melalui pertanyaan divergen

15
Jurnol Pendidikon dan Z<ebudoyaan, No. 063, Tohun Ke-12, November 2006 Pengembangan KreativitasSiswa melalui Pertanyaan Divergen pada Mata Pelajaran llmu Pengetahuan Alam (IPA) Oleh Mariati" Abstrak: Kreativitas sisiva sangar diperlirkan pada mata pelajaran IPA karena adanya nietode inquiry. Tetapi kenyataannya di kelas, kreativitas swing tidak rampak pada pembelajaran. Tulisan in; merupakan dasar pemikiran bag; pelaksana kurikulirm di sekolah agar dapat meningkatkan krearisiras siswa di kelasnya. lnformasi tentang kreativitas diperoleh berdasarkan kajian literatur Data tenrang krearivirm diperoleh dan dianalisis dengan analisis deskriptif Hasil kajian ini menunjukkan bahiva pertanyaan divergen dalan~ larihan dan kegiatan pembelajaran dapar mengembangkan kreativitas sisiva. Kafa Kunci: Pengembangan, Kreativiras, Divergen, dan Mata Pelajaran IPA. 1. Pendahuluan Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di sekolah mempunyai dampak bagi pem- belajaran di mana pemberdayaan siswa merupakan ha1 yang di- utamakan. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya disertai dengan hasil belajar (learning outcomes) yang diinginkan secarajelas. Hasil belajar yang akan dicapai dalam pem- belajaran adalah pencapaian kompetensi dalam diri siswa melalui sejumlah indikator.Agar tercapai h ad belajar siswa yang memadai dan kompeten, maka diperlukan adanya kreativitas dalam diri siswa. Beberapa hasil studi atau penelitian, antara lain Saefullab (2000), menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara kreativjtas dan hasil belajar. Semakin kreatif seorang siswa, semakin tinggi ha51 belajamya. Ada banyakcara agar siswa menjadi kreatif, agar siswa mempunyal daya imajinasi dalam

Upload: defylove

Post on 30-Jun-2015

403 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

Jurnol Pendidikon dan Z<ebudoyaan, No. 063, Tohun Ke-12, November 2006

Pengembangan Kreativitas Siswa melalui Pertanyaan Divergen pada Mata Pelajaran llmu

Pengetahuan Alam (IPA)

Oleh Mariati"

Abstrak: Kreativitas sisiva sangar diperlirkan pada mata pelajaran IPA karena adanya nietode inquiry. Tetapi kenyataannya di kelas, kreativitas swing tidak rampak pada pembelajaran. Tulisan in; merupakan dasar pemikiran bag; pelaksana kurikulirm di sekolah agar dapat meningkatkan krearisiras siswa di kelasnya. lnformasi tentang kreativitas diperoleh berdasarkan kajian literatur Data tenrang krearivirm diperoleh dan dianalisis dengan analisis deskriptif Hasil kajian ini menunjukkan bahiva pertanyaan divergen dalan~ larihan dan kegiatan pembelajaran dapar mengembangkan kreativitas sisiva.

Kafa Kunci: Pengembangan, Kreativiras, Divergen, dan Mata Pelajaran IPA.

1. Pendahuluan Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di sekolah mempunyai dampak bagi pem- belajaran di mana pemberdayaan siswa merupakan ha1 yang di- utamakan. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya disertai dengan hasil belajar (learning outcomes) yang diinginkan secarajelas. Hasil belajar yang akan dicapai dalam pem- belajaran adalah pencapaian kompetensi dalam diri siswa melalui

sejumlah indikator. Agar tercapai h a d belajar siswa yang memadai dan kompeten, maka diperlukan adanya kreativitas dalam diri siswa.

Beberapa hasil studi atau penelitian, antara lain Saefullab (2000), menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara kreativjtas dan hasil belajar. Semakin kreatif seorang siswa, semakin tinggi ha51 belajamya. Ada banyakcara agar siswa menjadi kreatif, agar siswa mempunyal daya imajinasi dalam

Page 2: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

memberi respon atau gagasan terhadap tugas atau pertanyaan yang diajukan kepadanya. Di sekolah, biasanya respon siswa terhadap pertanyaan ditekankan untuk menemukan satujawaban yang benar atau yang paling tepat terhadap suatu persoalan. Hal ini disebabkan karena jenis pertanyaan yang sering diajukan kepada siswa lebih dominan pada jenis pertanyaan konvergen (termtup) yang hanya membutuhkan jawaban singkat yang bersifat ingatan atau hafalan. Cara memperoleh jawaban tersebut sering kali telah ditentukan gum dan tidak boleh menyimpang dari cara itu. Kenyataan ini tentu saja menjadi pola pembelajaran sehari-hari dengan cara berpikir yang tidak merangsang pemikiran kreatif, bahkan bisa sebaliknya anak menjadi kaku dan sempit dalam cara berpikir dan memecahkan masalah.

Dalam matapelajaran IPA, selain dalam bentuk pertanyaan biasa di kelas, siswa juga mengerjakan suatu kegiatan eksperimen di laboratoriun. Selayaknya kegiatan di laboratorium

umumnya cara memperoleh jawaban dari pertanyaan atau tugas sudah terperinci dalam LKS (lembar kerja siswa). Bentuk pertanyaan yang sering digunakan adalah bentuk pertanyaan konvergen yang tidak membuka peluang bagi siswa untuk mengekspresikan kemampuannya. LKS dengan bentuk tugas atau pertanyaan tertutup tersebut sangat menuntun siswa untuk melakukan sesuatu, mengukur, mencatat dalam tabel pengamatan, serta dalam membuat kesimpulan. LKS seperti ini sering berperan sebagai resep karena sedikit sekali memberi peluang siswa untuk berpikir secara bam atau trdak biasa atau sedikit sekali memberi peluang bagi siswa untuk menye- lesaikan tugas dari berbagai sudut pandang mereka.

Berdasarkan hal-ha1 yang disebutkan di atas, perlu dikaji lebih dalam bagaimana pertanyaan atau tugas dalam bentuk pertanyaan divergen (terbuka) yang diajukan pada siswa agar dapat mengem- bangkan kreativitas siswa.

. A d a beberapa pertanyaan dapat menjadi wahana pengem- d a l a m permasalahan yang perlu bangan kreativitas karena adanya diimuskan, yaitu: (1) Bagaimana cara inqurry yang menantang siswa untuk untuk mengembangkan kreativitas berpikir, memberikan keluwesan siswa? (2) Apakah kreativitas siswa untuk berpendapat, berinisiatif, dan dapat berkembang melalui mata bertindak. Tetapi kenyatknya, pada pelajaran IPA? dan (3) Bagaimana

760 Jumol Pendidikon don Kebudo~~oon, No. 063, Tohm Ke-12, Nouember 2006

Page 3: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

cara merancang pembelajaran yang efektif yang menekankan pada bentuk pertanyaan divergen?

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk: (I) menggali informasi berdasarkan kajian pustaka tentang cara mengembangkan kreativitas dalam diri siswa, (2) menggali informasi berdasarkan kajian pustaka bahwa kreativitas siswa dapat berkembang melalui mata pelajaran IPA, dan (3) menemutunjukkan cara merancang pembelajaran yang efektif yang menekankan pada bentuk pertanyaan divergen.

2. Kajian Literatur dan Pembahasan

2.1 Kreativitas

Satu di antara rumusan tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003) adalah pengem- bangan kreativitas peserta didik. Istilah kreativitas oleh Rhodes (dalam Munandar, 1993) disebut sebagai konsep 4P atau The Four Pk of Creativity, yaitu produk, proses, dorongan, dan pribadi. Kreativitas sebagai suatu produk adalah kemauan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Sebagai suatu proses kegiatan berkreasi yang tidak pemah bosan membentuk kpmbinasi baru. Anak kreatif menunjukkan

kelancaran, keluwesan, dan ori- sinalitas (keaslian) dalam ungkapan dan gagasannya, dalam pemikiran, maupun perilakunya. Anak yang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian antara lain: (a) mempunyai rasa ingin tahu, (b) mempunyai daya imajinasi yang kuat, (c) mempunyai minat yang h a s , tekun, dan ulet dalam mengerjakan tugas. Ditinjau dari segi dorongan, dapat berupa dorongan dari dalam diri sendiri ataupun dorongan dari luar. Anak mempunyai keinginan dan kesempatan untuk menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan.

Sumarjan (1983) menyatakan bahwa kreativitas merupakan sifat pribadi, bukanmerupakan sifatsosial yang dihayati masyarakat. Se- lanjutnya Semiawan et al. (1987) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara hal- ha1 yang sudab ada sebelumnya. Gibbs dalam studinya pada tahun 1972 (dtilam Amin, 1983) menge- mukakan bahwa kreativitas mempunyai relevansi untuk proses pendidikan yang dapat dipupuk atau dikembangkan. Untukmengembang- kan kreativitas siswa, guru perlu: (1) mengembangkan kepercayaan yang tinggi pada siswa untuk mengurangi

Jumol P e n d ~ d ~ l z a r ~ don Kebudayodn. No. 063, Tohex Zieie-12, No~ember 9006 761

Page 4: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

timbulnya rasa takut, (2) memberi semangat pada siswa dalam suatu komunikasi yang bebas dan terarah, (3) memperkenankan siswa untuk menentukan sendiri sasaran dan evaluasi terhadap dirinyasendiri, dan (4) pengawasan yang tidak terlalu ketat (kaku) dan otoriter.

Disamping merupakan hakikat pendidikan, kreativitas juga merupakan kegiatan bermakna dan bermanfaat (baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya), menim- bulkan rasa senang, kepuasan dan keberhasilan, serta mempunyai sikap ingin tahu, senang mencari hal-ha1 barn, serta merasa tertantang untuk menyelesaikan hal-ha1 yang rumit (Munandar, 1993). Oleh karena itu kreativitas perlu dipupuk untuk memungkinkan anak mewujudkan potensinya secara optimal. Se- lanjutnya dinyatakan bahwa ada beberapa cara guru untuk memupuk kreativitas siswa, yaitu: (1) menerima anak sebagaimana adanya, dengan segala kekuatan dan kelemahannya, (2) tidak terlalu cepat memberikan penilaian terhadap sikap dan perilaku anak, apalagi penilaian bempa kritik8 dan dapat memberikan gagasan yang atau celaan, (3) memberikan peluang bervariasi. Good dan Brophy (1990) bagi anak untuk mengungkapkan mengemukaan bahwa kreativitas pikiran dan perasaannya, dengan adalahprosesberpikirdivergen yang tetap mematuhi aturan'.yang berlaku mencerminkan kelancaran, kelu- dimasyarakat: Keseluruhan ha1 wesan, dan orisinilitas dalam proses

tersebut dapat dilakukan di sekolah dengan berbagai teknik.

Ada beberapa teknik kreatif yang dapat dikembangkan di sekolah (Munandar, 1993) seperti teknik sumbang saran (brainstorming), pertanyaan divergen yang memacu gagasan, dan bermain peran. Sedangkan menurut Amin (1983), di samping teknik tersebut adalah membuat syair, membuat humor, membuat berbagai media, dan pendekatan inquiry. Pendekatan ini meningkatkan potensi intelektual, membantu siswa belajar melakukan penelitian, meningkatkan daya ingat, membuat proses pengajaran menjadi pembelajaran (student-cenlered) sebingga dapat membantu pem- bentukan sey-concept seseorang, mengembangkan kreativitas, meng- hindari proses belajar secara menghafal, serta memberikan lebih banyak kesempatan untuk meng- asimilasi dan mengakomodasi informasi. Semua teknik kreatif menuntut berpikir divergen, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu mkalah dari berbagai sudut pandang

762 Jurnal Pendidikaz dark Kebudowan, No. 063, Tahun Ke-12, Nouember 2006

Page 5: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

berpikir. Sementara itu Munandar (1999) memuskan kreativitas secara operasional sebagai suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), keteraturan, dan orisinilitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, dan memperinci) suatu gagasan.

Ada beberapa karakteristik kreativitas, yaitu: (1) kreativitas mempakan proses, bukan produk, (2) proses itu adalah proses yang terarah, apakah itu untuk kepentingan pribadi atau kelompok, (3) kreativitas merupakan suatu produk baru, berbeda, unik, apakah itu verbal atau non verbal, apakah itu konkrit atau abstrak, (4) kreativitas datang dari cara berpikir divergen, dan (5) kreativitas merupakan hasil dari berpikir kreatif. Munandar (1993) menyatakan bahwa berpikir divergen merupakan dasar berpikir kreatif karena memerlukan berbagai pilihan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pada umumnya proses pemikiran yang dilatih di sekolah terbatas pada kognisi, ingatan, dan berpikir konvergen, sedangkan berpiki divergen dan evaluasi kurang diperhatikan. Dalam struktur intelek yang dikembangkan Guilford (dalam Good dan Brophy, 1990) disebutkan bahwa berpikir divGgen mempunyai

-

Jurnal Pendidihan don ~ e b u d q o d n , No. 063, T o h m Ke-12, November 2006 763

empat konten, yaitu semantik dan verbal (bempa kata-kata), simbolik atau visual (berupa lambang), figura (berupa gambar), dan behavioral atau berhubungan dengan kelakuan, perangai atau tingkah laku atau afektifyang mencerminkan sikap dan perasaan. Oleh karena itu kreativitas merupakan proses belajar dan bersikap kreatif. Selanjutnya Munandar (1993) menyatakan bahwa berpikir divergen memberikan bermacam-macam kemungkinan pilihan dalam memecahkan masalah berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa perumusan kreativitas sebagai berikut. Pertama, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Biasanya orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta dan kemampuan untuk menciptakan hal- ha1 yang baru. Kedua, secara operasional kreativitas d i m u s k a n sebagai kemampuan yang men- cerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, dan merinci) suatu

Page 6: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

gagasan. Ketiga, kreativitas adalah berpikir divergen atau belpikiu kreatif, yaitu adanya kemampuan mene- mukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dengan penekanan pada kuantitas, kete- patgunaan, dan keragaman jawaban. Kemampuan ini juga berdasarkan data dan informasi yang tersedia. Semakin banyak kemungkinan jawaban yang diberikan semakin kreatiflah seseorang. Berpikir divergen merangsang anak meng- gunakan daya imajinasi yang lancar, fleksibel, dan orisinal dalam mengungkapkan gagasan yang bervariasi dalam memecahkan masalah. Pemikiran divergen berasal dari bentuk tugas atau pertanyaan divergen (terbuka) dimana setiap anak melihat masalah yang ada dari berbagai sudut pandang, tidak ada jawaban yang salah, munculnya keunikan dalam ungkapan gagasan, serta adanya berbagai pilihan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

2.2 BentukPertanyaan Divergen dan Konvergen

Nitko (1996) menyatakan babww ketika merancang tugas atau pertanyaan dalam bentuk jawaban tertulis atau iisan, baik dalam kelompok atau indiv~du, dikenal dua jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan

divergen (terbuka) dan pertanyaan konvergen (tertutup). Pada pertanyaan divergen siswa memberi jawaban dengan berbagai cara, misalnya membuat catatan, memberi jawaban yang bervariasi, memberi penjelasan, dan alasan. Ekspresi mereka dalam menyelesaikan masalah membentuk pola pikiu yang divergen. Pada tugas pertanyaan konvergen, siswa membentuk jawaban yang menyempit dan terarah pada satu jawaban yang benar. Carin dan Sund (1989) menyatakan bahwa ada dua klasifikasi bentuk pertanyaan, yaitu divergen dan konvergen. Pertanyaan divergen dapat meningkatkan respon siswa pada berbagai jawaban, sedangkan pertanyaan konvergen disebut pertanyaan tertutup karena diutamakan jawaban tunggal, spesifik, dan menguatkan pada satu jawaban yang benar. Perbedaan keduanya diberikan pada Gambar 1.

2.3 Pertanyaan Konvergen

Kapan dan bagaimana pertanyaan k&ergen digunakan? Carin dan Sund (1989) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran IPA kelas rendah di sekolah dasar biasanya diawali dengan pertanyaan konvergen, tetapi hams berpindah ke arab divergen dengan bertambahnya usia mereka. Pertanyaan konvergen mempunyai

764 Jumal ~ e n d ~ d ~ k a n d o n Kebudayooz, No. 063, T o h m Ke-12, November 2006

Page 7: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

Gambar 1: Pola Pertanyaan Divergen dan Konvergen

Jawaban

Pertanyam < Jawaban

Jawaban

beberapa tujuan, yaitu untuk mengevaluasi apa yang dilihat (diamati) siswa, apa yang diketahui siswa, atau yang mereka rasakan tentang suatu peristiwa. Pertanyaan konvergen juga mengasah ingatan atau bafalan. Oleh karena itu, pertanyaan konvergen disebut tuntunan mengikat karena siswa hams mengerjakan tugasnya sesuai dengan petunjuk dan tuntunan yang sesuai dengan kehendak dan sasaran yang akan dicapai dalam pembelajaran. Pertanyaan yang menuntun bahkan dimulai dari pertanyaan yang sangat konvergen yang cocokuntuk sekolah dasw kelas rendah.

> Pertanyaan Jawabm

2.4 Pertanyaan Divergen

Sekarang ini bidang sains, teknologi, dan lingkungan sering membutuhkan lebib dari satu penyelesaian. Karena itu berpikir divergen merupakan kecakapan yang sangat saat

ini. Bagaimana guru mengajukan pertanyaan agar dapat merangsang berpikir divergen? Carin dan Sund (1989) menyatakan bahwapertanyaan divergen atau terbuka akan memberikan respon yang h a s dan dalam serta melibatkan siswa menjadi kreatifdan kritis. Penanyaan divergen merangsang siswa menjadi pengamat yang baik dan organisator yang baik, pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menuntun siswa dalam menemukan, melihat hubungan, membuat hipotesis, dan menarik kesimpulan dari data.

Suatu pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif a$ala"h pictorial riddle approach (Carin dan Sund, 1989). Suatu riddle biasanya bempa gambar, kemudian guru mengajukan pertanyaan berkaitan dengan riddle tersebut. Pictorial riddle pada Gambar 2

Jumol Pend~d~hon don Kebadoymn, No. 063, Tolrun Ke-12, Norember 2006 765

Page 8: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

Prrtanvaan Konvereen

Benda apa yang ada pada gambar? Deskripsikan apa yang terjadi pada wadah I . Apa nama benda pada wadah 2? Wadah mana yang berisi seangga? &pa persamaan antam kejadian wadah I dm 2? &pa perbedaan antara kejadian wadah I dm 2?

Keteram~iian vane Muncul

Pengamalan Deskripsi Pengamatadngatan Pengamataflngatan PengamatanIPerhandingan PengamatdPerbandingan

:ambar 2: PicforialRiddle dengan Pertanyaan Konvergen dan Divergen

menunjukkan bahwa pertanyaan kenyataan yang terjadi dalam divergen menghasilkan banyak kehidupan sehari-hari. kegunaan dibandingkan dengan Apabila pertanyaan divergen pertanyaan konvergen. Pada gambar digunakan untuk menyelesaikan terlihatjarum terapungdi atas airdan masalah pada Gambar 2, maka nyamuk berjalan di atas air. Siswa keterampilan yang muncul adalah dihadapkan pada sesuatu yang sebagai berikut: bertentangan antara teori dan

Pertanyaan Divergen -. -. ' i ~ & r a m ilan yanz \lunrul Apa )ang d ~ p a t kamu kalakan tmrang k c d u a - ~ r b m d i n g a n 1

. dapat mengapung di air? I Rancang percobaan seperti gamhar. I Melakukan percobaan

gambar? Keadaan apa yang menyebabkan kejadian tenebut? K

Baeaimana kamu menuniukkan o r in s i~ IPA

766 Jurnol Pendrd~lzan don Kebudayoan. No 063, Tohon Ke-I2, November 2006

Membuat hipotesis

Mewhubunekan konseo

Page 9: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

Pendekatan riddle menunjukkan bahwa pertanyaan konvergen mengevaluasi apa yang diamati siswa tentang suatu kejadian dan hanya mengevaluasi ingatan atau hafalan. Sebaliknya dengan mengajukan pertanyaan divergen siswa berada pada pemikiran tingkat tinggi dengan pemahaman yang dalam. Dalam pembelajaran harus ada keseim- bangan antara konvergen dan divergen. Tetapi suatu studi menunjukkan bahwa 80% pertanyaan yang diajukan gum hanya jawaban singkat yang sederhana dari hafalad ingatan (Carin dan Sund; 1989).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan divergen memungkinkan siswa untuk berpikir kreatif, karena daya kreativitas siswa yang menunjuk pada kemampuan untuk berpiki yang lebih orisinal dibandingkan dengan kebanyakan siswa lain. Dalam berpikii kreatif sering disebut dengan berpikii divergen, yaitu corak berpikir yang mencari jalan-jalan baru, lebih-lebih dalam memecahkan masalah. Corak berpikir ini dibandingkan dengan berpikir konvergen, yaitu corak berpikir yang mengikuti jalur yang diketahui pasti akan membawa basil. Apabila dihubungkan dengan corak berpikir divergen, kreativitas siswa dapat dinilai dalam tiga komponen,

yaitu orisinalitas (sangat sedikit orang menghasilkan pikiran seperti itu), variasi (berapa jumlah jawaban yang berbeda), dan fleksibilitas (berapa jumlah golongan jawaban yang berbeda).

Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran inti dalam kurikulum yang diberikan sejak pendidikan dasar. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang IPA dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang tertuang pada kerangka dasar kurikulum (Pusat Kurikulum, 2002) bukanlah menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan se- banyak-banyaknya, tetapi lulusan yang memiliki keterampilan atau kemampuan serta sikap dan nilai untuk melanjutkan pendidikan serta memecahkan masalah yang di- hadapinya untuk hidup di masya- rakat. Untuk mencapai sasaran tersebut, yang ditekankan dalam pembelajaran bukanlah belajar apa yang harus dipelajari (learning what to be learnt), tetapi belajar bagaimana belajar,lrearning how to learn).

Dalam KBK terjadi pergeseran pdradigma dari pendekatan pen- didikan yang berorientasi masukan ke pendekatan pendidikan yang berorientasi hasil atau standar. Secara sederhana bergeser dari pertanyaan "apa yang harus diajarkan" ke

Jurnol Pendidikon dan Gbudoyodn, No. 063, T O ~ I O L Ke-12, Novenrbez- 2006 767

Page 10: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

pertanyaan tentang "apa yang hams dikuasai anak". Melalui pendekatan ini guru tidak memberi "ikan" pada siswa untuk dimakan, tetapi "kail" agar ia mampu mencari ikan sendiri sepanjang hidupnya. Pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mencapai kemampuan dasar adalah: (1) Pendekatan pembelajaran dua arah dimana siswa belajar aktif (active learning approach) dalam berpikir, merencanakan, dan bertindak; (2) Memfokuskan pembelajaran untuk mendeteksi kemampuan anak dari pada mengetahui "anak tahu apa"; (3) Memahami dan mengemukakan suatu gagasan dari pada mengingat gagasan panjang dan memberikan jawaban benar pada ulangadtes.

Terdapat tiga komponen pokok dalam IPA, yakni (1) proses atau metode inquiy berupa keterampilan proses penemuan; (2) produk, berupa pengetahuan antar lain fakta, prinsip, hukum, teori dan pemahaman suatu konsep (ide); dan (3) sikap sebagai basil dari produk. Harlen (1986:2) seorang ahli pendidikan IPA, menyatakan bahwa "Learning science can bring a double benefit, becauce science is both a method and a set of ideas; both a process and a product. " Makna ini termuat dalam pengertian IPA pada KBK '(Pusat Kurikulum: 2002) yang

menyatakan IPAsebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, konsep, prinsip. IPA merupakan suatu proses penemuan yang menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya. Pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam sekitar melalui "mencari tahu" dan "berbuat" sehingga membantu siswa untuk memperoleb pemahaman yang lebih mendalam'. Penguasaan berbagai konsep IPA memungkinkan siswa untuk kreatif dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam yang dialami maupun yang dibaca dengan gagasannya sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, proses pembelajaran IPA dalam KBK tidak sekedar memperoleb product dalam wujud "awaban benar", tetapi diperlukan suatu kreativitas dalam diri siswa untuk mengungkapkan kemampuannya dalam berbagai cara. s p e r t i diungkapkan oleh Gordon (dalam Amim, 1983), proses kreativitas dapat dikembangkan melalui pengajaran IPA. Proses tersebut tercermin dalam metode inquiry yang meliputi berbagai keterampilan proses antara lain mengamati, menggo-

768 J~rzui Pmdcd~kon don Kebodoyaan, No. 063, Tahun Ke-12, Nwen~ber 2006

Page 11: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

-

Jurnol Per~didtkan don E&budoyob?r, No 063, Tahun Ke-12, Nouernber 2006 769

longkan, merancang, membuat perbandingan, mengukur, mencari alasan, menunjuWtan persamaan dan perbedaan, mendemonstrasikan, menyajikan hasil pengamatan dalam bentuk tabel atau grafik, serta membuat kesimpulan terbadap suatu gejala.

Pada umumnya orang tahu apa yang diartikan dengan kreativitas dan betapa penting kata itu dalam segala aspek kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana orang selalu membicarakan agar anak menjadi kreatif, babkan dalam mengem- bangkan kreativitas bukan saja dalam dunia pendidikan, tetapi juga dalam segala aspek, baik dalam seni tari, seni lukis, memasak, mendesain, dalam perkembangan ilmu pengetahuan, maupun teknologi. Pentingnya kreativitas dalam pendidikan ter- cermin dalam tujuan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Undang-Undang RI Nomor20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I1 Pasal 3 yang menyatakan bahwa tujuan pen- didikan nasional antara lain adalah menghasilkan peserta didik yang kreatif.

Bagaimana menghasilkan peserta didik yang kreatif? Menurut hemat penulis, peserta didik yang kreatif dapat dihasilkan dengan

melibatkan mereka untuk aktif dalam pembelajaran. Hingga saat ini keterlibatan siswadalampembelajaran sangat kurang diakibatkan pola pembelajaran satu arah dengan menganggap guru satu-satunya sumber belajar. Pembelajaran didominasi oleb pertanyaan atau tugas-tugas dalam bentuk pertanyaan tertutup baik dalam proses maupun dalam hasil. Siswa sudah terpola dan diarahkan untuk memilih satu jawaban yang benar sehingga potensi siswa tidak dapat digali dan dikembangkan.

Dikembangkannya potensi siswa karena siswa memasuki sekolah bukanlab seperti kertas putib yang berserah diri kepada guru untuk ditulis apa saja yang dikehendaki gum. Siswa ketika memasuki sekolah telah memiliki gagasan, pengalaman, dan konsep tentang lingkungan dan fenomena alam. Dengan kata lain, siswa telab memiliki potensi sebelum bersekolah. Siswaadalah subjekdidik yang mempunyai keunikan. Oleh karena itu perm guru adalah untuk melakiikan kegiatan yang mendorong m ~ r e k a untuk mengembangkan potensi yang ada. Dalam mata pelajaran IPA potensi tersebut dapat dikembangkan melalui inquiry. Kegiatan inquiy sehamsnya dapat mendorong dan mengarahkan siswa

Page 12: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

untuk terlibat secara aktif menge- mukakan gagasan, merancang, membuat perbandingan, mengukur, mencari alasan, menunjukkan persamaan dan perbedaan, men- demonstrasikan, menyajikan hasil pengamatan dalam bentuk tabel atau grafik, serta membuat kesimpulan terhadap suatu gejala. Namun ha1 tersebutjarang terjadi di kelas. Siswa lebih sering menghafal fakta, menyebutkan satu jawaban yang paling tepat, dan kurang kreatif.

Kurangnya kreativitas ini diyakini penulis sebagai akibat bentuk pertanyaan yang sering diajukan gum dalam pembelajaran, latihan-latihan pemecahan masalah, atau bentuk tes yang sering digunakan. Pembelajaran satu arah mendominasi sekolah di mana siswa pasif, hanya mendengarkan ceramah guru. Hal ini lebih diperparah lagi dengan respon siswa terhadap pertanyaan yang ditekankan pada menemukan satu jawaban yang benar atau yang paling tepat terhadap suatu persoalan. Caramemperolehjawaban tersebut sering sudah ditentukan

biasanya hanyamemerlukan jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian yang hanya tertuju pada satujawaban yangpaling tepat. Siswa jarang mengemukakan gagasan, memberikan alasan atas pilihannya, sehingga seluruh kegiatan hanya membuat siswa berpikii konvergen yang hanya menguji ingatan atau hafalan saja.

Gejala kurang kreatif lain ditemukan dalam kegiatan di kelas atau d i laboratorium. Dalam pembelajaran IPA sangat banyak ditemukan kegiatan mencari tahu dan menemukan tentang alam sekitar. Siswa sudah terbiasa menjajagi alam sekitar dan berinteraksi. Keadaan ini sebenarnya sudah merupakan potensi bagi siswa untuk di- kembangkan. Tetapi kenyataannya kegiatan di kelas atau laboratorium bersifat konvergen yang berisi langkah atau prosedur kerja yang dituntun, misalnya: cocokkan, sambungkanlah, ikatkan, ukur, isikan dalam tabel, catat, hitung, sehingga siswa tidak ada peluang untuk melibatkan di.

guru dan tidak boleh menyimpang , Kegiatan di sekolah kurang darisatu-satunyacaraitu. Hal initidak 'menantang siswa untuk berpikir merangsangpemikiian kreatif, bahkan divergen di mana gum memberikan bisa sebaliknya: anak menjadi kaku pertanyaan dengan sedikit tuntunan dan sempit dalam cara berpikir dan saja. Tugas-tugas yang diajukan memecahkanmasalah. ~itihan-latihan memberi peluang untuk melibatkan

770 Jurnal Pendidikan don Kebudosoan, No. 063, Tohun Ke-12, Nouember ZOO6

Page 13: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

siswa dalam merancang percobaan, menentukan langkah kerja, membuat kesimpulan sendiri, serta mengomu- nikasikan hasilnya dengan kata- katanya sendiri. Pertanyaan divergen ini mendorong siswa untuk bertanya dalam hati "mengapa langkah tersebut penting", mengekspresikan kemam- puannya dalam keterampilan proses IPA. Dengan divergen siswa mempunyai keleluasaan berkreasi, memiliki daya imajinasi yang lancar, fleksibel, dan orisinal dalam mengungkapkan gagasan yang bervariasi dalam memecahkan masalah.

Dengan berpikir divergen setiap anak dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang, ada banyak jawaban, tidak ada jawaban yang salah, serta munculnya keunikan siswa dalam ungkapan gagasan. Semuanya akan membawa siswa menjadi kreatif. Cara ini bagi siswa tidak menakutkan seperti tes tertulis yang hanya mempunyai satujawaban yang benar.

Berdasarkan pemaparan di atas kreativitas dapat dikembangkan dalam diri siswa melalui bentuk pertanyaan divergen. Oleh karena itu, kajian ini memberikan masukan bagi gum agar terdorong untuk merencanakan kegiatan dan latihan pemecahan masalah dengan- menggunakan

pertanyaan divergen. Disamping itu perlu dikembangkan sikap terbuka, tidak mengancam, menerima, menyukai, mengurangi rasa takut, percaya pada diri sendiri, dan tidak mudah putus asa. Pada saat siswa berkembang pemikiramya, ia akan semakin kokoh, semakin berani mengambil resiko, dan dengan demikian ia lebih mungkin untuk menjadi kreatif. Manusia yang kreatif adalah manusia yang berharga, terlebih dalam era teknologi sekarang ini.

3. Simpulan danSaran

3.1 Simpulan Berdasarkan kajian dan pembahasan di atas dituliskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Kreativitas sangat penting dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengembangkan kreativitas dengan cara memberikan bentuk tugas yang divergen yang menantang siswa untuk berpikir div$en atau berpikir kreatif.

b. Pendekatan pembelajaran yang < tepat untukmencapai kompetensi

. - IPA bukanlah pendekatan mengajar satu arab, tetapi pendekatan dua arah di mana siswa belajaraktif. S e l d proses

Jurnol Pendid~kon d m Kebudoyodn, No. 063, Tohen Ke-12, Nouember 2006 771

Page 14: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

pembelajaran di kelas seyog- yanya diarahkan untuk men- dorong agar siswa kreatif. Untuk mencapai ha1 tersebut siswa hams terlibat secara aktif mengembangkan keterampilan proses dalam inquiry melalui kegiatan mencari tahu dan berbuat yang meliputi menge-mukaan gagasan, merancang, membuat perbandigan, meng-ukur, mencari alasan, menun-jukkan persamaan dan per-bedaan, mendemonstrasikan, menyajikan hasil pengamatan dalam bentuk tabel atau grafik, serta membuat kesimpulan terhadap suatu gejala. Pem-belajaran IPA tidak sekedar memperolehproducrdalam wujud jawaban benar, tetapi kreativitas dapat berkembang ketika siswa mengungkapkan kemampuannya dalam memberikan berbagai jawaban.

c. Kreativitas perlu dipupuk untuk memungknkan anak mewujudkan potensinya secara optimal. Beberapa cara guru untuk memupuk kreativitas siswa yaitu: (1) menerima anak sebagaiman9 adanya, dengan segala kekuatan dan kelemahannya, (2) tidak terlalu cepat memberikan peni-laian terhadap sikap danperilaku anak, apalagi penflaian b e ~ p a kritik atau

celaan, (3) memberikan peluang bagi an& untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

3.2 Saran

Karena berpikir divergen sangat diperlukan untuk mengembangkan kreativitas, disarankan agar guru melakukan perbaikan dan pening- katan kualitas pembelajaran, khu- susnya dalam membuat pertanyaan. Beberapa saran membuat pertanyaan yang baik antara lain: ( 1 ) Menghindari pertanyaan yang dapat dijawab dengan y a atau tidak, (2) Perhatikan kata yang mengawali pertanyaan karena kata itu menentukan bentuk jawabannya, (3) Jika jawaban berupa ya atau tidak hams digunakan, dapat dibuat menjadi divergen dengan me- nambahkan kata: Mengapa? Bagaimana Anda rahu? Bagaimana Anda menjelaskan ha1 tersebur? Apa alasan Anda memberikan jawaban tersebut? Misalnya: Apakah baking powder menghasilkan gas? Jika jawaban Ya atau Tidak, maka harus d"'jlanjutkan dengan: Bagaimana Anda merancang suatu percobaan untuk menguji ha1 remebut? (4) Membuat pertanyaan dimana siswa dapat menemukan. Misalnya: Apa yang dilakukan agar gaya magnet menjadi lebih kuaf? Atau

Page 15: MELALUI PERTANYAAN DIVERGEN

Bagaimana cara agar lampu dapat benda yang mana yang terapung menyala lebih terang dengan atau tenggelam dalam air? dan (6) menggunakan kawat, saklar, dan Sedikit mungkin menggunakan batere? (5) Membuat pertanyaan pertanyaan kenvergen tetapi lebih yang mengharuskan siswa untuk sering menggunakan pertanyaan menemukan atau membandingkan. divergen untuk mencapai respon Misalnya: Dengan menggunakan pada tingkat yang lebih tinggi. berbagai benda dun seember air,

Pustaka Acuan Amin, Muhammad. 1983. Peranan Kreativitas dalam Pendidian. Suara Guru,

32(10): 27-37. Carin, A.A. dan Sund, B.R. 1989. Teaching Science through Discove?y

Colombus Ohio: Merrill Publishing Company. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang RINomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Good, L.T dan Brophy, E.J. 1990. Educational Psychology: A Realistic Ap-

proach. New York, Longman. Harlen, Wyne. 1986. Primary Science: Taking the Plunge. Great Britain:

Heinemann Educational Books Ltd. Munandar, Utami. 1993. Pengembangan Kreativitas Anak Sekolah: Strategi

dan Penerapannya Oleh GUN dan Orangtua. Jurnal Rehabilitasi dun Remediasi ( J w , 6(2): 1- 14.

Munandar, Utami. 1999. Kreativitas dun Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi dan Bakat. Jakarta: Gramedia.

Nitko, J.A. 1996. Educational Assessment ofStudents. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.

Pusat Kurikulum. 2002. Kerangka dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas. ..

Saefullah. 2000. Hubzingan antara Kebiasaan Belajar dun Kreativitas dengan Hasil Belajar Siswa. Tesis Magisty ~indidikan, Universitas Negeri Jakarta

Semiawan, C., Munandar, AS. dan ~ u n a n d a r , S.C.U. 1987. Memupuk bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.

Sumarjan, Selo. 1983. Kreativitas: Suatu Tinjauan dari Sudut Sosiologi. Jakarta: Dian Rakyit. -

Jurnol Pendrdtkan don &budayairn. No. 063, Tohun Ke-12, Nouember 2006 773