madrasah diniyah dalam perspetif nsp

29
Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP Posted by oongfaturrahman on January 16, 2012 in Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1. A. Pendahuluan Pendidikan Islam atau menggunakan therminologi tradisional dinamakan “pendidikan diniyah” mempunyai sejarah panjang. Dalam pengertian seluas-luasnya, pendidikan Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Dalam konteks masyarakat Arab, dimana Islam lahir dan pertama kali berkembang, kedatangan Islam lengkap dengan usaha-usaha pendidikan merupakan transformasi besar. Sebab, masyarakat pra-Islam pada dasarnya tidak mempunyai sistem pendidikan formal. Lahirnya, usaha-usaha pendidikam Islam ini dimotivasi oleh adanya perintah untuk melaksanakan pendalaman ajaran islam (tafaqqu fi al- din),sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an, surat at-Taubah 122: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah 122) Pada awal perkembangannya, pendidikan Islam yang berlangsung dapat dikatakan bersifat non-formal, dan itupun lebih berkaitan dengan upaya-upaya dakwah islamiyah. Dalam kaitan itulah dapat dipahami, kenapa proses pendidikan Islam pertama kali berlangsung di rumah sahabat tertentu, yang paling terkenal adalah Dar al- arqam. Tetapi ketika masyarakat islam mulai terbentuk, maka pendidikan diselenggarakan di mesjid. Proses pendidikan pada tempat ini dilakukan dalam halaqah (lingkaran belajar).

Upload: masbur3586

Post on 28-Dec-2015

164 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

Posted by oongfaturrahman on January 16, 2012 in Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

 

1. A.     Pendahuluan

Pendidikan Islam atau menggunakan therminologi tradisional dinamakan “pendidikan diniyah” mempunyai sejarah panjang. Dalam pengertian seluas-luasnya, pendidikan Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Dalam konteks masyarakat Arab, dimana Islam lahir dan pertama kali berkembang, kedatangan Islam lengkap dengan usaha-usaha pendidikan merupakan transformasi besar. Sebab, masyarakat pra-Islam pada dasarnya tidak mempunyai sistem pendidikan formal. Lahirnya, usaha-usaha pendidikam Islam ini dimotivasi oleh adanya perintah untuk melaksanakan pendalaman ajaran islam (tafaqqu fi al-din),sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an, surat at-Taubah 122:

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah 122)

 

Pada awal perkembangannya, pendidikan Islam yang berlangsung dapat dikatakan bersifat non-formal, dan itupun lebih berkaitan dengan upaya-upaya dakwah islamiyah. Dalam kaitan itulah dapat dipahami, kenapa proses pendidikan Islam pertama kali berlangsung di rumah sahabat tertentu, yang paling terkenal  adalah Dar al-arqam. Tetapi ketika masyarakat islam mulai terbentuk, maka pendidikan diselenggarakan di mesjid. Proses pendidikan pada tempat ini dilakukan dalam halaqah (lingkaran belajar). Pendidikan formal (klasikal) baru muncul, yakni dengan lahirnya madrasah. Dan madrasah pertama didirikan oleh Wasir Nidham al-Mulk tahun 1064 M, yang kemudian dikenal dengan madrasah Nizham al-Mulk. Model sistem pendidikan madrasi inilah yang kemudian menyebar dan berkembang di seluruh masyarakat Islam, termasuk di Indonesia.

Di Indonesia, Pada awalnya, para pendiri (the founding father) Pondok Pesantren, kiyai, ulama, masyayekh, dan asatid membangun dan mengembangkan lembaga ini secara khusus sebagai lembaga TAFAKUH FIDDIN (pendalaman ilmu-ilmu keislaman) bagi santri dan masyarakat sekitarnya, untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam, ahlu al Sunnah wa al Jamaah (madzhab sunni) dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan sekaligus mempertahankan khazanah tradisi keilmuan, karena itu pendidikan diniyah (pondok pesantren) sebagai institusi

Page 2: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

yang memberikan doktrin sunni terhadap para santri khususnya, masyarakat Indonesia pada umumnya .

Pendidikan Diniyah pada saat itu masih bersifat non formal yang dilaksanakan; di surau, di langgar, di masjid, dan tempat-tempat lain yang sejenis untuk melakukan telaah kitab-kitab kuning (kitab klasik) karya para ulama salafi (klasik) yang dikarang pada abad ke 9-14 masehi. Dengan metode pembelajaran; sorogan, motonan, dan sejenisnya yang berlangsung dan dilakukan secara individual dan bersifat personal antara kyai dengan para santri.

Ketika  jumlah santri mengalami perkembangan pesat di pondok pesantren, pendidikan diniyah mulai diarahkan pada sistem pendidikan Madrasi (klasikal) dimana sistem ini dipengaruhi oleh sistem Madrasah di Timur Tengah atau Mesir yang dibawa para kiyai, atau ulama, yang pernah belajar di negara-negara tersebut.

Secara empirik, pendidikan diniyah, yang diselenggarakan oleh umat islam meliputi; pendidikan diniyah secara klasikal (pendidikan diniyah salafiyah) dan pendidikan diniyah takmiliyah. Pendidikan diniyah klasikal merupakan pendidikan diniyah yang mengkhususkan (takhasus) pada kajian-kajian keislaman yang bersumber pada kitab-kitab kuning, dan berlangsung secara mandiri dan pada umumnya diselenggarakan di ponsok pesantren. Pendidikan diniyah takmiliyah adalah pendidikan diniyah yang diselenggarakan umat Islam untuk menyempurnakan pendidikan agama islam bagi siswa yang belajar di pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

 

1. B.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pengertian madrasah diniyah2. Madrasah Diniyah dalam Undang-undang3. Standar Nasional Pendidikan pada Madrasah Diniyah

BAB II

PEMBAHASAN

 

1. A.     Sejarah Madrasah di Indonesia

Secara harfiah madrasah diartiakan sebagai tempat belajar para pelajar atau tempat untuk memberikan pelajaran. Kata madrasah juga ditemukan dalam bahasa arab Hebrew atau aramy yang berati membaca dan belajar atau tempat duduk untuk belajar. dari kedua bahasa tersebut, kata madrasah mempunyai arti yang sama yaitu tempat belajar. jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata madrasah memiliki arti sekolah karena pada mulanya kata sekolah itu

Page 3: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

sendiri bukan berasal dari bahasa Indonesia, melainkan dari bahasa asing, yaitu school atau scola.

Sedangkan madrasah diniyah dilihat dari stuktur bahasa arab berasal dari dua kata madrasah dan al-din. Kata madrasah dijadikan nama tempat dari asal kata darosa yang berarti belajar. Jadi madrasah mempunyai makna arti belajar, sedangkan al-din dimaknai dengan makna keagamaan. Dari dua stuktur kata yang dijadikan satu tersebut, madrasah diniyah berarti tempat belajar masalah keagamaan, dalam hal ini agama islam.

Kemudian mengenai pengertian madrasah diniyah itu sendiri, ada beberapa pendapat. Pertama, madrasah diniyah adalah  lembaga pendidikan yang terfokus pada pendidikan Agama.

Kedua, madrasah diniyah atau Pendidikan diniyah adalah pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan pada semua jalur dan jenjang pendidikan.

Ketiga, madrasah diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama.

Keempat, madrasah diniyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara klasikal yang bertujuan untuk memberi tambahan pengetahuan agama Islam kepada pelajar-pelajar yang merasa kurang menerima pelajaran agama Islam di sekolahannya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa madrasah diniyah adalah lembaga pendidikan Islam yang memberi pendidikan dan pengajaran agama islam untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama Islam.

 

1. Normatifitas Madrasah Diniyah

Perlawanan terhadap kolonialisme menjadi motivasi bagi umat Islam mengadakan pembaruan. Gerakan pembaruan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya perubahan di bidang pendidikan. Maka langkah yang perlu diambil adalah dengan melakukan pembaruan bidang pendidikan Islam, yang pada akhirnya secara tidak langsung akan membawa perubahan dalam Islam.

Langkah perubahan melalui pendidikan pada akhirnya menjadi pilihan bagi umat Islam untuk melakukan berbagai pembaruan diberbagai bidang kehidupan dalam Islam. Pilihan untuk melakukan perubahan memalui pendidikan juga dilakukan oleh umat Islam di Indonesia.[3] Dengan pendidikan yang baik akan membawa masyarakat kepada sikap ingin maju dan berkembang secara teratur. Demikian juga dengan bangsa Indonesia yang selama masa penjajahan terpuruk di segala bidang, akan tetapi bangsa Indonesia bangkit kembali akibat proses pendidikan yang mereka terima.

Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia dipengaruhi oleh banyaknya para santri yang telah mengecap pendidikan formal yang lebih tinggi bai didalam maupun luar negeri dan adanya

Page 4: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

proses dakwah yang baik di masjid. Dapat dipahami bahwa proses pembaharuan pendidikan di Indonesia berawal dari kegiatan-kegiatan dakwah dan majlis talim yang ada di masjid. Hal ini memberi kesan bahwa masyarakat secara tidak langsung membentuk sebuah wadah yang pada akhirnya menjadi gerakan untuk melakukan pembaharuan. Diantara pembaharuan di bidang pendidikan adalah dengan di bentuknya madrasah sebagai lembaga alternatif pendidikan Islam di Indonesia yang sudah ada, seperti pesantren dan sekolah-sekolah yang didirikan oleh kolonial Belanda.

 

1. B.      Madrasah pada masa pra dan pasca kemerdekaan 1. Eksistensi madrasah Diniyah ditengah pertarungan kepentingan

Sejak masuknya Islam ke Indonesia, pendidikan Islam telah berlangsung dimulai dari kontak pribadi maupun kolektif antara muballig (pendidik) dengan peserta didiknya. Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam pertama yang muncul disamping rumah tempat kediaman para ulama maupun muballig. Setelah itu muncullah lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya seperti pesantren, dayah dan surau. Inti dari materi pendidikan pada masa awal tersebut adalah ilmu-ilmu agama yang dikonsentrasikan dengan membaca kitab-kitab klasik. Pendidikan Islam yang sedemikian rupa sangat kontras dengan pendidikan Barat yang dibangun oleh pemerintah kolonial. Pendidikan kolonial ini bersifat sekuler, tidak mengajarkan sama sekali ilmu agama di sekolah pemerintah. Begitu pula sebaliknya, pendidikan Islam di masa itu tidak mengajarkan sama sekali ilmu-ilmu umum. Kenyataan ini membuat terpolanya pendidikan di Indonesia pada ketika ini dengan dua sistem yang saling kontras tersebut.

Demikanlah sejak permulaan abad 20 pendidikan Islam mulai mengembangkan satu model pendidikan sendiri yang berbeda dan terpisah dari sistem pendidikan Belanda maupun sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Dari sini nampak, sebagaimana Mahmud Yunus (1979) melihat, bahawa sistem pendidikan umum di Indonesia, bukanlah muncul akibat penyesuaiannya dengan sistem pendidikan Islam tradisonal. Sebaliknya sistem pendidikan Islam yang pada akhirnya lama kelamaan akan menyesuaikan diri dan masuk ke dalam sistem pendidikan umum.

Kemunculan institusi madrasah pada paruh berikutnya yang dipelopori oleh beberapa ulama seperti Abdullah Ahmad, Zainuddin Labay el-Yunusi (1890-1924), KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari serta beberapa ulama dan tokoh sesudahnya yang tersebar di nusantara merupakan fenomena baru dalam transformasi pendidikan pada masa itu. Selain kerana faktor internal dan eksternal bangsa Indonesia juga diupayakan agar madrasah boleh menjadi penghubung wujudnya integrasi atau kesepaduan dua pola bentuk pendidikan (dualisme) yang berlawanan (Hasbullah, 1995).

 

1. Mendapat pengakuan pemerintah dan problematikanya

Page 5: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

Madrasah mengalami perubahan yang cukup mendasar saat lahir Kepres No 34 tahun 1972, kemudian diperkuat dengan Inpres No 15 tahun 1974, dan secara operasional tertuang dalam SKB menteri agama, menteri P7K, dan menteri dalam negeri No 6 tahun 1975. Semua aturan itu menggariskan bahwa madrasah di semua jenjang mempunyai posisi yang sama dengan sekolah umum. Untuk itu kurikulum madrasah diharuskan memuat alokasi waktu 70 persen untuk mata pelajaran umum dan 30 persen untuk pelajaran agama. Kemudian pada 1984 dikeluarkan SKB menteri agama dan menteri pendidikan tentang pengaturan pembakuan kurikulum sekolah umum dan kurikulum madrasah. Di situ antara lain disinggung soal pengakuan kesetaraan mutu lulusan madrasah dengan sekolah umum. Pemerintah mengakomodasi madrasah sebagai salah satu model pembelajaran di Indonesia sekaligus mengakhiri ketidakpastian posisi madrasah dalam sistem pendidikan nasional. Dalam tataran praksis, madrasah gagasan pemerintah ini diproyeksikan sebagai sekolah umum berciri khas agama di mana kandungan ilmu agama hanya menjadi bagian kecil dari keseluruhan kurikulum yang ada. Kebijakan ini terkait realitas bahwa sistem pendidikan madrasah yang berkembang di pesantren dengan capaian yang sangat spesifik dinilai tidak mampu memenuhi semua kebutuhan dan tuntutan zaman yang semakin kompleks.

Sedangkan di tingkat akar rumput, civitas madrasah merasakan bahwa pemerintah telah cukup lama bersikap diskriminatif terhadap madrasah. Departemen Agama sering kesulitan menyikapi keluhan masyarakat yang di satu sisi masih menginginkan pembelajaran model madrasah, namun di sisi lain dihadapkan pada kondisi madrasah yang memprihatinkan. Kata ‘diskriminasi’ yang dipakai civitas madrasah, menurut penulis, salah satunya adalah dipicu oleh alokasi anggaran yang tidak proporsional antara madrasah dan sekolah umum.

Kebanyakan madrasah, terutama swasta, mengalami kesukaraan dalam prasarana dan sarana, keterbatasan jumlah tenaga kependidikan dan kemampuan yang kurang memadai dalam memberikan imbalan kepada tenaga kependidikannya. Dari sini muncul kecenderungan pragmatisma dalam penugasan guru mata pelajaran dan tenaga kependidikan lain. Banyak tenaga pendidikan yang menjalankan tugas tidak sesuai dengan bidang keahlian dan pengalamannya di dunia pendidikan. Akibatnya, mutu pendidikan madrasah makin tertinggal. Dalam kondisi demikian, kesiapan dan kelayakan madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan tampaknya patut dipertanyakan akibat adanya dikotomi diatas.

Abdul Rachman Shaleh (2005) menyatakan bahawa pelaksanaan tugas pendidikan di Departemen Agama dianggap sebagai sumber terjadinya dualisme pendidikan di Indonesia. Hal tersebut disedari sebagai akibat politik pendidikan di masa penjajahan Belanda yang mendikotomikan antara sistem pendidikan Barat yang bersifat umum dan sekular dengan pendidikan Agama yang eksklusif dan bersifat ukhrawi. Perundang-undangan tentang sistem pendidikan jelas memberi peluang terjadinya dualisme pendidikan. Pasal 10 ayat (2) undang-undang No. 4 tahun 1954 menyatakan bahawa ”belajar di sekolah agama yang mendapat pengakuan dari kementerian agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar”. Demikian pula sebagaimana yang tertulis dalam substansi Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional dan peraturan pelaksanaannya juga memberikan pengakuan dan keberadan madrasah dan pendidikan keagamaan sebagai bagian dalam kesatuan sistem pendidikan nasional.

 

Page 6: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

1. Penggeseran Pendidikan Diniyah Di Indonesia

Dalam konteks pendidikan nasional Indonesia, sistem Madrasi Salafiyah belum mendapatkan pengakuan dari pemerintah sehingga para lulusannya tidak mendapatkan pengakuan dan melanjutkan ke pendidikan umum yang sederajat. Upaya memecahkan persoalan ini, sejak tanggal 24 maret 1975, madrasah memiliki dasar juridis yang kuat dengan lahirnya SURAT KEPUTUSAN BERSAMA TIGA  MENTERI; Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri tahun 1975 yang memiliki tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada Madrasah dengan cara melakukan perubahan kurikulum Madrasah yang berbanding 30% ilmu agama dan 70% pengetahuan umum. Dengan demikian secara legal dan formal ada  pengakuan dari pemerintah bahwa ijazah dan lulusan madrasah memiliki nilai yang sama dengan ijazah dan lulusan sekolah umum yang setingkat.

Dengan berlakunya SKB 3 Menteri diatas maka terjadi pula penggeseran dan perubahan dalam skala masif (besar-besaran)  di lingkungan madrasah diniyah baik yang ada di dalam dan di luar pondok pesantren menjadi Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah.  Perubahan ini, disatu pihak dapat bermanfaat bagi peserta didik karena ada pengakuan bagi lulusannya; tetapi sangat merugikan pada pendalaman ilmu-ilmu keislaman di Pondok Pesantren maupun di Madrasah Diniyah. Sebab, dalam jangka panjang, kajian kitab-kitab kuning yang menjadi sumber ajaran-ajaran Islam mulai tidak diminati oleh para santri, dan posisi Madrasah Diniyah menjadi pelengkap (takmiliyah/sekunder). Di Jawa Timur pada tahun 1995 terjadi perubahan orientasi belajar santri terhadap kajian keilmuan di pesantren dimana para santri yang mengkaji ilmu keagamaan sebesar 51, 50% dan mengkaji ilmu keagamaan disertai ilmu pengetahuan dan ketrampilan sebesar 48,50%. Tahun 1997 para santri yang belajar ilmu agama 33,20% dan mengkaji ilmu agama disertai ilmu pengetahuan umum dan ketrampilan 66,80%. Pada tahun 2010 perlu dilakukan penelitian secara mendalam tentang minta santri terhadap kajian ilmu-ilmu agama.

 

1. C.      Dasar Penyelenggaraan Madrasah Diniyah

Baik pendidikan diniyah klasikal maupun pendidikan diniyah takmiliyah dalam konteks Sistem Pendidikan Nasional termasuk kategori pendidikan nonformal. Dalam Sistem Pendidikan Nasional, semua aktivitas pendidikan termasuk pendidikan diniyah merupakan sub-sistem dari sistem pendidikan nasional. Apabila pendidikan diniyah akan ditempatkan sebagai pendidikan formal, maka perlu diperhatikan dasar-dasar hukum sebagai berikut :

1. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional2. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007  Tentang Pendidikan Agama dan

Pendidikan Keagamaan5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 72 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Page 7: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Pendidikan No. 22 dan 23 Tahun 2006

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI  Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

 

1. D.     Penyelenggaraan Pendidikan Diniyah Di Masa Depan

Dewasa ini,dunia ditandai oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat dan bersifat global. Hal itu diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang komunikasi dan elektronika. Perkembangan dalam bidang ini  telah mengakibatkan revolusi informasi. Sejumlah besar informasi, hampir mengenai semua bidang kehidupan dan semua tempat telah terhimpun, terolah, tersimpan, dan tersebarkan. yang   setiap saat informasi tersebut dapat diakses, dibaca, serta disaksikan oleh setiap orang, terutama melalui internet, media cetak, dan televisi. Revolusi informasi telah mengakibatkan dunia menjadi semakin terbuka, menghilangkan batas-batas geografis, administratif—yuridis, politis, dan sosial budaya. Masyarakat global, masyarakat teknologis, ataupun masyarakat informasi yang bersifat terbuka, berubah sangat cepat dalam memberikan tuntutan, tantangan, bahkan ancaman-ancaman baru.

Pada abad sekarang ini, manusia-manusia dituntut berusaha tahu banyak (knowing much), berbuat banyak (doing much), mencapai keunggulan (being exellence), menjalin hubungan dan kerja sama dengan orang lain (being sociable), serta berusaha memegang teguh niai-niIai moral (being morally). Manusia “unggul, bermoral, dan pekerja keras” inilah yang menjadi tuntutan dan masyarakat global. Manusia-manusia seperti ini akan mampu berkompetisi, bukan saja dengan sesama warga dalam suatu daerah,wilayah, ataupun negara, melainkan juga dengan warga negara dan bangsa lainnya.

 

1. E.      Standar Pendidikan Madrasah Diniyah

Pengembangan pendidikan diniyah dalam era globalisasi harus berpijak pada tiga pilar utama. Pertama, pilar filosofis merupakan pilar yang dijadikan pijakan bahwa Pendidikan Diniyah adalah Fardlu ‘Ain untuk dipertahankan sebagai lembaga pendidikan Tafaqquh Fiddin melalui sumber pembelajaran pada kitab-kitab kuning yang merupakan ide. cita-cita dan simbul keagungan dari pondok pesantren. Kedua, pilar sosiologis adalah pilar yang dijadikan dasar pemikiran bahwa pendidikan diniyah tidak berada dalam ruang kosong (vacuum space), tetapi ia bagian dari sistem sosial yang lebih luas untuk memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan masyarakatnya. Pilar ini memerlukan refleksi secara mendalam agar eksistensi pendidikan diniyah tidak sekedar sebagai pelengkap (supplement), tetapi diharapkan madrasah diniyah menjadi pilihan utama (primer), bagi masyarakat dimana pada saatnya pendidikan diniyah ini setara kualitasnya dengan satuan pendidikan lain. Terakhir, pilar yuridis merupakan pilar bahwa pendidikan di Indonesia berlaku sistem pendidikan nasional, artinya,

Page 8: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

jenis dan satuan pendidikan apapun harus tunduk pada regulasi pendidikan yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan pendidikan sebagimana dasar hukum diatas.

Standard Pendidikan Diniyah agar memiliki eksistensi yang mampu merespon perkembangan global maka perlu adanya langkah-langkah strategis yang diambil oleh para pengelola pendidikan diniyah yang menggabungkan antara yang tradisionalitas (kajian kitab-kitab kuning) yang menjadi sumber spiritual para santri dengan modernitas (kajian-kajian keilmuan umum), “al-muhafadhotu’ala al-qadim al-shaleh wa al-akhdu al-jadidi al-ashlah” yang mempersiapkan para santri memiliki daya tahan dan daya suai terhadap tuntutan terhadap kebutuhan kehidupan masyarakat global.

Dalam Ketentuan Umum Bab I Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nornor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa yang dimaksud standar nasional pendidikan adalah kr tleria mininal tentang sistim pendidikan di seluruh wilayah Hukum Negara  Kestuan Republik. Kriteria minimal diantaranya  tentang pendidikan formal, pendidikan nonforma, standar kompetensi lulusan,standar isi, standar pendidik dan tenaga pendidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan serta kurikulum.

1. F.       Standar Kelembagaan Madrasah Diniyah 1. Pendidikan Diniyah Dasar

1. Madrasah diniyah ula sederajat Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar terdiri atas 6 (enam) tingkat selama 6 (enam) tahun

2. Madrasah Diniyah Wustha sederajat madrasah tsanawiyah/sekolah menengah pertama terdiri dari atas 3 (ayat) tingkat selama 3 (tiga) tahun

3. Pendidikan Diniyah Menengah

Madradah diniyah ulya sederajat madrasah aliyah/sekolah menengah atas yang terdiri atas 3 (tiga) tingkat selama 3 (tiga) tahun.

 

1. G.     Standar Pendidikan Guru/Ustadz 1. Pendidikan Madrasah Diniyah Ula

1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1);

2. Latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi.

3. Kompetensi profesional pendidik merupakan kemampuan guru dalam pengetahuan bidang ilmu-ilmu keislaman yang ditulis para ulama timur-tengah abad 8 dan seterusnya, yang lazim dinamakan Kitab Kuning (kitab klasik)

4. Pendidik Madrasah Diniyah Wustho 1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma empat (D-IV)

atau sarjana (S1)2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang

sesuai dengan pelajaran yang diajarkan

Page 9: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

3. Kompetensi profesional pendidik merupakan kemampuan guru dalam pengetahan bidang ilmu-ilmu keislaman yang ditulis para ulama timur-tengah abad 9 dan seterusnya yang lazim dinamakan Kitab Kuning (kitab klasik)

4. Pendidik Madrasah Diniyah Ulya 1. Kualifikasi pendidikan minimum diploma empat (D-IV)

atau sarjana (S1);2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program

pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan

3. Kompetensi profesional pendidik yang merupakan kemampuan guru dalam pengetahuan bidang ilmu-ilmu keislaman yang ditulis para ulama timur-tengah abad 9 dan seterusnya.

1. H.     Standar Isi Madrasah Diniyah  1. Standar Isi Pendidikan Diniyah Dasar secara keseluruhan mencakup:

1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum  pada tingkat satuan pendidikan

2. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah,

3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan bedasarkan panduan penyusunan kuikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi; dan

4. Kalender akademik untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidiklan dasar dan menengah

Sedangkan Kerangka Dasar  Kurikulum Madrasah Diniyah Dasar mencakup:

1. Kelompok mata pelajaran jenjang pendidikan Diniyah dasar dan menengah, meliputi;

a)      Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Keagamaan

b)      Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan

c)      Kelompok Mata Pelajaran Estetika

 

1. Struktur Kurikulum Madrasah Diniyah Ula 1. Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Ula meliputi substansi pembelajaran yang

ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas I sampai kelas VI.

Page 10: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

K O M P O N E NKELAS DAN ALOKASI WAKTU

I II III IV V VIA. MATA PELAJARAN

1 Ilmu Tauhid 2 4 4 4 6 62 Ilmu Fiqh 4 4 6 6 6 63 Qira’atu al-Qur’an/Ilmu Tajwid 4 4 4 6 6 64 Ilmu Akhlak 2 2 2 2 2 25 Tarikhu al-Islam - 2 2 2 2 26 Bahasa Arab 4 4 2 2 4 67 Sharaf 2 2 4 2 2 28 Nahwu - - 4 4 4 49 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 210 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 411 Matematika 5 5 5 5 5 512 Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4 4 4 4

B. MUATAN LOKAL            13       Arab Pego 2 - - - - -14      Imla’ 2 2 2 2 2 216      Tahajji Wa Tahsimul Al-Khal 2 2 2 2 2 2

Keterangan :

1. Arab Pego hanya disajikan di kelas I2. Mata pelajaran umum merupakan kurikulum minimal.3. Penyusunan kurikulum muatan lokal berdasar pada kebijaksanaan madrasah

diniyah masing-masing

Kitab-Kitab Maraji’ (Kitab-Kitab Sumber Mata Pelajaran)

NOMATA PELAJARAN

ILMU – ILMU KEISLAMAN

KITAB  -  KITAB   MARAJI’   (Pilihan)

       KELAS I  1 Ilmu Tauhid Zadul Mubtadi’ Sullamud Diyanah Tauhid (tulisan)  2 Ilmu Akhlaq Alala Nadmul Akhlaq  3 Ilmu Fiqh Adzkarus Sholah Fasholatan Hidayatul Mubtadi’  4 Qira’atu al-Qur’an Qira’ati/Tartila/At-

Tartil/IqroAl-Qolam Annahdiyah/

Qur’ani  5 Tarikhu al-Islam Tarikh Nabi (pego)  6 Bahasa Arab Madarijut Ta’lim

Lughat Arobiyah Juz 1  7 Tahajji wa Tahsinu al- Qawaidul Khot Juz 1 Tahsinul Khot

Page 11: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

Khat  8 Arab PegoKELAS II  1 Ilmu Tauhid Zadul Mubtadi’ Juz II  2 Ilmu Akhlaq al Muntakhabat Juz 1 Nadzmul Mathlab  3 Ilmu Fiqh Matan Safinatus Sholah Mabadi’ Juz 1  4 Qira’atu al-Qur’an Qira’ti al Qolam Iqra’/Annahdiyah  5 Ilmu Tajwid Hidayatus Sibyan  6 Tarikhu al-Islam Tarikh Nabi  (Pegon)  7 Bahasa Arab Madarijut Ta’lim Lugat

Arobiyah Juz 2Ro’sun Sirah

  8 Tahsinu al-Khat Qawaidu al-Khot Tahsinu al-KhotKELAS III  1 Ilmu Tauhid Aqidatul Awam Matan Ibrohim al

BajuriSullamuddiyanah

  2 Ilmu Akhlaq al Muntakhabat Juz 2 Tambihul Muta’allim Alala/washoya  3 Ilmu Fiqh Tuhfatul Mubtadi’in Mabadi’ Juz  2  4 Qira’atu al-Qur’an Qisharul Mufassholat  5 Ilmu Tajwid Tuhfatul Athfal Tanwirul Qari Syifaul Jinan  6 Tarikhu al-Islam Khulashoh Nurul Yaqin

1  7 Bahasa Arab Madarijud durus al

Arobiyah Juz 1Ta’limul Lughat al Arobiyah

Mabadi’ Muhawarah lil Athfal

  8 Tahsinu al-Khat Qawaidul Khot Tahsinul Khot  9 Sharaf Amsilatut Tashrifiyah

IstilahiKELAS IV  1 Ilmu Tauhid Tijanuddarori Aqidatul Islamiyah  2 Ilmu Akhlaq Taisirul Khollaq Akhlaqul

Banin/Banat  3 Ilmu Fiqh Safinatun Naja Mabadi’ Fiqhiyah Juz

3  4 Qira’atu al-Qur’an Juz Amma

(melanjutkan)  5 Ilmu Tajwid Nadzm Jazariyah  6 Tarikhu al-Islam Khulashah Nurul Yaqin

1  7 Ilmu Nahwu Al Awamil  8 Sharaf Amsilatut Tasrifiyah

(Lughowi)  9 Bahasa Arab Madarijud Durus al

Arobiyah 2

Page 12: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

KELAS V  1 Ilmu Tauhid Khoridatul Bahiyah Aqidatul Islamiyah  2 Ilmu Akhlaq Tahliyah wattarghib Akhlaqul

Banin/Banat  3 Ilmu Fiqh Tanwirul Hija  4 Tarikhu al-Islam Khulasoh Nurul Yaqin

2  5 Ilmu Nahwu Matan al Ajurumiyah al Fushulul Fikriyah  6 Sharaf Al Maqsud  7 Bahasa Arab Madarijud Durus al

Arobiyah Juz 3  8 Imla’ Qawaidul Imla’ QawaidurrosmiyahKELAS VI  1 Ilmu Tauhid Jawahirul Kalamiyah Maslahul Abid  2 Ilmu Akhlaq Ta’limul Muta’allim Adabul Alim wal

Muta’allim  3 Ilmu Fiqh Sullamut Taufiq  4 Hadits Arba’in Nawawi  5 Tarikhu al-Islam Khulashah Nurul Yaqin

3  6 Ilmu Nahwu Al Imrithi  7 Bahasa Arab Madarijud Durus al

Arobiyah Juz 4  8 Imla’ Qawaidul Imla’ Qawaidurrosmiyah

 

b. Struktur Kurikulum Madrasah Diniyah Wustho

Struktur kurikulum Madarasah Diniyah Wustho meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai dari kelas VII sampai dengan IX. Standar kurikulum disusun bedasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut;

Struktur Kurikulum Madrasah Diniyah Wustho disajikan sebagai berikut;

 

K O M P O N E NKELAS DAN ALOKASI WAKTU

VII VIII IXA. MATA PELAJARAN          1 Ilmu Tauhid 2 2 2    2 Ilmu Fiqh 4 4 4

Page 13: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

    3 Ilmu Tafsir 2 2 2    4 Tafsir 2 2 2    5 Hadits 2 2 2    6 Mustholah Hadits 2 2 2    7 Akhlaq 2 2 2    8 Bahasa Arab 3 3 2  9 Nahwu 4 4 4  10 Sharaf 2 2 2  11 Tarikh Islam 2 2 2  12 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2  13 Bahasa Indonesia 4 4 4  14 Matematika 4 4 4  15 Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4              16  Bahasa Inggris 2 2 2         B. MUATAN LOKAL        17    Ushul Fiqh - - 2  18    Balaghah - - 2  19    Qowaidu Al- Fiqhiyyah - - 2

Keterangan;

1.      Mata pelajaran umum bersifat kurikulum minimal.

2.      Penyusunan kurikulum muatan lokal berdasar pada kebijaksanaan madrasah diniyah masing-masing

Kitab-Kitab Maraji’ (Kitab-kitab kuning sumber mata pelajaran)

 

MATA   PELAJARAN   ILMU-ILMU KEISLAMAN

KITAB – KITAB  MARAJI’ (Pilihan)

KELAS I  1 Ilmu Tauhid Al Jawahir Al Kalamiyah  2 Ilmu Fiqh Matan Taqrib  3 Akhlaq Adabud Dun-ya waddin, Mauidotul Mu’minin  4 Ilmu Tafsir Qowaid Asasiyah  5 Tafsir Al Jalalain  6 Hadits Bulugh Al Maram  7 Mustholah Hadits Qowaid Asasiyah Sayid Maliki  8 Bahasa Arab Talimul Lughah Al Arobiyah I Tamrinat  9 Nahwu Mutammimah

Page 14: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

10 Shorof Al Maqsud11 Tarikh Islam Durusud Tarikh al Islami dan Tarikhul Khulafa’12 Qowaid Al Fiqhiyyah Mabadi’ AwwaliyyahKELAS II  1 Tauhid Jauhar At Tauhid  2 Fiqh Fath Al Qarib  3 Tafsir Al Jalalain  4 Hadits Bulugh Al Maram  5 Mustholah Hadits Minhah Al Mughits  6 Ilmu Tafsir Zubdah Al Itqan dan Takhbir  7 Bahasa Arab Talimul Lughah Al Arobiyah II Tamrinat  8 Nahwu Al Fiyah Ibnu Malik  9 Akhlaq Adabud Dunya waddin10 Tarikh Islam Durusud Tarikh al Islami dan Tarikhul Khulafa’11 Qowaid Al Fiqhiyyah Mabadi’ AwwaliyyahKELAS III  1 Tauhid Kifayah Al Awam  2 Fiqh Fath Al Qarib  3 Tafsir Al Jalalain  4 Hadits Bulugh Al Maram  5 Usul Fiqh Al Waraqat  6 Mustholah Hadits Taqrirat As Saniyah  7 Ilmu Tafsir Zubdah Al Itqan dan Takhbir  8 Bahasa Arab Talimul Lughah Al Arobiyah III Tamrinat  9 Balaghah Syarh Syaikh Yasin (nama kitab di cari)10 Nahwu Al Fiyah Ibnu Malik11 Akhlaq Adabud Dun-ya waddin12 Tarikh Islam Durusud Tarikh al Islami dan Tarikhul Khulafa’13 Qowaid Al Fiqhiyyah Mabadi’ Awwaliyyah

 

c. Struktur Kurikulum Madrasah Diniyah Ulya

Struktur kurikulum Madrasah Diniyah Ulya meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai dari kelas X sampai dengan XII. Kurikulum disusun bedasarkan standar kompetensi mata pelajaran.

Struktur Kurikulum Madrasah Diniyah Ulya

K O M P O N E NKELAS DAN ALOKASI WAKTU

I II IIIA. MATA PELAJARAN      

Page 15: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

    1 Tauhid 2 2 2    2 Fiqh 6 4 4    3 Usul Fiqh 4 4 2    4 Qowaidul Fiqhiyah 2 - -    5 Ulumul Qur’an - - 2    6 Tafsir 4 4 4    7 Hadits 4 2 4    8 Mustholah Hadist 2 2 2    9 Tasawuf - 2 4  10 Bahasa Arab - - 2  11 Balaghoh 4 2 2  12 Tarikh Tasyri’ 4 2 2  13     Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2  14     Bahasa Indonesia 4 4 4  15     Matematika 5 5 5  16     Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4  17     Seni dan Budaya 2 2 2  18     Bahasa Inggris 2 2 2B. MUATAN LOKAL      

1      Mantiq 2 2 -2      Faraidi - 2 -3      Ilmu Arudl - - 24      Thariqut Tadris - - 25      Falaq 2 2 2

Keterangan;

1.      Mata pelajaran umum merupakan kurikulum minimal (standard)

2.      Penyusunan kurikulum muatan lokal berdasar pada kebijaksanaan madrasah diniyah masing-masing

Kitab-Kitab Maraji’ (Kitab-Kitab Kuning Sumber Mata Pelajaran)

 MATA PELAJARAN ILMU-ILMU KEISLAMAN

KITAB-KITAB PILIHAN

KELAS I  1 TAUHID Ummul Barohin2 TAFSIR Jalalain dan Rowa’iul Bayan 13 HADITS Jami’us Soghir, Riyadus Sholihin dan Tajridus Shorih4 USHUL FIQH Jam’ul Jawami’, Lubbul Ushul dan Gayatul Wushul5 MUSTHOLAH Thol’atul Anwar, At-Taqrib Wat-Taisir dan Qowaidul Asasi6 FIQH Fathul Mu’in, Minhajut Tholibin dan Nihayatuz Zain

Page 16: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

7 TARIKH TASYRI’ Tarikh Wat-Tasyri’ dan Syari’atullah Al Kholidah8 BALAGHAH Jawahirul Maknun, Al Balaghatul Wadlihah dan Jawahirul

Balaghah9

FALAQFathul Ro’uf Al Mannan, Badi’atul Mitsal, Durusul Falakiyah dan Sullamun Nayyiroin

KELAS II1 TAUHID Hushunul Hamidiyah2 TAFSIR Jalalain (meneruskan) dan Rowa’iul Bayan 23 HADITS Jami’us Soghir, Bulughul Marom, Riyadhus Sholihin dan

Tajridis Shorih4 USHUL FIQH Jam’ul Jawami’, Ghayatul Wushul dan Lubbul Ushul5 MUSTHOLAH Manhalul Lathif dan Ushulul Hadits6 FIQH Fathul Mu’in, Minhajut Tholibin dan Nihayatul Zain7 TARIKH TASYRI’ Tarikh WatTasyri’ dan Syari’atullah Al Kholidah8 BALAGHAH Jawahirul Maknun, Jawahirul Balaghah dan Al Balaghatul

Wadlihah9 MANTIQ Idlohul Mubham dan Isaghuji10 TASAWUF Syarhul Al-Hikam dan Al-Hikam11

FALAQFathul Ro’uf Al Mannan, Badi’atul Mitsal, Durusul Falakiyah dan Sullamun Nayyiroin

12 ILMU ARUDL Mukhtasorus Syafi dan Ahdas Sabil13 FARAIDL Iddatul Faridl dan Matnur Rahabiyah

KELAS III1 TAUHID Hushunul Hamidiyah2 TAFSIR Jalalain dan Rowa’iul Bayan 23 HADITS Jami’us Shoghir, Riyadus Sholihin dan Tajridis Shorih4 USUL FIQH Jam’ul Jawami’, Ghayatul Wushul dan Lubbul Ushul5 MUSTHOLAH Ushulul Hadits dan Ushulul Hadits6 FIQH Fathul Mu’in, Mahalli dan Rohmatul Ummah7 TARIKH TASYRI’ Tarikh Wat-Tasyri’ dan Syari’atullah Al Kholidah8 QOWAIDUL

FIQHIYAH Faroidul Bahiyah9 BALAGHAH Jawahirul Maknun, Jawahirul Balaghah dan Al Balahghatul

Wadlihah10 TASAWUF Syarhul Hikam, Iqodhul Himam, Al Madkhol Fi Ulumit

Tasawwuf dan Al-Hikam11 ULUMUL QUR’AN Al Itqon, Zubdatul Itqon dan Mabahis fi Ulumil Qur’an12 BAHASA ARAB Insya’13

FALAQFathul Ro’uf Al Mannan, Badi’atul Mitsal, Durusul Falakiyah dan Sullamun Nayyiroin

14 FARAIDL Iddatul Faridl dan Matnur Rahabiyah

 

Page 17: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

1. I.        Paradigma Baru Madrasah Diniyah dalam perspektif Standar Nasional Pendidikan (SNP)

1. Standar Isi 1. Paradigma Lama

-          Materi berorientasi pada pemahaman referensi keagamaan klasik (kitab kuning) yang berisikan materi kaidah kebahasaan; Nahwu Shorrof. Penalaran; mantiq, ushul fiqh. Fiqh, Tauhid, Membaca Al-Qur’an dan Akhlaq

1. Paradigma Baru

-          Materi Keagamaan pada paradigm lama, ditambahkan materi yang berorientasi kepada merintis kemajuan daripada mengawetkan kemajuan

-          Materi produktif, Life skill dan pengembangan diri

-          Materi Pengetahuan alam dan eksakta serta materi moral dan kewarganegaraan

-          Bersifat rekonstruksionis terhadap perubahan zaman dan berbasis multikultural

1. Standar Proses 1. Paradigma Lama

-          Menggunakan teacher centered (berfokus kepada guru); Pembelajaran monolog satu arah

-          Pembelajaran hanya dilaksanakan  di kelas

1. Paradigma Baru

-          Menekankan model pembelajaran modern berasas PAKEM

-          Oreintasi proses pembelajaran (learning) dari pada mengajar (teaching); berorientasi pada peserta didik

-          Pembelajaran diorganisir dalam suatu struktur yang bersifat fleksibel

-          Tidak bersifat monolog (teacher centered); Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki karakteristik khusus dan mandiri

1. Standar Kompetensi Lulusan 1. Paradigma Lama

-          Membaca Al-Qur’an teks keagamaan klasik

-          Pemahaman materi Fiqh  dan Aqidah

Page 18: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

1. Paradigma Baru

-          Pengembangan peserta didik untuk mengembangkan materi

-          Mengkontekstualkan Fiqh pada perkembangan zaman

-          Handal dan terampil

1. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1. Paradigma Lama

-          Rekruitmen guru diambilkan dari kakak kelas

-          Rangkap jabatan fungsi; Guru sekaligus tenaga administrative

-          Belum bersertifikat

1. Paradigma Baru

-          Diorientasikan Guru sebagai mediator ilmu pengetahuan

-          Guru sudah bersertifikat, minimal S1

-          Tenaga kependidikan dibekali keahlian administrasi

1. Standar sarana dan prasarana 1. Paradigma Lama

-          Dicukupkan hanya pada kelas dan kantor

-          Terkadang masih menggunakan system satu atap dan dilaksanakan di Masjid

1. Paradigma Baru

-          Dilengkapi dengan perpustakaan, ruang praktek, ruang kelas, taman belajar

1. Standar Pengelolaan 1. Paradigma Lama

-          Penerapan pengelolaan dengan meggunakan Manajemen berbais Sekolah (MBS)

-          Perencaan sambil berjalan dan bersifat topdown, intruksi dari atasan

1. Paradigma Baru

-          Mengaitkan proses pendidikan dengan kebutuhan masyarakat

Page 19: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

-          Menjalin kerjasama dengan sector lain; keluarga, sekolah, media massa dan dunia usaha

-          Melibatkan wali murid dan masyarakat dalam perencanaan

-          Bersifat partisipatif dan rekonstruksionis

1. Standar Pembiayaan 1. Paradigma Lama

-          Biaya dari SPP murid melalui yayasa

-          Tidak ada RAPB

1. Paradigma Baru

-          Penyusunan RAPB di perencanaan awal tahun

-          Pengembangan financial melalui usaha

1. Standar Penilaian 1. Paradigma Lama

-          Penilaian didasarkan aspek kognitif

1. Paradigma Baru

-          Penilaian didasarkan atas aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

-          Penilaian diatur oleh system, prosedur dan mekanisme

-          Melibatkan masyarakat dalam penilaian kelembagaan.

 

BAB III

PENUTUP

 

 

1. A.     Kesimpulan

Page 20: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

2. Secara harfiah madrasah diartiakan sebagai tempat belajar para pelajar atau tempat untuk memberikan pelajaran. Kata madrasah juga ditemukan dalam bahasa arab Hebrew atau aramy yang berati membaca dan belajar atau tempat duduk untuk belajar. dari kedua bahasa tersebut, kata madrasah mempunyai arti yang sama yaitu tempat belajar. Sedangkan madrasah diniyah dilihat dari stuktur bahasa arab berasal dari dua kata madrasah dan al-din. Kata madrasah dijadikan nama tempat dari asal kata darosa yang berarti belajar. Jadi madrasah mempunyai makna arti belajar, sedangkan al-din dimaknai dengan makna keagamaan. Dari dua stuktur kata yang dijadikan satu tersebut, madrasah diniyah berarti tempat belajar masalah keagamaan, dalam hal ini agama Islam. Jadi  Madrasah Diniyah adalah  lembaga pendidikan yang terfokus pada pendidikan Agama.

 

1. Sebagaimana terdapat dalam PP. No. 55 tahun 2007 pasal 15, bahwa madrasah diniyah atau Pendidikan diniyah formal menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran agama Islam pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Dalam pasal selanjutnya pasal 16 ayat ( 1 ) dan ( 2 ) dijelaskan bahwa pendidikan diniyah dasar menyelenggarakan pendidikan dasar sederajat MI/SD yang terdiri atas 6 (enam) tingkat dan pendidikan diniyah menengah pertama sederajat MTs/SMP yang terdiri atas 3 (tiga) tingkat. Sedangkan untuk pendidikan diniyah tingkat menengah menyelenggarakan pendidikan diniyah menengah atas sederajat MA/SMA yang terdiri atas 3 (tiga) tingkat.

Mengenai syarat-syarat menjadi peserta didik atau siswa dalam madrasah diniyah, telah di atur dalam PP. No. 55 tahun 2007 pasal ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), dan ( 4 ) bahwa untuk dapat diterima sebagai peserta didik pendidikan diniyah dasar, seseorang harus berusia sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun.akan tetapi dalam hal daya tampung satuan pendidikan masih tersedia maka seseorang yang berusia 6 (enam) tahun dapat diterima sebagai peserta didik pendidikan diniyah dasar. Kemudian untuk dapat diterima sebagai peserta didik pendidikan diniyah menengah pertama, seseorang harus berijazah pendidikan diniyah dasar atau yang sederajat. Dan untuk dapat diterima sebagai peserta didik pendidikan diniyah menengah atas, seseorang harus berijazah pendidikan diniyah menengah pertama atau yang sederajat.

Mengenai kurikulum madrasah diniyah sendiri, dalam  PP No. 55 tahun 2007 pasal 18 ayat ( 1 ) dan ( 2 ) dijelaskan bahwa madrasah diniyah dasar  atau pendidikan diniyah dasar formal harus wajib memasukkan muatan pendidikan kewarganegaraan ( PKn ), bahasa Indonesia ( BI ), matematika, dan ilmu pengetahuan alam ( IPA ) dalam rangka pelaksanaan program wajib belajar. Sedangkan Kurikulum pendidikan diniyah untuk tingkat menengah formal harus wajib memasukkan muatan pendidikan kewarganegaraan ( PKn ), bahasa Indonesia ( BI ), matematika, ilmu pengetahuan alam ( IPA ), serta seni dan budaya ( SB ). Pada PP. No. 55 tahun 2007 pasal 20 ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), dan ( 4 ) juga dijelaskan bahwa pendidikan diniyah pada jenjang pendidikan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, vokasi, dan profesi berbentuk universitas, institut, atau sekolah tinggi.

Page 21: Madrasah Diniyah Dalam Perspetif NSP

1. Sebagaimana lembaga pendidikan formal pada umumnya, dalam madrasah diniyah atau pendidikan diniyah di akhir pendidikan juga dilakukan sebuah ujian yang bersifat nasional atau ujian yang dilakukan seluruh indonesia. Ujian nasional pendidikan diniyah dasar dan menengah diselenggarakan untuk menentukan standar pencapaian kompetensi peserta didik atas ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran Islam. Mengenai ketentuan lebih lanjut tentang ujian nasional pendidikan diniyah dan standar kompetensinya ditetapkan dengan peraturan Menteri Agama dengan berpedoman kepada Standar Nasional Pendidikan.