memaafkan tapi tidak melupakan

1
Memaafkan tapi tidak melupakan, bolehkah? Beberapa hari yang lalu, saya berselisih paham dengan seorang rekan. Penyebabnya sepele saja, hanya salah paham. Tapi rekan saya itu sangat emosional hingga melontarkan kata- kata yang bahkan tak pernah terlintas di benak saya bahwa dia memiliki perbendaharaan kata-kata tersebut. Saat sendirian, saya berusaha berfikir realistis, mungkin dia hanya khilaf, mungkin itu teguran buat saya juga, dan pemikiran lain yang membuat saya sampai pada kesimpulan, mau atau tidak, mudah atau sulit, saya tak punya pilihan selain memaafkannya, bahkan pun jika dia tidak minta maaf. Tapi ternyata permasalahan beratnya bukan pada memaafkan itu sendiri, tapi bagaimana melupakannya. Saya yakin telah memaafkannya, tapi rasa sakit setiap melihat wajahnya, hingga kemuakan yang bahkan jika hanya mendengar namanya membuat saya berfikir ulang, bisakah saya melupakannya? Bisakah saya membebaskan hati saya? Dari sebuah artikel di blog "hatisangperindusaya mendapat sedikit penjelasan mengapa memaafkan dan melupakan tidak berada dalam satu paket. Inilah sedikit penjelasannya: Memori jangka panjang samalah dengan harddisk dan memory jangka pendek samalah dengan RAM (Random Access Memory) dan Processor dalam istilah komputer.Setiap perkataan yang menyakitkan, menyenangkan, membahagiakan, menggalaukan, dan lain- lan semua itu diproses oleh memori jangka pendek yang kemudian dimasukkan ke dalam memori jangka panjang. Sayangnya, sekali masuk ke memori jangka panjang, maka kata-kata yang menyakitkan itu tidaklah pernah hilang dan akan terus tersimpan sampai kapanpun, dan sayangnya juga, memori jangka panjang ini memiliki kapasitas yang tak terbatas. Subhanallah… yang telah menciptakan very-very super and extra-ordinary computer yang takkan tertandingi dalam otak kita. Lantas mengapa kita sering mengalami yang namanya lupa? Pada hakikatnya, lupa itu adalah ketidakmampuan memori jangka pendek untuk memproses dan memanggil ulang informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Maka itu, kenangan itu tetaplah di sana tersimpan dan tak akan pernah hilang, kecuali maut yang mampu men-delete semuanya. Lalu, bisakah memaafkan itu terhitung, walau tak mampu melupakan? Masih dalam artikel yang sama, saya mendapat sedikit pencerahan bahwa melupakan sesuatu yang sudah termemori dalam memori jangka panjang itu memang sangat sulit mendekati mustahil, tapi memaafkan adalah pilihan yang sangatlah mulia. Lalu bolehkah memaafkan tanpa harus melupakan? Entahlah, ingat dan lupa kadang-kadang berada di luar kekuasaan kita, tapi kita punya pilihan untuk tidak berusaha mengingat. Mungkin tidak akan sampai pada lupa, tapi setidaknya jika ingatan itu tak lagi berefek buruk pikiran dan perasaan, mungkin kita sebenarnya telah “lupa”. Walau tentu saja, lupa dalam tanda kutip tentu berbeda dengan lupa tanpa tanda kutip… ^_^

Upload: arhyna-akkas

Post on 21-Jul-2015

106 views

Category:

Spiritual


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Memaafkan tapi tidak melupakan

Memaafkan tapi tidak melupakan, bolehkah?

Beberapa hari yang lalu, saya berselisih paham dengan seorang rekan. Penyebabnya sepele

saja, hanya salah paham. Tapi rekan saya itu sangat emosional hingga melontarkan kata-

kata yang bahkan tak pernah terlintas di benak saya bahwa dia memiliki perbendaharaan

kata-kata tersebut.

Saat sendirian, saya berusaha berfikir realistis, mungkin dia hanya khilaf, mungkin itu

teguran buat saya juga, dan pemikiran lain yang membuat saya sampai pada kesimpulan,

mau atau tidak, mudah atau sulit, saya tak punya pilihan selain memaafkannya, bahkan

pun jika dia tidak minta maaf.

Tapi ternyata permasalahan beratnya bukan pada memaafkan itu sendiri, tapi bagaimana

melupakannya. Saya yakin telah memaafkannya, tapi rasa sakit setiap melihat wajahnya,

hingga kemuakan yang bahkan jika hanya mendengar namanya membuat saya berfikir

ulang, bisakah saya melupakannya? Bisakah saya membebaskan hati saya?

Dari sebuah artikel di blog "hatisangperindu” saya mendapat sedikit penjelasan mengapa

memaafkan dan melupakan tidak berada dalam satu paket. Inilah sedikit penjelasannya:

Memori jangka panjang samalah dengan harddisk dan memory jangka pendek samalah

dengan RAM (Random Access Memory) dan Processor dalam istilah komputer.Setiap

perkataan yang menyakitkan, menyenangkan, membahagiakan, menggalaukan, dan lain-

lan semua itu diproses oleh memori jangka pendek yang kemudian dimasukkan ke dalam

memori jangka panjang.

Sayangnya, sekali masuk ke memori jangka panjang, maka kata-kata yang menyakitkan itu

tidaklah pernah hilang dan akan terus tersimpan sampai kapanpun, dan sayangnya juga,

memori jangka panjang ini memiliki kapasitas yang tak terbatas. Subhanallah… yang telah

menciptakan very-very super and extra-ordinary computer yang takkan tertandingi dalam

otak kita.

Lantas mengapa kita sering mengalami yang namanya lupa? Pada hakikatnya, lupa itu

adalah ketidakmampuan memori jangka pendek untuk memproses dan memanggil ulang

informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Maka itu, kenangan itu tetaplah

di sana tersimpan dan tak akan pernah hilang, kecuali maut yang mampu men-delete

semuanya.

Lalu, bisakah memaafkan itu terhitung, walau tak mampu melupakan?

Masih dalam artikel yang sama, saya mendapat sedikit pencerahan bahwa melupakan

sesuatu yang sudah termemori dalam memori jangka panjang itu memang sangat sulit

mendekati mustahil, tapi memaafkan adalah pilihan yang sangatlah mulia.

Lalu bolehkah memaafkan tanpa harus melupakan?

Entahlah, ingat dan lupa kadang-kadang berada di luar kekuasaan kita, tapi kita punya

pilihan untuk tidak berusaha mengingat. Mungkin tidak akan sampai pada lupa, tapi

setidaknya jika ingatan itu tak lagi berefek buruk pikiran dan perasaan, mungkin kita

sebenarnya telah “lupa”. Walau tentu saja, lupa dalam tanda kutip tentu berbeda dengan

lupa tanpa tanda kutip… ^_^