membangun gerakan sadar koperasi
DESCRIPTION
koperasiTRANSCRIPT
Membangun Gerakan Sadar KoperasiWritten by Artikel Monday, 16 November 2009 07:00
Sejak lama disadari, bahwa sesungguhnya koperasi menjadi tempat bagi masyarakat untuk menggantungkan kehidupan ekonominya. Hingga saat ini jumlah koperasi di Indonesia sudah mencapai lebih dari 150 ribu unit dengan jumlah anggota 26 juta orang.
KONDISI itu menunjukkan bahwa Koperasi merupakan instrumen penting, sebagai pelaku ekonomi yang berperan mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, sekaligus sebagai agen pemerataan pembangunan ekonomi nasional.
Berdasarkan kenyataan itu, pemberdayaan dan keberpihakan terhadap koperasi sebagai wahana ekonomi rakyat sesungguhnya merupakan tuntutan yang realistis. Meski begitu, keberpihakan tersebut tentunya perlu dilandasi dengan pemahaman yang mendalam terhadap upaya untuk membangun koperasi.
Indonesia telah memiliki pengalaman panjang dalam membangun koperasi. Di masa lalu, keinginan untuk segera melihat koperasi berkembang dan memainkan peran strategis sebagai soko guru perekonomian nasional, telah melahirkan berbagai kebijakan serta program pemerintah, yang menempatkan koperasi sebagai bagian dalam proses pembangunan ekonomi nasional.
Proses pembangunan koperasi, yang berlangsung dari tahun ke tahun dan dari periode ke periode, merupakan perjuangan bangsa untuk mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Demikian pula dalam pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu juga memberikan perhatian yang besar dan serius, bagi proses pembangunan ekonomi rakyat itu secara sebenar-benarnya.
Sejauh ini pemerintah melalui berbagai kebijakan maupun program strategis telah berupaya untuk memberdayakan koperasi agar mampu tumbuh dan berkembang secara benar. Meskipun di tengah masyarakat masih dihadapkan pada kenyataan ada image serta citra koperasi yang kurang menggembirakan, namun tidak dapat dipungkiri banyak koperasi yang tumbuh dan berkembang dengan baik yang patut dibanggakan dan dapat menjadi contoh.
Meski begitu, harus disadari bahwa masih ada hal-hal yang membutuhkan perhatian, kerja keras, dan penanganan yang lebih serius terhadap persoalan perkoperasian di Indonesia. Koperasi harus mampu berkembang pada nilai dan identitas koperasi yang benar. Tanpa mengenal identitas koperasi secara benar, praktik perkoperasian cenderung menyimpang.
Seiring dengan meningkatnya keinginan masyarakat untuk berkoperasi, tentu harus diikuti dengan adanya pemahaman yang benar oleh masyarakat mengenai seluk beluk berkoperasi sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi. Namun pada kenyataannya, pemahaman mengenai koperasi yang benar masih jauh dari harapan.
TINGKATKAN KUALITAS
Gerakan sadar koperasi harus dibangun secara sistematis, dalam rangka meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi. Salah satu langkah strategis untuk mewujudkan hal tersebut adalah pentingnya menggalakkan kembali penyuluhan perkoperasian secara intensif dan berkelanjutan.
Penyuluhan perkoperasian telah lama terlupakan dan seolah ditinggalkan dalam pembinaan koperasi, terutama sejak tidak adanya lagi Direktorat Penyuluhan seperti pada era Departemen Koperasi di tahun 8o-an.
Sementara itu, justru Departeman Pertanian sampai saat ini masih memiliki tenaga-tenaga penyuluh pertanian yang tersebar diseluruh pelosok Tanah Air. Demikian pula BKKBN yang pernah membawa Indonesia di forum internasional dinilai berhasil dalam bidang keluarga berencana, tidak lain adalah karena keberhasilan dalam menyelenggarakan penyuluhan.
Melalui penyuluhan secara intensif didukung dengan perangkat serta program penyuluhan yang memadai, sehingga mampu mengubah mind-set masyarakat Indonesia sehingga program keluarga berencana dapat dipahami masyarakat dan dilaksanakan dengan baik.
Belajar dari pengalaman itu, tentu keinginan untuk membangun kesadaran berkoperasi perlu menjadikan penyuluhan koperasi sebagai salah satu prioritas dalam pengembangan koperasi. Untuk itu diperlukan tenaga-tenaga yang memilki kompetensi sebagai penyuluh perkoperasian di setiap daerah baik tingkat provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.
Persoalan yang dihadapi di daerah dalam pembinaan perkoperasian pada saat ini, terutama adalah tidak adanya tenaga pembina yang dapat secara kontinyu dan permanen mempunyai tugas pada Dinas yang membidangi koperasi.
Karena itu Kementerian Negara Koperasi berupaya untuk dapat mengembangkan program Jabatan Fungsional Penyuluh Perkoperasian, sehingga di setiap daerah tersedia tenaga-tenaga penyuluh perkoperasian yang permanen dan tidak terpengaruh dengan mutasi pegawai di daerah.
Langkah untuk mewujudkan program ini mulai dirintis melalui koordinasi dengan Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Badan Kepegawaian Negara, dan diharapkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Pengembangan Jabatan Fungsional Penyuluh Perkoperasian ini sudah dapat diterbitkan pada awal 2010.
Setidaknya pada setiap Kabupaten, Kota maupun Provinsi masing-masing terdapat tenaga penyuluh yang berstatus PNS sebanyak sekitar lima orang, sehingga diperkirakan terdapat tenaga penyuluh perkoperasian tidak kurang dari 2.600 orang.
Sejauh ini di lapangan terdapat tenaga pemandu koperasi sekitar 2.000 orang berstatus bukan PNS yang direkrut dan dibina melalui Lapenkop, yang diharapkan pengembangan tenaga penyuluh perkoperasian antara lain juga dapat direkrut dari tenaga-tenaga pemandu tersebut. Demikian pula tenaga yang berasal dari program Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan yang diprakarsai oleh Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga diharapkan juga dapat ditingkatkan kapasitas dan statusnya menjadi Penyuluh Perkoperasian.
Kebijakan untuk mengembangkan jabatan Penyuluh Perkoperasian perlu disusun secara cermat, termasuk mempersiapkan perangkat peraturan maupun ketentuan-ketentuan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraannya. Demikian pula hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan karier penyuluh perkoperasian.
Menggerakkan penyuluhan dalam rangka membangun kesadaran berkoperasi ini tentu akan semakin mudah mendapat respon dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat, bila diiringi dengan publikasi
dan kampanye secara besar-besaran tentang koperasi kepada masyarakat.
Sehingga ke depan upaya ini selain dapat menanamkan pemahaman serta kesadaran masyarakat akan perlunya berkoperasi, diharapkan dapat menjaga jalanya koperasi agar tetap sebagai koperasi yang menerapkan nilai serta prinsip dasar perkoperasian yang benar.
Sumber : Media Indonesia
Gerakan Masyarakat Sadar KoperasiGemaskop (gerakan masyarakat sadar koperasi) adalah salah satu usaha dalam memajukan perekonomian Indonesia, dimana mereka (masyarakat) sudah mengerti akan adanya peran dari koperasi yang ada di lingkungan mereka untuk memajukan kegiatan usaha mandiri (UKM). Gemaskop ini tersedia karena adanya usaha dari masyarakat untuk menjalankan koperasi tersebut yang berasaskan kekeluargaan dan juga mau dan mampu menjalankan dengan baik.Gemaskop ini menyediakan layanan untuk meminjamkan untuk tambahan modal usaha untuk para usaha kecil mandiri (UKM) agar menjalankan usaha dengan baik dan mampu memperbesar usahanya tersebut menjadi lebih maju. Peminjamannya pun tidak serumit dalam melakukan pinjaman dari bank. Mereka yang meminjam juga harus mengembalikan uang yang dipinjam dengan tidak dibebankan bunga seperti meminjam di bank, yang telah ditentukan beban bunga yang ditanggung serta dikejar date line untuk mengembalikan kredit tersebut.Dengan adanya gemaskop ini semoga dunia usaha dan perekonomian Indonesia menjadi lebih maju lagi, agar pertumbuhan ekonomi menjadi maju dan mengurangi tingkat pengangguran kerena banyaknya lapangan kerja yang terbuka dari adanya pengusaha-pengusaha baru walau hanya usaha kecil.
GEMASKOP ( GERAKAN MASYARAKAT SADAR KOPERASI )GEMASKOP ( Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi ) adalah suatu upaya yang
dilakukan pemerintah untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya koperasi dalam kehidupan baik dalam bermasyrakat dan bernegara. Dalam masyarakat koperasi dapat berperan sebagai wadah yang dapat memberikan pinjaman kepada warga yang membutuhkannya, dan dalam bernegara koperasi dapat dijadikan sebagai jati diri bangsa Indonesia dimana yang asas dari koperasi adalah asas kekeluargaan dan gotong royong.
Koperasi adalah suatu badan yang berdiri dilingkungan baik masyarakat, sekolah maupun perusahaan, yang dananya dari anggota koperasi itu sendiri dan hasilnya pun dapat dinikmati oleh anggotanya. Penghimpunan dana dari anggota dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela.
Simpanan pokok biasanya dibayarkan pada saat anggota pertama kali mendaftarkan dirinya sebagai anggota koeprasi, simpanan wajib biasanya dibayarkan setiap satu bulan sekali dan simpanan sukarela biasanya dibayarkan sesukanya. Adapun keuntungan yang didapat oleh anggota koperasi biasanya dibagikan setahun sekali, keuntungan tersebut biasanya disebut sebagai SHU ( Sisa Hasil Usaha ).
Contoh koperasi yang ada dimasyarakat adalah KUD ( Koperasi Unit Desa ), biasanya koperasi ini berdomisili di pedesaan yang sebagian dari masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Koperasi ini menyediakan kebutuhan yang dibutuhkan para petani, misalnya alat-alat untuk bertani, pupuk dan lain-lain.
Sekarang, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana cara pemerintah menyadarkan masyrakatnya tentang koperasi ?, biasanya masyarakat jaman sekarang berminat atau tertarik melakukan sesuatu karena besar atau kecilnya keuntungan yang didapat. Dari keuntungan koperasi itulah pemerintah dapat menyadarkan masyarakatnya tentang koperasi.
Mengingat asas koperasi yaitu asas kekeluargaan dan gotong royong, dengan asas ini pula pemerintah dapat mempersatukan rakyatnya yang sekarang ini kurang memperhatikan persatuan dan kesatuan. Dengan pemerintah mengajak para rakyatnya untuk sadar koperasi maka para rakyat yang telah menjadi anggota koperasi akan tahu asas-asas koperasi dan berkeinginaa untuk memajukan koperasi Indonesia, dengan begitu juga dapat memajukan perekonomian Negara dan membantu dalam hal pembangunan nasional.
_
Dari Pencanangan Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi
Oleh ARIYANTO
Tahun ini merupakan kebangkitan koperasi Indonesia. Untuk merangsang budaya berkoperasi
di kalangan masyarakat, pemerinlah melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah (KUKM) mencanangkan Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi (Gemaskop).
’’Melalui Gemaskop ini, kami ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk berkoperasi serta
bersama-sama membenahi koperasi yang ada agar sesuai prinsip dan jati diri koperasi. Selain
itu, membangun koperasi untuk menjadi besar dan menjadi soko guru perekonomian
nasional,’’ kata Menteri KUKM Syarief Hasan di sela-sela peluncuran Gemaskop di Kantor
Menkop dan UKM, Jl. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, belum lama ini.
Lebih jauh Syarief mengungkapkan, masalah koperasi ini memang harus mendapatkan
perhatian sangat besar. Sebab, di dalam Pasal 5 Ketetapan MPR RI No XVI/MPR/1998
tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi disebutkan bahwa: ’’Usaha
kecil, menengah dan koperasi sebagai pilar utama ekonomi nasional harus memperoleh
kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai
wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan
peranan usaha besar dan Badan Usaha Milik Negara’’.
Menurut Syarief, Kemenkop dan UKM masih perlu meningkatkan kesadaran berkoperasi
karena berkoperasi memberikan solusi kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi dan sosialnya.
Berdasarkan data Kemenkop dan UKM, jumlah koperasi per Juni 2009 mencapai 166.155
unit dengan kategori yang aktif 118.616 unit dan tidak aktif 47.539 unit. Gemaskop, kata
Syarief, diharapkan dapat merangsang dan memicu peran serta masyarakat untuk lebih aktif
dalam membangun ekonomi di wilayahnya. Karena itu, diperlukan upaya penguatan institusi.
Juga diperlukan pemantapan budaya koperasi melalui usaha-usaha untuk menumbuhkan dan
meningkatkan pengetahuan serta rasa kesadaran berkoperasi bagi masyarakat.
Syarief berkeyakinan, Badan Usaha Koperasi dapat memberikan solusi bagi masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosialnya. Sebab, koperasi dikenal sebagai member
based organization, yaitu sebagai suatu lembaga tempat berkumpulnya orang-orang dalam
memenuhi kebutuhan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya secara bersama-sama. ’’Itu
sebabnya, koperasi memiliki banyak keunggulan dibandingkan badan usaha lain karena
menempatkan manusia sebagai faktor penting dalam proses dan mekanisme kerjanya,
sedangkan faktor material lain hanyalah alat bantu,’’ jelas dia.
Dalam pemahaman ini, koperasi akan memiliki kemampuan dalam mengurangi kemiskinan,
menyerap pengangguran, memperkuat integrasi sosial, dan mempunyai kepedulian terhadap
lingkungan. ’’Maka melalui program Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi diharapkan dapat
memicu peran serta aktif masyarakat dalam membangun ekonomi di wilayahnya,’’ harap dia.
Terkait Gemaskop, Kemenkop dan UKM membentuk dan menguatkan institusi pelaksanaan
Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi. Untuk itu, perlu dibentuk Panitia Nasional di tingkat
Nasional dengan keanggotaan tetap. Sedangkan pelaksanaan di daerah dipandang perlu
dibentuk Panitia Pelaksana Daerah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Sejalan
dengan itu, diperlukan penguatan terhadap institusi pemberdayaan koperasi pada tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota seperti Dinas yang membidangi Koperasi, Dekopinwil, Dekopinda
dan lembaga-lembaga pendukung lainnya.
Selain itu, menyiapkan harmonisasi peraturan perundang-undangan tentang Gemaskop,
diseminasi dan pendidikan Gemaskop, penerapan jatidiri koperasi, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan, serta mengajak mengajak seluruh stakeholder sebagai upaya untuk menyukseskan
program Gemaskop di antaranya dengan penandatanganan MoU antara Kementerian
Koperasi dan UKM dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
tentang Pemberdayaan Perempuan Dalam Rangka Kesetaraan Gender Melalui
Pengembangan Koperasi dan UMKM.
’’MoU dengan Meneg PP dan PP ini dilakukan karena peran perempuan di bidang koperasi
sangat besar. Apalagi, mayoritas koperasi yang sukses, pengurusnya adalah perempuan. Dari
166 ribu unit koperasi, enam puluh persen pengurus adalah kaum perempuan. Ini tidak
didominasi satu provinsi, tapi merata di semua provinsi ada,’’ ungkap Syarif saat berkunjung
ke INDOPOS belum lama ini.
Sementara itu, Menteri Negara Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari
mengatakan, sinergi kementerian yang dipimpinnya dengan Kemenkop dan UKM diharapkan
dapat mempercepat perwujudan kesetaraan gender. Yaitu, kesamaan dan keseimbangan atas
akses, penguasaan, manfaat dan peran serta perempuan dan laki-laki dan mempercepat
perwujudan koperasi dan UKM yang berdaya saing.
Koperasi Boleh Monopoli Usaha
Ada yang menarik dari koperasi. Soko guru perekonomian Indonesia ini diperbolehkan
melakukan monopoli usaha. Sebab, Pasal 50 huruf i UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat memberikan keistimewaan kepada
koperasi untuk melakukan monopoli pada kegiatan usaha koperasi yang secara khusus
bertujuan melayani anggotanya.
’’Karena itu, pemerintah mendorong target pelaksanaan konglomerasi koperasi sektor hulu
dan hilir perekonomian,’’ kata Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi Kementerian Koperasi
(Kemenkop) dan UKM Untung Tri Basuki di Jakarta belum lama ini.
Lebih jauh Untung menjelaskan, konsep perekonomian di Indonesia membolehkan koperasi
memiliki beragam jenis usaha. Konglomerasi koperasi dapat melibatkan koperasi produsen,
koperasi konsumen, koperasi pemasaran, koperasi jasa, koperasi simpan pinjam, atau
dilakukan sendiri-sendiri oleh tiap jenis koperasi tersebut. Hal tersebut dimungkinkan karena
koperasi merupakan Badan Hukum yang berbasiskan anggota dan dimiliki oleh orang
banyak.
Makin besar keterlibatan anggota, pasar usaha koperasi lebih terjamin.
’’Pemerintah telah membentuk rancangan besar pembentukan konglomerasi koperasi melalui
program Gemaskop (Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi, Red). Kami mengajak seluruh
pemangku kepentingan terlibat dalam implementasi Gemaskop ini,’’ ajak Untung.
Tapi, lanjut dia, pengembangan konglomerasi koperasi di Indonesia harus mengacu pada
koridor UU No 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Di antaranya, pembinaan harus
dilakukan berbasis pada lima jenis koperasi di Indonesia. ’’Koperasi di Indonesia dirancang
memiliki sertifikasi manajemen dan operasional layaknya perusahaan. Langkah ini
menciptakan koperasi kuat dalam mengikuti arus perkembangan ekonomi,’’ paparnya.
Sementara itu, Menkop dan UKM Syarif Hasan mengatakan, pemerintah berkomitmen
membangun koperasi andalan di setiap provinsi serta kabupaten/kota dalam rencana
pembangunan jangka menengah. Koperasi andalan akan menjadi ikon di semua lini bisnis
dengan keunggulan produk daerah.
’’Ini nanti yang jadi indikasi terwujudnya pelaksanaan konglomerasi koperasi. Koperasi yang
dijadikan pioner akan hadir di hulu hingga hilir sektor usaha hingga tidak mengalami
ketimpangan dari sisi produksi dan pemasaran. Konglomerasi koperasi merupakan syarat
dalam menghadapi tantangan global. Karena diperlukan trading house usaha koperasi dan
bank koperasi,’’ jelas Syarif Hasan. (*)
INDOPOS, 14 Mei 2010