makalah makna pendidikan di era globalisasi

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke- 99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat 1 | Tugas Pendekatan Sistem Jeckson dan Jati

Upload: jati-pamungkas

Post on 10-Aug-2015

969 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini

dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari

peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang

menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin

menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102

(1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC),

kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di

Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The

World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang

rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di

dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya

berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53

negara di dunia.1

Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh.

Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan

nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya

keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena

beberapa hal yang mendasar. 2

Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi

dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi

1 Adnan Buyung Nasution et.al., 2007. Membongkar Budaya: Visi Indonesia 2030 dan Tantangan Menuju Raksasa Dunia. Jakarta: Kompas.

2 Wolf, Martin. 2007. Globalisasi: Jalan Menuju Kesejahteraan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

1 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 2: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri.

Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga

orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana makna pendidikan nasional di era globalisasi?

2. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan makna pendidikan nasional di era global.

2. Mengetahui kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB II

2 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 3: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

PEMBAHASAN

Era pasar bebas, atau yang biasa disebut dengan era globalisasi sering

didengungkan oleh para pemerhati ekonomi sejak beberapa dekade lalu hingga

sekarang ini. Kata “globalisasi” secara populer dapat diartikan menyebarnya

segala sesuatu secara sangat cepat ke seluruh dunia. Globalisasi adalah “the

compression of the world into a single space and the intensification of

conciousness the world as a whole” 3. Globalisasi juga melahirkan global culture

(which) is encompassing the world at the international level.

Globalisasi sebagai sebuah proses mempunyai sejarah yang panjang. Globalisasi

meniscayakan terjadinya perdagangan bebas dan dinilai menjadi ajang kreasi dan

perluasan bagi pertumbuhan perdagangan dunia, serta pembangunan dengan

sistem pengetahuan4. Hal ini berarti bahwa terjadinya perubahan sosial yang

mengubah pola komunikasi, teknologi, produksi dan konsumsi serta peningkatan

paham internasionalisme merupakan sebuah nilai budaya.

Terjadinya era globalisasi memberi dampak ganda; dampak yang menguntungkan

dan dampak yang merugikan. Dampak yang menguntungkan adalah memberi

kesempatan kerjasama yang seluas-luasnya kepada negara-negara asing. Tetapi di

sisi lain, jika kita tidak mampu bersaing dengan mereka, karena sumber daya

manusia (SDM) yang lemah, maka konsekuensinya akan merugikan bangsa kita.

3 Robertson : Globalization : Social Theory and Global Culture (London, Sage: 1992)4 Wolf, Martin. 2007. Globalisasi: Jalan Menuju Kesejahteraan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

3 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 4: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

Oleh karena itu, tantangan kita pada masa yang akan datang ialah meningkatkan

daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor, baik sektor riil maupun

moneter, dengan mengandalkan pada kemampuan SDM, teknologi, dan

manajemen tanpa mengurangi keunggulan komparatif yang telah dimiliki bangsa

kita.5

Terjadinya perdagangan bebas harus dimanfaatkan oleh semua pihak dalam

berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek pendidikan, di mana pendidikan

diharuskan mampu menghadapi perubahan yang cepat dan sangat besar dalam

tentangan pasar bebas, dengan melahirkan manusia-manusia yang berdaya saing

tinggi dan tangguh. Sebab diyakini, daya saing yang tinggi inilah agaknya yang

akan menentukan tingkat kemajuan, efisiensi dan kualitas bangsa untuk dapat

memenangi persaingan era pasar bebas yang ketat tersebut.

SDM yang tangguh adalah SDM yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK)6. Tugas pendidikan, selain mempersiapkan sumber daya manusia sebagai

subjek perdagangan bebas, juga membina penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang nyatanya sangat berperan dalam membantu dunia usaha dalam

upaya meningkatkan perekonomian nasional.

A. Karakteristik Era Globalisasi

5 Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti secara Kontekstual dan Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara.

6 Muslimin Nasution (1998)

4 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 5: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

Era globalisasi akan ditandai dengan persaingan ekonomi secara hebat

berbarengan dengan terjadinya revolusi teknologi informasi, teknologi

komunikasi, dan teknologi industri. Persaingan ini masih dikuasai oleh tuga

raksasa ekonomi yaitu Jepang dari kawasan Asia, Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Masing-masing menampilkan keunggulan yang dimiliki. Amerika misalnya

unggul dalam product technology, yaitu teknologi yang menghasilkan barang-

barang baru dengan tingkat teknologi yang tinggi, contoh pembuatan pesawat

terbang supersonik, robot, dan lain-lain.

Jerman dan Jepang mengandalkan kelebihan mereka dalam process technology

yaitu teknologi yang menghasilkan proses baru dalam pembuatan suatu jenis

produk yang sudah ada, misalnya CD (compact disc) pertama kali dibuat oleh

Belanda kemudian terus disempurnakan oleh Jepang sehingga menghasilkan CD

dengan kualitas yang lebih bagus dan harga lebih murah. Selain ketiganya,

belakangan muncul Cina sebagai kekuatan baru ekonomi dunia dengan

pertumbuhan ekonominya di atas 9 persen suatu jumlah tertinggi di dunia.

Tantangan kehidupan global sekarang ini membutuhkan anak-anak, generasi

muda, dan manusia yang memiliki kepribadian, kemandirian, kreativitas, dan

semangat (motivasi) untuk melakukan adaptasi dan perubahan kehidupan7.

Doni Koesoema A dalam artikelnya ‘Pendidikan Manusia Versus Kebutuhan

Pasar’ menilai bahwa tanggapan pemerintah atas berbagai persoalan dalam dunia

7 Sodiq A. Kuntoro (2011:1)

5 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 6: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

pendidikan terkesan lebih bersifat reaksioner ketimbang visioner. Kebijakan yang

diambil pemerintah dalam meningkatkan kualitas dunia pendidikan hanya

didasarkan sikap reaktif, kaget, bingung, bahkan sekadar memenuhi kepentingan

dan kebutuhan sesaat. Keluhan, bahwa ganti menteri ganti kebijakan, ganti buku

pelajaran, dan lain- lain adalah afirmasi atas situasi ini.8

Kompetisi ekonomi pada era pasar bebas juga ditandai dengan adanya perjalanan

lalu lintas barang, jasa, modal serta tenaga kerja yang berlangsung secara bebas,

kemudian adanya tuntutan teknologi produksi yang makin lama makin tinggi

tingkatannya, sehingga makin tinggi pula tingkat pendidikan yang dituntut dari

para pekerjanya.9

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kemajuan teknologi komunikasi

menyebabkan tidak adanya jarak dan batasan antara satu orang dengan orang lain,

kelompok satu dengan kelompok lain, serta antara negara satu dengan negara lain.

Komunikasi antar-negara berlangsung sangat cepat dan mudah. Begitu juga

perkembangan informasi lintas dunia dapat dengan mudah diakses melalui

teknologi informasi seperti melalui internet. Perpindahan uang dan investasi

modal oleh pengusaha asing dapat diakukan dalam hitungan detik.

Kondisi kemajuan teknologi informasi dan industri di atas yang berlangsung

dengan amat cepat dan ketat di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

8 Pendidikan Manusia Indonesia, Kompas, 2004 9 Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

6 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 7: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

berbenah diri dalam menghadapi persaingan tersebut. Bangsa yang yang mampu

membenahi dirinya dengan meningkatkan sumber daya manusianya,

kemungkinan besar akan mampu bersaing dalam kompetisi sehat tersebut.

Di sinilah pendidikan -- termasuk pendidikan Islam -- diharuskan menampilkan

dirinya, apakah ia mampu mendidik dan menghasilkan para siswa yang berdaya

saing tinggi (qualified) atau justru mandul dalam menghadapi gempuran berbagai

kemajuan dinamika globalisasi tersebut. Dengan demikian, era globalisasi adalah

tantangan besar bagi dunia pendidikan. Dalam konteks ini merinci berbagai

tantangan pendidikan menghadapi ufuk globalisasi10.

Pertama, tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu bagaimana

meningkatkan produktivitas kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan

ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan

berkelanjutan (continuing development ). Kedua, tantangan untuk melakukan riset

secara komprehensif terhadap terjadinya era reformasi dan transformasi struktur

masyarakat, dari masyarakat tradisional-agraris ke masyarakat modern-industrial

dan informasi-komunikasi, serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan

pengembangan kualitas kehidupan SDM.

Ketiga, tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu

meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang

berkualitas sebagai hasil pemikiran, penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni. Keempat, tantangan terhadap munculnya invasi dan

10 Khaerudin Kurniawan (1999)

7 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 8: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

kolonialisme baru di bidang Iptek, yang menggantikan invasi dan kolonialisme di

bidang politik dan ekonomi.

Semua tantangan tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan berdaya

saing di bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang

berwawasan keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh ke depan

(visioner), rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan

yang memadai sesuai kebutuhan dan daya tawar pasar.11

Kemampuan-kemampuan itu harus dapat diwujudkan dalam proses pendidikan

Islam yang berkualitas, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berwawasan

luas, unggul dan profesional, yang akhirnya dapat menjadi teladan yang dicita-

citakan untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

Pertanyaan selanjutnya, apakah yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan

Islam? Untuk menjawabnya, agaknya kita perlu menengok kerangka pendidikan

Islam dalam konteks kenasionalan. Sehingga kita bisa menyiapkan strategi yang

tepat menghadapi sebuah tantangan sekaligus peluang tersebut.

Secara kuantitas, perkembangan jumlah peserta didik pendidikan formal Indonesia

mulai dari tingkat TK hingga jenjang perguruan tinggi (PT) mengalami kemajuan

yang cukup signifikan. Namun secara kualitas masih tertinggal jauh ketimbang

11 Fakih, Mansour. 2009. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar & Insist Press.

8 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 9: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

negara-negara lain, baik negara-negara maju, maupun negara-negara anggota

ASEAN sekalipun.

Institusi pendidikan Islam dituntut mampu menjamin kualitas lulusannya sesuai

dengan standar kompetensi global --paling tidak mampu mempersiapkan anak

didiknya terjun bersaing dengan para tenaga kerja asing-- sehingga bisa

mengantisipasi membludaknya pengangguran terdidik. Di sini harus diakui,

lembaga-lembaga pendidikan Islam ternyata belum siap menghadapi era pasar

bebas. Masih banyak yang harus dibenahi; apakah sistemnya ataukah orang yang

terlibat di dalam sistem tersebut.

B. Sumber-sumber Kelemahan Bersaing Pendidikan

Pemerintah, sebagai pemegang kebijakan pendidikan seharusnya memberikan

sumbangan yang besar dalam mensukseskan program pendidikan. Sebab di antara

kelemahan-kelemahan sistem pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya

politcal will pemerintah dalam menangani permasalahan pendidikan ini.

Ada sembilan titik lemah dalam aplikasi sistem pendidikan di Indonesia12:

1. Titik berat pendidikan pada aspek kognitif

2. Pola evaluasi yang meninggalkan pola pikir kreatif, imajinatif, dan inovatif

3. Sistem pendidikan yang bergeser (tereduksi) ke pengajaran

4. Kurangnya pembinaan minat belajar pada siswa

5. Kultur mengejar gelar (title) atau budaya mengejar kertas (ijazah).

6. Praktik dan teori kurang berimbang

12 Arief Rahman (2002)

9 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 10: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

7. Tidak melibatkan semua stake holder, masyarakat, institusi pendidikan, dan

pemerintah

8. Profesi guru/ustadz sekedar profesi ilmiah, bukan kemanusiaan

9. Problem nasional yang multidimensional dan lemahnya political will

pemerintah.

Untuk mengantisipasi berbagai kelemahan pendidikan tersebut, diperlukan

kerjasama pelbagai pihak. Tidak hanya institusi pendidikan tetapi pemerintah juga

harus serius dalam menangani permasalahan ini agar SDM Indonesia memperoleh

rating kualitas pendidikan yang memadai. 13

Untuk itu hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, orientasi pendidikan harus lebih ditekankan kepada aspek afektif dan

psikomotorik. Artinya, pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan

karakter peserta didik dan pembekalan keterampilan atau skill, agar setelah lulus

mereka tidak mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan daripada hanya

sekadar mengandalkan aspek kognitif (pengetahuan). Kedua, dalam proses belajar

mengajar guru harus mengembangkan pola student oriented sehingga terbentuk

karakter kemandirian, tanggung jawab, kreatif dan inovatif pada diri peserta didik.

Ketiga, guru harus benar-benar memahami makna pendidikan dalam arti

sebenarnya. Tidak mereduksi sebatas pengajaran belaka. Artinya, proses

13 Latif, Yudi & Idi Subandy Ibrahim. 1994. “Media Massa dan Pemiskinan Imajinasi Sosial”

dalam Suyoto dkk.  Posmodernisme dan Masa Depan Peradaban. Yogyakarta: Aditya Media.

10 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 11: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

pembelajaran peserta didik bertujuan untuk membentuk kepribadian dan

mendewasakan siswa bukan hanya sekedar transfer of knowledge tapi

pembelajaran harus meliputi transfer of value and skill, serta pembentukan

karakter (caracter building).

Keempat, perlunya pembinaan dan pelatihan-pelatihan tentang peningkatan

motivasi belajar kepada peserta didik sehingga anak akan memiliki minat belajar

yang tinggi. Kelima, harus ditanamkan pola pendidikan yang berorientasi proses

(process oriented), di mana proses lebih penting daripada hasil. Pendidikan harus

berjalan di atas rel ilmu pengetahuan yang substantif. Oleh karena itu, budaya

pada dunia pendidikan yang berorientasi hasil (formalitas), seperti mengejar gelar

atau titel di kalangan praktisi pendidikan dan pendidik hendaknya ditinggalkan.

Yang harus dikedepankan dalam pembelajaran kita sekarang adalah penguasaan

pengetahuan, kadar intelektualitas, dan kompetensi keilmuan dan keahlian yang

dimilikinya.

Keenam, sistem pembelajaran pada sekolah kejuruan mungkin bisa diterapkan

pada sekolah-sekolah umum. Yaitu dengan menyeimbangkan antara teori dengan

praktek dalam implementasinya. Sehingga peserta didik tidak mengalami titik

kejenuhan berfikir, dan siap manakala dituntut mengaplikasikan pengetahuannya

dalam masyarakat dan dunia kerja.

11 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 12: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

Ketujuh, perlunya dukungan dan partisipasi komprehensif terhadap praktek

pendidikan, dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap dunia

pendidikan terutama masyarakat sekitar sekolah, sehingga memudahkan akses

pendidikan secara lebih luas ke kalangan masyarakat.

Kedelapan, profesi guru seharusnya bersifat ilmiah dan benar-benar “profesional”,

bukan berdasarkan kemanusiaan. Maksudnya, guru memang pahlawan tanpa

tanda jasa namun guru juga seyogianya dihargai setimpal dengan perjuangannya,

karena itu gaji dan kesejahteraan guru harus diperhatikan pemerintah.

Kesembilan, pemerintah harus memiliki formula kebijakan dan konsistensi untuk

mengakomodasi semua kebutuhan pendidikan. Salah satunya adalah

memperhatikan fasilitas pendidikan dengan cara menaikan anggaran untuk

pendidikan minimal 20-25 % dari total APBN. Di sini diperlukan political will

kuat dari pemerintah dalam menangani kebijakan pendidikan.

Jika kita mau jujur, berbagai kelemahan pendidikan kita seperti disebutkan di atas,

pada dasarnya bertitik tolak pada lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang

ada. Padahal, SDM merupakan faktor utama yang menjadi indikator kemajuan

suatu bangsa, di samping faktor sumber daya alam (SDA) (hayati, non hayati,

buatan), serta sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi. Keberhasilan negara-

negara Barat adalah didukung oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia,

dan hal itu berhubungan dengan pendidikan sebagai wahana pembentukan SDM.

12 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 13: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

Jadi, permasalahan lemahnya SDM Indonesia pada dasarnya berawal dari

rendahnya tingkat pendidikan, lemahnya keahlian dan manajemen serta kurangnya

penguasaan teknologi. Lemahnya SDM menyebabkan Indonesia kurang mampu

bersaing dengan negara-negara lain, padahal secara fisiografis Indonesia termasuk

negara yang memiliki kekayaan alam melimpah tetapi sayangnya tidak dikelola

dengan baik karena kualitas SDM-nya yang kurang mendukung.14

Secara formal sistem pendidikan indonesia diarahkan pada tercapainya cita-cita

pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia

yang bermartabat. Namun demikian, sesungguhnya sistem pendidikan indonesia

saat ini tengah berjalan di atas rel kehidupan ‘sekulerisme’ yaitu suatu pandangan

hidup yang memisahkan peranan agama dalam pengaturan urusan-urusan

kehidupan secara menyeluruh, termasuk dalam penyelenggaran sistem

pendidikan. Meskipun, pemerintah dalam hal ini berupaya mengaburkan realitas

(sekulerisme pendidikan) yang ada sebagaimana terungkap dalam UU.15

Sistem pendidikan sangat bergantung pada mutunya, seperti juga halnya barang

dikatakan berkualitas dan mempunyai nilai jual yang tinggi karena memiliki mutu

yang bagus. Ironis memang jika kita melihat nasib institusi pendidikan di

14 sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia15 No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, “Pendidikan nasional

bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.”

13 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 14: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

Indonesia berdasarkan mutu pendidikan yang berada pada urutan terakhir di

antara 12 negara Asia yang diteliti oleh The Political and Eonomic Risk

Consultancy (PERC) tahun 2001, jauh di bawah Vietnam (6).

Hasil survei PERC itu mengacu pada tingkat kualitas lulusan pendidikan kita,

dengan argumentasi, untuk mendapatkan tenaga kerja berkualitas tentunya sistem

pendidikannya pun harus berkualitas. Sistem pendidikan yang tidak berkualitas

mempengaruhi rendahnya SDM yang dihasilkan, yang pada gilirannya tidak

mampu membawa bangsa ini “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”

dengan bangsa lain.

Lemahnya SDM pendidikan sebagai ekses sistem pendidikan yang tidak

berkualitas, memunculkan fenomena masyarakat pekerja (worker society) bak

jamur di musim hujan. Ini tentu berbeda dengan sistem pendidikan yang baik,

yang memproduksi employee society.

Dalam konteks ini employee dan worker itu berbeda 16. (1) employee memiliki ciri

untuk terus meningkatkan kemampuan teknis termasuk keterampilannya,

sedangkan worker menggunakan keterampilan dan pengetahuan yang tetap; (2)

employee dapat mengendalikan alat (mesin), sedangkan worker relatif

dikendalikan oleh mesin; (3) mesin berkhidmat kepada employee, sedangkan

worker berkhidmat kepada mesin; (4) employee pada dasarnya tidak perlu diawasi

hanya perlu pembagian tanggung jawab, sedangkan worker harus diawasi melalui

16 Alvin Toffler dalam buku The Future Shock (1972)

14 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 15: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

garis organisasi; dan (5) employee memiliki sarana produksi yaitu informasi,

sedangkan worker tidak memilikinya. Oleh karena itu, orientasi employee society

harus dikedepankan dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja ahli di bidang

penguasaan teknologi. Karena pada milenium ketiga ini kita dihadapkan pada

perubahan besar di bidang ekonomi, Iptek dan sosial budaya.17

Kita seharusnya belajar dari Jepang dan Korea Selatan. Walaupun kedua negara

tersebut miskin sumber daya alam (SDA), tetapi karena dukungan SDM yang

kuat, kedua negara Asia Timur itu menjadi pioneer ekonomi dunia, khususnya di

kawasan Asia.

Dalam konteks ini, masyarakat Jepang memiliki lima karakteristik khusus dalam

sikap dan prilaku yang dipandang sebagai akar kekuatan bangsanya18, yaitu:

Pertama, emulasi. Yaitu hasrat dan upaya untuk menyamai atau melebihi orang

lain. Orang Jepang, baik selaku perorangan atau sebagai warga negara memiliki

dorongan untuk tidak ketinggalan oleh orang, kelompok, atau bangsa lain.

Kedua, consensus. Yaitu kebiasaan masyarakat Jepang untuk berkompromi,

bukan konfrontasi. Budaya kompromi ini menimbulkan rasa keterlibatan

masyarakat yang kuat terhadap kepentingan bersama. Budaya inilah yang menjadi

pengikat kuat yang menjadi pengikat dasar (root bindting) kehidupan masyarakat

Jepang.

17 Ibrahim, Idi Subandy. 1997. Ecstacy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia. Bandung: Mizan Pustaka.

18 H.D. Sudjana (2000)

15 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 16: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

Ketiga, futurism. Yaitu mempeunyai pandangan jauh ke depan, masyarakat

Jepang mempunyai keyakinan bahwa harkat individu akan naik apabila seluruh

kelompok atau bangsa naik. Oleh karena itu kemajuan dan keberhasilan

kelompok, masyarakat dan bangsa sangat diutamakan dalam upaya meningkatkan

kemajuan individu.

Keempat, kualitas. Mutu adalah jaminan kualitas. Artinya dalam setiap proses

dan hasil produksi di Jepang, mutu menjadi faktor penarik (full factors).

Kelima, kompetisi. Artinya sumber daya manusia dan produk bangsa Jepang

memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam tata kehidupan dan tata

ekonomi global.

C. Pendidikan dan Kemampuan Bersaing Bangsa

Kemampuan bersaing pendidikan kita menghadapi era globalisasi ini sangat

lemah dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini disebabkan karena masih

lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang ada.

Sebagai contoh kita bisa melihat Tenaga kerja Indonesia (TKI) maupun TKW

yang “diekspor” adalah tenaga buruh, seperti: pembantu rumah tangga, perawat,

buruh perkebunan, buruh bangunan, sopir dan pekerja kasar lainnya. Sedangkan

tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia adalah kalangan pengusaha, investor

16 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 17: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

dan pemilik perusahaan. Pekerja kita amat minim penguasaan pengetahuannya

serta rendah kemampuan bahasa asingnya, terutama Bahasa Inggris.

Untuk melacak akar kelemahan SDM Indonesia ini bisa dilihat melalui wahana

pendidikan. Dari sini secara logis dimunculkan pemikiran, untuk dapat bersaing

dengan bangsa lain dalam memperebutkan lapangan kerja, maka yang harus

dibenahi terlebih dahulu adalah sector pendidikan.19

Pendidikan harus benar-benar diberdayakan oleh kita semua, sehingga nantinya,

pendidikanlah yang akan mampu memberdayakan masyarakat secara luas.

Masyarakat yang terberdayakan oleh sistem pendidikan memiliki keunggulan

komparatif dan kompetitif dalam konteks persaingan global.20

Konsekuensinya, pendidikan harus dikonseptualisasikan sebagai suatu usaha dan

proses pemberdayaan, yang benar-benar harus disadari secara kolektif, baik oleh

individu, keluarga, masyarakat, lebih-lebih oleh pemerintah sebagai investasi

masa depan bangsa.21

Dengan demikian, pendidikan memegang peranan penting dan strategis dalam

menghasilkan SDM yang akan membangun bangsa ini. Sikap ini tidak berarti 19 Muhadjir, Noeng. 2000. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Teori Pendidikan Perilaku

Sosial Kreatif. Yogyakarta : Rake Sarasin.

20 H.A.R. Tilaar. 1999. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

21 Kuntoro, Sodiq A. 2011. Pendidikan dalam Kehidupan untuk Perbaikan Kehidupan. Makaah Seminar Nasional Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana S3 Ilmu Pendidikan, 18 Oktober 2011.

17 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 18: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

mengecilkan peran sektor lain dalam pembangunan bangsa. Adanya sikap bahwa

masa depan akan selalu penting dan strategis ini didasari oleh pertimbangan

empirik bahwa selama ini dan juga untuk waktu yang akan datang, keberadaan

sumberdaya manusia yang bermutu dalam arti seluas-luasnya akan semakin

dibutuhkan bagi pembangunan bangsa.

Kualitas SDM yang diiringi moralitas dan integritas kebangsaan yang kuat: tidak

korup, jujur, kreatif, antisipatif dan memiliki visi ke depan diasumsikan akan

mempercepat bangsa ini keluar dari krisis yang berlarut-larut. Sebagai

perbandingan, dengan dukungan sumber daya manusia yang kuat, negara-negara

jiran kita seperti Malaysia, Thailand dan Filipina mengalami kemajuan pesat

dalam upaya keluar dari krisis seperti yang dialami bangsa kita. Bahkan untuk

kasus Malaysia, negara ini mampu memulihkan (recovey) kondisi ekonominya

tanpa perlu mengandalkan bantuan IMF.

Selanjutnya, dalam sektor ekonomi, perkembangan perekonomian nasional,

regional dan internasional yang begitu pesat seperti pasar modal, bursa efek,

AFTA, NAFTA, APEC dan kesepakatan-kesepakatan ekonomi internasional yang

lain, saat ini dan ke depan, semua itu akan menjadi kebutuhan bangsa kita.

Tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, juga akan

mengalami pergeseran. Perilaku individualistik akan tumbuh lebih subur daripada

rasa kebersamaan. Sementara itu, kehidupan demokratis akan lebih diterima

18 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 19: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

masyarakat ketimbang perilaku yang otoriter. Perilaku egaliter secara vertikal dan

horizontal akan lebih menonjol dibanding yang feodal dan paternalistik.

Keterbukaan (transparancy) akan diterima masyarakat. Di sisi lain, semangat

nasionalisme dan kesemestaan harus dapat membawa kemajuan bangsa. Janganlah

alasan nasionalisme menjadikan bangsa tidak bisa maju dan berkembang.

Sebaliknya, semangat kesemestaan tidak dijadikan alasan bangsa ini tercabik dan

terinveksi oleh virus globalisasi.22

Semua itu, sekali lagi, memerlukan peran signifikan dan antisipasi pendidikan,

apakah pendidikan kita mampu mengakomodasi dan memberikan solusi dalam

upaya memajukan dan memenangkan kompetisi global yang keras dan ketat,

ataukah justru terbelenggu dan asik dalam lingkaran globalisasi.

BAB III

KESIMPULAN

1. Institusi pendidikan Islam dituntut mampu menjamin kualitas lulusannya

sesuai dengan standar kompetensi global --paling tidak mampu

mempersiapkan anak didiknya terjun bersaing dengan para tenaga kerja

22 Kartodirjo, Sartono. 1999. Multi Dimensi Pembangunan Bangsa: Etos Nasionalisme dan

Negara Kesatuan. Yogyakarta: Kanisius.

19 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 20: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

asing-- sehingga bisa mengantisipasi membludaknya pengangguran

terdidik

2. Pendidikan harus benar-benar diberdayakan oleh kita semua, sehingga

nantinya, pendidikanlah yang akan mampu memberdayakan masyarakat

secara luas. Masyarakat yang terberdayakan oleh sistem pendidikan

memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam konteks persaingan

global.

3. Memerlukan peran signifikan dan antisipasi pendidikan, apakah

pendidikan kita mampu mengakomodasi dan memberikan solusi dalam

upaya memajukan dan memenangkan kompetisi global yang keras dan

ketat, ataukah justru terbelenggu dan asik dalam lingkaran globalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia

20 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 21: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

Adnan Buyung Nasution et.al., 2007. Membongkar Budaya: Visi Indonesia 2030

dan Tantangan Menuju Raksasa Dunia. Jakarta: Kompas.

Bukhori, Mochtar. 2001. Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Kanisius.

Fakih, Mansour. 2009. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar & Insist Press.

H.A.R. Tilaar. 1999. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani

Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

———.2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik

Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ibrahim, Idi Subandy. 1997. Ecstacy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam

Masyarakat Komoditas Indonesia. Bandung: Mizan Pustaka.

Kartodirjo, Sartono. 1999. Multi Dimensi Pembangunan Bangsa: Etos

Nasionalisme dan Negara Kesatuan. Yogyakarta: Kanisius.

Ki Hadjar Dewantara. 1977. Karya Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama:

Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

———-. 1967. Karya Ki Hadjar Dewantara, Bagian II A: Kebudajaan.

Yogyakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Kuntoro, Sodiq A. 2011. Pendidikan dalam Kehidupan untuk Perbaikan

Kehidupan. Makaah Seminar Nasional Ilmu Pendidikan, Program

Pascasarjana S3 Ilmu Pendidikan, 18 Oktober 2011.

Latif, Yudi & Idi Subandy Ibrahim. 1994. “Media Massa dan Pemiskinan

Imajinasi Sosial” dalam Suyoto dkk.  Posmodernisme dan Masa Depan

Peradaban. Yogyakarta: Aditya Media.

21 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i

Page 22: Makalah Makna Pendidikan Di Era Globalisasi

Muhadjir, Noeng. 2000. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Teori Pendidikan

Perilaku Sosial Kreatif. Yogyakarta : Rake Sarasin.

Russel, Bertrand. 1993. Pendidikan dan Tatanan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Suyata, dkk. 2000. Sosio-Antropologi Pendidikan. Modul Semi-Que: FIP UNY.

Wolf, Martin. 2007. Globalisasi: Jalan Menuju Kesejahteraan. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif

Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti secara

Kontekstual dan Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara.

22 | T u g a s P e n d e k a t a n S i s t e m J e c k s o n d a n J a t i