visual. Atau, lebih tepat, ia lebih

suka membuat parodi. Ia memarodikan konvensi visual komik; pun banyak konvensi sosial

tak selamat ia parodikan. Dalam Abdul Toyib Babi Muslim (2001), ia menyindir

fundamentalisme Islam. Ia juga menyindir perkongsian politik-militer-bisnis dalam Komik

Reformasi (1998). Ia pun menyindir Athonk, sikap Punk, sekaligus bereksperimen dengan

gaya, dalam Bogel, The Failed Punker (1998). Dalam Dargombez The Magician (1997) dan

Bargomik (1997). Ia juga bereksperimen dengan komik format gambar umbul, dalam

komiknya berjudul Selingkuh Dengan Roti (2001) (Darmawan,______).

Daging Tumbuh. Komunitas ini mulai muncul dan berkembang di Jogjakarta, Jawa

Tengah. Berdiri sejak tahun 2000 sebagai sarana atau ajang untuk mengekspresikan diri dalam

bidang komik seni rupa. Inisiator komunitas ini, Eko Nugroho18, mencetuskan nama “Daging

Tumbuh” saat dirinya memproduksi komik kompilasi seni rupa pertamanya. Komik kompilasi

yang dihasilkan oleh Daging Tumbuh, sangat berbeda format maupun isinya dengan komik-

komik yang biasa dijual dipasaran (komik mainstream). Komik Daging Tumbuh adalah komik

seni rupa, dimana dalam komik tersebut berisi kumpulan gambar dan paper yang dibuat oleh

seniman seni rupa, yang tidak semuanya memiliki keahlian membuat komik. Isinya

merupakan ekpresi bebas, tanpa batasan artistik, cerita maupun standar formal seperti komik

pada umumnya. Komik Daging Tumbuh19, dipasarkan di gerai-gerai seni rupa. Harga cetakan

asli Rp 65.000,-, memang agak mahal tapi karena ini komik independen, peminat komik dapat

menggandakan komik ini dengan menggunakan mesin fotokopi. Hal tersebut dianjurkan oleh

komunitas Daging Tumbuh, karena memang tujuan utama komunitas ini adalah

mempopulerkan karyanya, bukan mencari keuntungan. Yang terpenting bagi mereka adalah

komik atau karya tersebut sampai ke tangan pembaca dengan mudah. Jika ada yang dijual, itu

dilakukan hanya sekedar untuk mengganti ongkos produksi saja.

18 Eko Nugroho. Komikografi: “Bukan Komik”, The WC (1997); Komik Kondom, Komik Korek, Kuman, dan 43.1%5-0.7 X ½ (1998); UNWANTED (1999); Hancur di Pagi Buta, Panggil Saja Aku Togel, Assalamualaikum, dan HERK (2000); Sertifikat Untuk Indonesia, Viva Macho, Terbang, Untitled (2001); Hope (2002); The Konyol dan Fight Me (2004). (Darmawan,______) Karya-karyanya mendapat tempat istimewa di antaranya Gallery of Modern Art (GOMA – Brisbane, Australia), Contemporary Art Center (New Orleans, USA), Museum and Art Gallery of Nothern Territory (Darwin, Australia), Haus Der Kulturen Der Welt (Berlin, Jerman), dan Artoteek Den Haag (Belanda), sebagai harta karun nasional hasil karya anak bangsa Indonesia (Lubis, 2009). Baru-baru ini, Eko juga mendapat tawaran kerjasama oleh brand terkenal dunia Louis Vitton.

19 Selain komik, tahun 2008 Daging Tumbuh mengembangkan karya seninya ke dalam bentuk design merchandise, emblem, sarung bantal dan t-shirt. Produk tersebut dipamerkan dan dijual di Daging Tumbuh Shop di kawasan Jl. Parangtritis, Jogjakarta. Toko tersebut juga dijadikan salah satu alat promosi karya-karya komunitas Daging Tumbuh.

16

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 22: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Gambar 4 dan 5. Eko Nugroho, Inisiator Komunitas Daging Tumbuh dan Salah Satu Sampul Buku Komik ‘Daging Tumbuh’

Hingga saat ini,komunitas ini sudah memproduksi komik kompilasi sebanyak 13 edisi,

yang diisi oleh beberapa seniman atau komikus independen di Indonesia. Komunitas Daging

Tumbuh sangat mendukung kebangkitan komik Indonesia. Mereka melihat potensi tersebut

melalui komik independen atau fotokopi. Itu alasan mengapa mereka begitu aktif mengadakan

kegiatan-kegiatan yang mendukung dan memberikan ruang kreasi bagi para seniman atau

komikus independen dengan dan melalui karya fotokopinya.20 Selain menerbitkan buku

kompilasi komik, komunitas ini juga aktif mengadakan festival komik, dengan nama “Daging

Tumbuh Award”.

Dalam festival ini, para seniman dan penikmat komik independen, fotokopi dapat

menikmati dan mendapat apresiasi melalui kegiatan-kegiatan seperti pameran komik fotokopi,

lomba komik, lapak komik, comic talk, diskusi, dan launching komik. Bisa dikatakan festival

ini seperti “surga”, seniman, komikus dan penikmat atau pembaca komik independen. Mereka

bisa dengan leluasa berbincang, bertukar pikiran, menyalurkan karya terbarunya, bertukar

komik atau koleksi, mendapat koleksi komik baru dan masih banyak hal lainnya. Komunitas

ini juga memiliki jasa dan pengaruh yang besar dalam memperkenalkan seni komik

independen atau fotokopi, karena semenjak komunitas ini mengadakan festival. Berikutnya,

banyak komunitas atau kelompok lain dari berbagai propinsi di Indonesia, menggelar kegiatan

yang serupa.21 Pengakuan terhadap kualitas komik fotokopi ini setidaknya bisa dibuktikan dari

keputusan harian Koran Tempo yang untuk beberapa lama sempat “menjadikan” grafis atau

20 Sebagai komunitas seni, Daging Tumbuh juga sering mengikuti berbagai pameran seni seperti Galnas Comical Brother tahun 2010 dan Biennale di Taman Budaya 2003.

17

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 23: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

gambar-gambar dalam komik kompilasi Daging Tumbuh sebagai ilustrasi cerita-cerita pendek

dan esai mereka.

3.

Peluang naratif di Indonesia adalah komik bisa berdialektika dengan kenyataan. Inilah

yang berusaha ditampilkan oleh sebagian besar seniman komik Independen atau fotokopi di

Indonesia. Peluang ini dimanfaat dengan sangat baik oleh contohnya Athonk dengan

komiknya ‘Oldskull’ mengangkat keseharian dunia punk, kehidupan Athonk pribadi. Lalu

Daging Tumbuh yang digawangi oleh Eko Nugroho yang cukup populer, Beng Rahardian dan

Bambang Toko.

Perlu diingat bahwa komik Indonesia pernah berperan sebagai alat penyampaian

gagasan revolusi kemerdekaan dan nasionalisme pada masa pemerintahan Soekarno.

Kemudian pada saat ini kehadiran komik independen atau fotokopi muncul juga sebagai alat

penyampaian gagasan sindiran atau kritik rakyat Indonesia terhadap pemerintahan yang mulai

kacau saat ini. Terdapat kesamaan yang tergambar. Para komikus independen atau fotokopi

yang muncul di Indonesia menjadikan komik sebagai media ekpresi pribadi mereka terhadap

hal-hal yang berkaitan dengan negara atau masyarakat Indonesia disekitar mereka, bahkan

juga media ekspresi pengalaman pribadi mereka yang dekat dengan kebudayaan nasional.

Komik-komik yang mereka buat mampu dengan sangat kuat menampung beragam masalah

politik, sosial, agama, sejarah, perjuangan, informasi, pendidikan dan aspek-aspek lainnya

yang berkaitan dengan kebudayaan Indonesia. Bahkan jika komik independen atau fotokopi

bangkit lagi, para komikus atau seniman komik independen, ‘dibebaskan’ berekspresi dengan

tetap menaati peraturan, bisa menjadi salah satu solusi mengurangi tingkat demonstrasi yang

dilakukan mahasiswa, dan bisa menjadi medium untuk memberikan informasi atau penjelasan

kepada masyarakat mengenai apa saja yang terjadi di Indonesia. Karena melalui gambar,

masyarakat akan lebih mengerti.

Komik independen atau fotokopi memberikan kesempatan bagi para komikus atau

seniman menyampaikan pesan secara lebih verbal. Apalagi pola penyebarannya yang murah

bahkan ‘gratis’ yaitu di sebarkan melalui teknik fotokopi, di papan pengumuman umum atau

kampus-kampus bahkan sekolah-sekolah di Indonesia, di luar gedung pameran, hingga yang

21 Daging tumbuh juga memiliki program komunitas bulanan yang bernama versus, dimana seniman-seniman atau brand yang mempunyai merchandise diberi kesempatan untuk men-display produknya di DGTMB Shop dan akan di tandingkan dengan produk-produk Daging Tumbuh sendiri. selain itu DGTMB juga bekerjasama dengan band-band independen, salah satunya White Shoes & The Couple Company

18

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 24: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

paling mudah di pinggir jalan. Hasil dari teknik ini, dapat memberikan efek perubaha yang

lebih masif dan tepat sasaran. Karena tidak hanya masyakat yang melihat, tapi juga para

aparat, petinggi, bahkan seluruh pejabat di pemerintahan dapat secara lebih jelas melihat

bagaimana keluhan-keluhan rakyat.

Karena isinya yang banyak mengkritik tentang masalah sosial politik di Indonesia,

tema yang diangkat dekat dengan masyarakat, dibuat oleh orang indonesia lalu merupakan

produk hasil seni yang bisa menjangkau segala kalangan karena harganya murah, desain dan

gaya gambar menarik, spontan, jujur yang kebanyakan mewakili isi hati masyarakat

Indonesia, maka menjadikan komik independen atau fotokopi adalah komik yang mewakili

identitas komik Indonesia sangat besar peluangnya.

Jika kita melihat masa kejayaan komik Indonesia, yaitu masa R.A Kosasih dengan

komiknya yang begitu melejit, khas Indonesia, yaitu komik wayang Mahabarata dan

Ramayana, lalu juga kemunculan komik silat seperti Si Buta Dari Goa Hantu, Jaka Sembung

dan Panji Tengkorak yang karakternya sangat mencerminkan Indonesia. Fungsi komik di

Indonesia selain sebagai hiburan, dokumen sosial, penanda sejarah, komik di Indonesia juga

berfungsi sebagai seni dan media penyampaian nilai atau kritik. Itu yang dilakukan oleh para

komikus atau seniman independen di Indonesia.

Namun, memang sebaiknya kita harus juga melihat aspek lain yang juga memberikan

pengaruh besar terhadap perkembangan industri komik Indonesia, yaitu pembaca. Pembaca

komik merupakan faktor penting dalam industri komik Indonesia secara keseluruhan. Bahkan

bisa jadi proses memenuhi keinginan atau selera pembaca dapat membantu membentuk

karakter dan identitas komik di Indonesia. Pengetahuan yang lebih mendalam terhadap

karakter pembaca akan menghasilkan komik-komik yang lebih fokus. Jumlah pembaca komik

di Indonesia memang belum banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia

maupun negara lain. Akan tetapi, akhirnya merekalah yang pihak yang menentukan akan ke

mana arah komik Indonesia. Dengan semakin banyaknya komik yang terbit dan beredar,

pembaca akan semakin lebih selektif memilih. Mereka akan mempunyai selera sendiri dalam

menentukan pilihan mereka, tanpa dipengaruhi lagi oleh komikus maupun penerbit. Karena

itu diharapkan komikus atau seniman komik dapat dengan cermat menangkap tren komik

yang digemari.

Mengadakan semacam seminar atau festival yang mempertemukan antara komikus

dengan pembaca seperti yang sudah banyak dilakukan di negara-negara lain seperti Amerika,

Filipina, Singapura, dan lainnya, dimana komikus dapat secara langsung mengetahui dan

19

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 25: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

mendengarkan pendapat dan keinginan para pembaca komik, yang nantinya dapat membantu

proses penemuan kembali identitas komik di Indonesia. Karena komik yang ideal untuk

Indonesia adalah komik yang berbicara kepada masyrakat Indonesia dan tentang kenyataan

hidup masyarakat di Indonesia. Kegiatan tersebut sudah dilakukan oleh para komikus dan

komunitas komik independen di Indonesia. Dengan mereka mengadakan berbagai macam

festival komik fotokopi, dimana dalam acara tersebut baik komikus maupun pembaca komik

bertatap muka langsung. Begitu banyaknya peminat komik independen atau fotokopi di

Indonesia dimanfaatkan oleh para komikus atau seniman komik independen untuk bisa secara

bertahap mengarahkan pembaca komik di Indonesia untuk mencintai komik buatan orang

Indonesia. Komik independen atau fotokopi sudah menghadirkan karakter berbeda yang

mampu dibanggakan ditambah lagi dengan kemudahan yang ditawarkan dalam memperoleh

komik tersebut.

Gambar 6 dan 7. Potongan Gambar Festival Komik Yogyakarta

Indonesia memiliki komik lokal, hanya saja kurang dikenal, padahal potensinya masih

sangat besar untuk berkembang. Lokalitas disini bukan berarti ’tradisional’, namun

‘keruangan’, kenapa keruangan karena konteks yang terkandung di dalamnya. Komik wayang

menjadi lokal khas Indonesia padahal komik tersebut mengambil dari mitologi hindu/Indiea,

karen dalam komik wayang terkandung nilai-nilai dan modifikasi kultur atau budaya

Indonesia yang relevan bagi pembaca Indonesia. Komik silat mengambil referensi dari film-

film samurai atau wushu, namun menjadi lokal karena dipenuhi persilangan budaya dengan

legenda-legenda yang ada di Indonesia. Melekat secara otomatis. Identitas komik tercipta

melalui perpaduan nilai bentuk dan nilai isi sebuah komik. Sebagai cerminan dari kehidupan

masyarakat, komik mengandung nilai-nilai yang senantiasa tumbuh dan terus berkembang

20

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 26: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Sudah sepantasnya komik independen

atau fotokopi juga menjadi identitas komik di Indonesia. Muatan lokal yang sangat kental dan

dalam, yang dikemas di dalamnya serta teknik produksinya yang identik dengan mesin

fotokopi menjadikannya sebagai alat ekperesi yang bebas, mudah, dekat dengan masyarakat

dan berbeda.

Kesimpulan

Hingga saat ini komik-komik Indonesia tahun 1960-an hingga 1970-an masih menjadi

masterpiece. Komik-komik pada masa itu sangat amat layak dibandingkan, bahkan punya

kemampuan untuk menandingi komik-komik impor pada masa yang sama.

Komik independen atau fotokopi sebagai sebuah karya yang ekpresif dan personal

tidak harus gagal atau tidak memiliki tempat di pasaran. Walaupun memang industri komik

Indonesia tidak berkembang, komik Indonesia tetap hidup dengan caranya sendiri. Pilihan

Athonk dan komunitas Daging Tumbuh kepada gaya produksi independen atau fotokopi

adalah bentuk perlawanan mereka terhadap industri yang mainstream agar mampu berekspresi

dengan bebas. Pemilihan distribusi karya-karya mereka secara ‘bawah tanah’ merupakan

wujud semangat mereka untuk tetap menyebarluaskan karyanya tanpa harus bergantung pada

industri komik lokal yang kini mati. Keberhasilan yang dicapai adalah kemampuan untuk

tetap produktif dengan karyanya yang berani, tegas, orisinil dan independen yang mewakili

kondisi sosial dan politik masyarakat Indonesia.

Bagaimana komik bisa dikatakan mencerminkan identitas budaya suatu bangsa atau

khususnya Indonesia, hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Ada yang menyebutkan

bahwa komik khas suatu negara adalah komik yang dibuat oleh orang asli negara tersebut,

tanpa mengidahkan bagaimana isi, gaya bahasa, gambar dan cerminan cerita komik tersebut,

yang penting selama dibuat oleh komikus asli negara tersebut, sudah dikatakan komik negara.

Ada pula yang berpendapat bahwa komik khas suatu negara adalah komik yang isinya

melekat dengan kehidupan asli masyarakat negara tersebut dan juga dibuat oleh komikus asli

negara tersebut, ada pula yang hanya menitik beratkan isinya harus dekat dengan kehidupan

masyarakat. Namun yang patut digarisbawahi adalah muatan lokal yang tidak dilupakan

oleh para komikus masa tersebut. Identitas komik Indonesia selalu berkembang dari masa

ke masa. Berubah sesuai dengan perkembangan dan masyarakatnya. Itulah alasan mengapa

21

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 27: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

hingga saat ini masih belum ditemukan bagaimana sebenarnya identitas yang pasti komik

Indonesia.

Daftar Referensi

Books:

Zpalanzani, Alvanov; Ahmad, Hafiz; dan Maulana, Beny (2006). Histeria! Komikita: Membedah Komikita Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Darmawan, Hikmat (2005). Dari Gatotkaca Hingga Batman. Yogyakarta: Orakel.Irawan, Prasetya (2006). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta: Self Press.

E-books:

Bonneff, Marcel (1998). Komik Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Journal Acticle:

Nurgiyantoro, Burhan (1995). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lubis, Imansyah (2009). Komik Fotokopian Indonesia 1998-2001. Bandung: Institut Teknologi Bandung Press.

Hal: 59-62Giftanina, Nanda. Hilangnya Identitas Kultural Dalam Perkembangan Komik Lokal Indonesia. Jakarta: Institut

Seni Indonesia Press.Sumardjo, Jakob (1999). Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. Bandung: Alumni. Tirtaatmaja, Irawati (2012). Pemetaan Komik Indonesia Periode Tahun 1995-2008. Bandung: : Jurnal

Komunikasi Visual Wimba, Vol 4, No.1, Kelompok Keilmuan Komunikasi Visual dan Multimedia. Institut Teknologi Bandung.

Hidayat, Hengky (2005). Belajar Memahami Pembaca Komik di Indonesia seperti yang Dilakukan Negara-Negara Lain, Kumpulan Paper Komik Asia 2005. Bandung: Departemen Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain. Institut Teknologi Bandung.

Yohan Alexander, Irfansyah. (2010). Pengaruh Visual Storytelling Komik Asing Pada Komik Indonesia Terbitan PT Elex Media Komputindo Tahun 2004-2008. Bandung: Jurnal Komunikasi Visual Wimba, Vol 2, No.2, Kelompok Keilmuan Komunikasi Visual dan Multimedia. Institut Teknologi Bandung.

Imanda, Tito (2002). Komik Indonesia Itu Maju: Tantangan Komikus Underground Indonesia. Depok: Antropologi Indonesia, Vol.69, Universitas Indonesia.

Anderson, B (1990). Languge and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia. Ithaca: Cornell UniversityPress.

Berman, L (2000). ‘Indonesia is Definitely OK!: Independence and Idealism through Comics’, dalam InsideIndonesia. July-September. 62.

Document:

Darmawan, Hkmat (2013). Komik dan InfrastrukturnyaDarmawan, Hkmat (2013). Di Ruang Tunggu, Komik Asyik Sendiri. Catatan Kuratorial Eksposisi Komik

Interview:

Darmawan, Hikmat. Live Interview. Diskusi Komik: Peta Komik Indonesia di Asia Tenggara. 11 Desember 2013. Jakarta : Gedung Pasca Sarjana Institut Kesenian Jakarta.

Online Articles:

Suroto, Sujorimba (2011). Komik Indonesia: Siapa Mau Ikut Petualangan Berikutnya. Accessed on November 27, 2013 from http://www.goethe.de/ins/id/lp/prj/mic/mii/id8257083.htm

22

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014

Page 28: Mencari Identitas Komik Indonesia - OPAClib.ui.ac.id/file?file=digital/20368919-MK-Alinda Rimaya.pdf · Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. ... related document

Anggoro, Donny (2004). Komik Tak Pernah Mati. Accessed on November 27, 2013 from http://komikindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=66&Itemid=9

________________ (2007). Bangkitnya Komik Indonesia. Accessed on December 19, 2013 from http://www.beritaindonesia.co.id/berita-media/380-bangkitnya-komik-indonesia

Khaidir, Agus (2012). Esai Sastra Politik dan Lainnya: Menengok Komik Sebagai Sastra (Bukan) Pinggiran. Accessed on December 19, 2013 from http://aguskhaidir.wordpress.com/2012/09/28/menengok-komik-sebagai-sastra-bukan-pinggiran/

Darnawan, Hikmat (___). Komik dan Kenyataan. Kumpulan Komik Pendek “Memoribilia Gempa” Jogja 5,9 SR. Accessed on January 3, 2014, from http://dbkomik.com/site/news.php?detail=1010

Agustinus, Michael (2012). Komik Independen: Jalan Pembebasan Melawan Kuasa Modal. Accessed on January 3, 2014, from http://www.republika.co.id/berita/komunitas/akar/12/04/17/m2m5r8-komik-independen-jalan-pembebasan-melawan-kuasa-modal

23

Mencari identitas ..., Alinda Rimaya, FISIP UI, 2014