membangun sistem pendidikan yang berbudaya di era globalisasi

6
MEMBANGUN SISTEM PENDIDIKAN YANG BERBUDAYA DI ERA GLOBALISASI Beberapa tahun terakhir masalah sumber daya manusia menjadi isu strattegis dalam pembangunan, sumber daya manusia dianggap sebagai kekuatan utama dalam menjaga kelangsungan pembangunan nasional. Perhatian khusus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi semakin penting terutama untuk menghadapi era globalisasi. Untuk menghadapi tantangan ini diperlukan upaya yang lebih nyata, terencana, sistematis dan konsisten untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui Presiden dan DPR pada tanggal 11 juni 2003 telah mensahkan UU Sisdiknas yang baru, yaitu UU Sisdiknas No 20 tahun 2003. Dalam konteks ini, paparan yang akan penulis sampaikan lebih ditekankan pada bagaimana membangun system pendidikan yang tangguh agar mampu menghasilkan sumber daya manusia yang siap menghadapi era globalisasi. Menurut Eti Rochaeti (2006 :62) ada dua pengertian dasar yang perlu dicatat dalam memahami konteks peningkatan SDM ini : Pertama, sumber daya manusia tidak diartikan sebagai sumber daya dalam konteks ekonomi, tetapi SDM sebagai insane dengan segala keutuhannya (human being as a whole). Dengan pemikiran tersebut , SDM tidak dipandang sebagai factor produksi setara dengan sumber daya yang lain, tetapi lebih kea rah sebuah asset yang mesti dipelihara dengan baik karena manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia memiliki daya yang bersumber dari jasmani, akal, kalbu dan nafsu. Dengan demikian, kualitas sumber daya manusia adalah kualitas seluruh potensi yang ada dalam diri manusia, yaitu kualitas akal, kalbu, nafsu dan jasmani. Kualitas akal, kalbu, dan nafsu tercermin dalam daya pikir, daya zikir, akhlak dan moral . Kualitas akal, kalbu dan nafsu diwujudkan dalam kecerdasan emosional (emotional quotient). Sedangkan kualitas jasmani utamanya diukur dengan derajat kesehatan fisik manusia. Kedua, pendidikan tidak dipandang sebagai “ramuan ajaib” yang mampu memecahkan segala permasalahan dalam membangun dunia dengan segala bentuk cita – citanya. Pendidikan harus dipandang sebagai

Upload: mencari-ilham

Post on 25-Jun-2015

304 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Membangun Sistem Pendidikan Yang Berbudaya Di Era Globalisasi

MEMBANGUN SISTEM PENDIDIKAN YANG BERBUDAYA DI ERA GLOBALISASI Beberapa tahun terakhir masalah sumber daya manusia menjadi isu strattegis dalam pembangunan, sumber daya manusia dianggap sebagai kekuatan utama dalam menjaga kelangsungan pembangunan nasional. Perhatian khusus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi semakin penting terutama untuk menghadapi era globalisasi. Untuk menghadapi tantangan ini diperlukan upaya yang lebih nyata, terencana, sistematis dan konsisten untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui Presiden dan DPR pada tanggal 11 juni 2003 telah mensahkan UU Sisdiknas yang baru, yaitu UU Sisdiknas No 20 tahun 2003.    Dalam konteks ini, paparan yang akan penulis sampaikan lebih ditekankan pada bagaimana membangun system pendidikan yang tangguh agar mampu menghasilkan sumber daya manusia yang siap menghadapi era globalisasi. Menurut Eti Rochaeti (2006 :62) ada dua pengertian dasar yang perlu dicatat dalam memahami konteks peningkatan SDM ini : Pertama, sumber daya manusia tidak diartikan sebagai sumber daya dalam konteks ekonomi, tetapi SDM sebagai insane dengan segala keutuhannya (human being as a whole). Dengan pemikiran tersebut , SDM tidak dipandang sebagai factor produksi setara dengan sumber daya yang lain, tetapi lebih kea rah sebuah asset yang mesti dipelihara dengan baik karena manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia memiliki daya yang bersumber dari jasmani, akal, kalbu dan nafsu. Dengan demikian, kualitas sumber daya manusia adalah kualitas seluruh potensi yang ada dalam diri manusia, yaitu kualitas akal, kalbu, nafsu dan jasmani. Kualitas akal, kalbu, dan nafsu tercermin dalam daya pikir, daya zikir, akhlak dan moral . Kualitas akal, kalbu dan nafsu diwujudkan dalam kecerdasan emosional (emotional quotient). Sedangkan kualitas jasmani utamanya diukur dengan derajat kesehatan fisik manusia.   Kedua, pendidikan tidak dipandang sebagai “ramuan ajaib” yang mampu memecahkan segala permasalahan dalam membangun dunia dengan segala bentuk cita – citanya. Pendidikan harus dipandang sebagai salam satu wahana untuk untuk mengembangkan kualitas SDM. Dengan pandangan seperti ini, bahwa pengembangan kualitas SDM tidak hanya ditentukan oleh system pendidikan saja tetapi juga oleh banyak factor lain di luar system pendidikan. Ini sesuai dengan perubahan – perubahan mendasar dari UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 yang lebih menekankan demokratisasi dan desentralisasi pendidikan serta peran serta masyarakat.

1) Pentingnya Strategi BudayaAbad ke 21 dunia menghadapi perubahan menuju babak baru yang jauh lebih kompleks dari abad – abad sebelumnya. Berbagai perubahan fundamental akan terus berlangsung di semua aspek kehihupan manusia. Kemajuan teknologi dalam era globalisasi mengakibatkan interaksi budaya akan berjalan semakin intensif dan terbuka sehingga berdampak pada terjadinya perubahan budaya yang sangat fundamental. Globalisasi budaya ini menyebakan perubahan pola gaya hidup, bahkan nilai – nilai dan tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa globalisasi tidak selalu membawa dampak positip bagi umat manusia. Dalam era globalisasi budaya ini menurut Eti Rochaeti (2006 : 63) ada tiga aspek kehidupan yang berubah dan cenderung terus berubah, yaitu budaya 3 – F , budaya makan (food), budaya berbusana (fashion) dan budaya memenuhi kesenangan hidup (fun). 

Page 2: Membangun Sistem Pendidikan Yang Berbudaya Di Era Globalisasi

Dengan demikian, tantangan berat harus dihadapi dalam abad ini adalah memperkokoh moral dan budaya bangsa. Semua tantangan yang ada berkaitan dengan kualitas SDM. SDM yang bermoral dan berbudaya, serta berdaya saing tiggi juga berwawasan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibangun melalui pendidikan. Karena ancaman globalisasi yang paling mendasar adalah globalisasi budaya yang berdampingan dengan globalisasi ekonomi maka strategi yang harus diutamakan adalah strategi budaya. Depdiknas memiliki mandat utama membangun manusia Indonesia yang terdidik dan berbudaya. Oleh karena itu membangun system yang tangguh harus diatikan membangun pendidikan yang berbudaya. Hal ini merupakan amanat yang terkandung dalam UUD 45 dan juga UU no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.

2) Masalah Utama PendidikanPembangunan Pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak Indonesia merdeka telah memberikan hasil yang cukup signifikan. Namun jika dibandingkan dengan negara – negara Asean, kita masih ketinggalan jauh. Oleh karena itu, upaya yang lebih aktif perlu ditingkatkan agar Negara kita tidak menjadi tamu dan orang terasing di negeri sendiri. Upaya untuk membangun sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, berwawasan iptek, serta bermoral dan berbudaya bukanlah menjadi pekerjaan yang ringan. Hal ini disebabkan dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah internal yang cukup mendasar dan bersifat komplek. Menurut Eti Rochaeti (2006 : 65) ada beberapa masalah internal pendidikan yang dihadapi, antara lain :(1) Rendahnya pemerataan kesempatan belajar disertai banyaknya peserta didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (2) Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA), matematika, serta bahasa terutama bahasa Inggris, padahal penguasaan materi tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan IPTEK.(3) Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi melampaui waktu standar yang telah ditetapkan.(4) Rendahnya efisiensi eksternal system pendidikan yang disebut dengan relevansi pendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus meningkat. (5) Terjadinya kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan social. 

3) Membangun Sistem Pendidikan yang TangguhSistem pendidikan yang tangguh dan berkualitas akan menghasilkan lulusan yang berkualitas pula, sebagaimana dirumuskan dalam UU No 20 tahun 2003, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Masalahnya apakah proses pendidikan yang diselenggarakan saat ini sudah mengarah pada tujuan ideal sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional. Kecenderungan era globalisasi akan mempengaruhi system pendidikan nasional pada 4 aspek, yaitu aspek isi, sarana, metode dan manajemen. Langkah – langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi era globalisasi dalam konteks system pendidikan adalah sebagai berikut :(1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen pendidikan, baik pada tingkat mikro maupun tingkat makro. Hal ini sangat penting, mengingat pengaruhnya cukup kuat terhdap

Page 3: Membangun Sistem Pendidikan Yang Berbudaya Di Era Globalisasi

penghematan sumber daya manusia, dana dan sarana yang tersedia. (2) Menciptakan kelembagaan agar daerah mempunyai peranan dan keterlibatan yang lebih besar dalam penyelenggaraan pendidikan. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan jumlah penduduknya banyak, dengan kondisi seperti ini, manajemen sentralistik sudah tidak memungkinkan lagi. Oleh karena itu manajemen pendidikan nasional perlu diubah menjadi desentralisasi dengan tetap memperhatikan wawasan kebangsaan demi persatuan dan kesatuan bangsa.(3) Mendorong peran serta masyarakat termasuk lembaga social kemasyarakatan dan dunia usaha sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan dan penyelenggaraan pendidikan. Peran serta masyarakat tidak diarahkan pada karitas (charity) tetapi lebih diarahkan pada kegiatan social dalam hal ini pada bidang pendidikan (filantropi).(4) Menyediakan fasilitas yang memadai, agar peserta didik tumbuh dan berkembang secara sehat, dinamis, kreatif dan produktif. (5) Menciptakan system pendidikan yang proaktif dan fleksibel. Sistem pendidikan tersebut dapat mewujudkan konsep keterkaitan dan kesepadanan (link and match)(6) Menciptakan suasana dan proses belajar mengajar yang mampu membangkitkan dan mengembangkan kreativitas, inovasi serta minat dan semangat belajar. (7) Menanamkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini di tingkat sekolah dasar dalam rangka menumbuhkan budaya iptek. (8) Mengembangkan daya juang, profesionalisme dan wawasan keunggulan. Profesionalisme dan wawasan keunggulan merupakan kata kunci yang perlu disosialisasikan dalam upaya membangun sumber daya manusia yang berkualitas di era globalisasi. Daya juang akan menjadi bagian dari sikap hidup, watak dan kepribadian dari SDM.(9) Mengembangkan sikap hidup yang hemat, cermat, teliti, tertib, tekun dan disiplin. Nilai – nilai tersebut merupakan nilai – nilai dasar yang harus tertanam dalam setiap individu. Penanaman nilai – nilai dasar harus menjadi salah satu misi utama dari proses pendidikan. (10) Menumbuhkan moral dan budi pekerti luhur sebagai pengejawantahan dari keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Aspek moral dan budi pekerti tidak hanya menyentuh unsur kognitif, namun harus lebih ke aspek afektif dan psikomotik sehingga keluhuran moral dan budi pekerti menjadi bagian dari watak dan kepribadian peserta didik di Indonesia.

4) Meningkatkan Kualitas GuruDari semua unsur yang terdapat dalam system pendidikan, guru atau dosen merupakan factor yang sangat menentukan kualitas lulusan sebagai output utama dari system pendidikan. Upaya peningkatan kualitas guru menjadi sangat penting dan strategis. Persyaratan kualitas tidak hanya dalam kualifikasi jenjang pendidikannya tetapi juga kompetensinya yang mendukung pelaksanaan tugas pengajaran dan pendidikan. Dalam permasalahan guru, kita dihadapkan pada beberapa persoalan kunci, sbb :(1) Jabatan guru belakangan ini cenderung tidak menarik karena berbagai factor terutama menyangkut tingkat kesejahteraan dan pengembangan karier.(2) Lulusan perguruan tinggi lebih tertarik bekerja di lembaga bisnis daripada menjadi tenaga pengajar di perguruan tinggi (dosen)(3) Banyak terjadi guru mengajar tidak sesuai dengan kualifikasi keahliannya. (4) Adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan pengadaan guru. Pola pembinaan karier guru yang berlaku saat ini, tampaknya belum dapat membedakan adanya

Page 4: Membangun Sistem Pendidikan Yang Berbudaya Di Era Globalisasi

penghargaan dalam promosi kenaikan pangkat antara yang professional dan tidak professional. Kenyataan lain intensif guru yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi tidak terdapat perbedaan. Dalam era informasi ini fungsi guru sebagai pengajar dalam arti menyampaikan informasi sudah bergeser. Guru bukan lagi menjadi satu – satunya penyampai informasi. Peran guru pada era sekarang ini lebih ditujukan sebagai motivator dan fasilitator. Pergeseran fungsi tersebut menuntut perlunya penyesuaian dalam system pendidikan dan pola pelatihan guru. 

REFERENSI--------------- 2005, UNDANG – UNDANG N0 20 TAHUN 2003 Tentang Sistem Pendididikan Nasional.Engkoswara, “Pendidikan, Mewujudkan Visi Indonesia 2002” Pikiran Rakyat : 2 Mei 2001 (diakses lewat internet tanggal 11 Agustus 2006)Eti Rochaeti, 2006, SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ; Bumi Aksara; Jakarta-----------------, 2004, “Pendidikan dan Nasib Masa Depan Bangsa”, Kompas : 04 November 2004 : Jakarta (diakses lewat internet pada www. Sampoerna Foaudation. co.id. tanggal 14 Agustus 2006)Rudy C. Tarumingkeng, 2000, “ Peran Strategis Pengembangan Sumber Daya Manusia” , Handout Kuliah Perdana MSDM Program Pasca Sarjana UKRIDA.-----------------, 2006, “Dunia Pendidikan di Indonesia ; Perlu Belajar dan Bereflesi Diri”, Kedaulatan Rakyat : 24 April 2006 : Yogyakarta (diakses lewat internet pada www. Sampoerna Foaudation. co.id. tanggal 14 Agustus 2006) Last Updated ( Tuesday, 19 May 2009 )