memahami kitab al-nasaikh al-diniyah mahasantri …
TRANSCRIPT
1
EFEKTIVITAS PENDEKATAN LINGUISTIK KONTRASTIF UNTUKMEMAHAMI KITAB AL-NASAIKH AL-DINIYAH MAHASANTRI
MA'HAD AL-JAMI'AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)MATARAM SEMESTER GENAP TAHUN PENGAJIAN 2018
Erma Suriani(Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Mataram, [email protected],
08175703744)
Abstraksi
Penelitian ini adalah penelitian lapangan kuantitatif yang dilaksanakan diMa'had Al-Jami'ah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram SemesterGenapTahun Pengajian 2018, sedangkan jenis penelitiannya adalah eksperimen.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang bertitik tolak darianggapan bahwa semua gejala yang diamati dapat diukur dalam bentuk angka.Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode tes, observasi, wawancara,dan dokumentasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran denganpendekatan linguistik kontrastif untuk memahami kitab al-nasaikh al-diniyah danmengetahui efektifitas pembelajaran dengan pendekatan linguistik kontrastifuntuk memahami kitab al-nasaikh al-diniyah mahasantri Ma'had Al-Jami'ahUniversitas Islam Negeri (UIN) Mataram Semester GenapTahun Pengajian 2018.
Hasil penelitian ini menunjukkan: pertama, penerapan pendekatanlinguistik kontrastif untuk memahami kitab al-nasaikh al-diniyah dimulai denganmua'llim menjelaskan pembagian kata dan menusun kata-kata itu menggunakanpola-pola yang sudah dibuat. Dari kegiatan ini mahasantri dilatih untuk cermatdan fokus dalam memperhatikan kata yang digunakan dan berlatih dalam pola-pola tersebut. Kedua, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimendan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat melalui nilai rata-rata post-test untuk kelaseksperimen sebesar 74,30 dan untuk kelas kontrol sebesar 45,70. Dari paparan diatas dapat dilihat perubahan yang paling signifikan adalah perubahan post-testpada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkanbahwa pembelajaran dengan pendekatan linguistik kontrastif terbukti efektif untukmeningkatkan hasil belajar untuk memahami kitab al-nasaikh al-diniyahmahasantri Ma'had Al-Jami'ah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram SemesterGenapTahun Pengajian 2018.
Kata kunci: Eksperimen, linguistik kontrastif, Kitab al-nasaikh al-diniyah
2
Abstract
This research is quantitative field research conducted in Ma'had Al-Jami'ah State Islamic University of ( UIN ) Mataram semester genap tahunrecitation 2018, while the research is experiment.This research used a quantitativeapproach, who dotted good from thinking about that all phenomenon observed canbe measured in the figures. Data collection method done with the test,observation, interview, and documentation.
This report aims to understand learning by approach linguistics contrastiveto understand the al-nasaikh al-diniyah and he knows the effectiveness of learningby approach linguistics contrastive to understand the al-nasaikh al-diniyahmahasantri Ma'had Al-Jami'ah State Islamic University of ( UIN ) MataramSemester Genap tahun recitation 2018.
This research result indicates: the first , the application of linguisticapproach contrastive to understand book al-nasaikh al-diniyah begins with mua'llim explain division of a word and menusun words were using the the patternsremain the same has already been prepared .Of this activity mahasantri trained tocarefully and focus in paying attention to a word used and practice in thosepatterns .Second , there is a significant difference between grade classexperimentation and control .It can be seen through the average score for the classof 74,30 post-test experiment and control of 45,70 for the class .From exposure toabove can be seen the most significant is the changes post-test to that class ofexperimentation and control class. Thus we can conclude that learning byapproach linguistics contrastive have effectively to improve learning outcomes tounderstand the al-nasaikh al-diniyah mahasantri Ma' Had Al-Jami' Ah StateIslamic University of ( UIN ) Mataram semester genap tahun recitation 2018.
Keywords: experiment , linguistics contrastive , the al-nasaikh al-diniyah
3
Pendahuluan
Secara umum Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren khususnya
Ma’had dari berbagai daerahdi Indonesia memiliki problemterkait dua hal
mendasar, yaitu kurikulum dan kebahasaan. Pada penelitian ini, peneliti akan
lebih menekankan pada problematika kebahasaan untuk memahami kitab al-
Nasaikh al-Diniyah.
Problematika pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing memang tidak
sedikit mulai persoalan linguistik (ilmu bahasa) sampai persoalan non linguistik.
a) Faktor Linguistik.
Faktor linguistik yang dianggap menjadi penyebab kesulitan dalam belajar
bahasa Arab muncul karena beberapa alasan, yakni:
1) Adanya perbedaan tabiat bahasa
2) Adanya Spesifikasi bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa
Indonesia
3) Adanya perbedaan bahasa mulai dari sistem bunyi sampai dengan
tulisannya
4) Adanya pola Konjugatif (Tashrifat) sebagai ciri utama bahasa Arab yang
tidakdikenal dalam bahasa Nusantara sebagai bahasa mudah yakni bahasa-
bahasa Astronesia
Adapun rincian faktor-faktor linguistik itu adalah sistem bunyi atau
Nidlom as-Shout yang tidak ada dalam bahasa Indonesia, yakni: (Tsa', Syin, Dzal,
Kho', Ha', Dho', Tho', Shod, Dlodl, 'Ain, Ghin), kosa kata atau mufrodat berkaitan
dengan mudzakkar dan muannats, mutsanna dan jamak, khususnya yang berkaitan
dengan morfhologi (tasrif) yang tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia, tata
kalimat (tarkib al-kalimah) yakni susunan kata yang tertibnya tidak dikenal dalam
bahasa Indonesia, bentuk kalimat: jumlah ismiyah dan fi'liyah, adanya i'rab,
perbedaan sistem tulisan dari kanan ke kiri dengan huruf berbeda ketika berada di
tengah di depan dan di belakang, sistem waqof pada kata dengan akhiran huruf ta'
marbuthoh yang dibaca beda ketika diwaqofkan, pelafalanAl-Syamsiyah, sistem
tasydid atau penggandaan bunyi huruf, dan sistem uslub (gaya bahasa).
4
Secara keseluruhan dinyatakan bahwa faktor linguistik itu memberikan
kontribusi yang besar kalau bukan merupakan akar bagi timbulnya kesulitan
penguasaan dan pengembangan pengajaran bahasa Arab terutama bagi selain
bangsa Arab atau ghair al-Nathiqin bi al-‘Arabiyah. Untuk sementara kelihatan
seolah-olah bahasa Arab itu bahasa yang sukar dikuasai, dan sukarnya
mempelajari bahasa Arab itu disebutkan karena faktor-faktor bahasa Arab itu
sendiri. Ini suatu pendapat yang belum pernah diuji kebenarannya. Kajian disini
berusaha untuk memberikan verifikasi pendapat tersebut dengan realitas bahasa
Arab. Dengan demikian akan diketahui kebenaran atau kepalsuan pendapat
tersebut.
Kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran bahasa Arab yang berasal dari
perbedaan tabiat antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia seperti dalam hal
fonetik dapat diselesaikan dengan pelajaran ilmu tajwid, khususnya dalam fonem-
fonem yang tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia seperti tsa’ ha’, kha’, dzal,
syin, shad, ghin dan sebagainya ketika dalam keadaan sendirian atau ketika
bertemu dengan fonem-fonem lainnya.
Dalam hal etimologi yang meliputi zaman (tenses) untuk kata fi’il madli
dan mudlori’, tatsniyah dan jama’, tadzkir dan ta’nits, dan masalah gramatika
serta kosa kata, sampai sejauh ini peneliti belum menemukan adanya upaya
pemecahannya sehingga tampak menjadi problem yang menimbulkan kesulitan
dalam pembelajaran dan dianggap sebagai akar kesulitannya. Padahal belum tentu
hal tersebut menyebabkan kesulitan. Hanya disebabkan cara pandangnya saja bisa
menjadikan hal tersebut sebagai suatu kesulitan yang menjadi problem.
Dalam hal tabiat bahasa Arab yang berbeda dari bahasa pelajar (Indonesia)
seperti dalam hal fonetik, kiranya sudah dikemukakan pemecahannya dengan
sederhana, yakni dengan belajar tajwid. Permasalahannya adalah bila memang alat
bicara pada mulut bangsa Indonesia berbeda dari bangsa Arab maka memang ada
masalah, tetapi perbedaan dari segi fisik para pelajar baik Indonesia maupun
negara-negara lainnya ternyata tidak ada. Karena itu perbedaan tabiat bahasa
tersebut sebetulnya bukan problem yang menyebabkan sulitnya belajar bahasa
5
Arab untuk memahami sebuah kitab. Dengan demikian problem tersebut tidak
layak disebut sebagai problem kesulitan dalam pendidikan bahasa Arab.
Dalam kaitannya dengan masalah etimologi (as-shorfiyah dan atau
morphology) yang dinyatakan sebagai problem, tentunya tidak bisa dinyatakan
sebagai problem serius meskipun masalah as-Sharfiyah atau tashrifat dalam
bahasa Indonesia tidak ada. Bahkan boleh jadi tashrifat yang ada itu justru
membantu dan mempermudah bila terjadi kesulitan dalam mencari
perbendaharaan kata guna memahami sebuah kitab. Sebagai gambaran singkat,
ketika seseorang tidak mengerti terjemahannya "kunci" dalam bahasa Arab, maka
dengan tashrifat dapat diselesaikan sehingga diketahui bahwa "kunci" itu alat
pembuka yang bisa diketahui melalui kata fataha yang berarti membuka menjadi
miftah dengan makna alat untuk membuka.
Dalam hal gramatika, tentunya masing-masing bahasa memiliki
kekhususannya. Kekhususan bahasa itu bukan suatu problem dalam
mempelajarinya. Bahasa itu dimiliki oleh suatu bangsa yang di dalamnya juga ada
masyarakat yang tidak cerdik, namun mereka bisa menggunakan bahasanya
dengan baik, lancar, dan tidak mengalami problem. Fungsi gramatika suatu
bahasa itu adalah sebagai ilmu tata bahasa. Demikian juga fungsi ilmu nahwu
yang sering disebut sebagai qawa'id. Jadi pada dasarnya tidak ada problem dalam
pembelajaran gramatika bahasa Arab sebagaimana gramatika yang ada dalam
bahasa asing yang lain.
Dalam kasus tertentu peneliti memaklumi adanya problem khusus dalam
pembelajaran gramatika bahasa Arab. Akan tetapi itu bukan karena keberadaan
gramatika itu sendiri. Problem itu muncul karena orientasi pembelajarannya.
Dalam kasus perbedaan arah tulisan bahasa Arab yang ke kiri dengan
tulisan Latin yang ke kanan, maka pada dasarnya bukan suatu kesulitan yang
menimbulkan problem. Tulisan bahasa Arab yang lengkap dengan syakalnya dan
dengan sistemnya yang fonetik dan sistem ejaannya yang fonemis, adalah sangat
mudah untuk dipelajari cara membacanya. Mudahnya membaca tulisan yang
ejaannya bersistem fonemis adalah karena suatu ejaan yang menggunakan sistem
ejaan fonemis adalah ejaan yang sempurna.
6
Dengan demikian perbedaan bentuk dan arah tulisan dari kanan ke kiri itu
bukan penyebab timbulnya problem dalam pendidikan bahasa Arab. Justru tulisan
bahasa Arab itu terbukti paling mudah untuk dipelajari cara membacanya bila
tulisan yang dimaksud adalah tulisan bahasa Arab yang sempurna. Lain
masalahnya apabila yang dimaksud itu adalah tulisan gundul yang ada dalam
kitab-kitab berbahasa Arab. Bukan sistem tulisannya penyebab kesulitan, tetapi
ketidaksempurnaannya itulah yang menimbulkan problem.
b) Faktor Nonlinguistik
Faktor Nonlinguistik yang dianggap sebagai sebab timbulnya problem
dalam pendidikan bahasa Arab antara lain: Perbedaan sosio kultural bangsa Arab
dengan sosio kultural pelajar (Indonesia), sarana dan prasarana fisik, tempat dan
waktu, kemampuan subyek didik fakor-faktor Psikologisnya, komponen-
komponen instruksional yang tidak dipersiapkan dengan baik, dan citra bahasa
Arab itu sendiri.
Faktor-faktor Nonlinguistik yang dimaksudkan konkritnya adalah:
Perbedaan ungkapan istilah untuk nama-nama benda, misalnya nama onta yang
berbeda karena usianya, kurangnya jam pelajaran sehingga tidak tercapai tujuan
yang digariskan dalam program pembelajaran pada kasus di Pondok-Pondok
Pesantren, rendahnya kualitas tenaga pengajar bahasa Arab guna memahami
kitab-kitab gundul (yang tidak berharokat) dan rendahnya kemampuan pelajarnya,
masa depan yang tidak jelas bagi pelajar bahasa Arab dan tiadanya penghargaan
langsung dari masyarakat sehingga kurang adanya minat untuk mempelajarinya,
tidak tepatnya tujuan dan orientasi pembelajaran dan metode pengajarannya,
terpisahnya pengajaran bahasa Arab di sini (Indonesia) dari perkembangan bahasa
Arab sendiri di kawasan Timur Tengah, minimnya kamus yang dikarang oleh
orang-orang Nusantara tentang bahasa Arab, terkaitnya pengajaran bahasa Arab
dengan pendalaman ilmu-ilmu agama, dan sikap umum bangsa Indonesia yang
menganggap pengajaran bahasa Arab sebagai bagian dari pendidikan Islam
sehingga ia dipisahkan dari kegairahan hidup dalam dunia komunikatif.
Dalam menanggulangi kesulitan pada kasus nonlinguistik telah dianjurkan
adanya pendekatan linguistik kontrastif, yakni pengajaran dimulai dari yang ada
7
kesamaannya dengan bahasa ibu; sedangkan untuk unsur dan struktur yang tidak
memiliki kesamaan diajarkan belakangan. Anjuran ini bisa diterima untuk
ditindaklanjuti sehingga kasus ini tidak lagi menjadi problem.
Kasus nonlinguistik lainnya yang dibeberkan dimuka ternyata belum ada
yang mengemukakan pemecahannya yang berkisar pada masalah-masalah
terbatasnya waktu yang di atur dalam kurikulum, sarana seperti buku dan alat-alat
bantu teknik seperti audio visual, input yang lemah dalam bahasa Arab, dan
syarat-syarat untuk kemampuan ustadz (muallim). Sementara upaya pemecahan
yang dikemukakan hanya sebagai pertimbangan untuk ditinjau ulang dalam
operasionalnya.
Perlu diketahui bahwa terbatasnya waktu bukanlah suatu problem karena
dengan ditambahkannya waktu berarti sudah terselesaikan. Begitu juga mengenai
sarana dan prasarana, maka pemenuhannya sudah merupakan penyelesaian. Jadi
tidak layak hal-hal demikian dinyatakan sebagai problem dalam pendidikan
bahasa Arab. Di samping itu perlu diperhatikan bahwa ada kalanya sarana-sarana
itu juga tidak mutlak perlu, misalnya perangkat laboratorium bahasa yang tidak
imbang antara harga dan manfaatnya, yang biasanya sering tidak dipakai dan
jarang dimanfaatkan.
Lemahnya input dalam berbahasa Arab tidak bisa dinyatakan sebagai
problem. Kalau input sudah mahir maka proses pembelajaran bahasa Arab sudah
tidak ada gunanya. Pada langkah berikutnya perlu diterapkan kedisiplinan dalam
evaluasi. Para pelajar atau mahasiswa yang sudah mampu menguasai materi
pembelajaran bahasa Arab guna memahami kitab gundul layak lulus dan yang
tidak mampu tidak layak diluluskan. Meluluskan pelajar atau mahasiswa yang
belum mampu sama dengan menciptakan rendahnya mutu pengajaran dan
pembelajaran Bahasa Arab yang ada di kitab-kitab gundul, khususnya kitab al-
Nasaikh al-Diniyah. Inilah yang memunculkan problem, bukan lemahnya input
tetapi membiarkan dan meluluskan calon lulusan yang lemah itulah problem.
Dalam kaitannya dengan metode yang dianjurkan untuk dipakai maka
metode itu sangat berkaitan dengan materi dan tujuan dalam pembelajaran. Perlu
diingat bahwa tiap metode yang dipakai itu memiliki keunggulan dan
8
kekurangannya. Sebetulnya sangat dianjurkan untuk menyelesaikan problem
metode ini dengan memahami dan menguasai berbagai metode untuk proses
pembelajaran, sehingga setiap kali muncul permasalahan metode dapat
diselesaikan dengan bantuan metode alternatif yang pada gilirannya disebut
dengan metode eklektik.
Adapun tidak dipergunakannya satu sistem yang konsisten dalam metode
pengajaran, tidak adanya dorongan moril, tidak jelasnya masa depan mahasiswa
yang belajar bahasa Arab di Pondok Pesantren, dan tidak adanya penghargaan
langsung dari masyarakat yang bisa mengurangi minat belajar bahasa Arab, maka
semua itu diselesaikan dengan memberikan kontra operasional, yakni dengan
mengadakan semua yang tiadanya itu menjadikan masalah. Untuk keperluan
tersebut maka daya tarik, motivasi belajar, dan prospek bahasa Arab perlu
dikemukakan dengan positif, khususnya mengenai kesan pertama yang baik dalam
mengenal dan menilai keman-faatan bahasa Arab.
Dengan demikian masalah nonlinguistik ini dapat dinilai sebagai masalah
yang sangat mendasar, dan bisa dijadikan alasan atau sebab-sebab tidak bisa
belajar bahasa Arab, atau sebab terjadinya kesulitan ketika belajar bahasa Arab.
Demikian sederhananya masalah nonlinguistik ini maka tidak layak disebut
sebagai problem pembelajaran bahasa Arab. Perlu dicermati lagi bahwa yang
mendukung dalam pembelajaran bahasa adalah praktek dan keaktifan para pelajar
itu sendiri dalam berbahasa Arab.
Jadi langkah penyelesaian masalah kebahasaan adalah penggunaan
pendekatan linguistik kontrastif untuk memahamikitab al-Nasaikh al-Diniyah
wabil khusus Mahasantri Ma’had al-Jami’ah UIN Mataram.
Metode Penelitian dan Pembahasan
Kehadiran Ma’had al-Jami’ah di UIN Mataram tidak bisa dilepaskan dari
cerita sukses (success story) beberapa Ma’had al-Jami’ah di beberapa Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia, seperti di UIN Malang
dan UIN Surabaya.
9
Eksistensi Ma’had al-Jami’ah di beberapa perguruan tinggi keislaman ini
juga tidak bisa dilepaskan dari kecenderungan integrasi ilmu pengetahuan di
tingkat nasional setelah Indonesia mengalami pahitnya dikotomi ilmu
pengetahuan yang ditinggalkan oleh kolonialisme barat.
Lembaga-lembaga pendidikan keislaman, baik menengah maupun tinggi
mulai membuka asrama untuk pembinaan siswa atau mahasiswa untuk
mengintegrasikan keunggulan pesantren dengan lembaga-lembaga pendidikan non
pesantren. Di lingkungan kementerian agama, ide ini mulai terlihat
implementasinya sejak Kementerian Agama di bawah pimpinan Bapak. Alm.
Munawir Sadzali dengan program MAPK, diteruskan oleh para menteri
berikutnya dengan program MAN Insan Cendikia dan Ma’had al-Jami’ah di
Perguruan Tinggi Islam, seperti UIN Malang dan lain-lain.
Pembinaan ala pesantren semacam ini terasa efektifitasnya karena
pembinaan dilakukan secara komprehensif, melekat dan berkesinambungan.
Dalam konteks Ma’had al-Jami’ah, pembinaan yang menjadi primadona adalah
pembinaan bahasa-bahasa internasional (terutama Arab-Inggris), tahfiz al-Qur’an,
ilmu-ilmu keislaman dan akhlaq karimah.
Di UIN Mataram sendiri, ide pembentukan Ma’had al-Jami’ah sudah
dimulai sejak era kepemimpinan Dr. H. Asnawi, MA (Rektor UIN Mataram
Periode 2004-2009). Gagasan ini menemukan jalan yang lebih lempang berkat
bantuan Rusunawa (Rumah Susun Sewa) empat lantai oleh Kementerian
Perumahan Rakyat yang diperuntukkan sebagai asrama mahasiswa Ma’had al-
Jami’ah. Pada era kepemimpinan Dr. H. Nashuddin, M.Pd (Rektor UIN Mataram
2009-2014), tepatnya pada tanggal 14 Maret 2013, Ma’had al-Jami’ah resmi
dibuka dan mulai melakukan aktifitas pembinaan, dilengkapi dengan satu
bangunan tiga lantai yang diperuntukkan untuk asrama mahasantri putri, mushalla
dan tempat kegiatan belajar mengajar.
Karena tuntutan dari kementerian pemberi bantuan, Ma’had al-Jamiah
dikelola oleh sebuah Badan Pengelola Ma’had al-Jami’ah yang terutama
bertanggungjawab merawat bangunan Rusunawa. Namun untuk efektifitas dan
kelancaran proses belajar mengajar, tertanggal 21 September 2013, Rektor UIN
10
Mataram mengeluarkan SK pengangkatan Mudir Ma’had al-Jami’ah yang
terutama bertanggungjawab untuk mengelola proses-proses akademik di Ma’had
al-Jami’ah.
Kini Ma’had al-Jami’ah sudah berjalan di semester ke-7. Kegiatan
pembinaan sejauh ini berjalan baik. Eksistensi Ma’had al-Jami’ah semakin
dikenal di lingkungan UIN Mataram. Minat mahasiswa untuk menjadi mahasantri
Ma’had al-Jami’ah bertambah dari tahun ke tahun. Para ustadz yang berkualifikasi
master dan doktor dari dalam dan luar negeri tetap istiqamah membimbing para
mahasantri Ma’had al-Jami’ah. Fokus pembinaan di Ma’had al-Jami’ah adalah
penguasaan bahasa Arab, Inggris, tahfiz al-Qur’an, ilmu-ilmu keislaman dan
akhlaq karimah.
1. VISI
Menjadi pusat tafaqquh fi al-din, penguasaan bahasa-bahasa internasional,
tahfidzh al-Qur’an dan pembinaan al-akhlaq al-karimah dalam rangka
transformasi UIN menjadi Universitas Islam Negeri Mataram.
2. MISI
1. Melatih mahasantri untuk mendalami agama Islam secara komprehensif
(tafaqquh fi ad-din).
2. Melatih keterampilan berbahasa Internasional kepada mahasantri terutama
Bahasa Arab, Inggris dan Perancis.
3. Membimbing mahasantri untuk menghafalkan al-Quran.
4. Membina mahasantri untuk mengembangkan bakat dan memiliki akhlaq
mulia.
3. Program Ma’had Al-Jami’ah
a. Pembelajaran Ilmu-Ilmu Keislaman
1) Menyelenggaraan pembelajaran kutub at-turats al-mu’tamadah.
2) Diskusi rutin mahasantri.
3) Muhadharah mahasantri setiap malam jum’at.
4) Kuliah umum.
5) Seminar nasional atau internasional.
6) Penerbitan buku-buku dan buletin berkala.
11
7) Rihlah ilmiah.
b. Pemerolehan Bahasa Arab, Inggris dan Perancis
1) Pembelajaran bahasa Arab, Inggris dan Perancis.
2) Mengusahakan pembentukan lingkungan kebahasaan (bi’ah
lugawiyah).
3) Melatih kemahiran berbahasa melalui muhadarah setiap malam jum’at.
4) Mengadakan lomba-lomba keterampilan berbahasa.
5) Penerbitan media berbahasa asing.
c. Tahfiz al-Qur’an
1) Menyelenggarakan kegiatan pembinaan tahsin al-qira’ah dan tahfiz al-
Qur’an.
2) Menyelenggarakan atau mengikuti pelatihan metode-metode
pembelajaran al-Qur’an.
3) Memfasilitasi dan mengembangkan bakat mahasantri yang berkaitan
dengan al-Qur’an.
4) Menyelenggarakan lomba-lomba tilawah dan tahfidzh al-Qur’an.
d. Pembinaan Akhlaq Mulia
1) Mendisiplinkan santri dalam melaksanakan ibadah, terutama shalat
berjamaah.
2) Melaksanakan pembinaan karakter melalui masa orientasi mahasantri.
3) Melaksanakan kerja bakti di lingkungan Ma’had setiap hari Ahad.
4) Mengasah kemampuan wirausaha mahasantri melalui koperasi Ma’had
al-Jami’ah.
e. Pengembangan Bakat
1) Mengadakan latihan-latihan tilawah al-Qur’an dan kaligrafi.
2) Mengadakan kegiatan pembinaan olah raga seperti tenis meja, bola
volly, futsal dan badminton.
3) Mengadakan kegiatan pembinaan seni seperti kasidah, tari, band dan
marawis.
4) Mengadakan pelatihan penulisan karya ilmiah.
5) Mengadakan kegiatan pelatihan dan pembinaan kewirausahaan.
12
4. Kurikulum Ma'had
Kurikulum Ma’had al-Jami’ah adalah turunan dari visi misi Ma’had.
Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan kurikulum Ma’had al-Jami’ah adalah
melahirkan mahasantri yang mahir berbahasa internasional (minimal Arab-
Inggris), mahir membaca al-Qur’an dan menghafalkannya, memiliki wawasan
ilmu-ilmu keislaman dan memiliki akhlak yang terpuji.
Basis kurikulum Ma’had al-Jami’ah seperti yang dipraktikkan di
pesantren-pesantren, baik salaf maupun modern. Materi-materi dasar seperti tafsir,
hadits, fiqh, akhlak, tahfidz, tahsin, istima’ dan kalam, qira’ah dan kitabah,
listening and speaking, reading and writing adalah ta’lim wajib yang diberikan di
Ma’had al-Jami’ah. Demikian juga dengan tahsin dan tahfiz al-Qur’an.
Sedangkan pembelajaran bahasa diberikan dalam dua cara, yaitu penyampaian
materi kebahasaan oleh para muallim dan praktik penggunaan bahasa baik yang
dilakukan di muhadarah-muhadarah maupun dalam interaksi sehari-hari.
Sejauh ini, kurikulum yang dipakai di Ma’had al-Jami’ah masih
sederhana dan bersifat umum namun diharapkan seiring dengan semakin
mapannya sistem yang berjalan di Ma’had al-Jami’ah format kurikulum yang
efektif dan sesuai dengan karakter dan tujuan Ma’had dapat diwujudkan.
Dalam penelitian ini, akan disajikan data-data terkait dengan variabel yang
tealah diteliti yaitu: nama-nama mahasantri yang mengikuti tes penguasaan
kosakata dan tes kemampuan membaca beserta hasil atau nilainya sebagai berikut:
Tabel. 01
Daftar Hasil Tes Kelompok Eksperimen Mahasantri Ma'had al-Jami'ah
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram1
No Nama Mahasantri Pretest Posttest
1 Ulfiati Islamiah 50 95
2 Mulyani 57 76
3 Nur Malia Intan Purnami 56 81
1 Hasil Tes Kelompok Eksperimen Mahasantri Ma'had al-Jami'ah Universitas IslamNegeri (UIN) Mataram
13
4 Nurul Hidayatullah 52 61
5 Mariana Ulfa 39 41
6 Eva Rosita Zuhra 45 68
7 Kholilurrahman 62 51
8 M. Maulidan Hasani 52 92
9 Saepudin 36 80
10 M. Nurwathani Janhari 32 50
11 Ahyar Rosidi 59 92
12 Abdul Latif 55 95
13 Ayu Arni 57 66
14 Milenthia Alfiani 50 61
15 Luthfiyyah Salsabila 34 67
16 Nurbaiti Isnaini 55 95
17 Baiq Puput Nadia Rosada 52 56
18 Iramita 62 95
19 Sapratul Aini 60 90
20 Sumaini 50 74
Tabel. 02
Daftar Hasil Tes Kelompok Kontrol Mahasantri Mahasantri Ma'had
al-Jami'ah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram2
No Nama Mahasantri Pretest Posttest
1 Ulfiati Islamiah 35 23
2 Mulyani 15 46
2 Hasil Tes Kelompok Kontrol Mahasantri Ma'had al-Jami'ah Universitas Islam Negeri(UIN) Mataram
14
3 Nur Malia Intan Purnami 43 35
4 Nurul Hidayatullah 77 77
5 Mariana Ulfa 52 52
6 Eva Rosita Zuhra 48 49
7 Kholilurrahman 69 59
8 M. Maulidan Hasani 55 58
9 Saepudin 42 32
10 M. Nurwathani Janhari 44 47
11 Ahyar Rosidi 37 21
12 Abdul Latif 62 48
13 Ayu Arni 50 58
14 Milenthia Alfiani 48 55
15 Luthfiyyah Salsabila 50 47
16 Nurbaiti Isnaini 43 28
17 Baiq Puput Nadia Rosada 57 52
18 Iramita 42 49
19 Sapratul Aini 53 37
20 Sumaini 58 41
A. Analisis Data
Mengacu pada tabel pada 1 dan 2, maka dapat dianalisis perbandingan
hasil tes kelompok kontrol dan experiment sebagai berikut:
Tabel. 03
No. Urut
(Kontrol)Pretest Posttest
No. Urut
(Eksperimen)Pretest Posttest
15
4 77 77 1 50 95
7 69 59 12 55 95
8 55 58 16 55 95
13 50 58 18 62 95
14 48 55 8 52 92
5 52 52 11 59 92
17 57 52 19 60 90
6 48 49 3 56 81
18 42 49 9 36 80
12 62 48 2 57 76
10 44 47 20 50 74
15 50 47 6 45 68
2 15 46 15 34 67
20 58 41 13 57 66
19 53 37 4 52 61
3 43 35 14 50 61
9 42 32 17 52 56
16 43 28 7 62 51
1 35 23 10 32 50
11 37 21 5 39 41
Nilai
Maximum77 77
Nilai
Maximum62 95
Nilai
Minimum15 21
Nilai Minimum32 41
Rata-Rata 49 45,7 Rata-Rata 50,75 74,3
Dari data di atas dapat ditemukan range sebagai berkut :
Nilai Maximum 15 -18
Nilai Minimum -17 -20
16
Rata-Rata -1,75 -28,6
B. Hasil Analisis
Penelitian yang peneliti laksanakan kali ini menggunakan metode
eksperimen, yaitu dengan menggunakan tes sebagai salah satu metode
pengumpulan datanya. Data yang dimaksud dalam penelitian kali ini adalah data
nilai kemampuan mahasantri menulis kata dalam bahasa Arab yang dimulai dar
kemampuan mahasantri menulis kata dalam bahasa Arab awal (pretest) dan
penguasaan mahasantri dalam menulis kata dalam bahasa Arab akhir (post-test)
baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Nilai-nilai tersebut diperoleh
dari 30 butir soal yang digunakan dalam pelaksanaan pre-test dan post-test pada
penelitian kali ini. Berikut ini peneliti sajikan hasil output deskriptif data:
Tabel. 03
N Minimum Maximum
Eks-pre 20 4,00 66,00
Eks-post 20 41,00 95,00
Kon-pre 20 15,00 77,00
Kon-post 20 19,00 77,00
Valid N (listwise) 20
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi dan nilai terendah
pada tiap-tiap kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol), baik untuk nilai
kemampuan menulis kata dalam bahasa Arab awal (pretest) maupun kemampuan
memahami kitab al-nasaikh al-diniyah akhir (posttest). Selain nilai tertinggi dan
nilai terendah, dari tabel di atas juga dapat dilihat rata-rata nilai kemampuan
memahami kitab al-nasaikh al-diniyah setiap kelas dan juga standar deviasinya.
Dalam pengujian uji “t” atau t-test dapat dikatakan berlaku apabila
memenuhi beberapa syarat yaitu data harus berdistribusi normal dan varian antar
kelompok harus berdistribusi homogeny.
Adapun prasyarat pengujian analisis data, yaitu:
Uji Normalitas
17
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atautidaknya distribusi
sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai Mahasantri yang
digunakan untuk menguji normalitas sampel adalah nilai pre-test dan post-test
sekaligus. Dengan analisis Ho adalah sampel berdistribusi normal dan Ha
berdistribusi tidak normal. Data dikatakan normal jika nilai signifikansi 5%, maka
Ho diterima dan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak.
Selain melihat dari nilai signifikansinya, bisa juga dilihat dari nilai
Kolmogorovsminorov
Z, kalau nilai Kolmogorov-sminorov Z (Ksz) lebih kecil dari 1,960 maka Ho
diterima. Berikut tabel output uji normalitas:
Pada tabel di atas menunjukkan, bahwa untuk pre-test kelas eksperimen
diperoleh nilai rata-rata sebesar 50,78 dan nilai uji kolmogorov-sminorov Z
sebesar 0,778 dan nilai siginifikansi sebesar 0,580, dan untuk post-test kelas
eksperimen diperoleh nilai rata-rata sebesar 73,61 dan nilai uji kolmogorov-
sminorov Z sebesar 0,663 dan nilai signifikansi sebesar 0,772.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa dengan nilai signifikansi yang lebih
besar dari 0,05 untuk nilai pre-test dan post-test pada kelas eksperimen, maka data
tersebut dinyatakan terdistribusi normal.
Uji Independent t-Test
18
Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dilihat dari nilai
pre-test dan post-test diatas menunjukkan bahwa kelompok eksperimen
mengalami peningkatan kemampuan, yaitu dengan menerapkan Pendekatan
linguistik kontrastif bagi peningkatan kemampuan memahami kitab al-nasaikh al-
diniyah. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar kelompok
eksperimen, peneliti menggunakan uji t (t-test) untuk mengetahui hasil
peningkatannya. Berikut peneliti sajikan output hasil uji paired t-test.
Kelas N Mean Std.Defiation Std. Error Mean
Eksperimen 20 74,30 17,412 3,893
Kontrol 20 45,70 13,561 3,032
Data tersebut dikatakan terdapat perbedaan atau terdapat peningkatan
ketika nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 atau bisa dilihat juga dengan nilai t
hitungnya, yaitu nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Sesuai dengan data diatas,
dapat dilihat bahwa besar rata-rata nilai post-test untuk kelas eksperimen dan
kontrol, kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai yang lebih besar dengan kelas
kontrol. Dengan nilai rata-rata untuk kelas eksperimen sebesar 74,30 dan untuk
kelas kontrol sebesar 45,70.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan kemampuan memahami kitab al-nasaikh al-diniyah dengan
pendekatan linguistik kontrastif di Ma'had Al-Jami'ah Universitas Islam Negeri
(UIN) Mataram Semester Genap Tahun Pengajian 2017/2018, sehingga hipotesis
pada penelitian ini diterima.
Dalam penelitian ini, dilihat dari pengujian hipotesis di atas, diketahui
adanya perubahan yang signifikan kemampuan Memahami kitab al-nasaikh al-
diniyah Mahasantri dengan menerapkan pendekatan linguistik kontrastif
dibandingkan dengan kelas yang menggunakan atau menerapkan pembelajaran
konvensional dan tanpa menerapkan pendekatan linguistik kontrastif untuk
memahami kitab al-nasaikh al-diniyah mahasantri Ma'had Al-Jami'ah Universitas
Islam Negeri (UIN) Mataram Semester Genap Tahun Pengajian 2017/2018.
Apabila dilihat dari rata-rata nilai memahami kitab al-nasaikh al-diniyah
mahasantri yang diberikan dengan menerapkan pendekatan linguistik kontrastif
19
(kelas eksperimen) sebesar 74,30, sedangkan pada kelas kontrol dengan
menerapkan pembelajaran konvensional rata-rata nilai memahami kitab al-nasaikh
al-diniyah mahasantri sebesar 45,70. Hal tersebut menunjukkan adanya
perubahan dan peningkatan yang signifikan pada kelas eksperimen dibandingkan
perubahan pada kelas kontrol. Dengan demikian pendekatan linguistik kontrastif
dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional,
dalam upaya meningkatkan kemampuan memahami kitab al-nasaikh al-diniyah
mahasantri Ma'had Al-Jami'ah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Semester
Genap Tahun Pengajian 2017/2018.
Dengan menerapkan pendekatan linguistik kontrastif , mahasantri akan
lebih mudah menangkap, memahami, dan memahami kitab al-nasaikh al-diniyah.
Mahasantri akan merasa lebih tertarik dan lebih fokus selama mengikuti proses
pembelajaran ini. Mahasantri juga diberi kesempatan yang lebih banyak untuk
menganalisis kata dalam kitab. Sedangkan pada kelas kontrol, mu'allim ataupun
peneliti masih menerapkan pembelajaran konvensional, mu'allim ataupun peneliti
mendominasi kelas, Mahasantri hanya mendapat pengetahuan dari mu'allim
ataupun peneliti, dan minimnya berlatih mengenali dan menganalisis kata dalam
kitab. Sehingga wajar jika kelas yang pembelajaran kitab al-nasaikh al-diniyah
dengan menerapkan pendekatan linguistik kontrastif yaitu kelas eksperimen lebih
efektif dan lebih cepat perubahan serta peningkatannya dalam kitab al-nasaikh al-
diniyah dibandingkan dengan kelas kontrol ataupun kelas lain yang masih
menerapkan pembelajaran secara konvensional.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan
linguistik kontrastif untuk memahami kitab al-nasaikh al-diniyah di Ma'had Al-
Jami'ah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Semester Genap Tahun
Pengajian 2017/2018, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan linguistik kontrastif dalam peningkatan kemampuan
untuk memahami kitab al-nasaikh al-diniyah pada Mahasantri Ma'had Al-
Jami'ah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Semester Genap Tahun
20
Pengajian 2017/2018 ini dimulai dengan mua'llim menjelaskan dasar
menjelaskan pembagian kata. Setelah itu mahasantri memahami apa yang
disampaikan mua'llim untuk melatih kemampuan untuk memahami kitab al-
nasaikh al-diniyah.
2. Penerapan pendekatan linguistik kontrastif untuk memahami kitab al-nasaikh
al-diniyah dapat meningkatkan hasil belajar mahasantri kemampuan untuk
memahami kitab al-nasaikh al-diniyah Mahasantri Ma'had Al-Jami'ah
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Semester Genap Tahun Pengajian
2017/2018. Dari hasil penelitian dan penerapan yang peneliti lakukan, ada
perubahan dan peningkatan yang signifikan antara kemampuan untuk
memahami kitab al-nasaikh al-diniyah mahasantri yang menerapkan
pendekatan linguistik kontrastif dibandingkan dengan mahasantri yang
menggunakan dan menerapkan pembelajaran konvensional. Perbedaan ini
dapat dilihat dari perubahan rata-rata nilai pre-test ke post-test pada masing-
masing kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol). Rata-rata nilai kemampuan
menulis akhir yang diberi pendekatan linguistik kontrastif (kelas eksperimen)
sebesar 74,30, sedangkan pada kelas kontrol menerapkan pembelajaran
konvensional rata-rata nilai kemampuan memahami kitab al-nasaikh al-
diniyah akhir sebesar 45,70. Dilihat dari perubahan rata-rata nilai yang
diperoleh masing-masing kelas, menunjukkan bahwa pendekatan linguistik
kontrastif lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan mahasantri untuk
memahami kitab al-nasaikh al-diniyah di Mahasantri Ma'had Al-Jami'ah
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Semester Genap Tahun Pengajian
2017/2018. Hal ini dibuktikan dengan perubahan dan peningktan yang
signifikan pada rata-rata hasil belajar mahasantri kelas eksperimen, yakni
mahasantri Ma'had Al-Jami'ah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Semester Genap Tahun Pengajian 2017/2018.
Daftar Rujukan
Ainin, Tohir, dan Asrori. 2006. Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab.
Malang: MISYKAT.
21
Ainin. 2010. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Surabaya: Hilal Pustaka.
Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Effendy, Ahmad fuad. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang:
Kinara Jombang.
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Offset
Hadi, Sutrisno. 2004. Statistik. Yogyakarta: Andi Offset.
Harjanto. 2010. Perancanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
http://atsiwwista.blogspot.com/2013/09/teori-teori-efektivitas.html?m=1,
Irawan, Agus. 2008. Cara Asyik Menjadi Penulis Beken. Yogyakarta: Arti Bumi
Intaran.
Irawati, Retno Purnama. 2013. Mengenal Sejarah Sastra Arab. Semarang:
Egaacitya.
Iskandarwassid. Sunendar D. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Komaidi, Didik. 2008. Aku Bisa Menulis. Yogyakarta: Sabda Media Publisher.
Rosidi, Imron. 2008. Menulis Siapa Takut?. Yogyakarta: Kanisius.
Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Sofyan, dkk.. Modul Diklat Profesi Guru Model-Model Pembelajaran I. Kendari:
Universitas Haluoleo, 2007.
Sudjana, Nana. 2002. Statistika Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono.
2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda
Karya, 2006.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA, 2013.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: ALFABETA, 2012.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007.
Sunarti. Subana. 2009. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung:
Pustaka Setia.
Syafa‟at. 2005. Kualitas Skripsi Berbahasa Arab Mahasiswa UIN Malang (Kajian
Error Analysis untuk Sintaksis dan Ejaan). Malang: Jurusan Sastra
Arab,Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang .
Tarigan, Henry G. 2008. Menulis Sebagai Ketrampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Tim Reality. 2008. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya: Reality
Wagiran, dan Mukh Doyin. 2005. Curah Gagasan: Pengantar Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang: Rumah Indonesia.