memulai usaha pengembang
DESCRIPTION
KAPITA SELEKTATRANSCRIPT
MEMULAI USAHA PENGEMBANG / DEVELOPER
KAPIA SELEKTA 2015
DANIEL SIBARANI 1206260495 BAYU PRATAMA 1206260495 EVELYN 1206260495 RANDIKA DWI RAHMAN 1206260495 MUHAMMAD HAFIZH 1206260495
I. PERSIAPAN UNTUK MEMBUKA USAHA PENGEMBANGAN PROPERTI
a. STUDI BISNIS PENGEMBANGAN
Dalam memulai suatu usaha atau bisnis, sangat diharuskan untuk mengetahui
secara mendetail dalam usaha ini, agar tidak salah mengambil langkah/kebijakan
dalam pelaksanaan usaha yang bisa saja menimbulkan kerugian.
Menurut Pasal 5 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974,
disebutkan pengertian Perusahaan Pembangunan Perumahan yang dapat pula
masuk dalam pengertian developer, yaitu :
“Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah suatu perusahaan yang berusaha
dalam bidang pembangunan perumahan dari berbagai jenis dalam jumlah yang
besar di atas suatu areal tanah yang akan merupakan suatu kesatuan lingkungan
pemukiman yang dilengkapi dengan prasaranaprasarana lingkungan dan fasilitas-
fasilitas sosial yang diperlukan oleh masyarakat penghuninya.”
b. BADAN USAHA
Badan Usaha dapat berupa Perseroan Terbatas ataupun CV. Untuk memulai suatu
bisnis kita tidak harus membuat suatu perusahaan baru, kita dapat
memakai/meminjam perusahaan lain untuk melakukan kegiatan pengembangan,
dimana kita akan membayar hanya untuk peminjaman nama Perusahaan tersebut.
II. HAL-HAL YANG DIPERLUKAN
a. LAHAN
Sebelum memulai usaha sebagai developer, hal pertama yang harus dicari dan
dimiliki adalah lahan tempat di mana perumahan akan dibangun. Dalam
pemilihan lahan, terdapat beberapa kriteria yang dijadikan pertimbangan, antara
lain lokasi dan posisi, bentuk, kondisi, status, dan sistem pembayaran dari lahan
yang diinginkan.
Lokasi dan posisi dari lahan akan mempengaruhi kemudahan akses dari
perumahan yang akan dibangun. Kemudahan akses yang disertai dengan
kestrategisan lokasi, akan menjadikan daya jual dari perumahan yang
semakin tinggi. Namun, hal ini juga akan mempengaruhi harga dasar dari
perumahan karena semakin strategis suatu lokasi, maka semakin tinggi
pula harga belinya. Oleh karena itu, pemilihan lokasi lahan juga harus
memperhitungkan target pasar dari perumahan. Selain itu, faktor lain yang
harus dipikirkan adalah kualitas dari air dan saluran di sekitar kawasan
lahan tersebut. Akan lebih baik jika lahan tempat perumahan akan
dibangun memiliki kualitas air dan kondisi saluran di sekitarnya baik,
sehingga tidak hanya memudahkan pengelolaan air ketika perumahan
sudah selesai dibangun, tapi juga mempermudah proses pembangunan di
lahan tersebut.
Bentuk dari lahan yang akan dibangun akan sangat mempengaruhi
efektivitas dari lahan komersil yang hendak dibangun. Lahan dengan
bentuk yang beraturan akan lebih mudah ditata dan daripada lahan dengan
bentuk tidak beraturan. Selain itu, jika bentuk lahan terlalu berantakan,
maka ada kemungkinan akan ada banyak lahan terbuang karena tidak
dapat digunakan untuk membangun.
Kondisi dari lahan akan mempengaruhi modal infrastruktur dan biaya
yang dibutuhkan untuk mengembangkan lahan tersebut. Lahan dengan
bentuk kontur yang rumit akan memakan lebih banyak usaha dalam
pembangunannya, dan akibatnya, modal dan biaya yang dikeluarkan untuk
infrastruktur dan pengembangannya akan semakin besar.
Status lahan akan mempengaruhi cepatnya perizinan diberikan. Tanah
dengan status yang bermasalah akan memakan banyak waktu sebelum
akhirnya mungkin diberikan izin membangun.
Sistem pembayaran lahan yang akan dibeli akan mempengaruhi besarnya
modal awal yang harus dimiliki oleh developer. Tanah dengan sistem
pembayaran angsur akan membutuhkan lebih sedikit modal dibandingkan
jika tanah harus dibayar secara langsung/kontan.
b. MODAL
Setelah lahan yang sesuai didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah
mendapatkan modal yang dibutuhkan. Modal yang dibutuhkan tersebut mencakup
modal untuk membeli lahan, membayar pekerja, membangun kantor, rumah
contoh, jalan dan taman, melakukan promosi, serta mengurus legalitas lahan.
Modal dapat diperoleh melalui modal sendiri, pinjaman bank atau jasa keuangan
lainnya, ataupun melalui investor. Sedangkan, modal untuk pembangunan rumah
bisa didapatkan melalui dana yang sudah dibayarkan oleh pembeli.
c. PERIJINAN
Adapun langkah-langkah dalam mengurus perijinan adalah:
Konsultasi peruntukan ke Dinas Tata Kota/Tata Ruang daerah setempat
Konsultasi ini bertujuan untuk mengetahui bahwa daerah tersebut boleh
dibangun town house. Sebaiknya langkah ini dilakukan sebelum kita
mengakuisisi lahan, karena tidak semua lahan bisa dibangun town house.
Jenis-jenis peruntukan lahan:
a. Hunian
•WBS (Wisma Besar) luas tanah > 401
•WSD (Wisma Sedang) luas tanah 201 s/d 400 m2
•WKC (Wisma Kecil) luas tanah < 200 m2
•WTm (Wisma Taman)
•WFL (Wisma Flat)
•WSN (Wisma Susun)
b. WKT (Wisma Kantor)
c. WDG (Wisma Dagang)
d. SPD (Suka Sarana Pendidikan)
e. PHT (Penyempurna Hijau Taman)
Mengajukan Advis Planning atau Block Plan ke Dinas Tata Kota
Advis Planning/Block Plan ini dibuat bertujuan untuk mengetahui
peruntukan lokasi secara tertulis. Block Plan digunakan untuk lahan
dengan luasan tertentu menurut peraturan daerah setempat.
Selain peruntukan, Advis Planning/Block Plan nantinya juga tercantum
rencana jalan, besarnya Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Koefesien
Luas Bangunan (KLB), dll.
Dalam Advis Planning/Block Plan tertulis jenis bangunan yang
diperbolehkan, seperti WBS, WSD, WKC atau WTM, jumlah lantai,
Koefesien Dasar Bangunan (KDB).
Dalam memilih lahan untuk town house sebaiknya hanya mengakuisisi
lahan yang peruntukannya WBS jika lokasi berada di daerah elit,
WSD/WKC di lokasi biasa. Selain itu juga harus diperhatikan KDB,
karena ini berhubungan dengan besaran tapak bangunan berbanding luas
kavling. KDB yang ideal untuk town house adalah 60%.
Selain KDB 60% ada WTM yang memiliki KDB 20% artinya luas
bangunan yang diijinkan adalah 20% dari luas kavling. Sebagai contoh
jika luas kavling 200 m2, maka yang boleh dibangun adalah 40 m2 saja,
sangat tidak ideal untuk town house.
Syarat mengajukan Advis Planning/Block Plan:
a) Foto copy sertifikat
b) Foto copy PBB dan bukti bayar tahun berjalan
c) Foto copy KTP dan KK pemohon sesuai dengan nama yang
tercantum di sertifikat
d) Surat kuasa, jika dikuasakan.
e) Formulir isian di kantor Dinas Tata Kota
Membuat Siteplan
Siteplan dibuat dengan memperhatikan peraturan yang berlaku di daerah
setempat dan memperhatikan kesesuaian dengan perancanaan tata ruang
wilayah. Sebaiknya rencana siteplan dengan memperhatikan kaidah-
kaidah pembuatan siteplan yang ideal, seperti menghindari kavling hadap
barat, mengurangi kavling tusuk sate dan menghindari bentuk kavling
ngipas atau lebar di depan. Menurut pengalaman kavling dengan bentuk
dan posisi seperti tersebut di atas memerlukan usaha yang lebih untuk
menjualnya.
Mengajukan Pemecahan Sertipikat sesuai dengan Siteplan
Pemecahan sertifikat diajukan ke Kantor Pertanahan. Petugas dari Kantor
Pertanahan nantinya akan mengukur dan memasang patok sesuai dengan
rencana siteplan yang diajukan.
Syarat-syarat pengajuan pemecahan sertipikat:
a) Asli sertifikat
b) Foto copy SPPT PBB dan bukti bayar tahun berjalan
c) Foto copy KTP dan KK pemohon
d) Surat kuasa jika dikuasakan
e) Formulir isian yang disediakan BPN
Mengajukan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan)
IMB diajukan setelah sertifikat selesai dipecah di BPN. Dengan terbitnya
IMB berarti proyek sudah bisa dilaksanakan.
Persyaratan untuk mengajukan IMB:
a) Foto copy sertifikat
b) Foto copy SPPT PBB dan bukti bayar tahun berjalan
c) Foto copy KTP dan KK pemohon
d) Salinan Advis Planning/Block Plan
e) Gambar kerja rumah
Dan formulir isian
d. PEMASARAN / MEDIA PROMOSI
Dalam melakukan pemasaran atas apa yang ingin kita jual,kita perlu melakukan
analisis SWOT terlebih dahulu. Analisis SWOT merupakan suatu analisis yang
digunakan untuk identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang ( Oppurtunities ), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Setelah hal itu dilakukan kita juga perlu mengetahui apa yang di inginkan
konsumen / hal yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli suatu
produk.
Apa yang menjadi pertimbangan bagi konsumen dalam memutuskan untuk
membeli rumah?
1. Lokasi
Lokasi merupakan pertimbangan utama bagi calon konsumen untuk membeli
property. Lokasi berhubungan dengan akses ke tempat beraktifitas. Developer
yang memiliki lokasi dekat ke tempat strategis seperti pusat bisnis, pusat
pemerintahan dan pusat keramaian lainnya menjadi jaminan sukses bagi seorang
developer.
Mantra sakti bagi seorang developer sejak dulu bahwa hanya ada tiga syarat
supaya property yang kita kembangkan sukses, pertama adalah lokasi, syarat
kedua lokasi, syarat ketiga lokasi. Syarat ini masih berlaku sampai sekarang,
dengan penambahan syarat-syarat berikut tentunya.
2. Tema Arsitektur
Syarat inilah yang mungkin dilanggar oleh teman saya seperti obrolan di atas.
Tema arsitektur merupakan hal yang penting bagi konsumen. Tema arsitektur dari
rumah yang kita pasarkan seharusnya sesuai dengan tren disain mutakhir. Kita
harus jeli melihat kemauan pasar dan menyediakan produk yang sesuai dengan
selera konsumen.
Tema arsitektur juga berhubungan dengan disain antar ruang dari bangunan,
pencahayaan alami dan tambahan, permainan warna yang elegan. Disain antar
ruang menjamin kenyamana lalu lintas penghuni dalam berpindah ruangan
sehingga penghuni menjadi nyaman di dalam rumah.
Dengan disain yang benar ruangan dengan tanah terbatas bisa memberikan kesan
sebaliknya. Hal ini akan berbeda jika rumah didisain oleh orang yang tidak
mengerti disain pemanfaatan ruang yang optimal.
Dalam mendisain, seorang arsitek berpengalaman juga memperhatikan
lingkungan sekitar. Seperti arah matahari, posisi taman dan lain sebagainya.
Ya, akan lebih baik kita menyerahkan disain kepada arsitek dengan sejumlah
biaya dibandingkan dengan kita disain sendiri tapi menghasilkan disain yang
kurang bagus.
3. Kualitas Bangunan
Adalah wajib hukumnya bagi kita sebagai developer menyediakan rumah yang
terbuat dari material yang berkulitas. Bangunan dengan mutu material seadanya
akan memberikan dampak yang besar dalam menarik calon konsumen.
Kita harus memahami bahwa konsumen itu terdiri dari orang-orang aneh yang
menginginkan barang yang berkualitas tetapi dengan harga murah.
4. Cara Bayar
“Harga rumah berapa pak?” tanya seorang calon konsumen ke saya.
Setelah saya menjawab dengan harga rumah yang kami tawarkan, dia bertanya
lagi.
“DP-nya berapa ya pak”
Itulah pertanyaan yang seringkali kita dengar dalam memasarkan produk
perumahan menengah ke bawah. Saya selalu jelaskan bahwa mengenai DP (down
payment) bisa sangat flexible tergantung kemampuannya mencicil nantinya.
Penilaian bank terhadap kemampuan finansial konsumen juga sangat menentukan
DP yang harus dibayar konsumen.
Dalam konteks perumahan menengah ke bawah, sedapat mungkin konsumen
membayar semurah mungkin untuk DP, karena ini berhubungan dengan tipikal
orang kita yang sulit menabung untk bayar DP walaupun punya kemampuan yang
baik dalam mencicil.
5. Harga
Harga merupakan faktor terakhir menjadi pertimbangan membeli bagi konsumen.
Harga yang lebih murah membuat kita lebih mudah memasarkan produk kita
tetapi dengan memperhatikan faktor-faktor sebelumnya.
Besar kemungkinan konsumen akan memilih produk yang lebih mahal tetapi
dengan cara bayar yang flexible dibandingkan dengan perumahan yang lebih
murah tetapi dengan cara bayar yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Dari uraian di atas terlihat bahwa kesalahan teman saya bisa jadi terletak pada
tema arsitektur yang tidak memperhatikan selera pasar dan disain ruang yang
kurang comfort bagi penghuni, mutu bangunan yang kurang bagus atau cara bayar
yang tidak kompromistis dengan kemauan konsumen.
Setelah kita mengetahui hal-hal yang telah disebutkan diatas maka kita sudah
dapat mengetahui taktik jitu kita dalam memasarkan perumahan yang ingin kita
jual supaya menarik konsumen. Pemasaran bisa melakukan berbagai macam
media seperti media elektronik (SMS , Iklan TV / Radio, dan melalui berbagai
sosial media lainnya) serta bisa melalui brosur / pamflet, dan spanduk
III. ASPEK-ASPEK HUKUM YANG PERLU DIPERHATIKAN DAN
DIPERSIAPKAN
IV. KESIMPULAN
V. DAFTAR PUSTAKA
VI. LAMPIRAN