memahami proses sintesis protein

Upload: agusyanti24

Post on 16-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ggghh

TRANSCRIPT

Memahami Proses Sintesis Protein Kategori : Sintesis Protein

Protein merupakan salah satu unsur yang tak boleh alpa dalam daftar nutrisi yang manusia konsumsi sehari-hari. Hal ini terkait dengan perana protein yang secara signifikan ikut membangun tubuh secara menyeluruh. Protein sendiri merupakan unsur kedua terbesar setelah cairan yang ada pada tubuh manusia. Ia ada di setiap sel dan jaringan. Molekul-molekul protein ini bekerja dengan unsur lain dan memastikan tubuh kita berjalan sebagai mana mestinya. Dalam menjalankan fungsi dan peranannya, senyawa protein melakukan beberapa aktifitas. Salah satu kegiatan penting tersebut dikenal dengan istilah sintesis protein. Tidak mudah memahami proses ini sebab memang ia merupakan rangkaian yang kompleks. Untuk Anda, berikut kami sajikan ringkasannya.

Mengurai Sintesis Protein

Apabila didifeniskan, maka apa yang dimaksud dengan sintesis protein adalah sebuah proses percetakan senyawa protein yang berlangsung di dalam sel. Seperti diketahui bahwa protein memiliki sifat enzim. Hal ini kemudian menjadikan ia sebagai pengendali dan juga penumbuh karakter dari makhluk hidup. Kuat tidaknya sifat enzim pada protein ini dipengaruhi oleh urutan, jumlah, dan jenis asam amino yang menjadi penyusunnya. Adapun jenis dan juga urutan asam amino ini ditentukan oleh apa yang disebut dengan nama AND atau Asam Dioksiribose Nukleat.

Proses sintesis protein di dalam sel ini sendiri meliputi dua tahapan atau langkah, yakni translasi dan transkripsi.

Tahap Transkripsi

Tahapan transkirpsi merupakan serangkaian proses penyalinan data yang terdapat di rantai sense (3-5) DNA. Proses tersebut berlangsung di dalam inti sel dan dimulai dengan adanya pembukaan rantai DNA yang dilakukan oleh enzim bernama helikase. Setelahnya, terjadi penempelan enzim polymerase di wilayah promoter sekuen gen. Barulah kemudian enzim polimerasi ini aktif menyalin kode-kode genetis yang ada di rantai sense DNA sampai bagian triplet basa nitrogen terakhir yang mengandung informasi yang kemudian akan menghentikan proses penyalinan data tadi.

Adapun hasil dari proses translasi protein ini adalah terdapatnya mRNA yang memiliki kode pasangan yang ada di rantai sense DNA. mRNA dikenal juga dengan nama kondon. Setelah proses translasi ini rampung maka mRNA atau kondon akan melaju dan bergerak meninggalkan inti sel menuju bagian sitoplasma dalam rangka melanjutkan proses selanjutnya yakni translasi.

Tahap Translasi

Proses translasi dalam sintesis protein ini sendiri mencakup serangkaian penerjemahan mRNA atau kondon menjadi senyawa asam amino. Termasuk pula penyambungan setiap asam amino yang cocok dengan mRNA dengan gugus peptide yang kemudian menjadi protein. Organ sel atau organel yang bertugas secara ahtif melakukan proses penerjemahan tersebut adalah ribosom. Apabila ribosom telah melekat pada triplet mRNA atau kondon maka t-RNA yang ada di bagian sitoplasma selanjutnya membawa asam amino yang cocok atau sesuai dengan mRNA atau kondon.

Mengurai Proses Metabolisme Protein Kategori : Metabolisme Protein

Protein merupakan senyawa organik yang cukup kompleks dengan bibit molekul yang cukup tinggi. Ia merupakan polimer dari sejumlah monomer asam amino yang dilekatkan oleh ikatan bernama peptide. Jika diurai, protein ini sendiri terdiri atas karbon, oksigen, nitrogen, hydrogen dan sebagian pula mengandung fosfor dan juga sulfur. Protein meupakan salah satu senyawa yang sangat penting bagi manusia. Ia memiliki peranan yang signifikan terhadap tumbuh kembang serta pemeliharaan keseimbangan tubuh. Untuk menjalankan fungsi tesebut, tubuh akan menjalankan serangkaian proses untuk memaksimalkan penyerapan. Proses tersebut dikenal dengan istilah metabolisme protein. Istilah metabolisme sendiri diartikan sebagai semua jenis rekasi kimiawi yang berlangsung di dalam tubuh organisme termasuk yang ada di tingkat seluler. Metabiolisme ini juga mencakup senyawa protein di dalamnya.

Lintasan Metabolisme Protein

Umumnya, terdapat dua arah lintasan dari proses metabolisme protein di dalam tubuh, yakni: 1. Katabolisme atau rekasi yang di dalamnya melibatkan proses mengurai sejumlah molekul organik dalam rangka memperoleh energi. 2. Anabolisme, adalah rekasi yan merangkau sejumlah senyawa organik dari molekul tertentu agar lebih mudah diserap oleh tubuh. Proses metabolisme protein di dalam tubuh akan menghasilkan asam amino. Pembingkaran senyawa protein ini menjadi asam amino membutuhkan bantuan enzim jenis protease dan juga air agar proses hidrolisis protein terjadi di setiap ikatan peptida. Kegiatan hidrolisis ini juga terjadi apabila senyawa protein diberi asam, basa dan juga dipanaskan. Asam amino yang dihasilkan dari metabolisme ini cukup penting bagi tubuh. Ia dibagi ke dalam dua jenis yakni asam eamino esensial dan juga asam amino non-esensial. 1. Yang dimaksud dengan asam amino esensial (dikenal juga dengan istilah asam amino utama) merupakan jenis asam amino yang sangat diperlukan oleh tubuh dan mutlak didatangkan dari luar tubuh sebab tubuh kita tidak mampu disintesis. Asam amino esensial ini hanya bisa disintesis oleh sel tumbuhan. Adapun contoh dari asm amino ini antara lain triptofan, treonin, arginin, histidin, iseleusin, leusin, lisin, dan juga metionin. 2. Yang dimaksud dengan asam amino non-esensial adalah jenis asam amino yang mampu disintesis oleh tubuh kita. Adapun contoh asam amino jenis yang ini adalah alanin, prolin, tirosin, dan glisin. Setelah dipecah menjadi asam amino yang lebih sederhana dalam serangkaian proses metabolisme protein, maka tubuh tidak serta merta menyerapnya. Biasanya absorpsinya akan berlangsung dalam kurun waktu 2 sampai 3 jam. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa hanya sebagian kecil asam amino yang diabsorbsi. Meski demikian, tak pernah ditemukan seseorang yang kelebihan protein di dalam tubuhnya. Mengapa? Sebab saat asam amino telah memasuki darah, jumlah yang berlebihan akan segera ditransportasikan ke seluruh sel-sel di dalam tubuh dalam kurun waktu 5 sampai 10 menit.

Uji Kualitatif Protein Kategori : Uji Kualitatif Protein

Peranan protein bagi tubuh sangat signifikan. Molekul kompleks ini memang mendukung kegiatan struktural tubuh. Oleh karena hal ini, maka peneliti lebih lanjut mengkaji protein agar mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif. Analisa terhadap protein ini sendiri bisa dilakukan dalam dua metode yakni uji kuantitatif dan uji kualitatif protein. Pada kesempatan ini, uji kualitatiflah yang akan kita bahas lebih menyeluruh. Uji kualitatif ini sendiri melibatkan berbagai jenis reaksi. Selain itu, terdapat pula pembedaan yang didasarkan atas warna dan pengendapan. Untuk mengetahui kedua hal tersebut, silahkan simak uraian berikut ini.

Reaksi Dalam Uji Kualitatif Protein

Pembagian reaksi dalam lingkup analisa kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Reaksi Xantoprotein. Untuk mendapatkan reaksi ini, perlu penambahan larutan asam nitrat yang pekat ke dalam larutan protein. Pada saat dicampur, akan terlihat pembentukan endapan berwarna putih yang apabila dipanaskan akan berubah warna menjadi kekuningan. Reaksi ini terjadi pada protein yang di dalamnya terkandung senyawa antara lain fenilalanin, triptofan, dan juga tirosin. 2. Rekasi Hopkins Case. Reaksi ini terjadi apabila larutan senyawa protein yang mengandung unsur triptofan bereaksi dengan pereaksi yang disebut dengan istilah Hopkins cole. Pereaksi ini mengandung beberapa senyawa antara lain asam glikosilat. 3. Reaksi Millon. Jenis reaksi dari uji kualitatif protein ini terjadi apabila larutan protein ditambahkan dengan pereaksi berupa larutan merkuri serta merkuri nitrat yang ada di dalam asam nitrat. Sebagai hasilnya, akan muncul endapan berwarna putih yang akan berubah menjadi warna merah apabila terjadi pemanasan. 4. Reaksi Natriumnitroprusida. Rekasi ini terjadi apabila pelarutnya adalah larutan amoniak. Protein yang mengandung senyawa sistein akan menunjukkan hasil yang positif. 5. Reaksi Sakaguchi. Jenis reaksi uji kualitatif protein ini menggunakan pereaksi berupa naftol dan juga natriumhipobromit. Apabila terdapa gugus guanidine pada protein maka hasilnya akan positif. 6. Reaksi Biuret. Merupakan uji kualitatif protein yang dibentuk menjadi alkalis dengan menggunakan NaOH dan selanjutnya ditambahkan cairan CuSO4. Uji ini bertujuan untuk mencari tahu apakah di dalam sebuah senyawa mengandung gugus amida asam yang lebur bersama asam amida lainnya. Uji Kualitatif Protein Berdasarkan Warna dan Pengendapan 1. Uji Ninhidrin. Merupakan uji kualitatif protein yang paling umum dilakukan dalam rangka mencari tahu apakan suatu bahan mengandung protein di dalamnya. Apabila positif maka hasil reaksi adalah terbentuknya kecenderungan warna dari ungu sampai biru. 2. Uji Biuret. Sama seperti reaksi biuret, uji kualitatif protein ini ditujukan untuk mendeteksi apakah ada atau tidak ikatan peptida yang merangkai molekul protein. Apabila positif maka wakan muncul warna dari merah muda hingga ungu. 3. Uji Reduksi Sulfur. Uji ini tujuannya untuk mengetahui apakah suatu protein mengandung unsur asam amini dengan gugus atom S (contoh Cystein dan juga methionin). Uji ini akan terjadi rekasi yang pada akhirnya membentuk gram pbS dengan warna hitam. 4. Uji Xantoprotein. Uji ini sama dengan reakasi Xantoprotein. Hasil akhirnya akan dihasilkan endapan yang putih dan berubah menjadi kuning tua. Apabila ditambahkan pelarut ammonia pekat maka zat akan berubah warna menjadi jingga.

Apa Itu Denaturasi Protein? Kategori : Sifat Protein

Protein sangat penting bagi tubuh. Ia mengandung unsur semacam C, O, H dan N yang tidak dipunyai oleh karbohidrat juga lemak. Karakter protein ini menjadikan ia khas. Selain itu, protein juga mengandung senyawa lain di antaranya belerang, fosfor bahkan ada pula yang menyimpan unsur logam semacam besi di setiap molekul-molekul penyusunnya. Mencermati kandungannya yang kompleks, wajar jika kemudian protein menjadi salah satu unsur penting yang wajib ada di dalam menu harian. Sayangnya, mengacu pada karakter biologisnya, saat kita mengolah makanan, kandungan proteinnya akan berkurang bahkan hilang. Peritiwa tersebut secara sederhana disebut dengan denaturasi protein. Untuk memahami lebih lanjut fenomena ini, silahkan simak uraian berikut ini.

Memahami Denaturasi Protein

Secara harfiah, kata denaturasi berarti keluar dari sifat asli. Kata ini merupakan gabungan antara de dan juga natura. De sendiri berarti keluar sementara natura artinya alamiah. Jadi, denaturasi secara harfiah adalah kata yang merujuk pada sesuatu yang keluar dari sifat aslinya (alamiah). Adapun denaturasi protein sendiri mengacu pada kondisi di mana trusktur atau susunan protein berubah dari susunan awalnya (alaminya).

Sebagai senyawa kimia, protein dikenal dengan 4 struktur utamanya yakni primer, sekunder, tersier dan juga kuartener. Terjadinya modifikasi atau perubahan atas struktur sekunder, tersier dan kuartener atas molekul-molekul tanpa melibatkan kondisi simana ikatan-ikatan kovalen protein adalah peristiwa yang dikenal dengan nama denaturasi protein. Perubahan ini sendiri terjadi karena beberapa faktor. Perubahannya pun dikenal dalam beberapa bentuk yakni perubaan kimia, perubahan fisika serta perubahaan faal.

Perubahan Kimia yang cukup mendasar dalam proses denaturasi protein mencakup pada struktur-struktur protein (kecuali susunan/struktur primernya) . Sementara itu perubahan protein yang bersifat fisik terlihat dengan berubahnya tampilan alamiahnya. Tampilan ini bisa berupa ukurannya, molekulnya, tingkat kelarutannya, serta konsistensi yang kesemuanya bisa diamati secara visual. Terakhir adalah denaturasi protein yang merubah faal, yakni perubahan yang ditandai dengan menghilangnya sifat-sifat akami senyawa protein misalnya karakter hormon dan enzimnya.

Faktor Penyebab Denaturasi Protein

Adapun beberapa hal yang menjadi faktor pemicu terjadinya denaturasi protein antara lain: 1. Faktor kimia, yakni perubahan protein yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia. Bahan-bahan tersebut antara lain: basa, asam, garam organik, anion kompleks, logam berat, dehydrating agent, alkohol, garam netral namun konsentratnya tinggi, pelarut organik, uream guanidine dan lain-lain.2. Faktor fisika, yakni denaturasi protein yang terjadi akibat pemanasan atau pendinginan, sinar ultraviolet, tekanan tinggi, pengocokan secara intensif, pH ekstrim, tekanan yang cukup tinggi dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menjumpai peritiwa denaturasi protein seperti pada proses pengolahan telur yang dari cairan menjadi padat dengan cara dipanaskan, penggumpalan pada tepung kanji karena pengadukan dan pemadatan pada agar-agar karena pendinginan.