guru di era globalisasi
TRANSCRIPT
MAKALAH
PROFESI KEGURUAN
TENTANG
ANALISIS GURU NON SERTIFIKASI DI ERA GLOBALISASI
Dosen Pembimbing
Dra. Hj. DIAH PUJI NALIBRATA, M.Si
Oleh :
LUNGIT WAWASTIONO ( 087169 )
2008 / E
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
1
2010
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan
inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Profesi Keguruan yang berjudul
“ANALISIS KASUS GURU NON SERTIFIKASI DI ERA GLOBAL”.
Dalam penyusunan makalah ini adalah bertujuan untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Profesi Keguruan program studi Bahasa Inggris 2008-E. Selain itu, penulis berharap
agar pembaca dapat memahami hak dan kewajiban seorang guru dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Diah Puji Nali Brata, M.Si.
selaku dosen pembimbing Profesi Keguruan, serta semua yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik para pembaca.
Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat menambah wawasan pembaca tentang apa hak dan kewajiban
seorang guru.
Jombang, 20 juni 2010
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B.Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C.Tujuan Masalah ........................................................................... 6
BAB II : PEMBAHASAN
1. Konsep pendidikan ...................................................................... 5
2. Ciri-Ciri Guru Profesional ............................................................ 10
3. Kode Etik, Tugas, Tanggung Jawab dan Peran Guru.................... 16
4. Sertifikasi ...................................................................................... 22
5. Tunjangan Guru ............................................................................ 23
6. Analisis Kasus .............................................................................. 25
BAB III : PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 32
B. Saran ............................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33
LAMPIRAN ..................................................................................................... 34
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Rasullah SAW pernah bersabda (dalam Assayuti, hal:36) bahwa “sesuatu
pekerjaan yang diserahkan kepada seseorang bukan profesinya, maka tunggulah suatu
kehancuran”(Rawahu Bukhari). Kata profesi identik juga dengan kata keahlian, demikian
juga Jarvis (1983) mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai
seorang ahli (expert). Pada sisi lain profesi mempunyai pengertian seseorang yang
menekuni pekerjaan berdasarkan intelektualitas. Hal demikian dapat dibaca pula pendapat
Volmer dan Mills (1966), Mc Cully (1969), dan Diana W. Kommers (dalam Sagala,
2000:195-196), mereka sama-sama mengartikan profesi sebagai spesialisasi dari jabatan
intelektual yang diperoleh melalui studi dan training, bertujuan menciptakan ketrampilan,
pekerjaan yang bernilai tinggi, sehingga ketrapilan dan pekerjaan itu diminati, disenangi
oleh orang lain, dan dia dapat melakukan pekerjaan itu dengan mendapat imbalan berupa
bayaran, upah, dan gaji (payment), (Marinis Yamin, 2005).
Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia menaruh harapan
terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal (Mulyasa, 2005:10). Minat,
4
bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa
bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual.
Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan
membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia (SDM). Ironisnya kekawatiran di dunia pendidikan kini menyeruak ketika
menyaksikan tawuran antar pelajar yang bergejolak dimana-mana. Ada kegalauan muncul
kala menjumpai realitas bahwa guru di sekolah lebih banyak menghukum daripada
memberi reward siswanya. Ada kegundahan yang membuncah ketika sosok guru berbuat
asusila terhadap siswanya. Dunia pendidikan yang harusnya penuh dengan kasih sayang,
tempat untuk belajar tentang moral, budi pekerti justru sekarang ini dekat dengan tindak
kekarasan dan asusila. Dunia yang seharusnya mencerminkan sikap-sikap intelektual, budi
pekerti, dan menjunjung tinggi nilai moral, justru telah dicoreng oleh segelintir oknum
pendidik (guru) yang tidak bertanggung jawab. Realitas ini mengandung pesan bahwa
dunia guru harus segera melakukan evaluasi ke dalam. Sepertinya, sudah waktunya untuk
melakukan pelurusan kembali atas pemahaman dalam memposisikan professi guru.
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi guru
secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-
sama membawa kepentingan dan saling membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak
lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan,
dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi konflik muncul
sehingga pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas mudah melampiaskan kegundahan
dengan cara-cara yang tidak benar. Untuk itulah makalah ini saya susun sebagai bahan
kajian bagi guru atau pendidik agar dapat berperilaku dan bersikap profesional dalam
5
menjalankan tugas mulia ini. Guru yang kata masyarakat adalah sosok yang digugu dan
ditiru sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara, " Tut wuri Handayani, ing ngarso
sung tulodo, ing madya mengun karso ", (Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran
akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi murid serta selalu
mendorong murid untuk lebih baik dan maju) pada hakikatnya tidak hanya mengajarkan
materi yang menjadi tanggung jawabnya ketika anak didik berada di sekolah
namun dibalik tugas guru terdapat tanggung jawab yang sangat besar terhadap
anak didiknya yaitu membentuk pribadi anak didik agar mempunyai akhlaq yang
baik, tugas itu tidak akan dapat dilaksanakan jika pada diri guru itu sendiri mempunyai
pandangan bahwa tugasnya adalah hanya menyampaikan materi pelajaran saja.
( Rustantiningsih, Aticle, (http//www.article.pendidikannetwork.com) ).
Profesi guru adalah merupakan profesi yang sangat mulia dan orang
yang mengambil profesi ini adalah termasuk orang yang beruntung karena mereka
melepaskan belenggu kebodohan, mencerdaskan manusia, menciptakan manusia
berakhlaq, berbudi, beriman, bertaqwa, menggunakan fikiran, perasaan, dan
melatihkan keterampilan manusia. Ketrampilan dalam pekerjaan profesi sangat didukung
oleh teori yang telah dipelajarinya. Jadi seorang professional dituntut banyak belajar,
membaca dan mendalami teori tentang profesi yang digelutinya. Suatu profesi bukanlah
suatau yang permanen, ia akan mengalami perubahan dan mengikuti perubahan
perkembangan manusia, oleh karena itu penelitian terhadap suatu tugas profesi dianjurkan,
didalam keguruan dikenal dengan penelitian action research. (Martinis Yamin. 2006).
Allah swt juga berfirman dalam surat (Ali Imran : 104) " Dan hendaklah ada diantara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaijkan, menyuruh kepada
6
yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang
yang beruntung (The Tso Chuan, abad ke 5 SM) menyampaikan bahwa " orang
mulia adalah orang yang memelopori suatu gerakan moral yang berguna bagi
generasinya dan juga generasi selanjutnya, memberikan jasa besar bagi masyarakat
pada umumnya ,kata-katanya memberikan pencerahan dan inspirasi bagi orang
lain.
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen ataau
bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga
professional, (Martinis Yamin, 2005). Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
adalah kompetensi kepribadian, hal ini tercantum dalam Penjelasan PP Nomor 14 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 8 adalah guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Poin kedua seorang guru harus
memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa,
berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja
sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan. Berdasarkan PP diatas dapat
disimpulkan bahwa guru harus memiliki kompetensi moral yang baik, agar menjadi teladan
bagi anak didiknya dan masyarakat. Guru merupakan profesi yang strategis untuk
mengurangi keterpurukan moral bangsa ini. Kompetensi kepribadian guru harus menjadi
prioritas dibanding kompetensi lainya. Pengujian kompetensi guru melalui sertifikasi dalam
bentuk portofolio beberapa waktu lalu, tidak (belum) mendeskripsikan integritas moral
yang dimiliki oleh seorang guru, padahal kompetensi inilah yang paling substansial dalam
proses pendidikan. Sudah saatnya sertifikasi guru memuat instrument/rekaman moral yang
7
dimiliki oleh guru, kompetensi kepribadian guru dapat di nilai oleh siswa dan masyarakat,
jadi dalam penilainya perlu melibatkan keduanya. Sertifikasi guru akan terus dilaksanakan
oleh pemerintah, pada tahun 2008 ini setifikasi guru merupakan program utama
Departemen Pendidikan Nasional. Seharusnya program ini dapat menghasilkan guru yang
memiliki integritas moral yang baik, berkorelasi dengan meningkatnya moral bangsa dan
sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1) huruf a meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta
penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan
maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan
prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan p erjanjian kerja atau kesepakatan
kerja bersama.
Guru yang diharapkan adalah untuk mengabdikan diri di lembaga pendidikan
bukan guru yang hanya mengejar materi tetapi mampu menjadi guru yang profesional
dalam mendidik anak didiknya untuk mewujudkan kecerdasan yang menyeluruh. Pada
penelitian ini penulis ingin menyampaikan sebuah peristiwa yang menggambarkan kinerja
guru yang dimiliki oleh bangsa kita, sebuah kasus yang dimuat dalam.Koran Jawa
Pos edisi Kamis 11 Maret 2010 yaitu tentang Guru Nonsertifikasi Bakal Gugat Dewan
karena masalah pengembalian tunjangan yang diterima sejumlah guru Di Sumenep Madura,
para guru non sertifikasi ini menggugat karena surat rekomendasi pengembalian tunjangan
8
tersebut landasan hukumnya tidak jelas, hukum pemberian tunjangan tambahan penghasilan
guru adalah (Perbup). Oleh karena hal itulah penulis mengambil judul “ANALISIS KASUS
GURU NON SERTIFIKASI DI ERA GLOBALISASI” yang semoga bisa menjadi
pelajaran bagi kita semua bagaimana kondisi pendidikan di negara kita ini.
II. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep pendidikan secara umum?
b. Bagaimana ciri-ciri guru di era globalisasi?
c. Bagaimana kode etik, tugas, tanggung jawab dan peran seorang guru?
d. Bagaimana sertifikasi guru?
e. Bagaimana konsep tunjangan guru?
f. Bagaimana analisis kasus guru berdasarkan Undang-undang Guru dan dosen?
II. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui konsep pendidikan secara umum.
b. Untuk mengetahui ciri-ciri guru di era globalisasi.
c. Untuk mengetahui kode etik, tugas, tanggung jawab dan peran seorang guru
d. Untuk mengetahui sertifikasi guru
e. Untuk mengetahui konsep tunjangan guru
f.. Untuk mengetahui analisis kasus guru berdasarkan Undang-undang Guru dan dosen.
9
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Pendidikan
a. Pengertian pendidikan
Pendidikan menurut Islam ialah suatu proses untuk merubah, melatih dan
mendidik akal, jasmani, rohani manusia dengan berasaskan nilai-nilai Islam yang
bersumber wahyu guna melahirkan ihsan yang bertaqwa dan mengabdikan diri kepada
Allah SWT.
Pendidikan itu bisa diterima dari formal dan nonformal, karena pendidikan itu
tidak mengenal usia dan batasan. Pendidikan orang yang pertama dalam pendidikan adalah
guru. Guru yang berperan pada peserta didiknya dalam proses pembelajaran.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia
menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah pada era reformasi ini
sangat serius menangani bidang pendidikan, karena dengan menerapkan sistem pendidikan
yang baik serta ditunjang pula oleh guru yang bermutu dan profesional diharapkan muncul
generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dilandasi oleh semangat keberagamaan.
Penyelenggaraan pendidikan pada hakekatnya memiliki tujuan utama untuk
menghasilkan dan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Di samping itu pula
10
menghasilkan lulusan dan anak didik yang bisa mengikuti perkembangan zaman. Untuk
dapat melakukan hal itu, sekolah-sekolah tidak akan bisa menghindari diri dari berbagai
tantangan masa depan yang sulit sekali untuk diramalkan, serta selalu mengalami
perubahan. Oleh karena itu, dunia pendidikan di Indonesia juga akan menghadapi
ketidakpastian akibat dari adanya perubahan-perubahan, baik yang bersifat internal maupun
eksternal.
Dengan diterapkannya reformasi pendidikan pada lembaga-lembaga sekolah
merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk
mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia
untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan,
pendidikan harus berwawasan masa depan yang bisa memberikan jaminan bagi perwujudan
hak-hak asasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara
optimal guna kesejahteraan hidup rakyat Indonesia di masa depan.
b. Fungsi pendidikan
1. Pendidikan sebagai proses transformsi budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan
pewarisan budaya dari satu generasi kegenerasi yang lain. Seperti bay lahir sudah berada di
dalam suatu lingkungan budaya tertentu. Di dalam lingkungan masyarakat dimana seorang
bayi dilahirkan telah terdapat kebiasaan-kebiasaan tertentu, larangan-larangan dan anjuran,
dan ajakan tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat.
11
2. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan
yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.
Sistematis oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap dan berkesinambungan
(prosedural) dan sistemik oleh karena berlangsung dalam semua situasi kondisi, di semua
lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat).
3. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara
pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan
terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Bagi kita
warga negara yang baik diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan kewajiban sebagai
warga negara.
4. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing
peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa
pembentukan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi
misi penting darii pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia.
12
5. Definisi pendidikan menurut GBHN
GBHN 1988 (BP 7 pusat,1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan
nasional sebagai berikut: Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan berdasarakan pancasila serta Undang-undang Dasar 1945 diarahkan untuk
meningkatkan kecerdasan serta harkat dn martabat bangsa, mewujudkan manusia serta
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat
sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa, ( umar tirtaraharja, 2005: 33 ).
2. Ciri-Ciri Guru Professional
a. Pengertian profesi
Rasullah SAW pernah bersabda (dalam Assayuti, hal:36) bahwa “sesuatu pekerjaan
yang diserahkan kepada seseorang bukan profesinya, maka tunggulah suatu
kehancuran”(Rawahu Bukhari). Kata profesi identik juga dengan kata keahlian, demikian
juga Jarvis (1983) mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai
seorang ahli (expert). Pada sisi lain profesi mempunyai pengertian seseorang yang
menekuni pekerjaan berdasarkan intelektualitas, ( Martinis Yamin, 2006).
Dalam pembicaraan sehari-hari kita mendengar istilah profesi atau professional
seperti kalimat; yang berprofesi sebagai dokter, arsitek dan lain-lain sebagaimana kita
13
dengar dalam pemberitaan. Dapat kita simpulkan bahwa profesi adalah suatu
jabatan/pekerjaan yang digeluti seseorang sepanjang hayat sesuai dengan skill (keahlian)
yang dimiliki yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kepada khalayak sesuai
dengan bidangnya.
1. Pengertian profesi menurut Osnstien dan Live 1984: Melayani masyarakat,
merupakan karir yang dilakukan sepanjang hayat. Melakukan bidang dan ilmu dan
kerampilan tertentu. Memerlukan latihan khusus dalam jangka waktu yang lama.
Melakukan status social dan ekonomi yang tinggi.
2. Pengertian profesional menurut Sanusi et all (1991) mengatakan bahwa profesi
adalah: Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikan yang menentukan (erusial)
b. Ciri-ciri profesi .
Sanusi et al. (1991), mengutarakan ciri utama suatu profesi itu sebagai berikut:
a). Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikasi sosial yang menentukan
(crusial).
b). Jabatan yang menuntut ketrampilan/ keahlian tertentu.
c). Ketrampilan/ keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemacahan
masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
14
d). Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik,
eksplisit, yang bukan hanya sekadar pendapat khalayak umum.
e). Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang
cukup lama.
f). Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-
nilai profesional itu sendiri.
g). Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang
teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
h). Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement
terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
i). Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari
campur tangan orang luar.
j). Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan oleh
karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula. ( Soecipto,2004:17 )
c. Profesi guru
1. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
15
b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan,
dan akhlak mulia.
c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas.
d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuaio dengan bidang tugas.
e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, dan
i. mamiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenagan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
2. pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselengggarakan
melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak
diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dank ode etik profesi.
d. Guru yang professional
16
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang di
bayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya
kepada siswa kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategorikakn sebagai
guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru profesional, mereka harus memiliki
berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik
guru, dan lain sebagainya sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara: “utwuri handayani, ing
garso sung tulodo, ing madyo mangun karso”. Tidak cukup dengan menguasai materi
pelajaran akan tetapi mengayomi murud, menjadi contoh bagi murid serta selalu
mendorong murid untuk lebih maju dan lebih baik.guru profesional selalu mengembangkan
dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin
membaca literatur- literatur. Oemar Hamalik dalam bukunya Profesi Belajar Mengajar
(2001; 118), guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi:
1. Memiliki bakat sebagai guru.
2. Memiliki keahlian sebagai guru.
3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
4. Memiliki mental yang sehat.
5. Berbadan sehat.
6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
7. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.
8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.
Profesional dilihat dari kriteria yang dikemukakan para ahli mempermudah kita
memahami dan mengetahui kaidah-kaidah profesi, secara konsep profesional memiliki
aturan-aturan dan teori, teori untuk dilaksanakan dalam praktik dan unjuk kerja, teori dan
17
praktik merupakan perpaduan yang tidak dapat dipisahkan.keterampilan dalam pekerjaan
profesi sangat didukung oleh teori yang telah dipelajarinya. Jadi seorang profesional
dituntut banyak belajar, membaca dan mendalami teori tentang profesi yang digelutinya.
Secara konseptual, unjuk kerja guru menurut Depdikbud dan johnson (1980)
(dalam sanusi, 1991:36) mencakup tiga aspek, yaitu:
(a) Kemampuan profesional, mencakup:
1. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan,
dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu.
2. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.
3. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
(b) Kemampuan sosial, mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan kerja
dan lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai guru.
(c) Kemampuan personal, mencakup:
1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
2. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh
seseorang guru.
3. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para
siswanya.
e. Kemampuan professional guru
Kemampuan professional mencakup:
1. penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas pengausaan bahan yang harus
diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu.
2. penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan
18
keguruan.
3. penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa,
(Martinis Yamin, 2006).
3. Mengetahui Kode Etik, Tugas, Tanggung Jawab Dan Peran Seorang Guru
a. Kode etik guru
Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara serta pada kemanusiaan pada umumnya. Guru
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada UUD 1945, turut bertanggung jawab atas
terwujudnya cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, oleh
kerena itu, Guru Indonesia terpangil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani
dasar-dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila.
a. Guru menghormati hak individu dan kepribadian anak didiknya masing-
masing
b. Guru berusaha mensusseskan pendidikan yang serasi (jasmaniyah dan
rohaniyah) bagi anak didiknya
c. Guru harus menghayati dan mengamalkan pancasila
d. Guru dengan bersunguh-sunguh mengintensifkan Pendidikan Moral Pancasila
bagi anak didiknya
e. Guru melatih dalam memecahkan masalah-masalah dan membina daya krasai
anak didik agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang
19
membangun
f. Guru membantu sekolah didalam usaha menanamkan pengetahuan
keterampilan kepada anak didik.
2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
a. Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan anak
didiknya masing-masing
b. Guru hendaknya luwes didalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
klebutuhan anak didik masing-masing
c. Guru memberi pelajaran di dalam dan di luar sekolah berdasarkan kurikulum
tanpa membeda-bedakan Janis dan posisi orang tua muridnya
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik,. Tetapi menghindarkan diri dari segtsala bentuk penyalah gunaan
a. Komunikasi Guru dan anak didik didalam dan diluar sekolah dilandaskan
pada rasa kasih sayang
b. Untuk berhasilnya pendidikan, maka Guru harus mengetahui kepribadian
anak dan latar belakangt keluarganya masing-masing.
c. Komunikasi Guru ini hanya diadakan semata-mata untuk kepentingan
pendidikan anak didik
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan
orang tua murid dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik
a. Guru menciptakan suasana kehidupan sekol;ah sehingga anak didik betah
20
berada dan belajar di sekolah
b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua murid sehingga dapat
terjalin pertukaran informasi timbale balik untuk kepentingan anak didik
c. Guru senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritik membangun yang
disampaikan orang tua murid/ masyarakat terhadap kehidupan sekolahnya.
d. Pertemuan dengan orang tua murid harus diadakan secara teratur
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat disekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan
a. Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi keguruan
b. Guru turut menyebarkan program-progaram pendidikan dan lkebudayaan
kepada masyarakat seketernya, sehingga sekolah tersebut turut berfubgsi
sebagai pusat pembinaan dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan
ditempat itu
c. Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai
unsur pembaru bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya.
d. Guru turut bersama-sama masyarakat sekitarnya didalam berbagai aktifitas
e. Guru menusahakan terciptanya kerjasama yang sebaik-bainya antara sekolah,
orang tua murid, dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha pendidikan atas
dasar kesadaran bahwa pendidikan merupakan tangung jawab nersama
antara pemerintah, orang t5ua murid dan masyarakat.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
a. Guru melanjutkan setudinya dengan :
21
· Membaca buku-buku
· Mengikuti loka karya, seminar, gterakan koperasi, dan pertemuan-pertemuan
pendidikan dan keilmuan lainnya
· Mengikuti penataran
· Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian
b. Guru selalu bicara, bersikap dan bertindak sesuai dengan martabat profesinya,
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesame guru baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun didalam hubungan keseluruhan.
a. Guru senantiasa saling bertukar informasi pendapat, salung menasehatri dan
Bantu-membantu satu sama lainnya, baik dalam hubungan kepentingan
pribadi maupun dalam menuaikan tugas profgesinya
b. Guru tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik rekan-
rekan seprofesinya dan menunjang martabat guru baik secara keseluruhan
maupun secara pribadi
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan organisasi
guru professional sebagai sarana pengabdiannya.
a. Guru menjadi anggota dan membantu organisasi Guru yang bermaksud
membina profesi dan pendidikan pada umumnya
b. Guru senantiasa berusaha bagi peningkatan persatuan diantara sesame
pengabdi pendidikan
c. Guru senantiasa berusaha agar menghindarkan diri dari sikap-sikap ucapan,
dan tindakan yag merugikan organisasi
22
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan
a. Guru senantiasa tunduk terhadap kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan
pemerintah dalam bidang pendidikan
b. Guru melakukan tugas profesinya dengan disiplin dan rasa pengabdian
c. Guru berusaha membantu menyebarkan kebijak sanaan dan program
pemerintah dalam bidang pendidikan kepada orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya
d. Guru berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan
dilingkungan atau didaerahnya sebaik-baiknya, (syaiful bahri,2000:49).
b. Tugas guru
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan tugas guru adalah
sebagaiberikut:
1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
2. Kualifikasi Akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus
dimiliki oleh Guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di
tempat penugasan.
3. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk Guru.
23
4. Sertifikat Pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada Guru sebagai tenaga profesional.
5. Gaji adalah hak yang diterima oleh Guru atas pekerjaannya dari penyelenggara
pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
6. Organisasi Profesi Guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang
didirikan dan diurus oleh Guru untuk mengembangkan profesionalitas Guru.
7. Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama adalah perjanjian tertulis
antara Guru dan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang memuat
syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan
dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
8. Guru Tetap adalah Guru yang diangkat oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
penyelenggara pendidikan, atau satuan pendidikan untuk jangka waktu paling
singkat 2 (dua) tahun secara terus-menerus, dan tercatat pada satuan
administrasi pangkal di satuan pendidikan yang memiliki izin serta
melaksanakan tugas pokok sebagai Guru.
9. Guru Dalam Jabatan adalah Guru pegawai negeri sipil dan Guru bukan pegawai
negeri sipil yang sudah mengajar pada satuan pendidikan, baik yang
diselenggarakan Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun penyelenggara
pendidikan yang sudah mempunyai Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja
Bersama.
10. Pemutusan Hubungan Kerja atau Pemberhentian Kerja adalah pengakhiran
Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama Guru karena suatu hal yang
24
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara Guru dan penyelenggara
pendidikan atau satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, ( peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008).
c. Tangung jawab guru
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses
pendidikan di sebuah sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan
pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam
otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina
anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, mandiri, dan berakhlak
mulia. Syaiful Bahri Djamarah dalam Psikologi Belajar berpendapat bahwa baik mengajar
maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga
profesional.Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya
dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi, (Syaiful
Bahri, 2000).
4. Sertifikasi
a. Pengertian sertifikasi
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen ataau
bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga
professional. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi
kepribadian, hal ini tercantum dalam Penjelasan PP Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pasal 8 adalah guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
25
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Penyelenggaraan sertifikasi
Lembaga penyelenggaraan sertifikasi telah diatur oleh UU 14 Tahun 2005, pasal 11
(ayat 2) yaitu: perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kerja
kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Maksudnya
penyelenggaraan dilakukan oleh perguruan tinggi yang memiliki fakultas keguruan, seprti
FKIP dan fakultas tarbiyah UIN, IAIN, STAIN, STAIS yang telah terakreditasi oleh Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia dan ditetapkan oleh pemerintah.
Pelaksanaan sertifikasi diatur oleh peyelenggara, yaitu kerja sama antara Dinas
Pendidikan Nasional daerah atau Departemen Agama Provinsi dengan Perguruan Tinggi
yang ditunjuk. Kemudian pendanaan sertifikasi ditanggung oleh pemerintah dan pemerintah
daerah, sebagaimana UU 14 Tahun 2005, pasal 13 (ayat 1) pemerintah dan pemerintah
daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatkan kualifikasi akademik dan
sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah, dan masyarakat.
5. Tunjangan Guru
a. Tunjangan profesi
1. Pemerintah memberikan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dalam pasal
15 ayat (1) kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat
oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang
26
diselenggarakan oleh masyarakat.
2. Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setara dengan
1(satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa
kerja, dan kualifikasi yang sama.
3. Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam
anggaran endapatan dan belanja Negara (APBN) dan/atau anggaran pendapatan
dan beanja daerah (APBD).
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan profesi guru seabagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan peraturan
pemerintah, ( UU guru dan dosen no 14 tahun 2005, Pasal 16 ).
b. Tunjangan fungsional
1. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberikan tunjangan fungsional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) kepada guru yang diangkat
oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah.
2. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberikan subsidi tunjangan
fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) kepada gum yang
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Tunjangan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan subsidi
tunjangan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dialokasikan dalam
27
anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan
belanja daerah, ( UU guru dan dosen no 14 tahun 2005, Pasal 17 ).
c. Tunjangan khusus
1. Pemerintah memberikan tunjangan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 ayat (1) kepada guru yang bertugas di daerah khusus.
2. Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setara
dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa
kerja, dan kualifikasi yang sama.
3. Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerinta h daerah di daerah khusus,
berhak atas rumah dinas yang disediakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah, ( UU guru
dan dosen no 14 tahun 2005, Pasal 18 ).
6. Analisis Kasus Guru Non Sertifikasi Di Era Globalisasi.
SUMENEP – Penerima tunjangan tambahan penghasilan guru non sertifikasi 2009,
tampaknya, masih belum puas. Sejumlah guru mempersiapkan gugatan kepada DPRD
Sumenep karena keluarnya rekomendasi pengembalian tunjangan tersebut. Rekomendasi
DPRD itu nomor 188/02/KEP.PIM/435.050/2010. Isinya, dewan menyetujui pengembalian
28
tunjangan yang berasal dari APBD karena memiliki nomenklatur yang sama dengan
tunjangan dari pusat. Rekomendasi yang diselipkan Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep
bersamaan dengan pembagian dana tunjangan ke masing-masing UPT (unit pelayanan
teknis) disdik itu dianggap landasan hukumnya tidak jelas. Fauzi, salah satu advokat di
Sumenep, mengakui ada sejumlah guru akan menggugat dewan terkait rekomendasi
tersebut. ”Sudah delapan guru yang meminta saya untuk melakukan gugatan ke dewan,”
ungkapnya kemarin (10/3). Menurut dia penerbitan rekomendasi DPRD tersebut janggal.
Alasannya, dewan tidak menyertakan pertimbangan dasar hukum yang jelas untuk proses
pengembalian tunjangan tambahan pengahasilan guru dari APBD. ”Apa sandaran yuridis
yang menyatakan kedua tunjangan itu (tambahan pengahasilan daerah dan pusat,Red) sama,
sehingga harus dikembalikan salah satunya? Surat keputusan itu tidak mengikat bagi para
guru untuk mengembalikannya,” terangnya. Dia menjelaskan, dasar hukum pemberian
tunjangan tambahan pengahsilan guru sejak 2006 itu adalah Peraturan Bupati (Perbup)
Nomor 7/2009. sehingga, untuk proses pengembaliannya juga harus berdasarkan pada
ketentuan hukum pencabutan atau pengembalian baik berupa SK ataupun perbup. ”Saya
khawatir karena tidak ada dasar hukumnya, pengembalian uang yang sudah dikembalikan
hanya dijadikan bancaan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab,” katanya.
Sayangnya, Fauzi enggan membeberkan sejumlah guru yang meminta untuk menggugat
dewan. Alasannya, masih dalam tahap mempersiapkan. ”Kalau semua data yang kami
kumpulkan lengkap, nanti akan saya sampaikan secara terang-terangan,” janjinya. Kepala
Disdik Sumenep Moh. Rais mengatakan, disdik hanya sebagai fasilitator untuk
menyalurkan dana tunjangan untuk guru tersebut. ”Kami menyerahkan dana tambahan
penghasilan guru sepenuhnya. Jika ada yang mengembalikan dana yang dari daerah itu,
29
juga kami terima,” katanya. Dijelaskan, pengembalian uang tunjangan itu diterima atas
dasar keputusan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Sumenep.
”DPPKA sudah sosialisasi kepada tiap UPT penerima,” tegasnya. Selain itu, penerimaan
dana tunjangan juga didasarkan pada surat keputusan persetujuan dewan. Sehinga, tidak
ada alasan untuk menolak. ”Prinsip kami loyal kepada kebijakan dan patuh terahadap
ketentuan,” katanya lalu tersenyum. Bagaimana dengan dana pengembalian yang sudah
diterima disdik? Rais mengatakan, pihaknya secepatnya menyetorkan ke kas daerah.
”Tunggu apalagi, langsung saya setor. Kalau memang ketentuan pengembaliannya tidak
benar, nantinya uang itu kami minta lagi untuk kemudian diserahkan kepada penerima,”
katanya. Namun, DPRD terkesan acuh tak acuh menanggapi rencana gugatan guru. Wakil
Ketua DPRD Sumenep Moh. Hanif mengatakan, hal itu tak layak selalu dipermasalahkan.
”Itu (ketentuan pengembalian tunjangan, Red.) sudah bas,” sergahnya. Bahkan, Hanif
menilai, keresahan para guru karena diminta mengembalikan tunjangan karena ulah pihak
ketiga. Dalihnya, rekomendasi dewan itu sudah jelas. ”Mereka (para penerima, Red) hanya
dikompor-kompori saja,” tudingnya. Untuk diketahui, sebanyak 5.101 guru PNS non
sertifikasi yang tersebar di 18 UPT disdik di Sumenep mendapat dana tambahan
penghasilan dari APBN 2009 sebesar Rp 14,8 miliar. Namun, karena bantuan tersebut
memiliki nomor rekening rincian objek kegiatan yang sama dengan dana bantuan di APBD,
sehingga salah satunya harus dikembalikan. (uji/jpnn/abi).
30
Berikut ini adalah analisis kasus Guru Non Sertifikasi di Era Globalisasi:
No. Permendiknas / UU Fakta Keterangan
1. P.P. RI
NOMOR 41 TAHUN 2009
TENTANG TUNJANGAN PROFESI
GURU DAN DOSEN, TUNJANGAN
KHUSUS GURU DAN DOSEN,
SERTA TUNJANGAN
KEHORMATAN PROFESOR . BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 ayat (4) Tunjangan profesi
adalah tunjangan yang diberikan
kepada guru dan dosen yang
memiliki sertifikat pendidik sebagai
penghargaan atas profesionalitasnya.
Para guru tersebut
belum mendapat
sertifikat pendidik
sebagai penghargaan
atas profesionalitasnya
karena mereka belum
sertifikasi
Tidak
Sesuai
2 P.P. RI
NOMOR 41 TAHUN 2009
TENTANG TUNJANGAN PROFESI
GURU DAN DOSEN, TUNJANGAN
KHUSUS GURU DAN DOSEN,
SERTA TUNJANGAN
KEHORMATAN PROFESOR . BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 ayat (5)
5. Tunjangan khusus adalah tunjangan
yang diberikan kepada guru dan
dosen yang ditugaskan oleh
Pemerintah atau pemerintah daerah
Para guru tesebut
tidak ditugaskan di
daerah khusus
Tidak
Sesuai
31
sebagai kompensasi atas kesulitan
hidup yang dihadapi
dalam melaksanakan tugas di daerah
khusus.
3. P.P. RI
NOMOR 41 TAHUN 2009
TENTANG TUNJANGAN PROFESI
GURU DAN DOSEN, TUNJANGAN
KHUSUS GURU DAN DOSEN,
SERTA TUNJANGAN
KEHORMATAN PROFESOR . BAB I
Pasal 1 ayat (6).
6. Daerah khusus adalah daerah yang
terpencil atau terbelakang, daerah
dengan kondisi masyarakat adat yang
terpencil, daerah perbatasan dengan
negara lain, daerah yang mengalami
bencana alam, bencana sosial, atau
daerah yang berada dalam keadaan
darurat lain.
Para guru tersebut
tidak berada didaerah
terpencil, perbatasan
negara , terkena
bencana, ataupun
daerah dalam keadaan
darurat.
Tidak
Sesuai
4. P.P. RI
NOMOR 41 TAHUN 2009
TENTANG TUNJANGAN PROFESI
GURU DAN DOSEN, TUNJANGAN
KHUSUS GURU DAN DOSEN,
SERTA TUNJANGAN
KEHORMATAN PROFESOR .
Para guru belum
memiliki sertifikat
yang memenuhi
persyaratan ketentuan
perundang-undangan
Tidak
Sesuai
32
BAB II
TUNJANGAN PROFESI
Pasal 3
(1) Guru dan dosen yang telah
memiliki sertifikat pendidik dan
memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan diberi
tunjangan profesi setiap bulan.
5. P.P. RI
NOMOR 41 TAHUN 2009
TENTANG TUNJANGAN PROFESI
GURU DAN DOSEN, TUNJANGAN
KHUSUS GURU DAN DOSEN,
SERTA TUNJANGAN
KEHORMATAN PROFESOR.
BAB II
TUNJANGAN PROFESI
Pasal 4
Tunjangan profesi bagi guru dan
dosen pegawai negeri sipil yang
menduduki jabatan fungsional guru dan
dosen diberikan sebesar 1 (satu) kali
gaji pokok pegawai negeri sipil yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Para guru menerima
tunjangan fungsional
berdasarkan jabatan
fungsional guru
Sesuai
33
a. Dampak Yang Terjadi Pada Analisis Kasus Guru Non Sertifikasi di Era
Globalisasi
Dalam kasus ini, sebenarnya permasalahan ini hanya berdasar pada surat
rekomendasi DPRD Nomor 188/02/KEP.PIM/435.050/2010, yang berisikan dewan
menyetujui pengembalian tunjangan yang diterima beberapa guru non sertifikasi,
sedangkan pemberian tunjangan tambahan penghasilan guru adalah peraturan bupati, maka
pengembalianya juga harus berdasarkan pada ketentuan hukum pencabutan yang berupa SK
atau (Perbup).
Karena penerima dana tunjangan juga didasarkan pada surat keputusan
persetujuan dewan, sehingga tidak ada alasan untuk menolak pengembalian dana tunjangan
tersebut.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Gugatan
- Keluarnya rekomendasi pengembalian tunjangan yang diselipkan Dinas Pendidikan
(Disdik) Sumenep bersamaan dengan pembagian dan tunjangan ke masing-masing
UPT (unit pelayanan teknis) yang dianggap landasan hukumnya tidak jelas oleh
beberapa guru tersebut yang melakukan gugatan.
- Dasar hukum pemberian tunjangan adalah Peraturan Bupati (Perbup) sehingga
untuk proses pengembalian tunjangan juga harus berdasarkan pada ketentuan
hukum pencabutan atau pengembalian yang berupa SK atau Peraturan Bupati
meskipun penerimaan dan tunjangan juga didasarkan pada surat keputusan dewan.
34
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Guru adalah teladan yang baik bagi peserta didik. Guru harus mengetahui tugasnya
dan melaksanakan hak dan kewajiban sebagai seorang guru dengan penuh rasa
tanggung jawab.
2. Berdasarkan Undang-Undang Sertifikasi maka guru penerima tunjangan tersebut
belum bisa dikatakan guru profesional dan belum layak menerima tunjangan guru
profesional karena belum mendapat sertifikat profesional.
3. Berdasarkan Undang-Undang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan khusus
guru Dan dosen, serta tunjangan kehormatan profesor, maka para guru tersebut
hanya bisa mendapatkan tunjangan fungsional yang menduduki jabatan fungsional
dan para guru tersebut belum layak menerima tunjangan profesi karena belum
memiliki sertifikat pendidik (sertifikasi).
B. Saran
1. Sebagai seorang pendidik seharusnya kita lebih mengutamakan kinerja kita dalam
mendidik peserta didik dari pada mengutamakan materi.
2. Seorang guru hendaknya lebih bisa memahami, mematuhi dan melaksanakan
peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan profesinya.
3. Seorang guru harusnya menjadi sosok yang profesional dalam kinerjanya mendidik
peserta didiknya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Bandung: Rineka Cipta
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Badan
Nasional Sertifikasi Profesi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang
Tunjangan Profesi Guru Dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru Dan Dosen, Serta
Tunjangan Kehormatan Profesor
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
Soetjipto dan Raflis Kosasih. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
Yamin, Martinis.2006. Sertifikasi Profesi Keguruan Di Indonesia.Bandung: Gaung
Persada
36
LAMPIRAN
37