implementasi pendidikan karakter anak di madrasah diniyah … · 2017. 8. 21. · diniyah al-qur...
TRANSCRIPT
i
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DI MADRASAH
DINIYAH AL-QUR’AN ‘AISYIYAH JATIMULYO, KRICAK, TEGALREJO,
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Karisma Kurniyanto Bidayah
NIM 12102244019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JUNI 2016
CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
Provided by Lumbung Pustaka UNY (UNY Repository)
v
MOTTO
“Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak dikuasai oleh
sekumpulan realitas yang telah ada dari sono-nya. Sementara itu, orang yang
memiliki karakter lemah adalah orang yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang
telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya”.
(Ngainun Naim)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini tercipta atas Rahmat Allah Subhanahuwa Ta’ala serta do’a dari semua
pihak yang kupersembahkan untuk:
1. Keluarga tercinta yang telah mencurahkan segenap perhatian, pengertian dan
kasih sayang yang tulus kepadaku,
2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta tempat dimana aku menimba
ilmu yang bermanfaat untuk bekal kehidupanku.
3. Agama, Nusa, dan Bangsaku.
vii
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DI MADRASAH DINIYAH
AL-QUR’AN ‘AISYIYAH JATIMULYO, KRICAK, TEGALREJO, YOGYAKARTA
Oleh
Karisma Kurniyanto Bidayah
NIM 12102244019
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan
karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah (MDAA) Jatimulyo, Kricak,
Tegalrejo, Yogyakarta, (2) Mengetahui nilai pendidikan karakter yang dikembangkan
di MDAA, (3) Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan pendidikan karakter di MDAA.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Subyek penelitian adalah Direktur Madrasah, Ustadz/Ustadzah, dan santri.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian dengan dibantu oleh pedoman
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik yang dilakukan dalam analisis data
adalah display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Keabsahan data
dilakukan melalui pengamatan terus menerus, trianggulasi teknik, dan member check.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan pendidikan karakter di
MDAA: (a) MDAA menggunakan kurikulum kurikulum Madrasah Diniyah Tahun
1983 diadaptasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki dasar pada
ketentuan yang ditetapkan dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional
Pendidikan dan PP No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan.
Struktur kurikulum MDAA Jatimulyo mengandung nilai pendidikan karakter. (b)
Nilai karakter pada Rancangan Proses Pembelajaran (RPP) dibuat dan dikembangkan
oleh wali kelas. (c) Strategi pendidikan karakter yang digunakan ialah penegakan
disiplin, pujian dan hadiah, penugasan, dan permaianan. (d) Pelaksanaan pendidikan
karakter didalam kelas dikembangkan melalui kegiatan spontan, kegiatan rutin, dan
pengkondisian, (2) Nilai karakter yang dikembangkan ialah taqwa, suci, al-munfiqun,
kejujuran, kritis, sehat dan bersih, peduli, hormat dan santun, kedisiplinan, cerdas,
gotong royong, dan kemandirian, (3) Faktor pendukung pelaksanaan pendidikan
karakter di MDAA Jatimulyo yaitu: lingkungan Madrasah yang nyaman, dukungan
direktur Madrasah, semangat belajar santri, dukungan wali santri, motivasi antar
ustadzah, keistiqomahan ustadzah dalam mengabdi dan program yang terdapat di
MDAA Jatimulyo. Faktor penghambat yaitu: latar belakang pendidikan
ustadz/ustadzah, kuantitas ustadzah yang tidak sebanding dengan jumlah santri, faktor
lingkungan santri yang kurang mendukung, dan jumlah jam pembelajaran yang
kurang.
Kata kunci : pendidikan karakter, nilai – nilai, Madrasah Diniyah Al-Qur’an
‘Aisyiyah Jatimulyo
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia kepada penulis selama penyusunan Skripsi
dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Anak Di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta” ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
suatu usaha maksimal, bimbingan serta bantuan baik moril maupun materiil dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis
menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan izin
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Pujiyanti Fauziah M.Pd. selaku Dosen Pembimbing dalam
penulisan skripsi, atas kesabaran dan bimbingannya kepada penulis dari
awal hingga selesainya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pegetahuan.
6. Bapak dan Ibuku tercinta, terima kasih atas doa, kasih sayang, semangat
dan pengorbanannya selama ini. Kakak - kakakku tercinta Mba Yuli, Mas
x
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. 35 ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... 35 iv
MOTTO………………. ............................................................................ v
PERSEMBAHAN ..................................................................................... 35 vi
ABSTRAK………. ................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... 35 viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... 35 xiv
DAFTAR BAGAN .................................................................................... 35 xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. 35 xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 35 9
C. Batasan Masalah ................................................................................. 35 10
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 36 10
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 35 11
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 35 11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Implementasi .......................................................................................
B. Karakter ..............................................................................................
13
13
1. Pengertian Karakter ....................................................................... 35 13
2. Pengertian Pendidikan Karakter .................................................... 35 15
3. Tujuan Pendidikan Karakter ......................................................... 36 17
4. Nilai – nilai karakter ..................................................................... 18
5. Strategi Pendidikan karakter ......................................................... 22
xi
C. Anak ................................................................................................ 35 26
1. Tahap Perkembangan Anak ........................................................ 35 26
D. Madrasah Diniyah .............................................................................. 36 31
1. Pengertian Madrasah Diniyah ...................................................... 36 31
2. Tujuan Madrasah Diniyah ............................................................. 34
E. Pendidikan Non Formal ...................................................................... 35 35
1. Pengertian Pendidikan Nonformal ................................................ 35 35
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Non Formal ................................. 36 36
3. Bidang Garapan Pendidikan Non Formal ..................................... 35 37
F. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 39
G. Kerangka Fikir .................................................................................... 35 44
H. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 35 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 36 46
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 47
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 47
1. Sumber Data .................................................................................. 47
2. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 47
D. Instrumen Penelitian ........................................................................... 50
E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 50
F. Keabsahan Data ................................................................................. 35 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo ......... 54
1. Sejarah Berdirinya ......................................................................... 54
2. Visi dan Misi ................................................................................. 54
3. Struktur Manajemen ...................................................................... 55
4. Tenaga Pengajar ............................................................................ 56
5. Program / Kegiatan Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah
Jatimulyo ....................................................................................... 57
B. Data Hasil Penelitian ........................................................................... 61
1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter di Madrasah
Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo ....................................... 61
a. Kurikulum Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah
Jatimulyo ................................................................................. 61
b. Rancangan Pembelajaran Madrasah Diniyah Al-Qur’an 65
xii
‘Aisyiyah Jatimulyo ................................................................
c. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter Madrasah
Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo ................................. 66
d. Pelaksanan Pendidikan Karakter di Kelas Madrasah
Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo ................................. 69
2. Nilai–nilai Pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-
Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo .......................................................... 76
3. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo ...................... 84
4. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo ...................... 87
C. PEMBAHASAN .................................................................................
89
1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter di Madrasah
Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo ....................................... 89
a. Kurikulum Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah
Jatimulyo ................................................................................. 86
b. Rancangan Pembelajaran Madrasah Diniyah Al-Qur’an
‘Aisyiyah Jatimulyo ................................................................ 91
c. Strategi Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo .. 92
d. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di kelas Madrasah
Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo ................................. 95
2. Nilai – nilai Pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-
Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo .......................................................... 97
3. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo ...................... 98
4. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo ......................
99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 100
A. Kesimpulan ........................................................................................... 100
B. Saran .................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 103
xiii
LAMPIRAN ............................................................................................ 106
xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 : Metode Pengumpulan Data ........................................................ 46
Tabel 2 : Tenaga Pengajar ......................................................................... 35 56
Tabel 2 : Kegiatan Lomba yang Pernah diikuti ......................................... 58
Tabel 3 : Struktur Kurikulum Mata Pelajaran ........................................... 58
xv
DAFTAR BAGAN
Hal
Bagan 1 : Kerangka Pikir........................................................................... 52
Bagan 2 : Struktur Manajemen .................................................................. 35 51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 : Pedoman Observasi .............................................................. 106
Lampiran 2 : Pedoman Dokumentasi ........................................................ 35 109
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara Ustadz/Ustadzah ............................... 110
Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Santri ................................................ 111
Lampiran 5 : Hasil Observasi .................................................................... 112
Lampiran 6 : Catatan Wawancara. ............................................................ 123
Lampiran 7 : Analisis Data Wawancara Ustadz/Ustadzah ........................ 35 152
Lampiran 8 : Analisis Data Wawancara Santri ......................................... 169
Lampiran 9 : Materi Pembelajaran ............................................................ 173
Lampiran 10 : Rancangan Pembelajaran ................................................... 174
Lampiran 11 : Catatan Lapangan............................................................... 176
Lampiran 12 : Foto .................................................................................... 203
Lampiran 13 : Surat Izin Penelitian ........................................................... 208
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tidak lepas dari arti sebuah pendidikan. Pendidikan
merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Pengakuan akan
pentingnya fungsi lembaga pendidikan ini, telah diakomodir oleh Bangsa
Indonesia. Mengutip isi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 bahwa
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab, (Depdiknas, 2003).
Bicara tentang manfaat pendidikan yang diperoleh individu, ada manfaat
dari segi keilmuan dan manfaat bagi terbentuknya karakter individu karena
pendidikan juga berperan sebagai wahana untuk menanamkan nilai-nilai pada
peserta didik dimana pendidikan diharapkan mampu melahirkan generasi penerus
bangsa yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
spiritual. Memiliki kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual ialah karakter yang
kuat bagi tiap individu untuk bekal kehidupan. Kecerdasan intelektual diperlukan
agar peserta didik memiliki wawasan keilmuan yang luas serta menjadi bekal
untuk dapat bersaing dalam era globalisasi. Kecerdasan intelektual ini perlu
2
diimbangi dengan kecerdasan emosional dan spriritual. Kecerdasan emosional
dan spiritual ini diperlukan agar seorang individu dapat menjalankan perannya
sebagai makhluk Tuhan dan makhluk sosial. Kecerdasan intelektual jika tidak
diimbangi oleh kecerdasan emosional dan spiritual menjadikan individu bersikap
egois dan kurang memiliki kepekaan orang lain.
Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud
dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang
dimilikinya. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen
yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi
diukur. (Abdul Majid, 2013 :8)
Zubaedi menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sengaja
(sadar) utuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara
objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi baik untuk
masyarakat secara keseluruhan (Zubaedi, 2011:15). Karakter dihubungkan dengan
jati diri seorang individu yang didalamnya memiliki berbagai macam unsur baik
ataupun unsur buruk yang dapat terbentuk dari pengalaman, lingkungan dimana ia
tinggal, bahkan dapat terbentuk dari pengaruh buku – buku yang pernah ia baca.
Sedang, pendidikan karakter berisi usaha sadar dan terencana untuk pembentukan
jati diri dengan mengutamakan unsur kebaikan. Seperti halnya di definiskan oleh
Ryan dan Bohlin yang dikutip dari Abdul Majid, pendidikan karakter
mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good),
mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).
3
Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu seringkali dirangkum dalam sederet
sifat-sifat baik. Dengan demikian, maka pendidikan karakter adalah sebuah upaya
untuk membimbing perilaku manusia menuju standar-standar baku. ( Abdul
Majid, 2013 :11)
Nilai adalah sesuatu yang dihargai. Dimana, karakter yang dibawa seorang
individu hendaklah memiliki kandungan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
dimasyarakat. Ada nilai dari segi sosial, politik, budaya, maupun agama. Jika di
lihat dalam pandangan agama khususnya Islam, karakter dapat dikatakan sebagai
akhlak. Sebagaimana Abdul Majid menuliskan:
“akhlak merujuk kepada tugas dan tanggung jawab selain syari‟ah dan
ajaran Islam secara umum. Sedangkan term adab merujuk pada sikap yang
dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Dan keteladanan merujuk
pada kualitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang baik
yang mengikuti keteladanan Nabi Muhammad SAW. Ketiga nilai inilah
yang menjadi pilar pendidikan karakter dalam Islam”.( Abdul Majid, 2013
: 13)
Perhatian pemerintah akan pentingnya pendidikan karakter terbukti
dengan adanya surat edaran pendidikan karakter nomor 1860/C/TU/2011 yaitu
pelaksanaan pendidikan karakter mulai diresmikan serentak pada hari Senin
tanggal 18 Juli 2011 dalam upacara bendera tiap-tiap sekolah seluruh Indonesia.
Karakter seorang individu akan lebih terbentuk jika karakter tersebut sudah
diperkenalkan untuk kemudian dibentuk sejak masa anak – anak. Dimana anak-
anak dikenalkan dengan nilai-nilai yang ada dimasyarakat. Didalam pendidikan
karakter sendiri, ada 18 nilai yang dikembangkan terdiri dari religius, toleransi,
jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
4
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab. (Kemendiknas, 2011: 8)
Nilai disiplin merupakan salah satu nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan karakter yang memiliki peran tidak kalah penting dalam pencapaian
sukses tidaknya pelaksanaan pendidikan. Disiplin pada peserta didik diperlukan
agar nantinya setiap peserta didik memiliki rasa tanggung jawab besar sebagai
seorang pelajar. Dengan kedisplinan, diharapkan peserta didik dapat terbiasa
dengan beban tanggung jawab sebagai pelajar yaitu menjadi pelajar yang cerdas,
berakhlak, dan terbiasa mengembangkan potensi dirinya sehingga nantinya
mampu bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain dan mengharumkan nama
bangsa.
Namun, jika membahas tentang pendidikan dewasa ini, pendidikan tengah
dihadapkan pada dilema yang amat subtansial Berbagai peristiwa dalam
pendidikan semakin merendahkan harkat dan derajat pendidikan itu sendiri.
“Berdasarkan data pada Bulan Maret 2014, jumlah keseluruhan
Narapidana Anak dan Tahanan Anak mencapai 6.197 orang, yang terdiri
dari Narapidana Anak sebanyak 4.155 dan jumlah Tahanan Anak
sebanyak 2042. Selain itu ada juga Anak Negara sebanyak 5 orang. Dari
keseluruhan data tersebut, hanya 1.518 anak yang ditempatkan pada
Lapas/Rutan anak, sedangkan sebanyak 4.679 anak ditempatkan pada
Lapas/Rutan orang dewasa atau sekitar 75% anak ditempatkan pada
Lapas/Rutan orang dewasa. Kondisi tersebut tentu saja sangat
memprihatinkan karena keberadaan anak dalan tempat penahanan dan
pemenjaraan bersama orang dewasa, menempatkan anak-anak pada situasi
rawan menjadi korban tindak kekerasan. Pada Tahun 2015, kasus Anak
yang Berhadapan dengan Hukum mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Pada Bulan Februari 2015, penghuni Lapas mencapai 3.507
5
anak dan pada bulan Maret 2015 penghuni Lapas mencapai 3.559 anak.”
(Virgayani Fatah, 2015 : 2)
Makassar, Merdeka.com– seorang siswa kelas 1 Sekolah Dasar Inpres
Tamalanrea V, Makassar, Sulawesi Selatan, tewas dikeroyok tiga teman
sekolahnya. AS yang baru berusia enam tahun sempat kritis selama lima hari di
rumah sakit.
Jakarta, Liputan6.com – seorang siswa SD di Jakarta Selatan yang masih
duduk dikelas 2 tewas setelah dianiaya teman sekelasnya. Korban mengalami luka
dibagian perut dan kepala sempat dilarikan ke Rumah Sakit Fatmawati.
Mauara Enim, Liputan6.com – JS, siswi kelas 4 SDN 14 Muara Enim,
Sumatra Selatan menjadi korban pengeroyokan 4 teman sekelasnya Rabu 30
April, saat jam pelajaran berlangsung. Korban mengalami memar dan luka
sekujur tubuhnya. JS akhirnya meninggal dunia akibat luka yang dideritanya.
Kejadian – kejadian diatas disertai dengan data peningkatan Anak
Berhadapan dengan hukum tentunya menimbulkan tanya sejauh mana lembaga
pendidikan formal seperti SD, SMP, SMA telah mampu menjawab dan tanggap
atas berbagai macam persoalan moral yang terjadi pada anak. Jika pendidikan
formal hanya menitikberatkan pada sains dengan tidak mengimbangi pendidikan
karakter, akan membawa proses dehumanisasi yang dapat mengakibatkan
lemahnya nilai-nilai cinta tanah air, tanggung jawab, saling menghormati, dan
kebanggaan nasional. Sebagaimana di sebutkan oleh Masnur Muslich, bahwa
“dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk
6
pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap/nilai dan perilaku dalam
pembelajaran” (Masnur Muslich, 2011:17)
Pendidikan karakter sangatlah penting diberikan kepada para peserta didik
sebagai calon penerus bangsa karena pendidikan karakter memiliki sifat
bidikreaksional, yaitu pengembangan kemampuan intelektual dan kemampuan
moral. Seperti telah dijabarkan diatas, dalam era globalisasi yang sarat dengan
masuknya budaya asing tanpa kendali, cukup menjadi pelajaran bagi bangsa ini
bahwa perlunya membangun integrasi antara sains dan agama, pendidikan
sekolah dengan pendidikan akhlak. Dua arah pengembangan ini diharapkan
menjadi semacam idealisme bagi para peserta didik agar mereka semakin mampu
mengembangkan ketajaman intelektual dan integritas diri sebagai pribadi yang
memiliki karakter.
Berbicara tentang pendidikan, perlu diketahui bahwa pendidikan tidak
selalu merujuk pada pendidikan formal saja seperti pendidikan Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas sampai Perguruan Tinggi.
Namun, pendidikan juga mencakup pada Pendidikan Nonformal atau Pendidikan
Luar Sekolah yang tentunya dapat pula memberikan bekal ilmu pengetahuan dan
pembentukan karakter pada peserta didik. Pendidikan Nonformal ialah setiap
kegiatan terorganisasi dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan,
dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih
luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu didalam
mencapai tujuan belajarnya. (Sudjana, 2006 : 22).
7
Sedangkan, menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat 1 dan 2, menjelaskan bahwa:
“Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat, dan berfungsi mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan
dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
professional”
Kemudian dalam Pasal 26 ayat 3 menjelaskan bahwa “pendidikan
nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja , pendidikan kesetaraan,
serta pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik”. Lalu ditambahkan pada Pasal 26 ayat 6,
“satuan pendidikan nonformal meliputi lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar (PKBM), dan majelis
taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Hasil pendidikan nonformal
dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah
melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan”.
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo (MDAA Jatimulyo)
yang terletak di Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta merupakan salah satu
Madrasah Diniyah yang pada pelaksanaan pembelajarannya sudah
mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan karakter. Ini terlihat ketika peneliti
melakukan observasi yang berbarengan dengan pelaksanaan mata kuliah Kuliah
Kerja Nyata pada bulan Maret hingga April 2015, peneliti melihat santri (sebutan
8
untuk peserta didik Madrasah Diniyah) selalu datang tepat waktu dan bila
bertemu dengan para guru yang disebut dengan Ustadz untuk guru pria, dan
Ustadzah untuk guru perempuan, para santri langsung menghampiri dengan
senyum dan mengucapkan salam seraya mencium tangan Ustadz/Ustadzah. Tidak
hanya itu, pada saat pembelajaran dikelas, kedisiplinan anak dilatih dengan wajib
mentaati peraturan yang ada dikelas seperti tidak boleh makan dan minum pada
saat pembelajaran, saling menyayangi sesama teman, dan harus sudah
melaksanakan shalat Ashar sebelum berangkat ke MDAA Jatimulyo. Jika
peraturan yang sudah ada tidak dapat ditaati oleh santri, ustadz dan ustadzah tidak
segan untuk mengingatkan dan memberi sanksi berupa teguran atau yang lain
sesuai dengan peraturan yang dilanggar. Hal – hal tersebut mencerminkan
bagaimana pola pembelajaran yang ada di Madrasah Diniyah dengan menjunjung
dan mengaplikasikan nilai-nilai yang dikembangkan pada pendidikan karakter
seperti nilai kedisiplinan, sopan santun terhadap sesama, dan nilai religius.
Untuk pembelajaran di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo,
ada beberapa pelajaran yang diajarkan seperti Qur‟an Hadits, Aqidah Akhlak,
Fiqih, Ilmu Al-Qur‟an, Sejarah Kebudayaan Islam, intensif membaca Iqro‟ dan
Al-Qur‟an. Berdasarkan observasi, walaupun dalam pelajaran – pelajaran tersebut
pada pelaksanaannya sudah mencakup pendidikan karakter, tetapi karena
pendidikan karakter belum masuk secara tertulis kedalam kurikulum dan
rancangan pembelajaran, pelaksanaan pendidikan karakter belum dapat terlaksana
dengan maksimal.
9
Beranjak dari permasalahan – permasalahan tersebut yang ditemui di
lapangan, penulis mengadakan penelitian untuk mengetahui lebih mendalam
tentang bagaimana implementasi pendidikan karakter anak di Madrasah Diniyah
Al-Quran „Aisyiyah Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Semakin banyaknya kasus anak berhadapan dengan hukum di usia sekolah.
2. Pendidikan karakter di pendidikan formal belum cukup optimal.
3. Pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
belum dituliskan secara khusus kedalam kurikulum dan rancangan
pembelajaran.
4. Pelaksanaan pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo belum cukup optimal.
C. Batasan Masalah
Permasalahan pendidikan karakter sangatlah banyak, oleh karena itu agar
penelitian ini lebih mendalam, maka penelitian ini berfokus pada implementasi
pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo yang
meliputi kurikulum, rencana pembelajaran, nilai – nilai pendidikan karakter yang
terkandung, faktor pendukung implementasi pendidikan karakter, dan faktor
10
penghambat pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Nilai apa saja yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta?
2. Bagaimana proses pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta?
3. Faktor – faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
pendidikan karakter anak di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta.
2. Mengetahui nilai–nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta.
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan
karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo, Kricak,
Tegalrejo, Yogyakarta.
11
F. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini memiliki manfaat untuk mengembangkan dan menambah
khasanah keilmuan mengenai pelaksanaan pendidikan karakter.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pengelola Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
1) Sebagai bahan evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan karakter
2) Sebagai bahan pertimbangan untuk rancangan pembelajaran
pendidikan karakter selanjutnya
3) Mengetahui kelemahan dan kelebihan tentang jalannya pembelajaran
pendidikan karakter.
b. Bagi Santri
1) Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai motivasi santri untuk
menerapkan nilai – nilai karakter bukan hanya dilingkungan Madrasah
Diniyah namun juga di rumah.
c. Bagi Peneliti
1) Menerapkan teori – teori yang telah diperoleh selama perkuliahan
2) Menambah pengalaman dan pengetahuan selama penelitian.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Implementasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Impelementasi memiliki
pengertian yaitu pelaksanaan atau penerapan. Dalam penelitian ini memiliki judul
Implementasi Pendidikan Karakter Anak di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo, Kricak Yogyakarta yang berarti ialah meneliti bagaimana
pelaksanaan atau penerapan pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo, Kricak Yogyakarta.
B. Karakter
1. Pengertian Karakter
Jika karakter di andaikan seperti sidik jari yang dimiliki setiap individu,
maka tidak ada satu manusiapun di bumi ini yang tidak memiliki karakter. Seperti
sidik jari, karakter setiap individu walaupun memiliki kemiripan secara kasat
mata, karakter individu dengan individu lain jelas tak bisa sama. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Drench, karakter jika dipandang dari segi asal muasal
kata, karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu karasso yang bermakna cetak biru,
format dasar, atau sidik seperti dalam sidik jari. (Saptono, 2012: 18). Sedangkan
(Abdul Majid, 2013 :8) menjelaskan bahwa karakter menjadi identitas yang
mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter
inilah, kualitas seorang pribadi diukur.
13
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
terjadi tanpa ada pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan
kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan. Pernyataan tersebut dapat
diperkuat dengan pernyataan Muhammad AR (dalam Agus Wibowo, 2012:36)
bahwa “…tidak membedakan antara pendidikan moral dan pendidikan karakter.
Dikatakan, semua keyakinan atau agama memiliki nilai moral atau yang sering
disebut adab / etika / akhlak. Bagi agama Islam, pendidikan akhlak adalah yang
utama setelah pendidikan tauhid”.
Sedangkan menurut agama Islam, karakter berarti akhlak yang terbentuk
atas dasar prinsip “ketundukan, kepasrahan, dan kedamaian” sesuai dengan
makna dasar kata Islam. Nabi Muhammad adalah figure suri tauladan. Menurut
salah satu hadits, Nabi Muhammad Saw bersabda “ Aku tidak diutus oleh Allah
SWT kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (Agus Wibowo, 2012:
27-28). Istilah karakter juga memiliki kedekatan dan titik singgung dengan etika.
Karena umumnya orang dianggap memiliki karakter yang baik setelah mampu
bertindak berdasarkan etika yang berlaku ditengah-tengah masyarakat. ( Zubaedi,
2013 : 21)
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), karakter
adalah tabiat , sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter
14
seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu
tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah sifat atau sikap yang dimiliki oleh setiap individu yang dapat
dibentuk dan di pengaruhi oleh banyak faktor sehingga karakter pada masing –
masing individu berbeda satu sama lain.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Stenrberg (dalam Saptono, 2011: 23) pendidikan karakter adalah
upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik
(good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara
objektif baik bagi individu maupun masyarakat.
Sedangkan pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi adalah
“sebuah usaha untuk mendidik anak- anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.
(Dharma Kusuma, 2013:5).
Jarolimek ( dalam Nurul Zuriah 2011: 19) menjelaskan, pendidikan
karakter sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti. Seseorang dapat
dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan
keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral
yang terbaik bagi diri dan masyarakat.
15
Dalam konteks kajian P3, mendefinisikan pendidikan karakter dalam
setting sekolah sebagai “pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan
pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai
tertentu yang dirujuk oleh sekolah.” (Dharma Kusuma, 2013:5). Sejalan dengan
pernyataan itu, Zubaedi menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah segala
upaya yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik (
Zubaedi, 2013 : 19)
Agak bertolak belakang dengan pendapat bahwa karakter itu dibentuk
oleh seseorang, menurut Thomas Lickona, karakter merupakan sifat alami
seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami itu
dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur,
bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. (Agus
Wibowo, 2012: 32)
Menurut Agus Wibowo (2012:36) pendidikan karakter ialah pendidikan
yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak
didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan
mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota
msyarakat dan warga Negara.
Berdasarkan penjabaran – penjabaran pengertian pendidikan karakter
diatas, maka pendidikan karakter dapat disimpulkan sebagai usaha sadar yang
bertujuan untuk menanamkan, menumbuhkan, dan mengembangkan nilai – nilai
16
baik/luhur kepada individu agar tercipta karakter yang baik sebagai bekal
kehidupan dimasa kini dan masa depan.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Dharma Kesuma, Pendidikan karakter dalam setting sekolah
memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap
penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta
didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan;
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah;
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara
bersama.
Sedangkan tujuan pendidikan yang didalamnya terdapat pendidikan
karakter coba disampaikan oleh Masnur Muslich, “Dengan bahasa yang
sederhana, tujuan yang disepakati itu adalah merubah manusia menjadi lebih baik
dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan” (Masnur Muslich, 2013 : 30).
Pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
patriotic, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi
yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila (Heri Gunawan, 2012 : 30).
Menelaah dalam setting lembaga pendidikan, lembaga pendidikan di bagi
pada lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan nonformal. Pada
lembaga pendidikan nonformal seperti Madrasah Diniyah, peran guru dipegang
17
oleh Ustadz atau Ustadzah dan peran peserta didik ialah santri. Komponen
Madrasah Diniyah ini perlu ada integrasi yang baik agar tercipta pelaksanaan
pendidikan karakter yang sesuai sehingga dapat membentuk karakter baik pada
santri.
4. Nilai – Nilai Karakter
Berdasarkan kajian nilai – nilai agama, norma-norma sosial,
peraturan/hukum, etika akademis, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi
butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai
perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, dan lingkungan, serta kebangsaan ( Zainal Akib dkk, 2011 : 6-
7).
Lebih lanjut Zayadi mengemukakan bahwa sumber nilai yang berlaku
dalam pranata kehidupan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai ilahiyah
dan nilai Insaniyah. Nilai ilahiyah diantara nilai-nilai yang sangat mendasar yang
sesungguhnya dimana kegiatan menanamkan nilai-nilai akan menjadi inti
kegiatan pendidikan yaitu:
a. Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah SWT.
b. Islam, sebagai kelanjutan iman, maka sikap pasrah kepada-Nya,
dengan meyakini bahwa apapun yang datang dari Tuhan mengandung
hikah kebaikan, yang tidak mungkin diketahui seluruh wujudnya oleh
kita yang dhaif.
c. Ihsan, yaitu kesadaran sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa
hadir atau berada.
d. Taqwa, yaitu sikap sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi kita,
kemudian kita berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai Allah.
18
e. Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan semata-
mata demi memperoleh ridha atau perkenan Allah, dan bebas dari
pamrih lahir dan batin, tertutup maupun terbuka.
f. Tawakkal, yaitu senantiasa bersandar kepada Allah, dengan penuh
harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa Dia akan menolong.
g. Syukur, yaitu sikap penuh rasa terimakasih dan penghargaan
h. Shabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup besar
dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis.
Sedangkan untuk nilai insaniyah yaitu:
a. Sillat al-rahmi yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama manusia.
b. Al-ukhuwah, yaitu semangat persaudaraan, lebih-lebih kepada orang
beriman
c. Al-musawah, yaitu pandangan bahwa semua manusia, tanpa
memandang jenis kelamin, kebangsaan ataupun kesukuannya, adalah
sama dalam harkat dan martabat
d. Al-„Adalah, yaitu wawasan seimbang dalam memandang, menilai atau
menyikapi sesuatu atau seseorang
e. Huznu al-dzan,yaitu berbaik sangka kepada sesama manusia.
f. Al-Tawadlu, yaitu sikap rendah hati, sebuah sikap yang tumbuh
karena keinsafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah.
g. Al-Wafa, yaitu tepat janji.
h. Insyirah, sikap lapang dada.
i. Al-amanah, yaitu sikap dapat dipercaya.
j. Iffah atau ta‟affuf, yaitu sikap penuh harga diri, namun tidak sombong.
k. Qawamiyyah, yaitu sikap tidak boros dan tidak perlu kikir
menggunakan harta melainkan sedang antara keduanya.
l. Al-Munfiqun, yaitu sikap kaum beriman yang memiliki kesediaan
besar untuk menolong sesama manusia (Abdul Majid, 2013 : 95-98)
Dalam rangka pembinaan karakter di Universitas Negeri Yogyakarta,
dalam seminar dan Lokakarya Restrukrisasi Pendidikan Karakter, diperoleh 16
nilai target yaitu :
a. Ketaatan nilai beribadah, yakni pikiran, perkataan, dan tindakan
seseorang yang diupayakan untuk selalu menjalankan ajaran
agamanya.
19
b. Kejujuran, yakni sikap dan perilaku seseorang yang didasarkan pada
upaya menjadikan dirinya selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan
perbuatannya
c. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya
dia lakukan, baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan,
Negara, maupun Tuhan Yang Maha Esa.
d. Kedisiplinan, yakni sikap dan perilaku seseorang menunjukkan
ketertiban dan kepatuhan terhadap berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Etos kerja, yakni sikap perilaku seseorang yang menunjukkan
semangat dan kesungguhan dalam melakukan suatu pekerjaan.
Karakter inilah yang sekarang terwujud dalam bentuk kerja sama,
yakni sikap dan perilaku yang menunjukkan upaya dalam melakukan
suatu pekerjaan bersama-sama secara sinergis demi tercapainya tujuan.
f. Kemandirian, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelasaikan tugas-tugas.
g. Sinergi, yakni sikap dan perilaku yang menunjukkan upaya-upaya
untuk memadukan berbagai pekerjaan yang dilakukan
h. Kritis, yakni sikap dan perilaku yang berusaha untuk menemukan
kesalahan atau kelemahan maupun kelebihan dari suatu perbuatan
i. Kreatif dan inovatif, yakni berfikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang
dimiliki.
j. Visioner, yakni pandangan, wawasan, dan kemampuan seseorang
untuk membangun kehidupan masa depan lebih baik.
k. Kasih sayang dan kepedulian, yakni sikap dan perilaku seseorang yang
menunjukkan suatu perbuatan atas dasar cinta dan perhatian kepada
orang lain maupun kepada lingkungan dan proses yang terjadi
disekitarnya
l. Keikhlasan, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan dengan ketulusan hatinya.
m. Keadilan, yakni sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan
upaya untuk melakukan perbuatan yang sepatutnya sehingga terhindar
dari perbuatan yang semena-mena dan berat sebelah
n. Kesederhanaan, yakni sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesahajaan dan tidak berlebihan dalam berbagai hal.
o. Nasionalisme, yakni cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsanya
p. Internasionalisme, yakni cara berfikir, bersikap, dan berbuat seseorang
yang menunjukkan bahwa bangsa dan negaranya merupakan bagian
dari dunia sehingga terdorong untuk mempertahankan dan
20
memajukannya sehingga dapat berkiprah di dunia iternasional (
Darmiati dkk, 2012 : 26 – 28).
Indonesia Heritage Foundation (Abdul Majid, 2013 : 42-43) merumuskan
Sembilan karakter dasar yaitu :
a. Cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya
b. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri
c. Jujur
d. Hormat dan santun
e. Kasih sayang, peduli dan kerja sama
f. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah
g. Keadilan dan kepemimpinan
h. Baik dan rendah hati
i. Toleransi, cinta damai dan persatuan.
Tak beda jauh, Ari Ginanjar Agustian (Abdul Majid, 2013 : 43)
mengungkapkan ada 7 karakter dasar, yaitu :
a. Jujur
b. Tanggung jawab
c. Disiplin
d. Visioner
e. Adil
f. Peduli
g. Kerja sama.
Sedangkan kaitan pada grand design pendidikan karakter (Muchlas
Samani, 2011 : 51) mengungkapkan nilai – nilai utama yang akan dikembangkan
dalam budaya satuan pendidikan formal dan nonformal, yaitu :
a. Jujur, menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten, antara apa yang
dikatakan dan dilakukan (berintegritas) , berani karena benar; dapat
dipercaya (amanah, trustworthiness), dan tidak curang (no cheating)
b. Tanggung jawab, melakukan tugas sepenuh hati, bekerja dengan etos
kerja yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik
(giving the best), mampu mengontrol diri dan mengatasi stress,
berdisiplin diri, akuntabel terhadap pilihan dan keputusan.
21
c. Cerdas, berpikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan penuh
perhitungan, rasa ingin tahu yang tinggi, berkomunikasi efektif dan
empatik, bergaul secara santun, menjunjung kebenaran dan kebajikan,
mencintai Tuhan dan lingkungan.
d. Sehat dan bersih, menghargai ketertiban, keteraturan, kedisiplinan,
terampil, menjaga diri dan lingkungan, menerapkan pola hidup
seimbang
e. Peduli, memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak santun,
toleran terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain, mau
mendengar orang lain, mau berbagi, tidak merendahkan orang lain,
tidak mengambil keuntungan dari orang lain, mampu bekerja sama,
mau terlibat dalam kegiatan masyarakat, menyayangi manusia dan
makhluk lain, setia, cinta damai dalam menghadapi persoalan.
f. Kreatif, mampu menyelesaikan masalah secara inovatif, luwes, kritis,
berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, menampilkan
sesuatu secara luar biasa (unik), memiliki ide baru, ingin terus
berubah, dapat membaca situasi dan memanfaatkan peluang baru.
g. Gotong royong, mau bekerja sama dengan baik, berprinsip bahwa
tujuan akan lebih mudah dan cepat tercapai jika dikerjakan bersama-
sama, tidak memperhitungkan tenaga untuk saling berbagi dengan
sesama, mau mengembangkan potensi diri untuk dipakai saling
berbagi agar mendapatkan hasil yang terbaik, tidak egoistis.
Dari beberapa pendapat diatas, terdapat beberapa persamaan pada nilai –
nilai karakter yang dijabarkan. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan karakter
memiliki nilai yang universal yang bersifat baik bagi pembentukan karakter
individu.
5. Strategi Pendidikan Karakter
Muchlas Samani (2013: 144), mengatakan bahwa strategi dapat diartikan
kaitannya dengan kurikulum, model tokoh, serta strategi kaitannya dengan
metodologi. Dalam kaitannya dengan kurikulum, strategi yang umum
dilaksanakan adalah mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam bahan yang
digunakan. Artinya, lembaga pendidikan itu tidak membuat kurikulum pendidikan
22
sendiri. Sedangkan strategi kaitanya dengan model tokoh ialah yaitu keseluruhan
tenaga pendidik dan kependidikan harus mampu menjadi panutan yang baik.
Strategi berkaitan dengan metodologi, implementasinya pada pelaksanaan
pendidikan karakter ialah pemanduan (cheerleading), pujian dan hadiah (praise-
and-reward), definisikan dan latihkan (define-and-drill), penegakan disiplin
(forcced-formality), dan perangai bulan ini (traith of the month).
a. Strategi pemanduan didalamnya menggunakan strategi dengan menempelkan
poster-poster dan spanduk, papan khusus buletin, papan pengumuman yang
berganti-ganti berisi tentang nilai kebajikan.
b. Strategi pujian dan hadiah ini memiliki landasan pada pemikiran positif
beserta penerapan penguatan positif sehingga strategi ini menunjukkan anak
yang sedang berbuat baik. Namun, strategi ini tidak berlangsung lama karena
dalam pelaksanaan kedepan akan banyak anak yang dengan sengaja ingin
terpilih melakukan perbuatan baik hanya dengan tujuan untuk mendapatkan
pujian dan hadiah.
c. Strategi definisikan dan latihkan didalamnya mengajak para siswa untuk
mengingat dan mendefinisikan setiap nilai kebaikan sesuai dengan
perkembangan kognitif dan keputusan moralnya.
d. Strategi penegakan disiplin memiliki prinsip untuk melatih dan menegakkan
disiplin siswa dengan melakukan pembiasaan (habituasi) secara rutin
melakukan kegiatan yang bermoral seperti mengucapkan salam kepada
Bapak/Ibu guru maupun kepada sesama teman.
23
e. Strategi perangai bulan ini hakikatnya sama dengan strategi cheerleading
atau pemanduan, namun tidak hanya mengandalkan pemasangan poster,
strategi perangai bulan ini juga menggunakan segala sesuatu hal yang terkait
dengan pendidikan karakter seperti pelatihan, introduksi oleh guru dalam
kelas yang kesemuanya difokuskan pada penguatan perangai tunggal yang
disepakati.
Strategi pengembangan pedidikan karakter yang diterapkan di Indonesia
antara lain melalui transformasi budaya sekolah (school culture) dan habituasi
melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Elkin dan Sweet (dalam Muchlas
Samani, 2013: 146), implementasi pendidikan karakter melalui transformasi
budaya dan perikehidupan sekolah, dirasakan lebih efektif daripada mengubah
kurikulum dengan menambahkan materi pendidikan karakter kedalam muatan
kurikulum.
Sedangkan menurut Abdul Majid (2013 : 112-133), dalam pendidikan
karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap siswa ada tiga
tahapan strategi yang harus dilalui, diantaranya:
a. Moral Knowing/Learning to know
Tahapan ini merupakan langkah awal dalam pendidikan karakter. Pada
tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-
nilai.
24
b. Moral Loving/Moral Feeling
Maksudnya ialah, belajar mencintai dengan berbuat baik kepada orang lain
dan belajar mencintai tanpa ada syarat. Bertujuan agar dapat menanamkan dan
menumbuhkan rasa cinta dan rasa membutuhkan terhadap nilai-nilai akhlak
mulia.
c. Moral Doing/Learning To Do
Memperagakan atau mempraktikkan nilai – nilai akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari.
Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional (Muchlas Samani,
2013: 146) menyarankan empat hal dalam pengembangan budaya sekolah kaitan
dengan pengembangan diri, meliputi:
a. Kegiatan rutin
Kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan konsisten setia
saaat oleh siswa. Sebagai contoh pada Hari Senin, salam dan salim didepan
pintu, piket kelas, shalat berjama‟ah dan lain sebagainya.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan ini bersifat saat itu juga atau spontan pada suatu kejadian
tertentu.Misalnya, mengumpulkan sumbangan untuk korban bencana alam,
berkunjung ke rumah teman yang sedang sakit dan lain-lain.
c. Keteladanan
Siswa meniru atau meneladani sikap dan perilaku seluruh warga
sekolah yang lebih dewasa sebagai contoh atau model bagi siswa. Seperti
25
siswa akan meniru kerapian baju para pengajar, kebiasaan warga sekolah
untuk disiplin, tidak merokok, tertib dan teratur, perilaku sopan santun, jujur
dan lain sebagainya.
d. Pengkondisian
Mengkondisikan atau mengatur kondisi yang dapat mendukung
keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya penataan kondisi meja guru dan
kepala sekolah yang rapi, kondisi toilet yang bersih, disediakan tempat
sampah dan lain sebagainya.
C. Anak
1. Tahap Perkembangan Anak
Anak dalam masa kehidupannya melalui tahap perkembangan dimana
fisik ataupun psikis mereka berkembang secara alami dengan dipengaruhi oleh
beberapa faktor.Menurut Hurlock, perkembangan berkaitan dengan perubahan
kualitatif dan kuantitatif. Dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari
perubahan yang teratur dan koheren.Tahap perkembangan anak sendiri
berdasarkan didaktis atau instruksional menurut pendapat Comenius :
“Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan yang lengkap bagi seseorang
itu berlangsung dalam empat jenjang yaitu a) sekolah ibu (secola
maternal), untuk anak – anak 0,0 sampai 6,0 tahun, b) sekolah bahasa ibu
(scola vernaculan) untuk anak usia 6,0 sampai 12,0 tahun, c) Sekolah
latin (scola latina), untuk remaja usia 12, 0 sampai 18 tahun, d) akademi
(academica) untuk pemudapemudi usia 18,0 sampai pengajaran (bahan
pendidikan) sesuai dengan perkembangan anak didik, dan harus
dipergunakan metode penyampaian yang sesuai dengan
perkembangannya”. (Syamsu Yusuf, 2009: 22)
26
Menurut Santrock ( 2007 : 18) periode perkembangan dibagi menjadi 5
tahapan yaitu : periode prakelahiran, masa bayi, masa kanak – kanak awal, masa
kanak- kanak tengah dan akhir, masa remaja. Pada masa kanak- kanak awal,
Santrock menjelaskan:
“Periode ini perkembangan yang dimulai dari sekitar usia 6 hingga usia 11
tahun; kadang periode ini disebut sebagai tahun – tahun sekolah
dasar.Anak menguasai keterampilan dasar membaca, menulis, aritmatik,
dan mereka secara formal dihadapkan pada dunia yang lebih besar dan
budayanya. Prestasi menjadi tema sentral yang lebih dari dunia anak,
kontrol diri meningkat.”
Karakteristik perkembangan anak usia sekolah dalam buku perkembangan
Peserta Didik (Syamsu Yusuf, 2014 : 59 –69) sebagai berikut :
a. Perkembangan Fisik – Motorik
Fase sekolah dasar (7-12 Tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas
motorik yang lincah. Perkembangan fisik yang normal merupakan
salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang
pengetahuan atapun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan
motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
b. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan
intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca,
menulis, dan menghitung). Kemampuan intelektual pada masa ini
sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan
yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya.
c. Perkembangan Bahasa
Pada masa sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya
kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata.
d. Perkembangan emosi
Pada usia sekolah (khususnya dikelas-kelas tinggi, kelas 4, 5 dan 6),
anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar
tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena
itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi
emosinya.Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui
peniruan dan latihan (pembiasaan).
27
e. Perkembangan sosial
Sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan anak pada usia
SD/MI ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping
dengan para aggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group),
sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas.
f. Perkembangan Kesadaran Beragama
Kepercayaan anak kepada Tuhan pada usia ini, bukanlah keyakinan
hasil pemikiran, akan tetapi merupakan sikap emosi yang berhubungan
erat dengan kebutuhan jiwa akan kasih sayang dan perlindungan.
Jika dilihat dari uraian – uraian diatas, pada dasarnya anak memang
berkembang sesuai dengan usia yang dilaluinya namun dengan catatan, anak
diberikan stimulus ataupun arahan untuk dapat mencapai perkembangan sesuai
dengan tahapan yang dilaluinya karena hal ini juga akan berpengaruh pada proses
pembentukan kepribadian anak sebagai salah satu tugas perkembangan anak.
Memahami perkembangan anak penting adanya karena beberapa alasan
sebagai berikut :
a. Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan
terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan.
b. Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
perkembangan berikutnya.
c. Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu mereka
mengembangkan diri, memecahkan masalah yang dihadapinya.
d. Melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak, dapat diantisipasi tentang berbagai upaya untuk
menfasilitasi perkembangan tersebut. Disamping itu, dapat diantisipasi
juga tentang upaya untuk mencegah berbagai kendala atau faktor-
faktor yang mungkin akan mengkontaminasi (meracuni)
perkembangan anak.(Syamsu Yusuf, 2014 : 12)
Secara rinci, Havighurst (dalam Syamsu Yusuf, 2014 : 89) menjelaskan
tugas – tugas perkembangan salah satunya ialah memperoleh seperangkat nilai
dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam berperilaku antara lain :
28
“Hakikat tugas perkembangan. Tujuan tugas ini adalah (1) membentuk
seperangkat nilai yang mungkin dapat direalisasikan, (2) mengembangkan
kesadaran untuk merealisasikan nilai-nilai, (3) mengembangkan kesadaran
akan hubungannya dengan sesama manusia dan juga alam sebagai
lingkungan tempat tinggalnya, dan (4) memahami gambaran hidup dan
nilai-nilai yang dimilikinya, sehingga dapat hidup selaras (harmoni)
dengan orang lain”
Penjelasan tersebut mengisyaratkan bahwa tugas perkembangan ialah
tidak jauh darikajian suatu nilai. Nilai adalah sesuatu yang dihargai dan manusia
yang berkarakterlah yang mampu menghargai suatu nilai yang berkembang dalam
masyarakat atau disebut dengan bermoral. Seorang individu dapat dikatakan
sebagai orang yang bermoral jika orang tersebut dapat menghargai dan
melaksanakan nilai-nilai yang ada dimasyarakat. Moral adalah sesuatu yang
setelah anda lakukan anda merasa nyaman ( Santrock, 2007 : 129).
Teori Piaget menyampaikan adanya perkembangan moral pada anak.
Piaget menyimpulkan bahwa anak melewati dua tahap yang berbeda dalam cara
mereka berfikir tentang moralitas :
a. Dari usia 4 sampai 7 Tahun anak menunjukkan moralitas heteronom,
tahap pertama dari perkembangan dalam teori Piaget. Anak berfikir
bahwa keadilan dan peraturan adalah properti dunia yang tidak bisa
diubah, dan tidak dikontrol oleh orang.
b. Dari usia 7 sampai 10 Tahun, anak berada dalam transisi menunjukkan
sebagian ciri-ciri dari tahap pertama perkembangan moral dan
sebagian ciri-ciri dari tahap pertama perkembangan dan tahap ke-2
moralitas otonom.
c. Mulai 10 Tahun keatas, anak menunjukkan moralitas otonom. Mereka
sadar bahwa peraturan dan hukum dibuat oleh manusia, dan ketika
menilai sebuah perbuatan, mereka mempertimbangkan niat dan juga
konsekuensinya. (Santrock, 2007 : 117 – 118)
29
Menurut Hurlock (1999 : 75) “belajar berperilaku dengan cara yang
disetujui masyarakat merupakan proses yang panjang dan lama yang terus
berlanjut hingga masa remaja”. Oleh karena itu, dalam tahap perkembangan inilah
seorang individu khusunya anak dalam masa sekolah dasar perlu diarahkan,diajak
untuk berpartisipasi dan diberi stimulus sesuai dengan tahapan perkembangannya
agar dapat terbentuk pribadi yang kuat dan bermoral. Karena sesungguhnya, tidak
seorang anakpun dapat diharapkan mengembangkan kode moral
sendiri.Sebaliknya, tiap anak harus diajarkan standar kelompok tentang yang
benar dan yang salah. (Hurlock, 1999 : 75). Disamping itu, Lawrance Walker
(2002) juga berpendapat bahwa sangat penting bagi pendidikan karakter untuk
terlibat lebih dalam daripada sekedar membuat daftar kebajikan moral
dikelas.Tetapi ia menekankan bahwa anak dan remaja perlu berartisipasi dalam
diskusi kritikal tentang nilai. “…pendidikan karakter mencerminkan dominan dari
perkembangan moral” (Santrock, 2007 : 136).
Sependapat dengan pernyataan Hurlock,, Thomas Lickona mengatakan
bahwa “karakter kita terbentuk dari kebiasaan kita saat anak-anak biasanya
bertahan sampai remaja. Orang tua bisa memengaruhi baik/buruk, pembentukan
kebiasaan anak-anak mereka” (Thomas Lickona, 2013 : 50). Pengajaran tersebut
dapat diberikan kepada anak melalui berbagai jalur salah satunya yaitu melalui
jalur pendidikan baik pendidikan formal, informal, maupun nonformal.Pada
pendidikan nonformal, anak dapat diberikan stimulus pada tahap
30
perkembangannya melalui beberapa kegiatan diluar jam pendidikan formal seperti
mengikutsertakan anak pada kegiatan belajar agama disore hari.
D. Madrasah Diniyah
1. Pengertian Madrasah Diniyah
Menurtu Ismail raji Al-faruqi madrasah merupakan sistem pendidikan
yang menggabungkan antara sistem pendidikan tradisional dengan sistem
modern (Barat). Dalam hal ini madrasah memiliki dua keuntungan yaitu upaya
menghilangkan kelemahan-kelemahan tiap sistem dan adanya adaptasi
metodologi, pembiayaan yang tidak bertumpu dari dana waqof tapi juga
pemerintah (Ida Rochmawati, 2012 162 : 163)
Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor: 13 Tahun 1964 (Departemen
Agama RI, 2003 : 23) antara lain dijelaskan sebagai berikut :
a. Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan
dan pengajaran secara klaisikal dalam pengetahuan Agama Islam kepada
pelajar bersama – sama sedikitnya berjumlah 10 (sepuluh) orang atau lebih,
diantara anak-anak berusia 7 (tujuh) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun.
b. Madrasah Diniyah ada 3 (tiga) tingkatan yakni : Diniyah Awaliyah, Diniyah
Wustha, dan Diniyah „Ulya.
Dari penetapan Peraturan Menteri Agama tersebut, jelas terlihat adanya
upaya pemerintah untuk membakukan bentuk Madrasah Diniyah.Hal ini
mengindikasikan bahwa Madrasah Diniyah dipandang sebagai fenomena yang
memang nyata adanya dimasyarakat.Saat ini terdapat 18.662 buah diniyah
31
dengan jumlah siswa sebanyak 2.204.645. dari jumlah tersebut, sebanyak 6.798
buah diniyah dengan jumlah siswa sebanyak 297.192 orang berada di pondok
pesantren dan sisanya sebanyak 11.864 buah dengan 1.907.453 orang siswa
berada di luar pondok (Departemen Agama RI, 2013 : 23).
Madrasah diniyah jika dilihat dari stuktur bahasa arab berasal dari dua
kata Madrasah dan al-din. Kata Madrasah dijadikan nama tempat dari asal kata
darosa yang berarti belajar. Jadi Madrasah mempunyai makna arti belajar,
sedangkan al-din dimaknai dengan makna keagamaan. Dari dua stuktur kata
yang dijadikan satu tersebut, Madrasah diniyah berarti tempat belajar masalah
keagamaan, dalam hal ini agama islam. (Headri Amin , 2004 : 14)
Menurut PP No.55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Keagamaan menjelaskan bahwa pendidikan Madrasah Diniyah merupakan
pendidikan keagaman nonformal yang kehadirannya tumbuh dan berkembang
dimasyarakat. Sebagai pendidikan berbasis masyarakat, Madrasah Diniyah diberi
keleluasaan dalam modifikasi pengelolaan ataupun pelaksanaan sistem
kurikulum agar sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Madrasah Diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada
jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara menerus memberikan
pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur
sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal (digilib.uinsby.ac.id).
Ida Rochmawati sejalan dengan penyataan diatas, dia mengungkapkan:
32
“Madrasah diniyah adalah madrasah yang yang dikhususkan mempelajari
ilmu-ilmu keagamaan tanpa ada muatan pelajaran umum.Mata pelajaran
yang diberikan adalah lebih spesifik mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur‟an,
hadist, Fiqih, SKI, Bahsa Arab dan ilmu-ilmu alat lainnya seperti nahwu,
shorof, aqidah-akhlak.Manajemenyapun juga sangat longgar, tanpa terikat
dengan peraturan-peraturan pemerintah.Proses Pengajaran tidak terikat
sama sekali dengan aturan sentralistik dari pemerintah” (Ida Rochmawati,
2012 : 163)
Dari beberapa pendapat mengenai arti Madrasah Diniyah diatas, dapat
diambil kesimpulan bahwa Madrasah Diniyah ialah suatu wadah pendidikan
baik yang didirikan oleh lembaga formal ataupun nonformal yang didalam
pembelajarannya mengkhususkan pada muatan pembelajaran keagamaan guna
memperdalam pengetahuan agama Islam para peserta didik.
2. Tujuan Madrasah Diniyah
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang menjadi cermin
bagi umat Islam. Fungsi dan tugasnya adalah merealisasikan cita-cita umat islam
yang menginginkan anak mereka dididik menjadi manusia beriman dan berilmu
pengetahuan. Untuk meraih kehidupan sejahtera duniawi dan kebahagiaan hidup
di akhirat. (Ida Rochmawati, 2012 : 164)
Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor: 13 Tahun 1964 (Departemen
Agama RI, 2003 : 23) menyatakan bahwa pendidikan dan pengajaran pada
Madrasah Diniyah bertujuan untuk memberi tambahan pengetahuan agama
kepada pelajar – pelajar yang merasa kurang menerima pelajaran agama di
sekolah-sekolah umum.
33
Pada hakikatnya tujuan didirikannya lembaga pendidikan Madrasah
Diniyah adalah untuk memberikan ilmu-ilmu Agama yang cukup kepada para
santri Madrasah Diniyah. (digilib.uinsby.ac.id).Menurut Undang – Undang
Sisdiknas nomor 20 tahun 2003:
“Pasal 3 menyatakan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
dan seterusnya.”. Pasal tersebut secara jelas menyebutkan bahwa tujuan
pendidikanadalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
memiliki akhlak mulia.Adapun aktifitas yang dapat mencapai tujuan
tersebut adalah dengan pendidikan dan pengajaran Islam.(Departemen
Agama RI, 2003 : 54)
Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
pada Madrasah Diniyah tidak jauh dari istilah dan esensi pendidikan karakter
seperti mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia adalah termasuk kedalam konsep
pendidikan karakter.
E. Pendidikan Non Formal
1. Pengertian Pendidikan Non Formal
Menurut Umberto Sihombing (2001 : 12), Pendidikan Nonformal adalah
usaha sadar yang diarahkan untuk menyiapkan, meningkatkan, dan
mengembangkan sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan daya saing untuk merebut peluang yang tumbuh dan
34
berkembang dengan mengoptimalkan penggunaan sumber – sumber yang ada
dilingkungannya. Sedangkan menurut Coombs (Sudjana, 2004 : 22) pendidikan
nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, diluar sistem
persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau melayani peserta didik
tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.
Definisi lain dikemukakan oleh Soelaiman Joesoef (2004 : 79)
menyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan nonformal adalah pendidikan
yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan –
peraturan yang tetap dan ketat. Undang – undang Republik Indonesia nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional membahas tentang Pendidikan
Nonformal yaitu
“jalur pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan
sikap kepribadian profesional”.
Dari beberapa pendapat mengenai pendidikan nonformal diatas, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan nonformal adalah pendidikan yang berada diluar
sistem pendidikan formal atau dengan kata lain tidak terbatas dengan sebuah
aturan yang mengekang dan memiliki fungsi sebagai pengganti, penambah dan
pelengkap pendidikan formal serta dilaksanakan berdasarkan tujuan pemenuhan
kebutuhan warga belajar atau peserta didik.
35
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Non Formal
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 26 jelas menyebutkan perihal fungsi, ruang lingkup,
dan satuan pendidikan nonformal, yaitu :
a. Pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti, penambah dan
atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat
b. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.
c. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yan ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
d. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan kerja, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,
dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Sedangkan menurut Sudjana (2004 : 74) sebagai upaya membantu
kehidupan masyarakat dalam bidang pendidikan khususnya dan memperoleh
pekerjaan, mengemukakan bahwa pendidikan nonformal berfungsi :
a. Komplement (pelengkap) pendidikan sekolah, pendidikan nonformal
menyajikan seperangkat kurikulum tetap yang dibutuhkan sesuai dengan
situasi daerah dan masyarakat.
b. Suplement (tambahan), pendidikan nonformal memberikan kesempatan
pendidikan bagi mereka yang telah menamatkan jenjang pendidikan
formal tetapi dalam tempat dan waktu berbeda.
36
c. Substitusi (pengganti) pendidikan sekolah, pendidikan nonformal dapat
mengganti fungsi sekolah terutama pada daerah-daerah yang belum
dijangkau oleh program pendidikan sekolah.
3. Bidang Garapan Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal memiliki fungsi sebagai penambah dan pelengkap
pendidikan formal. Seperti yang diungkapkan pada UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat 1 dan 2, menjelaskan bahwa:
“Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat, dan berfungsi mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan
dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
professional”
Kemudian dalam Pasal 26 ayat 3 menjelaskan bahwa “pendidikan
nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja , pendidikan kesetaraan,
serta pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik”. Lalu ditambahkan pada Pasal 26 ayat 6,
“satuan pendidikan nonformal meliputi lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar (PKBM), dan majelis
taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Hasil pendidikan nonformal
dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah
melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah dengan mengacu pada standard
nasional pendidikan”.
37
Madrasah Diniyah merupakan bagian dari sistem pendidikan Non Formal
karena Madrasah Diniyah mengupayakan untuk menambah atau melengkapi
pengetahuan Agama pada peserta didik. Seperti yang dinyatakan oleh
Departemen Agama RI (2003 : 49) pada pengelompokan Madrasah Diniyah,
ada Madrasah Diniyah pelengkap, yaitu Madrasah Diniyah yang diikuti oleh
siswa sekolah umum atau madrasah sebagai upaya menambah atau melengkapi
pegetahuan agama dan bahasa Arab yang sudah mereka peroleh di sekolah
umum. Selain itu, upaya pelayanan yang tidak bertumpu pada pengaturan
terhadap aspek –aspek penyelenggara pendidikan dan penyelenggaraannya
diserahkan kepada masing – masing Madrasah Diniyah.Oleh karena itu,
Madrasah Diniyah masuk kedalam jalur Pendidikan Nonformal yang mampu
menyelenggarakan pendidikan dengan kurikulumnya sendiri dan tidak menutup
kemungkinan untuk pelaksanaan pendidikan karakter masuk didalamnya.
4. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan ataupun mempunyai kesamaan dengan
yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sike Mart Riskatd (2012) berjudul
“Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SD Negeri Keputran VII Tahun
Ajaran 2011/2012”. Penelitian tersebut memiliki hasil penelitian yang
menunjukan bahwa kepala sekolah dan guru kelas memiliki pemahaman
yang berbeda tentang pendidikan karakter. Selain itu, hasil lainnya yaitu
38
nilai karakter yang dikembangkan di tempat penelitian sesuai dengan
kurikulum yang dipakai di sekolah tersebut yaitu nilai religius,
kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air. Dalam
pelaksanaan pendidikan karakter, sekolah menggunakan model
gabungan, yaitu model terintegrasi pada setiap mata pelajaran serta luar
pengajaran. Strategi yang digunakan adalah pemanduan, penegakan
disiplin, serta perangai bulan ini. Itulah hasil penelitian yang relevan
dari Sike Mart Riskatd. Melihat hasil penelitian, penelitian tersebut
memilliki tujuan yang sama dengan penelitian ini yaitu mengetahui nilai
– nilai yang dikembangkan disuatu lembaga yang melaksanakan
pendidikan karakter. Perbedaannya ialah pada penelitian yang relevan
tersebut tidak memiliki tujuan mengetahui faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pendidikan karakter sedangkan pada penelitian
ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pendidikan karakter.
2. Penelitian dengan judul “Pelaksanaan Pendidikan Karakter Melalui
Program 5S (Senyum, Salam, sapa, sopan, santun) di SD Negeri 1
Sedayu Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul” Oleh Istingadatu Faozah
(2014) ini memiliki hasil penelitian:1) guru telah memahami hakikat
pendidikan karakter. 2) kegiatan dari program 5S dilaksanakan dalam
program pengembangan diri yang meliputi kegiatan rutin sekolah,
39
kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian, program 5S juga
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan
ekstrakulikuler. 3) nilai-nilai yang ada dalam program 5S adalah nilai
toleransi, peduli social, dan cinta damai.4) faktor pendukung dari
program 5S adalah adanya guru, lingkungan sekolah, dan materi
pelajaran yang mendukung, faktor penghambatnya adalah adanya
peserta didik yang bererilaku tidak tertib dan susah diatur, upaya yang
dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat adalah dengan menegur
ataupun memberi nasihat kepada peserta didik. Dilihat dari hasil
penelitian tersebut, dengan penelitian yang akan dilakukan memiliki
tujuan yang samayaitu mengetahui nilai – nilai yang ada dalam
pelaksanaan pendidikan karakter dan membahas tentang faktor
pendukung serta penghambat pada pelaskanaan pendidikan
karakter.Perbedaan terdapat pada terfokusnya penelitian milik
Istingadatu Faozah pada pelaksanaan program 5S, sedangkan penelitian
ini memiliki fokus pada seluruh pelaksanaan pendidikan karakter di
suatu lembaga.
3. Jurnal dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Di
Homeschooling Kak Seto Yogyakarta” oleh Ricca Vibriyanthy dan Puji
Yanti Fauziah memiliki persamaan dengan penelitian peneliti yaitu
Implementasi Pendidikan Karakter. Tujuan Penelitian ini untuk
40
mengetahui: (1) Implementasi pendidikan karakter, (2) Nilai-nilai
karakter yang ditanamkan, (3) Faktor pendukung dan penghambat, dan
(4) Hasil dari implementasi pendidikan karakter di HSKS Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang sama yaitu pendekatan
kualitatif namun dengan menggunakan studi kasus. Subjek penelitian ini
adalah kepala sekolah, tutor, orangtua, dan homeschooler kelas 1-3 SD.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Keabsahan data dilakukan melalui pengamatan terus
menerus dan trianggulasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1)
Implementasi pendidikan karakter dilakukan secara terpadu pada mata
pelajaran, manajemen sekolah, dan ekstrakurikuler (2) Nilai-nilai
karakter yang ditanamkan kepada homeschooler mengacu pada finger
printscan yaitu tanggung jawab, rasa hormat, keadilan, keberanian,
jujur, disiplin, peduli, ketekunan, dan kemandirian. (3) Faktor
pendukung yaitu pendekatan secara personal dan faktor penghambat
yaitu latar belakang keluarga yang sering memanjakan anak. (4) Hasil
dari imple-mentasi pendidikan karakter adalah perubahan sikap dan
peningkatan hasil belajar home-schooler.
5. Kerangka Fikir
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan.Pengakuan
akan pentingnya fungsi lembaga pendidikan ini, telah diakomodir oleh Bangsa
41
Indonesia. Pendidikan dibagi menjadi pendidikan formal, nonformal dan
informal.
Namun, pendidikan dewasa ini tengah dihadapkan pada dilema yang amat
subtansial, yaitu pendidikan hanya menitikberatkan kepada transmisi sains dan
mengabaikan karakter. Padahal, jika pendidikan hanya menitikberatkan pada
sains dengan tidak mengimbangi pendidikan karakter, akan membawa proses
dehumanisasi yang dapat mengakibatkan lemahnya nilai-nilai cinta tanah air,
tanggung jawab, saling menghormati, dan kebanggaan nasional.Belum lagi kasus
– kasus amoral yang lainnya yang seakan belum maksimalnya pendidikan
karakter yang dicanangkan oleh pemerintah pada jalur pendidikan formal. Oleh
karena itu, pendidikan karakter sangatlah penting diberikan kepada anak bukan
hanya melalui jalur pendidikan formal saja namun pada jalur yang lain seperti
melalui Madrasah Diniyah Al-Qur‟an„Aisyiyah yang termasuk kedalam jalur
pendidikan non formal. Melalui Madrasah Diniyah, anak diberi bekal pendidikan
karakter dengan pendekatan agama.
Dengan mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an„Aisyiyah, anak diharapkan menjadi pribadi yang memiliki nilai – nilai
yang dijunjung tinggi dalam masyarakat dimana nilai – nilai tersebut merupakan
pengaplikasian dari nilai – nilai yang dikembangkan pada pendidikan karakter
seperti nilai kedisiplinan, sopan santun terhadap sesama, nilai religius dan lain -
lain.
42
Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas maka dapat dibuat bagan
untuk mempermudah pemahaman:
Bagan 1. Kerangka Pikir
6. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pendahuluan dan kajian pustaka yang relevan, maka ada
beberapa pertanyaan yang diajukan antara lain :
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an„Aisyiyah Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo,
Yogyakarta :
a. Bagaimanakah kurikulum yang ada di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an„Aisyiyah Jatimulyo?
Pelaksanaan
Pendidikan
Karakter yang
belum optimal
Banyaknya kasus
tidak terpuji anak
usia sekolah
Madrasah
Diniyah Pendidikan
Karakter di
Madrasah
Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah
Anak Berkarakter
43
b. Bagaimanakah rancangan pembelajaran yang ada di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an„Aisyiyah Jatimulyo?
c. Bagaimanakah strategi pembelajaran di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an„Aisyiyah Jatimulyo?
d. Bagaimanakah proses pelaksanaan pendidikan karakter di kelas
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an„Aisyiyah Jatimulyo?
2. Nilai – nilai apa sajakah yang terdapat pada pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta?
3. Apa sajakah faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta?
4. Apa sajakah faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran pendidikan
karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo, Kricak,
Tegalrejo, Yogyakarta?
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan kualitatif adalah penelitian tentang data yang dikumpulkan dan
dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat,
misalnya hasil wawancara antara peneliti dengan informan. Penelitian kualitatif
ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif
partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi,
diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, dan presepsinya. (Sukmadinata, 2006
: 94)
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena berusaha memahami
arti setiap peristiwa dan bermaksud mendeskripsikan, menguraikan, serta
menggambarkan bagaimana implementsi pendidikan karakter pada anak di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah yang nantinya tidak berkenaan dengan angka-angka
namun berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan. “Penelitian ini menghasilkan
prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistic atau cara
akuntifikasi lainnya. Tujuan penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari
kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subjek terhadap dunia sekitarnya”
(Sugiyono, 2012 : 241)
45
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2016 sampai dengan Maret
2016 dan bertempat di Madrasah Diniyah Alquran „Aisyiyah Jatimulyo, Kricak,
Tegalrejo, Yogyakarta.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data primer yaitu primer yaitu data langsung dari lapangan melalui penelitian.
Data yang dibutuhkan adalah data mengenai informasi implementasi pendidikan
karakter anak di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah, Jatimulyo, Kricak,
Tegalrejo Yogyakarta.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan antara lain
dokumen – dokumen resmi, buku – buku hasil penelitian yang berwujud laporan,
buku harian, foto dan lain lain.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sangat penting
untuk mendapatkan data yang di perlukan. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini meliputi: wawancara, dokumentasi dan trianggulasi.
a. Wawancara
Melalui wawancara, dapat digali sebanyak mungkin data yang terkait dengan
implementasi pendidikan karakter anak di Madrasah Diniyah Alqur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta
46
Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono, “wawancara adalah pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu” (Sugiyono, 2012 : 72 ). Pada
penelitian ini, akan dilakukan wawancara dengan para pengelola Madrasah Diniyah
Alquran „Aisyiyah selaku penyelenggara Madrasah dan kepada para santri (peserta
didik) yang memiliki status aktif dalam mengikuti kegiatan di Madrasah Diniyah
Alquran „Aisyiyah untuk memperoleh data tentang faktor apa yang menjadi
hambatan dan pendorong dalam pelaksanaan proses pembelajaran serta data tentang
pelaksanaan pendidikan karakter dalam membentuk karakter santri di Madrasah
Diniyah Al-Quran „Aisyiyah Jatimulyo. Terlebih dahulu wawancara dilakukan
dengan mempersiapkan pedoman wawancara dengan model pertanyaan terbuka,
tidak kaku, fleksibel, dan disampaikan secara informal. Pedoman wawancara
tersebut digunakan sebagai arah agar wawancara terfokus pada persolaan
pelaksanaan pendidikan karakter dalam membentuk karakter santri di Madrasah
Diniyah Al-Quran „Aisyiyah Jatimulyo.
b. Observasi
Penelitian ini membutuhkan data dengan observasi atau pengamatan langsung
mengenai Implementasi pendidikan karakter. “Observasi yaitu cara pengumpulan
data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan
pencatatan gejala yang jadi objek penelitian. Observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi” (Nasution, 2002 : 56).
47
c. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan alat pengumpul data
utama. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan jalan
melihat dan mencatat dokumen yang ada seperti arsip atau buku yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi yang dikaji dalam penelitian ini ialah
data pengelola, pendidik atau Ustadz dan Ustadzah, santri yang masih aktif dalam
mengikuti pembelajaran, dan dokumen–dokumen lain yang mendukung dan
berkaitan dengan penelitian.
Tabel 1.Metode Pengumpulan Data
No. Aspek Sumber Data
Metode
Pengumpulan
Data
1. Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Karakter:
a. Kurikulum
b. Rancangan pembelajaran
c. Strategi pembelajaran
d. Bentuk pelaksanaan
Pendidikan Karakter di
kelas
Pimpinan Madrasah,
pendidik (Ustadz/ustadzah),
santri.
Wawancara,
dokumentasi,
observasi.
2. Hasil pembelajaran pendidikan
karakter :
a. Nilai–nilai apa saja yang
diperoleh santri
Pendidik (Ustadz/ustadzah)
dan santri
Wawancara,
Observasi.
3. Faktor pendukung dan
penghambat.
Pimpinan Madrasah,
pendidik (Ustadz/ustadzah),
santri.
Wawancara,
Observasi.
48
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsismi, 2000 : 134). Namun, pada penelitian
kualitatif dimana peneliti yang bertindak sebagai instrument penelitian, peneliti
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data
dan membuat kesimpulan. Sugiyono ( 2009 : 306). Oleh karena itu, peneliti dibantu
dengan adanya alat bantu seperti tape recorder, video, kaset, kamera dan pedoman
wawancara.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono, teknik analisis data dalam penelitian kualitatif pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
kesimpulan ( Sugiyono, 2012 : 91).
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat
secara teliti dan rinci. Semakin lama penelitian kelapangan, semakin banyak jumlah
data yang diperoleh dan semakin kompleks dan rumit pula. Oleh karena itu, perlu
segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Menurut pendapat Sugiyono,
“mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya” (Sugiyono, 2012 : 92). Dengan
49
demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi
data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan wawasan
yang tinggi.
b. Data Display
Dalam penelitian kualitatif, display data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat,bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Peneliti
memaparkan apa yang didapat apa yang ada saat penelitian secara rinci sesuai
dengan yang ada pada saat penelitian di lapangan. Menurut Miles and Huberman
dalam buku Sugiyono menyatakan “yang paling digunakan untuk menyajikan data
dalam peneltian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif” (Sugiyono, 2012
: 95).
c. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan penemuan baru yang
sebelumnya belum ada dan muncul saat penelitian dilaksanakan. Penarikan
kesimpulan menurut Miles dan Huberman melalui Sugiyono yaitu :
“kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel” (
Sugiyono, 2012 : 99)
50
Analisis dilakukan sepanjang penelitian secara kontinyu dari awal sampai
penelitian berakhir. Analisis data bersifat terbuka dan induktif, yang berarti terbuka
bagi perubahan, perbaikan, dan penyempurnaan berdasarkan data baru yang masuk
dan sampai dengan terjadi kejenuhan atau tidak ada data lagi yang perlu
dikumpulkan.
F. Keabsahan Data
Setelah data terkumpul tahapan selanjutnya adalah melakukan pengujian
terhadap keabsahan data dengan menggunakan teknik trianggulasi data. Sugiyono
(2012:83) menyatakan bahwa teknik triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Ada dua teknik triangulasi yaitu triangulasi
teknik dan triangulasi sumber.
Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik, berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
dari sumber yang sama. (Sugiyono, 2012 : 83). Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan Membercheck agar data yang diperoleh peneliti sesuai dengan apa
yang diberikan oleh narasumber. Membercheck adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya ialah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
(Sugiyono, 2014 : 276)
Dengan demikian peneliti mengumpulkan berbagai data dari sumber yang
sama di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo melalui wawancara
51
mendalam, observasi dan juga dokumentasi untuk selanjutnya melakukan triangulasi
data yang telah diperoleh peneliti untuk dapat di crosscheck kembali sehingga data
mendapat jaminan kepercayaan serta bisa dipertanggung jawabkan.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
1. Sejarah Berdirinya Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah
Jatimulyo Jatimulyo
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo Jatimulyo berdiri pada
tanggal 12 Agustus 1992. Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
dirintis dan didirikan „Aisyiyah ranting Jatimulyo sebagai salah satu bentuk
usaha dalam hal pendidikan dan dakwah. Sehingga Madrasah Diniyah ini
secara struktural berada dibawah struktur organisasi „Aisyiyah ranting
Jatimulyo. Diawal Tahun 2002 Pimpinan Muhammadiyah Tegalrejo
kemudian mengamanahkan tanah yang berlokasi di Jatimulyo RT 12 RW 03,
kepada „Aisyiyah ranting Jatimulyo untuk dimanfaatkan sebagai gedung
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo (MDAA) Jatimulyo.
(Profil dan Panduan Akademik MDAA : 2014)
2. Visi dan Misi
a. Visi:
“Terwujudnya generasi Qur‟ani, yang berakhlak mulia dan berlandaskan
Al-Qur‟an dan As-Sunnah”. Landasan filosofi visi tersebut adalah upaya
untuk menghasilkan kualitas pendidikan yang kompeten sehingga kelak
akan menghasilkan generasi penerus Islam yang handal dan berkualitas.
53
b. Misi:
1) Mewujudkan santri yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
serta memiliki ilmu pengetahuan Agama Islam yang mumpuni.
2) Meningkatkan profesionalisme kinerja pengurus Madrasah Diniyah
Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo Jatimulyo.
3. Struktur Manajemen
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo secara struktural
berada dibawah pengawasan Pimpinan Ranting „Aisyiyah Jatimulyo. Dapat
dilihat pada bagan Struktur Manajemen MDAA Jatimulyo di bawah ini :
Bagan 2. Struktur Manajemen Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah
Jatimulyo
Sumber: Buku Profil dan Panduan Akademik 2014 MDAA Jatimulyo
PENANGGUNG JAWAB
Pimpinan Ranting „Aisyiyah Jatimulyo
Direktur
Ustadz Sadiran
Sekretaris
Ustadzah Nur Aisyah
Bendahara
Siti Choiriyah A.Md
Kurikulum
Nur Sarah
Staf Pengajar Tetap
Ust. Alwan Tafsiri A Ustdzh. Ema Maardani
Ust. Huwar Safedi Ustdzh. Rina Susanti
Ustdzh. Yani Ustdzh. Sutarti
Ustdzh. Dyah Tri W Ustdzh. Parjiyah
Ust. Ananto Ustdzh. Nofi
54
4. Tenaga Pengajar
Pelaksanaan pembelajaran difokuskan pada tujuh mata pelajaran yang
masing-masing mata pembelajaran memiliki tenaga pengajar sendiri. Berikut
merupakan tabel daftar tenaga pengajar disertai dengan mata pelajaran yang
diampu, jabatan, pendidikan terakhir, usia dan jenis kelamin:
Tabel 1. Tenaga Pengajar Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
No Nama Mata
Pelajaran
Jabatan Pendidikan Usia Jenis
Kela
min
1 Ust. Sadiran Akhlak Direktur
MDAA
SMA 45 L
2 Ustzh. Nur
Aisyah
SKI Sekretaris UIN Sunan
Kalijaga
25 P
3 Ustzh.Siti
Choiriyah
A.Md
Intensif
Baca Iqro
dan Al-
Qu‟an
Bendahara D3 44 P
4 Ustdz. Nur
Sarah K
Fiqih Kurikulu
m
UIN Sunan
Kalijaga
25 P
5 Ust. Alwan
Tafsiri Al-Izza
Bahasa arab Tenaga
Pengajar
Universitas
Gadjah Mada
22 L
6 Ust. Huwar
Safedi
Ilmu Al-
Qur‟an
Tenaga
Pengajar
S1 45 L
7 Ustdzh.
Indriyani
Aqidah Tenaga
Pengajar
D3 38 P
8 Ustdzh. Dyah
Tri W
Ilmu Hadits Tenaga
Pengajar
Universitas
Gadjah Mada
25 P
9 Ustdzh. Ema
Mardani
Intensif
Baca Iqro
dan Al-
Qu‟an
Tenaga
Pengajar
D3 25 P
55
10 Ustdzh.Rina
Susanti
Intensif
Baca Iqro
dan Al-
Qu‟an
Tenaga
Pengajar
SMA 42 P
11 Ustdzh.
Sutarti
Intensif
Baca Iqro
dan Al-
Qu‟an
Tenaga
Pengajar
SMA 41
12 Ustdzh.
Parjiyah
Intensif
Baca Iqro
dan Al-
Qu‟an
Tenaga
Pengajar
SMA - P
13 Ustdzh.
Novita Ambar
Intensif
Baca Iqro
dan Al-
Qu‟an
Tenaga
Pengajar
SMK 21 P
14 Ust. Ananto Intensif
Baca Iqro
dan Al-
Qu‟an
Tenaga
Pengajar
UIN Sunan
Kalijaga
- L
15 Ustdzh. Nur
Siti
Intensif
Baca Iqro
dan Al-
Qu‟an
Tenaga
Pengajar
Ma‟had Ali
bin Abi
Thalib
26 P
Sumber: Buku Profil dan Panduan Akademik 2014 MDAA Jatimulyo
5. Program / Kegiatan Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah
Jatimulyo
a. Pembinaan Ustadz dan Ustadzah dasar dan Syahadah 1
Program pembinaan ini dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam satu
tahun. Program pembinaan ini memiliki tujuan guna menjaga kualitas
pengajaran para Ustadz maupun Ustadzah.
56
b. MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa)
Program ini dilaksanakan setiap 3 bulan sekali yang bertujuan
untuk membina akhlak santri, menciptakan ukhuwah yang erat antar
santri dan ustadz ataupun ustadzah, serta pembiasaan santri untuk
membaca Al-Qur‟an. MABIT dilaksanakan dnegan berbagai rangkaian
kegiatan seperti kajian ilmu agama, renungan, motivasi diri, kegiatan
shalat malam, dan outbond.
c. Taman Gizi Santri
Program ini dilaksanakan dengan tujuan mengasah dan
mengembangkan kreatifitas/kecerdasan santri serta menumbuhkan
kesadaran bagi wali santri akan pentingnya pemenuhan asupan gizi
yang baik bagi prsetasi santri.
d. Tadarus, Pelatihan Murrattal, dan Adzan
Bertujuan guna memperbaiki bacaan Al-Qur‟an dan
menumbuhkan rasa cinta santri kepada Al-Qur‟an. Berbagai macam
nada lagu murattal diajarkan seperti irama Nahawand, Rasta, Hijaz,
Sika, Jiharka dan lain-lain. Bagi santriwan, pelatihan Adzan ditujukan
sebagai bekal santriwan agar mampu melantunkan adzan dengan benar
dan irama yang indah pada saat memasuki usia akil baligh.
e. Hadrah
Sebagai sarana penyegaran bagi para santri agar tidak jenuh
dalam menerima dakwah yaitu dengan menggunakan musik islami.
57
Program ini juga diharapkan dpat menjadi penarik minat bagi calon
wali santri agar mau mengikutsertakan anaknya ke Madrasah Diniyah
Al-Quran „Aisyiyah. Hadrah ini dilakukan pada setiap hari Ahad sore.
f. Pengajian Wali Santri
Program yang diadakan setiap satu bulan sekali ini memiliki tujuan
untuk membina dan mengarahkan para wali santri bagaimana
mendidik anak sesuai dengan ajaran Islam dengan mendatangkan
seorang da‟i.
g. Ujian bersama dan Wisuda Santri
Ujian dilaksanakan setiap akhir tahun ajaran guna mengetahui
tingkat pemahaman santri terhadap mata pelajaran yang sudah
diberikan selama ini. Namun, pada pelaksanaannya ujian juga
diselenggarakan pada jangka waktu satu semester yang
pelaksanaannya diserahkan kepada wali kelas masing-masing. Wisuda
santri dilaksanakan secara kondisional periodik kepada santri yang
sudah menghatamkan Al-Qur‟an 30 Juz.
h. Outbond dan Piknik
Pelaksanaan program ini sekali dalam satu tahun sebagai sarana
penyegaran dan mempererat ukhuwah baik santri, wali santri maupun
ustadz/ustadzah.
58
Selain program –program yang sudah dijadwalkan pada kalender
akademik dan merupakan program intern madrasah, Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo juga mengikuti kegiatan di luar Madrasah seperti
mengikuti berbagai macam lomba dengan berbagai macam cabang dan
tingkat. Berikut adalah tabel kegiatan lomba yang pernah diikuti beserta
prestasi yang diraih :
Tabel 2. Kegiatan Lomba yang Pernah diikuti
No Tahun Lomba Tingkat Prestasi
1 2008 Adzan Rayon Juara III
2 2008 Tartil Rayon Juara II
3 2008 Pidato Rayon Juara II
4 2008 Tilawah Rayon Juara III
5 2009 Tartil Rayon Juara II
6 2009 Tartil Kota Juara III
7 2009 CCQ Rayon Juara III
8 2009 Da‟i cilik putra Rayon Juara II
9 2009 Da‟i cilik putra Rayon Juara I
10 2010 Tartil Rayon Juara I
11 2011 CCQ (TKA) Rayon Juara II
12 2011 Menggambar (TKA) Rayon Juara I
13 2011 Tartil (TPA) Rayon Juara III
14 2011 Pidato Bahasa Indonesia
(TQA)
Rayon Juara III
15 2011 Pidato Bahasa Indonesia Rayon Juara I
59
16 2011 Kaligrafi (TQA) Rayon Juara I
17 2011 Kaligrafi Rayon Juara II
18 2011 Terjemah Bahasa Arab Rayon Juara I
19 2012 Tartil Rayon Juara I
20 2013 Kaligrafi Rayon Juara I
21 2013 Mewarnai Rayon Juara I
22 2013 Kaligrafi Rayon Juara II
23 2013 Pidato Rayon Juara II
24 2013 Tartil Rayon Juara I
25 2014 Tartil Kota Juara II
26 2014 Adzan Kota Juara II
27 2014 Adzan Kota Juara III
28 2014 Tartil Kota Juara I
29 2015 Adzan Provinsi Juara I
30 2015 Hafalan Provinsi Juara I
31 2015 Kaligrafi Kota Juara II
32 2015 Kaligrafi Provinsi Juara
Harapan II
33 2015 Tartil (TPA) Rayon Juara III
34 2015 Praktik Shalat Rayon Juara II
35 2015 CCA (TPA) Rayon Juara II
36 2015 Menggambar Rayon Juara I
37 2015 Pidato Bahasa Indonesia Rayon Juara II
38 2015 Pidato Bahasa Indonesia Rayon Juara II
39 2015 Kaligrafi Rayon Juara I
60
40 2015 Kaligrafi Rayon Juara I
41 2015 Adzan Rayon Juara I
42 2015 Adzan Rayon Juara II
43 2015 Adzan Rayon Juara II
44 2015 Adzan Rayon Juara III
45 2015 Mewarnai Rayon Juara III
Sumber: Buku Prestasi Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
B. Data Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter di Madrasah
Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
a. Kurikulum Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo Jatimulyo membagi
kelas menjadi 3 yaitu kelas dari tingkatan pertama adalah kelas Taman kanak-
kanak Al-Qur‟an Lanjutan (TKAL), lalu kelas Taman Pendidikan Al-Qur‟an
(TPA), dan tingkat paling atas adalah kelas Taman Qur‟an Lil „Aud (TQA).
Kurikulum yang digunakan oleh Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo adalah kurikulum Madrasah Diniyah Tahun 1983 diadaptasi dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki dasar pada ketentuan
yang ditetapkan dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional
Pendidikan dan PP No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan
Keagamaan. Seperti yang diungkapkan oleh Direktur MDAA Jatimulyo,
Bapak “S” yaitu:
61
“Kalau untuk kurikulumnya kami mengikuti kurikulum dari
Kementrian Agama. Setiap Tahunnya kami diberi buku panduan
pedoman pengembangan kurikulum pendidikan Madrasah Diniyah
Takmiliyah”(CW:12, hal:122 )
Didalam kurikulum yang dianut oleh Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo Jatimulyo, memiliki struktur kurikulum mata pelajaran
sebagai berikut:
1. Satuan mata pelajaran yang diberikan pada Madrasah Diniyah berikut
frekuensi dan alokasi waktunya dalam seminggu
2. Program pengembangan diri dan pembiasaan akhlakul karimah santri.
Berikut struktur kurikulum yang disajikan dalam tabel 3:
Tabel 3. Struktur Kurikulum Mata Pelajaran
No Mata Pelajaran Kelas
I II III IV
Keagamaan
1 Al-Qur‟an 5 5 4 4
2 Hadits 1 1 2 2
3 Aqidah 1 1 1 1
4 Akhlak 2 2 2 2
5 Fiqih 4 4 4 4
6 Tarikh Islam 1 1 1 1
Bahasa
7 Bahasa Arab 4 4 4 4
Muatan Lokal
62
8 Muatan Lokal:
a. Arab Pegon
b. Imla‟
c. dll
- - - -
Jumlah 18 18 18 18
Sumber: Pedoman Penyelenggaraan Madrasah Diniyah Takmiliyah
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo masuk kedalam
kategori Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah dimana pada kurikulum
yang ditetapkan oleh Kementrian Agama tersebut diatas, kurikulum yang
ditempuh dalam 4 Tahun masa belajar dari kelas 1 hingga kelas 4
dialokasikan waktu sebanyak 18 jam pelajaran perminggu. Namun
berdasarkan observasi di lapangan, Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo Jatimulyo hanya mampu memenuhi total waktu 3 jam pelajaran
perminggu. Hal tersebut dapat dilihat dari jadwal pembelajaran yang ada di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo Jatimulyo yang pada
masing-masing kelas masuk 3 kali dalam seminggu dan 1 jam setiap satu kali
tatap muka. Selaras dengan itu, Bapak “S” selaku Direktur MDAA juga
mengungkapkan bahwa:
“karena melihat kondisi santri yang pada pagi sampai siang hari sudah
memiliki kewajiban dengan bersekolah dan para ustadz dan ustadzah
yang memiliki pekerjaan diluar tugas madrasah, kami belum bisa
melaksanakan kurikulum sesuai dengan alokasi waktu pembelajaran
yang diatur dalam kurikulum kementrian agama”(CW:2, hal:122).
Selain itu, jika didalam buku profil dan panduan akademik Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo Jatimulyo Tahun 2014 dituliskan
63
bahwa masing – masing mata pelajaran diampu oleh satu Ustadz/Ustazdah,
berdasarkan observasi dilapangan, mata pelajaran dibebankan sepenuhnya
kepada masing-masing wali kelas kecuali mata pelajaran intensif membaca
Al-Qur‟an dan Iqro‟. Seperti yang diungkapkan oleh “Nai” selaku wali kelas
TPA yang mengungkapkan bahwa:
“masih menggunakan kurikulum dari kementrian Agama, namun
setiap kelas berbeda-beda untuk materi di setiap mata pelajaran yang
akan diajarkan karena tergantung wali kelas”(CW:1, hal:118)
Kurikulum dari Kementrian Agama yang digunakan sebagai acuan
dikembangkan dan ubah sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik Madrasah
sendiri. Diluar daripada itu, jika dilihat dari struktur mata pelajaran yang ada
pada kurikulum, Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo belum
mencantumkan secara gamblang pendidikan karakter didalam kurikulum.
Namun, kurikulum yang digunakan menjadi pedoman untuk pelaksanaan
pendidikan karakter didalam proses pembelajaran.
Sehubungan dengan itu, menurut penuturan “Nai“ selaku wali kelas
TPA mengungkapkan:
“secara kurikulum belum, maksudnya kami disini pendidikan agama
dan nonformal, jadi basicnya kami agama, materi yang diberikan
Agama. Tetapi secara tekhnis, ketika dalam pembelajaran kami
memberikan contoh yang baik atau teladan seperti displin dan lain
lain sebagai pendidikan karakter“(CW:1, hal:118)
Sependapat dengan pernyataan “Nai“ diatas, “NS“ selaku wali kelas
TPA mengungkapkan bahwa:
64
“dari kurikulum itu memang secara khususnya belum ada, tetapi di
Madrasah kami masing-masing kelas pada pembelajarannya sudah
mempunyai pendidikan karakter“(CW:3, hal:125)
Ditambahkan oleh pernyataan Ustadzah “Y“ wali kelas TKAL pada
wawancara Tanggal 15 Februari 2016 bahwa:
“Belum ya, belum secara khusus tapi di kelas itu sudah melaksanakan
gitu. Dengan kedisiplinan, sopan santun dan lain – lain. Kalau dari
kurikulum khususnya sih belum ya”(CW:17, hal:145)
Melihat pernyataan –pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kurikulum Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo mengacu pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dimana didalam kurikulum tersebut
tidak dicantumkan pendidikan karakter. Namun, kurikulum menjadi acuan
bagi implementasi pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter di kelas.
Kurikulum dikembangkan dan diubah sesuai dengan kondisi dan karakteristik
yang di miliki Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo dengan
tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai.
b. Rancangan Pembelajaran Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah
Jatimulyo
Rancangan Pembelajaran di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo mengacu kepada kurikulum yang dibuat oleh kementrian Agama.
Namun demikian, rancangan pembelajaran dibuat dengan mengedepankan
kebutuhan dan kesesuaian dengan kondisi Madrasah. Seperti yang
65
diungkapkan oleh Ustadzah “Nai” selaku wali kelas TPA sekaligus sie
kurikulum Madrasah (wawancara pada tanggal 23 Februari 2016) bahwa:
“kalau kita dari silabus yang sudah dirumuskan kita ambil yang pas
sama kondisi sini, ketika sudah pas ya sudah tinggal diterapkan jadi
kita setiap semester merevisi silabus”(CW:1, hal:119)
Lalu ustadzah “NS” selaku wali kelas TQA (wawancara pada tanggal
23 Februari 2016) mengungkapkan bahwa:
“Kalau kurikulum sebagai acuan kita. Namun melihat kondisi di
lapangannya mungkin gak bisa misalkan di kurikulum anak usia TQA
harus hafal 30 juzz sedangkan dilapangan sendiri tidak bisa. Untuk itu
jadi memang kurikulum jadi bahan panduan tapi untuk
pelaksanaannya, kita fleksibel. Kalau untuk kelas saya sendiri seperti
itu”(CW:3, hal:125)
Pembuatan Rancangan pembelajaran sendiri dibuat setiap awal
semester. Dimana para utstadz / ustadzah dikumpulkan dalam suatu rapat
untuk membahas Rancangan pembelajaran semester yang akan datang guna
mengetahui materi mana saja yang sesuai dan tidak sesuai untuk diterapkan.
Ustadzah “NS” mengungkapkan bahwa:
“jadi tiap semester kita merevisi silabus untuk membuat rancangannya
sebelum mulai pembelajaran setelah semesteran”(CW:3, Hal:126)
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, pembuatan Rancangan
Pembelajaran diberikan sepenuhnya kepada wali kelas dengan membebaskan
pembuatan rancangan pembelajaran dan muatan pelajaran apa saja yang akan
diterapkan di kelas sesuai kondisi di kelas dengan tetap mengacu pada
kurikulum yang ditetapkan oleh kementrian Agama.
66
c. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter Madrasah Diniyah Al-
Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
Melalui proses pembelajaran, dapat dilihat strategi apa saja yang
dipakai oleh seorang guru atau dalam dunia Madrasah menggunakan istilah
Ustadz bagi guru laki–laki dan Ustadzah bagi guru perempuan. Berdasarkan
hasil observasi terhadap kegiatan – kegiatan yang sudah terlaksana, diperoleh
data bahwa strategi pembelajaran pelaksanaan pendidikan karakter yang
digunakan pada Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo ialah
strategi pujian dan hadiah, permainan, penugasan dan pemaknaan dan yang
terakhir strategi penegakan disiplin. Secara garis besar, strategi pujian dan
hadiah ialah strategi yang mengarah kepada pemberian pujian dan hadiah
kepada anak yang telah melakukan perbuatan baik. Kemudian mengajak anak
untuk memahami makna nilai-nilai dalam pendidikan karakter sesuai
perkembangan kognitif dan moral merupakan strategi penugasan dan
pemaknaan. Sedangkan untuk strategi penegakan disiplin ialah berprinsip
untuk melatih dan menegakkan disiplin anak melalui pembiasaan.
Menurut “NS” selaku ustadzah wali kelas TQA mengungkapkan pada
wawancara tanggal 27 Januari 2016 bahwa:
“Strategi pembelajaran yang digunakan ialah strategi menarik minat
para santri untuk dapat tertarik mengaji di Madrasah Diniyah” (CW:3,
hal:126)
Pernyataan tersebut berbeda dengan apa yang ada di lapangan,
pengamatan di lapangan diperoleh data bahwa strategi pembelajaran yang
67
dilakukan di kelas TQA ialah strategi penegakan disiplin dengan
membiasakan para santri untuk menaati peraturan yang ada. Hasil pengamatan
strategi penegakan disiplin pada observasi tanggal 1 Februari 2016 di kelas
TQA:
Strategi penegakan disiplin:
“ustadzah menyuruh santri untuk bersikap sempurna dalam berdo‟a di
setiap awal dan akhir pembelajaran serta melafadzkan do‟a dengan
jelas”(CL:7, hal:179)
Selain itu, penegakan disiplin juga terlihat pada observasi tanggal 4
Februari 2016 di kelas TQA:
“Ustadzah mengarahkan para santri untuk lebih tertib dan mengajak para
santri untuk membersihkan kelas bersama sebelum pembelajaran”(CL:10,
hal:184)
Pada pengamatan di lapangan, Ustadzah “NS” selaku wali kelas TQA
terlihat kesulitan untuk menegakkan disiplin kepada santri. Seperti yang
terlihat pada observasi Tanggal 27 Januari 2016 :
“ada salah seorang santriwan yang berkelakuan tidak baik dengan
tidak membawa buku materi pelajaran dan meninggalkan kelas tanpa
izin dan masuk kembali ke kelas tanpa salam. Sikap dari ustadzah
hanya menegur secara halus dengan memanggil nama santri tersebut
sembari menggelengkan kepala. Selain itu, sesaat sebelumnya ketika
ustadzah menjelaskan materi yang ada, santriwan tersebut ribut sendiri
lalu ustadzah menegur dan memberi hukuman agar santriwan tersebut
menjelaskan materi didepan kelas namun santriwan tersebut menjawab
dengan santai “ya mba aja didepan aku gak mau”(CL:6: hal:177)
Sedangkan Ustadzah “NAI” selaku wali kelas TPA mengungkapkan
strategi pendidikan karakter yang digunakannya (wawancara tanggal 22
Januari 2016) :
68
“Kalau aku, sebenernya campur, mix. Disiplin iya, ngasih hadiah juga
itu salah satu strategi buat anak ini ya, maksudnya kemotivasi buat
berbuat baik gitu mba. Terus kalau menurutku anak contoh akhir-akhir
ini anak bener-bener di luar kendali jadi penegakan disiplin contohnya
aku tanyain, dek mau pilih di hukum atau ketemu sama pak Sadiran?
Maksudnya gini, biar anak itu sadar sama kesalahannya dikasih
nasihat sama pak Sadiran atau aku kasih hukuman hafalan”(CW:2,
hal:119).
Strategi pujian dan hadiah yang digunakan oleh ustadzah “NAI”
selaku wali kelas dalam pendidikan karakter di kelas TPA ialah dengan cara
memberikan kupon prestasi yang bertuliskan “Selamat! Kamu telah berhasil
mendapatkan kupon prestasi karena akhlak baik dan prestasimu”. Kupon
prestasi ini diberikan kepada para santri diakhir pembelajaran setiap satu
minggu sekali bagi santri yang memenuhi syarat yaitu rajin berangkat,
memiliki nilai atau prestasi yang baik dan berbuat / beramal baik setiap
harinya. Setiap santri yang mengumpulkan kupon sejumlah target yang telah
disetujui bersama yaitu 20 kupon prestasi, para santri akan memperoleh
hadiah dari ustadzah berupa alat tulis ataupun hadiah yang lain.
Kemudian berdasarkan temuan dilapangan diperoleh data bahwa di
kelas TPA juga digunakan strategi definisikan dan latihkan. Strategi
definisikan dan latihkan terlihat pada observasi Tanggal 9 Februari 2016:
“para santri diberikan tugas untuk memberikan contoh nyata tentang
nilai–nilai pendidikan karakter seperti kasih sayang, disiplin, jujur,
adil, rendah hati, dan sopan santun dan di ajak untuk memahami
makna dari masing-masing nilai ”(CL:12, hal:190)
69
Santri diajak untuk dapat memahami apa arti dari masing – masing
nilai kasih sayang, disiplin, jujur, adil, rendah hati dan sopan santun disertai
dengan menuliskan contoh nyata sesuai dengan perkembangan kognitif dan
keputusan moral masing – masing anak. Dalam pemberian tugas ini, anak
dibebaskan untuk berfikir sebebas mungkin sesuai dengan pemikirannya
sendiri.
Berdasarkan observasi di lapangan yang dilaksanakan secara kontinyu,
strategi penegakan disiplin dikelas TPA terlihat dari penegakan disiplin
dengan pembiasaan santri untuk menata sandal sebelum masuk ke dalam
kelas, tidak membuang sampah di dalam kelas, tidak makan pada saat
pembelajaran sedang berlangsung, mengantri pada saat setoran intensif
membaca Iqro‟ / Al-Qur‟an, dan mengucapkan salam sembari bersalaman
pada saat melihat ustadzah datang dan ketika akan pulang.
Observasi di lapangan pada tanggal 2 Februari 2016 terkait dengan
strategi penegakan disiplin:
“pada saat selesai materi pembelajaran, ustadzah mewajibkan para
santri untuk memungut sampah yang berada disekitar mereka untuk
dibuang ke tempat sampah”(CL:8, hal:182)
Hal serupa juga terlihat pada tanggal 21 Januari 2016 terkait dengan
strategi penegakan disiplin:
“Ustadzah mengkondisikan para santri untuk duduk rapi dan tenang
pada saat akan dimulai berdo‟a dan tidak akan memulai do‟a jika
masih ada santri yang berbicara atau bermain sendiri serta menyuruh
70
santri untuk menyimpan jajan yang dibawa oleh santri pada saat waktu
pembelajaran akan dimulai”(CL:2, hal:180)
Sedangkan strategi pembelajaran pendidikan karakter yang
dilaksanakan yang digunakan pada kelas TKAL ialah dengan strategi
penegakan disiplin yaitu dengan pembiasaan penegakan tata tertib dimulai
dari masuk ke dalam kelas harus menata sandal terlebih dahulu, tidak akan
memulai do‟a bersama jika masih ada anak yang bermain sendiri, menulis
materi pelajaran pada waktunya, mewajibkan pemakaian kopiah untuk
santriwan, membuang sampah pada tempatnya, dan makan jajan hanya
diperbolehkan di luar kelas. Seperti yang diungkapkan oleh ustadzah “Y”
selaku wali kelas TKAL mengungkapkan (wawancara tanggal 15 Februaari
2016) bahwa:
“Strateginya kalau dikelas saya sendiri, permainan sama itu ya disiplin
kayak contoh sebelum belajar, berdoa dulu bareng – bareng tapi nanti
kalau ada yang main sendiri nanti yang main saya suruh ngulang lagi
sendiri. Terus kalau makan jajanan saya suruh diluar nggak boleh
makan di dalam kelas, sampahnya dibuang ketempat
sampah”.(CW:17, hal:145)
Terkait dengan hal tersebut, strategi penegakan disiplin terlihat pada
observasi Pada Tanggal 9 Maret 2016:
“ketika akan memulai pembelajaran, Ustadzah menggunakan tepuk 1
dan tepuk dua untuk menarik perhatian para santri agar siap untuk
mengawali pembelajaran dengan do‟a. Namun demikian, masih ada
saja santri yang sibuk bermain sendiri sehingga ustadzah tidak
memulai berdo‟a sampai santri tersebut diam. Tidak hanya itu, pada
saat berdo‟a sudah dimulai dan ada salah seorang santriwan yang tidak
berdo‟a karena sibuk bercerita dengan teman, pada saat do‟a bersama
sudah selesai ustadzah menegur dua santriwan tersebut dan menyuruh
untuk mengulangi doa”. Kemudian, para santri dibagikan buku catatan
71
untuk dapat mencatat materi yang ustadzah tulis dipapan tulis pada
waktu yang diberikan sehingga semua santri menulis secara
bersamaan. Setelah selesai menulis, buku catatan tersebut
dikembalikan lagi kepada ustadzah”(CL:14, hal:192)
Strategi Penegakan Disiplin juga terihat pada observasi Pada Tanggal
11 Maret 2016:
“sebelum para santri masuk ke dalam kelas, para santri menata sandal
dengan rapi di depan kelas. Selain itu, pada saat waktu masuk jam
pelajaran intensif membaca Iqro‟ dan alqur‟an, para santri dilatih
untuk tertib dengan cara dipanggil secara bergiliran untuk dapat
membaca Iqro‟/al-qur‟an dengan Ustadz/Ustadzah yang
mengampu”(CL:15, hal:194).
Berdasarkan temuan hasil observasi di atas, penggunaan strategi
pembelajaran pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo Jaatimulyo bergantung kepada masing - masing ustadzah yang
menjadi wali kelas. Dimana stratgei pembelajaran pendidikan karakter
disesuaikan dengan kondisi santri dan kreatifitas ustadzah di dalam
mengampu para santri.
d. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Kelas
Berdasarkan hasil wawancara dan empat kali pengamatan terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, ustadzah sebagai wali kelas sudah
mengembangkan nilai karakter secara spontan maupun dengan pembiasaan.
Hasil yang diperoleh peneliti dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas
TQA, TPA, dan TKAL ialah sebagai berikut :
1) Kelas TQA
72
Hasil pengamatan yang dilakukan di kelas TQA, sebelum masuk ke
dalam kelas, para santriwati (santri perempuan) dan sebagian santriwan
(santri laki – laki) menata sandal di depan kelas. Setiap akan memulai
pembelajaran, diawali dengan kegiatan berdo‟a bersama yang dipimpin
oleh ustadzah yang dilafadzkan secara bersama-sama. Diperoleh data
bahwa semua santriwan kelas TQA dan sebagian kecil dari santriwati sulit
untuk diatur oleh ustadzah. Para santriwan terlihat suka berbicara dan
mengobrol dengan santriwan lain pada saat ustadzah sedang menjelaskan
materi. Bahkan ada salah seorang santriwan yang peneliti amati berbicara
tidak sopan kepada ustadzah dan keluar masuk kelas tanpa izin dari
ustadzah dan pada saat diingatkan karena ramai dan salah seorang
santriwan disuruh maju kedepan kelas untuk menjelaskan materi,
santriwan tersebut berbicara dengan santainya dengan tidak memandang
ke ustadzah “ya mba aja yang di depan”. Penelitipun mengamati ada dua
orang santriwati yang usianya lebih tua dibandingkan dengan santriwati
yang lain ikut sibuk mengobrol dan bercanda dengan para santriwan.
Ustadzah seringkali mengingatkan para santriwan dan santriwati tersebut
dengan teguran namun efek teguran hanya bertahan sebentar saja. Peneliti
bertanya kepada apa alasan santriwati yang bersangkutan terkait perilaku
tersebut dan mengatakan bahwa “saya bosen, capek mba. Di sekolahan
nyatat, masa disini nyatat juga ya udah ngobrol hahaha”.
73
2) Kelas TPA
Proses pembelajaran yang dilakukan pada kelas TPA, sama seperti
kelas TQA, sebelum pembelajaran dimulai, didahului dengan berdo‟a
bersama. Berdasarkan hasil pengamatan, santriwan dan santriwati kelas
TPA cenderung lebih menuruti apa yang dikatakan oleh ustadzah. Peneliti
mengamati pada salah satu kejadian yaitu pada saat ada salah seorang
santriwan memukul mukul meja diwaktu ustadzah akan memulai do‟a,
ustadzah langsung menegur santriwan tersebut dan santriwan tersebut
langsung berhenti memukul – mukul meja. Nilai kritis terlihat pada
santriwan dan santriwati di kelas TPA dengan pekanya para santriwan dan
santriwati melihat kesalahan dan pelanggaran peraturan yang dilakukan
oleh temannya seperti pengamatan peneliti pada suatu kejadian dimana
pada saat mencatat materi dimana para santri diwajibkan membawa alat
tulis masing – masing, namun ada salah seorang santriwan yang tidak
membawa pensil dan sudah keberapa kalinya santriwan tersebut tidak
membawa dan selalu meminjam kepada ustadzah lalu para santriwati
langsung menyindir dengan kata – kata “iih…masa ngga bawa pensil terus
sih, denda itu uust udah ga bawa pensil berapa kali”. Selain itu, pada kelas
TPA ini, ustadzah juga memberikan motivasi kepada para santri untuk
berlaku sopan, disiplin dan jujur. Ustadzah memberi nasihat kepada para
santri untuk dapat berlaku jujur disetiap saat. Ustadzah mengingatkan
santri untuk mengisi dengan jujur buku monitoring dan evaluasi santri.
74
Selain itu, pada saat ustadzah menanyakan apakah santri mengerjakan
sendiri atau tidak tugas individu yang diberikan pada saat ustadzah tidak
mengampu minggu lalu, hampir keseluruhan santri mengakui bahwa
mereka mengerjakan tugas individu dengan bekerja sama dan membuka
buku catatan. Santri juga terlihat disiplin dan sopan ketika bel masuk
berbunyi tanpa di suruh ustadzah semua santri masuk kedalam kelas,
menata sandal dengan rapi didepan kelas dan pada saat akan keluar kelas,
santri meminta izin terlebih dahulu kepda ustadzah. Pengembangan nilai
pada kelas TPA oleh ustadzah cenderung kepada kegiatan rutin dan
kegiatan spontan. Nilai - nilai yang dibentuk di kelas TPA ialah hormat
dan santun, kejujuran, kedisiplinan, kritis, dan peduli.
3) TKAL
Proses pembelajaran yang dilakukan di kelas TKAL, dimulai dan
diakhiri dengan berdo‟a bersama. Ustadzah membiasakan kepada para
santri untuk berani dan cerdas dengan cara berani untuk memimpin do‟a
bersama, atau membaca materi yang ditulis dipapan tulis untuk diikuti
teman yang lainnya. Ustadzah terlihat tegas dalam mendidik santri dengan
menegur dan menghukum santri pada saat itu juga. Para santri terlihat
sangat mematuhi apa yang dikatakan ustadzah. Pada saat ada dua orang
santriwan bermain di dalam kelas dan hampir saling memukul, ustadzah
langsung menegur dengan menunjuk kedua santri tersebut dan dengan
seketika kedua santri tersebut berhenti bermain dan langsung kembali ke
75
tempat duduknya masing–masing. Ustadzah juga langsung
memberhentikan do‟a bersama pada saat akan pulang dikarenakan ada
salah seorang santriwan yang membuat kegaduhan dengan temannya dan
doapun diulang kembali. Peneliti mengamati, ustadzah cenderung
mengutamakan pengembangan nilai kedisiplinan kepada para santri dalam
proses pembelajaran dengan kegiatan rutin seperti diwajibkan menata
sandal didepan kelas, bersalaman setiap bertemu ustadzah, berdoa
bersama sebelum dan sesudah pelajaran, tidak boleh makan jajan didalam
kelas. Sedangkan untuk nilai – nilai lain yang dikembangkan ialah nilai
hormat dan santun.
2. Nilai–Nilai Pendidikan Karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur’an
‘Aisyiyah Jatimulyo
Nilai–nilai pendidikan karakter yang muncul di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo dapat diidentifikasikan dari mata pelajaran
Akhlak yang didalamnya terdapat berbagai pembelajaran nilai-nilai kebaikan.
Nilai – nilai kebaikan yang ada didalam mata pelajaran Akhlak menjadi
pedoman bagi para ustadz ataupun ustadzah dalam mengembangkan
pendidikan karakter dengan tetap mengedepankan Al-Qur‟an dan As-sunnah.
Sesuai dengan visi Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo yaitu
terwujudnya generasi Qur‟ani, yang berakhlak mulia dan berlandaskan Al-
Qur‟an dan As-sunnah.
76
Tidak berbeda jauh dengan hal tersebut, pendapat direktur dan
ustadzah Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo seakan senada
tentang nilai- nilai apa saja yang dilaksanakan di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo. Direktur Madrasah mengungkapkan bahwa nilai-
nilai pendidikan karakter yang harus dilaksanakan adalah taat kepada orang
tua, patuh terhadap rukun Islam karena jika rukun Islam dan Iman terpenuhi
akan sangat baik bagi masa depannya. Selain itu ada pula nilai sopan santun
terhadap sesama santri, sopan santun terhadap kedua orang tua, kemandirian,
disiplin, tanggung jawab, dan tenggang rasa. Sedangkan beberapa ustadzah
mengungkapkan bahwa nilai-nilai yang dirasa perlu dan sudah dilaksanakan
di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo adalah kebersihan,
disiplin, jujur, rasa hormat kepada orang tua, sopan santun, sosial, dan adab
perilaku sehari-hari.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di lapangan, nilai-nilai pendidikan
karakter sudah tercerminkan. Nilai – nilai tersebut ialah nilai kejujuran, kritis,
sehat dan bersih, peduli, hormat dan santun, kedisiplinan, cerdas, gotong
royong, dan kemandirian.
Seperti yang diungkapkan oleh direktur Madrasah “S” pada
wawancara pada tanggal 9 Februari 2016, bahwa:
“nilai sopan santun terhadap santri, orang tua, kemudian juga ada disiplin,
tanggung jawab, dan tenggang rasa. Saya melihat sudah di ajarkan
beberapa apalagi di kelas TPA dan TQA”(CW:2, hal:123)
77
Pernyataan direktur Madrasah diperkuat oleh santri kelas TPA saat
ditanya mengenai nilai apa saja yang sudah diajarkan oleh ustadzah, “I” Pada
tanggal 4 Februari 2016 mengungkapkan bahwa:
“Shalat 5 waktu, membaca al-qur‟an, akhlak mahmudah seperti tawakal,
sabar, ikhlas, istiqomah, siddiq, qona‟ah, menghormati orang tua,
menolong orang, dan membantu ustadzah menjadi panitia taman
gizi”(CW:9, hal:137)
Keterangan senada juga diungkapkan oleh ustadzah “DT”
(wawancara, 24 Januari 2016), bahwa:
“nilai sosial dengan saling berbagi / berinfaq, kekeluargaan, menghormati
yang lebih tua dan yang paling penting adalah nilai aqidah dimana anak
diajarkan dasar-dasar dan tujuan diajarkan suatu nilai. Jika karakter kuat,
aqidahpun kuat”(CW:5, hal:131)
Diperkuat dengan pernyataan dari Ustadzah “EM” (wawancara, 24
Januari 2016), yang menyatakan bahwa:
“tentu yang jelas sopan santun, hormat kepada ustadz/ustadzah, peduli
kepada teman. Kemarin saya lihat, ada salah satu santri yang tidak
membawa pensil, lalu salah satu temannya meminjamkan pensil untuk
santri tersebut itu adalah contoh kecilnya. Peka terhadap lingkungan
sekitar”.(CW:4, hal:129)
Semakin diperkuat oleh pernyataan oleh “V” selaku santri Madrasah
Diniyah kelas TQA (4 Februari 2016), mengungkapkan bahwa:
“diajarkan shalat 5 waktu, menolong orang yang sedang kesusahan,
menghormati dan menyayangi orang tua serta orang yang lebih tua dari
kita, berinfaq, mengajari adik lebih kecil dan lain-lain”(CW:7, Hal:135)
Ustadzah lain “R” selaku pengampu intensif baca Iqro‟dan Al-Qur‟an
mengungkapkan pada wawancara tanggal 15 Februari 2016, bahwa:
78
“yang sudah ditanamkan oleh para wali kelas adalah akhlak. Akhlak
dengan orang tua dan dengan ustadzah, ditanamkan rasa hormat, diajarkan
selalu mendo‟akan orang tua, patuh terhadap orang tua, sikap tenggang
rasa dengan teman saling membantu, saling memberi, tidak egois, disiplin
dalam berpakain, disiplin waktu dan disiplin dalam berperilaku semisal
makan tidak didalam kelas, itu ditekankan seperti itu. Selain itu, kasih
sayang kepada teman dan saling memaafkan. Itu yang ibu lihat di MDAA
ini”(CW:6, hal:133)
Hal serupa juga di ungkapkan oleh “D” selaku santri kelas TPA,
mengungkapkan bahwa:
“Menghormati, menolong, taat dengan aturan, rajin ngaji, sama
memperbaiki yang salah”(CW:10, hal:136)
Sesuai dengan pengamatan di lapangan, nilai-nilai yang disebutkan
oleh direktur Madrasah dan para Ustadzah sudah dilaksanakan dan tercermin
dalam berbagai kegiatan di Madrasah. Di bawah ini di jabarkan hasil
pengamatan kegiatan di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
dalam pelaksanaan kegiatan yang didalamnya terdapat nilai – nilai pendidikan
karakter, antara lain:
Nilai Taqwa:
Nilai taqwa dicerminkan pada setiap kegiatan yang ada di Madrasah antara
lain ialah belajar membaca Al-Qur‟an dan Iqro‟, menghafalkan Al-Qur‟an dan
mempelajari terjemahannya.
Nilai Suci:
Nilai suci diberikan melalui pembelajaran dengan materi pembelajaran
istinja‟, tayamum, adab buang air dan macam-macam najiz.
Nilai Al-Munfiqun:
79
Pengamatan Pada tanggal 8 Februari 2016 di kelas TPA:
“seorang santriwati membagi jajan yang dimilikinya dengan seorang
temannya yang tidak bisa membeli jajan karena tidak memiliki uang”(CL:11,
hal:188)
Nilai kritis:
Pengamatan hasil observasi tanggal 21 Januari 2016:
“nilai kritis tercermin ketika salah seorang santri mengatakan kepada ustadzah
tentang temannya yang tidak mau berbagi pembolong kertas dengan teman
yang lain dan berkata pada teman yang dimaksud untuk mau berbagi
pembolong kertas”(CL:2, hal:170)
Pengamatan pada Tanggal 1 Februari 2016 juga mencerminkan Nilai
kritis:
“ada 3 orang santriwati yang menegur seorang santriwan karena melihat
teman santriwan tersebut makan sambil berdiri”(CL:7, hal:179)
Nilai kritis juga nampak pada pengamatan Tanggal 2 Februari 2016:
“pada saat salah seorang santri melihat temannya makan dengan tangan kiri,
santri tersebut langsung menegurnya. Selain itu, pada saat ada salah seorang
santri yang tidak menata sandal dengan rapi, santri yang lain melihat dan
langsung menegurnya”(CL:8, hal181)
Nilai Kejujuran:
Pengamatan hasil observasi Tanggal 9 Februari 2016 tentang nilai
kejujuran:
“nilai kejujuran ini terlihat ketika ustadzah menanyakan apakah santri
mengerjakan sendiri atau tidak tugas individu yang diberikan pada saat
ustadzah tidak mengampu minggu lalu. Hampir keseluruhan santri mengakui
bahwa mereka mengerjakan tugas individu dengan bekerja sama dan
membuka buku catatan”(CL:12, hal:188)
80
Nilai kejujuran juga nampak pada observasi tanggal 25 Januari 2016:
“dikelas TPA, ustadzah menanyakan adakah santri yang belum shalat ashar.
Dan ada 2 orang santri mengangkat tangan dan mengakui bahwa mereka
belum shalat ashar. Kemudian ustadzah menyuruh santri tersebut untuk shalat
ashar terlebih dahulu”(CL:5, hal:176)
Nilai sehat dan bersih:
Nilai sehat dan bersih nampak pada observasi Tanggal 21 Januari
2016:
“sebelum pulang, para santri memunguti sampah atau kertas sisa kerajinan
kaligrafi yang berada disekitar mereka dan membuangnya ke tempat
sampah”(CL:2, hal:171)
Nilai sehat dan bersih juga tercermin pada observasi pada tanggal 1
Februari 2016:
“ada 3 orang santri yang duduk dan makan jajan sembari menunggu bel
masuk, setelah selesai makan, 3 santri tersebut langsung membuang sampah
ke tong sampah yang sudah disediakan”(CL:7, hal:180)
Pengamatan pada Tanggal 4 Februari 2016 di kelas TQA:
“sebelum menggunakan kelas untuk pembelajaran, para santri bersama - sama
menyapu dan membersihkan kelas terlebih dahulu”(CL:10, hal:185)
Nilai Peduli:
Pengamatan hasil observasi pada tanggal 25 Januari 2016 di kelas
TPA :
“nilai peduli terlihat ketika ada salah seorang santri yang meminjamkan pensil
kepada santri yang tidak membawa pensil”(CL:5, hal:176)
Pengamatan Pada tanggal 8 Februari 2016 di kelas TPA:
81
“seorang santriwati membagi jajan yang dimilikinya dengan seorang
temannya yang tidak bisa membeli jajan karena tidak memiliki uang”(CL:11,
hal:188)
Pengamatan Pada tanggal 11 Maret 2016 di kelas TKAL:
“seorang santri berbagi pensil pewarna dengan teman sebangkunya yang tidak
membawa pensil pewarna”(CL:15, hal:194)
Nilai hormat dan santun:
Hasil pengamatan pada tanggal 27 Januari 2016 di kelas TQA:
“pada saat jam istirahat, salah seorang santri meminta izin kepada ustadzah
boleh atau tidak untuk membeli jajan diluar. Lalu pada saat akan pulang,
seluruh santri mengucapkan salam dan mencium tangan ustadzah”(CL:6,
hal:179)
Hasil observasi kelas TPA tanggal 2 februari 2016. Nilai hormat dan
santun:
“nilai hormat dan santun ini terlihat ketika santri yang berada dikelas dan
sedang duduk lalu beberapa santri langsung berdiri ketika melihat ustadzah
datang dan bersalaman dengan ustadzah. Begitu pula pada saat akan pulang
para santri juga mengucapkan salam dan mencium tangan ustadzah. Hal ini
dilakukan sebagai kebiasaan dan runtutan pembelajaran setiap harinya”(CL:8,
hal:182)
Pengamatan di kelas TQA pada tanggal 4 Februari 2016:
“santri yang umurnya lebih muda memperlakukan teman satu kelas yang
usianya lebih tua secara sopan dengan tetap memanggil teman yang lebih tua
itu dengan sebutan mbak atau mas dan begitu sebaliknya”(CL:10, hal:185)
Nilai Gotong royong:
Pengamatan pada kegiatan Taman Gizi pada tanggal 24 Januari 2016:
“para santri bersama - sama membantu para ustadz / ustadzah membersihkan
sampah dan koran bekas pada kegiatan Taman Gizi dan mengumpulkannya
kedalam kardus untuk kemudian dibuang ke tempat sampah”(CL:4, hal:175)
82
Pengamatan di kelas TQA pada tanggal 4 Februari 2016:
“para santri secara bersama - sama membersihkan kelas dengan menyapu dan
merapikan meja yang akan dipakai untuk belajar”(CL:10, hal:185)
Pengamatan di kelas TPA pada tanggal 21 Januari 2016:
“para santri dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok
beranggotakan 2 sampai 3 orang untuk bekerja sama menghias tulisan
kaligrafi agar menjadi kaligrafi yang indah”(CL:2, hal:170)
Nilai Cerdas :
Pengamatan di kelas TQA pada tanggal 4 Februari 2016:
“pada saat santri diberikan materi tentang akhlak, beberapa santri memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi dengan menanyakan kepada ustadzah apa saja
contoh-contoh dari perbuatan akhlak. Dan beberapa santri yang lain
menyebutkan contoh – contoh dari perbuatan akhlak dengan benar”(CL:10,
hal:186)
Nilai Kedisiplinan :
Pengamatan hasil observai tanggal 1 Februari 2016:
“setiap santri yang akan masuk ke kelas, menata sandal dengan rapi di depan
kelas”(CL:7, hal:180)
Selain itu, nilai disiplin juga tercermin dalam sikap yang ditunjukkan
terus menerus yaitu:
“setiap santri yang akan mengaji instensif Iqro‟ dan Al-Qur‟an, duduk rapi
untuk mengantri giliran membaca Iqro‟ dan Al-Qur‟an ada pula yang
menunggu giliran dengan mengantrikan (menumpuk) Al-qur‟an atau buku
iqro sesuai dengan urutan kehadiran”.
Observasi pada tanggal 9 Maret 2016 :
“nilai disiplin dikelas TKAL terlihat pada saat semua santri mencatat apa yang
dituliskan oleh ustadzah di papan tulis. Tidak terlihat ada santri yang tidak
mencatat. Setelah selesai mencatat, para santri kemudian mengumpulkan
kembali buku catatan kepada ustadzah”(CL:14, hal:192-193)
83
Nilai Kemandirian:
Pengamatan di kelas TPA pada Tanggal 9 Februari 2016:
“para santri dipersilahkan untuk mengerjakan dan mecari ide diluar kelas
untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Dan sebagian santri mengerjakan
sendiri dengan serius dan tidak bergantung kepada teman atau ustadzah.
Hanya beberapa santri yang terlihat masih kebingungan dan bertanya kepada
ustadzah”(CL:12, hal:190)
Hasil pengamatan di kelas TKAL pada Tanggal 11 Maret 2016:
“para santri dengan antusias mewarnai dan menebalkan gambar ayo rajin
mengaji tanpa bantuan dari ustadzah atau teman”(CL:15, hal:194)
Berdasarkan pengamatan, secara umum nilai–nilai karakter
dintegrasikan pada keseluruhan kegiatan atau pembelajaran yang ada di
Madrasah Diniyah Alqur‟an Aisyiyah. Tidak ada nilai yang menjadi fokus
untuk dikembangkan pada suatu pembelajaran. Setiap ustadzah mengakui
bahwa tidak ada nilai khusus yang diajarkan kepada santri dan pengembangan
nilai – nilai karakter kepada santri diberikan sesuai dengan kondisi yang ada
pada saat itu.
3. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Madrasah
Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
Didalam pelaksanaan Pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo Jatimulyo, tidak terlepas dari adanya faktor yang
mendukung pelaksanaan pendidikan karakter agar dapat tersampaikan kepada
para santri seperti yang diungkapkan oleh Bapak “S” selaku direktur
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo (wawancara tanggal 9
Februari 2016) mengungkapkan bahwa:
84
“Faktor lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat sekitar. Selain itu,
lingkungan yang kita ciptakan di Madrasah dengan menciptakan suasana
yang mendukung untuk pendidikan karakter anak. Insyaallah jika anak –
anak terbiasa dengan suasana yang Islami itu akan mendukung sekali pada
pendidikan karakter anak. Pembiasaan yang Islami Insyaallah akan
baik”(CW:1, hal:123)
Ustadzah “NS” selaku pengampu kelas TQA (wawancara tanggal 27
Januari 2016) mengungkapkan bahwa:
“mungkin dari anak – anak juga. Kembali kepada anak – anak. Jadi kalau
semisal kita ustadzah sudah merasa turun semangatnya, melihat anak –
anak berangkat ke Madrasah semangatnya bangkit lagi. Dan kalau
dukungan dari atas maksudnya Direktur Madrasah, ya mendukung sekali
apapun kegiatan yang dilakukan untuk Madrasah selama baik dan positif
pasti di support”(CW:3, hal:127)
Ditambahkan pendapat dari Ustadzah “Nai” selaku pengampu kelas
TPA (wawancara tanggal 22 Januari 2016), mengungapkan bahwa:
“Faktor pendukung dari segi orang tua, jika kita ada agenda apapun
misalkan MABIT mereka mendukung, dan ada banyak agenda yang
membentuk karakter anak termasuk MABIT, taman gizi tujuan ya itu
untuk membentuk karakter anak juga. Jadi program yang ada di Madrasah
juga mendukung untuk pelaksanaan pendidikan karakter”(CW:1, hal:120)
Senada dengan itu, Ustadzah “Y” (wawancara pada tanggal 15
Februari 2016) mengungkapkan bahwa:
“Dukungan dari orang tua santri, lalu Ustadzah yang saling memberi
masukan, mendukung satu sama lain. Dari program Madrasah sendiri juga
mendukung dalam pengembangan pendidikan karakter. Taman gizi
contohnya, tahun kemarin membuat kerajinan tangan dan dibawa pulang
ke rumah. Jadi selain memberi nilai kreatif pada anak, program itu juga
bisa menarik perhatian anak untuk ikut belajar di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo”(CW:17, hal:146)
Sedangkan menurut Ustadzah “DT” pada wawancara pada tanggal 24
Januari 2016, mengungkapkan bahwa:
85
“istiqomahnya ustadz / ustadzah, motivasi, rasa suka pada anak, dorongan
pribadi, niatnya berusaha untuk niat lillahita‟ala”(CW:5, hal:131)
Tak beda jauh, Utadzah “EM” pada wawancara tanggal 24 Januari
2016 mengungkapkan bahwa:
“Solidaritas kami, dari Direktur sampai teman – teman ustadz / ustadzah
itu kalau membuat acara seperti MABIT itu kan membentuk karakter,
selalu support ya gimana caranya tenaga dikerahkan lalu alhamdulillah
dari segi dana mencukupi” (CW:4, hal:129)
Berdasarkan pernyataan–pernyataan diatas, bahwa dalam pelaksanaan
pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
memiliki faktor–faktor pendukung. Faktor yang mendukung untuk
pelaksanaan pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo yaitu lingkungan Madrasah yang Islami. Suasana yang Islami,
aman dan nyaman diciptakan oleh ustadz / ustadzah di lingkungan Madrasah
agar para santri terbiasa dengan suasana Islami yang mendukung dalam
tersampaikannya nilai – nilai karakter pada anak. Kemudian dukungan yang
diberikan oleh direktur Madrasah pada setiap kegiatan yang diadakan di
Madrasah juga merupakan faktor pendukung bagi terlaksananya pendidikan
karakter di MDAA Jatimulyo. Faktor pendukung lainnya yaitu semangat
belajar para santri yang dengan kehadiran mereka di Madrasah, membuat para
ustadzah menjadi semangat kembali untuk dapat terus mengajar dan
memberikan ilmu. Selain itu, dukungan dari orang tua / wali santri jika
Madrasah memiliki agenda, seperti MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa)
yang mengharuskan para santri menginap, orang tua santri mendukung
sehingga agenda tersebut dapat terlaksana dengan diikuti hampir seluruh
86
santri kelas TPA dan TQA. Kemudian adanya saling memotivasi antar
ustadzah sehingga dapat memberikan dorongan secara moral. Lalu, ada pula
faktor pendukung dari segi keistiqomahan para ustadzah dalam mengabdi di
Madrasah sehingga para santri mendapatkan haknya diberikan ilmu dan
dibimbing oleh ustadz / ustadzah yang dengan keihklasannya datang ke
Madrasah untuk mengabdi. Faktor pendukung pelaksanaan pendidikan
karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo yang terakhir
ialah Program yang ada di Madrasah Diniyah itu sendiri dimana tujuan
program tersebut adalah pembentukan karakter santri.
4. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Madrasah
Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
Didalam pelaksanaan Pendidikan karakter tidak hanya ada faktor
pendukung. Namun juga ada faktor yang menjadi penghambat . menurut
direktur Madrasah Diniyah Al-Qur‟an Bapak “S” (wawancara tanggal 9
Februari 2016) mengungkapkan bahwa:
“berkaitan dengan sumber daya. Beberapa ustadz / ustadzah memiliki latar
belakang pendidikan yang tidak sesuai jadi kurang mendukung secara
maksimal. Dan usia ustadz / ustadzah yang masih usia remaja yang
terkadang menjadi hambatan. Misal ustadzah A dan B kita kasih materi ini
tapi malah tidak sesuai dengan bidang yang mereka miliki di bangku
kuliah sehingga itu kadang – kadang menghambat”(Cw:2, hal:123-124)
Sedangkan menurut Ustadzah “NS” (wawancara tanggal 27 Januari
2016) mengungkapkan bahwa:
“faktor penghambatnya sebenarnya sih tidak ada yang terlalu ini ya.
Maksudnya kalau dari saya pribadi melihat mungkin faktor lingkungan
87
santri sendiri jadi ada yang orang tuanya yang tidak peduli, ngaji nggak
ngaji wes terserah. Padahal anaknya butuh di motivasi, butuh di support
gitu kan”(CW:3, hal:28)
Kemudian pernyataan dari Ustadzah “DT” ada wawancara tanggal 24
Januari 2016, mengungkapkan bahwa:
“Kurang idealnya jumlah ustadzah dengan jumlah santri yang ada untuk
dapat membentuk sebuah karakter”(CW:5, hal:131-132)
Ditambahkan dengan pendapat dari Ustadzah “Nai” selaku pengampu
kelas TPA (wawancara tanggal 22 Januari 2016), mengungapkan bahwa:
“Kalau penghambatnya sih lebih ke pengajarnya aja sih, kalau secara
kuantitas kita kurang banyak jadi anak di sini terdaftar 150 lebih kalau
misalkan kondisi tidak hujan, berangkat 3 kelas itu ada 80 anak berangkat
jika ustadzahnya yang datang hanya kira-kira 7 atau 8 itu menurut saya
kurang banget, kalau misalkan 7 ustadzah gitu ya, 1 ustadzah menghandel
10 anak itu menurut saya luar biasa jadi kita kurang tenaga disitu jadi ya
memang secara faktor penghambatnya termasuk pengajarnya gitu”(CW:1,
hal:121)
Menurut Ustadzah “EM” pada wawancara pada tanggal 24 Januari
2016, mengungkapkan bahwa:
“tentu waktu. Kan beda ya dengan pendidikan formal. Kita berangkat jam
4 pulang jam 5 itu juga sudah dipotong istirahat, harus intensif iqro dan
alqur‟an kan jadi tidak full. Terus kekurangan ustadzh/ustadzah yang
spesialisasinya membentuk karakter. Kalau jaman dulu ada
ustadza/ustadzah yang keras, harus gini harus gini, muridnya jadi sedikit
disiplin. Kalau sekarang kan agak lembut – lembut gitu”(CW:4, Hal:130)
Berdasarkan pernyataan–pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa
dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo memiliki faktor penghambat yaitu latar belakang
pendidikan ustadz/ustadzah yang tidak sesuai dengan pembelajaran di
88
Madrasah sehingga kurang begitu maksimal dalam penyampaian materi.
Kemudian, kuantitas atau jumlah ustadzah yang tidak sebanding dengan
jumlah santri juga menjadi penghambat terlaksananya proses pendidikan
karakter. Lalu ada faktor penghambat lain seperti faktor lingkungan tempat
tinggal santri yang kurang mendukung santri untuk rajin berangkat menuntut
ilmu di Madrasah. Faktor penghambat yang terakhir ialah jumlah jam
pembelajaran yang dirasa kurang untuk dapat memberikan pendidikan
karakter kepada santri secara optimal.
C. Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian, baik dari data hasil wawancara,
pengamatan dan dokumentasi yang peneliti dapatkan di lapangan, peneliti
akan melakukan pembahasan mengenai “Implementasi Pendidikan Karakter
Anak di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo”. Pembahasan
dilakukan berdasarkan pertanyaan dari rumusan masalah yang sudah
ditetapkan. Adapun yang akan dijadikan pembahasan antara lain adalah:
1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter di Madrasah
Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
a. Kurikulum Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo menggunakan
kurikulum Madrasah Diniyah Tahun 1983 yang diadaptasi dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki dasar pada ketentuan yang
89
ditetapkan dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan
dan PP No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan yang
menjelaskan bahwa pendidikan Madrasah Diniyah merupakan pendidikan
keagaman nonformal yang kehadirannya tumbuh dan berkembang
dimasyarakat. Sebagai pendidikan berbasis masyarakat, Madrasah Diniyah
diberi keleluasaan dalam modifikasi pengelolaan ataupun pelaksanaan sistem
kurikulum agar sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Sesuai dengan hal itu, Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo memilliki mata pelajaran dan jumlah jam pembelajaran yang
disesuaikan dengan kondisi Madrasah. Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo menurut kementrian Agama, masuk kedalam kategori
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah dimana pada kurikulum yang
ditetapkan oleh Kementrian Agama, kurikulum yang ditempuh dalam 4 Tahun
masa belajar dengan alokasi waktu sebanyak 18 jam pelajaran perminggu.
Namun pada pelaksanaan dilapangan, Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo hanya mampu memenuhi total waktu 3 jam pelajaran perminggu.
Hal tersebut dapat dilihat dari jadwal pembelajaran yang ada di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo. Pada masing-masing kelas yaitu
kelas TKAL, TPA, dan TQA memiliki masing - masing jadwal 3 kali
pertemuan dalam seminggu dengan alokasi waktu 1 jam setiap satu kali tatap
muka.
90
Berdasarkan observasi di lapangan, penyampaian materi yang tersusun
didalam kurikulum di ampu oleh masing – masing wali kelas kecuali mata
pelajaran intensif membaca iqro‟ dan Al-Qur‟an yang diampu khusus oleh
para ustadz dan ustadzah intensif membaca Iqro‟ dan Al-qur‟an. Hal tersebut
mengakibatkan jumlah jam pada masing-masing mata pelajaran perminggu
tidak dapat dipastikan tergantung kepada kesediaan dan kebijakan dari
masing-masing wali kelas.
Menurut wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada para
ustadzah, kurikulum yang dipakai oleh Madrasah belum memasukkan
pendidikan karakter kedalam muatan kurikulum. Namun jika dilihat dari
struktur mata pelajaran yang ada pada kurikulum yang digunakan, Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo sudah membawa kandungan
pendidikan karakter didalamnya walaupun tidak secara khusus tertulis.
Pendidikan karakter yang ada pada kurikulum Madrasah dicerminkan pada
mata pelajaran Akhlak. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh (Agus Wibowo,
2012: 27-28) bahwa menurut agama Islam, karakter berarti akhlak yang
terbentuk atas dasar prinsip “ketundukan, kepasrahan, dan kedamaian” sesuai
dengan makna dasar kata Islam. Nilai – nilai karakter yang terkandung
didalam mata pelajaran Akhlak antara lain ialah kasih sayang, sopan santun,
kedisiplinan, ikhlas, sabar, senang menolong tawadlu dan pemaaf.
91
Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa walaupun tidak secara
langsung menuliskan pendidikan karakter didalam kurikulum, namun
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo sudah memiliki struktur
kurikulum yang didalamnya mengandung nilai – nilai pendidikan karakter
yang dijabarkan pada mata pelajaran akhlak.
b. Rancangan Pembelajaran Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah
Jatimulyo
Rancangan Pembelajaran Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo mengacu kepada kurikulum yang dibuat oleh kementrian Agama.
Namun berdasarkan temuan di lapangan, rancangan pembelajaran tersebut
dibuat sesuai kebutuhan dan kesesuaian dengan kondisi Madrasah.
Menurut observasi melalui hasil wawancara sumber dan dokumentasi,
pembuatan rancangan pembelajaran dibuat setiap awal semester. Dimana para
utstadz / ustadzah dikumpulkan untuk membahas Rancangan pembelajaran
semester yang akan datang guna mengetahui materi mana saja yang sesuai dan
tidak sesuai untuk diterapkan. Pembuatan Rancangan Pembelajaran diberikan
sepenuhnya kepada wali kelas dengan membebaskan format pembuatan
rancangan pembelajaran dan muatan pelajaran apa saja yang akan diterapkan
di kelas sesuai kondisi di kelas masing – masing.
Dalam proses pembelajaran, ustadzah atau wali kelas sudah
mengembangkan nilai-nilai karakter. Ustadzah sudah memasukkan nilai - nilai
92
karakter ke dalam Rancangan Proses Pembelajaran (RPP). Hal demikian
Sesuai dengan pendapat Paul Suparno (Zubaedi, 2011 : 243) yang
mengungkapkan bahwa guru kelas harus mempersiapkan dan
mengembangkan silabus, membuat Rancangan Proses Pembelajaran dengan
memasukkan nilai karakter. Nilai – nilai yang terdapat pada RPP antara lain
kedisiplinan, hormat dan santun, kejujuran, peduli dan kemandirian yang
masuk kedalam mata pelajaran Akhlak.
c. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter Madrasah Diniyah Al-
Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
Berdasarkan observasi di lapangan, strategi pembelajaran pendidikan
karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo menggunakan
strategi pembelajaran: 1) pujian dan hadiah; 2) penugasan dan pemaknaan; 3)
strategi penegakan disiplin. Strategi tersebut sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh Muchlas Samani (2013: 144), yang mengatakan bahwa
Strategi berkaitan dengan metodologi, implementasinya pada pelaksanaan
pendidikan karakter ialah pemanduan (cheerleading), pujian dan hadiah
(praise-and-reward), definisikan dan latihkan (define-and-drill), penegakan
disiplin (forcced-formality), dan perangai bulan ini (traith of the month)
Pada kelas TQA, strategi pembelajaran pendidikan karakter
menggunakan strategi penegakan disiplin. Strategi pendidikan karakter pada
kelas TQA berdasarkan pada observasi peneliti yang dilakukan secara
93
kontinyu, Ustadzah “NS” sebagai wali kelas memberikan peraturan –
peraturan, teguran, sampai kepada hukuman kepada para santri agar santri
dapat terbiasa menaati peraturan yang ada dan mengetahui mana yang benar
mana yang salah. Seperti yang ungkapkan oleh . (Hurlock, 1999 : 75) bahwa
tiap anak harus diajarkan standar kelompok tentang yang benar dan yang
salah. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran, santriwan kelas TQA
cenderung bertingkah laku tidak sopan kepada ustadzah, seperti pada saat
ustadzah sedang menjelaskan terjemah surat Al-mu‟minun, santriwan sibuk
bermain dan mengobrol dengan teman sebangku bahkan keluar kelas tanpa
meminta izin terlebih dahulu kepada Ustadzah.
Sedangkan strategi yang digunakan pada kelas TPA ialah pujian dan
hadiah, penugasan dan pemaknaan, dan strategi penegakan disiplin. Pada
penugasan dan pemaknaan sendiri santri diberikan tugas dan diajak untuk
mengetahui makna dari masing – masing nilai pendidikan karakter beserta
contohnya sesuai dengan perkembangan kognitif dan keputusan moral masing
– masing anak sehingga dapat mengembangkan kesadaran untuk
mengimplementasikan nilai – nilai sebagai salah satu tugas perkembangan
pada anak. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Havighurst
(dalam Syamsu Yusuf, 2014 : 89).
Berdasarkan pembahasan diatas, Strategi pembelajaran pendidikan
karakter di Madrasah Diniyah Alqur‟an „Aisyiyah, hasil dan penggunaan
94
strategi pembelajaran pendidikan karakter sangat bergantung kepada masing
masing Ustadzah yang menjadi wali kelas. Pada satu kelas yaitu kelas TQA,
strategi pembelajaran penegakan disiplin yang digunakan belum cukup
optimal untuk dapat membuat santri disiplin. Namun di kelas lain, strategi
yang digunakan dapat menjadikan para santri sesuai dengan apa tujuan
penggunaan strategi pembelajaran pendidikan karakter. Strategi pembelajaran
pendidikan karakter ini disesuaikan dengan kondisi santri dan kekreatifitasan
dari masing - masing ustadzah.
d. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Kelas Madrasah Diniyah Al-
Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
Bentuk pelaksanaan pendidikan karakter pada proses pembelajaran di
kelas, walaupun berbeda–beda pada masing–masing kelas, namun ustadzah –
ustadzah selaku wali kelas sudah mengembangkan nilai–nilai karakter melalui
kegiatan spontan, kegiatan rutin, dan pengkondisian. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional
(Muchlas Samani, 2013: 146) yang menyarankan dalam pengembangan
budaya sekolah kaitan dengan pengembangan diri, meliputi kegiatan rutin,
kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Pengembangan diri dan
pembiasaan ini juga masuk kedalam struktur kurikulum Madrasah Diniyah
Takmiliyah yang ditetapkan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia
(Kementrian Agama RI, 2012 : 23)
95
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo melakukan
pengembangan nilai – nilai karakter melalui kegiatan rutin seperti mengucap
salam dan berdo‟a baik sebelum memulai pembelajaran ataupun sesudah
pembelajaran, sapa dan salim kepada ustadzah jika bertemu, membuang
sampah pada tempatnya, membiasakan santri untuk mengantri pada saat akan
setoran intensif membaca Iqro‟ dan Al-Qur‟an dengan menumpuk Iqro‟ dan
Al-Qur‟an sesuai dengan urutan kedatangan santri sampai dengan menata
sandal sebelum masuk kedalam kelas. Kegiatan rutin tersebut menjadikan
sebuah ritme pembiasaan bagi santri yang dapat membentuk karakter santri.
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Thomas Lickona yang mengatakan
bahwa “karakter kita terbentuk dari kebiasaan kita saat anak-anak biasanya
bertahan sampai remaja” (Thomas Lickona, 2013 : 50). Sedangkan untuk
kegiatan spontan, ustadzah memberikan sanksi ataupun teguran kepada santri
yang tiba – tiba menyalahi norma atau aturan dengan tujuan agar santri
menjadi disiplin dan tidak mengulangi perbuatannya yang salah. Hal tersebut
sesuai dengan tujuan pendidikan karakter yang diungkapkan oleh (Dharma
Kesuma, 2013 : 25) yaitu salah satunya ialah mengoreksi perilaku peserta
didik yang tidak bersesuaian dengan nilai – nilai yang dikembangkan oleh
sekolah. Pada pengondisian untuk pengembangan nilai – nilai karakter di
kelas, Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo menyediakan tong
sampah, tempat parkir sepeda, toliet yang bersih untuk mendukung
pengembangan nilai–nilai karakter pada santri.
96
Berdasarkan pembahasan diatas, bentuk pelaksanaan pendidikan
karakter Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo nilai–nilai
pendidikan karakter sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Pusat
Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional (Muchlas Samani, 2013: 146)
nilai–nilai karakter dikembangkan melalui kegiatan spontan, rutin dan juga
pengondisian. Pengembangan nilai – nilai pendidikan karakter berbeda pada
masing–masing kelas tergantung kepada ketegasan ustadzah dan sikap para
santri pada masing – masing kelas.
2. Nilai–Nilai Pendidikan Karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur’an
‘Aisyiyah Jatimulyo
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo di dalam
pelaksanaan pembelajarannya sudah mengandung dan mengimplementasikan
nilai–nilai pendidikan karakter yaitu: a) taqwa; b) suci; c)al-munfiqun c)
kejujuran; d) kritis, e) sehat dan bersih; f) peduli; g) hormat dan santun; h)
kedisiplinan; i) cerdas; j) gotong royong; k) Kemandirian. Nilai–nilai yang
dijabarkan tersebut sesuai dengan nilai – nilai yang diungkapkan oleh
Indonesia Heritage Foundation (Abdul Majid, 2013 : 42-43), pada grand
design pendidikan karakter (Muchlas Samani, 2011 : 51) dan sumber nilai
dalam pranata kehidupan menurut Zayadi dalam (Abdul Majid, 2013 :95-98)
Nilai–nilai pendidikan karakter yang terdapat di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo tidak terfokus kepada satu mata pelajaran atau
kegiatan. Walaupun nilai-nilai pendidikan karakter banyak terkandung dalam
97
mata pelajaran akhlak, tetapi pada pelaksanaannya, nilai – nilai karakter tetap
diberikan kepada para santri diluar mata pelajaran akhlak dengan
pengembangan dari masing-masing wali kelas. Pengembangan nilai–nilai
karakter tersebut diberikan sesuai dengan kondisi yang ada atau secara
spontan, keteladanan yang dicontohkan oleh ustadz / ustadzah, dan
pengkondisian yang dapat mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Hal
tersebut sesuai dengan Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional
(Muchlas Samani, 2013: 146) yang menyarankan empat hal dalam
pengembangan budaya dalam pengembangan diri yaitu kegiatan rutin,
kegiatan spontan, keteladanan dan pengkondisian.
3. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Madrasah
Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo terdapat faktor pendukung. Faktor pendukung
tersebut memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan pendidikan karakter di
Madrasah. Faktor pendukung tersebut yaitu: a) lingkungan Madrasah yang
Islami, aman dan nyaman yang diciptakan oleh ustadz / ustadzah di
lingkungan Madrasah; b) dukungan yang diberikan oleh direktur Madrasah
pada setiap kegiatan yang diadakan; c) semangat belajar para santri yang
membuat para ustadzah menjadi semangat untuk dapat terus mengajar dan
memberikan ilmu; d) dukungan dari orang tua / wali santri terhadap kegiatan
yang diadakan Madrasah; e) adanya saling memotivasi antar ustadzah
98
sehingga dapat memberikan dorongan secara moral; f) keistiqomahan para
ustadzah dalam mengabdi di Madrasah sehingga para santri mendapatkan
haknya diberikan ilmu dan dibimbing oleh ustadz/ustadzah yang dengan
keihklasannya datang ke Madrasah untuk mengabdi; g) Program yang ada di
Madrasah Diniyah yang memiliki tujuan untuk pembentukan karakter santri.
4. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Madrasah
Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo memiliki faktor penghambat yaitu: a) latar
belakang pendidikan ustadz/ustadzah yang tidak sesuai dengan pembelajaran
di Madrasah; b) kuantitas atau jumlah ustadzah yang tidak sebanding dengan
jumlah santri; c) faktor lingkungan tempat tinggal santri yang kurang
mendukung santri untuk rajin berangkat menuntut ilmu di Madrasah; d)
jumlah jam pembelajaran yang dirasa kurang untuk dapat memberikan
pendidikan karakter kepada santri secara optimal.
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo (MDAA Jatimulyo) menggunakan kurikulum
kurikulum Madrasah Diniyah Tahun 1983 diadaptasi dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki dasar pada ketentuan yang
ditetapkan dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional
Pendidikan dan PP No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan
Keagamaan. MDAA Jatimulyo memiliki struktur kurikulum yang
didalamnya mengandung nilai–nilai pendidikan karakter yang dijabarkan
pada mata pelajaran akhlak. Sedangkan, nilai–nilai karakter yang
terkandung didalam Rancangan Proses Pembelajaran (RPP), dibuat dan
dikembangkan oleh ustadzah / wali kelas masing–masing. Oleh karena itu,
kandungan nilai–nilai karakter yang terdapat pada masing–masing kelas
berbeda. Tergantung kepada pemilihan kesesuaian materi dan kreatifitas
dari masing–masing ustadzah / wali kelas. Kemudian untuk strategi
pembelajaran pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah yaitu strategi pujian dan hadiah, penugasan dan pemaknaan dan
100
strategi penegakan disiplin. Sedangkan pelaksanaan pendidikan karakter
pada proses pembelajaran di kelas, ustadzah / wali kelas sudah
mengembangkan nilai–nilai karakter melalui kegiatan spontan, kegiatan
rutin, dan pengondisian. Pengembangan nilai–nilai pendidikan karakter
berbeda pada masing–masing kelas tergantung kepada ketegasan ustadzah
dan sikap para santri pada masing–masing kelas.
2. Nilai karakter yang dikembangkan pada pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
ialah taqwa, suci, al-munfiqun, kejujuran, kritis, sehat dan bersih, peduli,
hormat dan santun, kedisiplinan, cerdas, gotong royong, dan kemandirian.
3. Faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo yaitu lingkungan
Madrasah yang Islami, aman dan nyaman yang diciptakan oleh ustadz /
ustadzah di lingkungan Madrasah, dukungan direktur Madrasah pada
setiap kegiatan yang diadakan, semangat belajar para santri, dukungan
orang tua / wali santri terhadap kegiatan yang diadakan Madrasah, adanya
saling memotivasi antar ustadzah, keistiqomahan para ustadzah dalam
mengabdi di Madrasah sehingga para santri mendapatkan haknya
diberikan ilmu dan dibimbing oleh ustadz/ustadzah, dan program yang
terdapat di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo.
4. Faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo yaitu latar belakang
101
pendidikan ustadz / ustadzah yang tidak sesuai dengan pembelajaran di
Madrasah, kuantitas atau jumlah ustadzah yang tidak sebanding dengan
jumlah santri, faktor lingkungan tempat tinggal santri yang kurang
mendukung, jumlah jam pembelajaran yang dirasa kurang untuk dapat
memberikan pendidikan karakter kepada santri secara optimal.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Madrasah Diniyah hendaknya lebih menyelaraskan kandungan nilai –
nilai karakter apa saja yang akan dimasukkan dan dikembangkan didalam
kurikulum atau RPP pada masing – masing kelas agar terjadi integritas
dalam pelaksanaan pendidikan karakter.
2. Madrasah Diniyah lebih mengembangkan nilai – nilai karakter yang sudah
terlaksana dengan adanya peraturan tertulis yang dapat dipatuhi oleh
seluruh warga Madrasah dan dengan pembiasaan karakter.
3. Madrasah Diniyah harus mampu megoptimalkan potensi dan kualitas
ustadz / ustadzah dengan mengadakan upgrading atau peningkatan
kualitas ustadz / ustadzah agar dapat memaksimalkan pelaksanaan
pendidikan karakter di Madrasah Diniyah.
102
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. (2013). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Agus Wibowo. (2012). Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Darmiati Zuchdi dkk. (2012). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press
Departemen Agama RI. (2003). Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah:
Pertumbuhan dan Perkembangannya. Jakarta: Departemen Agama RI
Dharma Kesuma. (2013). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Headri Amin. (2004). Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah.
Jakarta: Diva Pustaka
Heri Gunawan. (2012). Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta
Ida Rochmawati.(2012). Optimalisasi Peran Madrasah Dalam Pengembangan
Sistem Nilai Masyarakat. Diakses dari journal.umsida.ac.id/files/IdaV1.2.pdf,
pada tanggal 19 November 2015 pukul 19.25 WIB
Istingadatu Faozah. (2014). Pelaksanaan Pendidikan Karakter Melalui Program 5S
(Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) di SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan
Sedau Kabupaten Bantul. Skripsi: UNY
Joesoef Soelaiman. (2004). Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara
John W Santrock. (2007). Perkembangan Anak. Edisi Kesebelas Jilid 2. (Alih bahasa:
Mila Rahcmawati S.Psi, & Anna Kuswanti). PT Gelora Asmara
KBBI. (2015). Pengertian Karakter. Diakses dari http://kbbi.web.id/karakter.html,
pada tanggal 8 November 2015 pukul 08.57 WIB
KBBI. (2016). Pengertian Implementasi. Diakses dari
http://kbbi.web.id/implementasi pada tanggal 11 Mei 2016 pukul 20.57 WIB
Kemendiknas. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta:
Kemendiknas
103
Kementrian Agama Republik Indonesia. (2012). Pedoman Penyelenggaraan
Madrasah Diniyah. Jakarta : Kementrian Agama Republik Indonesia
Kajian Teori. (2015) Diakses dari digilib.uinsby.ac.id/571/3/Bab%202.pdf, pada
tanggal 24 November 2015 pukul 20.34 WIB
Liputan 6. (2015). Bocah Kelas 2 SD di Jakarta Tewa di Aniaya Teman Sekelasnya.
Diakses dari m.liputan6.com/tv/read/2321263/bocah-kelas-2-sd-di-jakarta-
tewas-dianiaya-teman-sekelasnya, pada tanggal 31 Oktober 2015 pukul 19.38
WIB
. Lagi Siswa SD Tewas di Aniaya Kakak Kelasnya di Sekolah. Diakses
dari m.liputan6.com/news/read/2046447/lagi-siswa-sd-tewas-dianiaya-kakak-
kelasnya-di-sekolah, pada tanggal 31 Oktober 2015 pukul 19.40 WIB
Masnur Muchlis. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta : Bumi Aksara
Merdeka. (2015). Tenggelamkan Teman Karena Uang Rp.1000. Diakses dari
m.merdeka.com/peristiwa/ini-kasus-kasus-anak-sd-bunuh-
temannya/tenggelamkan-teman-karena-uang-rp-1000.html, pada tanggal 31
Oktober 2015 pukul 19.34 WIB
Muchlas Samani, & Hariyanto. (2013). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nasution, S. (2002). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara
Nurul Zuriah. (2011). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Konstektual dan Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara
Redaksi Sinar Grafika. (2003). Undang – Undang Republik Indonesia Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika
Saptono. (2011). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter Wawasan, Strategi, dan
Langkah Praktis. Salatiga: Penerbit Erlangga
Sike Mart Riskartd. (2012). Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SD Negeri Keputran
VII Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi: UNY
Sudjana. (2004). Pendidikan Nonformal: Wawasan, Sejarah, Perkembangan, Filsafat
& Teori Pendukung, Serta Asas. Bandung: Falah Production
104
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kulatitatif. Bandung: Alfabeta
Syamsu Yusuf. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
. (2014). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Thomas Lickona. (2013). Character Matters (Persoalan Karakter). Jakarta: PT Bumi
Aksara
Tim. (2014). Buku Profil dan Panduan Akademik 2014 Madrasah Diniah Al-Qu’an
‘Aisyiyah Jatimulyo. Yogyakarta
Tinjauan Tentang Belajar di Madrasah Diniyah. (2015). Diakses dari
digilib.uinsby.ac.id./571/3/Bab%202.pdf, pada 19 November 2015 pukul
19.31 WIB
Umberto Sihombing. (2001). Pendidikan Luar Sekolah: Masalah, Tantangan, dan
Peluang. Jakarta: CV Wirakasa
Vibriyanthy, R., &Fauziah, P. (2014). IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
KARAKTER DI HOMESCHOOLING KAK SETO YOGYAKARTA.
JurnalPendidikandanPemberdayaanMasyarakat, 1(1), 75 - 85. Retrieved
from http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm/article/view/2358
Virgayani Fatah. (2015). Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak Sebuah Pencapaian Terhadap Hak Asasi Anak. Makalah Peserta Training Tingkat Lanjut Rule Of Law dan Hak Asasi
Manusia Bagi Dosen Hukum dan Ham. Jakarta: Pusham UII. Diakses dari
http://pusham.uii.ac.id/files.php?type=art&lang=id&id=327, pada 24
November 2015 pukul 20.41 WIB
Zainal Aqib, & Sujak. (2011). Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung:
Penerbit Yrama Widya
Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
106
Lampiran 1. Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
ANAK DI MADRASAH DINIYAH AL-QUR’AN ‘AISYIYAH JATIMULYO
KRICAK YOGYAKARTA
Hari / Tanggal :
Lokasi :
Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia
No Aspek yang diamati Kegiatan Pernyataan
Keterangan Ada Tidak
1. Lingkungan Fisik Letak dan kondisi
lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Quran
Aisiyah Jatimulyo
2. Struktur Kepengurusan Daftar struktur
kepengurusan
3. Sarana dan Prasarana
penunjang Pendidikan
Karakter
a. Penggunaan
kurikulum yang
didalamnya terdapat
nilai – nilai karakter.
b. Penggunaan
rancangan
pembelajaran yang
didalamnya terdapat
nilai – nilai karakter.
4. Komponen Lembaga
a. Direktur 1) Pengarahan kepada
107
Madrasah
Diniyah Al-
qur‟an Aisiyah
Ustadz dan Ustadzah
agar pelaksanaan
pembelajaran sesuai
dengan kurikulum dan
rancangan
pembelajaran yang
ada.
2) Pemberian motivasi
kepada Ustadz dan
Ustadzah dalam
pelaksanaan
pendidikan karakter
3) Penetapan kebijakan
terhadap kejadian
maupun masalah yang
bersangkutan dengan
pelaksanaan
pendidikan karakter
b. Ustadz /
Ustadzah
1) Pelaksanaan
pembelajaran
pendidikan karakter
sesuai dengan
kurikulum dan
rancangan
pembelajaran.
2) Pelaksanan proses
pembelajaran dengan
mengembangkan nilai
108
– nilai karakter
3) Pemberian motivasi
kepada santri untuk
mengimplementasi
dan mengembangkan
nilai karakter dalam
kehidupan sehari –
hari
c. Santri
1) Aktif mengikuti
proses pembelajaran
2) Menerapkan nilai –
nilai karakter yang
diajarkan
5. Upaya pengembangan
karakter
1) Kegiatan rutin
2) Kegiatan Spontan
3) Keteladanan
4) Pengkondisian
5.
Strategi Pendidikan
Karakter
1) Pemanduan
2) Pujian dan hadiah
3) Definisikan dan
latihkan
4) Penegakan Disiplin
5) Perangai Bulan ini
109
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi
Pedoman Dokumentasi Implementasi Pendidikan Karakter Anak di Madrasah
Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah Jatimulyo, Kricak, Yogyakarta
1. Melalui arsip tertulis
a. Sejarah berdiri Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
b. Visi dan Misi Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
c. Struktur kepengurusan Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
d. Kurikulum Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
e. Rancangan Proses Pembelajaran Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo
2. Arsip Daftar prestasi santri Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
3. Foto
a. Gedung atau tampak fisik Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo
b. Fasilitas yang dimiliki oleh Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo
c. Pelaksanaan kegiatan dan pembelajaran pendidikan karakter Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
4. Rekaman Audio wawancara direktur Madrasah, ustadzah, dan santri
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
110
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Ustadz / Ustadzah
Pedoman Wawancara Dengan Ustadz/Ustadzah
Pedoman Wawancara
Narasumber : …………………………………………
Lokasi : …………………………………………
Hari/tanggal : …………………………………………
1. Apa yang Ustadz/Ustadzah ketahui tentang Pendidikan Karakter?
2. Apakah pendidikan karakter sudah dimasukkan kedalam kurikulum
pembelajaran?
3. Apakah didalam rancangan pembelajaran sudah mengandung nilai – nilai
pendidikan karakter?
4. Strategi pembelajaran seperti apa yang digunakan oleh Ustadz/Ustadzah
didalam pelaksanaan pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Al-quran
Aisiyah?
5. Menurut Ustadz/Ustadzah, seberapa pentingkah pendidikan karakter perlu
diterapkan pada pembelajaran di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah?
6. Nilai – nilai apa saja yang sudah ditanamkan dan dikembangkan di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo?
7. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Alqur‟an Aisiyah?
8. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di Madrasah Diniyah Alqur‟an Aisiyah?
111
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Santri
Pedoman Wawancara Dengan Santri
Pedoman Wawancara
Narasumber : …………………………………………
Lokasi : …………………………………………
Hari/tanggal : …………………………………………
1. Apa saja karakter / nilai yang diperkenalkan dan diberikan oleh
Ustadz/Ustadzah?
2. Menurut pendapat kamu, apa saja contoh perilaku yang mencerminkan
karakter baik di lingkungan Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah?
3. Apakah kamu sudah melakukan salah satu dari nilai/karakter itu di lingkungan
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah?
112
Lampiran 5. Hasil Observasi
HASIL OBSERVASI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK
DI MADRASAH DINIYAH AL-QUR’AN ‘AISYIYAH JATIMULYO,
KRICAK, TEGALREJO, YOGYAKARTA
Lokasi : Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo, Kricak,
Tegalrejo, Yogyakarta
Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia
No Aspek yang
diamati Kegiatan
Pernyataan Keterangan
Ada Tidak
1. Lingkungan
Fisik
Letak dan kondisi
lingkungan
Madrasah
Diniyah Al-Quran
Aisiyah Jatimulyo
√ Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo berdiri pada
tanggal 12 Agustus 1992.
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah dirintis dan didirikan
„Aisyiyah ranting Jatimulyo
sebagai salah satu bentuk usaha
dalam hal pendidikan dan
dakwah. Madrasah Diniyah ini
secara struktural berada dibawah
struktur organisasi „Aisyiyah
ranting Jatimulyo. Diawal Tahun
2002 Pimpinan Muhammadiyah
113
Tegalrejo mengamanahkan tanah
yang berlokasi di Jatimulyo RT
12 RW 03, kepada „Aisyiyah
ranting Jatimulyo untuk
dimanfaatkan sebagai gedung
Madrasah Diniyah Al-qur‟an
„Aisyiyah (MDAA) Jatimulyo.
2. Struktur
Kepengurus
an
Daftar struktur
kepengurusan
√ Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo memiliki
struktur kepengurusan dari
Penanggung jawab, Direktur,
Bendahara, Sekretaris, Sie
Kurikulum dan staff pengajar
tetap. Struktur kepengurusan ini
tercantum dalam Buku Profil dan
Panduan Akademik 2014 MDAA
Jatimulyo dan terpasang pada
tembok kantor Madrasah.
3.
Sarana dan
Prasarana
penunjang
Pendidikan
Karakter
a. Visi dan Misi √ Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah adalah “Terwujudnya
generasi Qur‟ani, yang berakhlak
mulia dan berlandaskan Al-
Qur‟an dan As-Sunnah”.
Landasan filosofi visi tersebut
114
adalah upaya untuk
menghasilkan kualitas
pendidikan yang kompeten
sehingga kelak akan
menghasilkan generasi penerus
Islam yang handal dan
berkualitas. Dan Misi
“Mewujudkan santri yang
beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT serta memiliki ilmu
pengetahuan Agama Islam yang
mumpuni, meningkatkan
profesionalisme kinerja pengurus
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo”
b. Penggunaan
kurikulum
yang
didalamnya
terdapat nilai
– nilai
karakter.
√ Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah memiliki struktur
kurikulum yang didalamnya
mengandung nilai – nilai
pendidikan karakter yang
dijabarkan pada mata pelajaran
akhlak
115
c. Penggunaan
rancangan
pembelajaran
yang
didalamnya
terdapat nilai
– nilai
karakter.
√ Ustadzah sudah memasukkan
nilai - nilai karakter ke dalam
Rancangan Proses Pembelajaran
(RPP). Dalam pengembangan
nilai – nilai pendidikan karakter
yang akan dituliskan pada RPP,
bergantung kepada masing –
masing ustadzah sebagai wali
kelas.
d. Nilai – nilai
yang
dikembangkan
√ Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah di dalam pelaksanaan
pembelajarannya sudah
mengandung dan
mengimplementasikan nilai –
nilai pendidikan karakter yaitu:
a) kejujuran; b) kritis, c) sehat
dan bersih; d) peduli; e) hormat
dan santun; f) kedisiplinan; g)
cerdas; h) gotong royong; i)
Kemandirian; j) taqwa; k)suci;
l)al-munfiqun.
4. Komponen
Lembaga
a. Direktur
Madras
ah
Diniyah
Al-
1) Pemberian
motivasi
kepada Ustadz
dan Ustadzah
dalam
√ Peneliti pengamatan dan
wawancara kepada beberapa
ustadzah, Direktur Madrasah
sering memberikan wejangan –
wejangan, semangat dan
116
Qur‟an
Aisiyah
pelaksanaan
pendidikan
karakter
dukungan kepada ustadzah dalam
pelaksanaan kegiatan di
Madrasah. Direktur Madrasah
terlihat akrab dengan para
ustadzah sehingga tidak
terlihaada batas antara ustadzah
dan direktur Madrasah.
2) Penetapan
kebijakan
terhadap
kejadian
maupun
masalah yang
bersangkutan
dengan
pelaksanaan
pendidikan
karakter
√ Berdasarkan wawancara yang
peneliti lakukan dengan ustadzah
dan konfirmasi dengan Direktur
Madrasah sendiri, Direktur
memberikan kebijakan dengan
menjadi penengah antara pihak
Madrasah dengan orang tua
santri terhadap kasus dimana
santri kedapatan mencuri uang
kas kelas. Direktur
memberitahukan kepada rang tua
santri tentang apa yang terjadi
dan menawarkan solusi dan
bermusyawarah dengan orang tua
santri agar santri dapat mengakui
kesalahannya dan tidak
dikeluarkan dari Madrasah.
117
d. Ustadz /
Ustadza
h
4) Pelaksanaan
pembelajaran
pendidikan
karakter
sesuai dengan
kurikulum dan
rancangan
pembelajaran.
√ Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah memiliki struktur
kurikulum yang didalamnya
mengandung nilai – nilai
pendidikan karakter yang
dijabarkan pada mata pelajaran
akhlak. Ustadzah juga sudah
memasukkan nilai - nilai karakter
ke dalam Rancangan Proses
Pembelajaran (RPP).
5) Pelaksanan
proses
pembelajaran
dengan
mengembangk
an nilai – nilai
karakter
√ Ustadzah sudah mengembangkan
nilai-nilai karakter dalam proses
pembeljaran. Nilai – nilai
karakter dikembangkan melalui
kegiatan spontan, rutin dan juga
pengondisian. Pengembangan
nilai – nilai pendidikan karakter
berbeda pada masing – masing
kelas tergantung kepada
ketegasan ustadzah dan sikap
para santri pada masing – masing
kelas.
6) Pemberian
motivasi
kepada santri
untuk
mengimpleme
ntasi dan
√ Pengamatan pada masing –
masing kelas, ustadzah sudah
memotivasi santri untuk dapat
menerapkan nilai – nilai karakter
seperti nilai kejujuran,
kedisiplinan, hormat dan santun
118
mengembangk
an nilai
karakter
dalam
kehidupan
sehari – hari
dalam kehidupan sehari – hari.
Hal tersebut juga diupayakan
dengan adanya buku monitoring
dan evaluasi santri yang
didalamnya terdapat cheklist
kegiatan harian santri dan
perbuatan baik apa yang
dilakukan santri dalam satu hari.
e. Santri 6) Aktif
mengikuti
proses
pembelajaran
√ Dari 3 kelas yang peneliti amati,
terdata 2 kelas yaitu kelas TKAL
dan TPA yang hampir
keseluruhan santri aktif
mengikuti pembelajaran dilihat
dari presensi kehadiran santri
yang terdata jarang absen dan
bagaimana santri
memperhatikan, menjawab dan
mengikuti proses belajar sampai
akhir.
7) Menerapkan
nilai – nilai
karakter yang
diajarkan
√ Berdasarkan pengamatan
dilapangan, wawancara kepada
santri dan data lain yang
diperoleh, santri sudah
menerapkan nilai – nilai karakter
yang diajarkan seperti nilai
kedisiplinan, hormat dan santun,
kejujuran, dan nilai peduli.
5. Strategi 1) Pemanduan √ Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
119
Pendidikan
Karakter
„Aisyiyah Jatimulyo tidak
menggunakan strategi
pemanduan. Ini terlihat dengan
tidak adanya poster – poster yang
berisikan penanaman nilai
karakter.
2) Pujian dan
hadiah
√ Strategi pujian dan hadiah yang
digunakan oleh ustadzah “NAI”
selaku wali kelas dalam
pendidikan karakter di kelas TPA
ialah dengan cara memberikan
kupon prestasi yang bertuliskan
“Selamat! Kamu telah berhasil
mendapatkan kupon prsetasi
karena akhlak baik dan
prestasimu”. Kupon prestasi ini
diberikan kepada para santri yang
memiliki kriteria rajin berangkat,
memiliki nilai atau prestasi yang
baik dan berbuat / beramal baik.
Setiap santri yang
mengumpulkan kupon sejumlah
target yang telah disetujui
bersama sebelumnya, para santri
akan memperoleh hadiah dari
ustadzah berupa alat tulis
ataupun mug
3) Penugasan √ Santri diberikan tugas dan diajak
120
dan
pemaknaan
untuk dapat memahami apa arti
dari masing – masing nilai kasih
sayang, disiplin, jujur, adil,
rendah hati dan sopan santun
disertai dengan menuliskan
contoh nyatanya sesuai dengan
perkembangan kognitif dan
keputusan moral masing –
masing anak.
4) Penegakan
Disiplin
√ Ustadzah menggunakan strategi
penegakan disiplin dengan cara
membuat peraturan dengan
kesepakatan bersama santri.
Bukan hanya ustadzah yang
berperan mengingatkan tentang
kedisiplinan kepada snatri namun
santri juga saling menjaga dan
mengingatkan temannya tentang
kedisiplinan.
5) Perangai
Bulan ini
√ Madrasah Diniya Al-Qur‟an
„Aisyiyah tidak memfokuskan
pengembangan nillai karakter
6.
Pengemban
gan Nilai
Karakter
1) Kegiatan
Rutin
√ Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah melakukan
pengembangan nilai – nilai
karakter melalui kegiatan rutin
seperti mengucap salam dan
berdo‟a baik sebelum memulai
121
pembelajaran ataupun sesudah
pembelajaran, sapa dan salim
kepada ustadzah jika bertemu,
membuang sampah pada
tempatnya, membiasakan santri
untuk mengantri pada saat akan
setoran intensif membaca Iqro‟
dan Al-Qur‟an dengan
menumpuk Iqro‟ dan Al-Qur‟an
sesuai dengan urutan kedatangan
santri sampai dengan menata
sandal sebelum masuk kedalam
kelas.
2) Spontan √ Ustadzah memberikan sanksi
ataupun teguran kepada santri
yang tiba – tiba menyalahi norma
atau aturan dengan tujuan agar
santri menjadi disiplin dan tidak
mengulangi perbuatannya yang
salah.
3) Keteladanan √ Ustadz dan ustadzah Madrasah
sebagai teladan bagi para santri
dengan datang tepat waktu,
memakai pakaian yang rapi dan
sopan, bertutur kata halus dan
sopan dan mengucapkan salam
kepada sesama.
122
4) Pengondisian √ Pada pengondisian untuk
pengembangan nilai – nilai
karakter di kelas, Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
menyediakan tong sampah,
tempat parkir sepeda, toliet yang
bersih untuk mendukung
pengembangan nilai – nilai
karakter pada santri.
123
Lampiran 6. Catatan Wawancara
Catatan Wawancara 1
Narasumber : Nur Aisyah Ihsanunnisa/Wali Kelas TPA
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Hari/tanggal : 22 Januari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang Ustadz/Ustadzah
ketahui tentang Pendidikan
Karakter?
“Pendidikan karakter itu pendidikan yang bisa
membentuk karakter anak. Jadi maksudnya gini
pendidikan karakter bukan sekedar teori aja tapi
bener – bener kita sudah memberikan teladan
anak melihat dan mencontoh. Itu pendidikan
karakter seperti itu”.
2 Apakah pendidikan karakter
sudah dimasukkan kedalam
kurikulum pembelajaran?
“Belum, karena gini ya pelan-pelan sebenernya
masuk ke ranah kurikulumnya pelan-pelan
karena saya melihat anak-anak tu bebannya
sudah terlalu berat disekolah banyak materi
yang diterima disinipun banyak materi juga jadi
kita pelan-pelan masukinnya pendidikan
karakter sebagai kewajiban kalau secara materi
sih belum tapi secara pelaksanaan kita udah
kayak ngasih teladan, ngasih contoh, ke
peraturan-peraturannya jadi masuk ke
kurikulum belum dan kami kan masih
menggunakan kurikulum dari kementrian
Agama, namun setiap kelas berbeda-beda untuk
materi di setiap mata pelajaran yang akan
diajarkan karena tergantung wali kelas“
124
3 Apakah didalam rancangan
pembelajaran sudah
mengandung nilai – nilai
pendidikan karakter?
“Disini kan pendidikan agama terus nonformal
jadi kita basicnya ya agama nhah maksudnya
memberikan materinya juga agama kalau kita
dari silabus yang sudah dirumuskan kita ambil
yang pas sama kondisi sini, ketika sudah pas ya
sudah tinggal diterapkan jadi kita setiap
semester merevisi silabus tapi secara tekhnis
maksudnya ketika sudah pembelajaran itu ya
kita memberikan contoh yang baik kayak gitu
misalkan dari disiplin aja sebenernya kayak
peraturan anak masuk, sendalnya sudah ditata
sebenernya harusnya sudah begitu, sebenernya
keterbatasan juga sih sudah mengingatkan
anaknya tetapi masih ada beberapa anak yang
masih asal aja tapi sebenernya sudah
diterapkan, terus kalau masuk jabat tangan sama
ustadzahnya dulu sebenarnya sudah diterapkan
juga terus “
4 Strategi pembelajaran seperti
apa yang digunakan oleh
Ustadz/Ustadzah didalam
pelaksanaan pendidikan
karakter di Madrasah
Diniyah Al-quran Aisiyah?
“Kalau aku, sebenernya campur, mix disiplin
iya, ngasih hadiah juga itu salah satu strategi
buat anak ini ya, maksudnya kemotivasi buat
berbuat baik gitu mba. Terus kalau menurutku
anak contoh akhir-akhir ini anak bener-bener di
luar kendali jadi penegakan disiplin contohnya
aku tanyain, dek mau pilih di hukum atau
ketemu sama pak Sadiran? Maksudnya gini,
biar anak itu sadar sama kesalahannya dikasih
nasihat sama pak Sadiran atau aku kasih
125
hukuman hafalan”.
5 Menurut Ustadz / Ustadzah,
seberapa pentingkah
pendidikan karakter perlu
diterapkan pada
pembelajaran di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Penting banget soalnya menurut saya
pendidikan karakter ini sebenarnya kan kaitan
akhlak dari anak-anak jadi ini lebih ke
kaitannya dua sisi mata uang. Yang perlu
dibenahi itu akidah anak gitu, akidah anak kuat
jadi isnyaallah akhlaknya baik dalam agama
islam ini adalah hal yang penting. Kita perlu
kuatkan iman dulu, jadi imannya kuat, akhlak
juga baik”
6 Nilai – nilai apa saja yang
sudah ditanamkan dan
dikembangkan di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo?
“Kalau nilai- nilai sih lebih ke kayak
kebersihan, misalnya anak tu menjaga
kebersihan, saya mengajarkan disiplin
maksudnya misalkan anak terlambat anak harus
punya alasannya kalau alasannya misalnya
ketiduran gitu ya, nanti siap kena hukuman gitu
tapi hukumannya gak parah sih paling cuma
saya suruh hapalan kalau engga dia gak
sanggup hapalan paling didenda. Selain itu,
kejujujuran kalau ada apa-apa cerita, dan
enggak mengambil hak orang lain kalau bukan
milikmu jangan diambil”
7 Faktor apa saja yang menjadi
pendukung dalam
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
“Dari segi orang tua , orang tua tu udah kalau
kita ada agenda apapun misalkan kayak
MABIT, jadi ada banyak agenda yang
membentuk karakter anak termasuk MABIT,
Taman gizi orang tua tuh support banget. Dan
sebenernya ada beberapa kegiatan yang tujuan
126
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
ya itu untuk membentuk karakter anak kayak
MABIT itu”
8 Faktor apa saja yang menjadi
penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
“Kalau penghambatnya sih lebih ke
pengajarnya aja sih, kalau secara kuantitas kita
kurang banyak. Secaraaa jadi anaknya tu di sini
terdaftar 150 lebih kalau misalkan kondisi gak
hujan berangkat 3 kelas itu ada 80 anak
berangkat ada, ustadzahnya yang datang hanya
kira-kira 7 atau 8 itu menurut saya kurang
banget, kalau misalkan 7 ustadzah gitu ya
menghandel, 1 ustadzah mengahndel 10 anak
itu menurut saya luar biasa jadi kita kurang
tenaga disitu jadi ya memang secara faktor
penghambatnya termasuk pengajarnya gitu.
Tapi dari segi fasilitas insyaallah engga
terhambat”
127
Catatan Wawancara 2
Narasumber : Sadiran / Direktur MDAA Jatimulyo
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Hari/tanggal : 9 Februari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang Ustadz/Ustadzah
ketahui tentang Pendidikan
Karakter?
“Menurut bapak, itu ini ya pendidikan ke
akhlakul karimah. Pendidikan yang
mengajarkan akhlak yang baik bagi anak – anak
untuk bisa menganu ini ya karakter anak supaya
bisa menjadi karakter yang baik”.
2 Apakah pendidikan karakter
sudah dimasukkan kedalam
kurikulum pembelajaran?
“Ini ya, kami kan mengikuti kurikulum dari
pusat, jadi saya kira ini ini secara gamblang
pendidikan karakter belum dimasukkan namun
dalam mata pelajaran yang ada dikurikulum
seperti akhlak, nhah itu pengembangannya saya
kira berkaitan dengan pendidikan karakter
namun karena melihat kondisi santri yang pada
pagi sampai siang hari sudah memiliki
kewajiban dengan bersekolah dan para ustadz
dan ustadzah yang memiliki pekerjaan diluar
tugas madrasah, kami belum bisa melaksanakan
kurikulum sesuai dengan alokasi waktu
pembelajaran yang diatur dalam kurikulum
kementrian agama”.
3 Apakah didalam rancangan
pembelajaran sudah
mengandung nilai – nilai
pendidikan karakter?
“Mungkin sudah ya, ini bapak ngga bisa jawab
secara ini ya secara tepatnya karena kalau
masalah rancangan pembelajaran memang
merupakan kewajiban dan memang dibuat oleh
128
masing – masing wali kelas. Tapi bapak melihat
dan mengamati sudah ya”.
4 Menurut Ustadz / Ustadzah,
seberapa pentingkah
pendidikan karakter perlu
diterapkan pada
pembelajaran di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Penting sekali karena itu berkaitan dengan
nanti ee jadi konten yang akan kita capai karena
kebetulan kita visi dan misi menjadikan anak
santri menjadi sholeh dan sholehah, maka
pendidikan karakter sangat berkaitan. Terutama
tetang masalah akidah dan akhlaknya harus
betul-betul tanamkan”
5 Nilai – nilai apa saja yang
sudah ditanamkan dan
dikembangkan di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo?
“Sopan santun terhadap santri, orang tua
kemudian juga ada disiplin, tanggung jawab,
tenggang rasa sudah diajarkan saya lihat
beberapa sudah apalagi kelas TQA dan TPA”.
6 Faktor apa saja yang menjadi
pendukung dalam
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
“Ini ya, faktor lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat sekitar jadi mungkin tetangga –
tetangga dan mungin lingkungan sekolah santri
, lingkungan yang kita ciptakan di Madrasah
dengan menciptakan suasana yang mendukung
sekali untuk pendidikan karakter anak.
Insyaallah jika anak – anak terbiasa dengan
suasana yang Islami itu akan mendukung sekali
pada pendidikan karakter anak. Pembiasaan
yang Islami Insyaallah akan baik”
7 Faktor apa saja yang menjadi
penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
“Berkaitan dengan sumber dayanya ya. Jadi
memang beberapa dari ustadz / ustadzahnya
latar belakang pendidikannya tidak sesuai jadi
kurang mendukung secara maksimal. Dan
129
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
ustadzh / ustadzahnya masih usia remaja itu
yang kadang – kadang memang ada hambatan.
Misal ustadzah A dan B kita kasih materi ini
tapi malah tidak sesuai dengan bidang yang
mereka miliki di bangku kuliah sehingga itu
kadang – kadang menghambat”
130
Catatan Wawancara 3
Narasumber : Nur Siti/Wali kelas TQA
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Hari/tanggal : Rabu/27 Januari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang Ustadz/Ustadzah
ketahui tentang Pendidikan
Karakter?
“Pendidikan yang untuk mengenalkan jati diri
pada anak, lebih ke antar personal ya untuk
anak jadi seperti apa”.
2 Apakah pendidikan karakter
sudah dimasukkan kedalam
kurikulum pembelajaran?
“Kalau dari kurikulum itu memang kalau
khususnya pendidikan karakter belum ada. Ini
yaaa Kalau kurikulum sebagai acuan kita.
Namun melihat kondisi di lapangannya
mungkin gak bisa misalkan di kurikulum anak
usia TQA harus hafal 30 juzz sedangkan
dilapangan sendiri tidak bisa. Untuk itu jadi
memang kurikulum jadi bahan panduan tapi
untuk pelaksanaannya, kita fleksibel. Kalau
untuk kelas saya sendiri seperti itu. Tapi di
kami, di Madrasah kami itu masing – masing
kelas dipembelajarannya sudah mempunyai apa
ya, pendidikan karakter masing – masing itu
salah satu contohnya sini kan ada tingkatannya
jadi ada kelas playgroup, TK, SD, kelas berapa
– berapa anak dipisahkan yang itu dengan
tujuan membentuk karakter anak.
3 Apakah didalam rancangan
pembelajaran sudah
“Sudah, kalau dari pengurus kami kan biasanya
ada memang pertemuan rutin untuk membahas
131
mengandung nilai – nilai
pendidikan karakter?
tentang materi atau kurikulum yang akan
diberikan seperti itu jadi tiap semester kita
merevisi silabus untuk membuat rancangannya
sebelum mulai pembelajaran setelah semesteran
jadi nanti itu kewajiban masing – masing wali
kelas ya jadi misalkan nanti anak playgroup
sampai TK gitu ya materi yang mau
disampaikan apa kalau TK itu lebih ke banyak
mendengar dan banyak melihat jadi disitu
pendidikan karakternya mungkin lebih
ditekankan kepada mereka mendengar, mereka
menirukan melihat”.
4 Strategi pembelajaran seperti
apa yang digunakan oleh
Ustadz/Ustadzah didalam
pelaksanaan pendidikan
karakter di Madrasah
Diniyah Al-quran Aisiyah?
“Strategi pembelajaran dari kelas saya itu
strategi pembelajaran terutama untuk menarik
dulu ya karena disini kan yang istilahnya yang
paling sulit ibaratnya paling kritis santrinya
memang kelas saya ya. Lebih ke menarik dulu,
biar mereka tertarik mengaji itu seperti apa
nhah untuk pembelajarannya sendiri saya tidak
me apa ya saya tidak terus memberikan materi
materi dan materi nanti takutnya ana – anak
bosan ya sekedar permainan atau apa yang jelas
yang saat ini anak – anak tertarik gitu lhah”.
5 Menurut Ustadz / Ustadzah,
seberapa pentingkah
pendidikan karakter perlu
diterapkan pada
pembelajaran di Madrasah
“Penting sekali karena kalau misalkan anak
diusia segitu apalagi kelas saya rawan-
rawannya ya itu kan mereka udah kenal
pergaulan luar ibaratnya gitu mainannya bukan
mainan yang anak – anak lagi apalagi yang
132
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
sudah SMP jadi penting sekali ketika diusia
seperti ini diberikan masukan ya itu pendidikan
karakter jadi untuk bekal mereka kedepannya
gitu lho”.
6 Nilai – nilai apa saja yang
sudah ditanamkan dan
dikembangkan di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo?
“Aklhak. Karena anak – anak sekarang lain,
sama orang sekarang ceplas – ceplos ya ngeyel,
ya mbantah, maksudnya sekarang udah jarang
nemuin anak yang bener – bener akhlaknya baik
sekarang susah banget. Jadi kami lebih
menekankan ke akhlaknya ketika mereka
bertemu dengan pengajarnya seperti apa, terus
waktu di dalam kelas, akhlak belajar, akhlak
ketika beribadah”.
7 Faktor apa saja yang menjadi
pendukung dalam
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
“Mungkin dari anak – anak juga. Kembali ke
anak – anak. Jadi kalau misal kita ngrasa duh
kok gak bisa ya, kita kadang turun
semangatnya. ngliat anak – anak jadi
semangatnya tu bangkit lagi. Jadi semangat
anak – anak datang ngaji, kitanya semangat.
Kalau dari MDAA, sarpras dan kalo dari atas
maksudnya direkturnya ya mendukung sekali
segala apapun yang dilakukan untuk MDAA dis
support kegitan apapun selama itu baik positif
untuk kemajuan anak – anak dan madrasah pasti
disupport”.
8 Faktor apa saja yang menjadi
penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran
“Faktor penghambatnya sebenarnya sih tidak
ada yang terlalu ini ya. Maksudnya kalau dari
saya pribadi melihat mungkin faktor lingkungan
133
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
anak - anak sendiri jadi ada yang orang tuanya
yang gak peduli, ngaji nggak ngaji wes terserah.
Padahal anaknya butuh di apa ya di motivasi, di
support gitu kan. Padahal anaknya rajin, pintar.
134
Catatan Wawancara 4
Narasumber :Ema Mardani / Ustadzah pengampu Intensif membaca Iqro‟ / Al-
Qur‟an
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Hari/tanggal : Rabu /24 Januari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut Ustadz / Ustadzah,
seberapa pentingkah
pendidikan karakter perlu
diterapkan pada
pembelajaran di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Tentu saja itu sangat penting ya. Yo apa
gunanya sih punya ilmu tinggi tapi kita tu tetep
karakternya jelek itu kan sama aja lebih baik itu
ilmunya rendah tapi akhlak baik. Soalnya ilmu
kan bisa kita upgrade setiap saat tapi kalau
karakter udah susah dibentuk kalau engga dari
kecil”.
2 Nilai – nilai apa saja yang
sudah ditanamkan dan
dikembangkan di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo?
“Tentu sek jelas sik salaman mau mba, sopan
santun, terus sama kami ustadz ustadzahnya
mereka menghormati sama guru kalau ngomong
sopan.sama teman juga harus peduli. Kalau
kemarin itu nek tak lihat misale ada temen yang
gak bawa pensil kan dipinjemin nhah itu contoh
kecil, peka terhadap leingkungan sekitar”.
3 Faktor apa saja yang menjadi
pendukung dalam
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
“Faktor pendukungnya itu eee tentu itu mba
solidaritas kami ya dari pak Sadiran, bu Siti
sampek ke temen – temen itu kalo bikin acara
kayak MABIT itu kan mbentuk karakter ya
mbak mereka selalu support ya gimana caranya
tenaganya dikerahkan njuk alhamdulillah ddari
segi dana yo alhamdulillah mencukupi gimana
carane”.
135
4 Faktor apa saja yang menjadi
penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
“Tentu waktu. Eee kan beda yo mbak yo kalo
sekolah itu berapa jam yo 7 atau 6 jam. Kalau
kita kan brangkat jam 4 pulang jam 5 itu aja
udah dipotong istirahat itu kan gak full gitu hloo
tentu waktu yang menghambat. Terus itu
menurutku juga kurang ustadzahnya sing
maksudnya spesialisasinya membentuk karakter
gitu hlo kalo jaman – jaman dulu sing telat
harus gini gini gini terus muridnya sedikit
disiplin laah gak seanu kalo sekarang kan agak
lembut – lembut lah gitu.
136
Catatan Wawancara 5
Narasumber : Diah Triwahyuni / Ustadzah pengampu Intensif membaca Iqro‟ / Al-
Qur‟an
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Hari/tanggal : Rabu /24 Januari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut Ustadz / Ustadzah,
seberapa pentingkah
pendidikan karakter perlu
diterapkan pada
pembelajaran di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Oh itu sangat penting banget. Karakter itu
nanti masuk ke akhlak karena gini ilmu bisa
diperoleh kapanpun tapi kalau akhlak itu
memang harus dari dasar banget. Akhlak itu
paling penting”
2 Nilai – nilai apa saja yang
sudah ditanamkan dan
dikembangkan di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo?
“Nilai sosial dengan saling berbagi / berinfaq,
kekeluargaan, menghormati yang lebih tua dan
yang paling penting adalah nilai aqidah dimana
anak diajarkan dasar-dasar dan tujuan diajarkan
suatu nilai. Jika karakter kuat, aqidahpun kuat”
3 Faktor apa saja yang menjadi
pendukung dalam
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
“Istiqomahnya ustadz / ustadzah buat ngajar,
motivasi antara ustadzah - ustadzah, rasa suka
pada anak, dorongan pribadi ya terus niatnya
berusaha untuk niat lillahita‟ala”
4 Faktor apa saja yang menjadi
penghambat dalam
“O ada, disini kekurangan ustadzah mungkin
kan karena idealnya berapa ya pokoknya kita
137
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
kurang ideal antara santri dengan ustadzah
untuk membentuk sebuah karakter kuranglah
disini kayak gitu”.
138
Catatan Wawancara 6
Narasumber : Rina / Ustadzah pengampu Intensif membaca Iqro‟ / Al-Qur‟an
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Hari/tanggal : Rabu /24 Januari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Menurut Ustadz / Ustadzah,
seberapa pentingkah
pendidikan karakter perlu
diterapkan pada
pembelajaran di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Sangat penting yo mbak yo, seperti sekarang
itu anak-anak kan harus dibentuk karakternya
supaya nanti anak dapat memiliki karakter yang
bagus, yang berakhlak gitu sama ya. Baik
kepada teman, hormat kepada orang tua gitu
mba”.
2 Nilai – nilai apa saja yang
sudah ditanamkan dan
dikembangkan di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo?
“Ibu kan ngamati thok ya, yang sudah
ditanamkan sama wali kelas wali - kelas itu tu
terutama akhlak ya, akhlak sama Allah, dengan
orang tua terutama dengan orang tua dan
ustadzahnya ditanamkan rasa hormat, mereka
diajari selalu mendoakan orang tua, terus
menurut sama orang tua, patuh begitu juga
dengan ustadzah – ustadzahnya. Terus sikap
tenggang rasa dengan teman saling membantu
memberi enggak egosi jadi bisa berbagi dengan
temannya, disiplin dalam berpaikan kayak
sering pak Sadiran menegur yang ngga ini terus
disiplin waktu berangkat kan ada absen ya terus
disiplin dalam berperilaku seumpama kan udah
dikasih tahu makan jangan didalam kelas ini
harus dibuang di tempat sampah nhah itu
139
ditekankan seperti itu terus sikap kasih sayang
sama temannya ngga berantem, saling
memaafkan. Ya itu udah gitu yang ibu liat”.
3 Faktor apa saja yang menjadi
pendukung dalam
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
“Mendukungnya itu mendukung banget hlo
jane, karena ada kadang anuu wali kelas – wali
kelas pada pinter maksude ada waktunya
mereka diajak keluar, cinta sama alam, Allah, o
ini ciptaan Allah, ini ciptaan manusia terus
tadabur alam ada jadwal harus keluar jalan –
jalan, program yang ada mendukung kaya besok
ada outbond itu kan juga mendukung
refreshing anak – anak”.”
4 Faktor apa saja yang menjadi
penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
“Ibu ga melihat e, karena ibu kan nggak masuk
secara langsung jadi ibu cuma mengamati,
menurut pengamatan ibu nggak ada yang
menghambat”.
140
Catatan Wawancara 7
Narasumber : Vanya / Santri kelas TQA
Usia : 10 Tahun
Hari/tanggal : Kamis / 4 Februari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja karakter / nilai yang
diperkenalkan dan diberikan
oleh Ustadz/Ustadzah?
“Shalat 5 waktu, membantu orang yang
membutuhkan, menghormati orang yang lebih
tua, seseorang yang lebih tua dari kita, ya
mendapat ilmu tentang kisah- kisah nabi dan
sahabat – sahabatnya“
2 Menurut pendapat kamu, apa
saja contoh perilaku yang
mencerminkan karakter baik
di lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Berinfak, membantu teman, belajar shalat,
mengajari adik yang lebih kecil, memberitahu
jika membuang sampah ketempatnya dll“.
3 Apakah kamu sudah
melakukan salah satu dari
nilai / karakter itu di
lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Insyaallah sudah, tapi yang membuang sampah
pada tempatnya suka melanggar“.
141
Catatan Wawancara 8
Narasumber : Desti / Santri kelas TQA
Usia : 11 Tahun
Hari/tanggal : Kamis / 4 Februari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja karakter / nilai yang
diperkenalkan dan diberikan
oleh Ustadz/Ustadzah?
“Menghormati, terus menolong sama taat sama
aturan“
2 Menurut pendapat kamu, apa
saja contoh perilaku yang
mencerminkan karakter baik
di lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Rajin ngaji terus eee menghormati orang tua
dan memperbaiki hal yang salah“
3 Apakah kamu sudah
melakukan salah satu dari
nilai / karakter itu di
lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Apa ya, salim sama orang tua tapi eee kalau
berangkat TPA Cuma bercanda sama temen aja
hehee“
142
Catatan Wawancara 9
Narasumber : Imara / Santri kelas TQA
Usia : 11 Tahun
Hari/tanggal : Kamis / 4 Februari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja karakter / nilai yang
diperkenalkan dan diberikan
oleh Ustadz/Ustadzah?
“Shalat 5 waktu, membaca Al-Qur‟an, akhlak
tawakal, sabar, ikhlas, istiqomah, ikhtiiar, sidiq,
ikhsan, qona‟ah“
2 Menurut pendapat kamu, apa
saja contoh perilaku yang
mencerminkan karakter baik
di lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Menghormati orang tua, monolong orang yang
jatuh kalau ada yang jatuh, taman gizi jadi
panitianya, teruus ummmmm apalagi ya udah
dah“
3 Apakah kamu sudah
melakukan salah satu dari
nilai / karakter itu di
lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Udah, emang buang samah termasuk ya, iya
buang sampah, minjemin bolpen tu, teruuus
emmm njajain“
143
Catatan Wawancara 10
Narasumber : Attoriq Yuan / Santri kelas TQA
Usia : 13 Tahun
Hari/tanggal : Kamis / 4 Februari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja karakter / nilai yang
diperkenalkan dan diberikan
oleh Ustadz/Ustadzah?
“Nilai kebaikan ee tidak berbohong, menolong
sesama, mencintai teman, mempererat
persaudaraan“.
2 Menurut pendapat kamu, apa
saja contoh perilaku yang
mencerminkan karakter baik
di lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Berjabat tangan pada ustadzah, menolong
sesama teman udah“.
3 Apakah kamu sudah
melakukan salah satu dari
nilai / karakter itu di
lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Ngaji, membantu ustadzah menjadi panitia
Taman Gizi terus acara – acara“.
144
Catatan Wawancara 11
Narasumber : Pradipta / Santri kelas TQA
Usia : 13 Tahun
Hari/tanggal : Kamis / 4 Februari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja karakter / nilai yang
diperkenalkan dan diberikan
oleh Ustadz/Ustadzah?
“Menghafal surat – surat“
2 Menurut pendapat kamu, apa
saja contoh perilaku yang
mencerminkan karakter baik
di lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Membantu teman yang sedang kesusahan,
infaq, membantu teman menghafalkan surat“.
3 Apakah kamu sudah
melakukan salah satu dari
nilai / karakter itu di
lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Insyaallah sudah menghafalkan surat pendek,
tadarus bersama, membuang sampah isnyaallah
sudah“
145
Catatan Wawancara 12
Narasumber : Muhammad riskhaliansyah / Santri kelas TQA
Usia : 12 Tahun
Hari/tanggal : Kamis / 4 Februari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja karakter / nilai yang
diperkenalkan dan diberikan
oleh Ustadz/Ustadzah?
“Tidak bohong, berkata baik, sopan“.
2 Menurut pendapat kamu, apa
saja contoh perilaku yang
mencerminkan karakter baik
di lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Menolong teman yang sedang jatuh, bekerja
kelompok dengan sungguh – sungguh,
mengambil bola tapi gak bisa manjat terus
ditolongin, sodakoh“
3 Apakah kamu sudah
melakukan salah satu dari
nilai / karakter itu di
lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Sudah membantu teman mengambil bola,
membuang sampah ketempatnya tapi kadang –
kadang“.
146
Catatan Wawancara 13
Narasumber : Titania Putri / Santri kelas TPA
Usia : 10 Tahun
Hari/tanggal : Senin / 8 Februari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja karakter / nilai yang
diperkenalkan dan diberikan
oleh Ustadz/Ustadzah?
“Emm, makan sambil duduk, makan memakai
tangan kanan, shalat 5 waktu, ummm apa ya ya
udah“.
2 Menurut pendapat kamu, apa
saja contoh perilaku yang
mencerminkan karakter baik
di lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Mengaji, tidak makan didalam kelas, sebelum
dan sesudah makan harus berdo‟a emmmmm
udah“
3 Apakah kamu sudah
melakukan salah satu dari
nilai / karakter itu di
lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Belum semua, tapi jabat tangan udah hehehee“
147
Catatan Wawancara 14
Narasumber : Fika Maharani / Santri kelas TPA
Usia : 9 Tahun
Hari/tanggal : Senin / 8 Februari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja karakter / nilai yang
diperkenalkan dan diberikan
oleh Ustadz/Ustadzah?
“Shalat 5 waktu, berdoa seblum makan dan
sesudah makan, megucap salam pada saat
masuk dan keluar rumah, emmmm menyisihkan
uang untuk infaq di TPA, emmm uudah“
2 Menurut pendapat kamu, apa
saja contoh perilaku yang
mencerminkan karakter baik
di lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Emmmm, membantu teman“
3 Apakah kamu sudah
melakukan salah satu dari
nilai / karakter itu di
lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Mengucap salam sudah, shalat 5 waktu sudah,
sekali menyisihkan uang untuk berinfaq“.
148
Catatan Wawancara 15
Narasumber : Zahroh Intan / Santri kelas TPA
Usia : 9 Tahun
Hari/tanggal : Senin / 8 Februari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja karakter / nilai yang
diperkenalkan dan diberikan
oleh Ustadz/Ustadzah?
“Perbuatan kayak menghormati orang tua, terus
berwudhu,melakukan shalat samaa itu apah
mematuhi nasihat orang tua“
2 Menurut pendapat kamu, apa
saja contoh perilaku yang
mencerminkan karakter baik
di lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Biasanya selalu memperhatikan kalau ustadzah
mempelajari temanya, selalu mengaji“.
3 Apakah kamu sudah
melakukan salah satu dari
nilai / karakter itu di
lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Aku membuang sampah pada tempatnya, aku
berucap salam sebelum masuk dan keluar
rumah. Makan pakai tangan kanan“.
149
Catatan Wawancara 16
Narasumber : Al Aziz Rahmatullah / Santri kelas TPA
Usia : 9 Tahun
Hari/tanggal : Senin / 8 Februari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja karakter / nilai yang
diperkenalkan dan diberikan
oleh Ustadz/Ustadzah?
“Membantu orang tua, mmmmm makan sambil
duduk, gak boleh makan sambil ngomong,
sopan santun kepada orang tua, menghormati
orang lain“
2 Menurut pendapat kamu, apa
saja contoh perilaku yang
mencerminkan karakter baik
di lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Mengasihi makan kepada teman sama aku,
menolong teman jatuh“.
3 Apakah kamu sudah
melakukan salah satu dari
nilai / karakter itu di
lingkungan Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
“Udah, udah semua ding“.
150
Catatan Wawancara 17
Narasumber : Yani /Wali kelas TKAL
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Hari/tanggal : Senin / 15 Februari 2016
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang Ustadz/Ustadzah
ketahui tentang Pendidikan
Karakter?
“Menurut saya, pendidikan yang bisa
membentuk karakter ya. Kayak akhlak gitu.
Anak diajarkan bagaimana perilaku yang baik
dan mana yang buruk”.
2 Apakah pendidikan karakter
sudah dimasukkan kedalam
kurikulum pembelajaran?
“Belum ya, belum secara khusus tapi di kelas
itu sudah melaksanakan gitu. Dengan
kedisiplinan, sopan santun dan lain – lain.
Kalau dari kurikulum khususnya sih belum ya”
3 Apakah didalam rancangan
pembelajaran sudah
mengandung nilai – nilai
pendidikan karakter?
“Sudah, contohnya ada adab makan dan lain –
lain yang ada terkandung dalam mapel akhlak”
4 Strategi pembelajaran seperti
apa yang digunakan oleh
Ustadz/Ustadzah didalam
pelaksanaan pendidikan
karakter di Madrasah
Diniyah Al-quran Aisiyah?
“Strateginya kalau dikelas saya sendiri,
permainan sama itu ya disiplin kayak contoh
sebelum belajar, berdoa dulu bareng – bareng
tapi nanti kalau ada yang main sendiri nanti
yang main saya suruh ngulang lagi sendiri.
Terus kalau makan jajanan saya suruh diluar
nggak boleh makan di dalam kelas, sampahnya
dibuang ketempat sampah”.
5 Menurut Ustadz / Ustadzah,
seberapa pentingkah
pendidikan karakter perlu
“Menurut saya penting ya penting banget.
Apalagi kalau semisal dari awal dari kecil itu
sudah di ajarkan kepada anak – anak jadi bisa
151
diterapkan pada
pembelajaran di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah?
buat sangu ya istilahnya ke masa depan gitu
kalau akhlaknya baik punya karakter baik nanti
insyaallah semuanya baik gitu”.
6 Nilai – nilai apa saja yang
sudah ditanamkan dan
dikembangkan di Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo?
“Sopan santun pada orang tua, ustadz bertemu
dijalan ucap salam, sandal ditata, merapikan
meja setelah dipakai, adab makan seerti makan
pakai tangan kanan, berdo‟a, cuci tangan,
makan tidak buru – buru dan lain – lain”
7 Faktor apa saja yang menjadi
pendukung dalam
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
“Dukungan dari orang tua, Ustadzah
maksudnya kalo ada masukan, mendukung satu
sama lain dan program MDAA sendiri juga
mendukung. Taman gizi contohnya dari tahun -
tahun kemarin membuat kerajinan tangan dan
dibawa pulang ke rumah. Jadi kreatif pada anak
itu juga bisa menarik perhatian anak untuk ikut
belajar”.
8 Faktor apa saja yang menjadi
penghambat dalam
pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo?
“Apa ya, mungkin kurang ustadzahnya ya
karena santrinya banyak ustadzah cuma berapa
jadi kadang kalau menghandel tiba-tiba
ustadzah yang biasanya mengampu absen, agak
keteteran”.
152
Lampiran 7. Analisis Data Wawancara Ustadz / Ustadzah
Analisis Data Wawancara Ustadz / Ustadzah
Lokasi : Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo
Pertanyaan
1. Apa yang Ustadz / Ustadzah ketahui mengenai pendidikan karakter?
Narasu
mber
Jawaban Reduksi Deskripsi
S “Menurut bapak, itu ini ya
pendidikan ke akhlakul
karimah. Pendidikan yang
mengajarkan akhlak yang
baik bagi anak – anak untuk
bisa menganu ini ya karakter
anak supaya bisa menjadi
karakter yang baik”.
Pendidikan karakter
merupakan pendidikan
akhlakul karimah yaitu
pendidikan yang
mengajarkan akhlak yang
baik supaya dapat
terbentuk karakter yang
baik.
Menurut para ustadz /
ustadzah, pendidikan
karakter merupakan
pendidikan akhlakul
karimah yang
mengajarkan akhlak
yang baik. Pendidikan
karakter ialah
pendidikan yang
membentuk karakter bukan hanya dengan
pemberian teori namun
juga keteladanan.
NS “Pendidikan yang untuk
mengenalkan jati diri pada
anak, lebih ke antar personal
ya untuk anak jadi seperti
apa”.
Pendidikan karakter yaitu
pendidikan yang
memperkenalkan jati diri
pada anak.
NAI “Pendidikan karakter itu
pendidikan yang bisa
membentuk karakter anak.
Jadi maksudnya gini
pendidikan karakter bukan
sekedar teori aja tapi bener –
bener kita sudah
memberikan teladan anak
melihat dan mencontoh. Itu
pendidikan karakter seperti
itu”.
Pendidikan karakter ialah
pendidikan yang
membentuk karakter anak
dengan bukan hanya
pemberian teori namun
juga pemberian
keteladanan.
Y “Menurut saya, pendidikan
yang bisa membentuk
karakter ya. Kayak akhlak
gitu. Anak diajarkan
bagaimana perilaku yang
baik dan mana yang buruk”.
Pendidikan karakter
adalah pendidikan yang
dapat membentuk karakter
anak seperti halnya
akhlak, yaitu dengan
mengajarkan hal baik dan
hal buruk.
153
2. Apakah pendidikan karakter sudah dimasukkan kedalam kurikulum pembelajaran?
S “Ini ya, kami kan mengikuti
kurikulum dari pusat, jadi
saya kira ini ini secara
gamblang pendidikan
karakter belum dimasukkan
namun dalam mata pelajaran
yang ada dikurikulum
seperti akhlak, nhah itu
pengembangannya saya kira
berkaitan dengan pendidikan
karakter namun karena
melihat kondisi santri yang
pada pagi sampai siang hari
sudah memiliki kewajiban
dengan bersekolah dan para
ustadz dan ustadzah yang
memiliki pekerjaan diluar
tugas madrasah, kami belum
bisa melaksanakan
kurikulum sesuai dengan
alokasi waktu pembelajaran
yang diatur dalam
kurikulum kementrian
agama”.
Pendidikan karakter
belum dimasukkan
kedalam kurikulum secara
gamblang namun dalam
mata pelajaran yang
terdapat pada kurikulum
seperti akhlak dalam
pengembangannya, terkait
erat dengan pendidikan
karakter.
Pendidikan karakter
belum secara khusus
dimasukkan kedalam
kurikulum Madrasah
Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo
namun dalam mata
pelajaran yang terdapat
pada kurikulum ialah
mata pelajaran Akhlak,
dalam
pengembangannya
terkait erat dengan
pendidikan karakter.
NS “Kalau dari kurikulum itu
memang kalau khususnya
pendidikan karakter belum
ada. Ini yaaa Kalau
kurikulum sebagai acuan
kita. Namun melihat kondisi
di lapangannya mungkin
gak bisa misalkan di
kurikulum anak usia TQA
harus hafal 30 juzz
sedangkan dilapangan
sendiri tidak bisa. Untuk itu
jadi memang kurikulum jadi
bahan panduan tapi untuk
pelaksanaannya, kita
fleksibel. Kalau untuk kelas
Pendidikan karakter
belum dimasukkan secara
khusus didalam kurikulum
Madrasah namun
pelaksanaan pendidikan
karakter pada
pembelajaran masing-
masing kelas sudah
terlaksana.
154
saya sendiri seperti itu. Tapi
di kami, di Madrasah kami
itu masing – masing kelas
dipembelajarannya sudah
mempunyai apa ya,
pendidikan karakter masing
– masing itu salah satu
contohnya sini kan ada
tingkatannya jadi ada kelas
playgroup, TK, SD, kelas
berapa – berapa anak
dipisahkan yang itu dengan
tujuan membentuk karakter
anak.
NAI “Belum, karena gini ya
pelan-pelan sebenernya
masuk ke ranah
kurikulumnya pelan-pelan
karena saya melihat anak-
anak tu bebannya sudah
terlalu berat disekolah
banyak materi yang diterima
disinipun banyak materi
juga jadi kita pelan-pelan
masukinnya pendidikan
karakter sebagai kewajiban
kalau secara materi sih
belum tapi secara
pelaksanaan kita udah kayak
ngasih teladan, ngasih
contoh, ke peraturan-
peraturannya jadi masuk ke
kurikulum belum dan kami
kan masih menggunakan
kurikulum dari kementrian
Agama, namun setiap kelas
berbeda-beda untuk materi
di setiap mata pelajaran
yang akan diajarkan karena
tergantung wali kelas“
Pendidikan karakter
belum dimasukkan
kedalam kurikulum
melihat beban anak – anak
dalam materi
pembelajaran disekolah
formal sudah berat
sehingga secara perlahan
memasukkan pendidikan
nonformal kedalam
kurikulum. Namun pada
pelaksanaan
pembelajaran, pendidikan
karakter sudah dilakukan
dengan keteladan dan
peraturan – peraturan yang
ada.
Y “Belum ya, belum secara
khusus tapi di kelas itu
Pendidikan karakter
belum dicantumkan secara
155
sudah melaksanakan gitu.
Dengan kedisiplinan, sopan
santun dan lain – lain. Kalau
dari kurikulum khususnya
sih belum ya”
khusus kedalam
kurikulum namun didalam
pembelajaran, pendidikan
karakter sudah
dilaksanakan.
3. Apakah didalam rancangan pembelajaran sudah mengandung nilai – nilai pendidikan
karakter?
S “Mungkin sudah ya, ini
bapak ngga bisa jawab
secara ini ya secara tepatnya
karena kalau masalah
rancangan pembelajaran
memang merupakan
kewajiban dan memang
dibuat oleh masing – masing
wali kelas. Tapi bapak
melihat dan mengamati
sudah ya”.
Rancangan pembelajaran
dibuat oleh masing –
masing wali kelas oleh
karena itu namun menurut
pengamatan, nilai – nilai
pendidikan karakter sudah
dimasukkan kedalam
rancangan pembelajaran
Pendidikan karakter
sudah terkandung
didalam Rancangan
Pembelajaran. Namun
untuk kandungan nilai –
nilai karakter yang ada
berbeda pada masing –
masing kelas.
NS “Sudah, kalau dari pengurus
kami kan biasanya ada
memang pertemuan rutin
untuk membahas tentang
materi atau kurikulum yang
akan diberikan seperti itu
jadi tiap semester kita
merevisi silabus untuk
membuat rancangannya
sebelum mulai pembelajaran
setelah semesteran jadi nanti
itu kewajiban masing –
masing wali kelas ya jadi
misalkan nanti anak
playgroup sampai TK gitu
ya materi yang mau
disampaikan apa kalau TK
itu lebih ke banyak
mendengar dan banyak
melihat jadi disitu
pendidikan karakternya
mungkin lebih ditekankan
Didalam rancangan
pembelajaran sudah
mengandung nilai – nilai
pendidikan karakter.
Rancangan pembelajaran
merupakan kewajiban
masing – masing wali
kelas.
156
kepada mereka mendengar,
mereka menirukan melihat”.
NAI “Disini kan pendidikan
agama terus nonformal jadi
kita basicnya ya agama nhah
maksudnya memberikan
materinya juga agama kalau
kita dari silabus yang sudah
dirumuskan kita ambil yang
pas sama kondisi sini, ketika
sudah pas ya sudah tinggal
diterapkan jadi kita setiap
semester merevisi silabus
tapi secara tekhnis
maksudnya ketika sudah
pembelajaran itu ya kita
memberikan contoh yang
baik kayak gitu misalkan
dari disiplin aja sebenernya
kayak peraturan anak
masuk, sendalnya sudah
ditata sebenernya harusnya
sudah begitu, sebenernya
keterbatasan juga sih sudah
mengingatkan anaknya
tetapi masih ada beberapa
anak yang masih asal aja
tapi sebenernya sudah
diterapkan, terus kalau
masuk jabat tangan sama
ustadzahnya dulu
sebenarnya sudah diterapkan
juga terus “
Pendidikan karakter
belum dicantumkan secara
tertulis didalam rancangan
pembelajaran. Namun
dalam praktis di lapangan,
pendidikan karakter sudah
diterapkan.
Y “Sudah, contohnya ada adab
makan dan lain – lain yang
ada terkandung dalam mapel
akhlak”
Pendidikan karakter sudah
terkandung didalam
rancangan pembelajaran
pada mata pelajaran
akhlak.
157
4. Strategi pembelajaran seperti apa yang digunakan oleh
Ustadz/Ustadzah didalam pelaksanaan pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-Quran „Aisiyah Jatimulyo?
Strategi yang digunakan
oleh ustadzah / wali
kelas di Madrasah
Diniyah pada masing –
masing kelas berbeda
yaitu strategi menarik
minat santri pada kelas
TQA, pemberian hadiah
pada kelas TPA, dan
penegakan disiplin pada
kelas TKAL dan TPA.
NS “Strategi pembelajaran dari
kelas saya itu strategi
pembelajaran terutama
untuk menarik dulu ya
karena disini kan yang
istilahnya yang paling sulit
ibaratnya paling kritis
santrinya memang kelas
saya ya. Lebih ke menarik
dulu, biar mereka tertarik
mengaji itu seperti apa nhah
untuk pembelajarannya
sendiri saya tidak me apa ya
saya tidak terus memberikan
materi materi dan materi
nanti takutnya ana – anak
bosan ya sekedar permainan
atau apa yang jelas yang
saat ini anak – anak tertarik
gitu lhah”.
Strategi pembelajaran
yang digunakan ialah
strategi menarik minat
para santri untuk dapat
tertarik mengaji di
Madrasah Diniyah dengan
cara tidak terus menerus
memberikan materi
pembelajaran namun
diselingi dengan
permainan.
NAI “Kalau aku, sebenernya
campur, mix disiplin iya,
ngasih hadiah juga itu salah
satu strategi buat anak ini
ya, maksudnya kemotivasi
buat berbuat baik gitu mba.
Terus kalau menurutku anak
contoh akhir-akhir ini anak
bener-bener di luar kendali
jadi penegakan disiplin
contohnya aku tanyain, dek
mau pilih di hukum atau
ketemu sama pak Sadiran?
Maksudnya gini, biar anak
itu sadar sama kesalahannya
dikasih nasihat sama pak
Sadiran atau aku kasih
hukuman hafalan”.
Strategi yang digunakan
yaitu strategi penegakan
disiplin, dan pemberian
hadiah.
158
Y “Strateginya kalau dikelas
saya sendiri, permainan
sama itu ya disiplin kayak
contoh sebelum belajar,
berdoa dulu bareng – bareng
tapi nanti kalau ada yang
main sendiri nanti yang
main saya suruh ngulang
lagi sendiri. Terus kalau
makan jajanan saya suruh
diluar nggak boleh makan di
dalam kelas, sampahnya
dibuang ketempat sampah”.
Strategi yang digunakan
ialah strategi permainan
dan penegakan disiplin.
5. Menurut Ustadz / Ustadzah, seberapa pentingkah pendidikan karakter perlu diterapkan
pada pembelajaran di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo?
S “Penting sekali karena itu
berkaitan dengan nanti ee
jadi konten yang akan kita
capai karena kebetulan kita
visi dan misi menjadikan
anak santri menjadi sholeh
dan sholehah, maka
pendidikan karakter sangat
berkaitan. Terutama tetang
masalah akidah dan
akhlaknya harus betul-betul
tanamkan”
Pendidikan karakter
sangat penting karena erat
kaitannya dengan visi dan
misi Madrasah
menjadikan anak santri
menjadi sholeh dan
sholehah. Terutama
tentang aqidah dan akhlak
betul – betul harus
ditanamkan.
Pendidikan karakter
sangat penting
diterapkan
dipembelajaran
Madrasah Diniyah
karaena berkaitan erat
dengan visi dan misi
Madrasah dan perlu
untuk dapat diterapkan
sejak masa
perkembangan anak –
anak karena dalam
Agama Islam karakter
berkaitan erat dengan
akhlak dimana akhlak
lebih penting daripada
ilmu yang dapat dengan
mudahnya di upgrade
kapan saja, namun
akhlak harus dibentuk
sejak masa anak – anak.
NS “Penting sekali karena kalau
misalkan anak diusia segitu
apalagi kelas saya rawan-
rawannya ya itu kan mereka
udah kenal pergaulan luar
Pendidikan karakter
sangat penting diterapkan
pada pembelajaran di
Madrasah sebagai bekal
santri kedepan apalagi
159
ibaratnya gitu mainannya
bukan mainan yang anak –
anak lagi apalagi yang sudah
SMP jadi penting sekali
ketika diusia seperti ini
diberikan masukan ya itu
pendidikan karakter jadi
untuk bekal mereka
kedepannya gitu lho”.
dikelas TQA yang usia
anak SMP yang sudah
mengenal pergaulan luar.
NAI “Penting banget soalnya
menurut saya pendidikan
karakter ini sebenarnya kan
kaitan akhlak dari anak-anak
jadi ini lebih ke kaitannya
dua sisi mata uang. Yang
perlu dibenahi itu akidah
anak gitu, akidah anak kuat
jadi isnyaallah akhlaknya
baik dalam agama islam ini
adalah hal yang penting.
Kita perlu kuatkan iman
dulu, jadi imannya kuat,
akhlak juga baik”
Pendidikan karakter
sangat penting karena
berkaitan dengan aqidah
akhlak seorang anak yang
dalam Agama Islam,
aqidah akhlak adalah hal
yang penting.
Y “Menurut saya penting ya
penting banget. Apalagi
kalau semisal dari awal dari
kecil itu sudah di ajarkan
kepada anak – anak jadi bisa
buat sangu ya istilahnya ke
masa depan gitu kalau
akhlaknya baik punya
karakter baik nanti
insyaallah semuanya baik
gitu”.
Pendidikan karakter
penting sekali untuk
diterapkan jika diberikan
sejak dini sebagai bekal
masa depan seorang anak
EM “Tentu saja itu sangat
penting ya. Yo apa gunanya
sih punya ilmu tinggi tapi
kita tu tetep karakternya
jelek itu kan sama aja lebih
baik itu ilmunya rendah tapi
akhlak baik. Soalnya ilmu
kan bisa kita upgrade setiap
Pendidikan karakter
sangat penting karena,
tidak ada gunanya jika
mempunyai ilmu tinggi
namun berakhlak rendah.
160
saat tapi kalau karakter udah
susah dibentuk kalau engga
dari kecil”.
DT “Oh itu sangat penting
banget. Karakter itu nanti
masuk ke akhlak karena gini
ilmu bisa diperoleh
kapanpun tapi kalau akhlak
itu memang harus dari dasar
banget. Akhlak itu paling
penting”
Pendidikan karakter itu
sangat peting karena
berkaitan erat dengan
akhlak yang paling
penting.
R “Sangat penting yo mbak
yo, seperti sekarang itu
anak-anak kan harus
dibentuk karakternya supaya
nanti anak dapat memiliki
karakter yang bagus, yang
berakhlak gitu sama ya.
Baik kepada teman, hormat
kepada orang tua gitu mba”.
Pendidikan karakter
sangat penting, anak harus
dibentuk karakter agar
memiliki karakter yang
baik. Baik kepada teman,
hormat kepada orang tua
6. Nilai – nilai apa saja yang sudah ditanamkan dan dikembangkan di Madrasah Diniyah
Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo?
S “Sopan santun terhadap
santri, orang tua kemudian
juga ada disiplin, tanggung
jawab, tenggang rasa sudah
diajarkan saya lihat
beberapa sudah apalagi
kelas TQA dan TPA”.
Nilai sopan santun
terhadap santri dan orang
tua, nilai kedisiplinan,
nilai tanggung jawab dan
nilai tenggang rasa.
Nilai – nilai yang sudah
diterapkan dan
dikembangkan di
Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo ialah
kedisiplinan,
kekeluargaan, kejujuran,
hormat dan santun,
kebersihan, tenggang
rasa dan kasih sayang.
NS “Aklhak. Karena anak –
anak sekarang lain, sama
orang sekarang ceplas –
ceplos ya ngeyel, ya
mbantah, maksudnya
sekarang udah jarang
nemuin anak yang bener –
bener akhlaknya baik
sekarang susah banget. Jadi
kami lebih menekankan ke
akhlaknya ketika mereka
bertemu dengan pengajarnya
Nilai yang ditanamkan
dan dikembangkan di
Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo ialah Akhlak
yang menjadi utama.
Seperti akhlak ketika
bertemu dengan pengajar,
akhak belajar dan akhlak
ketika beribadah.
161
seperti apa, terus waktu di
dalam kelas, akhlak belajar,
akhlak ketika beribadah”.
NAI “Kalau nilai- nilai sih lebih
ke kayak kebersihan,
misalnya anak tu menjaga
kebersihan, saya
mengajarkan disiplin
maksudnya misalkan anak
terlambat anak harus punya
alasannya kalau alasannya
misalnya ketiduran gitu ya,
nanti siap kena hukuman
gitu tapi hukumannya gak
parah sih paling cuma saya
suruh hapalan kalau engga
dia gak sanggup hapalan
paling didenda. Selain itu,
kejujujuran kalau ada apa-
apa cerita, dan enggak
mengambil hak orang lain
kalau bukan milikmu jangan
diambil”
Nilai yang diterapkan
dalam pembelajaran ialah
nilai kebersihan dengan
anak menjaga kebersihan,
kedisiplinan dengan
memberikan hukuman
sesuai dengan pelanggaran
yang dilakukan dan nilai
kejujuran dengan tidak
mengambil hak orang lain.
Y “Sopan santun pada orang
tua, ustadz bertemu dijalan
ucap salam, sandal ditata,
merapikan meja setelah
dipakai, adab makan seerti
makan pakai tangan kanan,
berdo‟a, cuci tangan, makan
tidak buru – buru dan lain –
lain”
Nilai sopan santun
terhadap orang tua,
mengucap salam, menata
sandal, merapikan meja
yang sudah dipakai, dan
adab makan
EM “Tentu sek jelas sik salaman
mau mba, sopan santun,
terus sama kami ustadz
ustadzahnya mereka
menghormati sama guru
kalau ngomong sopan.sama
teman juga harus peduli.
Kalau kemarin itu nek tak
lihat misale ada temen yang
gak bawa pensil kan
Tentu yang jelas sopan
santun, hormat kepada
ustadz/ustadzah, peduli
kepada teman. Kemarin
saya lihat, ada salah satu
santri yang tidak
membawa pensil, lalu
salah satu temannya
meminjamkan pensil
untuk santri tersebut itu
162
dipinjemin nhah itu contoh
kecil, peka terhadap
leingkungan sekitar”.
adalah contoh kecilnya.
Peka terhadap lingkungan
sekitar.
DT “Nilai sosial dengan saling
berbagi / berinfaq,
kekeluargaan, menghormati
yang lebih tua dan yang
paling penting adalah nilai
aqidah dimana anak
diajarkan dasar-dasar dan
tujuan diajarkan suatu nilai.
Jika karakter kuat,
aqidahpun kuat”
Nilai sosial dengan saling
berbagi / berinfaq,
kekeluargaan,
menghormati yang lebih
tua dan nilai aqidah. Jika
karakter kuat, aqidahpun
kuat.
R “Ibu kan ngamati thok ya,
yang sudah ditanamkan
sama wali kelas wali - kelas
itu tu terutama akhlak ya,
akhlak sama Allah, dengan
orang tua terutama dengan
orang tua dan ustadzahnya
ditanamkan rasa hormat,
mereka diajari selalu
mendoakan orang tua, terus
menurut sama orang tua,
patuh begitu juga dengan
ustadzah – ustadzahnya.
Terus sikap tenggang rasa
dengan teman saling
membantu memberi enggak
egosi jadi bisa berbagi
dengan temannya, disiplin
dalam berpaikan kayak
sering pak Sadiran menegur
yang ngga ini terus disiplin
waktu berangkat kan ada
absen ya terus disiplin
dalam berperilaku
seumpama kan udah dikasih
tahu makan jangan didalam
kelas ini harus dibuang di
tempat sampah nhah itu
ditekankan seperti itu terus
Yang saya amati, yang
sudah ditanamkan oleh
para wali kelas adalah
akhlak. Akhlak dengan
orang tua dan dengan
ustadzah, ditanamkan rasa
hormat, diajarkan selalu
mendo‟akan orang tua,
patuh terhadap orang tua,
sikap tenggang rasa
dengan teman saling
membantu, saling
memberi, tidak egois,
disiplin dalam berpakain,
disiplin waktu dan disiplin
dalam berperilaku semisal
makan tidak didalam
kelas, itu ditekankan
seperti itu. Selain itu,
kasih sayang kepada
teman dan saling
memaafkan. Itu yang ibu
lihat di MDAA ini”
163
sikap kasih sayang sama
temannya ngga berantem,
saling memaafkan. Ya itu
udah gitu yang ibu liat”.
7. Apa Faktor Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo?
S “Ini ya, faktor lingkungan
keluarga, lingkungan
masyarakat sekitar jadi
mungkin tetangga –
tetangga dan mungin
lingkungan sekolah santri ,
lingkungan yang kita
ciptakan di Madrasah
dengan menciptakan
suasana yang mendukung
sekali untuk pendidikan
karakter anak. Insyaallah
jika anak – anak terbiasa
dengan suasana yang Islami
itu akan mendukung sekali
pada pendidikan karakter
anak. Pembiasaan yang
Islami Insyaallah akan baik”
Faktor lingkungan
keluarga, lingkungan
masyarakat sekitar. Selain
itu, lingkungan yang kita
ciptakan di Madrasah
dengan menciptakan
suasana yang mendukung
untuk pendidikan karakter
anak. Insyaallah jika anak
– anak terbiasa dengan
suasana yang Islami itu
akan mendukung sekali
pada pendidikan karakter
anak. Pembiasaan yang
Islami Insyaallah akan
baik.
Faktor pendukung yaitu:
a) lingkungan Madrasah
yang Islami, aman dan
nyaman yang diciptakan
oleh ustadz / ustadzah di
lingkungan Madrasah;
b) dukungan yang
diberikan oleh direktur
Madrasah pada setiap
kegiatan yang diadakan;
c) semangat belajar para
santri yang membuat
para ustadzah menjadi
semangat untuk dapat
terus mengajar dan
memberikan ilmu; d)
dukungan dari orang tua
/ wali santri terhadap
kegiatan yang diadakan
Madrasah; e) adanya
saling memotivasi antar
ustadzah sehingga dapat
memberikan dorongan
secara moral; f)
keistiqomahan para
ustadzah dalam
mengabdi di Madrasah
sehingga para santri
mendapatkan haknya
diberikan ilmu dan
dibimbing oleh
ustadz/ustadzah yang
dengan keihklasannya
datang ke Madrasah
untuk mengabdi; g)
NS “Mungkin dari anak – anak
juga. Kembali ke anak –
anak. Jadi kalau misal kita
ngrasa duh kok gak bisa ya,
kita kadang turun
semangatnya. ngliat anak –
anak jadi semangatnya tu
bangkit lagi. Jadi semangat
anak – anak datang ngaji,
kitanya semangat. Kalau
dari MDAA, sarpras dan
kalo dari atas maksudnya
direkturnya ya mendukung
sekali segala apapun yang
dilakukan untuk MDAA dis
support kegitan apapun
selama itu baik positif untuk
Mungkin dari anak – anak
juga. Kembali kepada
anak – anak. Jadi kalau
semisal dari ustadzah
sudah merasa turun
semangatnya, melihat
anak – anak berangkat ke
Madrasah semangatnya
bangkit lagi. Dan kalau
dukungan dari atas
maksudnya Direktur
Madrasah, ya mendukung
sekali apapun kegiatan
yang dilakukan untuk
Madrasah selama baik dan
positif pasti di support.
164
kemajuan anak – anak dan
madrasah pasti disupport”.
Program yang ada di
Madrasah Diniyah yang
memiliki tujuan untuk
pembentukan karakter
santri.
NAI “Dari segi orang tua , orang
tua tu udah kalau kita ada
agenda apapun misalkan
kayak MABIT, jadi ada
banyak agenda yang
membentuk karakter anak
termasuk MABIT, Taman
gizi orang tua tuh support
banget. Dan sebenernya ada
beberapa kegiatan yang
tujuan ya itu untuk
membentuk karakter anak
kayak MABIT itu”
Faktor pendukung dari
segi orang tua, jika ada
agenda mereka
mendukung, dan ada
banyak agenda yang
membentuk karakter anak
termasuk MABIT, taman
gizi dengan tujuan untuk
membentuk karakter anak.
Jadi program yang ada di
Madrasah juga
mendukung untuk
pelaksanaan pendidikan
karakter.
Y “Dukungan dari orang tua,
Ustadzah maksudnya kalo
ada masukan, mendukung
satu sama lain dan program
MDAA sendiri juga
mendukung. Taman gizi
contohnya dari tahun - tahun
kemarin membuat kerajinan
tangan dan dibawa pulang
ke rumah. Jadi kreatif pada
anak itu juga bisa menarik
perhatian anak untuk ikut
belajar”.
Dukungan dari orang tua
santri, lalu Ustadzah yang
saling memberi masukan,
mendukung satu sama
lain. Dari program
Madrasah sendiri juga
mendukung dalam
pengembangan pendidikan
karakter. Taman gizi
contohnya, tahun kemarin
membuat kerajinan tangan
dan dibawa pulang ke
rumah. Jadi selain
memberi nilai kreatif pada
anak, program itu juga
bisa menarik perhatian
anak untuk ikut belajar di
Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah
Jatimulyo.
EM “Faktor pendukungnya itu
eee tentu itu mba solidaritas
kami ya dari pak Sadiran, bu
Siti sampek ke temen –
temen itu kalo bikin acara
kayak MABIT itu kan
Solidaritas kami, dari
Direktur sampai teman –
teman ustadz / ustadzah
itu kalau membuat acara
seperti MABIT itu kan
membentuk karakter,
165
mbentuk karakter ya mbak
mereka selalu support ya
gimana caranya tenaganya
dikerahkan njuk
alhamdulillah ddari segi
dana yo alhamdulillah
mencukupi gimana carane”.
selalu support ya gimana
caranya tenaga dikerahkan
lalu alhamdulillah dari
segi dana mencukupi
DT “Istiqomahnya ustadz /
ustadzah buat ngajar,
motivasi antara ustadzah -
ustadzah, rasa suka pada
anak, dorongan pribadi ya
terus niatnya berusaha untuk
niat lillahita‟ala”
Istiqomahnya ustadz /
ustadzah, motivasi, rasa
suka pada anak, dorongan
pribadi, niatnya berusaha
untuk niat lillahita‟ala.
R “Mendukungnya itu
mendukung banget hlo jane,
karena ada kadang anuu
wali kelas – wali kelas pada
pinter maksude ada
waktunya mereka diajak
keluar, cinta sama alam,
Allah, o ini ciptaan Allah,
ini ciptaan manusia terus
tadabur alam ada jadwal
harus keluar jalan – jalan,
program yang ada
mendukung kaya besok ada
outbond itu kan juga
mendukung refreshing anak
– anak”.
Faktor pendukung ialah
ustadzah yang kreatif
mengajak santri untuk
keluar kelas untuk
mencintai alam, melihat
ciptaan Allah, ciptaan
manusia. Kemudian
program yang ada seperti
outbond membuat anak
refreshing.
8. Apa Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo?
S “Berkaitan dengan sumber
dayanya ya. Jadi memang
beberapa dari ustadz /
ustadzahnya latar belakang
pendidikannya tidak sesuai
Berkaitan dengan sumber
daya. Beberapa ustadz /
ustadzah memiliki latar
belakang pendidikan yang
tidak sesuai jadi kurang
Dalam pelaksanaan
pendidikan karakter di
Madrasah Diniyah Al-
Qur‟an „Aisyiyah
memiliki faktor
166
jadi kurang mendukung
secara maksimal. Dan
ustadzh / ustadzahnya masih
usia remaja itu yang kadang
– kadang memang ada
hambatan. Misal ustadzah A
dan B kita kasih materi ini
tapi malah tidak sesuai
dengan bidang yang mereka
miliki di bangku kuliah
sehingga itu kadang –
kadang menghambat”
mendukung secara
maksimal. Dan usia ustadz
/ ustadzah yang masih usia
remaja yang terkadang
menjadi hambatan. Misal
ustadzah A dan B kita
kasih materi ini tapi malah
tidak sesuai dengan
bidang yang mereka miliki
di bangku kuliah sehingga
itu kadang – kadang
menghambat.
penghambat yaitu:
a) latar belakang
pendidikan
ustadz/ustadzah yang
tidak sesuai dengan
pembelajaran di
Madrasah;
b) kuantitas atau jumlah
ustadzah yang tidak
sebanding dengan
jumlah santri;
c) faktor lingkungan
tempat tinggal santri
yang kurang mendukung
santri untuk rajin
berangkat menuntut
ilmu di Madrasah;
d) jumlah jam
pembelajaran yang
dirasa kurang untuk
dapat memberikan
pendidikan karakter
kepada santri secara
optimal.
NS “Faktor penghambatnya
sebenarnya sih tidak ada
yang terlalu ini ya.
Maksudnya kalau dari saya
pribadi melihat mungkin
faktor lingkungan anak -
anak sendiri jadi ada yang
orang tuanya yang gak
peduli, ngaji nggak ngaji
wes terserah. Padahal
anaknya butuh di apa ya di
motivasi, di support gitu
kan. Padahal anaknya rajin,
pintar.
Faktor penghambatnya
sebenarnya sih tidak ada
yang terlalu ini ya.
Maksudnya kalau dari
saya pribadi melihat
mungkin faktor
lingkungan santri sendiri
jadi ada yang orang
tuanya yang tidak peduli,
ngaji nggak ngaji wes
terserah. Padahal anaknya
butuh di motivasi, butuh
di support
NAI “Kalau penghambatnya sih
lebih ke pengajarnya aja sih,
kalau secara kuantitas kita
kurang banyak. Secaraaa
jadi anaknya tu di sini
terdaftar 150 lebih kalau
misalkan kondisi gak hujan
berangkat 3 kelas itu ada 80
anak berangkat ada,
ustadzahnya yang datang
hanya kira-kira 7 atau 8 itu
menurut saya kurang banget,
kalau misalkan 7 ustadzah
gitu ya menghandel, 1
ustadzah mengahndel 10
anak itu menurut saya luar
Menurut Ustadzah NAI,
Faktor penghambat
pendidikan karakter ialah
faktor kuantitas pengajar
yang tidak sebanding
dengan jumlah santri.
167
biasa jadi kita kurang tenaga
disitu jadi ya memang
secara faktor
penghambatnya termasuk
pengajarnya gitu. Tapi dari
segi fasilitas insyaallah
engga terhambat”
Y “Apa ya, mungkin kurang
ustadzahnya ya karena
santrinya banyak ustadzah
cuma berapa jadi kadang
kalau menghandel tiba-tiba
ustadzah yang biasanya
mengampu absen, agak
keteteran”.
Faktor penghambat ialah
kekurangan ustadzah
untuk dapat menghandel
situasi yang tiba – tiba
seperti ustadzah absen.
EM “Tentu waktu. Eee kan beda
yo mbak yo kalo sekolah itu
berapa jam yo 7 atau 6 jam.
Kalau kita kan brangkat jam
4 pulang jam 5 itu aja udah
dipotong istirahat itu kan
gak full gitu hloo tentu
waktu yang menghambat.
Terus itu menurutku juga
kurang ustadzahnya sing
maksudnya spesialisasinya
membentuk karakter gitu
hlo kalo jaman – jaman dulu
sing telat harus gini gini gini
terus muridnya sedikit
disiplin laah gak seanu kalo
sekarang kan agak lembut –
lembut lah gitu.
Tentu waktu. Kan beda
dengan pendidikan formal.
Kita berangkat jam 4
pulang jam 5 itu juga
sudah dipotong istirahat,
harus intensif iqro dan
alqur‟an kan jadi tidak
full. Terus kekurangan
ustadzh/ustadzah yang
spesialisasinya
membentuk karakter.
Kalau jaman dulu ada
ustadza/ustadzah yang
keras, harus gini harus
gini, muridnya jadi sedikit
disiplin. Kalau sekarang
kan agak lembut – lembut
gitu
DT “O ada, disini kekurangan
ustadzah mungkin kan
karena idealnya berapa ya
pokoknya kita kurang ideal
antara santri dengan
ustadzah untuk membentuk
sebuah karakter kuranglah
disini kayak gitu”.
Kurang idealnya jumlah
ustadzah dengan jumlah
santri yang ada untuk
dapat membentuk sebuah
karakter.
R “Ibu ga melihat e, karena Menurut pengamatan
169
Lampiran 8. Analisis Data Hasil Wawancara Santri
Analisis Data Hasil Wawancara Santri
Pertanyaan
1. Apa saja karakter / nilai yang diperkenalkan dan diberikan oleh
Ustadz/Ustadzah?
Narasu
mber
Jawaban Reduksi Deskripsi
V
“Shalat 5 waktu,
membantu orang yang
membutuhkan,
menghormati orang
yang lebih tua,
seseorang yang lebih tua
dari kita, ya mendapat
ilmu tentang kisah-
kisah nabi dan sahabat –
sahabatnya“
Nilai yang diberikan
oleh ustadzah ialah nilai
saling menghormati,
nilai tolong menolong.
Menurut santriwan
dan santriwati, nilai
– nilai pendidikan
karakter yang sudah
diperkenalkan dan
diajarkan oleh
ustadz dan ustadzah
ialah nilai hormat
dan santun, nilai
kasih sayang
sesama manusia,
nilai kejujuran,
kedisiplinan, adab
makan dan ketaata
beragama.
D “Menghormati, terus
menolong sama taat
sama aturan“
Nilai yang diberikan
adalah nilai saling
menghormati, tolong
menolong dan disiplin.
I
“Shalat 5 waktu,
membaca Al-Qur’an,
akhlak tawakal, sabar,
ikhlas, istiqomah,
ikhtiiar, sidiq, ikhsan,
qona’ah“
Nilai ketataan beragama
seperti shalat, membaca
Al-Qur’an, dan akhlakul
karimah.
AY
“Nilai kebaikan ee tidak
berbohong, menolong
sesama, mencintai
teman, mempererat
persaudaraan“.
Nilai kejujuran, saling
mencintai, dan
persaudaraan.
P “Menghafal surat –
surat“
Nilai keagamaan
MR “Tidak bohong, berkata
baik, sopan“.
Nilai kejujuran, sopan
dan santun.
170
TP
“Emm, makan sambil
duduk, makan memakai
tangan kanan, shalat 5
waktu, ummm apa ya ya
udah“.
Nilai kedisiplinan dan
ketaatan beragama.
FM
“Shalat 5 waktu, berdoa
seblum makan dan
sesudah makan,
megucap salam pada
saat masuk dan keluar
rumah, emmmm
menyisihkan uang untuk
infaq di TPA, emmm
uudah“
Nilai ketaatan
beragama, adab makan,
adab keluar rumah dan
nilai sosial.
ZI
“Perbuatan kayak
menghormati orang tua,
terus
berwudhu,melakukan
shalat samaa itu apah
mematuhi nasihat orang
tua“
Nilai hormat dan santun,
mematuhi nasihat kedua
orang tua.
AAR
“Membantu orang tua,
mmmmm makan sambil
duduk, gak boleh makan
sambil ngomong, sopan
santun kepada orang tua,
menghormati orang
lain“
Membantu orang tua,
adab makan, niai hormat
dan santun kepada orang
tua dan orang lain.
2. Menurut pendapat kamu, apa saja contoh perilaku yang mencerminkan
karakter baik di lingkungan Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah?
V “Berinfak, membantu
teman, belajar shalat,
mengajari adik yang
lebih kecil, memberitahu
jika membuang sampah
ketempatnya dll“.
Berinfaq, menolong
teman, mengajari adik
kelas, memberi tahu
kepada teman untuk
membuang sampah pada
tempatnya.
Menurut para santri,
perilaku yang
mencerminkan
perbuatan baik /
nilai – nilai
pendidikan karakter
di Madrasah
Diniyah adalah rajin
mengaji, saling
tolong menolong,
berbagi kesesama,
mematuhi peraturan
D “Rajin ngaji terus eee
menghormati orang tua
dan memperbaiki hal
yang salah“
Rajin mengaji,
menghormati orang tua
dan memperbaiki yang
salah.
I “Menghormati orang
tua, monolong orang
Menghormati orang tua,
tolong menolong,
171
yang jatuh kalau ada
yang jatuh, taman gizi
jadi panitianya, teruus
ummmmm apalagi ya
udah dah“
membantu ustadzah
menjadi panitia kegiatan
Taman Gizi.
Madrasah, dan
menghormati orang
tua.
AY “Berjabat tangan pada
ustadzah, menolong
sesama teman udah“.
Berjabat tangan dengan
ustadzah, tolong
menolong sesama teman
P “Membantu teman yang
sedang kesusahan, infaq,
membantu teman
menghafalkan surat“.
Menolong teman yang
sedang kesusahan,
infaq, dan membantu
teman menyimak
hafalan.
MR “Menolong teman yang
sedang jatuh, bekerja
kelompok dengan
sungguh – sungguh,
mengambil bola tapi gak
bisa manjat terus
ditolongin, sodakoh“
Menolong teman,
bekerja sama dengan
sungguh – sungguh, dan
sodaqoh.
TP “Mengaji, tidak makan
didalam kelas, sebelum
dan sesudah makan
harus berdo’a
emmmmm udah“
Mengaji, tidak makan
didalam kelas, berdo’a
sebelum dan sesudah
makan.
FM “Emmmm, membantu
teman“
Membantu teman
ZI “Biasanya selalu
memperhatikan kalau
ustadzah mempelajari
temanya, selalu
mengaji“.
Memperhatikan
Ustadzah yang sedang
menjelaskan materi dan
rajin mengaji.
AAR “Mengasihi makan
kepada teman sama aku,
menolong teman jatuh“.
Berbagi dengan teman,
dan menolong teman.
3. Apakah kamu sudah melakukan salah satu dari nilai / karakter itu di
lingkungan Madrasah Diniyah Al-Qur’an ‘Aisyiyah?
V “Insyaallah sudah, tapi
yang membuang sampah
pada tempatnya suka
melanggar“.
Sudah melakukan nilai
kebaikan, tetapi untuk
membuang sampah pada
tempatnya belum.
Sebagian besar
santri mengaku jika
sudah melakukan
perbuatan baik yang
mereka katakan D “Apa ya, salim sama Sudah melakukan nilai
172
orang tua tapi eee kalau
berangkat TPA Cuma
bercanda sama temen
aja hehee“
kebaikan seperti salim
dengan orang tua.
seperti berjabat
tangan dnegan
orang tua, rajin
mengaji, membuang
sampah pada
tempatnya,
menyisihkan uang
berifaq dan
menolong teman.
I “Udah, emang buang
samah termasuk ya, iya
buang sampah,
minjemin bolpen tu,
teruuus emmm njajain“
Sudah dengan
membuang sampah,
meminjamkan teman
bulpoin dan mentraktir
teman.
AY “Ngaji, membantu
ustadzah menjadi panitia
Taman Gizi terus acara
– acara“.
Mengaji dan membantu
ustadzah menjadi
panitia dikegiatan
Madrasah.
P “Insyaallah sudah
menghafalkan surat
pendek, tadarus
bersama, membuang
sampah isnyaallah
sudah“
Sudah dengan
mengahafalkan surat
pendek, tadarus
bersama, dan
membuang sampah pada
tempatnya.
MR “Sudah membantu
teman mengambil bola,
membuang sampah
ketempatnya tapi
kadang – kadang“.
Sudah membantu teman,
namun membuang
sampah ke tempatnya
kadang – kadang.
TP “Belum semua, tapi
jabat tangan udah
hehehee“
Belum semua dilakukan
tetapi berjabat tangan
sudah dilakukan.
FM “Mengucap salam
sudah, shalat 5 waktu
sudah, sekali
menyisihkan uang untuk
berinfaq“.
Sudah mengucap salam,
shalat 5 waktu dan
menyisihkan uang untuk
berinfaq.
ZI “Aku membuang
sampah pada tempatnya,
aku berucap salam
sebelum masuk dan
keluar rumah. Makan
pakai tangan kanan“.
Sudah membuang
sampah pada tempatnya,
berucap salam sebelum
dan sesudah keluar
rumah, dan makan
memakai tangan kanan.
AAR “Udah, udah semua
ding“.
Sudah melakukan
semua perbuatan baik
yang saya sebutkan tadi.
173
Lampiran 9. Materi Pembelajaran
MATERI PEMBELAJARAN KELAS TQA
(Kelas 5, 6, SMP)
Hari Materi
Senin
Senin Pekan 1 Tafsir surat yang akan dihafalkan
Senin Pekan 2 Hafalan surat – surat pilihan
Senin Pekan 3 Hafalan surat – surat pilihan
Senin Pekan 4 Setor hafalan surat pilihan
Rabu
Rabu Pekan 1 Tafhimul Qur‟an Juz „Amma, Iqra‟ / Qira‟atil Qur‟an
Rabu Pekan 2 Tafhimul Qur‟an Juz „Amma, Iqra‟ / Qira‟atil Qur‟an
Rabu Pekan 3 Tafhimul Qur‟an Juz „Amma, Iqra‟ / Qira‟atil Qur‟an
Rabu Pekan 4 Tafhimul Qur‟an Juz „Amma, Iqra‟ / Qira‟atil Qur‟an
Kamis
Kamis Pekan 1 Materi (Adab), Iqra‟ / Qira‟atil Qur‟an
Kamis Pekan 2 Materi (ibadah), Iqra‟ / Qira‟atil Qur‟an
Kamis Pekan 3 Materi (Fiqih), Iqra‟ / Qira‟atil Qur‟an
Kamis Pekan 4 Games / permainan, materi lain diluar pelajaran
Catatan:
a. Hari Senin, surat – surat pilihan diantaranya:
1. Surat – surat pendek Juz „Amma
2. Ayat kursi
3. Surat Al- Mukminun (ayat 1 - 11)
4. Surat Al-Baqarah (ayat 1 – 7)
b. Hari Kamis :
Surat – surat yang diterjemahkan diambil dari Juz „Amma diantaranya surat An-
nas sampai At-Takatsur.
174
Lampiran 10. Rancangan Pembelajaran
RANCANGAN PEMBELAJARAN KELAS TPA
SEMESTER GENAP 2015/2016
Bulan : Januari – Februari 2016
No Hari / Tanggal Materi Pembelajaran Keterangan
1. Senin, 04 Januari 2016 Permainan dan kuis
2. Selasa, 05 Januari 2016 Adab Belajar
3. Kamis, 07 Januari 2016 Muraja‟ah Surat Pendek
4. Senin, 11 Januari 2016 Adab bergaul dengan lawan jenis
5. Selasa, 12 Januari 2016 Sejarah Nabi Muhammad
Shalallahu ‟Alaihi Wassalam
6. Kamis, 14 Januari 2016 Muraja‟ah QS. Al Humazah dan
QS. At Takatsur
7. Senin, 18 Januari 2016 Sejarah Nabi Muhammad
Shallallahu „Alaihi Wassalam
8. Selasa, 19 Januari 2016 Thaharoh
9. Kamis, 21 Januari 2016 Menulis lafal QS. Al Qari‟ah
10. Senin, 25 Januari 2016 Macam – macam najiz
11. Selasa, 26 Januari 2016 Adab buang air
12. Kamis, 28 Januari 2016 Menghafalkan QS. Al Qari‟ah dan
permainan
13. Senin, 01 Februari 2016 Istinja‟
14. Selasa, 02 Februari 2016 Tayamum
15. Kamis, 04 Februari 2016 Menulis lafal QS. Al „Adiyat
16. Senin, 08 Februari 2016 Shalat berjama‟ah
17. Selasa, 09 Februari 2016 Shalat Jum‟at
18. Kamis, 11 Februari 2016 Menghafalkan QS. Al „Adiyat dan
permainan
19. Senin, 15 Februari 2016 Jamak dan Qasar
20. Selasa, 16 Februari 2016 Macam – macam shalat sunnah
21. Kamis, 18 Februari 2016 Menulis QS. Al Zalzalah
22. Senin, 22 Februari 2016 Zakat
175
23. Selasa, 23 Februari 2016 Mustahiq (8 golongan yang berhak
menerima zakat)
24. Kamis, 25 Februari 2016 Menghafalkan surat Al Zalzalah
dan permainan
25. Senin, 29 Februari 2016 Infaq dan Shodaqoh
Target Bulan Januari – Februari 2016:
1. Hafal QS. Al Qari‟ah
2. Hafal QS. Al „Adiyat
3. Hafal QS. Al Zalzalah
4. Melaksanakan shalat 5 waktu dengan benar
5. Terbiasa berinfak
6. Amaliah harian santri terlaksana
176
Lampiran 11. Catatan Lapangan
CATATAN LAPANGAN 1
Waktu : Jam 14.35 – 15.35 WIB
Kegiatan : Ijin Penelitian
Lokasi : Rumah Direktur MDAA
Tanggal : 20 Januari 2016
Deskripsi
Pada hari ini peneliti datang ke rumah direktur MDAA WIB yang beralamat
di RT 11 RW 03 Jatimulyo, Kricak, Tegalrejo Yogyakarta pada pukul 14.35 WIB
yang letaknya tidak terlalu jauh dari gedung MDAA berada. Peneliti memilih datang
ke rumah Direktur MDAA dengan pertimbangan agar tidak mengganggu jadwal dan
kewajiban Direktur MDAA Bapak “Sad” beserta istri yang juga menjadi Ustadzah di
MDAA pada sore hari nanti. Tujuan kedatangan peneliti adalah untuk meminta izin
melakukan penelitian di MDAA Jatimulyo. Peneliti di sambut oleh istri Bapak “Sad”
yang sekaligus merangkap sebagai bendahara MDAA dan ustadzah. Sebelumnya,
peneliti pernah selama 2 bulan melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata di
Jatimulyo dimana MDAA masuk didalam wilayahnya. Oleh karena itu, peneliti
sudah tidak canggung lagi untuk memulai pembicaraan. Pertama kali, peneliti
menyampaikan maksud untuk bersilaturahmi dengan Ibu “S” sekeluarga. Pada saat
itu, bapak “SAD” belum pulang dari bekerja, peneliti bertanya-tanya tentang
bagaimana keadaan Ibu “S” dan sekeluarga, bagaimana keadaan warga RT 11
khususnya dan bercerita yang lain-lain sehingga tercipta suasana yang akrab. Setelah
itu, peneliti menyampaikan maksud yang kedua yaitu untuk memohon ijin melakukan
penelitian MDAA sembari peneliti memberikan surat permohonan izin dari kota
Yogyakarta dan proposal penelitian kepada Ibu “S”. Ibu “S” pun membuka dan
membaca proposal penelitian tersebut dan mempersilahkan peneliti untuk dapat
177
melakukan penelitian. Tidak selang berapa lama, Bapak “S” selaku direktur MDAA
pulang dan langsung menyapa peneliti dan ikut bergabung duduk dengan peneliti dan
Ibu “S” di ruang tamu. Bapak “S” menanyakan kabar peneliti begitu pula peneliti.
Kemudian, peneliti menyampaikan kembali niat untuk memohon ijin penelitian di
MDAA dan memberikan proposal kepada bapak “S”. Bapak “S” selaku direktur
MDAA mempersilahkan untuk dapat melakukan penelitian di MDAA pada hari
Kamis besok dan menawarkan bantuan jika peneliti membutuhkan data tambahan
berupa buku profil MDAA,dan tabel agenda tahunan. Waktu menunjukan pukul
15.35 WIB, peneliti mengucapkan terimakasih kepada Ibu “S” dan Bapak “SAD” dan
berpamitan pulang.
178
CATATAN LAPANGAN 2
Waktu : Jam 16.06 – 17.50 WIB
Kegiatan : Observasi di Kelas TPA
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 21 Januari 2016
Deskripsi
Pada hari ini, peneliti melakukan penelitian di MDAA. Ketika peneliti datang
pada pukul 16.06 WIB, terlihat para santri sudah banyak yang datang. Ada yang
sedang bermain berlarian kesana kemari, adapula yang duduk manis sembari makan
jajan dan adapula yang hanya sekedar duduk melihat teman-teman yang lain. Wali
santripun terlihat ada yang mengantar dan menunggu anaknya. Peneliti duduk dikursi
yang ada di depan kelas diantara para santri. Peneliti merasa sedikit canggung karena
para santri memandang peneliti dengan wajah yang penasaran. Tak selang berapa
lama, salah satu Ustadzah datang membawa kunci untuk membuka kelas bagi para
santri sehingga para santri yang duduk di depan kelaspun masuk ke dalam kelas.
Dengan segera peneliti menghampiri ustadzah, memberi salam, memperkenalkan diri
dan menyampaikan maksud dan tujuan datang ke MDAA. Setelah itu, penelitipun
dipersilahkan untuk ikut masuk ke dalam kelas TPA. Penelitipun masuk ke dalam
kelas, dan memilih untuk duduk dibarisan paling belakang agar dapat mengamati
keseluruhan didalam kelas dan agar tidak terlalu mencuri perhatian para santri.
Pembelajaranpun dimulai dengan membaca do‟a bersama-sama. Ustadzah
mengkondisikan para santri untuk duduk rapi dan tenang pada saat akan dimulai
berdo‟a dan tidak akan memulai do‟a jika masih ada santri yang berbicara atau
bermain sendiri serta menyuruh santri untuk menyimpan jajan yang dibawa oleh
santri pada saat waktu pembelajaran akan dimulai. Kemudian ustadzah menanyakan
kesiapan dari para santri untuk memulai kegiatan pada sore itu dan menanyakan
kelengkapan peralatan yang dibawa para santri untuk menghias tulisan arab atau
179
kaligrafi. Suasana didalam kelas sempat bising karena ada salah satu santriwan yang
memukul-mukul meja sembari bernyanyi pada saat ustadzah sedang membagikan
kertas kaligrafi untuk dihias. Para santriwati yang merasa terganggu langsung
menegur santriwan tersebut dan disusul dengan teguran oleh ustadzah, santriwan
tersebut langsung diam dan berhenti memukul-mukul meja lagi. Para santri dibagi
menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok beranggotakan 2 sampai 3
orang untuk bekerja sama menghias tulisan kaligrafi agar menjadi kaligrafi yang
indah .Setelah membagikan kertas bertuliskan kaligrafi, ustadzah menekankan kepada
para santri bahwa kertas tersebut hanya ada 1 untuk masing-masing kelompok, jadi
para santri harus berhati-hati agar kertas tersebut tidak rusak ataupun sobek nantinya.
Setelah para santri dipersilahkan untuk menghias tulisan kaligrafi tersebut secara
berkelompok, suasana ramaipun tidak terhindarkan dengan suara para santri karena
antusiasme untuk menghias tulisan kaligrafi dengan berbicara mengeluarkan ide
kepada temannya. Disisi lain, ada dua orang santriwati yang mengadukan temannya
kepada ustadzah karena temannya tersebut tidak mau berbagi pembolong kertas dan
ustadzahpun dengan tegas menegur santriwati tersebut agar dapat berbagi dengan
teman yang lain. Santriwati tersebutpun langsung memberikan pembolong kertas
kepada temannya. Pada saat waktu yang tersisa 10 menit lagi menuju bel pulang, para
santri belum selesai menghias tulisan kaligrafi, oleh karena itu ustadzah menyuruh
para santri untuk menyelesaikannya di rumah. Kemudian Ustadzah menjelaskan akan
adanya buku monitoring santri untuk penilaian sikap santri dalam setiap satu semester
dan para sanri diwajibkan untuk membeli buku tersebut. Selanjutnya, Ustadzah
memberikan waktu untuk para santri membereskan peralatan sebelum pulang dan
menyuruh santri untuk membersihkan sampah yang ada disekitar santri dan
menekankan tidak akan memulangkan para santri jika masih ada sampah yang
terlihat. Pada saat membersihkan sampah, ada dua orang santriwan yang dengan
sukarela berkeliling dan menjadikan kopiahnya untuk mengumpulkan sampah kertas
untuk kemudian dibuang ketempat sampah. Setelah bersih, pembelajaran diakhiri
180
dengan do‟a bersama dan kemudian bersalaman dengan ustadzah. Penelitipun
mengucapkan terimakasih kepada ustadzah sembari bersalaman. Ustadzah dan
peneliti menuju kearah kantor dimana para usatdzah yang lain berkumpul seusai
pembelajaran. Penelitipun memperkenalkan diri kepada ustadzah yang lain dan
memohon ijin untuk melakukan penelitian di MDAA. Menjelang magrib, peneliti
pulang bersama dengan para ustadzah.
181
CATATAN LAPANGAN 3
Waktu : Jam 15.40 – 17.30 WIB
Kegiatan : Observasi di Kelas TKAL dan wawancara dengan Ustadzah
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 22 Januari 2016
Deskripsi
Peneliti datang pada pukul 15.40 WIB dan cuaca pada sore hari ini hujan lebat
sejak sekitar pukul 15.00 WIB. Pada saat peneliti sampai di MDAA, nampak
Madrasah sepi dengan santri dan ustadzahpun belum terlihat. Santri yang hadir di
kelas TKAL hanya 4 orang dari jumlah satu kelas 35 santri dan ditambah dengan 2
orang santri TPA yang sengaja digabungkan dalam satu kelas. Tidak selang berapa
lama, Ustadzah “M” datang dan membuka pembelajaran. Seperti biasa, kegiatan
pembelajaran dimulai dengan do‟a alfathihah, doa belajar, dan pembuka majlis.
Kemudian, Ustadzah “M” menanyakan kepada para santri siapa yang sudah
menghafal suratan pendek, dipersilahkan untuk maju kedepan kelas. Lalu ada dua
santri yang berani maju kedepan kelas untuk membacakan suratan pendek. Setelah
itu, materi yang selanjutnya adalah menebalkan dan menulis huruf hijaiyah dengan
indah. Para santri dibagikan kertas berisi tulisan huruf hijaiyah untuk kemudian
dikerjakan oleh para santri. Setelah selesai menebalkan dan menulis huruf hijaiyah,
para santri menuju kebelakang kelas untuk membaca intensif iqro / al-Qur‟an dengan
Ustadzah “Y” dan “NAI” yang sudah menunggu sedari kelas baru dimulai.
Setelah pembelajaran selesai, peneliti melakukan wawancara dengan ustadzah
“NAI” selaku wali kelas dari kelas TPA. Peneliti melakukan wawancara dengan
pedoman terstruktur dan pedoman wawancara yang sudah peneliti siapkan
sebelumnya. Wawancara berlangsung dengan santai karena usia ustadzah dan peneliti
yang tidak terpakut jauh. Setelah wawancara dirasa cukup, peneliti mengucapkan
182
terimakasih dan memohon maaf jika telah meminta waktu ustadzah. Kemudian
peneliti pulang bersamaan dengan ustadzah.
183
CATATAN LAPANGAN 4
Waktu : 07.00 – 10.00 WIB
Kegiatan : Observasi Kegiatan Taman Gizi dan wawancara dengan Ustadzah
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 24 Januari 2016
Deskripsi
Pada hari ini peneliti mengikuti kegiatan Taman Gizi yang merupakan salah
satu agenda rutin MDAA. Peneliti sampai di MDAA pada pukul 06.49 WIB karena
kegiatan dijadwalkan pada pukul 07.00 WIB. Pada saat sampai di MDAA, baru ada 2
santri yang datang dan duduk didepan kelas. Peneliti membantu para ustadzah untuk
mengemasi snack untuk dibagikan kepada para santri nantinya. Kemudian pada pukul
07.20 WIB, acara taman gizi dimulai diawali dengan berdo‟a bersama-sama dan para
santri diarahkan untuk berbaris 3 banjar. Kelas TQA, sebagai kelas paling besar
secara usia, menjadi pemandu bagi para santri yang usianya lebih kecil. Kegiatan
taman gizi dilaksanakan dengan jalan – jalan berkeliling sekitar daerah Jatimulyo.
Peneliti ikut dalam menjaga para santri di jalan raya pada saat jalan – jalan
mengelilingi daerah sekitar Jatimulyo. Setelah sampai kembali di MDAA, para santri
diarahkan untuk duduk melingkar dengan kertas koran yang sudah dibawa masing-
masing santri. Setelah semuanya duduk melingkar, peneliti membantu para ustadzah
membagikan snack dan bubur kacang ijo untuk santri. Para santripun mengawali
makan dengan doa bersama-sama yang dipandu oleh ustadzah “Y” kemudian sembari
santri makan, ustadzah “Y” menjelaskan tentang pentingnya gizi seimbang untuk
pertumbuhan adan perkembangan anak. Dan menjelaskan manfaat apa yang
terkandung didalam kacang hijau yang sedang dimakan oleh para santri. Selain itu,
ustadzah “Y” mengingatkan kepada para santri untuk berhati –hati dalam membeli
jajan. Setelah para santri selesai makan, diakhiri dengan do‟a setelah makan, para
santri bersama - sama membantu para ustadz / ustadzah membersihkan sampah dan
184
koran bekas pada kegiatan Taman Gizi dan mengumpulkannya kedalam kardus untuk
kemudian dibuang ke tempat sampah yang sudah disediakan. Kemudian, para santri
dipandu untuk berdoa untuk ke-dua orang tua, do‟a syukur nikmat dan penutup majlis
sebagai penutup acara Taman Gizi pada hari ini dan para ustadzah berjajar di
samping gerbang Madrasah bersalaman dengan para santri. Setelah kegiatan taman
gizi, peneliti membantu para ustadzah untuk membersihkan halaman Madrasah.
kemudian peneliti memohon izin kepada ustadzah “E” dan ustadzah “D” untuk dapat
melakukan wawancara. Wawancara dilakukan dengan bergantian dan menggunakan
pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya. Ketika wawancara dirasa
sudah cukup, peneliti mengucapkan terimakasih kepada para ustadzah dan kemudian
pulang bersamaan dengan para ustadzah.
185
CATATAN LAPANGAN 5
Waktu : 16.20 – 17.45 WIB
Kegiatan : Observasi Kelas TPA
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 25 Januari 2016
Deskripsi
Pada sore ini peneliti kembali mengobservasi di kelas TPA. Peneliti datang
pada pukul 16.20 WIB. Peneliti sampai dikelas tepat pada saat ustadzah membuka
materi pembelajaran. Peneliti mengetuk pintu dan memohon izin kepada ustadzah
“NAI” untuk dapat masuk kedalam kelas. Peneliti duduk dibangku paling belakang
dan menyiapkan buku catatan untuk siap melakukan observasi di kelas. Terlihat
ustadzah menanyakan adakah santri yang belum shalat ashar. Dan ada 2 orang santri
mengangkat tangan dan mengakui bahwa mereka belum shalat ashar. Kemudian
ustadzah menyuruh santri tersebut untuk shalat ashar terlebih dahulu. Sore ini materi
pelajaran adalah macam-macam najiz. Ustadzah menuliskan materi di papan tulis
untuk dicatat oleh para santri. Pada saat para santri mencatat, peneliti mendapati ada
salah seorang santri yang meminjamkan pensil kepada santri yang tidak membawa
pensil. Kemudian setelah selesai mencatat, tanpa diperintah oleh ustadzah, para santri
mengumpulkan catatan tersebut kepada ustadzah untuk dinilai kerapian tulisan dan
kemudian para santri melanjutkan dengan materi membaca intensif Iqro‟ / al-Qur‟an
dengan ustadzah-ustadzah yang lain. Santri yang sudah selesai intensif membaca iqro
/ al-Qur‟an diperbolehkan untuk istirahat. Pada saat jam masuk, peneliti melihat
ustadzah meminta tolong kepada para santri untuk membagikan buku catatan yang
sudah dinilai dan dengan sigap salah seorang santriwati membantu ustadzah. Setelah
itu, jam pembelajaran selesai dan peneliti tidak langsung pamit pulang namun ikut
berkumpul dan mengobrol bersama ustadzah – ustadzah yang lain di kantor Madrasah
hingga pulang sekitar pukul 17.45 WIB
186
CATATAN LAPANGAN 6
Waktu : 15.35 – 17.35 WIB
Kegiatan : Observasi Kelas TQA dan wawancara dengan Ustadzah
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 27 Januari 2016
Deskripsi
Pada sore ini peneliti datang 35 menit lebih awal karena belajar dari
pengalaman sebelumnya terjebak macet dijalan menuju Madrasah. Sesampainya di
MDAA, belum ada santri yang datang. Setelah sekitar 10 menit berlalu, barulah
datang santri satu demi satu. Sembari menunggu jam pembelajaran dimulai, peneliti
melakukan pendekatan pada beberapa santri dengan duduk bersama santri. Ada 3
orang santriwati yang duduk satu bangku dengan peneliti. Peneliti berkenalan dengan
para santriwati tersebut dan berbincang-bincang untuk mengakrabkan satu sama lain.
2 santriwati terlihat sedang makan jajan sembari duduk dan setelah selesai memakan
jajan, santriwati tersebut langsung membuang sampah plastik jajan ke tempat
sampah.
Di kelas TQA, pada sore ini ada 10 orang santri yang hadir. Pembelajaran
diawali dengan membaca do‟a bersama lalu dimulai materi sore ini ialah membahas
tentang surat al-kautsar. Suasana di kelas tidak begitu ramai namun ada satu orang
santriwan yang terlihat susah diatur bernama “K”. Pada saat santriwan tersebut
diperingatkan oleh ustadzah karena ramai sendiri dan disuruh untuk menjelaskan di
depan kelas tentang surat al-kautsar, dengan santai “K” menjawab “ya mba aja yang
di depan”. Ustadzah hanya menggelengkan kepala sembari mengucap istighfar.
Disaat santri yang lain membahas surat al-kautsar dengan ustadzah, “K” yang tidak
membawa buku memilih membaca intensif al-Qur‟an dengan ustadz di ruangan yang
lain dan saat kembali ke dalam kelas, “K” tidak mengucapkan salam dan hanya
memasukkan al-Qur‟an kedalam tas kemudian pergi keluar kelas lagi pada saat para
187
santri yang lain masih membahas surat al-kautsar. Pada saat istirahat, santri meminta
izin pada ustadzah boleh atau tidak untuk jajan dan ustadzah memperbolehkan.
Kemudian pada saat pulang, diakhiri dengan do‟a namun ustadzah menunggu para
santri untuk diam baru do‟a dimulai. Setelah berdoa, para santri bersalaman dan
mencium tangan ustadzah. Penelitipun mengucapkan terimakasih kepada ustadzah
“N” selaku wali kelass TQA dan melakukan wawancara setelah sehari sebelumnya
meminta izin untuk melakukan wawancara seusai pembelajaran selesai. Wawancara
dilakukan di dalam kelas TQA penelitipun menanyakan beberapa pertanyaan kepada
ustadzah dengan pedoman wawancara dan pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnya.
Setelah sekitar 12 menit wawancarapun berakhir dan peneliti mengucapkan
terimakasih dan berpamitan dengan ustadzah.
188
CATATAN LAPANGAN 7
Waktu : 15.40 – 17.45 WIB
Kegiatan : Observasi Kelas TQA
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 01 Februari 2016
Deskripsi
Pada sore ini, peneliti sampai di MDAA pukul 15.47 dan duduk bersama
santri. Peneliti melihat tiga orang santriwati yang duduk disebelah peneliti, akan
memakan jajan namun sebelum memakan jajan mereka berdo‟a bersama dengan
dilafadzkan. Tidak lama dari itu, ada salah seorang santriwan yang berjalan didepan
santriwati tersebut sembari makan jajan dan langsung saja ditegur oleh para
santriwati “weeeeh..”F” makan sambil berdiri! Tadi aku lihat! Nanti tak bilangin
ustadzah “NAI” hlooo”. Lalu santriwan “F” tersebut langsung menuju pohon yang
ditebang setinggi pinggang dan duduk di pohon tersebut lalu melanjutkan memakan
jajan yang dibawanya. Setelah selesai memakan jajan, para santriwati membuang
sampah ke tempat sampah.
Peneliti melihat para santri kelas TQA, TPA, dan TKAL menata sandal
dengan rapi di depan kelas masing-masing. Pada saat bel masuk, peneliti sudah siap
di dalam kelas dan duduk di bagian belakang. Ustadzah mengumumkan bahwa pada
bulan Maret akan diadakan outbond dan ustadzah menyarankan untuk para santri
menabung untuk meringankan beban pembayaran outbond. Materi pembelajaran hari
ini ialah hafalan surat al-mukminun ayat 1 sampai dengan 7 beserta penjelasan arti
per ayat untuk bisa dihafalkan bersama. Setelah setoran hafalan surat al-mukminin
ayat 1-7, para santri intensif baca iqro‟ / al-Qur‟an dengan ustadz / ustadzah
pengampu intensif baca. Peneliti melihat, para santri yang akan baca intensif
mengantri dengan meletakkan iqro‟ / al-Qur‟an sesuai dengan urutan datang. Setelah
189
selesai pembelajaran, peneliti ikut berkumpul bersama para ustadzah di kantor dan
pulang bersamaan dengan para ustadzah.
190
CATATAN LAPANGAN 8
Waktu : 15.50 – 17.35 WIB
Kegiatan : Observasi Kelas TPA
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 02 Februari 2016
Deskripsi
Peneliti sampai di gedung MDAA sekitar pukul 15.50 WIB. Pada sore hari ini
cuaca di daerah Kricak dan sekitarnya hujan. Peneliti melihat para santri yang
biasanya bermain di luar kelas sembari menunggu bel masuk berbunyi, sekarang
lebih memilih bermain dan makan jajan di dalam kelas. Pada saat ada salah satu anak
akan membuang sampah bungkus jajannya, ada salah satu santriwati yang meminta
tolong untuk titip membuangkan sampah miliknya dan menular kepada teman –teman
yang lain untuk menitipkan sampah bungkus jajan kepada santri tersebut. Dengan
tersenyum, santri yang dimintai tolong mau membantu untuk membuang bungkus
jajan milik teman – temannya. Selain itu, peneliti juga melihat pada saat ada salah
seorang santri yang makan dengan tangan kiri, santri yang lain langsung menegur
dengan kata – kata “iih..makan pakai tangan kiri..tak bilangin ustadzah hloo”. Tidak
hanya itu, ada santri yang akan masuk kedalam kelas dan tidak menata sandalnya,
juga langsung disindir oleh santri yang lainnya. Kemudian, peneliti melihat para
beberapa santri yang berada dikelas, langsung berdiri ketika melihat ustadzah datang
dan bersalaman dengan ustadzah. Pada saat ustadzah menulis materi dipapan tulis,
masih ada beberapa anak yang sibuk mengobrol walaupun sembari mencatat.
Ustadzah mengingatkan “ayoooo…yang kerja itu apanya? Mulut atau tangannya?”
namun tetap saja beberapa anak ada yang sibuk mengobrol. Selanjutnya setelah para
santri selesai menulis, buku tulis dikumpulkan untuk dinilai ustadzah. Kemudian di
lanjutkan dengan membaca intensif iqro‟ / al-qur‟an. Peneliti dimintai bantuan untuk
membantu menyimak bacaan para santri. Pada saat selesai materi pembelajaran,
191
ustadzah mewajibkan para santri untuk memungut sampah yang berada disekitar
mereka untuk dibuang ke tempat sampah Setelah selesai, ustadzah mengondisikan
para santri untuk duduk rapi dan tenang pada saat akan dimulai berdo‟a dan tidak
akan di mulai berdo‟a bersama jika masih ada santri yang berbicara dan bermain
sendiri. Pada saat akan pulang, para santri mengucapkan salam dan bergantian
mencium tangan ustadzah. Penelitpun ikut berpamitan kepada ustadzah.
192
CATATAN LAPANGAN 9
Waktu : 15.50 – 17.35 WIB
Kegiatan : Observasi Kelas TQA
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 03 Februari 2016
Deskripsi
Pada saat dimulai, para snatri yang akan masuk kelas menata sandal didepan
kelas. Susasana kelas sore ini terlihat susah dikendalikan oleh ustadzah. Ada salah
seorang santri membuat ulah dengan memilih duduk di paling belakang dan memukul
pintu yang menjadi batas kelas sehingga mengganggu kelas yang bersebelahan. Lalu
ustadzah mengingatkan namun peringatan tersebut agaknya tidak mempan. Santriwan
tersebut tetap duduk dipaling belakang dan tidak mau berpindah duduk sesuai
barisan. Kemudian ada 2 orang santriwan yang sibuk berbincang ustadzahpun
menegur tetapi tidak diindahkan. Ustadzahpun menegur santriwan – santriwan
tersebut untuk kedua kalinya dengan cara santriwan tersebut disuruh untuk membaca
ayat yang sedang dibahas dan seperti itu seterusnya santri diberikan pertanyaan jika
mulai ramai kembali hingga pelajaran selesai.
193
CATATAN LAPANGAN 10
Waktu : 15.40 – 17.40 WIB
Kegiatan : Observasi Kelas TQA
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 04 Februari 2016
Deskripsi
Sebelum jam pembelajaran dimulai, peneliti melakukan wawancara dengan
beberapa santri kelas TQA didepan ruang kelas. Wawancara dilakukan dengan
pendekatan nonformal setelah beberapa kali penelliti mengobrol dengan para santri
sehingga tidak canggung lagi. Peneliti mewawancarai dengan cara bergantian dan
menggunakan handphone sebagai alat dokumentasi untuk merekam percakapan
wawancara.
Hari ini, ada tim akreditasi dari kemenag kota datang ke Madrasah Diniyah
Al-Qur‟an „Aisyiyah Jatimulyo. Ustadzahpun mengarahkan para santri kelas TQA
untuk lebih tertib dari biasanya dengan menyapu dan merapikan meja yang akan
dipakai untuk belajar. Sebelum masuk kedalam kelas, santri bersama – sama
membersihkan kelas yang kotor. Santri yang umurnya lebih muda memperlakukan
teman satu kelas yang usianya lebih tua secara sopan dengan tetap memanggil teman
yang lebih tua itu dengan sebutan mbak atau mas dan begitu sebaliknya. Materi
pelajaran pada sore hari ini ialah akhlak. Namun karena didalam satu kelas terdiri dari
bermacam tingkatan kelas formal, santri yang duduk dibangku SMP pada sekolah
formal berkata “ah..aku uwis nyatet” dan terlihat menyepelekan dengan tidak
mencatat materi akhlak yang didiktekan ustadzah. Melihat hal itu, ustadzah lalu
memberikan hukuman dengan kesepakatan dari para santri jika ada santri yang tidak
mencatat, besok pada hari Senin wajib mengumpulkan catatan / salinan surat An-
naba. Namun peneliti melihat beberapa santri tidak menganggap berat hukuman
tersebut dengan lebih memilih untuk tidak mencatat dan menyalin surat An-naba.
194
Banyak santri yang mengeluh karena banyak mencatat. Ada seorang santri yang
mengeluh dengan berbahasa jawa, namun terlihat ustadzah masih sabar menjawab
dengan menggunakan bahasa Indonesia berintonasi lembut tetapi tegas. Ketika
peneliti menanyakan mengapa mengeluh kepada santri yang bersangkutan, santri
tersebut menjawab “hlah disekolah udah nyatet mba, masa disini nyatet lagi. Capek
mba”. Salah seorang santriwan yang biasanya tidak menurut dengan ustadzah, kali ini
menurut dan ikut menulis apa yang didiktekan oleh ustadzah walaupun sembari
mengobrol dengan temannya. Setelah selesai mencatat, ustadzah menanyakan kepada
para santri tentang materi akhlak dan memberikan beberapa pertanyaan dengan
menunjuk santri untuk menjawab. Beberapa santri juga memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi dengan menanyakan kepada ustadzah apa saja contoh-contoh dari perbuatan
akhlak. Dan beberapa santri yang lain menyebutkan contoh – contoh dari perbuatan
akhlak dengan benarPada waktu istirahat, peneliti meminta izin kepada ustadzah
untuk mewawancari para santri. Peneliti memwawancarai para santri dikelas dengan
suasana akrab dan dengan panduan wawancara yang dibawa oleh peneliti. Peneliti
mewawancarai 5 orang santri dengan bergantian. Kemudian, sebelum pulang seperti
biasa ditutup dengan do‟a dan kemudian bersalaman dengan ustadzah. Peneliti tidak
langsung pulang setelah selesai di kelas TQA namun peneliti ikut gendu – gendu rasa
dengan para ustadzah di kantor hingga menjelang adzan magrib.
195
CATATAN LAPANGAN 11
Waktu : 15.40 – 17.40 WIB
Kegiatan : Observasi Kelas TPA
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 08 Februari 2016
Deskripsi
Sore ini peneliti datang dan sembari menunggu ustadzah datang, peneliti
melakukan wawancara dengan 2 santri kelas TPA. Tidak lama setelah wawancara
selesai, ustadzah datang dan para santri langsung masuk kedalam kelas. Ada beberapa
santri yang langsung mencium tangan ustadzah ketika datang.
Pelajaranpun dimulai seperti biasa diawali dengan berdo‟a bersama. Ketika
ustadzah akan menyampaikan pelajaran, ada seorang santri yang mengutarakan
kepada ustadzah ingin membeli jajan. Kemudian ustadzah menjawab “lebih baik
uangnya ditabung dek”. Hari ini materi pelajaran adalah tayammum, pada saat para
santri menulis materi yang ada di papan tulis, ada santri yang meminjam tipe-x
kepada temannya. Dengan tersenyum, santri meminjami temannya. Namun pada saat
mengembalikan, santri peminjam tidak mengucapkan terimakasih. Pada pertemuan
kali ini, suasana kelas lebih tenang dari pertemuan kemarin. Terlihat ustadzah lebih
bisa mengontrol para santri didukung dengan adanya peraturan – peraturan baru yang
ada seperti denda jika melanggar peraturan seperti makan dikelas, dan buku
monitoring yang terlihat cukup berimbas untuk membuat anak – anak tertib. Namun,
baru sebentar kelas diam pada saat menulis materi, ada dua orang santriwan saling
mengobrol. Ustadzahpun mengingatkan “sstttt….nanti ya” dan dua orang santriwan
tersebut terdiam. Pada sore ini adalah pelaksanaan denda bagi santri yang ramai
tempo hari dan ustadzah menawarkan denda apa yang mampu dilaksanakan santri.
“Uang atau shalat ust?” kata santri, “yaudah shalat aja, kau belum shalat to?”. Pada
saat istirahat, peneliti melihat seorang santriwati yang membagi jajan yang
196
dimilikinya dengan seorang temannya yang bercerita bahwa dia tidak membawa uang
untuk jajan. Kemudian pada saat akan pulang, para santri mengingatkan ustadzah
bahwa pada hari ini merupakan jadwal infaq. Para santripun berinfaq dengan seorang
santri yang berkeliling membawa kotak infaq. Pelajaran ditutup dengan do‟a bersama
dan salam.
Setelah para santri pulang, peneliti mengikuti rapat untuk persiapan akreditasi
dari provinsi. Direktur Madrasah memotivasi dan mengarahkan untuk persiapan
akreditasi mendatang. Selain itu, direktur Madrasah juga menanyakan kepada peneliti
adakah kesulitan yang dihadapi selama penelitian di Madrasah dan penelitipun
menjawab bahwa tidak ada kesulitan yang berarti berkat bantuan seluruh warga
Madrasah dalam penelitian hingga hari ini. Menjelang magrib, rapat dibubarkan dan
penelitipun pulang bersamaan dengan para ustadz dan ustadzah.
197
CATATAN LAPANGAN 12
Waktu : 15.50 – 17.40 WIB
Kegiatan : Observasi Kelas TPA
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 09 Februari 2016
Deskripsi
Pada sore hari ini peneliti datang untuk meneliti di kelas TPA. Seperti biasa,
sebelum memulai pelajaran, diawali dengan berdo‟a. Pada saat berdo‟a ada empat
orang santriwan ribut mengobrol dan pada saat berdo‟a selesai ustadzah mengatakan
“yang mengulang do‟a siapa ya?” santriwan yang ribut tadipun langsung mengaku
“aku, dia, sama dia ust”, “yuk diulang do‟anya yuuk” kata ustadzah pada santri.
Ustadzah menanyakan apakah santri mengerjakan sendiri atau tidak tugas
individu yang diberikan pada saat ustadzah tidak mengampu minggu lalu. Hampir
keseluruhan santri mengakui bahwa mereka mengerjakan tugas individu dengan
bekerja sama dan membuka buku catatan. Sore hari ini, ustadzah memberikan materi
dengan cara mendikte dan santri menulis materi bertema pendidikan karakter para
santri diberikan tugas untuk memberikan contoh nyata tentang nilai – nilai
pendidikan karakter seperti kasih sayang, disiplin, jujur, adil, rendah hati, dan sopan
santun. Para santri dibebaskan oleh ustadzah untuk mencari inspirasi diluar kelas,
terlihat santri ada yang berfikir serius untuk mengerjakan tugas yang diberikan dan
ada yang berdiskusi dengan temannya ada juga yang bertanya terus menerus kepada
ustadzah. Penelitipun mengabadikan hal tersebut dengan memfoto para santri yang
sedang mencari inspirasi diluar kelas dengan duduk diteras.
Sembari para santri mengerjakan tugas, peneliti memilih menggunakan waktu
yang ada untuk mewawancarai direktur Madrasah yang kebetulan berkesempatan
hadir di Madrasah pada sore itu. Peneliti menemui pak “S” selaku direktur diruang
kantor dan memohon izin untuk mewawancarai beliau. Beliaupun mempersilahkan
198
peneliti untuk melakukan wawancara. Wawancara dilakukan kurang lebih selama 15
menit dengan pertanyaan yang sudah disusun peneliti sebelumnya. Setelah
wawancara selesai, bertepatan dengan jam pulang para santri Ustadzah – ustadzahpun
terlihat sedang bersiap untuk pulang. Peneliti memohon pamit bersama – sama
dengan ustadzah yang pulang kerumah masing – masing.
199
CATATAN LAPANGAN 13
Waktu : 15.50 – 17.40 WIB
Kegiatan : Observasi Kelas TPA
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 15 Februari 2016
Deskripsi
Pada sore hari ini peneliti datang untuk melakukan wawancara dengan
ustadzah – ustadzah intensif baca Iqro / Al-Qur‟an dan wali kelas TKAL. Peneliti
melakukan wawancara pada saat ustadzah – ustadzah sudah selesai mengampu
intensif baca Iqro / Al-Qur‟an. Wawancara dilakukan di ruang koperasi Madrasah,
secara bergantian peneliti mewawancari ustadzah dengan menggunaka pedoman
wawancara. Wawancara dilakukan dengan menanyakan identitas, untuk kemudian
berlanjut dengan pertanyaan yang sudah peneliti siapkan sebelumnya.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa di Madrasah Diniyah Al-Qur‟an
„Aisyiyah Jatimulyo sudah melaksanakan pembelajaran yang didalamnya
mengandung nilai – nilai pendidikan karakter seperti nilai haormat dan santun, nilai
disiplin, niai kejujuran, nilai kasih sayang. Setelah merasa cukup mengenai informasi
yang diperoleh, peneliti mohon pamit untuk pulang.
200
CATATAN LAPANGAN 14
Waktu : 15.50 – 17.40 WIB
Kegiatan : Observasi Kelas TKAL
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 9 Maret 2016
Deskripsi
Pada sore hari ini peneliti datang untuk meneliti kelas TKAL. Penelti datang
dan masuk kedalam kelas, ketika ustadzah akan memulai pembelajaran Ustadzah
menggunakan tepuk 1 dan tepuk dua untuk menarik perhatian para santri agar siap
untuk mengawali pembelajaran dengan do‟a. Namun demikian, masih ada saja santri
yang sibuk bermain sendiri sehingga ustadzah tidak memulai berdo‟a sampai santri
tersebut diam. Tidak hanya itu, pada saat berdo‟a sudah dimulai dan ada salah
seorang santriwan yang tidak berdo‟a karena sibuk bercerita dengan teman, pada saat
do‟a bersama sudah selesai ustadzah menegur dua santriwan tersebut dan menyuruh
untuk mengulangi doa”. Kemudian, para santri dibagikan buku catatan untuk dapat
mencatat materi yang ustadzah tulis dipapan tulis pada waktu yang diberikan
sehingga semua santri menulis secara bersamaan.
Kehadiran peneliti yang sedang menulis catatan lapangan didalam kelas,
sedikit mencuri perhatian beberapa santri yang menanyai peneliti “mbak kok disini?
nulis apa e?” peneliti mengatakan bahwa peneliti menulis catatan harian dan
menyuruh santri untuk kembali memperhatikan ustadzah. Setelah para santri selesai
menulis, buku catatan dikembalikan lagi kepada ustadzah, lalu santri dibagikan kartu
mengaji untuk membaca intensif membaca Iqro / Al-Qur‟an. Bagi santri yang belum
hafal dengan bacaan – bacaan shalat, menghadap ke ustadzah untuk setoran hafalan
bacaan shalat. Peneliti melihat, ada seorang santriwati dengan sukarela meminjamkan
koresan pensil kepada temannya dan tidak selang berapa lama dari itu, terlihat ada 2
orang santriwan bermain dan salah satunya akan memukul teman yang satunya,
201
ustadzah langsung menegur dan seketika santriwan tersebut langsung duduk dan
berhenti bermain. Ketika masuk, santri dicuri perhatian oleh ustadzah dengan tepuk 1,
tepuk 2 dan tepuk wudhu sehingga santri ddapat dikondisikan. Kemudian santri
membaca bersama – sama hadits yang dituliskan dipapan tulis tadi. Lalu ustadzah
memimpin do‟a untuk pulang namun pada saat berdo‟a, ada santri yang sambil
bercanda seketika do‟a dihentikan dan diulang kembali. Pada saat jam pulang,
penelitipun ikut pulang dan memohon izin kepada ustadzah – ustadzah.
202
CATATAN LAPANGAN 15
Waktu : 15.5 – 17.45 WIB
Kegiatan : Observasi Kelas TKAL
Lokasi : MDAA Jatimulyo
Tanggal : 10 Maret 2016
Deskripsi
Pada sore hari ini penelti kembali meneliti di kelas TKAL. Sebelum para
santri masuk ke dalam kelas, para santri menata sandal dengan rapi di depan kelas.
Ustadzah datang terlambat sehingga peneliti di minati bantuan untuk mengkondisikan
santri yang sudah datang dibantu dengan ustadzah “YY” lalu tidak selang beberapa
lama ustadzah “Y” datang.
Pada pertemuan sebelumnya santri sudah disuruh untuk membawa pensil
warna atau krayon. Para santri ditanya oleh ustadzah “kemarin ustadzah nyuruh bawa
apa ya?” dengan serentak para santri menjawab “pensil warnaaa”. Peneliti mengamati
hampir seluruh santri membawa pensil warna. Namun ada satu orang santri yang
duduk tepat disamping peneliti, dia tidak membawa pensil warna dan teman
sebangkunya mau berbagi pensil warna dengan santriwan tersebut. Para santri dengan
antusias mewarnai dan menebalkan gambar ayo rajin mengaji tanpa bantuan dari
ustadzah atau teman
Disela mewarnai, santri dipanggil oleh ustadzah dan diberi kartu intensif baca
Iqro /Al-Qur‟an dan secara bergilliran membaca Iqro / Al-Qur‟an. Peneliti dimintai
tolong oleh ustadzah untuk membantu mengampu intensif baca Iqro / Alqur-an.
Penelitipun dengan senang hati membantu ustadzah. Setelah intensif baca Iqro /
Alqur‟an selesai, para santri dikondisikan kembali oleh ustadzah dengan permainan
tepuk untuk kemudian bersiap berdo‟a akan pulang. Setelah berdo‟a, secara bergiliran
deretan bangku ditunjuk oleh ustadzah untuk pulang dan bersalaman dengan ustadzah
dan peneliti.
203
Lampiran 12. Dokumentasi Foto
Gambar 1. Penampakan gedung MDAA
Gambar 2. Tempat Sampah MDAA
Gambar 3. Tempat wudhu MDAA
204
Gambar 4. Tempat parkir sepeda
Gambar 5. Toilet Gambar
6. Santri menata sandal didepan kelas
205
Gambar 7. Kegiatan Taman Gizi
Gambar 8. Santri bersalaman saat pulang di kegiatan Taman Gizi
Gambar 9. Santri membersihkan koran untuk alas duduk
206
Gambar 10. Santri maju kedepan kelas untuk membacakan hasil pekerjaannya
Gambar 11. Santri mengerjakan tugas diluar kelas
Gambar 12. Suasana proses pembelajaran di kelas TPA